1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
32 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL ARTI KEL ARTI KEL ARTI KEL ARTI KEL ARTI KEL Keyword: Constructive learning, collaborative learing, self- directed-learning, contextual learning, problem-based learning. Korespondensi: namakuverdika@yahoo.com 0274-562139 Pendahuluan Abstract Background: Basic theories that underlie the implementation of PBL are constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning. Many studies have been done regarding various aspects of PBL, however, there are very limited studies that explore factors influencing students towards constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning. Objective: The study aimed to explore factors influencing students toward constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning. Method: It is an explorative study using qualitative approach. Subjects are 65 medical students from regular & international class, choose purposively and 6 tutors and block coordinators. First the subjects were invited to attend a scheduled meeting to explain the meaning of constructive, collaborative, self- directed, and contextual learning. After that they were asked to complete open questionnaire asking 3 main factors influencing students toward constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning in PBL. Result: There are 264 items that influence students toward constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning. Those items are categorized into 7 domains and each domain has each own sub domain. Based on the percentage, the highest to the lowest are: factors from students (28,41%); teachers (22,35%); facilities (19,70%); learning process (16,67%); learning content (4,92%); learning schedule (4,55%); others (3,40%). Conclusion: The most influence factor toward constructive, collaborative, self-directed, and contextual learning is factor from students themself. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk Melaksanakan Pembelajaran yang Konstruktif, Mandiri, Kolaboratif dan Kontekstual dalam Problem-Based Learning Verdika Secondira M.R. 1 , Gandes Retno R 2 , Yoyo Suhoyo 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada 2 Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Problem-based learning (PBL) adalah sebuah strategi pembelajaran baru yang menitikberatkan pembelajaran pada mahasiswa atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered learning). Sejak diperkenalkan oleh Barrows pada 1969 di Fakultas Kedokteran McMaster, Kanada, PBL telah diadopsi oleh banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia. Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL seperti mendorong pembelajaran mahasiswa lebih aktif dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan dasar, persiapan kemampuan lifelong learning, paparan klinis yang lebih banyak, peningkatan hubungan antar mahasiswa dan staf pengajar, dan peningkatan motivasi mahasiswa. 1,2 Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 33 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL Menurut Dolmans et al.,
PBL dibangun atas empat prinsip yang mendasarinya yaitu pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual. 1 Pembelajaran konstruktif merupakan proses mahasiswa membangun pengetahuan yang dimilikinya secara aktif. 1,3,4 Pembelajaran yang disebut self-directed learning adalah mahasiswa berperan aktif dalam merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi (evaluating) proses belajar. 1 Pembelajaran yang kolaboratif merupakan pembelajaran dari interaksi antar individu yang dapat menimbulkan dampak positif. 1,5 Pem- belajaran yang kontekstual dimaksudkan bahwa suatu proses pembelajaran diharuskan dapat menggambarkan situasi dan kondisi lingkungan tempat dan waktu pengetahuan tersebut digunakan atau dengan kata lain sesuai dengan konteksnya. 1,3,6 Pelaksanaan keempat prinsip pembelajaran tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing prinsip pembelajaran secara otomatis akan mem- pengaruhi pelaksanaan PBL. Sebagai contoh, Kaufman 7 menyebutkan bahwa sebagian besar kontrol proses belajar berada pada mahasiswa sendiri, sehingga faktor mahasiswa menjadi sangat berpengaruh pada proses belajar dalam PBL. Caplow et al. 8 juga menjelaskan bahwa peran tutor sebagai fasilitator dan penggunaan waktu pribadi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan PBL. Dalam pembelajaran kolaboratif, interaksi sosial dan lingkungan sangat berperan penting dalam pembentukan serta per- kembangan pengetahuan seseorang. 5 Dolmans et al. 1 merekomendasikan lebih banyak kontribusi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai keempat teori dasar pembelajaran dalam PBL tersebut. Untuk itu perlu adanya penelitian yang memperdalam mengenai keempat teori dasar pembelajaran tersebut, salah satunya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual dalam PBL. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) telah menerapkan PBL sejak tahun 1992. Mulai tahun 2002, FK UGM menggunakan kurikulum PBL yang telah mengubah seluruh kurikulum konvensional menjadi sistem blok. 9 Sebagai institusi yang memakai PBL sejak tahun 1992, FK UGM perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dalam PBL, sehingga diperlukan suatu penelitian untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dalam PBL di FK UGM. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dalam PBL dapat menjadi suatu per-timbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa dan meningkatkan kualitas pelaksanaan PBL dalam suatu institusi pendidikan umumnya, dan khususnya di FK UGM. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian deskriptif eksploratif. Subyek penelitian terdiri dari 65 mahasiswa kedokteran dari program reguler dan internasional yang dipilih secara purposif dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan 6 orang tutor yang juga menjadi koordinator blok. Pertama, subyek diundang dalam suatu pertemuan terjadwal untuk mendapat penjelasan mengenai pengertian konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual. Kemudian mereka diberi pertanyaan terbuka Sebutkan 3 faktor utama yang mempengaruhi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL. Analisis hasil dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: 1. Membuat daftar seluruh pernyataan faktor- faktor yang mempengaruhi mahasiswa melaku- kan pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual. 2. Membaca berulang kali seluruh pernyataan responden untuk mendapat inti maksud dari pernyataan sehingga kemudian pernyataan yang memiliki maksud sama dikelompokkan menjadi satu. 3. Membuat beberapa kategori yang dapat me- wakili seluruh pernyataan responden yang telah dikelompokkan. 4. Memasukkan kelompok pernyataan pada kate- gori-kategori yang telah dibuat. 5. Menghitung persentase tiap faktor dari ke- seluruhan faktor yang didapatkan. 6. Melakukan analisis. Hasil Penelitian Terdapat tujuh kategori utama yang diidentifikasi sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 34 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL. Ketujuh faktor tersebut didapatkan dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan daftar faktor yang didapat dari jawaban seluruh responden dari pertanyaan terbuka Sebutkan 3 faktor utama yang mempengaruhi maha-siswa untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL!. Hasil tahap pertama adalah 264 aitem pernyataan dari seluruh responden. 264 aitem pernyataan tersebut kemudian masuk ke tahap kedua yaitu pengelompokan. Untuk pernyataan dengan maksud yang sama dikelompokkan menjadi satu dan dibuat suatu kalimat utama yang dapat mewakili beberapa pernyataan tersebut. Tabel 1. Contoh kalimat utama Kalimat pernyataan responden Kalimat utama Datang sesuai jadwal (tepat waktu) Dosen tepat waktu dan dapat member slide kepada mahasiswa Dosennya tepat waktu, Lecturers who are punctual Dosen yang tepat waktu (disiplin) Tahap ketiga adalah pembuatan kategori utama. Hasil tahap ketiga adalah tujuh faktor sebagai berikut : 1. Faktor mahasiswa 2. Faktor dosen 3. Faktor fasilitas 4. Faktor proses pembelajaran 5. Faktor isi pembelajaran 6. Faktor penjadwalan 7. dan lain-lain Dikarenakan beberapa kategori faktor utama masih terlalu luas maka dibuat subkategori agar dapat ter- kelompokkan lebih rinci. Berikut ini adalah subkategori dari masing-masing kategori faktor utama. Tabel 2. Subkategori faktor utama No Kategori utama Subkategori 1 Faktor Mahasiswa 1. Teman 2. Motivasi 3. Cara belajar 4. Manajemen waktu 5. Mood 6. Cita-cita 7. Kesehatan pribadi 8. Minat 9. Keaktifan atau partisipasi 10. Tokoh 11. Prior knowledge 12. Orang Tua 2 Faktor Dosen 1. Kompetensi umum 2. Kemampuan berperan sebagai tutor 3 Faktor Fasilitas 1. Literature 2. Skills Lab 3. Internet 4. Audiovisual 5. Peralatan praktikum 6. Gedung & Ruangan 4 Faktor Proses Belajar 1. Proses kuliah 2. Proses praktikum 3. Proses tutorial 5 Faktor Isi pembelajaran isi pembelajaran 6 Faktor Jadwal Pembelajaran faktor penjadwalan 7 Lain-lain lain-lain Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 35 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL Berikut ini adalah tabel contoh kategori utama, subkategori, dan aitem. Tabel 3. Contoh aitem, kalimat utama, kategori utama, dan subkategori Setiap aitem tersebut di atas kemudian dihitung dan dibuat persentasenya (lihat tabel 4). Tabel 4. Hasil penghitungan persentase tiap aitem dan kategori Tidak hanya kategori utama yang dibuat persentase, subkategori juga dibuat persentase (lihat Lampiran 1). Pembahasan Terdapat tujuh kategori faktor-faktor yang mem- pengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL. Tujuh faktor tersebut adalah (1) mahasiswa, (2) dosen, (3) fasilitas, (4) proses pembelajaran, (5) isi pembelajaran, (6) penjadwalan, dan (7) lain-lain. Aitem (kalimat pernyataan responden) Kalimat utama Kategori utama Subkategori Kuliah yang dalam penyampaiannya mampu memberikan rasa ingin tahu kepada mahasiswa. Tapi jangan terlalu banyak meminta mahasiswa belajar atau mencari sendiri, karena saya rasa itu akan membuat mahasiswa enggan mengikuti kuliah karena pada akhirnya juga akan mencari bahan sendiri. Kuliah yang informatif, artinya yang bisa membuka pikiran kita lebih jauh dan lebih dalam tentang materi tertentu, bukan kuliah yang dangkal (yang maksudnya untuk memancing, tapi malah bikin malas mendengarkan). Kuliah yang informatif dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan memacu mahasiwa untuk belajar lebih lanjut Proses Belajar Proses Kuliah Kategori Utama Jumlah Subkategori Jumlah Aitem (pernyataan responden) Persentase Mahasiswa 12 75 28,41% Dosen 2 59 22,35% Fasilitas 6 52 19.70% Proses Belajar 3 44 16,67 % Isi Pembelajaran 1 13 4,92% Jadwal Pembelajaran 1 12 4,55% Lain-lain 1 9 3,40% TOTAL 26 264 100% Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 36 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL 1. Faktor Mahasiswa (28,41%) Faktor mahasiswa menunjukkan bahwa maha- siswa menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam PBL. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam PBL adalah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student-centered learning) sehingga mahasiswa memegang peran utama pelaksanaan pembelajaran PBL. 6,10 Peran mahasiswa dalam PBL antara lain berpartisipasi secara aktif dan mandiri dalam belajar, menggali permasalahan, menginvestigasi, dan berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan. 1,12 Mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam belajar sehingga mahasiswa harus mampu menginisiasi dan mengatur kebutuhan belajarnya sendiri serta menjadi motivator belajar bagi diri sendiri dan orang lain. 13 Davis dan Harden 6 juga menyebutkan bahwa salah satu peran mahasiswa dalam karakteristik PBL adalah proses belajar dengan mahasiswa berpartisipasi secara aktif dan mampu belajar secara mandiri. Peran mahasiswa dalam pembelajaran konstruktif adalah mahasiswa belajar secara aktif dalam membangun pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya disebut dengan prior knowledge. Prior knowledge yang dimiliki mahasiswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mengaitkan pengetahuan yang baru didapat dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. 1,3,6 Peran mahasiswa dalam pembelajaran mandiri (self- directed) adalah mahasiswa berperan aktif dalam merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi (evaluating) proses belajar. 1,9,11 Planning adalah kegiatan mahasiswa memahami segala peluang yang dimilikinya, lalu menetapkan tujuan, dan mem- buat strategi untuk mencapainya serta mengidentifikasi hambatan yang akan dihadapinya. Monitoring adalah kegiatan mahasiswa menyadari yang sedang dilakukannya dan sudah bisa mengantisipasi hal yang akan terjadi setelahnya. Caranya adalah dengan melihat lagi ke belakang serta ke depan apa yang telah dipelajarinya. Evaluating dengan kata lain dapat disebut refleksi. Refleksi penting untuk pengaturan diri. Pengaturan diri ini bisa dalam hal keilmuan maupun sebagai motivasi karena keduanya adalah aspek untuk membentuk proses belajar yang self-regulated. Pembelajaran mandiri memungkinkan mahasiswa belajar secara aktif dalam memproses informasi. Sebagai pembelajar mandiri, mahasiswa memiliki peran mendefinisikan sendiri kebutuhan belajarnya, sehingga mahasiswa dapat memilih strategi belajar yang paling sesuai dengannya, dan menentukan sejauh mana mereka telah mengerti. 3,6 Peran mahasiswa dalam pembelajaran kolaboratif adalah mahasiswa menciptakan suatu diskusi yang berkualitas karena kualitas diskusi mempengaruhi tingkat kesuksesan belajar mahasiswa. 14 Dalam pembelajaran kolaboratif terdapat pembagian tugas diantara peserta (mahasiswa) dan masing-masing peserta memiliki tanggung jawab yang sama terhadap tugas yang dihadapi dan mutual engagement antar anggotanya dalam menyelesaikan tugas. 5 Peran mahasiswa dalam pembelajaran kontekstual adalah mahasiswa melihat permasalahan pada kasus atau skenario dari berbagai sudut pandang. Melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dapat menimbulkan pola pikir kritis mahasiswa dan dapat menstimulus proses pembelajaran sehingga mahasiswa mengerti konteks ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dan mengetahui waktu pengetahuan tersebut diguna- kan. 1 Penjelasan di atas menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan PBL sehingga faktor dari mahasiswa merupakan faktor utama yang menentukan terlaksananya suatu pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual dalam PBL. Apabila mahasiswa tidak menjalankan perannya tersebut maka PBL tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Berikut ini akan dibahas setiap subkategori berdasar urutan persentase tertinggi hingga terendah. a. Subkategori teman (22,67%) Faktor teman yang disebutkan oleh responden adalah teman yang dapat diajak berbagi ilmu pengetahuan (sharing), teman yang dapat memotivasi belajar, dan juga kompetisi dengan teman. Aktivitas belajar mahasiswa dalam PBL tidak lagi menggunakan pendekatan yang dominan dengan kuliah (lecture-based learning) seperti pada metode konvensional. Aktivitas mahasiswa lebih banyak pada kelompok-kelompok kecil dan pembelajaran mandiri. Hal ini menyebabkan interaksi dengan teman dalam belajar menjadi faktor penting dalam pembelajaran PBL khususnya dalam pembelajaran PBL. Ketika suatu kelompok dapat bekerjasama dalam belajar dan membangun ilmu pengetahuan dengan suasana yang nyaman serta terdapat interaksi yang baik antara satu dengan yang lain, maka Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 37 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL pembelajaran kolaboratif dalam PBL dapat terlaksana dengan baik. b. Subkategori motivasi intrinsik (21,34%) Faktor motivasi intrinsik yang disebutkan oleh responden adalah motivasi dari diri sendiri untuk belajar, kesadaran akan pentingnya belajar, dan motivasi untuk menjadi seorang dokter. Motivasi belajar adalah kekuatan yang menyebabkan mahasiswa terlibat dalam suatu proses pembelajaran, fokus pada tujuan belajar, dan mengerjakan tugas belajar. 15,16 Motivasi dapat bersifat ekstrinsik maupun intrinsik. Contoh motivasi ekstrinsik adalah ujian, nilai, penghargaan dari orang lain sedangkan contoh motivasi intrinsik adalah keingin- an diri sendiri untuk belajar, keinginan mendapat pengetahuan yang relevan dengan apa yang akan dihadapi di masa depan. 17,18 Apabila mahasiswa memiliki motivasi intrinsik untuk belajar dan menyadari pentingnya belajar maka pembelajaran mandiri dalam PBL akan terlaksana dengan baik. Ini menunjukkan bahwa motivasi intrinsik berpengaruh terhadap pembelajaran mandiri mahasiswa dalam PBL. c. Subkategori cara belajar (9,33%) Faktor cara belajar yang disebutkan oleh responden adalah cara belajar sebelum menjadi mahasiswa fakultas kedokteran. Pada masa sekolah, guru memberikan pelajaran kepada murid dengan metode mengajar atau kuliah dalam kelas. Sedangkan pendekatan dalam pembelajaran PBL berdasarkan student-centered learning. 6,10 Mahasiswa tidak lagi belajar dengan dominasi kuliah, melainkan belajar secara aktif dan mandiri sesuai dengan teori PBL. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuai- kan diri dengan perubahan cara belajar yang baru ini. Dalyono 19 juga menyebutkan bahwa cara belajar dapat menentukan keberhasilan pembelajaran seseorang. Sesuai dengan konteks pembelajaran PBL, cara belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terlaksana- nya pembelajaran yang mandiri. d. Subkategori manajemen waktu (9,33%) Faktor manajemen waktu yang disebutkan oleh responden adalah disiplin dalam mengatur waktu belajar pribadi. Pengaturan waktu belajar pribadi merupakan bagian dari planning dalam pelaksanaan belajar mandiri. 20 Salah satu pelaksanaan pembelajaran mandiri adalah mahasiswa mengatur rencana kebutuhan belajarnya sendiri, termasuk mengatur waktu belajarnya sendiri. 1,6,9,11 Apabila mahasiswa dapat melakukan manajemen waktu yang baik, maka akan terlaksana pembelajaran mandiri. e. Subkategori mood (9,33 %) Faktor mood yang disebutkan oleh responden adalah suasana hati responden dalam belajar. Mood adalah suasana perasaan yang bersifat pervasive, bertahan lama, dan mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. 21 Mood dianggap berpengaruh terhadap pembelajaran dalam PBL karena suasana hati dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk belajar secara mandiri. Pembelajaran dalam PBL adalah pembelajaran dewasa yang diinduksi dari keingintahuan diri sendiri dan dipengaruhi oleh intrinsic goal orientation. 10 Intrinsic goal orientation adalah alasan mengikuti proses pem- belajaran karena tertantang, rasa ingin tahu, pemenuhan standar pribadi dan pemberdayaan diri. 22 f. Subkategori cita-cita (8,00 %) Faktor cita-cita yang disebutkan oleh responden adalah keinginan untuk menjadi dokter, tujuan pribadi menjadi dokter, dan konsekuensi tanggung jawab yang akan diemban di masa yang akan datang. Cita-cita merupakan salah satu contoh motivasi internal yang mampu mendorong mahasiswa belajar secara mandiri. 17,18 Cita-cita juga merupakan gambaran yang akan dihadapi kelak sehingga cita-cita membuat mahasiswa mengetahui konteks belajarnya dan penggunaan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa cita-cita mempe- ngaruhi pelaksanaan pembelajaran kontekstual. g. Subkategori kesehatan (8,00 %) Faktor kesehatan yang disebutkan oleh responden adalah kesehatan fisik pribadi mahasiswa dan lingkung- an. Kesehatan fisik pribadi akan mempengaruhi efektivitas belajar seseorang. Seseorang memerlukan kesehatan fisik yang baik untuk mencapai pembelajaran yang optimal dan efektif. 23 Kesehatan lingkungan yang dimaksud responden dalam penelitian ini adalah lingkungan rumah tempat belajar (kos atau rumah). Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor luar individu yang mempengaruhi keberhasilan belajar. 23 Lingkugan tempat belajar yang nyaman bagi mahasiswa akan mendukung upaya pembelajaran self-directed. 9 Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 38 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL h. Subkategori minat (4,00 %) Faktor minat yang disebutkan oleh responden dalam penelitian ini adalah ketertarikan mahasiswa terhadap suatu materi. Ketertarikan terhadap suatu materi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. 26 Hal ini menunjukkan bahwa minat terhadap materi akan mempengaruhi pembelajaran mandiri. i. Subkategori keaktifan (2,67 %) Faktor keaktifan yang disebutkan oleh responden adalah keaktifan dalam diskusi tutorial. Mahasiswa adalah subjek belajar yang aktif. Keaktifan yang dipentingkan dalam PBL adalah keterampilan analitik dalam memecahkan masalah, pengumpulan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah, serta penggunaan informasi dalam menghadapi masalah yang sesungguhnya. 23 Keaktifan belajar mahasiswa dapat tampak pada diskusi tutorial yang dinamis yang menimbulkan interaksi mutual dalam mencapai tujuan belajar. 1,24 Apabila mahasiswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajarnya, maka akan terlaksana pembelajaran kolaboratif. j. Subkategori tokoh (2,67 %) Faktor tokoh yang disebutkan oleh responden adalah tokoh yang dapat menginspirasi dan bisa menjadi panutan. Menginspirasi dan menjadi panutan kemungkinan dapat diartikan sebagai salah satu motivasi ekstrinsik bagi mahasiswa. Motivasi ekstrinsik dapat berpengaruh terhadap pembelajaran mandiri yang dilakukan mahasiswa. 17,18 k. Subkategori prior knowledge (1,33 %) Faktor prior knowledge yang disebutkan oleh responden adalah prior knowledge yang dimiliki mahasiswa sebelum menjalani suatu kegiatan belajar. Prior knowledge adalah pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya. 1 Prior knowledge menjadi sangat penting dalam pembelajaran konstruktif karena salah satu manifestasi pembelajaran konstruktif adalah aktivasi prior knowledge. 6 l. Subkategori orang tua (1,33 %) Faktor orang tua yang disebutkan oleh responden adalah mengenai balas budi terhadap orang tua. Orang tua merupakan faktor luar individu yang dapat mem- pengaruhi keberhasilan belajar mandiri seseorang. 25 Hal ini dikarenakan, orang tua dapat menjadi motivasi ekstrinsik mahasiswa dalam melakukan suatu pem- belajaran. 2 2. Faktor Dosen (22,05%) Dosen memiliki peran dalam terlaksananya sistem PBL. Peran dosen dalam PBL tidak lagi hanya sebagai seorang pengajar namun juga berperan sebagai fasilitator atau tutor dalam diskusi tutorial. 1,13 Tutor berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran PBL. Terdapat beberapa fungsi utama tutor yaitu menjaga agar proses belajar tetap berjalan, memancing mahasiswa belajar secara mendalam, memastikan semua mahasiswa terlibat dalam proses belajar, memantau kemajuan belajar dari tiap-tiap anggota kelompok, dan memberi tahu hal yang mampu mendorong mahasiswa dalam menggali kasusnya. Tutor juga berfungsi untuk men- stimulasi elaborasi, menstimulasi integrasi pengetahuan mahasiswa, menstimulasi interaksi antar mahasiswa dengan menanyakan beberapa pertanyaan, klarifikasi, atau aplikasi pengetahuan. Namun demikian, perlu digaris bawahi bahwa tutor tidak diperkenankan memberi tahu secara langsung ilmu pengetahuan yang dimilikinya, karena pada prinsipnya fungsi tutor adalah sebagai fasilitator proses belajar sehingga tercipta proses belajar yang aktif dan dinamis. 1,6,9,11 Peran tutor dalam pembelajaran konstruktif adalah memfasilitasi jalannya aktivasi prior knowledge dan elaborasi masalah. 1 Peran tutor dalam pembelajaran mandiri adalah memonitor belajar mandiri maha- siswa. 6 Peran tutor dalam pembelajaran kolaboratif adalah memastikan semua mahasiswa terlibat dalam proses belajar dalam diskusi kelompok kecil. 1 Peran tutor dalam pembelajaran kontekstual adalah memberi tahu hal yang menarik dari suatu kasus. Salah satunya dengan membantu memberikan gambaran mengenai pengalamannya selama ini yang sesuai dengan masalah yang dihadapi mahasiswa. 1 Berikut ini akan dibahas setiap subkategori berdasar urutan persentase tertinggi hingga terendah. a. Subkategori kompetensi umum dosen (81,03%) Kompetensi umum dosen yang disebutkan oleh responden adalah kemampuan dosen dalam menyam- paikan materi kuliah yang diajarkan. Nicholls 27 me- nyebutkan bahwa kompetensi menjadi seorang dosen Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 39 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL adalah mampu menyampaikan informasi, ide, konsep, dan ilmu pengetahuan dengan cara yang dapat dipahami dan diterima oleh mahasiswa. Kemampuan dosen menyampaikan materi dapat mempengaruhi keberhasil- an belajar mahasiswa. 26 Kompetensi umum dosen menjadi faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran konstruktif karena dosen memberikan tuntunan atau arahan untuk mahasiswa dalam mem- bangun ilmu pengetahuannya. 8 Dosen juga ber- pengaruh dalam pembelajaran mandiri karena dosen berfungsi mendorong mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran yang mandiri. Dosen harus mampu membuat mahasiswa terstimulus untuk mengembang- kan belajarnya sendiri. b. Subkategori kemampuan dosen berperan sebagai tutor (18,97%) Kemampuan dosen berperan sebagai tutor yang disebutkan oleh responden adalah cara tutor dalam menstimulasi pembelajaran mahasiswa dalam diskusi tutorial. Cara tutor dalam menstimulasi diskusi tutorial adalah dengan mengajukan pertanyaan umum dan spesifik, mendorong refleksi kritis, memberi saran dan tantangan yang bersifat membantu. 23 Kemampuan dosen sebagai tutor merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran PBL. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Uden & Beaumont 28 yang melaporkan bahwa 70% mahasiswa menilai peran tutor menentukan kesuksesan PBL. 3. Faktor Fasilitas (19,70%) Fasilitas dalam PBL adalah fasilitas yang berkaitan dengan pembelajaran dalam PBL. Terdapat 2 kelompok fasilitas yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan PBL yaitu fasilitas sumber belajar dan tempat belajar. Fasilitas sumber belajar meliputi perpustakaan yang memiliki referensi lengkap dan terbaru bila memungkinkan. 9 Fasilitas tempat meliputi ruang diskusi dan tempat belajar lain. Ruang diskusi yang diperlukan adalah ruang kecil yang cukup nyaman untuk 8-10 orang, lengkap dengan meja, kursi, papan tulis, dan penerangan yang cukup. Ruangan kedap suara sangat diperlukan agar ruangan tidak terganggu oleh suara dari ruang lainnya. Pendingin udara (air conditioner) adalah ideal apabila dapat dipasang namun bukan suatu keharusan mengingat implikasi biaya yang ditimbulkan olehnya. Ruang diskusi di luar gedung yang nyaman akan sangat membantu mahasiswa melakukan aktivitas akademiknya. Taman yang rindang, sejuk, tidak bising, dan dilengkapi dengan tempat duduk melingkar sangat mendukung tugas-tugas mahasiswa dalam upaya self-directed learning. 9 a. Subkategori literatur (63,46%) Faktor literatur yang disebutkan oleh reponden adalah ketersediaan fasilitas pustaka berupa buku, artikel, jurnal, yang semuanya digunakan sebagai sumber belajar. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Davis dan Harden 6 bahwa salah satu karakteristik PBL adalah mahasiswa diberi akses jangkauan sumber belajar dan dipandu dalam mencari sumber yang tepat untuk belajar secara mandiri. Harsono 9 juga menyebutkan bahwa salah satu yang diperlukan dalam pelaksanaan PBL adalah ketersediaan literatur sebagai referensi. Referensi dapat berupa buku, jurnal, artikel dan lain-lain. b. Subkategori internet (13,46%) Faktor internet yang disebutkan oleh responden adalah akses internet yang cepat dan jangkauan internet yang luas di berbagai tempat. Harsono 9 menyebutkan bahwa internet merupakan salah satu jenis referensi yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Internet menjadi sangat bermanfaat karena mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi tak terbatas dari internet. Internet dapat di akses diberbagai tempat dan informasi yang didapatkan bersifat up to date. Internet bermanfaat sebagai sumber belajar mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran PBL. c. Subkategori gedung dan ruangan (13,46%) Faktor gedung dan ruangan yang disebutkan oleh responden adalah tempat belajar yang nyaman. Tempat belajar dapat berarti tempat belajar di kampus seperti ruang kuliah, ruang kelas, ruang diskusi, dan daerah sekitar kampus. Tempat belajar yang nyaman merupa- kan fasilitas yang dapat mendukung keberhasilan terlaksananya pembelajaran yang mandiri. 9,26 d. Subkategori skillslab (3,85%) Fasilitas skills lab yang disebutkan oleh responden adalah fasilitas yang dapat menggambarkan keadaan nyata termasuk belajar dengan pasien nyata. Belajar dengan pasien nyata merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung terjadinya pembelajaran yang kontekstual. Dammers 29 menyebutkan bahwa terdapat Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 40 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL 10 keuntungan belajar menggunakan pasien nyata yaitu (1) pembelajaran yang terjadi lebih kontekstual dan relevan, (2) dapat menambah motivasi dan ketertarikan belajar, (3) mahasiswa dapat lebih fokus terhadap learning issue yang sedang dipelajari, (4) meningkatkan tanggung jawab mahasiswa terhadap kasus yang dihadapi, (5) melatih perasaan mahasiswa saat kelak menjadi dokter yang sebenarnya, (6) memberikan gambaran tingkat kerumitan yang sebenarnya dalam menangani pasien, (7) memudahkan mahasiswa dalam mengkonfirmasi dan mengevaluasi data pasien, (8) dapat memberikan berbagai macam sudut pandang pasien mengenai penyakit yang dipelajari, (9) melatih empati mahasiswa, (10) melatih keterampilan komunikasi. e. Subkategori peralatan praktikum (3,85%) Peralatan praktikum yang disebutkan oleh responden adalah kelengkapan alat praktikum. Salah satu aktivitas pembelajaran dalam kurikulum PBL adalah praktik di laboratorium. 30 Peralatan yang lengkap akan membantu kelancaran kegiatan praktik di laboratorium. 26 Pengadaan alat yang lengkap dan layak pakai adalah kewajiban institusi karena kelengkap- an alat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa. 26 f. Subkategori audiovisual (1,92%) Audiovisual yang disebutkan oleh responden adalah penyediaan audiovisual. Audiovisual merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan sebagai referensi. Contohnya adalah penggunaan CD-ROM interaktif dan kaset video. 9,31 Audiovisual sebagai referensi merupakan salah satu fasilitas yang dapat mendukung keberhasilan suatu pembelajaran mandiri. 9 4. Faktor Proses Belajar (16,67%) Proses pembelajaran belajar dalam kurikulum PBL meliputi diskusi kelompok kecil (tutorial), kuliah pakar, praktikum. 13 Tutorial dalam konteks PBL adalah suatu proses belajar aktif di dalam diskusi kecil yang meng- aktifkan pengetahuan mahasiswa sebelumnya, di- stimulus oleh masalah, difasilitasi oleh tutor, dipimpin oleh mahasiswa yang dibantu sekretaris terpilih dengan menggunakan aktivitas terstruktur yaitu seven jumps. 9 Diskusi tutorial terdiri atas beberapa siswa yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. 10 Keuntungan terpenting dari metode belajar dengan diskusi tutorial adalah mampu membawa siswa melakukan active dan collaborative learning. 32 Kedua karakteristik ini sangat penting dan sesuai dengan prinsip belajar student centered learning (SCL), adult learning dan teori konstruktivis. Tutorial adalah salah satu dari manifestasi pembelajaran kolaboratif dalam PBL. 1 Dilihat dari fungsi dan karakteristiknya, tutorial merupakan jantung atau inti dalam aktivitas proses pembelajaran PBL 9 yang mendukung terlaksananya pembelajaran konstruktif, mandiri, dan kolaboratif dalam PBL. Kuliah adalah metode pengajaran yang di- selenggarakan dalam kelas besar yaitu pengajar langsung berhadapan dengan mahasiswa untuk menyampaikan materi pengajarannya. 31 Kuliah pada kurikulum PBL diselenggarakan untuk membimbing mahasiswa dan memacu mahasiswa untuk belajar lebih mendalam. Praktikum yang dilakukan dalam PBL adalah praktikum di laboratorium, praktikum di lapangan, dan praktikum keterampilan medik. 30 Kuliah dan praktikum merupa- kan salah satu aktivitas belajar yang mengintegrasikan disiplin ilmu untuk menciptakan pembelajaran kontekstual dan kolaboratif. Berikut ini akan dibahas setiap subkategori berdasar urutan persentase tertinggi hingga terendah. a. Subkategori kuliah (59,09%) Faktor kuliah yang disebutkan oleh responden adalah kuliah yang informatif dan jelas yang mampu memacu rasa ingin tahu, kuliah yang memberikan batasan hal-hal penting yang harus dipelajari, dan kuliah yang kontekstual. Kuliah yang mampu memacu rasa ingin tahu dapat membuat mahasiswa terpacu dalam belajar mandiri. Kuliah yang memberikan batasan hal- hal penting yang harus dipelajari dapat memperjelas mahasiswa dalam menyusun rencana belajarnya. Kuliah kontekstual yang dimaksud responden adalah kuliah yang memuat permasalahan yang aplikatif terhadap kehidupan sehari-hari. Hasil yang didapatkan me- nunjukkan bahwa kuliah dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam proses belajar pada pelaksanaan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual. Hal ini kemungkinan dikarenakan kuliah memiliki porsi terbanyak dalam proses belajar pada pelaksanaan PBL di FK UGM sehingga mahasiswa masih menganggap bahwa kuliah sebagai proses belajar yang paling utama dan paling berpengaruh. 30 Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa tutorial sebagai inti dari PBL. 9 Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 41 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL b. Subkategori tutorial (27,27%) Faktor tutorial yang disebutkan oleh responden adalah tutorial yang memacu rasa ingin tahu dan memotivasi untuk belajar, tutorial dengan suasana yang mendukung serta anggota yang aktif, tutorial yang mempunyai batasan LO yang jelas, dan tutorial yang dipersiapkan dengan baik. Tutorial yang memacu rasa ingin tahu dan memotivasi untuk belajar akan mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri. Tutorial dengan suasana yang mendukung serta anggota yang aktif membuat mahasiswa dapat belajar secara kolaboratif. Tutorial yang mempunyai batasan LO yang jelas dapat membuat mahasiswa mengetahui secara jelas apa yang harus dipelajari. Tutorial yang dipersiapkan dengan baik yang dimaksud adalah mahasiswa sebelumnya telah mempersiapkan diri sebelum diskusi sehingga mahasiswa dapat membahas tujuan belajar yang akan dicapai. Tutorial merupakan merupakan manifestasi proses belajar yang utama pada pelaksanaan pembelajaran PBL. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik PBL yaitu dengan sedikitnya jumlah kuliah yang ada didalamnya. Tutorial merupakan salah satu dasar yang paling penting dalam pelaksanaan PBL sehingga seharusnya jika sesuai dengan teori, maka subkategori faktor yang didapatkan yang paling mempengaruhi adalah tutorial, namun, yang paling banyak dijawab oleh responden adalah kuliah. Hal ini menunjukkan pentingnya kuliah bagi mahaiswa sebagai suatu petunjuk dalam pembelajaran yang isinya jelas, mudah dimengerti dan mampu menstimulus mahasiswa untuk belajar lebih dalam lagi. Hal ini juga dapat diinterpretasikan bahwa kemungkinan penerapan kurikulum PBL di FK UGM belum sepenuhnya problem- based namun masih terpengaruh dengan sistem konvensional dengan pendekatan lecture-based yang kemungkinan dikarenakan kuliah memiliki porsi waktu yang lebih banyak dibandingkan tutorial. Untuk menilai hal ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat pelaksanaan kurikulum PBL pada suatu institusi pendidikan. c. Subkategori praktikum (13,64%) Faktor praktikum yang disebutkan oleh responden adalah praktikum dengan penjelasan yang lengkap dari dosen dan praktikum dengan materi yang kontekstual. Praktikum dengan penjelasan yang lengkap dari dosen dapat membuat mahasiswa mengerti dan meresapi proses belajar dalam praktikum. Praktikum yang kontekstual yang dimaksud adalah praktikum yang secara keilmuan dapat diterapkan pada kehidupan. Kedua hal ini menunjukkan bahwa praktikum merupakan salah satu pembelajaran yang penting dalam PBL karena mahasiswa dapat belajar secara kontekstual dari yang dilakukan pada saat praktikum. 5. Faktor Isi Pembelajaran(4,92%) Faktor isi pembelajaran yang disebutkan oleh responden adalah jumlah beban belajar mahasiswa, banyaknya paparan klinis, materi pembelajaran yang menarik dan kontekstual, metode pembelajaran yang inovatif, kejelasan kurikulum, skenario dan kesesuaian standar. Jumlah beban belajar mahasiswa yang dimaksud adalah beban belajar mahasiswa baik itu materi maupun tugas yang harus dipikul mahasiswa. Beban belajar mahasiswa akan berpengaruh terhadap suatu pembelajaran karena beban yang terlalu berat dapat menjadi stressor yang dapat membuat belajar menjadi tidak optimal. 22 Paparan klinis yang dimaksud adalah pembelajaran langsung dari lapangan atau pusat pelayanan kesehatan. Paparan klinis yang banyak dapat mendukung pembelajaran kontekstual dengan memberikan gambaran kepada mahasiswa untuk mengetahui apa yang akan dihadapi kelak. 29 Materi pembelajaran yang menarik dan metode pembelajaran yang inovatif dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran mandiri karena kedua hal tersebut mampu memacu mahasiswa mempelajari sesuatu lebih dalam saat mahasiswa belajar secara mandiri. 26 Kejelasan kurikulum yang dimaksud kemungkinan adalah mahasiswa diberitahu dengan jelas kurikulum yang digunakan, sehingga dapat belajar sesuai dengan yang telah ditentukan oleh fakultas. Skenario yang dimaksud adalah skenario yang mampu memacu mahasiswa dalam belajar. Skenario dapat mempengaruhi pembelajaran mahasiswa dalam PBL karena skenario merupakan stimulus mahasiswa dalam belajar sehingga scenario harus dibuat agar dapat memacu mahasiswa untuk belajar. 1,6,33 Kesesuaian standar yang dimaksud adalah isi pembelajaran harus dapat menciptakan keluaran mahasiswa yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Standar kompetensi tersebut ditentukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Hal ini berpengaruh terhadap pembelajaran mahasiswa karena mahasiswa belajar sesuai dengan tujuan belajar yang ditentukan fakultas. Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 42 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL 6. Faktor Jadwal Pembelajaran (4,55%) Faktor jadwal pembelajaran yang disebutkan oleh responden adalah padatnya jadwal, kepastian jadwal, efisiensi jadwal. Padatnya jadwal kuliah yang harus diikuti oleh mahasiswa akan mempengaruhi proses pembelajaran. 26 Perubahan jadwal yang sering terjadi kemungkinan dapat mengacaukan jadwal pribadi yang sudah dibuat mahasiswa. Padahal, pengaturan jadwal pribadi merupakan salah satu komponen planning. 1,6,9,11 Hal ini bersifat teknis namun dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran mandiri dalam PBL. Efisiensi jadwal juga akan mempengaruhi pembelajaran seseorang karena dalam efisiensi jadwal diperlukan ketepatan waktu dan ketepatan jumlah. 7. Lain-lain (3,40%) Faktor lain-lain yang dimaksud dalam kategori ini adalah kalimat pernyataan responden yang berada diluar kategori yang sudah disebutkan diatas. Faktor lain-lain yang dimaksudkan oleh responden adalah sistem pengelolaan fakultas dalam penyelenggaraan kurikulum PBL, petunjuk dalam proses belajar, dan sistem pembelajaran yang digunakan. Pertama, yang dimaksud sistem pengelolaan fakultas dalam penyelenggaraan kurikulum PBL disini adalah peran koordinasi internal fakultas dalam penyelenggaraan PBL dan pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan sistem PBL, komitmen dari seluruh komponen PBL yang meliputi pihak fakultas, perlunya sistem monitoring yang ketat dan evaluasi dalam pembelajaran perlunya reward untuk mahasiswa atau dosen agar semakin termotivasi dalam pelaksanaan pembelajaran PBL, sistem atau pengelolaan yang dilakukan oleh fakultas harus baik agar pembelajaran berjalan sesuai tujuan. Kedua, yang dimaksud petunjuk dalam proses belajar adalah kebutuhan mahasiswa akan petunjuk dalam pproses belajar. Ketiga, yang dimaksud sistem pembelajaran yang digunakan adalah perbedaan penerapan kurikulum akan menimbulkan perbedaan sikap dalam pola belajarnya. Simpulan Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL yaitu: 1. faktor mahasiswa, 2. faktor dosen, 3. faktor fasilitas, 4. faktor proses pembelajaran, 5. faktor isi pembelajaran, 6. faktor penjadwalan, dan 7. lain-lain. Tiga faktor utama yang memiliki persentase terbesar adalah faktor mahasiswa, faktor dosen, dan faktor fasilitas. Persentase faktor mahasiswa merupakan persentase terbanyak dari ketujuh faktor yang berhasil dieksplorasi. Hal ini menunjukkan pelaksanaan PBL di FK UGM konsisten dengan teori pembelajaran dalam PBL yaitu student-centered sesuai dengan definisi PBL yang menitikberatkan proses pembelajaran pada mahasiswa. Saran 1. Mahasiswa hendaknya dapat mengoptimalkan interaksi dengan teman. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai pembelajaran yang maksimal. 2. Dosen diharapkan dapat lebih meningkatkan kompetensinya baik sebagai pengajar (pemberi kuliah) maupun sebagai tutor dalam tutorial. 3. Fakultas diharapkan dapat meningkatkan kuanti- tas, kualitas, dan akses literatur yang disediakan di perpustakaan. Contoh peningkatan kuantitas dapat dilakukan dengan penambahan jumlah textbook, peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan memperbaharui textbook (update), peningkatan akses literatur dapat dilakukan dengan memperluas akses terhadap jurnal maupun artikel elektronik lainnya. Hal ini menjadi perlu perhatian khusus karena sumber belajar merupakan faktor yang penting baik secara teori maupun dalam praktik pelaksanan pembelajaran konstrukif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual. 4. Fakultas juga diharapkan meningkatkan suatu atmosfer sosial yang dapat mendukung mahasiswa untuk berinteraksi satu sama lain. Terdapat beberapa cara dalam usaha optimalisasi interaksi antar mahasiswa yang dapat dilakukan oleh fakultas seperti penyelenggaraan kegiatan- kegiatan keakraban mahasiswa. Kegiatan keakraban tersebut dapat berupa outbond, malam keakraban, dan kegiatan keakraban lainnya. Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 43 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL 5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengeksplorasi masing-masing faktor yang telah didapatkan. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai atmosfer sosial yang dapat mendukung pembelajaran mahasiswa secara optimal. Daftar Pustaka 1. Dolmans D, Grave W, Wolfhagen I, Vluten C. Problem- based learning: future challanges for educational practice and research. Medical Education 2005; 39:732-41. 2. Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. British Medical Journal 2007; 326:328-30. 3. Charlin B, Karen M, Hansen P. The many faces of problem-based learning: a framework for understanding and comparison. Medical Teacher 1998; 20(4):323-30. 4. Pouyioutas P, Solomou E, Loannou C. Problem based learning in the educational system of Cyprus. Available from URL: http://www.unic.ac.cy/media/Research/ Photos/papereuclides.pdf. Cited on 17/07/2009 5. Dillenbourg P, Baker M, Blaye A, OMalley C. The evolution of research on collaborative learning. In: E., Spada, P., Reiman (Ed.): Learning in humans and machine: towards an interdisciplinary learning science. Elsevier, Oxford 1996; pp: 189-211. 6. Davis MH, Harden RM. AMEE Medical Education Guide No. 15: Problem-based Learning: a Practical Guide. Medical Teacher 1999; 21:130-40. 7. Kaufman DM. ABC of learning and teaching in medicine: applying educational theory in practice. BMJ 2003; 326:213-6. 8. Caplow JAH, Donaldson JF, Kardash CA, Hosokawa M. Learning in a problem-based medical curriculum: students conceptions. Medical Education 1997;31:440- 7. 9. Harsono. Pengantar problem-based learning. Edisi Kedua. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM, 2003. 10. Amin Z, Eng KH. Basics in medical education. Singapore: Stalion Press, 2000. 11. Baptiste, ES. Problem-based Learning: a self directed journey. Ontario: McMaster University, 2003. 12. Savin-Baden M, Major CH. Foundations of problem- based learning. New York: Society for Research into Higher Education & Open University Press, 2004. 13. Levin BB. Energizing teacher education and professional developement with problem-based learning. Virginia: Association for Super vision and Curriculum Developement, 2001. 14. Nieminen J, Sauri P, Lonka K. On the relationship between group functioning and study success in problem-based learning. Medical Education 2006; 40:64-71. 15. Gagne RM, Briggs LJ, Wager WW. Principles of instructional design. Florida: Harcourt Brace Jovanovich Publisher, 1992. 16. Peyton JWR. Teaching and learning in medical practice, 1st ed. US. Manticore Publishers, 1998. 17. Hutchinson L. Educational environment. In: Cantillon L, Hutchinson D, Wood, editors. ABC of Learning and Teaching. London: BMJ Publishing Group, 2003: pp:25-8. 18. Uden L, Beaumont C. Technology and problem-based learning. USA: Information Science Publishing, 2006. 19. Dalyono. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. 20. Romauli T, Rahayu GR, Suhoyo Y, Dibyasakti BA. Indikator-indikator penilaian pelaksanaan pembelajar- an secara konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual di Fakultas Kedokteran UGM [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2010. 21. Sadock BJ, Kaplan HI, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. 9th edition. London: Lippincott & William, 2003. 22. Suhoyo Y, Emilia O, Hadianto T. Perbandingan efekti- fitas antara computer based learning (CBL) dan kuliah sebagai metode pengajaran prinsip dasar bioetika pada mahasiswa baru fakultas kedokteran UGM [tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2008. 23. Santoso S. Efektivitas pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa pada mata ajaran asuhan kebidanan perdarahan kehamil-an lanjut dan pascapersalinan [tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2005. 24. Khoiriyah U. Critical thinking dalam proses tutorial problem based learning [tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2008. 25. Hakim. Belajar secara efektif. Jakarta: Puspa Swara, 2002. 26. Yurika YP. Hambatan mahasiswa jalur ekstensi dalam pembelajaran mata kuliah pelayanan keluarga berencana di prodi kebidanan poltekes Yogyakarta Tahun 2005 [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2005. 27. Nicholls G. Developing teaching and learning in higher education. London: Rotledge Falmer, 2002. 28. Zimitat C, Hamtlton S, DeJersey J, Reily P, Ward L. Problem-based learning in metaolic biochemistry. Retrieved January 30, 2010. Available from URL: http:/ / florey.biosci.uq.edu.au/BiochemEd/PBLmetab.htm, 1994. 29. Dammers J, Spencer J, Thomas M. Using real patients in problem-based learning: students comments on the value of using real, as opposed to paper cases, in a Vol. 4 | No. 1|April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 44 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL problem-based learning module in general practice. Medical Education 2001;35:27-34. 30. _________. Panduan akademik fakultas kedokteran 2005/2006. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, 2005. 31. Suhoyo Y, Emilia O, Hadianto T. Tingkat stress pada mahasiswa tingkat profesi fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokter- an dan Profesi Kesehatan Indonesia 2006; 1:11-18. 32. Pleijers VASF, Dolmans DHJM, Wolfaghen HAP, Van der Vleuten CPM. Exploration of a method to analyze group interactions in problem based learning. Medical Teacher 2004; 26(5)p: 471-78. 33. Albanese MA, Mitchell S. Problem-based Learning: a review of literature on its outcomes and implementation issues. Academic Medicine 1993;68:52-81. Vol. 4 | No. 1 | April 2009 | Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 45 Verdika. S. dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL LAMPIRAN
Classroom-Ready Resources for Student-Centered Learning: Basic Teaching Strategies for Fostering Student Ownership, Agency, and Engagement in K–6 Classrooms
Teaching to Individual Differences in Science and Engineering Librarianship: Adapting Library Instruction to Learning Styles and Personality Characteristics