You are on page 1of 17

EPISTAKSIS

Kelompok 5
Liemena Harold Adrian
Siti Hassyati Bt. Abd Halim
Definisi
Keluarnya darah dari cavum nasi (merupakan
manifestasi klinis bukan penyakit)
Patofisiologi
Berasal dari efek sekunder pada vaskuler
organ oleh karena panas yang luar biasa /
kurang lembab.
Vaskularisasi berjalan tepat dibawah mukosa
(bukan lapisan epitel skuamous)
Adanya anastomosis arteri dengan vena
Patofisiologi spesifik tergantung dari
penyebab terjadinya epistaksis itu sendiri.

Blood supply:1.External Carotid
Artery
-Sphenopalatine artery
-Greater palatine artery
-Ascending pharyngeal artery
-Posterior nasal artery
-Superior Labial artery
2.Internal Carotid Artery
-Anterior Ethmoid artery
-Posterior Ethmoid artery
Etiologi
LOKAL
Idiopatik (dari Plexus Kiesselbach / Littles Area)
Trauma : mekanik (korek hidung, bersin terlalu keras, KLL, pembedahan,
corpus alienum) ; kimia (gas/iritasi).
Radang/infeksi : rhinitis akut/kronis, sinusitis maxillaris, difteri nasi,
granuloma spesifik.
Neoplasma : hemangioma, angiofibroma nasofaring juvenilis, KNF
Kelainan kongenital : Oslers Disease

UMUM / SISTEMIK
Kelainan darah : trombositopenia, hemofilia, leukemia
Penyakit kardiovaskuler : aterosklerosis, teleangiektasis, hipertensi
(banyak pada orang tua)
Infeksi (high fever) : DHF, typhus abdominalis, influenzae, morbili,
pneumonia
Perubahan tekanan udara : Caisson Disease, high altitude, aeroplane
Venous stasis : pertusis, cor-pulmonale, tumor colli dan thoraks
Gangguan hormonal : diduga karena penurunan kadar estrogen
Sumber Perdarahan
Epistaksis pada anak dan dewasa muda (80%) antero-
inferior septum nasi (Plexus Kiesselbach / Littles Area)
Lainnya : a. ethmoidalis anterior
Anterior
Cavum
Nasi
Dapat berasal dari a. ethmoidalis posterior, a.
sfenopalatina, Plexus Woodruff (paling banyak).
Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat
berhenti sendiri
Perdarahan berasal dari nasofaring
Penyebab : hipertensi, arteriosklerosis, penyakit
kardiovaskuler
Posterior
Cavum
Nasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi lengkap
Fungsi hemostatis
Tes fungsi hati dan ginjal
Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan
nasofaring
Pemeriksaan tambahan : rhinoskopi

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala (Anamnesis :
sisi hidung yg berdarah, dari hidung &/atau mulut,
lama & jumlah, trauma, peny. penyerta: hipertensi,
hemofilia, talasemia, dll.) dan hasil pemeriksaan fisik
(Observasi, keadaan umum : jalan nafas, kulit &
mukosa).
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk
memperkuat diagnosis epistaksis:
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Fungsi hemostatis
- Tes fungsi hati dan ginjal
- Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan
nasofaring
Terapi
Tujuan penatalaksanaan :
a. Menghentikan PERDARAHAN
b. Mencegah KOMPLIKASI
c. Mencegah REKURENSI
d. Mencari ETIOLOGI
Live saving : airway & circulation
Initial management: compression of the nostrils
(menekan cuping hidung selama 5-20 menit
Anterior Epistaxis
Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan vaskular berkurang dan mudah membatukkan
darah dari tenggorokan
Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan cuping hidung
selama 5-10 menit
Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka dipasang tampon anterior
yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidocain atau pantocain untuk menghentikan
perdarahan dan mengurangi rasa nyeri
Setelah perdarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber perdarahan dengan
menyemprotkan larutan perak nitrat 20-30% (atau asam trichloracetat 10%) atau
dengan elektrokauter
Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan
pemasangan tampon anterior yang telah diberi vaselin atau salep antibiotika agar tidak
melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon
anterior dimasukkan melalui lubang hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar
sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon dipasang
selama 1-2 hari.
Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak perlu dirawat dan diminta lebih
banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. Penderita lanjut usia
harus dirawat.
Anterior Epistaxis
Packing of the anterior nasal cavity using gauze strip impregnated with
petroleum jelly. A. Gauze is gripped with bayonet forceps and inserted into
the anterior nasal cavity. B. With a nasal speculum (not shown) used for
exposure, the first packing layer is inserted along the floor of the anterior
nasal cavity. Forceps and speculum then are withdrawn. C. Additional layers
of packing are added in an accordion-fold fashion, with the nasal speculum
used to hold the positioned layers down while a new layer is inserted. Packing
is continued until the anterior nasal cavity is filled.
Posterior Epistaxis
Sebagian besar darah masuk ke mulut sehingga
pemasangan tampon anterior tidak menghentikan
perdarahan
Lebih sulit diatasi karena: perdarahan biasanya hebat
dan sulit melihat bagian belakang dari rongga hidung
Pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq), yaitu
tampon yang mempunyai tiga helai benang, 1 helai di
setiap ujungnya dan 1helai di tengah. Tampon dipasang
selama 2-3 hari disertai dengan pemberian
antibiotik per-oral untuk mencegah infeksi pada sinus
ataupun telinga tengah.
Posterior Epistaxis
Posterior nasal packing. A. After adequate anesthesia has been obtained, a catheter is passed through the affected
nostril and through the nasopharynx, and drawn out the mouth with the aid of ring forceps. B. A gauze pack is secured
to the end of the catheter using umbilical tape or suture material, with long tails left to protrude from the mouth. C.
The gauze pack is guided through the mouth and around the soft palate using a combination of careful traction on the
catheter and pushing with a gloved finger. This is the most uncomfortable (and most dangerous) part of the procedure;
it should be completed smoothly and with the aid of a bite block (not shown) to protect the physicians finger. D. The
gauze pack should come to rest in the posterior nasal cavity. It is secured in position by maintaining tension on the
catheter with a padded clamp or firm gauze roll placed anterior to the nostril. The ties protruding from the mouth,
which will be used to remove the pack, are taped to the patients cheek.
Epistaksis yang berat dan berulang : yang tak dapat
diatasi dengan pemasangan tampon perlu dilakukan
pengikatan arteri etmoidalis anterior dan posterior
atau arteri maksilaris interna.
Epistaksis akibat patah tulang atau septum hidung :
biasanya berlangsung singkat dan berhenti secara
spontan, kadang-kadang timbul kembali beberapa jam
atau beberapa hari kemudian setelah pembengkakan
berkurang dilakukan pembedahan terhadap patah
tulang atau pengikatan arteri.
Komplikasi
Perdarahan berlebihan:
Syok hipovolemik
Anemia
Turunnya tekanan darah mendadak :
Infark serebri
Insufisiensi koroner
Infark miokard
Aspirasi : Karena bila diposisikan tengadah,
kemungkinan dapat terjadi aspirasi dimana darah
masuk ke saluran pernafasan.
Prognosis
Prognosis secara keseluruhan baik, namun
bervariasi tergantun etiologi dan derajat
penyakit; dengan terapi yang tepat hasilnya
sangat baik.
Ketika terapi suportif adekuat dan masalah media
yang mendasari dikontrol, maka kebanyakan
pasien tidak mengalami rebleeding.
Hanya persentase kecil pasien yang memerlukan
repacking atau terapi yang lebih agresif.
TERIMA KASIH

You might also like