Puisi ini menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang dalam tekanan dan kesengsaraan akibat campur tangan pihak ketiga yang memanfaatkan keadaan. Puisi ini juga menyerukan agar pemimpin dapat berpikir untuk mencari kemuliaan dan keadilan bagi rakyatnya.
Puisi ini menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang dalam tekanan dan kesengsaraan akibat campur tangan pihak ketiga yang memanfaatkan keadaan. Puisi ini juga menyerukan agar pemimpin dapat berpikir untuk mencari kemuliaan dan keadilan bagi rakyatnya.
Puisi ini menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang dalam tekanan dan kesengsaraan akibat campur tangan pihak ketiga yang memanfaatkan keadaan. Puisi ini juga menyerukan agar pemimpin dapat berpikir untuk mencari kemuliaan dan keadilan bagi rakyatnya.
NAMANYA TAWAR MENAWAR YANG TIDAK SEPADAN KAMU DIHASUT HATIMU DIBAKAR OLEH TAMU ASING YANG DATANG DENGAN TOPI BAJA KEKUASAAN KAMU DITUNGGANGI OLEH PIHAK KETIGA YANG BERNAMA TEKANAN DAN DUKA DERITA" cuplikan dari puisi "menembus jantungmu sendiri" 1994
Abracadabra, Kita Sembunyi
abracadabra kita tiarap karena tak ada janji peluru itu tidak untuk ditembakkan ke jidat kita abracadabra kita sembunyi karena kata merdeka masih belum selesai diperdebatkan abracadabra kita masuk liang-liang gelap karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa abracadabra kita cuma bisa mabuk sehingga kita tidak tahu bahwa kita mabuk abracadabra kita semakin mabuk karena setiap ingatan terlalu menusuk
Tuhan, kamu jangan tertawa nyawa kami tidak hilang, hanya ketlingsut entah dimana dengarkan tetap kami puja keperkasaan Mu dalam kekaguman kami kepada diri kami sendiri yang tetap bisa hidup tanpa hak bicara dan peluang untuk berbagi tidakkah kamu terharu menyaksikan kepengecutan kami ? dan mungkinkah kamu mengutuk rasa takut dalam jiwa kami sedangkan ketakutan adalah anugerah Mu sendiri ?
abracadabra otak kita bercanggih-canggih mengembara berebut thema-thema yang tak ada hubungannya dengan apa-apa abracadabra kita berjoget karena sisa rakhmat Mu yang bisa dinikmati hanyalah situasi-situasi lupa abracadabra kita meniup balon-balon kosong abracadabra kita menggelembungkan tahayul agama halusinasi politik dan mitos-mitos kesenian abracadabra kita bercumbu dengan gincu ilmu omong kosong abracadabra kita jatuh terserimpung oleh langkah kita sendiri abracadabra kita berlari ke utara tiba-tiba dihadang oleh selatan abracadabra kita terjun ke air, ternyata batu abracadabra kita mengulum api kita tersenggak oleh asap-asap yang semakin membumbung ke ubun-ubun kita
abracadabra baru kita tahu apa yang dianggap mengganggu ketenteraman ? ialah KEBENARAN abracadabra gerangan apa yang bagi mereka merusak tatanan ? ialah KEADILAN abracadabra dan apa kiranya puncak kejahatan ? namanya KEBEBASAN
EMHA AINUN NADJIB - 1994 DARI KUMPULAN PUISI " DOA MOHON KUTUKAN " ( RISALAH GUSTI 1995
TEMBOK DAN GELOMBANG
( 1 )
sekuat - kuat gelombang harus lebih kuat tembok karena puncak kekuasaan adalah ideologi gembok
tembok didirikan sekukuh - kukuhnya agar gelombang terbentur sia - sia
gelombang direndam menjadi ombak semilir
gelombang itu alam tembok itu teknologi kekuasaan timbul tenggelam sedang jiwamu abadi
( 2 )
berhentilah memenjaraku sebab jeruji besi dan sel pengurungku terletak di dalam dadamu sendiri tanpa bisa kemanapun kau pindahkan
kalau kau usir kau pikir kemana aku hendak pergi sedang lubuk jiwamu itulah alam semestaku aku berumah di keremangan jiwamu bilikku tersembunyi di balik kesunyian nuranimu
jadi berhentilah mendirikan tembok - tembok karena toh aku bukan gumpalan benda yang bisa kau kurung tak usah pula repot membakar dan memusnahkanku sebab toh hakekatku memang musnah dan tiada
kau sang aku ini gerak atau semacam gerakan padahal tak kupunyai apapun yang bisa kugerakkan dan apabila kau jumpai bayangan gerak pada yang kau sebut aku hendaklah jelas bagimu bahwa hanya Tuhan yang sanggup memantulkan diriNya sendiri
aku membesar - besarkanmu dan kau membesar - besarkanku kita saling merasa terancam oleh enerji yang mendesak - desak padahal ia hanyalah air nuranimu sendiri yang menggelombang dan sebagaimana udara yang berhembus ia berasal dari ruh uluhiyah kita sendiri
kita saling memandang melalui metoda benda kita saling bersentuhan lewat tahayul peristiwa - peristiwa padahal di awal dan akhir nanti akan ternyata yang kita sangka kita bukanlah kita
engkau bisa menangkap benda tapi geraknya luput dari kuasamu engkau bisa menghentikan peristiwa tetapi arusnya lolos dari cengkeramanmu
engkau bisa membendung air tapi gelombangnya melompatimu ke masa depan engkau bisa membuntu udara tapi tenaganya memergokimu di tempat yang tak kau duga
jadi sudahlah untuk apa kau bungkam mulutku sedangkan yang bersuara adalah mulutku untuk apa engkau stop langkahku
sedangkan yang berjalan adalah sanubarimu sendiri sedangkan yang bergema adalah pekikan hatimu sendiri bergaung melintasi segala angkasa menembus seluruh langit mengatasi negara - negara dan propinsi - propinsi melompati kepulauan, samudera dan benua - benua
maka untuk apa engkau bungkam suaraku karena toh kesunyian lebih berteriak dibandingkan mulutku untuk apa kau habiskan tenaga untuk membangun pagar dan rambu - rambu sedang setiap menjelang tidur selalu engkau diseret kembali oleh gelombang itu
EMHA AINUN NADJIB - 1994 DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN" ( RISALAH GUSTI - 1995 )
DOA MOHON KUTUKAN dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan jika itu merupakan salah satu syarat agar pemimpin-pemimpinku mulai berpikir untuk mencari kemuliaan hidup, mencari derajat tinggi dihadapanMu sambil merasa cukup atas kekuasaan dan kekayaan yang telah ditumpuknya
dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan untuk membersihkan kecurangan dari kiri kananku, untuk menghalau dengki dari bumi untuk menyuling hati manusia dari cemburu yang bodoh dan rasa iri
dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan demi membayar rasa malu atas kegagalan menghentikan tumbangnya pohon-pohon nilaiMu di perkebunan dunia serta atas ketidaksanggupan dan kepengecutan dalam upaya menanam pohon-pohonMu yang baru
ambillah hidupku sekarang juga, jika itu memang diperlukan untuk mengongkosi tumbuhnya ketulusan hati, kejernihan jiwa dan keadilan pikiran hamba-hambaMu di dunia
hardiklah aku di muka bumi, perhinakan aku di atas tanah panas ini, jadikan duka deritaku ini makanan bagi kegembiraan seluruh sahabat-sahabatku dalam kehidupan, asalkan sesudah kenyang, mereka menjadi lebih dekat denganMu
jika untuk mensirnakan segumpal rasa dengki di hati satu orang hambaMu diperlukan tumbal sebatang jari-jari tanganku, maka potonglah potonglah sepuluh batangku, kemudian tumbuhkan sepuluh berikutnya seratus berikutnya dan seribu berikutnya, sehingga lubuk jiwa beribu-ribu hambaMu menjadi terang benderang karena keikhasan
jika untuk menyembuhkan pikiran hambaMu dari kesombongan dibutuhkan kekalahan pada hambaMu yang lain, maka kalahkanlah aku, asalkan sesudah kemenangan itu ia menundukkan wajahnya dihadapanMu
jika untuk mengusir muatan kedunguan dibalik kepandaian hambaMu diperlukan kehancuran pada hambaMu yang lain, maka hancurkan dan permalukan aku, asalkan kemudian Engkau tanamkan kesadaran fakir dihatinya
jika syarat untuk mendapatkan kebahagiaan bagi manusia adalah kesengsaraan manusia lainnya, maka sengsarakanlah aku jika jalan mizanMu di langit dan bumi memerlukan kekalahan dan kerendahanku, maka unggulkan mereka, tinggikan derajat mereka di atasku jika syarat untuk memperoleh pencahayaan dariMu adalah penyadaran akan kegelapan, maka gelapkan aku, demi pesta cahaya di ubun-ubun para hambaMu
demi Engkau wahai Tuhan yang aku ada kecuali karena kemauanMu, aku berikrar dengan sungguh-sungguh bahwa bukan kejayaan dan kemenangan yang aku dambakan, bukan keunggulan dan kehebatan yang kulaparkan, serta bukan kebahagiaan dan kekayaan yang kuhauskan
demi Engkau wahai Tuhan tambatan hatiku, aku tidak menempuh dunia, aku tidak memburu akhirat, hidupku hanyalah memandangMu sampai kembali hakikat tiadaku
EMHA AINUN NADJIB DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN" - 1994