You are on page 1of 28

Pengembangan Hutan Kota/

Lanskap Perkotaan
KODEFIKASI
RPI 2
691
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Lembar Pengesahan
693
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Daftar Isi
Lembar Pengesahan ................................................................................ 691
Daftar Isi ...................................................................................................693
Daftar Gambar .........................................................................................694
Daftar Tabel .............................................................................................695
Daftar Singkatan ...................................................................................... 697
I. ABSTRAK .........................................................................................699
II. LATAR BELAKANG .......................................................................... 700
III. RUMUSAN MASALAH ......................................................................701
IV. TUJUAN DAN SASARAN ................................................................. 702
V. LUARAN .......................................................................................... 702
VI. RUANG LINGKUP ............................................................................ 703
VII. METODE .......................................................................................... 703
VIII. INSTANSI PELAKSANA, RENCANA TATA WAKTU DAN
RENCANA BIAYA ............................................................................. 709
IX. ORGANISASI ....................................................................................710
X. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................710
XI. KERANGKA KERJA LOGIS ............................................................... 713
694
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Daftar Gambar
Gambar 1. Pengembangan jenis dan luas ekosistem ruang terbuka
hijau menurut struktur dan fungsi dalam Hutan Kota
(modifkasi dari Kartawinata dan Samsoedin, 2007) ............ 705
Gambar 2. Faktor sosial budaya dan ekonomi pemilihan jenis pohon
dalam pengembangan Hutan Kota ....................................... 705
695
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Table 1. Metode Analisis RPI Pengembangan Hutan Kota/Lanskap
Perkotaan ................................................................................. 707
Table 2. Instansi Pelaksana, Tata Waktu dan Rencana Biaya ................ 709
Daftar Tabel
697
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Daftar Singkatan
ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
BBPD : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
BPK : Balai Penelitian Kehutanan
DSS : Decision Support System
LHP : Laporan Hasil Penelitian
RPI : Rencana Penelitian Integratif
RTH : Ruang Terbuka Hijau
RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
TAHURA : Taman hutan rakyat
UI : Universitas Indonesia
UPT : Unit Pelaksana Teknis
699
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
I. ABSTRAK
Pembangunan fsik di perkotaan yang perencanaannya kurang memadai
telah menyebabkan rusaknya lingkungan perkotaan. Kondisi ini diperparah oleh
kegiatan ekonomi di sektor produksi maupun konsumsi yang menghasilkan
limbah melebihi daya dukung lingkungan, sehingga ekosistem perkotaan tidak
mampu lagi menampung dan mengolah limbah secara alami. Fakta yang kita lihat
sekarang ini memperlihatkan kondisi lingkungan yang buruk berupa kerusakan
hutan alam maupun hutan buatan termasuk rusaknya ekosistem di perkotaan.
Oleh karena itu, keinginan untuk menyejahterakan masyarakat akan tercapai
apabila dilakukan perubahan kebijakan yang juga memperhitungkan manfaat
keberadaan sumberdaya alam termasuk sumberdaya genetik pohon-pohonan
dan jasa lingkungan khususnya ekosistem di perkotaan. Ekosistem perkotaan
termasuk dalam kategori ekosistem buatan. Contoh ekosistem yang selalu
berinteraksi dengan ekosistem di perkotaan, antara lain, bendungan, danau/
situ, sempadan sungai, areal terbuka hijau, hutan tanaman, pekarangan, areal
pemukiman, kawasan industri, jalan raya seperti jalan tol dan lain-lain. Prinsip
pengembangan dan pengelolaan Hutan Kota untuk mencapai fungsinya adalah
mengelola faktor lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam rangka tercapainya
pembangunan dan pengembangan Hutan Kota di Indonesia, beberapa
permasalahan mendasar yang teridentifikasi diantaranya, Rencana Induk
Pembangunan Hutan Kota, pedoman dasar operasional pembangunan Hutan
Kota, bencana banjir, masalah polusi udara, kontaminasi air tanah dan sungai
serta sampah perkotaan. Promosi potensi sumberdaya genetik pohon-pohonan
melalui upaya konservasi ex-situ pada ruang-ruang hijau di perkotaan, dan
refungsionalisasi kawasan hijau, situ, danau, bantaran sungai sebagai daerah
resapan air perlu dilakukan melalui pembangunan Hutan Kota dan ruang
terbuka hijau yang terencana secara baik dan benar. Penelitian ini bertujuan
menghasilkan data dan informasi serta IPTEK dalam rangka mendukung
terciptanya keseimbangan lingkungan fsik (iklim mikro, kualitas udara, air dan
radiasi) ekosistem perkotaan melalui pembangunan dan pengembangan Hutan
Kota. Ruang lingkup kegiatan penelitian Pengembangan Hutan Kota/Lanskap
Perkotaan tahun 2010-2014 adalah konservasi plasma nutfah pohon-pohonan,
analisis kelembagaan dan peraturan pendukung, mencari komposisi jenis pohon
sesuai dengan lokasi dan fungsi kawasan ruang terbuka hijau, pengembangan
areal persemaian, model Hutan Kota di kawasan pemukiman, kawasan perkotaan,
kawasan industri, bantaran sungai, situ dan bendungan, kajian nilai konservasi,
ekonomi, jasa lingkungan, rekreasi dan estetika, Design Engineering Hutan
Kota, dan pengembangan sistem pembangunan kawasan terbuka hijau baik di
ekosistem hulu maupun ekosistem perkotaan. Melalui aktivitas di atas hasil yang
diharapkan adalah rekomendasi kebijakan pengembangan hutan kota berbasis
demograf, policy brief, laporan kajian dan hasil-hasil penelitian serta bahan
700
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
pembelajaran dalam rangka mendukung keberhasilan pengembangan hutan
kota/lanskap perkotaan.
Kata kunci: hutan kota, lanskap perkotaan, ekosistem, pengelolaan, sumberdaya
genetik pohon-pohonan, konservasi tanah dan tata air.
II. LATAR BELAKANG
Pembangunan fi si k di perkotaan yang di harapkan dapat
mensejahterakan kehidupan manusia, dalam perkembangannya telah
menimbulkan permasalahan tersendiri akibat perencanaan yang kurang
memadai. Pertumbuhan penduduk serta pembangunan infrastruktur untuk
mendukung kegiatan ekonomi di perkotaan menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan seperti hilangnya ruang terbuka hijau, rusaknya
fungsi resapan air, polusi air dan udara.
Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah terwujudnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Namun fakta yang kita lihat sekarang ini
memperlihatkan kondisi lingkungan yang buruk berupa kerusakan hutan
alam maupun hutan buatan termasuk rusaknya ekosistem di perkotaan. Cita-
cita untuk mensejahterakan masyarakat akan tercapai apabila didukung oleh
kebijakan yang mumpuni yang juga memperhitungkan manfaat keberadaan
sumberdaya alam termasuk plasma nutfah pepohonan dan jasa lingkungan
khususnya ekosistem di perkotaan sebagai sumber ekonomi tidak langsung.
Upaya merevitalisasi ekosistem di perkotaan dapat dilakukan, antara lain,
melalui pengembangan Hutan Kota/lanskap perkotaan.
Ekosistem perkotaan termasuk dalam kategori buatan. Contoh
ekosistem yang selalu berinteraksi dengan ekosistem di perkotaan, antara
lain, bendungan yang serupa dengan ekosistem danau/situ, sempadan
sungai, ruang terbuka hijau, ekosistem pekarangan, kawasan pemukiman,
kawasan perkantoran, kawasan industri dan jalan raya termasuk jalan tol.
Namun demikian, interaksi yang diharapkan tidak terjadi karena adanya
kerusakan beberapa komponen ekosistem. Sebagai contoh, kawasan
sekitar danau di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek)
yang jumlahnya ribuan pada umumnya mengalami kerusakan. Oleh karena
itu, ekosistem danau perlu menjadi prioritas dalam pengelolaannya karena
merupakan bagian dari lingkungan perkotaan yang berfungsi sebagai
pengatur iklim dan banjir maupun sebagai tempat resapan air.
Walaupun upaya untuk memperbaiki ekosistem di perkotaan telah
banyak dilakukan, antara lain, dengan melakukan kegiatan penanaman di
banyak lokasi di Jakarta (Gerakan Sejuta Pohon, Pembangunan Hutan Kota
701
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Kampus UI Depok, Pembangunan Hutan Kota Eks Kawasan Kemayoran,
Pembangunan Hutan Kota Mabes ABRI Cilangkap, Pembangunan Hutan
Kota Bumi Perkemahan Cibubur dan pembangunan hutan kota di banyak
tempat di Jabodetabek termasuk kegiatan konservasi alam berupa
pengembangan koridor konservasi melalui penanaman pohon di kawasan
jalan tol), koordinasi dengan pihak terkait dalam pengelolannya secara
integratif perlu terus dilakukan.
Kiprah dan partisipasi Badan Litbang Kehutanan dalam kegiatan
pembangunan dan pengembangan Hutan Kota di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 1989, melalui penelitian, seminar di dalam dan luar negeri
serta kerjasama dengan instansi terkait (Samsoedin et. al., 1989a, 1989b,
Samsoedin dan Sutisna, 1990, Samsoedin, 1991; Samsoedin, 1992; Samsoedin
dan Setyawati, 1993; Samsoedin dan Mogea, 1993; Samsoedin, 1994;
Samsoedin, 1997a, Samsoedin, 1997b; Samsoedin et. al., 2006; Samsoedin,
2007a; 2007b; 2007c ). Namun secara aktif kegiatan ini dimulai lagi pada
tahun 2006, antara lain, melalui dijalinnya kerjasama dengan Pemerintah
Kota Padang dalam pembuatan Design Engineering Pembangunan Hutan
Kota Malvinas seluas 20 hektar serta kerjasama dengan Pemerintah Kota
Bogor dalam evaluasi keberadaan pepohonan di kawasan hijau. Kerjasama
antara Departemen Kehutanan dan PU yang ditandatangani oleh kedua
Menteri terkait pada tahun 2006 tentang Penghijauan di kawasan jalan tol
juga merupakan langkah nyata dalam membangun RTH di sekitar perkotaan.
Permasalahan ekosistem perkotaan yang demikian kompleks
telah mendorong Badan Litbang Kehutanan untuk secara konsisten
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
memperbaiki kerusakan ekosistem di perkotaan melalui kegiatan penelitian
pengembangan hutan kota/lanskap perkotaan.
III. RUMUSAN MASALAH
Upaya-upaya mereduksi dampak negatif pembangunan fisik dan
ekonomi perkotaan sudah banyak dilaksanakan oleh berbagai pihak
(pemerintah, swasta, masyarakat). Salah satu upaya yang berdampak
positif dalam mengatasi permasalahan ini adalah melalui pembangunan dan
pengembangan hutan kota yang sejak tahun 2002 telah memiliki kekuatan
hukum dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002
tentang Hutan Kota. Namun demikian dalam perjalanannya PP No. 63 ini
belum berjalan dengan optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
702
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
1. Apakah kebijakan dan peraturan perundang-undangan, khususnya PP.
63 tahun 2002 tentang Hutan Kota, dalam upaya perbaikan ekosistem
perkotaan sudah cukup memadai dan sejauhmana upaya para pihak
dalam melaksanakannya?
2. Seberapa jauh masyarakat menghargai hutan kota dan lanskap
perkotaan dalam konteks pembangunan perkotaan?
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi apakah yang diperlukan untuk
membangun dan mengembangkan hutan kota/lanskap perkotaan?
IV. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan penelitian adalah menghasilkan data dan informasi serta ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menyediakan strategi kebijakan
(Decision Support System) pengembangan hutan kota/lanskap perkotaan
dalam proses pengambilan keputusan. Sasaran yang akan dicapai adalah:
1. Tersedianya rekomendasi terkait kebijakan pengembangan dan
pengelolaan hutan kota
2. Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan hutan kota berbasis
demograf
3. Tersedianya rekomendasi tentang jenis-jenis pohon potensial untuk
pengembangan hutan kota
4. Tersedianya rekomendasi bentuk ideal pengembangan zonasi fungsi
hutan kota di daerah pantai (low laying coastal cities) dan daratan
tertutup (Land lock)
V. LUARAN
Roadmap Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025 secara
jelas memberi arahan bahwa hutan telah ditetapkan sebagai azas dari
lanskap dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) digunakan
sebagai basis dalam arahan lanskap. Disamping itu, target per periode
(phase) didasarkan pada urutan prioritas penanganan obyek, yaitu untuk
pengembangan hutan kota/lanskap perkotaan diarahkan pada daerah
perkotaan berdasarkan tingkat kepadatan penduduk dibagi ke dalam
dua zona, yaitu daratan tertutup yang tidak mempunyai akses langsung
ke laut (land locked cities) yang rentan terhadap perubahan iklim karena
terkendala batas administratif pemerintahan wilayah di sekitarnya dan
daerah perkotaan yang rentan terhadap perubahan iklim terutama dengan
naiknya permukaan air laut, yaitu perkotaan dengan elevasi rendah yang
berada di sepanjang pantai (low-laying coastal cities).
703
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Luaran RPI Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan yang hendak
dicapai dalam waktu lima tahun mendatang (kegiatan RPI tahun 2010-2014)
adalah berupa:
1. Hasil kajian dan rekomendasi tentang aspek kebijakan hutan kota/
lanskap perkotaan
2. Hasil kajian dan rekomendasi tentang aspek biofsik hutan kota/lanskap
perkotaan
Melalui dua luaran di atas diharapkan terwujudnya strategi pengembangan
hutan kota/lanskap perkotaan yang diadopsi oleh pengguna.
VI. RUANG LINGKUP
Penelitian difokuskan pada upaya-upaya penyediaan ilmu dan teknologi
pengembangan hutan kota/lanskap perkotaan dan pengembangan
sistem kelembagaan yang mendukung kebijakan pengembangan hutan
kota/lanskap perkotaan. Kegiatan penelitian didasarkan pada Road Map
Penelitian dan Pengembangan Kehuanan 2010-2025, yaitu mencakup zonasi
fungsi hutan kota di daerah pantai (low laying coastal cities) dan daratan
tertutup (land lock).
VII. METODE
A. Kerangka Konseptual
1. Sejarah Hutan Kota
Sejarah Hutan Kota telah dimulai sekitar 15.000 tahun lalu ketika
manusia di Timur Tengah dan Afrika Utara memulai kebiasaan hidup mereka
secara menetap dengan melakukan kegiatan bercocok tanam di sepanjang
sungai Tigris, Euphrates, Indus dan Nil yang subur (Miller, 1988). Peradaban
manusia terus berlanjut di sepanjang sungai Nil dan sungai Euphrates
dan mencapai puncaknya pada 3.000 tahun Sebelum Masehi pada saat
dimulainya pembangunan piramid dan monumen-monumen lainnya. Pot-
pot gantung (the hanging gardens) di kota Babylon dipercaya oleh para ahli
sebagai awal dari penggunaan tanaman secara terencana (the intentional
use of urban vegetation) (Miller, 1988).
Di Indonesia, ornamen tanaman pada candi Borobudur yang dibangun
oleh Dinasti Syailendra pada abad ke-8 merupakan bentuk sejarah
pemanfaatan tanaman. Hutan Kota sebenarnya telah dimulai oleh nenek
moyang kita pada saat itu. Mereka telah menanam pepohonan di sekitar
704
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
tempat tinggalnya untuk menopang kehidupan mereka sehari-hari.
Penanaman pohon secara lebih teratur dimulai oleh bangsa Belanda yang
mulai menjajah bangsa kita ketika mereka memasuki negeri ini pada tahun
1602. Bekas-bekas dari kegiatan mereka masih nampak sampai sekarang
dengan masih terpeliharanya pohon-pohon besar di tepi jalan di kota Bogor,
Bandung, Medan dan beberapa kota lainnya. Setelah merdeka, penanaman
secara berkelompok dilakukan pemerintah pada saat menjadi tuan rumah
Games of the New Emerging Forces atau yang kita kenal dengan Ganefo
pada tahun 1963. Pepohonan yang ditanam di sekitar Gelora Senayan 43
tahun yang lalu masih dapat kita lihat disana. Namun demikian, secara
resmi, pembangunan Hutan Kota dicanangkan oleh Pemerintah pada saat
menjadi tuan rumah Kongres Kehutanan Sedunia ke-7 di Jakarta pada
tahun 1978. Penanaman pohon oleh para peserta kongres di atas lahan 5
hektar di lingkungan Gedung Manggala Wanabakti menjadi patok sejarah
dicanangkannya pembangunan Hutan Kota.
Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan
sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwenang dengan tujuan untuk
kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang
meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Dalam Bab I Pasal 3 disebutkan
bahwa fungsi Hutan Kota adalah memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan
nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian
lingkungan fsik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati
Indonesia.
Kerusakan hutan yang diakibatkan oleh perladangan berpindah dan
perambahan ilegal yang sering mengikuti kegiatan pembalakan dan
kemudian diikuti oleh pembangunan perkebunan kelapa sawit umumnya
terjadi di hutan pamah dipterokarpa Kalimantan dan Sumatera (Kartawinata
dan Samsoedin, 2007). Melihat kenyataan terjadinya degradasi hutan alam
yang begitu cepat, upaya-upaya penyelamatan sumberdaya genetik pohon-
pohonan harus secepat mungkin dilaksanakan. Dalam kasus ini Hutan Kota
dapat berperan sebagai kawasan konservasi ex-situ bagi jenis-jenis pohon
yang belum diketahui potensinya.
Prinsip pengembangan dan pengelolaan Hutan Kota untuk mencapai
fungsinya sebagai penunjang ekosistem perkotaan yang utama adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Faktor lingkungan, sosial budaya dan
ekonomi dalam pemilihan jenis dalam pengembangan Hutan Kota disajikan
dalam Gambar 2.
705
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan

Terlantar
Rehabilitasi
Diterlantarkan
EkosistemRuang
TerbukaHijau
StrukturEkosistem
Kota
Fungsi
Ekosistem
Jenis
Tanaman&
LuasAreal
Pemulihan
LahanKritis,Terpolusi
PenggantianJenis
Tanaman
PengayaanJenis
Perkembangan
EkosistemNormal
Gambar 1. Pengembangan jenis dan luas ekosistem ruang terbuka hijau
menurut struktur dan fungsi dalam Hutan Kota (modifkasi dari
Kartawinata dan Samsoedin, 2007)
Faktor Ekonomi
Biaya Pembangunan
Biaya Pemeliharaan
Biaya Pengangkutan
Faktor Sosial
Estetika
Fungsi
Eksternal
Negatif
Faktor Tempat
Seleksi Jenis
Kendala Kultural
Struktur
Penutup Lahan
Polusi
Utilities
Kendala Lingkungan
Edafik
Iklim
Phisiografik
Biologis
Gambar 2. Faktor sosial budaya dan ekonomi pemilihan jenis pohon dalam
pengembangan Hutan Kota
706
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
2. Lanskap perkotaan.
Lanskap dapat diartikan sebagai tata ruang atau bentang alam yang
di dalamnya terdiri dari berbagai kegiatan baik yang berjalan secara alami
maupun bentuk kegiatan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Oleh
karena itu, proses kegiatan di dalam lanskap akan selalu berhubungan
dengan proses sosial ekonomi dan ekologi atau yang dikenal dengan ekologi
lanskap. Ekologi lanskap merupakan ilmu baru yang baru dikembangkan
di negara-negara Eropa setelah Perang Dunia II. Perkembangan ekologi
lanskap berjalan secara progresif, dinamis dan merupakan proses global
yang berhubungan dengan ilmu ekologi dan berkaitan erat dengan
berbagai disiplin ilmu seperti geograf, botani, zoologi, animal behaviour
dan arsitektur lanskap (Farina, 1998).
Menurut Daryadi et.al. (2002), sejalan dengan berjalannya waktu,
lanskap secara terus menerus berubah. Perubahan ini merupakan bagian
dari proses evolusi. Namun demikian, perubahan atau degradasi lanskap
bisa lebih cepat terjadi karena aktivitas manusia yang menjadikan perubahan
amat berbeda bila dibandingkan dengan perubahan pada lanskap karena
gangguan alam.
Perkembangan atau perubahan lanskap dapat dibedakan ke dalam lima
tipe (Forman dan Gordon (1986) dalam Daryadi et.al. 2002) sebagai berikut:
1. Lanskap alamiah (perkembangan/perubahan terjadi karena alam bukan
manusia)
2. Lanskap pengelolaan (perkembangan/perubahan terjadi karena
missmanagement misal buruknya sistem pengelolaan hutan produksi)
3. Lanskap budidaya (perkembangan/perubahan terjadi karena budidaya
usaha tani yang terkait erat dengan pengembangan wilayah dan
transportasi. Proses perubahan lanskap budidaya terjadi melalui tiga
tahap, yaitu: usaha tani tradisional, kombinasi tradisional dan moderen
dan moderen yang pada perkembangannya menghasilkan bentuk-
bentuk pemukiman terpencar, kemudian berkelompok dan akhirnya
menyatu menjadi pedesaan dan perkotaan.
4. Lanskap pedesaan (perkembangan/perubahan terjadi karena adanya
kegiatan manusia, antara lain, kebun dan pekarangan).
5. Lanskap perkotaan
Lanskap perkotaan terbentuk karena adanya perubahan struktur
lanskap alamiah yang terdegradasi menjadi bentuk alam perkotaan
akibat aktivitas manusia.
707
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Lingkungan di perkotaan sebagai penyangga kehidupan mahluk hidup
khususnya manusia terdiri dari berbagai ekosistem. Sastrapradja et al.,
(1989) mengklasifkasi ekosistem di Indonesia menjadi empat kelompok
ekosistem utama, yaitu: ekosistem bahari, ekosistem darat alami,
ekosistem suksesi dan ekosistem buatan. Ekosistem perkotaan termasuk
dalam kategori buatan. Contoh ekosistem yang selalu berinteraksi dengan
ekosistem di perkotaan, antara lain, bendungan yang serupa dengan
ekosistem danau/situ, sempadan sungai, ruang terbuka hijau, ekosistem
pekarangan, kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, kawasan industri
dan jalan raya seperti jalan tol.
B. Metode Analisis
Metode analisis untuk masing-masing luaran dipaparkan pada Tabel 1.
Table 1. Metode Analisis RPI Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Kegiatan Metode Analisis
1. Kajian kebijakan
pengembangan dan
pengelolaan hutan kota
Penelitian akan dilaksanakan dengan:
Analisis dokumen
Analisis stakehoders
Lokakarya atau focus group discussion
Analisis sistem pengelolaan Hutan Kota yang ada
serta partisipasi masyarakat di perkotaan
Analisis ekosistem hutan di perkotaan yang
dilaksanakan dengan metode valuasi sumberdaya
hutan yang sudah dikembangkan
Analisis strategi alih teknologi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kelayakan ekonomi,
lingkungan dan sosial
2. Kajian peran faktor
demograf dalam
hubungannya dengan
pengembangan hutan kota/
lanskap perkotaan
Penelitian akan dilaksanakan melalui:
Kajian faktor biofsik
Analisis model hutan kota yang ada saat ini dan
telah ditetapkan oleh pemerintah setempat
Analisis peran masyarakat dalam pengembangan
hutan kota/lanskap perkotaan
708
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Kegiatan Metode Analisis
3. Kajian jenis pohon potensial
untuk pengembangan hutan
kota
Inventarisasi jenis-jenis pohon di perkotaan
dalam rangka mengidentifkasi jenis-jenis pohon
yang sesuai dengan pola Hutan Kota yang akan
dikembangkan
Parameter pohon yang diukur:
(1) Diameter dan tinggi pohon
(2) Model tajuk, bentuk daun, bentuk cabang dan
bentuk batang
(3) Kondisi pohon
(4) Daya tumbuh di lahan kritis atau lahan terpolusi
dan lahan dengan keadaan air tanah tinggi (situ
dan bantaran sungai)
(5) Fenologi pohon (buah dan bunga)
4. Kajian pengembangan zonasi
fungsi hutan kota daerah
pantai dan daratan tertutup
Analisis jenis-jenis pohon di daerah pantai dan
daratan
Analisis tipe ekosistem (alam dan binaan) di kawasan
pantai dan daratan
C. Rencana Lokasi
Lokasi yang dipilih untuk pelaksanan kegiatan RPI adalah ibukota
propinsi yang pertumbuhan penduduknya meningkat dengan tajam dari
tahun ke tahun. Selain pertumbuhan penduduk, pertimbangan dipilihnya
kota-kota di atas adalah karena kota-kota tersebut merupakan urat nadi
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara sehingga perlu diupayakan
keseimbangan lingkungannya. Kota-kota yang dipilih adalah kawasan hilir
Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), kawasan hulu
Bopuncur (Bogor-Puncak-Cianjur), Bandung, Padang, Medan, Samarinda,
Makasar, Mataram dan Denpasar, meliputi Hutan Kota, taman kota,
arboretum, kebun raya, kebun percobaan, kebun koleksi, kebun botani,
TAHURA (taman hutan rakyat), pohon tepi jalan, taman kota, lapangan
golf, kawasan industri, kawasan pemukiman, kawasan perkantoran,
sempadan sungai, bantaran kereta api, kolong jembatan, jalan layang, jalan
tol, saluran listrik tegangan tinggi, kawasan sekitar danau,waduk, rawa,
zona penyangga, perkebunan, perladangan, persawahan, pertanian dan
kawasan pantai.
709
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
VIII. INSTANSI PELAKSANA, RENCANA TATA WAKTU DAN RENCANA
BIAYA
Waktu penelitian RPI adalah 5 tahun (2010-2014) dan rencana tata
waktu pelaksanaan kegiatan penelitian pengembangan hutan kota/
lanskap perkotaan yang akan dilaksanakan oleh Puslitsosek dan UPT litbang
Kehutanan di daerah dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Instansi Pelaksana, Tata Waktu dan Rencana Biaya
Kode
PROGRAM/RPI/LUARAN/
KEGIATAN
PELAKSANA
TAHUN PELAKSANAAN/
ANGGARAN (juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
PROGRAM LANSKAP
2 RPI 2 Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
2.1 Luaran 1 : Hasil kajian dan rekomendasi tentang aspek kebijakan hutan kota/
lanskap perkotaan
2.1.1 Kajian kebijakan pengembangan dan pengelolaan hutan kota
2.1.1.4 Puslitsosek 100 150 100 100
2.1.1.7 BPK Aek Nauli 100
2.1.1.18 BPK Makasar 100
2.1.1.11 BPK Ciamis 100
2.1.1.6 BBPD Samarinda 100
2.2 Luaran 2 : Hasil kajian dan rekomendasi tentang aspek biofsik hutan kota/
lanskap perkotaan
2.2.1 Kajian peran faktor demograf dalam hubungannya dengan pengembangan
hutan kota
2.2.1.4 Puslitsosek 150 100 100 100
2.2.1.7 BPK Aek Nauli 100
2.2.1.9 BPK Palembang 100
2.2.1.18 BPK Makasar 100
2.2.1.11 BPK Ciamis 100 100
2.2.2 Kajian jenis pohon potensial untuk pengembangan hutan kota
2.2.2.4 Puslitsosek 150 150 150 150
2.2.2.7 BPK Aek Nauli 150
2.2.2.9 BPK Palembang 150
2.2.2.18 BPK Makasar 150
2.2.2.11 BPK Ciamis 150
710
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Kode
PROGRAM/RPI/LUARAN/
KEGIATAN
PELAKSANA
TAHUN PELAKSANAAN/
ANGGARAN (juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
2.2.2.6 BBPD Samarinda 150
2.2.3 Kajian pengembangan zonasi fungsi hutan kota daerah pantai dan daratan
tertutup
2.2.3.4 Puslitsosek 100 100 100 100
2.2.3.7 BPK Aek Nauli 100
2.2.3.9 BPK Palembang 100
2.2.3.18 BPK Makasar 100
2.2.3.11 BPK Ciamis 100
2.2.3.6 BBPD Samarinda 100
TOTAL ANGGARAN 200 1350 900 1050 550
IX. ORGANISASI
Penelitian ini akan dilaksanakan dibawah koordinasi Puslitsosek dengan
melibatkan instansi terkait lingkup Badan Litbang Kehutanan seperti BPK
Aek Nauli, BPK Palembang, BPK Makasar, BPK Ciamis dan BBP Dipterokarpa
Samarinda. Jika diperlukan, outsourcing dari instansi terkait lainnya dapat
dilakukan.
Penentuan koordinator RPI ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala
Badan Litbang Kehutanan, sedangkan tim koordinasi akan ditetapkan oleh
Kepala Pusat.
X. DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2009. ROADMAP
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025. Departemen
Kehutanan.
Daryadi, L., Q.A.B. Priarso, T.S. Rostian dan E. Wahyuningsih. 2002.
Konservasi Lanskap. Alam, Lingkungan dan Pembangunan. Penerbit:
Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia/Indonesian Zoological
Parks Association.
Farina, A. 1998. Principles and Methods in Landscape Ecology. Chapman
and Hall. London-Weinheim-New York-Tokyo-Melbourne-Madras.
Forman, R.T.T. and M. Gordon. 1986. Landscape Ecology. John Wiley&Son.
Inc.
711
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
Kartawinata, K. dan I. Samsoedin. 2007. Rehabilitasi Lahan Hutan Rusak dan
Pemulihan Ekosistem di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Miller, R. W. 1988. Urban Forestry: Planning and Managing Urban
Greenspaces. Prentice Hall, aglewood Clifs, New Jersey 07632.
Samsoedin, I., J.P Mogea and O. Satjapraja. 1989a. Potential Forest Plants
for Ornamental Purposes. Flower Cultivation and Bussiness Seminar.
Jakarta, 12-13 June.
Samsoedin, I.,S. Riswan and Y. Jafarsidik. 1989b. Endangered Plant Species
with Emphases on Economic Tree Species. Asean Workshop. Bogor,
20-21 June.
Samsoedin, I. dan U. Sutisna. 1990. Prospek Pengembangan Jenis Pohon
Serba Guna. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan
Jenis-Jenis Pohon Serba Guna. Kerjasama Badan Litbang Kerhutanan-
Departemen Kehutanan dengan F/Fred Project Winrock International.
Bogor, 19-20 Juni.
Samsoedin, I., 1991. The Role of Trees in an Urban Area in Indonesia. School of
Agricultural and Forest Sciences. University of Wales, Bangor, Gwynedd
LL 572 UW, United Kingdom (unpublished).
Samsoedin, I., 1992. Structural Damage Caused by Tree Roots in the
London Area. School of Agricultural and Forest Sciences, University
of Wales, Bangor, Gwynedd LL 572 UW, United Kingdom. MSc, Thesis.
(Unpublished).
Samsoedin, I. and T. Setyawati. 1993. Urban Forestry and Its Role in
Conserving Biodiversity: The Case of Jakarta. Tropical Environmental
Management Workshop, Biodiversity for Sustainable Development in
Southeast Asia. Dumoga Bone National Park. Toraut, North Sulawesi.
February 6-18. p.24.
Samsoedin, I. and J.P. Mogea. 1993. Ex-situ Biodiversity Conservation in
Some Urban Areas in Indonesia. XV International Botanical Congress,
Yokohama, Japan. August 28-September 3.
Samsoedin, I. 1994. Toraut Arboretum, A Proposed Site for Biodiversity
Ex-situ Conservation and Sustainable Development for Wallace Area.
Wallace Development Institute, Jakarta. Serpong, 6-9 june.
Samsoedin, I. 1997a. Potential Indigenous Plants for Urban Areas. Paper
Presented on the Workshop on Biodiversity, FRIM, Kuala Lumpur,
Malaysia. 27-28 November.
712
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Samsoedin, I. 1997b. Studi potensi jenis-jenis pohon Indonesia untuk daerah
perkotaan. Hal 183-188. Dalam. Prosiding Diskusi Hasil-hasil Penelitian.
Penerapan hasil Litbang Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) untuk
Mendukung Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Diterbitkan oleh: P3HKA, Bogor 20-21 Maret. 193 hal.
Samsoedin, I., E. Subiandono, dan M. Bismark. 2006. Pembangunan dan
Pengelolaan Hutan Kota. Paper dipresentasikan pada diskusi GETEK,
Padang.
Samsoedin, I. 2007a. Sejarah perkembangan hutan kota di Indonesia dan
fondasi hukumnya. Kelompok Peneliti Konservasi Sumberdaya Alam.
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. (Unpublished).
Samsoedin, I. 2007b. The bush city of Bogor. Kelompok Peneliti
Konservasi Sumberdaya Alam. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam.
(Unpublished).
Samsoedin, I. 2007c. Sekelumit tentang kota Bogor dan pepohonannya.
Kelompok Peneliti Konservasi Sumberdaya Alam. Puslitbang Hutan dan
Konservasi Alam. (Unpublished).
Sastrapradja, D.S., S. Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja dan M.
A. Rifai. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup
Manusia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI. Bogor.
Whitmore, T.C and I. Samsoedin. 1993. Description of Forest Types of The Bukit
Tigapuluh Area. p.25 27. In: Rain Forest and Resource Management.
Proceedings of the Norindra Seminar, Jakarta, 25 26 May. p.233.
713
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
XI. KERANGKA KERJA LOGIS
No Narasi Indikator Alat Verifkasi Asumsi
1 Tujuan:
Menghasilkan data
dan informasi serta
ilmu pengetahuan
dan teknologi
dalam rangka
menyediakan strategi
kebijakan (Decision
Support System)
pengembangan
hutan kota/lanskap
perkotaan dalam
proses pengambilan
keputusan
Dihasilkannya
rekomendasi strategi
pengembangan hutan
kota/ lanskap
Dokumen
mengenai:
Rekomendasi
kebijakan
pengembangan
hutan kota
berbasis
demograf
Petunjuk teknis
revitalisasi
ekosistem
hutan di
perkotaan
Informasi
tentang
teknologi
revitalisasi
ekosistem
hutan di
perkotaan yang
dikemas dalam
LHP, Publikasi.
Policy Brief
Pemerintah
(Propinsi
dan Kota/
Kabupaten)
mendukung
program
pembangunan
hutan di
perkotaan
Ada kepastian
kawasan/
lanskap
perkotaan.
2 Sasaran
1. Tersedianya
rekomendasi
terkait kebijakan
pengembangan
dan pengelolaan
hutan kota
Telah
dilaksanakannya
kegiatan penelitian
terkait sistem
pengelolaan
dan ekosistem
hutan kota dalam
implementasi PP 63
tahun 2002
LHP dan policy
brief tentang PP
63 Tahun 2002
tentang Hutan
Kota
Tersedianya
hasil-hasil
penelitian yang
dapat digunakan
sebagai dasar
dalam membuat
kebijakan
pengembangan
hutan kota/
lanskap perkotaan
2. Tersedianya
rekomendasi
kebijakan
pengembangan
hutan kota berbasis
demograf
Telah
dilaksanakannya
kegiatan penelitian
terkait kebijakan
pengembangan
hutan kota berbasis
demograf
Sintesis hasil
penelitian,
publikasi
dan policy
brief tentang
kebijakan
pengembangan
hutan kota
berbasis
demograf
714
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
No Narasi Indikator Alat Verifkasi Asumsi
3. Tersedianya
rekomendasi
tentang jenis-
jenis pohon
potensial untuk
pengembangan
hutan kota
Dilaksanakannya
penelitian terkait
dengan jenis-
jenis pohon
potensial untuk
pengembangan
hutan kota
LHP, policy
brief, publikasi
tentang fungsi
hutan kota di
daerah pantai
dan daratan
tertutup
4. Tersedianya
rekomendasi
bentuk ideal
pengembangan
zonasi fungsi hutan
kota di daerah
pantai (low laying
coastal cities) dan
daratan tertutup
(Land lock)
Dilaksanakannya
kegiatan
penelitian terkait
dengan bentuk
pengembangan
zonasi fungsi hutan
kota di daerah pantai
dan daratan tertutup
Pembahasan
hasil-hasil
penelitian
di tingkat
Badan Litbang
Kehutanan
3 Luaran:
1. Hasil kajian dan
rekomendasi
tentang aspek
kebijakan hutan
kota/lanskap
perkotaan
Dilaksanakannya
penelitian tentang
aspek kebijakan
pengelolaan dan
pengembangan hutan
kota
Dokumen
sintesis, LHP,
publikasi dan
policy brief
Sumberdaya
penelitian
tercukupi.
Seluruh judul
penelitian
dapat
dilaksanakan
dengan baik
oleh para
pelaksana.
Data sudah
lengkap dan
valid.
2. Hasil kajian dan
rekomendasi
tentang aspek
biofsik hutan
kota/lanskap
perkotaan
Dilaksanakannya
penelitian: 1)
Kajian peran faktor
demograf dalam
hubungannya dengan
pengembangan hutan
kota/hutan kota, 2).
Kajian jenis potensial
untuk pengembangan
hutan kota, 3) Kajian
pengembangan zonasi
fungsi hutan kota
daerah pantai dan
daratan tertutup
Dokumen
sintesis, LHP,
publikasi
ilmiah dan
semipopuler,
policy brief,
buku mengenai
jenis-jenis
pohon untuk
pengembangan
hutan kota
yang dilengkapi
dengan
deskripsi,
gambar dan
lain-lain.
715
Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan
No Narasi Indikator Alat Verifkasi Asumsi
Demplot model
hutan kota
yang dilengkapi
dengan koleksi
jenis-jenis
pohon potensial
kurang dikenal.
4 Kegiatan:
1.1 Kajian kebijakan
pengembangan
dan pengelolaan
hutan kota
Penelitian dapat
memberikan
informasi tentang
status terkini IPTEK
dan peraturan
perundang-undangan
terkait dengan
pengembangan
ekosistem hutan di
perkotaan
Dokumen hasil
penelitian,
publikasi hasil
penelitian,
presentasi hasil
penelitian
Bahan
pembelajaran
untuk
pengembangan
hutan kota/
lanskap
perkotaan
Penelitian
berlangsung
sesuai RPTP.
Tidak ada
kendala teknis.
Koordinasi
berlangsung
secara baik.
2.1. Kajian peran
faktor
demograf dalam
hubungannya
dengan
pengembangan
hutan kota/
lanskap perkotaan
Penelitian dapat
memberikan
informasi untuk
penyusunan
kebijakan sosialisasi
revitalisasi ekosistem
hutan di perkotaan
Dokumen hasil
penelitian,
publikasi hasil
penelitian,
presentasi hasil
penelitian
2.2. Kajian jenis pohon
potensial untuk
pengembangan
hutan kota
Penelitian dapat
memberikan
informasi
kemampuan jenis-
jenis pohon dalam
menyerap dan
menyerap polutan.
Dokumen hasil
penelitian,
publikasi hasil
penelitian,
presentasi hasil
penelitian
716
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
No Narasi Indikator Alat Verifkasi Asumsi
Penelitian dapat
memberikan
informasi dan
persyaratan teknis
pembangunan
dan pengelolaan
jenis-jenis pohon
untuk kawasan
perkotaan; taman,
jalur ruang terbuka
hijau, kawasan
pemukiman,
kawasan industri,
bantaran sungai,
kebun dan
pekarangan.
Dokumen hasil
penelitian,
publikasi hasil
penelitian,
presentasi hasil
penelitian
2.3. Kajian
pengembangan
zonasi fungsi
hutan kota
daerah pantai
dan daratan
tertutup
Penelitian dapat
memberikan
informasi tentang
potensi dan nilai
ekologis ruang
terbuka hijau di
perkotaan, serta
dapat menjawab
permasalahan dalam
mewujudkan Hutan
Kota yang sesuai
fungsinya.

You might also like