You are on page 1of 10

STAPHYLOCOCCUS

A. Pendahuluan
Genus Staphylococcus mengandung Organisme patogen dan non-
patogenik. Mereka tidak menghasilkan endospora tetapi sangat tahan terhadap
pengeringan, terutama ketika dihubungkan dengan bahan organik seperti darah,
nanah, dan cairan jaringan lain. Kebanyakan staphylococcus ditemukan secara
rutin pada permukaan kulit. Istirahat di kulit dan selaput lendir memungkinkan
organisme ini masuk ke dalam tubuh di mana mereka dapat menyebabkan
penyakit. (Pelczar, 1988)
Tiga spesies utama meliputi Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus. Dua terakhir jarang terlibat dalam
penyakit, tetapi telah diisolasi dalam kasus endokarditis dan infeksi saluran kemih
bawah pada keadaan tertentu. Staphylococcus aureus dianggap sebagai galur
patogenik, menyebabkan abses, bisul, carbuncles, jerawat dan impetigo. Kadang
menyebabkan radang paru-paru, osteomielitis, endokarditis, Sistitis, pielonefritis,
dan keracunan makanan. Ketiga jenis staphylococcus dapat dibedakan satu sama
lain oleh sejumlah tes biokimia. (Pelczar, 1988)

B. Tujuan
1. Mengetahui morfologi, karakteristik dan ciri-ciri Staphylococcus.
2. Mampu membedakan dan mengidentifikasi ciri Staphylococcus dengan
bakteri lainnya.

C. Prinsip
Identifikasi organisme didasarkan pada karakteristik selular, kultur dan
biokimia . Semua jenis Staphylococcus adalah cocci Gram positif. Pada nutrient
agar mereka cenderung berwarna putih, koloni bulat, seluruh, cembung. Pada
media Agar darah Staphylococcus aureus dapat menunjukkan hemolisis dari agar-
agar di daerah sekitar koloni. Tes biokimia tambahan yang berguna dalam
memisahkan Staphylococcus spesies antara lain katalase, coagulase, pertumbuhan
dan fermentasi garam manitol, dan resistensi atau kerentanan terhadap antibiotik
novobiocin.
D. Tinjauan Pustaka
Staphylococcus adalah sel Gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun
dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur. Bakteri ini mudah tumbuh pada
berbagai perbenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat,
serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua.
Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
manusia; lainnya menyebabkan, abses, berbagai infeksi piogen, dan bahkan
septicemia yang fatal. Staphylococcus patogen sering menghemolisis darah,
mengkoagulasi plasma, serta menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan
toksin. Suatu jenis keracunan makanan sering terjadi akibat enterotoksin tahan
panas yang dihasilkan staphylococcus tertentu. Staphylococcus cepat menjadi
resisten terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah
pengobatan yang sulit. (Micusan, 1993)
Ciri-ciri organisme
Staphylococcus adalah sel-sel berbentuk bola dengan diameter sekitar 1
m dan tersusun dalam kelompok-kelompok tak beraturan. Pada biakan cair
tampak juga kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad, dan berbentuk rantai.
Kokus muda bersifat Gram positif kuat, sedangkan pada biakan yang lebih tua,
banyak sel menjadi Gram negative. Staphylococcus tidak bergerak dan tidak
membentuk spora. Oleh pengaruh obat-obatan seperti penisilin, stafilokokus
dilisiskan. (Pfaller, 1988)
Biakan
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan bakteri dalam
keadaan aerobic atau mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu
37
0
C, tetapi membentuk pigmen paing baik pada suhu kamar (20-25
0
C). Koloni
pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. S. aureus
memebentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua. Koloni S.
epidermidis berwarna abu-abu sampai putih pada isolasi pertama; banyak koloni
membentuk pigmen hanya bila telah lama dieramkan. Pigmen tidak dihasilkan
pada biakan anaerobic atau pada kaldu. Berbagai tingkatan hemolissi dihasilkan
Staphylococcus aureus dan kadang-kadang oleh spesies lain. Peptosterplococcus,
yang merupakan kokus anaerob, secara morfologik mirip Staphylococcus. (Pfaller,
1988)
Stuktur antigen
Staphylococcus mengandung polosakarida dan protein yang bersifat
antigen yang merupakan substansi penting didalm stuktur dinding sel.
Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang
terangkai ,merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan
dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Asam teikoat, yang merupakan polimer
gliserol atau ribotol fosfat, berikatan dengan peptidoglikan dan menjadi bersifat
antigenic. Antibody antiteikoat, yang dapat dideteksi dengan difusi gel, dapat
ditemukan pada penderita endokarditis aktif yang menyebabkan S. aureus.
(Micusan, 1994)
Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat
poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil,
bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat
masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan
luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus
adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk ekstraseluler,
daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang biak. (Kloos, 1994)
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Dapat menghemolisa eritrosit
b. Menghasilkan koagulasi dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
c. Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk
menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus nonpatogen bersifat:
a. Non hemolitik
b. Tidak menghasilkan koagulasi
c. Koloni berwarna putih
d. Tidak memecah manitol (Anonim. 2003)
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan
sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan
disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi radang
sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput
otak dan sebagainya.( Anonim. 2003)
Toksin dan Enzim
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya
berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa
zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:
1. Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari
kuman dengan jalan menyaring kultur. Bahan ini bersifat tidak tahan
pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat
menimbulkan kematian dan nekrose kulit.
Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal dalam beberapa
jenis:
a. Alfa hemolisin : ialah putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit
kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
b. Beta hemolisin : ialah suatu putih telur yang dapat menghancurkan
eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada
suhu 37
o

c. Gama hemolisin : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya
dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun
akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.
2. Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang
bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies
binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada
eksotoksin.


3. Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus
tertentu, terutama bila ditanam pada media setengah padat dengan konsentrasi
CO
2
yang tinggi (30 %).
Sifat-sifat enterotoksin:
a. Bersifat antigen
b. Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
c. Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala
berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang
terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang mengandung enterotoksin.
4. Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat
mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen
kebanyakan menghasilkan bahan ini.
5. Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
a. Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti
streptokinase.
b. Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
c. Hialuronidase
d. Proteinase
e. Lipase (Gerard, 1992)

E. Alat dan Bahan
a. Alat : Mikroskop, Cawan petri, Objek glass, Ose, Tabung reaksi
b. Bahan : Media AD, Media MSA, Antibiotik Novobiosin, TSB, Plasma
Citrat, NaCl Fisiologis, H2O2 3 %, zat pewarnaan Gram

F. Cara kerja
Hari I
1. Lakukan pemeriksaan mikroskopik dengan pewaranaan Gram. Amati
hasilnya dibawah mikroskop perbesaran lensa objektif 100x dengan imersi
oil
2. Tanamkan BP pada lempeng agar darah dan media MSA lalu inkubasi
secara aerob pada suhu 37
o
C selama 24 jam
Hari II
1. Amati koloni pada lempeng agar darah, koloni akan tampak berbentuk
bulat, diameter 2-4 mm, halus, licin, mengkilat dan pinggiran rata
2. Amati koloni pada media MSA
3. Lakukan pewarnaan Gram pada koloni tersangka, lalu amati dibawah
mikroskop
4. Lakukan uji katalase untuk membedakan Staphylococcus strain kecil
dengan Streptococcus
5. Dari Koloni agar darah, lakukan uji koagulase, uji manitol serta uji
terhadap novobiocin
Cara uji katalase
Ambil koloni dan bakteri dan oleskan pada objek glass, kemudian ditetesih
H
2
O
2
3% diattas olesan tersebut dan amati adanya gelembung gas pada tetesan
H
2
O
2
menandakan positif. (Staphylococcus memberikan hasil ppositif dan
sebaliknya Streptococcus negatif)
Cara uji plasma koagulase
50 l NaCl fisiologis ditambah 1 ose koloni ditambahkan 25l plasma
sitrat diaduk selama 2 menit. Amati adanya aglutinasi
Cara Uji manitol
a. Tanamkan kuman pada media manitol, lalu inkubasi pada suhu 37
o
C
selama 24 jam
b. Amati hasilnya, hasil positif akan ditandai dengan adanya perubahan
warna media dari ungu menjadi kuning
Cara uji resistensi terhadap novobiocin
a. Buat suspensi kuman pada Nacl fisiologi sampai disapat kekeruhan 0,5 Mc
farland
b. Tanamkan suspensi kuman tersebut pada lempeng agar darah
c. Letakkan cakram antibiotic novobiocin diatas permukaan biakan tersebuut
d. Inkubasi selama 37
o
C selama 24 jam, amati hasilnya

Hari III
a. Amati hasil uji koagulase
b. Amati hasil uji manitol
c. Amati hasil uji resistensi terhadap antibiotic

G. Hasil pengamatan
Hari I
Tanggal : 2-4 Desember 2013
Nama sampel : Sa
Hasil direct preparat dengan pewarnaan Gram (Sa)

a. Bentuk : coccus
b. Susunan : Bergerombol
c. Sifat : Gram +
d. Tersangka : Staphylococcus sp


Hasil direct preparat dengan pewarnaan Gram (Se)

a. Bentuk : coccus
b. Susunan : Bergerombol
c. Sifat : Gram +
d. Tersangka : Staphylococcus sp



Hari II
1. Morfologi koloni
Ciri-ciri koloni
Media
Agar Darah MSA
Koloni: Sa Koloni: Se Koloni: Sa Koloni : Se
Bentuk koloni Bulat Bulat Bulat Bulat
Diameter (mm) 1mm 3mm 0,5mm 0,3mm
Warna Putih
kekuningan
Putih Putih Putih
Elevasi Convex Convex Convex Convex
Permukaan Basah Basah Basah Basah
Pinggiran Rata Rata Rata Rata
Sifat hemolisis *) hemolisis anhemolisis - -

2. Hasil pewarnaan Gram dari koloni tersangka di media AD
Hasil preparat dengan pewarnaan Gram (Sa)

a. Bentuk : coccus
b. Susunan : Bergerombol
c. Sifat : Gram +
d. Tersangka : Staphylococcus sp


Hasil preparat dengan pewarnaan Gram (Se)

a. Bentuk : coccus
b. Susunan : Bergerombol
c. Sifat : Gram +
d. Tersangka : Staphylococcus sp


3. Hasil uji katalase : positif (+), terdapat gelembung

Hari III
No Parameter pemeriksaan Hasil
1. Plasma koagulase Positif
2. Dnase -
3. Gula manitol (+) fermentasi Glukosa
4. Glukosa (+) fermentasi manitol
5. Resistensi terhadap novobiocin 21 mm (sensitif)

H. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada tanggal 2-4
Desember 2013 dapat diketahui bahwa bakteri yang diperiksa tersebut adalah
Staphylococcus aureus. Pada hari ke-1 dilakukan pewarnaan Gram didapat bentuk
kokus, susunan bergerombol bersifat Gram positif berwarna ungu. Setelah didapat
gambaran bakteri tersebut kemudian ditanam pada media agar darah dan MSA.
Hasil penanaman di amati pada hari ke-2. Pada agar darah didapat koloni bulat,
diameter 1mm, warna putih kekuningan, dan terdapat hemolisis sedangkan pada
media MSA didapat koloni bulat, diameter 0,5 mm dan berwarna putih. S.aureus
positif katalase terdapat gelembung udara setelah ditetesi H
2
O
2.
Kemudian koloni
ditanam kembali pada manitol dan glukosa lalu uji resistensi antibiotic
novobiocin. Hasil penanaman di amati pada hari ke-3, hasilnya bakteri ini positif
memfermentasikan manitol dan glukosa, hasil uji resistensi bakteri tersebut
sensitif terhadap novobiocin dengan diameter daerah hambat 21 mm. kemudian
dilakukan uji plasma koagulase dan hasilnya terbentuk gumpalan berwarna putih
ini dikarenakan S.aureus mempunyai enzim kogulase.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak,
tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun
seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media
pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus
memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya
mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya.
Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam
teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin. (Sheagren, 1984)
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang
mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase,
hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung
lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang
dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta
dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin
dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang
mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya
tahan tubuh akan menurun. (Sheagren, 1984)
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan ciri-ciri dari
morfologi dan biakan pada media dapat disimpulkan bahwa bakteri yang
dimaksud adalah Staphylococcus aureus.
J. Daftar Pustaka
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jaakarta UI Press
Micusan VV, Thibodeau J: Superantigens of microbial origin. Semin Imunnol
1993;5:3
Pfaller MA, Herwald LA: Laboratory, clinical, and epidemiocal aspect of
coagulase-negative staphylococci. Clin Microbial Rev 1988;1:281
Kloos WE, Bannerman TL: Update on clinical significance of coagulase
negative staphylococci. Clin Microbiol Rev 1994;7:117
Anonim. 2003. Bakteriologi Medik. Malang. FK Universitas Brawijaya, Tim
Kikrobiologi FK UNIBRAW
Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran
Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta. PT Gramedia

You might also like