You are on page 1of 14

Vol. 4 | No.

1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia


32
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
ARTI KEL ARTI KEL ARTI KEL ARTI KEL ARTI KEL
Keyword:
Constructive learning,
collaborative learing, self-
directed-learning, contextual
learning, problem-based
learning.
Korespondensi:
namakuverdika@yahoo.com
0274-562139
Pendahuluan
Abstract
Background: Basic theories that underlie the implementation of PBL are
constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning. Many studies
have been done regarding various aspects of PBL, however, there are very limited
studies that explore factors influencing students towards constructive,
collaborative, self-directed, and contextual learning.
Objective: The study aimed to explore factors influencing students toward
constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning.
Method: It is an explorative study using qualitative approach. Subjects are 65
medical students from regular & international class, choose purposively and 6
tutors and block coordinators. First the subjects were invited to attend a
scheduled meeting to explain the meaning of constructive, collaborative, self-
directed, and contextual learning. After that they were asked to complete open
questionnaire asking 3 main factors influencing students toward constructive,
collaborative, self-directed, and contextual learning in PBL.
Result: There are 264 items that influence students toward constructive,
collaborative, self-directed, and contextual learning. Those items are categorized
into 7 domains and each domain has each own sub domain. Based on the
percentage, the highest to the lowest are: factors from students (28,41%); teachers
(22,35%); facilities (19,70%); learning process (16,67%); learning content (4,92%);
learning schedule (4,55%); others (3,40%).
Conclusion: The most influence factor toward constructive, collaborative,
self-directed, and contextual learning is factor from students themself.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk Melaksanakan
Pembelajaran yang Konstruktif, Mandiri, Kolaboratif dan
Kontekstual dalam Problem-Based Learning
Verdika Secondira M.R.
1
, Gandes Retno R
2
, Yoyo Suhoyo
2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
2
Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Problem-based learning (PBL) adalah sebuah strategi
pembelajaran baru yang menitikberatkan pembelajaran
pada mahasiswa atau dengan kata lain pembelajaran
berpusat pada mahasiswa (student centered learning). Sejak
diperkenalkan oleh Barrows pada 1969 di Fakultas
Kedokteran McMaster, Kanada, PBL telah diadopsi
oleh banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia.
Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL
seperti mendorong pembelajaran mahasiswa lebih aktif
dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan
dasar, persiapan kemampuan lifelong learning, paparan
klinis yang lebih banyak, peningkatan hubungan antar
mahasiswa dan staf pengajar, dan peningkatan motivasi
mahasiswa.
1,2
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
33
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
Menurut Dolmans et al.,

PBL dibangun atas empat
prinsip yang mendasarinya yaitu pembelajaran secara
konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual.
1
Pembelajaran konstruktif merupakan proses mahasiswa
membangun pengetahuan yang dimilikinya secara
aktif.
1,3,4
Pembelajaran yang disebut self-directed learning
adalah mahasiswa berperan aktif dalam merencanakan
(planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi
(evaluating) proses belajar.
1
Pembelajaran yang kolaboratif
merupakan pembelajaran dari interaksi antar individu
yang dapat menimbulkan dampak positif.
1,5
Pem-
belajaran yang kontekstual dimaksudkan bahwa suatu
proses pembelajaran diharuskan dapat menggambarkan
situasi dan kondisi lingkungan tempat dan waktu
pengetahuan tersebut digunakan atau dengan kata lain
sesuai dengan konteksnya.
1,3,6
Pelaksanaan keempat prinsip pembelajaran
tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing
prinsip pembelajaran secara otomatis akan mem-
pengaruhi pelaksanaan PBL. Sebagai contoh, Kaufman
7
menyebutkan bahwa sebagian besar kontrol proses
belajar berada pada mahasiswa sendiri, sehingga faktor
mahasiswa menjadi sangat berpengaruh pada proses
belajar dalam PBL. Caplow et al.
8
juga menjelaskan
bahwa peran tutor sebagai fasilitator dan penggunaan
waktu pribadi dalam belajar merupakan hal yang sangat
penting dalam pelaksanaan PBL. Dalam pembelajaran
kolaboratif, interaksi sosial dan lingkungan sangat
berperan penting dalam pembentukan serta per-
kembangan pengetahuan seseorang.
5
Dolmans et al.
1
merekomendasikan lebih banyak
kontribusi untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik mengenai keempat teori dasar pembelajaran dalam
PBL tersebut. Untuk itu perlu adanya penelitian yang
memperdalam mengenai keempat teori dasar
pembelajaran tersebut, salah satunya mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk
melaksanakan pembelajaran secara konstruktif,
mandiri, kolaboratif, dan kontekstual dalam PBL.
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK
UGM) telah menerapkan PBL sejak tahun 1992. Mulai
tahun 2002, FK UGM menggunakan kurikulum PBL
yang telah mengubah seluruh kurikulum konvensional
menjadi sistem blok.
9
Sebagai institusi yang memakai
PBL sejak tahun 1992, FK UGM perlu mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pembelajaran dalam PBL, sehingga diperlukan suatu
penelitian untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dalam PBL
di FK UGM. Diketahuinya faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran dalam PBL dapat
menjadi suatu per-timbangan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran mahasiswa dan meningkatkan
kualitas pelaksanaan PBL dalam suatu institusi
pendidikan umumnya, dan khususnya di FK UGM.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen
dengan rancangan penelitian deskriptif eksploratif.
Subyek penelitian terdiri dari 65 mahasiswa kedokteran
dari program reguler dan internasional yang dipilih
secara purposif dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya dan 6 orang tutor yang juga menjadi
koordinator blok. Pertama, subyek diundang dalam
suatu pertemuan terjadwal untuk mendapat penjelasan
mengenai pengertian konstruktif, mandiri, kolaboratif
dan kontekstual. Kemudian mereka diberi pertanyaan
terbuka Sebutkan 3 faktor utama yang mempengaruhi
mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran
konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual
dalam PBL. Analisis hasil dalam penelitian ini
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Membuat daftar seluruh pernyataan faktor-
faktor yang mempengaruhi mahasiswa melaku-
kan pembelajaran secara konstruktif, mandiri,
kolaboratif dan kontekstual.
2. Membaca berulang kali seluruh pernyataan
responden untuk mendapat inti maksud dari
pernyataan sehingga kemudian pernyataan yang
memiliki maksud sama dikelompokkan menjadi
satu.
3. Membuat beberapa kategori yang dapat me-
wakili seluruh pernyataan responden yang telah
dikelompokkan.
4. Memasukkan kelompok pernyataan pada kate-
gori-kategori yang telah dibuat.
5. Menghitung persentase tiap faktor dari ke-
seluruhan faktor yang didapatkan.
6. Melakukan analisis.
Hasil Penelitian
Terdapat tujuh kategori utama yang diidentifikasi
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK
UGM untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif,
Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
34
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL.
Ketujuh faktor tersebut didapatkan dari beberapa tahap.
Tahap pertama adalah pembuatan daftar faktor yang
didapat dari jawaban seluruh responden dari pertanyaan
terbuka Sebutkan 3 faktor utama yang mempengaruhi
maha-siswa untuk melaksanakan pembelajaran
konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual
dalam PBL!. Hasil tahap pertama adalah 264 aitem
pernyataan dari seluruh responden. 264 aitem
pernyataan tersebut kemudian masuk ke tahap kedua
yaitu pengelompokan. Untuk pernyataan dengan
maksud yang sama dikelompokkan menjadi satu dan
dibuat suatu kalimat utama yang dapat mewakili
beberapa pernyataan tersebut.
Tabel 1. Contoh kalimat utama
Kalimat pernyataan responden Kalimat utama
Datang sesuai jadwal (tepat waktu)
Dosen tepat waktu dan dapat member
slide kepada mahasiswa
Dosennya tepat waktu,
Lecturers who are punctual
Dosen yang tepat waktu (disiplin)
Tahap ketiga adalah pembuatan kategori utama.
Hasil tahap ketiga adalah tujuh faktor sebagai berikut :
1. Faktor mahasiswa
2. Faktor dosen
3. Faktor fasilitas
4. Faktor proses pembelajaran
5. Faktor isi pembelajaran
6. Faktor penjadwalan
7. dan lain-lain
Dikarenakan beberapa kategori faktor utama masih
terlalu luas maka dibuat subkategori agar dapat ter-
kelompokkan lebih rinci. Berikut ini adalah subkategori
dari masing-masing kategori faktor utama.
Tabel 2. Subkategori faktor utama
No Kategori utama Subkategori
1 Faktor Mahasiswa 1. Teman
2. Motivasi
3. Cara belajar
4. Manajemen waktu
5. Mood
6. Cita-cita
7. Kesehatan pribadi
8. Minat
9. Keaktifan atau partisipasi
10. Tokoh
11. Prior knowledge
12. Orang Tua
2 Faktor Dosen 1. Kompetensi umum
2. Kemampuan berperan sebagai tutor
3 Faktor Fasilitas 1. Literature
2. Skills Lab
3. Internet
4. Audiovisual
5. Peralatan praktikum
6. Gedung & Ruangan
4 Faktor Proses
Belajar
1. Proses kuliah
2. Proses praktikum
3. Proses tutorial
5 Faktor Isi
pembelajaran
isi pembelajaran
6 Faktor Jadwal
Pembelajaran
faktor penjadwalan
7 Lain-lain lain-lain
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
35
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
Berikut ini adalah tabel contoh kategori utama, subkategori, dan aitem.
Tabel 3. Contoh aitem, kalimat utama, kategori utama, dan subkategori
Setiap aitem tersebut di atas kemudian dihitung dan dibuat persentasenya (lihat tabel 4).
Tabel 4. Hasil penghitungan persentase tiap aitem dan kategori
Tidak hanya kategori utama yang dibuat persentase,
subkategori juga dibuat persentase (lihat Lampiran 1).
Pembahasan
Terdapat tujuh kategori faktor-faktor yang mem-
pengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran
konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual
dalam PBL. Tujuh faktor tersebut adalah (1) mahasiswa,
(2) dosen, (3) fasilitas, (4) proses pembelajaran, (5) isi
pembelajaran, (6) penjadwalan, dan (7) lain-lain.
Aitem (kalimat pernyataan responden) Kalimat utama
Kategori
utama
Subkategori
Kuliah yang dalam penyampaiannya
mampu memberikan rasa ingin tahu
kepada mahasiswa. Tapi jangan
terlalu banyak meminta mahasiswa
belajar atau mencari sendiri, karena
saya rasa itu akan membuat
mahasiswa enggan mengikuti kuliah
karena pada akhirnya juga akan
mencari bahan sendiri.
Kuliah yang informatif, artinya yang
bisa membuka pikiran kita lebih jauh
dan lebih dalam tentang materi
tertentu, bukan kuliah yang dangkal
(yang maksudnya untuk memancing,
tapi malah bikin malas
mendengarkan).
Kuliah yang informatif
dapat membangkitkan rasa
ingin tahu dan memacu
mahasiwa untuk belajar
lebih lanjut
Proses
Belajar
Proses Kuliah
Kategori Utama
Jumlah
Subkategori
Jumlah Aitem (pernyataan
responden)
Persentase
Mahasiswa 12 75 28,41%
Dosen 2 59 22,35%
Fasilitas 6 52 19.70%
Proses Belajar 3 44 16,67 %
Isi Pembelajaran 1 13 4,92%
Jadwal Pembelajaran 1 12 4,55%
Lain-lain 1 9 3,40%
TOTAL 26 264 100%
Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
36
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
1. Faktor Mahasiswa (28,41%)
Faktor mahasiswa menunjukkan bahwa maha-
siswa menjadi faktor utama yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam PBL.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam PBL
adalah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
(student-centered learning) sehingga mahasiswa memegang
peran utama pelaksanaan pembelajaran PBL.
6,10
Peran mahasiswa dalam PBL antara lain
berpartisipasi secara aktif dan mandiri dalam belajar,
menggali permasalahan, menginvestigasi, dan berpikir
kritis dalam menghadapi permasalahan.
1,12
Mahasiswa
memiliki tanggung jawab dalam belajar sehingga
mahasiswa harus mampu menginisiasi dan mengatur
kebutuhan belajarnya sendiri serta menjadi motivator
belajar bagi diri sendiri dan orang lain.
13
Davis dan
Harden
6
juga menyebutkan bahwa salah satu peran
mahasiswa dalam karakteristik PBL adalah proses belajar
dengan mahasiswa berpartisipasi secara aktif dan mampu
belajar secara mandiri.
Peran mahasiswa dalam pembelajaran konstruktif
adalah mahasiswa belajar secara aktif dalam membangun
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya disebut dengan prior knowledge. Prior
knowledge yang dimiliki mahasiswa merupakan bagian
yang sangat penting dalam mengaitkan pengetahuan
yang baru didapat dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki.
1,3,6
Peran mahasiswa dalam pembelajaran mandiri (self-
directed) adalah mahasiswa berperan aktif dalam
merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan
mengevaluasi (evaluating) proses belajar.
1,9,11
Planning
adalah kegiatan mahasiswa memahami segala peluang
yang dimilikinya, lalu menetapkan tujuan, dan mem-
buat strategi untuk mencapainya serta mengidentifikasi
hambatan yang akan dihadapinya. Monitoring adalah
kegiatan mahasiswa menyadari yang sedang dilakukannya
dan sudah bisa mengantisipasi hal yang akan terjadi
setelahnya. Caranya adalah dengan melihat lagi ke
belakang serta ke depan apa yang telah dipelajarinya.
Evaluating dengan kata lain dapat disebut refleksi.
Refleksi penting untuk pengaturan diri. Pengaturan diri
ini bisa dalam hal keilmuan maupun sebagai motivasi
karena keduanya adalah aspek untuk membentuk proses
belajar yang self-regulated. Pembelajaran mandiri
memungkinkan mahasiswa belajar secara aktif dalam
memproses informasi. Sebagai pembelajar mandiri,
mahasiswa memiliki peran mendefinisikan sendiri
kebutuhan belajarnya, sehingga mahasiswa dapat
memilih strategi belajar yang paling sesuai dengannya,
dan menentukan sejauh mana mereka telah mengerti.
3,6
Peran mahasiswa dalam pembelajaran kolaboratif
adalah mahasiswa menciptakan suatu diskusi yang
berkualitas karena kualitas diskusi mempengaruhi
tingkat kesuksesan belajar mahasiswa.
14
Dalam
pembelajaran kolaboratif terdapat pembagian tugas
diantara peserta (mahasiswa) dan masing-masing peserta
memiliki tanggung jawab yang sama terhadap tugas yang
dihadapi dan mutual engagement antar anggotanya dalam
menyelesaikan tugas.
5
Peran mahasiswa dalam pembelajaran kontekstual
adalah mahasiswa melihat permasalahan pada kasus
atau skenario dari berbagai sudut pandang. Melihat
permasalahan dari berbagai sudut pandang dapat
menimbulkan pola pikir kritis mahasiswa dan dapat
menstimulus proses pembelajaran sehingga mahasiswa
mengerti konteks ilmu pengetahuan yang dipelajarinya
dan mengetahui waktu pengetahuan tersebut diguna-
kan.
1
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa mahasiswa
memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan PBL
sehingga faktor dari mahasiswa merupakan faktor utama
yang menentukan terlaksananya suatu pembelajaran
yang konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual
dalam PBL. Apabila mahasiswa tidak menjalankan
perannya tersebut maka PBL tidak dapat terlaksana
sebagaimana mestinya. Berikut ini akan dibahas setiap
subkategori berdasar urutan persentase tertinggi hingga
terendah.
a. Subkategori teman (22,67%)
Faktor teman yang disebutkan oleh responden
adalah teman yang dapat diajak berbagi ilmu
pengetahuan (sharing), teman yang dapat memotivasi
belajar, dan juga kompetisi dengan teman. Aktivitas
belajar mahasiswa dalam PBL tidak lagi menggunakan
pendekatan yang dominan dengan kuliah (lecture-based
learning) seperti pada metode konvensional. Aktivitas
mahasiswa lebih banyak pada kelompok-kelompok
kecil dan pembelajaran mandiri. Hal ini menyebabkan
interaksi dengan teman dalam belajar menjadi faktor
penting dalam pembelajaran PBL khususnya dalam
pembelajaran PBL. Ketika suatu kelompok dapat
bekerjasama dalam belajar dan membangun ilmu
pengetahuan dengan suasana yang nyaman serta terdapat
interaksi yang baik antara satu dengan yang lain, maka
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
37
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
pembelajaran kolaboratif dalam PBL dapat terlaksana
dengan baik.
b. Subkategori motivasi intrinsik (21,34%)
Faktor motivasi intrinsik yang disebutkan oleh
responden adalah motivasi dari diri sendiri untuk
belajar, kesadaran akan pentingnya belajar, dan motivasi
untuk menjadi seorang dokter. Motivasi belajar adalah
kekuatan yang menyebabkan mahasiswa terlibat dalam
suatu proses pembelajaran, fokus pada tujuan belajar,
dan mengerjakan tugas belajar.
15,16
Motivasi dapat
bersifat ekstrinsik maupun intrinsik. Contoh motivasi
ekstrinsik adalah ujian, nilai, penghargaan dari orang
lain sedangkan contoh motivasi intrinsik adalah keingin-
an diri sendiri untuk belajar, keinginan mendapat
pengetahuan yang relevan dengan apa yang akan
dihadapi di masa depan.
17,18
Apabila mahasiswa memiliki
motivasi intrinsik untuk belajar dan menyadari
pentingnya belajar maka pembelajaran mandiri dalam
PBL akan terlaksana dengan baik. Ini menunjukkan
bahwa motivasi intrinsik berpengaruh terhadap
pembelajaran mandiri mahasiswa dalam PBL.
c. Subkategori cara belajar (9,33%)
Faktor cara belajar yang disebutkan oleh responden
adalah cara belajar sebelum menjadi mahasiswa fakultas
kedokteran. Pada masa sekolah, guru memberikan
pelajaran kepada murid dengan metode mengajar atau
kuliah dalam kelas. Sedangkan pendekatan dalam
pembelajaran PBL berdasarkan student-centered learning.
6,10
Mahasiswa tidak lagi belajar dengan dominasi kuliah,
melainkan belajar secara aktif dan mandiri sesuai dengan
teori PBL. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuai-
kan diri dengan perubahan cara belajar yang baru ini.
Dalyono
19
juga menyebutkan bahwa cara belajar dapat
menentukan keberhasilan pembelajaran seseorang.
Sesuai dengan konteks pembelajaran PBL, cara belajar
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terlaksana-
nya pembelajaran yang mandiri.
d. Subkategori manajemen waktu (9,33%)
Faktor manajemen waktu yang disebutkan oleh
responden adalah disiplin dalam mengatur waktu
belajar pribadi. Pengaturan waktu belajar pribadi
merupakan bagian dari planning dalam pelaksanaan
belajar mandiri.
20
Salah satu pelaksanaan pembelajaran
mandiri adalah mahasiswa mengatur rencana
kebutuhan belajarnya sendiri, termasuk mengatur
waktu belajarnya sendiri.
1,6,9,11
Apabila mahasiswa dapat
melakukan manajemen waktu yang baik, maka akan
terlaksana pembelajaran mandiri.
e. Subkategori mood (9,33 %)
Faktor mood yang disebutkan oleh responden
adalah suasana hati responden dalam belajar. Mood
adalah suasana perasaan yang bersifat pervasive, bertahan
lama, dan mewarnai persepsi seseorang terhadap
kehidupannya.
21
Mood dianggap berpengaruh terhadap
pembelajaran dalam PBL karena suasana hati dapat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk belajar secara
mandiri. Pembelajaran dalam PBL adalah pembelajaran
dewasa yang diinduksi dari keingintahuan diri sendiri
dan dipengaruhi oleh intrinsic goal orientation.
10
Intrinsic
goal orientation adalah alasan mengikuti proses pem-
belajaran karena tertantang, rasa ingin tahu, pemenuhan
standar pribadi dan pemberdayaan diri.
22
f. Subkategori cita-cita (8,00 %)
Faktor cita-cita yang disebutkan oleh responden
adalah keinginan untuk menjadi dokter, tujuan pribadi
menjadi dokter, dan konsekuensi tanggung jawab yang
akan diemban di masa yang akan datang. Cita-cita
merupakan salah satu contoh motivasi internal yang
mampu mendorong mahasiswa belajar secara
mandiri.
17,18
Cita-cita juga merupakan gambaran yang
akan dihadapi kelak sehingga cita-cita membuat
mahasiswa mengetahui konteks belajarnya dan
penggunaan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya saat
ini. Hal ini menunjukkan bahwa cita-cita mempe-
ngaruhi pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
g. Subkategori kesehatan (8,00 %)
Faktor kesehatan yang disebutkan oleh responden
adalah kesehatan fisik pribadi mahasiswa dan lingkung-
an. Kesehatan fisik pribadi akan mempengaruhi
efektivitas belajar seseorang. Seseorang memerlukan
kesehatan fisik yang baik untuk mencapai pembelajaran
yang optimal dan efektif.
23
Kesehatan lingkungan yang
dimaksud responden dalam penelitian ini adalah
lingkungan rumah tempat belajar (kos atau rumah).
Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor luar
individu yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
23
Lingkugan tempat belajar yang nyaman bagi mahasiswa
akan mendukung upaya pembelajaran self-directed.
9
Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
38
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
h. Subkategori minat (4,00 %)
Faktor minat yang disebutkan oleh responden
dalam penelitian ini adalah ketertarikan mahasiswa
terhadap suatu materi. Ketertarikan terhadap suatu
materi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam belajar.
26
Hal ini
menunjukkan bahwa minat terhadap materi akan
mempengaruhi pembelajaran mandiri.
i. Subkategori keaktifan (2,67 %)
Faktor keaktifan yang disebutkan oleh responden
adalah keaktifan dalam diskusi tutorial. Mahasiswa
adalah subjek belajar yang aktif. Keaktifan yang
dipentingkan dalam PBL adalah keterampilan analitik
dalam memecahkan masalah, pengumpulan informasi
yang relevan untuk memecahkan masalah, serta
penggunaan informasi dalam menghadapi masalah yang
sesungguhnya.
23
Keaktifan belajar mahasiswa dapat
tampak pada diskusi tutorial yang dinamis yang
menimbulkan interaksi mutual dalam mencapai tujuan
belajar.
1,24
Apabila mahasiswa berpartisipasi secara aktif
dalam proses belajarnya, maka akan terlaksana
pembelajaran kolaboratif.
j. Subkategori tokoh (2,67 %)
Faktor tokoh yang disebutkan oleh responden
adalah tokoh yang dapat menginspirasi dan bisa
menjadi panutan. Menginspirasi dan menjadi panutan
kemungkinan dapat diartikan sebagai salah satu
motivasi ekstrinsik bagi mahasiswa. Motivasi ekstrinsik
dapat berpengaruh terhadap pembelajaran mandiri
yang dilakukan mahasiswa.
17,18
k. Subkategori prior knowledge (1,33 %)
Faktor prior knowledge yang disebutkan oleh
responden adalah prior knowledge yang dimiliki
mahasiswa sebelum menjalani suatu kegiatan belajar.
Prior knowledge adalah pengetahuan yang telah
didapatkan sebelumnya.
1
Prior knowledge menjadi sangat
penting dalam pembelajaran konstruktif karena salah
satu manifestasi pembelajaran konstruktif adalah
aktivasi prior knowledge.
6
l. Subkategori orang tua (1,33 %)
Faktor orang tua yang disebutkan oleh responden
adalah mengenai balas budi terhadap orang tua. Orang
tua merupakan faktor luar individu yang dapat mem-
pengaruhi keberhasilan belajar mandiri seseorang.
25
Hal
ini dikarenakan, orang tua dapat menjadi motivasi
ekstrinsik mahasiswa dalam melakukan suatu pem-
belajaran.
2
2. Faktor Dosen (22,05%)
Dosen memiliki peran dalam terlaksananya sistem
PBL. Peran dosen dalam PBL tidak lagi hanya sebagai
seorang pengajar namun juga berperan sebagai
fasilitator atau tutor dalam diskusi tutorial.
1,13
Tutor
berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran PBL.
Terdapat beberapa fungsi utama tutor yaitu menjaga
agar proses belajar tetap berjalan, memancing mahasiswa
belajar secara mendalam, memastikan semua mahasiswa
terlibat dalam proses belajar, memantau kemajuan
belajar dari tiap-tiap anggota kelompok, dan memberi
tahu hal yang mampu mendorong mahasiswa dalam
menggali kasusnya. Tutor juga berfungsi untuk men-
stimulasi elaborasi, menstimulasi integrasi pengetahuan
mahasiswa, menstimulasi interaksi antar mahasiswa
dengan menanyakan beberapa pertanyaan, klarifikasi,
atau aplikasi pengetahuan. Namun demikian, perlu
digaris bawahi bahwa tutor tidak diperkenankan
memberi tahu secara langsung ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, karena pada prinsipnya fungsi tutor adalah
sebagai fasilitator proses belajar sehingga tercipta proses
belajar yang aktif dan dinamis.
1,6,9,11
Peran tutor dalam pembelajaran konstruktif
adalah memfasilitasi jalannya aktivasi prior knowledge dan
elaborasi masalah.
1
Peran tutor dalam pembelajaran
mandiri adalah memonitor belajar mandiri maha-
siswa.
6
Peran tutor dalam pembelajaran kolaboratif
adalah memastikan semua mahasiswa terlibat dalam
proses belajar dalam diskusi kelompok kecil.
1
Peran
tutor dalam pembelajaran kontekstual adalah memberi
tahu hal yang menarik dari suatu kasus. Salah satunya
dengan membantu memberikan gambaran mengenai
pengalamannya selama ini yang sesuai dengan masalah
yang dihadapi mahasiswa.
1
Berikut ini akan dibahas
setiap subkategori berdasar urutan persentase tertinggi
hingga terendah.
a. Subkategori kompetensi umum dosen
(81,03%)
Kompetensi umum dosen yang disebutkan oleh
responden adalah kemampuan dosen dalam menyam-
paikan materi kuliah yang diajarkan. Nicholls
27
me-
nyebutkan bahwa kompetensi menjadi seorang dosen
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
39
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
adalah mampu menyampaikan informasi, ide, konsep,
dan ilmu pengetahuan dengan cara yang dapat dipahami
dan diterima oleh mahasiswa. Kemampuan dosen
menyampaikan materi dapat mempengaruhi keberhasil-
an belajar mahasiswa.
26
Kompetensi umum dosen
menjadi faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan
pembelajaran konstruktif karena dosen memberikan
tuntunan atau arahan untuk mahasiswa dalam mem-
bangun ilmu pengetahuannya.
8
Dosen juga ber-
pengaruh dalam pembelajaran mandiri karena dosen
berfungsi mendorong mahasiswa dalam melaksanakan
pembelajaran yang mandiri. Dosen harus mampu
membuat mahasiswa terstimulus untuk mengembang-
kan belajarnya sendiri.
b. Subkategori kemampuan dosen berperan
sebagai tutor (18,97%)
Kemampuan dosen berperan sebagai tutor yang
disebutkan oleh responden adalah cara tutor dalam
menstimulasi pembelajaran mahasiswa dalam diskusi
tutorial. Cara tutor dalam menstimulasi diskusi tutorial
adalah dengan mengajukan pertanyaan umum dan
spesifik, mendorong refleksi kritis, memberi saran dan
tantangan yang bersifat membantu.
23
Kemampuan
dosen sebagai tutor merupakan faktor yang penting
dalam pelaksanaan pembelajaran PBL. Hal ini didukung
oleh hasil penelitian Uden & Beaumont
28
yang
melaporkan bahwa 70% mahasiswa menilai peran tutor
menentukan kesuksesan PBL.
3. Faktor Fasilitas (19,70%)
Fasilitas dalam PBL adalah fasilitas yang berkaitan
dengan pembelajaran dalam PBL. Terdapat 2 kelompok
fasilitas yang penting untuk diperhatikan dalam
pelaksanaan PBL yaitu fasilitas sumber belajar dan
tempat belajar. Fasilitas sumber belajar meliputi
perpustakaan yang memiliki referensi lengkap dan
terbaru bila memungkinkan.
9
Fasilitas tempat meliputi
ruang diskusi dan tempat belajar lain. Ruang diskusi
yang diperlukan adalah ruang kecil yang cukup nyaman
untuk 8-10 orang, lengkap dengan meja, kursi, papan
tulis, dan penerangan yang cukup. Ruangan kedap
suara sangat diperlukan agar ruangan tidak terganggu
oleh suara dari ruang lainnya. Pendingin udara (air
conditioner) adalah ideal apabila dapat dipasang namun
bukan suatu keharusan mengingat implikasi biaya yang
ditimbulkan olehnya. Ruang diskusi di luar gedung
yang nyaman akan sangat membantu mahasiswa
melakukan aktivitas akademiknya. Taman yang rindang,
sejuk, tidak bising, dan dilengkapi dengan tempat
duduk melingkar sangat mendukung tugas-tugas
mahasiswa dalam upaya self-directed learning.
9
a. Subkategori literatur (63,46%)
Faktor literatur yang disebutkan oleh reponden
adalah ketersediaan fasilitas pustaka berupa buku,
artikel, jurnal, yang semuanya digunakan sebagai sumber
belajar. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Davis
dan Harden
6
bahwa salah satu karakteristik PBL adalah
mahasiswa diberi akses jangkauan sumber belajar dan
dipandu dalam mencari sumber yang tepat untuk belajar
secara mandiri. Harsono
9
juga menyebutkan bahwa
salah satu yang diperlukan dalam pelaksanaan PBL
adalah ketersediaan literatur sebagai referensi. Referensi
dapat berupa buku, jurnal, artikel dan lain-lain.
b. Subkategori internet (13,46%)
Faktor internet yang disebutkan oleh responden
adalah akses internet yang cepat dan jangkauan internet
yang luas di berbagai tempat. Harsono
9
menyebutkan
bahwa internet merupakan salah satu jenis referensi yang
dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Internet menjadi sangat bermanfaat karena mahasiswa
dapat mengakses berbagai informasi tak terbatas dari
internet. Internet dapat di akses diberbagai tempat dan
informasi yang didapatkan bersifat up to date. Internet
bermanfaat sebagai sumber belajar mahasiswa dalam
pelaksanaan pembelajaran PBL.
c. Subkategori gedung dan ruangan (13,46%)
Faktor gedung dan ruangan yang disebutkan oleh
responden adalah tempat belajar yang nyaman. Tempat
belajar dapat berarti tempat belajar di kampus seperti
ruang kuliah, ruang kelas, ruang diskusi, dan daerah
sekitar kampus. Tempat belajar yang nyaman merupa-
kan fasilitas yang dapat mendukung keberhasilan
terlaksananya pembelajaran yang mandiri.
9,26
d. Subkategori skillslab (3,85%)
Fasilitas skills lab yang disebutkan oleh responden
adalah fasilitas yang dapat menggambarkan keadaan
nyata termasuk belajar dengan pasien nyata. Belajar
dengan pasien nyata merupakan salah satu faktor yang
dapat mendukung terjadinya pembelajaran yang
kontekstual. Dammers
29
menyebutkan bahwa terdapat
Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
40
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
10 keuntungan belajar menggunakan pasien nyata yaitu
(1) pembelajaran yang terjadi lebih kontekstual dan
relevan, (2) dapat menambah motivasi dan ketertarikan
belajar, (3) mahasiswa dapat lebih fokus terhadap learning
issue yang sedang dipelajari, (4) meningkatkan tanggung
jawab mahasiswa terhadap kasus yang dihadapi, (5)
melatih perasaan mahasiswa saat kelak menjadi dokter
yang sebenarnya, (6) memberikan gambaran tingkat
kerumitan yang sebenarnya dalam menangani pasien,
(7) memudahkan mahasiswa dalam mengkonfirmasi
dan mengevaluasi data pasien, (8) dapat memberikan
berbagai macam sudut pandang pasien mengenai
penyakit yang dipelajari, (9) melatih empati mahasiswa,
(10) melatih keterampilan komunikasi.
e. Subkategori peralatan praktikum (3,85%)
Peralatan praktikum yang disebutkan oleh
responden adalah kelengkapan alat praktikum. Salah
satu aktivitas pembelajaran dalam kurikulum PBL
adalah praktik di laboratorium.
30
Peralatan yang
lengkap akan membantu kelancaran kegiatan praktik
di laboratorium.
26
Pengadaan alat yang lengkap dan
layak pakai adalah kewajiban institusi karena kelengkap-
an alat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar mahasiswa.
26
f. Subkategori audiovisual (1,92%)
Audiovisual yang disebutkan oleh responden
adalah penyediaan audiovisual. Audiovisual merupakan
salah satu fasilitas yang dapat digunakan sebagai
referensi. Contohnya adalah penggunaan CD-ROM
interaktif dan kaset video.
9,31
Audiovisual sebagai
referensi merupakan salah satu fasilitas yang dapat
mendukung keberhasilan suatu pembelajaran mandiri.
9
4. Faktor Proses Belajar (16,67%)
Proses pembelajaran belajar dalam kurikulum PBL
meliputi diskusi kelompok kecil (tutorial), kuliah pakar,
praktikum.
13
Tutorial dalam konteks PBL adalah suatu
proses belajar aktif di dalam diskusi kecil yang meng-
aktifkan pengetahuan mahasiswa sebelumnya, di-
stimulus oleh masalah, difasilitasi oleh tutor, dipimpin
oleh mahasiswa yang dibantu sekretaris terpilih dengan
menggunakan aktivitas terstruktur yaitu seven jumps.
9
Diskusi tutorial terdiri atas beberapa siswa yang saling
berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan
belajar yang diinginkan.
10
Keuntungan terpenting dari
metode belajar dengan diskusi tutorial adalah mampu
membawa siswa melakukan active dan collaborative
learning.
32
Kedua karakteristik ini sangat penting dan
sesuai dengan prinsip belajar student centered learning
(SCL), adult learning dan teori konstruktivis. Tutorial
adalah salah satu dari manifestasi pembelajaran
kolaboratif dalam PBL.
1
Dilihat dari fungsi dan
karakteristiknya, tutorial merupakan jantung atau inti
dalam aktivitas proses pembelajaran PBL
9
yang
mendukung terlaksananya pembelajaran konstruktif,
mandiri, dan kolaboratif dalam PBL.
Kuliah adalah metode pengajaran yang di-
selenggarakan dalam kelas besar yaitu pengajar langsung
berhadapan dengan mahasiswa untuk menyampaikan
materi pengajarannya.
31
Kuliah pada kurikulum PBL
diselenggarakan untuk membimbing mahasiswa dan
memacu mahasiswa untuk belajar lebih mendalam.
Praktikum yang dilakukan dalam PBL adalah praktikum
di laboratorium, praktikum di lapangan, dan praktikum
keterampilan medik.
30
Kuliah dan praktikum merupa-
kan salah satu aktivitas belajar yang mengintegrasikan
disiplin ilmu untuk menciptakan pembelajaran
kontekstual dan kolaboratif. Berikut ini akan dibahas
setiap subkategori berdasar urutan persentase tertinggi
hingga terendah.
a. Subkategori kuliah (59,09%)
Faktor kuliah yang disebutkan oleh responden
adalah kuliah yang informatif dan jelas yang mampu
memacu rasa ingin tahu, kuliah yang memberikan
batasan hal-hal penting yang harus dipelajari, dan kuliah
yang kontekstual. Kuliah yang mampu memacu rasa
ingin tahu dapat membuat mahasiswa terpacu dalam
belajar mandiri. Kuliah yang memberikan batasan hal-
hal penting yang harus dipelajari dapat memperjelas
mahasiswa dalam menyusun rencana belajarnya. Kuliah
kontekstual yang dimaksud responden adalah kuliah
yang memuat permasalahan yang aplikatif terhadap
kehidupan sehari-hari. Hasil yang didapatkan me-
nunjukkan bahwa kuliah dianggap sebagai faktor yang
paling berpengaruh dalam proses belajar pada
pelaksanaan pembelajaran yang konstruktif, mandiri,
kolaboratif, dan kontekstual. Hal ini kemungkinan
dikarenakan kuliah memiliki porsi terbanyak dalam
proses belajar pada pelaksanaan PBL di FK UGM
sehingga mahasiswa masih menganggap bahwa kuliah
sebagai proses belajar yang paling utama dan paling
berpengaruh.
30
Hal ini bertentangan dengan teori yang
menyatakan bahwa tutorial sebagai inti dari PBL.
9
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
41
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
b. Subkategori tutorial (27,27%)
Faktor tutorial yang disebutkan oleh responden
adalah tutorial yang memacu rasa ingin tahu dan
memotivasi untuk belajar, tutorial dengan suasana yang
mendukung serta anggota yang aktif, tutorial yang
mempunyai batasan LO yang jelas, dan tutorial yang
dipersiapkan dengan baik. Tutorial yang memacu rasa
ingin tahu dan memotivasi untuk belajar akan
mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri. Tutorial
dengan suasana yang mendukung serta anggota yang
aktif membuat mahasiswa dapat belajar secara
kolaboratif. Tutorial yang mempunyai batasan LO yang
jelas dapat membuat mahasiswa mengetahui secara jelas
apa yang harus dipelajari. Tutorial yang dipersiapkan
dengan baik yang dimaksud adalah mahasiswa
sebelumnya telah mempersiapkan diri sebelum diskusi
sehingga mahasiswa dapat membahas tujuan belajar yang
akan dicapai.
Tutorial merupakan merupakan manifestasi proses
belajar yang utama pada pelaksanaan pembelajaran PBL.
Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik PBL yaitu
dengan sedikitnya jumlah kuliah yang ada didalamnya.
Tutorial merupakan salah satu dasar yang paling penting
dalam pelaksanaan PBL sehingga seharusnya jika sesuai
dengan teori, maka subkategori faktor yang didapatkan
yang paling mempengaruhi adalah tutorial, namun, yang
paling banyak dijawab oleh responden adalah kuliah.
Hal ini menunjukkan pentingnya kuliah bagi mahaiswa
sebagai suatu petunjuk dalam pembelajaran yang isinya
jelas, mudah dimengerti dan mampu menstimulus
mahasiswa untuk belajar lebih dalam lagi. Hal ini juga
dapat diinterpretasikan bahwa kemungkinan penerapan
kurikulum PBL di FK UGM belum sepenuhnya problem-
based namun masih terpengaruh dengan sistem
konvensional dengan pendekatan lecture-based yang
kemungkinan dikarenakan kuliah memiliki porsi waktu
yang lebih banyak dibandingkan tutorial. Untuk
menilai hal ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui tingkat pelaksanaan kurikulum PBL
pada suatu institusi pendidikan.
c. Subkategori praktikum (13,64%)
Faktor praktikum yang disebutkan oleh
responden adalah praktikum dengan penjelasan yang
lengkap dari dosen dan praktikum dengan materi yang
kontekstual. Praktikum dengan penjelasan yang lengkap
dari dosen dapat membuat mahasiswa mengerti dan
meresapi proses belajar dalam praktikum. Praktikum
yang kontekstual yang dimaksud adalah praktikum yang
secara keilmuan dapat diterapkan pada kehidupan.
Kedua hal ini menunjukkan bahwa praktikum
merupakan salah satu pembelajaran yang penting dalam
PBL karena mahasiswa dapat belajar secara kontekstual
dari yang dilakukan pada saat praktikum.
5. Faktor Isi Pembelajaran(4,92%)
Faktor isi pembelajaran yang disebutkan oleh
responden adalah jumlah beban belajar mahasiswa,
banyaknya paparan klinis, materi pembelajaran yang
menarik dan kontekstual, metode pembelajaran yang
inovatif, kejelasan kurikulum, skenario dan kesesuaian
standar.
Jumlah beban belajar mahasiswa yang dimaksud
adalah beban belajar mahasiswa baik itu materi maupun
tugas yang harus dipikul mahasiswa. Beban belajar
mahasiswa akan berpengaruh terhadap suatu
pembelajaran karena beban yang terlalu berat dapat
menjadi stressor yang dapat membuat belajar menjadi
tidak optimal.
22
Paparan klinis yang dimaksud adalah
pembelajaran langsung dari lapangan atau pusat
pelayanan kesehatan. Paparan klinis yang banyak dapat
mendukung pembelajaran kontekstual dengan
memberikan gambaran kepada mahasiswa untuk
mengetahui apa yang akan dihadapi kelak.
29
Materi pembelajaran yang menarik dan metode
pembelajaran yang inovatif dapat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pembelajaran mandiri karena kedua hal
tersebut mampu memacu mahasiswa mempelajari
sesuatu lebih dalam saat mahasiswa belajar secara
mandiri.
26
Kejelasan kurikulum yang dimaksud
kemungkinan adalah mahasiswa diberitahu dengan jelas
kurikulum yang digunakan, sehingga dapat belajar sesuai
dengan yang telah ditentukan oleh fakultas.
Skenario yang dimaksud adalah skenario yang
mampu memacu mahasiswa dalam belajar. Skenario
dapat mempengaruhi pembelajaran mahasiswa dalam
PBL karena skenario merupakan stimulus mahasiswa
dalam belajar sehingga scenario harus dibuat agar dapat
memacu mahasiswa untuk belajar.
1,6,33
Kesesuaian
standar yang dimaksud adalah isi pembelajaran harus
dapat menciptakan keluaran mahasiswa yang memiliki
kompetensi sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Standar kompetensi tersebut ditentukan
oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Hal ini
berpengaruh terhadap pembelajaran mahasiswa karena
mahasiswa belajar sesuai dengan tujuan belajar yang
ditentukan fakultas.
Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
42
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
6. Faktor Jadwal Pembelajaran (4,55%)
Faktor jadwal pembelajaran yang disebutkan oleh
responden adalah padatnya jadwal, kepastian jadwal,
efisiensi jadwal. Padatnya jadwal kuliah yang harus
diikuti oleh mahasiswa akan mempengaruhi proses
pembelajaran.
26
Perubahan jadwal yang sering terjadi
kemungkinan dapat mengacaukan jadwal pribadi yang
sudah dibuat mahasiswa. Padahal, pengaturan jadwal
pribadi merupakan salah satu komponen planning.
1,6,9,11
Hal ini bersifat teknis namun dapat mempengaruhi
pelaksanaan pembelajaran mandiri dalam PBL. Efisiensi
jadwal juga akan mempengaruhi pembelajaran
seseorang karena dalam efisiensi jadwal diperlukan
ketepatan waktu dan ketepatan jumlah.
7. Lain-lain (3,40%)
Faktor lain-lain yang dimaksud dalam kategori ini
adalah kalimat pernyataan responden yang berada diluar
kategori yang sudah disebutkan diatas. Faktor lain-lain
yang dimaksudkan oleh responden adalah sistem
pengelolaan fakultas dalam penyelenggaraan kurikulum
PBL, petunjuk dalam proses belajar, dan sistem
pembelajaran yang digunakan. Pertama, yang dimaksud
sistem pengelolaan fakultas dalam penyelenggaraan
kurikulum PBL disini adalah peran koordinasi internal
fakultas dalam penyelenggaraan PBL dan pembuatan
kebijakan yang berkaitan dengan sistem PBL, komitmen
dari seluruh komponen PBL yang meliputi pihak
fakultas, perlunya sistem monitoring yang ketat dan
evaluasi dalam pembelajaran perlunya reward untuk
mahasiswa atau dosen agar semakin termotivasi dalam
pelaksanaan pembelajaran PBL, sistem atau pengelolaan
yang dilakukan oleh fakultas harus baik agar
pembelajaran berjalan sesuai tujuan. Kedua, yang
dimaksud petunjuk dalam proses belajar adalah
kebutuhan mahasiswa akan petunjuk dalam pproses
belajar. Ketiga, yang dimaksud sistem pembelajaran yang
digunakan adalah perbedaan penerapan kurikulum akan
menimbulkan perbedaan sikap dalam pola belajarnya.
Simpulan
Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif,
mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL yaitu:
1. faktor mahasiswa,
2. faktor dosen,
3. faktor fasilitas,
4. faktor proses pembelajaran,
5. faktor isi pembelajaran,
6. faktor penjadwalan, dan
7. lain-lain.
Tiga faktor utama yang memiliki persentase
terbesar adalah faktor mahasiswa, faktor dosen, dan
faktor fasilitas. Persentase faktor mahasiswa merupakan
persentase terbanyak dari ketujuh faktor yang berhasil
dieksplorasi. Hal ini menunjukkan pelaksanaan PBL
di FK UGM konsisten dengan teori pembelajaran
dalam PBL yaitu student-centered sesuai dengan definisi
PBL yang menitikberatkan proses pembelajaran pada
mahasiswa.
Saran
1. Mahasiswa hendaknya dapat mengoptimalkan
interaksi dengan teman. Hal ini dimaksudkan
untuk mencapai pembelajaran yang maksimal.
2. Dosen diharapkan dapat lebih meningkatkan
kompetensinya baik sebagai pengajar (pemberi
kuliah) maupun sebagai tutor dalam tutorial.
3. Fakultas diharapkan dapat meningkatkan kuanti-
tas, kualitas, dan akses literatur yang disediakan
di perpustakaan. Contoh peningkatan kuantitas
dapat dilakukan dengan penambahan jumlah
textbook, peningkatan kualitas dapat dilakukan
dengan memperbaharui textbook (update),
peningkatan akses literatur dapat dilakukan
dengan memperluas akses terhadap jurnal
maupun artikel elektronik lainnya. Hal ini
menjadi perlu perhatian khusus karena sumber
belajar merupakan faktor yang penting baik
secara teori maupun dalam praktik pelaksanan
pembelajaran konstrukif, mandiri, kolaboratif,
dan kontekstual.
4. Fakultas juga diharapkan meningkatkan suatu
atmosfer sosial yang dapat mendukung
mahasiswa untuk berinteraksi satu sama lain.
Terdapat beberapa cara dalam usaha optimalisasi
interaksi antar mahasiswa yang dapat dilakukan
oleh fakultas seperti penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan keakraban mahasiswa. Kegiatan
keakraban tersebut dapat berupa outbond, malam
keakraban, dan kegiatan keakraban lainnya.
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
43
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan dalam mengeksplorasi masing-masing
faktor yang telah didapatkan. Diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai atmosfer sosial
yang dapat mendukung pembelajaran mahasiswa
secara optimal.
Daftar Pustaka
1. Dolmans D, Grave W, Wolfhagen I, Vluten C. Problem-
based learning: future challanges for educational practice
and research. Medical Education 2005; 39:732-41.
2. Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine:
Problem based learning. British Medical Journal 2007;
326:328-30.
3. Charlin B, Karen M, Hansen P. The many faces of
problem-based learning: a framework for understanding
and comparison. Medical Teacher 1998; 20(4):323-30.
4. Pouyioutas P, Solomou E, Loannou C. Problem based
learning in the educational system of Cyprus. Available
from URL: http://www.unic.ac.cy/media/Research/
Photos/papereuclides.pdf. Cited on 17/07/2009
5. Dillenbourg P, Baker M, Blaye A, OMalley C. The
evolution of research on collaborative learning. In: E.,
Spada, P., Reiman (Ed.): Learning in humans and
machine: towards an interdisciplinary learning science.
Elsevier, Oxford 1996; pp: 189-211.
6. Davis MH, Harden RM. AMEE Medical Education
Guide No. 15: Problem-based Learning: a Practical
Guide. Medical Teacher 1999; 21:130-40.
7. Kaufman DM. ABC of learning and teaching in
medicine: applying educational theory in practice. BMJ
2003; 326:213-6.
8. Caplow JAH, Donaldson JF, Kardash CA, Hosokawa
M. Learning in a problem-based medical curriculum:
students conceptions. Medical Education 1997;31:440-
7.
9. Harsono. Pengantar problem-based learning. Edisi
Kedua. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran
UGM, 2003.
10. Amin Z, Eng KH. Basics in medical education. Singapore:
Stalion Press, 2000.
11. Baptiste, ES. Problem-based Learning: a self directed
journey. Ontario: McMaster University, 2003.
12. Savin-Baden M, Major CH. Foundations of problem-
based learning. New York: Society for Research into
Higher Education & Open University Press, 2004.
13. Levin BB. Energizing teacher education and professional
developement with problem-based learning. Virginia:
Association for Super vision and Curriculum
Developement, 2001.
14. Nieminen J, Sauri P, Lonka K. On the relationship
between group functioning and study success in
problem-based learning. Medical Education 2006;
40:64-71.
15. Gagne RM, Briggs LJ, Wager WW. Principles of
instructional design. Florida: Harcourt Brace Jovanovich
Publisher, 1992.
16. Peyton JWR. Teaching and learning in medical practice,
1st ed. US. Manticore Publishers, 1998.
17. Hutchinson L. Educational environment. In: Cantillon
L, Hutchinson D, Wood, editors. ABC of Learning and
Teaching. London: BMJ Publishing Group, 2003:
pp:25-8.
18. Uden L, Beaumont C. Technology and problem-based
learning. USA: Information Science Publishing, 2006.
19. Dalyono. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
20. Romauli T, Rahayu GR, Suhoyo Y, Dibyasakti BA.
Indikator-indikator penilaian pelaksanaan pembelajar-
an secara konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan
kontekstual di Fakultas Kedokteran UGM [skripsi].
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2010.
21. Sadock BJ, Kaplan HI, Sadock VA. Kaplan & Sadocks
Synopsis of Psychiatry. 9th edition. London: Lippincott
& William, 2003.
22. Suhoyo Y, Emilia O, Hadianto T. Perbandingan efekti-
fitas antara computer based learning (CBL) dan kuliah
sebagai metode pengajaran prinsip dasar bioetika pada
mahasiswa baru fakultas kedokteran UGM [tesis].
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2008.
23. Santoso S. Efektivitas pembelajaran problem based
learning untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa
pada mata ajaran asuhan kebidanan perdarahan
kehamil-an lanjut dan pascapersalinan [tesis]. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran UGM, 2005.
24. Khoiriyah U. Critical thinking dalam proses tutorial
problem based learning [tesis]. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran UGM, 2008.
25. Hakim. Belajar secara efektif. Jakarta: Puspa Swara,
2002.
26. Yurika YP. Hambatan mahasiswa jalur ekstensi dalam
pembelajaran mata kuliah pelayanan keluarga
berencana di prodi kebidanan poltekes Yogyakarta
Tahun 2005 [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
UGM, 2005.
27. Nicholls G. Developing teaching and learning in higher
education. London: Rotledge Falmer, 2002.
28. Zimitat C, Hamtlton S, DeJersey J, Reily P, Ward L.
Problem-based learning in metaolic biochemistry.
Retrieved January 30, 2010. Available from URL: http:/
/ florey.biosci.uq.edu.au/BiochemEd/PBLmetab.htm,
1994.
29. Dammers J, Spencer J, Thomas M. Using real patients
in problem-based learning: students comments on the
value of using real, as opposed to paper cases, in a
Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
44
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
problem-based learning module in general practice.
Medical Education 2001;35:27-34.
30. _________. Panduan akademik fakultas kedokteran
2005/2006. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM,
2005.
31. Suhoyo Y, Emilia O, Hadianto T. Tingkat stress pada
mahasiswa tingkat profesi fakultas kedokteran
Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokter-
an dan Profesi Kesehatan Indonesia 2006; 1:11-18.
32. Pleijers VASF, Dolmans DHJM, Wolfaghen HAP, Van
der Vleuten CPM. Exploration of a method to analyze
group interactions in problem based learning. Medical
Teacher 2004; 26(5)p: 471-78.
33. Albanese MA, Mitchell S. Problem-based Learning: a
review of literature on its outcomes and implementation
issues. Academic Medicine 1993;68:52-81.
Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
45
Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan
pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL
LAMPIRAN

You might also like