You are on page 1of 2

Budaya organisasi menurut adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh

anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Bahwa
sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda
dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci
dari nilai-nilai organisasi Robbins (1998; 248)
Budaya organisasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari aturan-
aturan atau nilai-nilai yang telah disepakati, ditaati, dan dijunjung tinggi bersama oleh pimpinan
dengan para bawahan dalam suatu organisasi sehingga muncullah suatu karakteristik dan nilai-
nilai yang membuat organisasi tersebut berbeda dengan organisasi-organisasi lainnya. Budaya
organisasi sangat besar pengaruhnya terhadap hasil kerja dan produktivitas sebuah organisasi.
Sebagai sebuah organisasi tentu Kementerian Keuangan (KEMENKEU) memiliki budaya
organisasi tersendiri yang membuatnya berbeda dengan organisasi maupun kementerian lainnya
di negeri ini. Budaya organisasi ini bisa saja tumbuh memang karena kebiasaan ataupun karena
adanya budaya-budaya baru yang disebabkan oleh pergantian tampuk kepemimpinan, dalam arti
luas misalnya pergantian menteri keuangan dan dalam arti sempit bisa saja pergantian kepala
kantor dapat membawa budaya organisasi baru walaupun lingkupnya sangat kecil. Dalam tulisan
ini saya akan memberikan pendapat tentang beberapa budaya organisasi yang sudah lama di
terapkan ataupun baru saja di terapkan.
Pertama, Budaya pemakaian seragam di lingkungan kementerian keuangan (KEMENKEU).
Seperti yang telah kita ketahui bersama para pegawai kemenkeu di wajibkan memakai seragam
khusus pada saat bekerja dan menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparatur negara,
misalnya saja memakai kemeja berwarna biru langit pada hari senin dan rabu, memakai setelan
batik yang telah di tentukan pada hari selasa dan jumat dan memakai seragam bebas, sopan, rapi
pada hari kamis. Pengecualian untuk DJBC yang di wajibkan untuk memakai pakaian dinas harian
(PDH) pada saat menjalankan tugas dan fungsinya. Pemakaian seragam ini bertujuan untuk
memupuk rasa kebersamaan dan menghindari adanya konflik antar kelas sosial diantara pegawai,
bisa kita bayangkan apabila pegawai di lingkungan kementerian keuangan diberikan kebebasan
untuk berpakaian saat bekerja, bisa saja terjadi perbedaan kelas social antara pegawai yang
memiliki kemampuan finansial sangat tinggi dengan pegawai yang mempunyai kemampuan
finansial biasa-biasa saja. Pemakaian seragam ini juga dapat meningkatkan etos kerja dan
kualitas pelayanan. Pemakaian seragam yang berbeda dari instansi dan kementerian lain juga
membuat Kementerian Keuangan (KEMENKEU) memiliki ciri khas tersendiri.
Kedua, penerapan jam kerja yang dimulai dari 07.30-17.00. Saya kurang setuju dengan
penerapan jam kerja yang sangat kaku ini. Penerapan jam kerja ini mendatangkan dilema
tersendiri bagi kementerian keuangan (KEMENKEU) sebagai sebuah instansi pemerintah dan
sebagai sebuah organisasi yang bergerak menuju organisasi modern. Sebagai sebuah organisasi
/ instansi pemerintah tentu kemenkeu harus taat pada fungsi formal dan sifat kakunya, tetapi
sebagai organisasi yang bergerak ke arah organisasi modern tentu pembatasan jam kerja ini
bertentangan dengan salah satu sifat organisasi modern yaitu : waktu kerja yang tidak memiliki
batasan waktu. Bisa saja seorang pegawai misalnya, telah menyelesaikan pekerjaannya hari itu
pada pukul 15.00, dengan sistem yang masih berlaku sekarang ini tentu saja pegawai tersebut
harus menunggu 2 jam lagi untuk pulang dan tentu saja si pegawai tadi tidak bisa melakukan
pekerjaan yang bukan merupakan pekerjaannya karena rentang kendali yang sempit dan rantai
komando yang tinggi di kementerian keuangan itu sendiri. Tentu hal ini sangat tidak efektif bagi
pegawai dan organisasi itu sendiri.
Ketiga, budaya birokrasi. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa budaya birokrasi telah
melekat di dalam setiap organisasi pemerintah tak terkecuali kemenkeu sendiri. Hal ini
dikarenakan Kemenkeu adalah organisasi yang dimiliki dan dinaungi oleh Negara atau
Pemerintah. Seperti yang diketahui bahwa segala organisasi yang dimiliki oleh pemerintah
bersifat birokrasi. Kemenkeu merupakan organisasi yang tersusun secara rapi dan hierarkis serta
memiliki aturan-aturan atau prosedur yang ketat dan tegas sehingga kemenkeu cenderung bersifat
kurang fleksibel. Kementerian Keuangan mempunyai rantai komando yang tinggi dan juga rentang
kendali yang sempit, sehingga setiap bawahan jelas bertanggung jawab pada atasannya masing-
masing. Adanya rantai komando yang tinggi tadi juga semakin mendukung berkembangnya
budaya birokrasi di lingkungan kementerian keuangan (KEMENKEU). Budaya birokrasi di
lingkungan kementerian keuangan ini mungkin akan sangat sulit di rubah mengingat birokrasi
sudah sangat melekat pada diri bangsa Indonesia sejak zaman kolonial belanda.
Keempat, budaya disiplin. Sebagai sebuah instansi dan organisasi pemerintah kementerian
keuangan tentu menerapkan sistem disiplin yang sangat tinggi bagi setiap pegawainya. Di
lingkungan kemekeu sendiri budaya disiplin merupakan wacana utama yang sangat di galakkan,
hal ini tidak terlepas dari ingin mengubah mind-set masyarakat tentang Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa PNS memiliki citra yang sangat buruk bagi
sebagian kalangan masyarakat, hal ini yang tentunya ingin di ubah oleh kementerian keuangan.
Sistem finger-print yang telah di terapkan di lingkungan kementerian keuangan tentu bertujuan
untuk mengurangi dan bahkan menghilangkan budaya tidak disiplin di kalangan pegawai
kementerian keuangan (KEMENKEU) seperti terlambat dan tidak masuk kerja. Tapi dalam praktik
nya tentu hal ini menjadi sulit, karena masih saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan celah dari
sistem finger-print ini tadi. Sebagai contoh, ada pegawai yang hanya datang pagi sebelum jam
7.30 untuk mengisi absen lalu kembali pulang setelahnya dan kembali lagi di kantor saat jam
pulang kantor dan lagi-lagi hanya untuk mengisi absen. Bahkan yang paling ekstreem, walaupun
sudah di terapkan sistem finger-print ini diretas oleh oknum pegawai tertentu sehingga oknum
tersebut dapat melakukan absen kerja walaupun tidak berada di kantor. Walaupun sistem dan
usaha organisasi untuk mengembangkan budaya disiplin sudah sangat maksimal tapi masih saja
ada oknum pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Hal inilah yang saya soroti
disini, menurut saya perlu dilakukannya diklat-diklat, pendidikan, dan juga training guna
meningkatkan semangat dan etos kerja setiap pegawai. Sehingga nantinya kualitas pelayanan
akan sangat meningkat dan juga menjadikan kementerian keuangan sebagai role-model tentang
bagaiman menerapkan budaya disiplin bagi instansi pemerintah dan kementerian-kementerian
lainnya.
Kelima, budaya jujur. Beberapa tahun lalu integritas kementerian keuangan sempat sangat
diragukan oleh beberapa pihak setelah terungkapnya kasus mafia pajak gayus tambunan.
Sebenarnya masyarakat tidak perlu meragukan integritas dan kejujuran dari setiap pegawai
kementerian keuangan, walaupun memang masih ada oknum-oknum yang berbuat nakal.
Karena orang-orang yang diterima bekerja di kementerian keuangan adalah orang-orang yang
terpilih dan terbaik, baik dari sisi intelegensi maupun integritas. Hal ini bisa di lihat dari pelaksaan
Ujian Saringan Masuk (USM) STAN yang tiap tahunnya berjalan dengan jujur dan bersih,
pelaksanaan penerimaan mahasiswa sekolah tinggi kedinasan di bawah kementerian keuangan
(kemenkeu) ini berbeda dengan penerimaan mahasiswa sekolah tinggi kedinasan lainnya.
Pelaksanaan penerimaan mahasiswa ini berjalan bersih mulai dari ujian tulis sampai ujian tahap
akhir tanpa adanya kongkalikong antara panitia pelaksana dan peserta ujian. Setelah di terima
menjadi mahasiswa STAN, setiap mahasiswa di didik untuk tidak mencontek. Karena mencontek
merupakan benih ketidak jujuran di masa depan, dan bagi mahasiswa yang ketahuan melanggar
aturan ini akan langsung di berhentikan atau Drop Out (DO) dari pendidikan. Dari pelaksanaan
sekolah tinggi dibawah kementerian keuangan ini tentu bisa kita lihat bahwa kementerian
keuangan (KEMENKEU) telah banyak berbenah, terutama untuk melestarikan budaya jujur tadi
sehingga nantinya akan terciptalah pegawai-pegawai yang memiliki integritas tinggi dan insya-
Allah tidak akan ada lagi gayus-gayus berikutnya.
Terakhir, yang saya soroti adalah tentang 5 nilai-nilai kementerian keuangan yaitu :
Integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. Kelahiran 5 nilai-nilai ini tidak
terlepas dari keinginan menyamakan nilai-nilai di seluruh instansi kemenkeu olah menteri kuangan
sebelumnya, bapak Agus Marto Wardhoyo. Setiap pegawai kementerian keuangan wajib untuk
mengetahui dan memahami serta mengimplementasikan nilai-nilai ini saat menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai aparatur negara. Untuk mengetahui dan memahami 5 nilai ini mungkin setiap
pegawai tidak akan memiliki masalah, yang menjadi masalah adalah bagaimana setiap pegawai
mengimplementasikan dan menerapkannya pada saat bekerja. Mungkin bisa saja seorang
pegawai memiliki integritas yang tinggi tetapi pada saat memberikan pelayanan mereka masih
membawa persoalan pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Hal ini menjadi
Pekerjaan Rumah (PR) tersendiri bagi kementerian keuangan (KEMENKEU) agar nantinya nilai-
nilai yang tadinya di buat untuk meningkatkan kualitas seluruh pegawai, tidak sekedar menjadi
nilai-nilai yang selalu di gaungkan, yang selalu di junjung tinggi tetapi haruslah bisa diterapkan dan
di implementasikan oleh setiap pegawainya pada saat bekerja.

NAMA : RAHMADI FITRA PULUNGAN
KELAS : PAJAK-B

You might also like