You are on page 1of 7

TUTORIAL KLINIK

Nama : Verani Dwitasari (20080310081)


Stase : RSUD Panembahan Senopati Bantul

A. Problem
Pasien datang Post Rujukan RS swasta dengan Kejang dan Hipertensi. Pasien adalah
P1A0 dengan Post SC hari ke 13. 1 hari sebel7um kejang, pasien merasa demam dan nyeri
kepala sebelah. 1 hari kemudian, pasien kejang seluruh tubuh 10 menit. Saat kejang pasien
tidak sadar dan kemudian dibawa ke RS swasta setempat. Saat diperiksa, TD pasien 230/120.
Sebelumnya, pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi baik sebelum kehamilan, saat
kehamilan, dan sesudah kehamilan. Riwayat kejang sebelumnya (-).
KU: Sedang Kesadaran : Somnolen E3V5M6
TD : 140/ 70 mmHg S : 37.7 C
N : 100 x/menit R : 24 x/menit
Kepala : Conjuctiva anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil bulat, Isokor +/+ 3mm
Reflek Cahaya +/+
Gerak Bola Mata +/+
Wajah Simetris +
Lidah jatuh -
Thorak : Pulmo : Simetris +/+, Sonor +/+, Vesikuler +/+
Cor : S1=S2 reguler
Abdomen Scar Post SC (+), Supel (+), Tympani (+), Nyeri Tekan (+), Peristaltik (+)
Reflek Meningeal : Kaku Kuduk (+)
Ekstremitas Motorik Sensorik Reflek Fisiologis Reflek Patologis
5/5/5 5/5/5 + + + + - -
5/5/5 5/5/5 + + + + + +

B. Hypothesis
Obs. Konvulsi et causa MeningoEncephalitis dengan Krisis Hipertensi
Differential Diagnosis : Eklamsia
Epilepsi
C. Mechanism
Meningoencephalitis dapat disebabkan oleh pertumbuhan bakteri, virus, jamur, atau
parasit dalam ruang subarachnoid atau pertumbuhan bakteri atau virus dalam meningeal atau
sel ependymal serta sel otak. Meningitis bakteri mempengaruhi lebih sedikit orang dari
bentuk virus, tetapi sering menyebabkan konsekuensi kesehatan yang lebih serius. Sebagian
besar kasus meningitis terjadi ketika bakteri dari infeksi di bagian lain dari perjalanan tubuh
melalui aliran darah ke otak dan sumsum tulang belakang. Tetapi bakteri juga bisa menyebar
secara langsung ke otak atau tulang belakang dari cedera kepala berat atau dari infeksi pada
telinga, hidung atau gigi. Hampir semua bakteri yang bersifat patogen bagi manusia memiliki
potensi untuk menghasilkan meningitis.

D. Data Tambahan
Pemeriksaan Darah Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Hb 11 Warna Kuning
Al 24.5 Kekeruhan Jernih
At 435 Reduksi Negatif
Hmt 34.6 Bilirubin Negatif
Eosinofil 1 Keton Urin Negatif
Basofil 1 BJ 1.030
Batang 4 Darah Samar Trace
Segmen 78 pH 6.00
Limfosit 40 Protein Negatif
Monosit 5 Urobilinogen 3.20
SGOT 22 Nitrit Negatif
SGPT 11 Lekosit Esterase 70
Protein Total 6.85 Eritrosit 5-15
Albumin 3.77 Leukosit 10-20
Globulin 3.08 Sel Epitel Positif
Ureum 14 Kristal Negatif
Kreatinin 0.64 Silinder Negatif
Natrium 145.2 Bakteri Negatif
Kalium 2.73 Lain-Lain Negatif
Chlorida 111.8
Urinalisa Protein +2

E. Problem Definition
Bagaimana mekanisme terjadinya gejala klinis pada kasus meningoencephalitis?
Bagaimana penanganan yang diperlukan?


F. Learning Issues
Meningoencephalitis adalah infeksi pada meningens dan encephalon. Meningens
merupakan selaput atau membran yang terdiri atas jaringan ikat yang melapisi dan
melindungi otak, sedangkan encephalon bagian sistem saraf pusat yang terdapat di dalam
cranium. Meningoencephalitis merupakan suatu keadaan serius dan berpotensi mengancam
kehidupan. Meningoencephalitis telah menyebabkan disabilitas dan kematian kurang lebih
sebanyak 170.000 di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Komplikasi lanjut dari
meningoencephalitis dapat meliputi hilangnya pendengaran, deficit motoris, gangguan
kognitif dan bahasa, gangguan sensorineuronal, yang dapat diikuti dengan kejang.
Meningoencephalitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur. Penyebab
pathogen tersering akan berbedapada setiap tingkatan umur. Misalnya, Grup - B
Streptococcus, strain E. coli K12, dan Listeria monocytogenes merupakan penyebab utama
meningitis neonatal, dan Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis dan
Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan sebagian besar kasus meningitis setelah masa
neonatal. Bayi sangat rentan karena kecenderungan mereka untuk infeksi bakteri,
kemungkinan integritas rendah hambatan, dan mekanisme pertahanan yang belum matang.
Meningitis bakteri pada dewasa terutama karena N. meningitidis dan S. pneumoniae , kecuali
dalam kasus-kasus di mana telah terjadi luka menembus ke tengkorak, operasi, atau
imunosupresi dalam host. N. meningitidis menyebabkan penyakit epidemik; semua bentuk
lain dari meningitis pyogenic adalah sporadis. Viral meningitis lebih sering terjadi daripada
bentuk bakteri dan umumnya kurang serius. Hal ini dapat dipicu oleh sejumlah virus,
termasuk beberapa yang dapat menyebabkan diare. Virus flu juga dapat menyebabkan
meningitis pada kasus yang jarang terjadi. Orang-orang dengan meningitis viral sangat kecil
kemungkinannya untuk mengalami kerusakan otak permanen setelah resolve infeksi.
Meningitis jamur jauh kurang umum. Cryptococcus neoformans sering menyebabkan
meningitis pada pasien imunosupresi, tetapi dapat menyebabkan meningitis malas pada
individu imunokompeten. Coccidioides immitis dan, jarang , jamur lain juga menyebabkan
meningitis subakut
Pada Meningoncephalitis bacterial, terdapat triad gejala, yaitu
Demam
Nyeri Kepala
Neck Stiffness
Gejala lain seperti mual, gangguan status mental, kejang, papiledema.
Dalam menegakkan diagnosis Meningoencephalitis, selain dari gejala klinis, diperlukan
juga pemeriksaan lain, seperti:
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
Kaku Kuduk
Tanda Kernig
Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pemeriksaan Penunjang
Pungsi Lumbal
Darah
Radiologis : X-ray, atau CT-scan

G. Problem Solving
Bagaimana mekanisme terjadinya gejala klinis pada meningoencephalitis?
Gejala klinis yang timbul pada meningoencephalitis meliputi
Demam
Sitokinin endogen (dilepaskan selama respon kekebalan terhadap patogen yang
menyerang) dan substansi eksogen mempengaruhi neuron thermoregulatory hipotalamus,
mengubah regulasi pusat suhu tubuh.
Nyeri kepala
Bacterial exotoxins, cytokines, dan ICP menstimulasi nociceptors di meninges
Penurunan status mental : Intracranial Pressure brain herniation, Iskemia
Meningeal sign : iritasi selaput meningeal
Kejang
Adanya edema cerebri pompa ion ATP-dependent tidak berfungsi dengan baik
konsentrasi elektrolit intraselular terganggu depolarisasi membrane terminal dan
pelepasan berlebih neurotransmitter excitatory ( glutamate dan aspartat)
Hipertensi pada kasus, bisa dipicu karena adanya Cushing reflex yaitu respon yang
muncul karena adanya peningkatan tekanan intracerebral yang memicu penekanan pada
pembuluh darah otak, sehingga perfusi jaringan menurun. Untuk meningkat suplai
oksigen, maka tubuh akan mengkompensasi dengan meningkatkan tekanan darah, yang
diikuti dengan bradikardi, dan respirasi yang ireguler (Triad Cushing response)

Bagaimana penanganan yang diperlukan?
Pada kasus meningoencephalitis, perlu dilakukan penilaian awal untuk menentukan
tindakan dan terapi yang diperlukan, yaitu:
Adanya Shock atau hipotensi Crystalloids
Adanya gangguan status mental seperti menangani kejang disertai proteksi
saluran napas.
Kejang ditangani dengan memberikan Phenitoin, Luminal,atau Benzodiazepin.
Jika stabil dengan normal vital sign Oxygen, IV access
Sedangkan, Terapi khusus untuk bacterial meningitis meliputi:
Inisiasi dengan terapi Antibakterial empiris yang sesuai usia dan kondisi.
Setelah identifikasi pasti pathogen, pemberian antibiotic disesuaikan dengan
target.
Steroid (typically, dexamethasone) therapy


Dosen Pembimbing


(dr. Ardiansyah A.N. M.Kes, Sp. S)

You might also like