You are on page 1of 65

PERENCANAAN RODA GIGI

KERUCUT
PADA MESIN GERINDA TANGAN
TUGAS ELEMEN MESIN II
Dibuat untuk memenuhi syarat kurikulum pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Oleh
Ardin Wahyu S
Koko Fahmi S
03091005001
03091005031
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012/2013
4
PERENCANAAN RODA GIGI KERUCUT
PADA MESIN GERINDA TANGAN
TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN II
Dibuat untuk memenuhi syarat kurikulum pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Oleh :
Ardin Wahyu S 03091005001
Koko Fahmi S 03091005031
Diketahui oleh Koordinator Disetujui untuk Jurusan Teknik
Tugas Elemen Mesin I : Mesin oleh Dosen Pembimbing
M. Yanis. ST, MT M. Yanis. ST, MT
NIP. 197002281994121001 NIP. 197002281994121001
5
KATA PENGANTAR
6
Puji
dan
syukur
ke
Hadira
t
Tuhan
Yang
Maha
Esa,
karena
berkat
dan
rahmat
dan
karuni
a-
N
y
a

j
u
g
a
l
a
h

p
e
nulis dapat menyelesaikan Tugas Elemen Mesin II dengan judul Perencanaan
Roda Gigi Kerucut Pada Mesin Gerinda Tangan.
Sehubungan dengan penyelesaian tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak, Muhammad Yanis, ST, MT, selaku dosen pengasuh mata kuliah Tugas Elemen Mesin
II ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam tugas
perencanaan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun
dari para pembaca.
Akhirnya penulis berharap kiranya tugas perencanaan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan rekan-rekan mahasiswa terutama di lingkungan Jurusan Teknik mesin Universitas
Sriwijaya
Palembang, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ........................................................................................... i
Halaman Judul .............................................................................................. ii
Halaman Pengesahan .................................................................................. iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi ........................................................................................................ v
Daftar Tabel ................................................................................................ vii
Daftar Gambar .......................................................................................... viii
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix
BAB
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat ........................................................... 2
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 3
D. Metode Penulisan ................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4
A. Klasifikasi Roda Gigi .......................................................... 4
B. Tata Nama Roda Gigi ......................................................... 7
C. Roda Gigi Kerucut ............................................................. 9
III. PERHITUNGAN ..................................................................... 15
A. Perencanaan Roda Gigi .................................................... 15
7
B. Perencanaan Poros dan Pasak .......................................... 21
1. Perencanaan Poros ................................................ 24
2. Perencanaan Pasak ................................................ 28
C. Perencanaan Bantalan ...................................................... 30
IV. KESIMPULAN ........................................................................ 32
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
8
TABEL
Halaman
1. Klasifikasi Roda gigi ......................................................... 4
DAFTAR GAMBAR
9
Halaman
GAMBAR
2. Klasifikasi Roda gigi ......................................................... 5
3. Tata Nama Roda Gigi ........................................................ 7
4. Nama Bagian-bagian Roda Gigi Kerucut ........................ 10
5. Roda Gigi Kerucut Istimewa ........................................... 11
6. Roda Gigi dan Pinyon Kerucut Lurus .............................. 11
7. Alat Pemarut Es Mekanik ................................................ 13
DAFTAR LAMPIRAN
10
Halaman
1. Kartu Asistensi ............................................................ Lampiran
2. Pengesahan Judul ....................................................... Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
11
A. Latar Belakang
12
Suatu
mesin
terdiri
dari
elemen-
elemen
yang
jumlahny
a relatif
besar
mencapa
i lebih
d
ar
i
ri
b
u
a
n.
K
e
s
e
m
u
a
n
y
a
it
u
s
al
in
g
m
e
n
d
ukung untuk menghasilkan suatu gerak yang
terpadu. Untuk terjadinya kesinambungan antar komponen mesin tersebut haruslah
direncanakan terlebih dahulu. Hal yang perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan adalah
kesesuaian antar komponen, faktor keamanan, umur, efisiensi, dan biaya serta ketahanan
komponen tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Pada tugas perencanaan elemen mesin ini, kami mengambil judul
Perencanaan Roda Gigi Kerucut Pada Mesin Gerinda Tangan .
Roda gigi adalah suatu komponen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya
yang
besar dari roda gigi ke roda gigi yang lain untuk digerakkan dengan melalui motor.
Dalam ilmu elemen mesin dikenal beberapa cara pembuatan roda gigi atau
penggabungan dua atau lebih komponen mesin yang terpisah. Pada dasarnya roda gigi terbagi
atas beberapa terminologi utama, yaitu :
a. Adendum yaitu jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran
puncak.
b. Dedendum yaitu jarak radial dari bidang bawah (bottom land) dengan lingkaran
puncak.
c. Circular Pitch (Jarak Lengkung Puncak) adalah jarak yang diukur pada lingkaran
puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke satu titik yang berkaitan pada gigi
sebelahnya.
Jadi, roda gigi termasuk juga pada jenis sambungan tidak tetap, karena roda gigi
merupakan pemindah daya dari putaran poros roda gigi yang dihasilkan oleh motor
13
penggerak ke motor yang digerakkan dan juga sebagai alat yang berfungsinya menghentikan
roda gigi yang digerakkan meskipun motor penggerak tetap bekerja.
Mesin Gerinda Tangan merupakan satu alat dari beberapa alat yang menggunakan
perencanaan roda gigi kerucut dengan pengerjaan mekanik. Dikatakan sebagai roda gigi
kerucut Spiral karena bentuk visualnya yang mirip dengan kerucut dan alur giginya yang
berbentuk spiral. Selain itu pada mesin gerinda tangan ini bila ditinjau dari letak poros roda
giginya adalah termasuk roda gigi dengan poros berpotongan dengan sudut porosnya
sebesar 90.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi kurikulum mata kuliah Elemen Mesin II.
b. Untuk menerapkan kajian teoritis yang diperoleh dari kuliah ke dalam bentuk
rancangan elemen mesin.
c. Untuk menghitung bagian-bagian roda gigi dan mengetahui cara kerjanya.
2. Manfaat Penulisan
a. Melatih kami mendalami dan memahami fungsi dan karakteristik dari suatu elemen
mesin.
b. Mampu merencanakan elemen mesin (roda gigi) yang berdasarkan atas perhitungan-
perhitungan yang bersumber dari literatur.
C. Pembatasan Masalah
14
Dalam tugas perencanaan elemen mesin II ini kami hanya akan membahas mengenai
roda gigi kerucut Spiral (hipoid) pada mesin gerinda tangan.
D. Metode Penulisan
Pada tugas perencanaan ini pembahasan dilakukan dengan menggunakan literatur dan
buku-buku yang memuat data serta rumus-rumus yang berkaitan dengan masalah yang kami
bahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
15
Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang saling bersinggungan pada
kelilingnya salah satu diputar, maka yang lainnya akan ikut berputar pula. Alat yang
menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda gesek. Hal ini
untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat.
Namun untuk menghasilkan daya yang besar dan putaran yang tepat, kedua roda gesek ini
harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya dilkukan oleh gigi-gigi kedua
roda yang saling berkait. Roda gigi semacam ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut
disebut roda gigi.
A. Klasifikasi Roda Gigi
Klasifikasi Roda Gigi
No. Letak Poros
1. Roda gigi dengan
Roda Gigi
Roda gigi lurus (a)
Roda gigi miring (b)
Roda gigi miring ganda (c)
Keterangan
(Klasifikasi atas dasar
bentuk alur gigi)
poros sejajar
2. Roda gigi dengan
poros berpotongan
No. Letak Poros
3. Roda gigi dengan
Roda gigi luar
Roda gigi dalam dan pinyon (d)
Batang gigi dan pinyon (e)
Roda gigi kerucut lurus (f)
Roda gigi kerucut spiral (g)
Roda gigi kerucut Zerol
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring
ganda
Roda gigi permukaan dengan
poros berpotongan (h)
Roda Gigi
Roda gigi miring silang (i)
Arah putaran berlawanan
Arah putaran sama
Gerakan lurus dan berputar
(Klasifikasi atas dasar
bentuk jalur gigi)
Keterangan
Kontak titik
poros silang Batang gigi miring silang Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris (j)
Roda gigi cacing selubung ganda
(globoid) (k)
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid (l)
Roda gigi permukaan silang
Tabel 1.
Klasifikasi Roda Gigi
Gambar 1.
Klasifikasi Roda Gigi
Roda
gigi pada
umumny
a dapat
dibagi
menjadi
empat
jenis,
yaitu :
a.
Roda
gigi
lurus
(Spurs
gear)
16
17
Roda gigi lurus, yaitu suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
daya dan putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan tanpa terjadi
slip, dimana sumbu kedua poros tersebut terletak saling sejajar.
Roda gigi ini bersifat tetap yang mana dalam artinya tidak dapat dilepas
pada saat mesin dalam keadaan berputar.
b. Roda gigi miring (Helical)
Roda gigi miring yaitu elemen mesin yang mempunyai jalur gigi yang
membentuk ulir pda siloinder jarak bagi, berfungsi sebagai penghubung antara
roda gigi yang digerakkan dengan roda gigi penggerak dengan putaran dan daya
yang sama serta dapat dilepaskan dari kedua.
c. Roda gigi Cacing
Roda gigi ini meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang
besar. Tetapi untuk beban yang besar roda gigi cacing dapat dipergunakan dengan
perbandingan sudut kontak yang lebih besar. Roda gigi ini meliputi roda gigi
cacing slindris, selubung ganda (globoid), roda gigi cacing samping.
d. Roda gigi kerucut
Merupakan roda gigi yang paling sering dipaka tetapi roda gigi ini sangat
berisik dengan perbandingan kontak yang kecil, macam-macam roda gigi ini
meliputi roda gigi kerucut lurus, spiral, miring, Zerol.
B. Tata Nama Roda Gigi
18
Terminologi dari roda
gigi digambarkan pada
(Gambar 2).
Lingkaran Puncak
(pitch
circle) dari sepasang roda gigi
yang berpasangan adalah
saling bersinggungan satu
terhadap
yang lain.
Gambar 2.
Tata Nama Roda Gigi
Pinyon adalah roda gigi yang terkecil diantara dua roda gigi yang berpasangan. Yang
lebih besar sering disebut Roda Gigi (Gear).
Jarak Lengkung Puncak (circular pitch), p adalah jarak yang diukur pada lingkaran
puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke suatu titik yang berkaitan pada gigi di sebelahnya.
Jadi jarak lengkung puncak adalah sama dengan jumlah tebal gigi (tooth-thickness) dan lebar
antara (width of space).
d
p
= =
N
m
p = jarak lengkung puncak
d = diameter puncak mm
( )
N = jumlah gigi
m
=
mm
module ( )
19
Modul (module), m adalah perbandingan antara diameter puncak dengan jumlah gigi.
Modul adalah indeks dari ukuran gigi pada standar SI.
d
m =
N
m = mod ule
Puncak diametral (diametral pitch), P adalah perbandingan antara jumlah gigi pada
roda gigi dengan diameter puncak. Atau kebalikan dari module. Puncak diametral dinyatakan
dalam jumlah gigi per inci (dalam satuan Inggris).
P
=
=
N
d
)
P puncak diametral (gigi per inci
maka:
pP =
Addendum a adalah jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran
puncak. Dedendum b adalah jarak radial dari bidang bawah (bottom land) ke lingkaran
puncak. Tinggi keseluruhan (whole depth) ht adalah jumlah addendum dan dedendum.
Lingkaran kebebasan (clearance circle) adalah lingkaran yang yang bersinggungan
dengan lingkaran addendum dari pasangan roda gigi tersebut. Kebebasan (clearance), c
adalah an-punggung (bock-lash) adalah besaran yang diberikan oleh lebar antara dari satu
roda gigi kepada tebal gigi dari roda gigi pasangannya diukur pada lingkaran puncak.
C. Roda Gigi Kerucut
Roda gigi yang termasuk dasar adalah roda gigi dengan poros sejajar, dan dari jenis
ini yang paling dasar adalah roda gigi lurus. Namun, bila diingini transmisi untuk putaran
20
tinggi, daya besar dan bunyi kecil antara dua poros sejajar, pada umumnya roda gigi yang
dipakai adalah roda gigi miring.
Sedangkan untuk roda gigi kerucut biasanya dipakai untuk memindahkan gerakan
antara poros yang berpotongan. Dengan sudut perpotongan antara kedua poros sebesar 90.
Namun roda gigi bisa dibuat untuk semua ukuran sudut. Giginya bisa dituang, dimilling, atau
dibentuk.
Jarak Kebebasan pada roda gigi kerucut adalah merata (Uniform Clearance).
Roda gigi kerucut lurus adalah jenis roda gigi kerucut yang mudah dan sederhana
pembuatannya dan memberikan hasil yang baik dalam pemakaiannya bila dipasangkan secara
tepat dan teliti. Sama halnya dengan roda gigi lurus, roda gigi ini menjadi bising pada harga
kecepatan garis puncak yang tinggi.
1. Profil Roda Gigi Kerucut Lurus
Sepasang roda gigi kerucut yang saling berkait dapat diwakili oleh dua bidang
kerucut dengan titik puncak yang berhimpit dan saling menggelinding tanpa slip. Kedua
bidang kerucut ini disebut kerucut jarak bagi. Besarnya sudut puncak kerucut
merupakan ukuran bagi putaran masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut yang alur
giginya lurus dan menuju ke puncak kerucut dinamakan roda gigi kerucut lurus.
Keterangan lebih lanjutnya dapat dilihat pada (Gambar 3).
Gambar 3.
Nama Bagian-bagian Roda Gigi Kerucut
21
Sumbu poros
pada roda
gigi kerucut
biasanya
berpotongan
dengan sudut
90.
Bentu
k
khusu
s dari
roda
gigi
keruc
ut
dapat
berup
a
roda
gigi
miter
yang
memp
unyai
sudut
keruc
ut
jarak
bagi
sebes
ar
45
dan
roda
gigi
mahk
ota
denga
n
sudut
keruc
ut
jarak
bagi sebesar 90. Dimana diperlihatkan pada (Gambar 4).
Gambar 4.
Roda Gigi Kerucut Istimewa
22
Sudut puncak
pada roda
gigi kerucut
dapat
dihitung
dengan
menggunaka
n
persa
maan
sebag
ai
berik
ut :
tan

=
N
P
d
a
n
t
a
n


=
N
G
dim
N
G
=
NP
ana
P
pinyon
()
G
gear

=
pinyon
=
gigi
Berikut ini
adalah
gambar roda
gigi dan
pinyon
kerucut lurus.
Gambar 5.
Roda Gigi Dan Pinyon Kerucut Lurus
Gigi lurus standar dari roda gigi kerucut dipotong dengan menggunakan sudut
tekan 20, addendum dan dedendum yang tidak sama, dan kedalaman gigi yang penuh.
Hal ini menambah perbandingan kontak, menghindari kurang potong, dan menambah
kekuatan dari pinyon.
Pada suatu pemasangan roda gigi kerucut yang khas yaitu satu diantara luar dari
bantalan. Ini berarti bahwa lendutan poros bisa lebih nyata dan mempunyai pengaruh
yang lebih besar dari pada persinggungan gigi tersebut. Kesulitan yang timbul dalam
memperkirakan tegangan pada gigi roda gigi kerucut adalah bahwa gigi ini berbentuk
tirus. Jadi untuk mendapatkan persinggungan garis yang sempurna melalui pusat kerucut
gigi tersebut haruslah melentur yang lebih besar dibandingkan pada ujung yang
kecil.
23
Untuk mendapatkan kondisi ini memerlukan adanya keseimbangan yang lebih besar pada
ujung yang besar. Karena variasi beban di sepanjang muka gigi ini, maka dianjurkan
untuk lebar muka sedikit pendek.
2. Cara Kerja Alat Pemarut Es
Cara pengoperasian alat pemarut es mekanik adalah dengan cara menghubungkan
motor dengan sumber arus, motor tersebut menghasilkan daya yang kemudian
dittansmisikan ke pully alat pemarut es melalui sabuk. Daya yang ditransmisikan oleh
sabuk pemutar poros horizontal. Roda gigi kerucut yang dipasang pada poros tersebut
akan ikut berputar dan akan mengerakkan pinyon yang terhubung dengan roda gigi. Pada
diameter dalam dari pinyon dimasukkan batang penekan dan diberi pasak. Batang
penekan berulir memutar turun karena diberi pasangan, yaitu roda gigi miring yang
letaknya di atas pinyon dan dikunci oleh baut pengunci roda gigi miring. Batang penekan
berulir turun sambil memutar balok es. Pada landasan tempat balok es tersebut diputar
terdapat mata pisau bergigi pada suatu tempat dan diberi lubang persegi empat untuk
menurunkan potongan-potongan es. Balok es yang berputar akan menjadi potongan-
potongan kecil yang kemudian akan turun melalui lubang ke tempat penadah. Jika balok
es sudah menjadi tipis, maka pedal gas akan dilepas untuk menghentikan kerja dari alat
tersebut. Kemudian baut pengunci dari roda gigi dikendurkan dan dengan memutar roda
kemudi yang dihubungkan dengan roda gigi miring pada pinyon sehingga akan memutar
batang penekan berlawanan arah kerja tadi, maka batang penekan berulir akan naik ke
atas ke posisi semula.
Gambar 6.
Alat Pemarut Es Mekanik
Keterangan gambar pemarut es mekanik adalah :
1. Roda gigi miring
2. Batang tekan
3. Pinyon kerucut
4. Roda gigi kerucut
5. Poros
6. Pasak
7.
Banta
lan
24
A. Perencanaan Roda Gigi
BAB III
PERHITUNGAN
25
Pada
perencan
aan roda
gigi ini
dipakai
dua buah
roda
gigi
kerucut
lurus,
dimana
sa
tu
ro
d
a
gi
gi
b
er
fu
n
g
si
se
b
a
g
ai
ro
d
a
gi
gi
p
e
n
g
g
er
a
k (gear) dan yang lainnya sebagai
roda
gigi yang digerakkan (pinyon).
Adapun bahan dari roda gigi
dan pinyon adalah besi cor
FC 18 dengan kekuatan lentur 4,0
kg/mm
2
.
Data perencanaan adalah :
1.
Putaran
motor
(nc)
2.
Daya
motor
(P)
3.
Reduksi
transmis
i
4.
Reduksi
roda
gigi
kerucut
5.
Faktor
koreksi
(fc)
6.
Jumlah
roda gigi
kerucut
(Ng)
7.
Jumlah
roda gigi
pinion (Np)
8.
Puncak
diametral
(P)
9.
Sudut tekan
( )
=
=
=
=
=
=
=
=
=
1500 rpm
0,25 kW
5
1,5
1 (untuk daya nominal)
27
18
3
gig
i/in
20
o
Maka daya penggeraknya (Pd)
adalah :
Pd = P x fc
= 0,25 x 1
= 0,25 kW
26
Dari harga reduksi puli dan sabuk yang telah diketahui, maka putaran roda gigi kerucut
dapat diketahui pula, yaitu :
n
I =
c
ni
dimana :
Sehingga :
nc = putaran motor listrik = 1500 rpm
ni = putaran roda gigi kerucut
I = reduksi puli = 5
1500
5 =
ni
ni=300rpm
Reduksi pada roda gigi kerucut :
Z
Dimana :
1 = 1,5
Z2
Z1=
n
1
Z2n2
n1 = putaran roda gigi kerucut
n2 = putaran pinion
Maka :
1,5 = n1/n2
n2 = 300 x 1,5
n2 = 450 rpm
Torsi pada roda gigi kerucut :
T = 9,74 x 10
5
x Pd/n1
Sehingga : T = 9,74 x 10
5
x 0,25/300
= 811,6 kg mm
1. Sudut puncak pinion
tan
-1
1 = Np/Ng ................................................ (Shigley hal. 239)
= 18/27
1 = 33,6
2. Sudut Puncak roda gigi
tan
-1
2 = Ng/Np ............................................... (Shigley hal. 239)
= 27/18
2 = 56,3
3. Diameter puncak pinion (dp) ........................ (Shigley hal. 175)
dp = Np/P
= 18/3 = 6 in = 152,4 mm
4. Diameter puncak roda gigi (dg)
dg = Ng/P
= 27/3 = 9 in = 228,6 mm
5. Lebar muka gigi (F)
F = 10/P
= 10/3 = 3,33 in = 84,67 mm
6. Faktor perubahan kepala (X1dan X2)
X1 = 0,46 [1-(18/27)
2
]
= 0,46 [1-0,4]
= 0,276
X2 = - 0,276
7. Untuk pinion
27
Tinggi kepala (Adendum)
hk1 = (1 + X1) m
Dimana : m = modul
= dp/Np
= 152,2 /18 = 8,46 mm
hk1 = (1 + 0,276) 8,46 = 10,8 mm
Tinggi kaki (dedendum)
hf1 = (1 0,276) m + Ck
Dimana : Ck = kelonggaran puncak
Ck = ( ) 0,0508
0,188 P + mm
= ( ) 0,0508 mm
0,1883 +
= 0,11 mm
hf1 = (1 0,276) x 8,46 + 0,11
= 6,23 mm
8. Untuk roda gigi
Tinggi kepala (adendum)
hk2 = (1 X1) m
= (1 0,276) 8,46
= 6,12 mm
Tinggi kaki (dedendum)
hf2 = (1 + X1) m + C k
= (1 + 0,276) 8,46 + 0,11 = 10,9 mm
9. Diameter lingkaran kepala pinion
28
dp1 = dp + 2hk1 cos 1
= 152,4 + 2 .10,8 cos 33,6
= 170,3 mm
10. Diameter lingkaran roda gigi
dg2 = dg + 2hk2 cos2
= 228,6 + 2 . 6,12 cos 56,3
= 235,33 mm
11. Jarak dari puncak kerucut sampai puncak luar gigi untuk pinion
X1 = (dp/2) hk1 sin1
= (152,4/2) 10,8 sin 33,6
= 70,26 mm
12. Jarak kerucut (R)
R = dp/2 sin 1
= 152,4/2 sin 33,6
= 138,5 mm
13. Pemeriksaan keamanan terhadap tegangan dan kekuatan lentur
Wt = 60 . 10
3
. H/ dn
H = P . fc
= 0,25 kW
Wt = 60 . 10
3
. 0,25/3,14 . 12 . 1500
= 0,26 kN
14. Diameter puncak rata-rata dari roda gigi besar
dav = dg F sin2 ............................................. (Shigley hal 244)
29
= 228,6 84,67 sin 56,3
= 158,16 mm = 6,23 in
15. Kecepatan garis puncak pada puncak rata-rata
V = dav . . n/12 .............................................. (Shigley hal 175)
= 6,23 . 3,14 . 300/12
= 489,06 ft/menit
16. Faktor kecepatan
Kv = 50 / 50 +V ............................................ (Shigley hal 181)
= 50 / 50 +489,56
= 0,693
17. Tegangan lentur pada roda gigi
= Wt . P/kv . F . J ................................ .......... (Sularso hal 242)
J = 0,22 ; untuk faktor geometri
0,22.3 gigi / in.1/ 25,4.10
3
30
=
0
,
6
9
3
.
8
4
,
6
7
.
0
,
2
2
.
1
0
3
=
0,698
kPa
1
8.
T
e
g
a
n
g
a
n
y
a
n
g
d
ii
zi
n
kan :
a = 4 kg/mm
2
4 x 9,81 kg
=
1.106
m
2
= 3,924 . 10
4
kPa
Karena < a maka roda gigi dalam keadaan sangat aman.
B. Perencanaan Poros dan Pasak
Puli
D = 100 mm
I = 5
Dimana : D = diameter puli
I = reduksi puli
Maka : d = D/I .............................................. (Sularso hal. 166)
= 100/5 = 20
Sehingga : V = . d . n/(60x1000) ................. (Sularso hal. 166)
3,14x20x1500
31
=
60000
Po =
=
1,57 m/s
)
F
...................
...................
.....
(Sularso
hal. 171)
102
Dima
na :
Po =
Daya
yang
diren
cana
kan
Po = 0,25
kW
V =
kecepatan
Maka : 0,25 =
(
)
F
102

F1-
F2 =
16,24

Sabuk
Panjang sabuk (L) dipilih panjang 1016 mm
Jarak sumbu C dapat diketahui dengan menggunkan persamaan sebagai berikut :
+
2
(

)
2
32
C = b
b
8

D
d
8
.........
.............
.........
(Sulars
o hal.
170)
Dima
na :
b =
2L
(10
0 +
20) .
.........
.........
....
.........
...
(Sula
rso
hal.
170)
b =
2L
(10
0 +
20)
=
2(10
16)
3,14(
120)
=
2032

376,8
=
1655,
2
Maka :
+
2

()
2
C = b
b
+
8
D
d
8
(
)
2
(

)
2
= 1
6
5
5
,
2
1655,2 8 100
20
8
= 411,85
Besarnya
sudut
kontak
adalah :

5
7
(
D
d
)
=o

180
C

=
o

180
=
57(100 20)
411,85
o
168,93
169
o
Maka :
F1/F2 = e .
Dimana :
= koefisien
gesek = 0,2
F
F
e
F1/F2 = e33,8
F1 = 4,78 F2
16,24 = F1 F2
16,24 = (4,78 F2 F2)
16,24
33
F3,78
F
4,30
kg
F
20,5
4 kg
Sehin
gga
jumla
h
sabu
k
yang
diper
lukan
adala
h :
P
N
d
.......
..........
..........
..........
..........
........
(Sular
so
hal.
173)
P
N
0,25
0,25x
0,97
N
=

ah
Dengan jenis sabuk yang dipakai adalah sabuk V dengan tipe sabuk sempit 3 V.
1. Perencanaan Poros
Wt = T/rav ........................................................ (Shigley hal. 238)
Dimana rav = dav/2

=
dp F sin 1
2
=
152,4

84,67 sin 33,6


2
34
= 52,77 mm
Wt =
811,6
/52,7
7
=
15,4
kg
Wa =
Wt
tan
sin
.....
.........
.........
.........
........
(Shig
ley
hal.
238)
=
15,4
tan
20
sin
33,6
=
3,10
kg
Wr =
Wt
tan
cos
..........
..........
..........
........ (Shigley hal.
238)
= 15,4 tan 20 cos
33,6
= 4,67 kg
y
F1
z

A
5

c
m
Rcz
B
9
c
m
Rcz
C
3,2
cm
x
D
Wa
E
Wr
Rby
Wt
Rcy
Momen di titik C
F1 . CD + Wr . AC +
Rby . BC = Wa . AE
Rby = Wa . AE
Wr . Ac F1 . CD
Rby =
x

3,10x5,
277
4,67
14
9
x
18,64 32
= - 12,07 kg
fy = 0
Wr + Rby + Rcy = Ftot
Rcy = 18,64 4,67 + 12,07
= 26,04 kg
Mcz = 0
Rby . BC = Wt . AC
15,4.14
35
Rbz =
9
=
24 kg

Fz =
0
Rby
+ Rcz
= Wt
Rcz =
15,4
24
=
-8,6
kg

T =
0
T =
Wt .
AE
(dima
na
AE =
r
=
15,4 .
52,77
=
804,9
6
kg.m
m
Rb =
Rby
2
+ Rbz
2
= (
)
12,07
2
+ 24
2
= 26,8 kg
Rc =
Rcy
2
+ Rcz
2
= (26,04)
(
8,6)
2
= 25,5 kg
W = Wt
2
+Wr
2
= 16,09 kg
V
A
Wr
4,67
4,67
Sumbu x - y
+
B
Rby
12,07
16,04
-7,4
-
C
Rcy
26,04
26,04
+
18,46
D
18,64
36
A
23
3,5
kg.
m
m
B
5
9
6
,
4
8
k
g
.
m
m
CD
Wt = 15,4
Sumbu x- z
Rbz = 24
15,4
Rcz = 8,6
x
37
Selanjutnya :
Wt = T/r
V
A
+
-
8
,
6
B
7
7
0
k
g
.
m
m
-
CD
T = 811,6
kgmm =
70,46 lb.in
n = 2,6
M
(233,5)
(770)
8
0
4
,
6
3
.
=
69,9
3 .
Dengan
perencanaan
:
k
g

m
m
Ib in
Baha
n G
1050
0
AISI
1050
ditari
k
dingi
n
S
100 kpsi
Sy = 84 kpsi
Ka =
0,75 .......................................
.................. (Shigley hal. 177)
Kb = 0,865
Kc= 0,868 , faktor keandalan 95 %
Kd = Ke = 1
Kf = 1,33
Se = 0,5 Sout = 50 kpsi
Se = KaKbKcKdKeKfSe
= 0,75.0,865.0,868.1.1.1,33.50
= 37,45 kpsi
{ [( )
2
+ (M Se)
2
]
/
2 }
/
3
ds = 48n T Sy
{ [
............ (Shigley hal. 270)
]
x10
3
21/ 2 }
/
3
38
(3 )
(
)
= 48
x2,
6 /
3,1
4
70,
46
/
84
x1
0
69,93
/
37,45
=
0,43
in =
10,92
mm
11
mm
2.
P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
P
a
s
a
k
Dalam pasak poros transmisi baja
karbon AISI 1010 diroll panas
ut = B = 47.000 psi
B = 33,06 kg/mm
2
diameter poros 11 mm
penampang pasak b x h = 3mm x
3mm
tegangan geser yang diijinkan pada
pasak
ka = b/ Sfk 1 . Sfk
2 ..................................... (Sularso
hal 27)
Sfk 1 = 6
Sfk 2 = 2,5 ; untuk tumbukan ringan
ka = 33,06/(6.2,5) = 2,2 kg/mm
2
Panjang pasak (li) berdasarkan tegangan geser pasak yang diizinkan
T = 811,6 kg.mm
F = T/r
= 2T/d
= 811,6 . 2 / 11
=147,56 kg
ka F/li . b ...................................................... (Sularso hal. 25)
2,2 147,56 / li . 3
li 22,4 mm
panjang pasak (l2) berdasarkan tekanan permukaan yang diizinkan :
Pa = 8kg / mm
2
t1= 2,5 mm
F
39
Pa
l .t1
8
147,5
6 /
l
2,5
l
7,4
mm
Maka
dapat
diam
bil
keten
tuan
a.
Ukur
an
pasak
= b x
h = 5
x 5
(mm)
b.
Lebar
pasak
adala
h = 5
mm
c.
Panja
ng
pasak
yang
dipak
ai adalah L = 15 mm
Lk/ds = 13/11 = 1,2
(0,75 < 1,36 < 1,5 adalah baik)
C. Perencanaan Bantalan
40
D
al
a
m
p
er
e
n
c
a
n
a
a
n
in
i
je
ni
s
b
a
nt
al
a
n
y
a
n
g
di
g
u
n
a
k
a
n
y
ai
tu
b
a
ntalan gelinding bola tunggal.
1. Bantalan pada titik B
Beban ekivalen dinamis (Pr)
Pr = XVFr + Yfa ............................................. (Sularso hal. 135)
Dimana : Fr = beban radial = 24,4 kg
Fa = beban aksial = 3,10 kg
X = 1 ; V = 1 ; Y = 0
e Fa / V. Fr .................................................. (Sularso hal. 135)
= 3,10 /1 . 24,4
= 0,13
Pr = 1 . 1 . 24,4 + 0,310
Pr = 24,4 kg
Umur bantalan : L = 60 . n2 . Lh ..................... (Sularso hal. 136)
Dimana : Lh = 5 x 365
= 1825 jam
Maka L = 60. 450 . 1825
= 49,275 . 10
6
rev
C/Pr = L
1/3
C = Pr.L
1/3
= 24,4(49,275)
1/3
= 89,45 kg
2. Bantalan di titik C
Beban ekvivalen dinamis (Pr)
Pr = XVFr + Yfa
Dimana : Fr = beban radial = 13,6 kg
Fa = beban aksial = 3,10 kg
X = 1 ; V = 1 ; Y = 0
e Fa/VFr = 3,10/13,6.1 = 0,227
Pr = 1.1.13,6 + 0.3,10
= 13,6 kg
Umur bantalan : L = 60.n2. Lh
Dimana : Lh = 5 x 365 = 1825 jam
Maka : L = 60.450.1825 = 49,275. 10
6
rev
C / Pr = L
1/3
C = Pr. L
1/3
= (49,275)
1/3
.13,6
C = 49,85 kg
41
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
42
k
es
i
m
p
ul
a
n
m
e
n
g
e
n
ai
u
k
ur
a
n
b
a
gi
a
n-
b
a
gi
a
n
ro
d
a
gi
gi
p
a
d
a
m
es
in
gerinda tangan , yaitu sebagai
berikut :
1. Alat penggerak
Daya motor
Putaran motor
Reduksi transmisi sabuk
Reduksi transmisi roda gigi
2. Roda gigi kerucut
Jumlah roda gigi (gear)
Jumlah roda gigi (pinion)
Modul
Bahan roda gigi
Kekuatan tegangan izin
3. Poros
Bahan poros
Panjang poros
Diameter poros
4. Pasak
= 0,25 kW
= 1500 rpm
= 5
= 1,5
= 27 gigi
= 18 gigi
= 8,46 mm
= FC 18
= 3,924.10
4
kPa
= G 10500 AISI 1050 ditarik dingin
= 172 mm
= 11 mm
Penampang pasak
Panjang pasak
Kedalaman pada poros
Kedalaman pada naf
5. Bantalan
Bahan bantalan
Umur bantalan
Beban dinamis
= 5 x 5 (mm)
= 15 mm
= 3 mm
= 2 mm
= JIS 6001
= 49,275 , 10
6
rev
= 69,65 kg
43
DAFTAR PUSTAKA
44
1.
2.
3.
Shigley,
J.E dan
LD.
Mitchell,
Perenca
naan
Teknik
Mesin,
Jilid 2,
Edisi
Keempat,
Erlangga,
Jakarta,
1984.
Sularso,
Ir, MSME
dan K.
Suga,
Dasar
Perencan
aan Dan
Pemilihan
Elemen
Mesin,
Cetakan
Kesembil
an,
Pradnya
Paramita,
Jakarta,
1997.
Daryanto,
Drs,
Pengeta
huan
Dasar
Teknik,
Cetakan
Pertama,
Bina
Aksara,
Jakarta, 1988.
LAMPIRAN
45

You might also like