You are on page 1of 5

PAPER PRAKTIKUM PETROGRAFI

ACARA BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK



Jelaskan mengenai cara penentuan komposisi pada batuan sedimen denga
menggunakan metode point counting!

Metode point counting adalah metode yang digunakan untuk mendeksripsi
komposisi batuan secara kuantitatif. Metode ini merupakan metode dengan teknik
statistik. Metode ini dimaksudkan untuk merekam mineral atau komponen apa yang
terlihat di setiap titik dan kemudian membangun deskripsi dari semua informasi yang
didapat. Terdapat syarat untuk menjadi representasi statistik yang valid. Kevalidan
datanya harus memiliki jumlah point dengan rentang 300-500.
Dalam penghitungan komposisi suatu batuan,
metode ini tidak memperhatikan besar kecilnya dari
suatu mineral atau komponen lain. Besar kecil, kasar
halus, asalkan masih dapat dilihat dan dibedakan,
maka tetap dihitung sama. Jadi pada dasarnya, metode
ini hanya memperhatikan komponen-komponen
penyusun batuan yang berbeda, tanpa memperhatikan
ukurannya (kecuali yang berukuran lanau atau
lempung yang merupakan matriks dari batuan
sedimen silisiklastik). Misalnya saja seperti gambar di
samping, butiran hornblende memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding dengan
fragmen batuan, tetapi, perbedaan ukuran tersebut tidak menjadikan penghitungan
fragmen batuan menjadi 2 atau 3x dari hornblende, melainkan tetap satu sama. Karena
komposisi batuan sedimen mencerminkan resistensi komponen dan proses yang telah
dilaluinya. Jadi, metode ini baik digunakan untuk pemerian batuan silisiklastik dengan
klastika yang relatif seragam.
Jelaskan cara menggunakan klasifikasi Pettijohn (1987)!

Klasifikasi Pettijohn, 1987 merupakan klasifikasi batuan silisiklastik yang
sangat umum digunakan. Penggunaannya pun mudah dan sangat efisien.
Penggolongan batuan-batuannya didasarkan pada persentase dari komposisi
penyusun batuannya, seperti matriks, lithik (fragmen batuan), feldspar, dan
kuartsnya.
Secara umum, terdapat 3 kelompok besar dari klasifikasi ini, yaitu ARENITE,
WACKE, dan MUDROCK. Ketiga kelompok ini dibedakan berdasarkan persen
matriks yang dikandungnya. Matriks sendiri merupakan butir-butir material
silisiklastik yang berukuran sangat halus ( < 30 mikron / 0,03 mm).
1. Arenite
Merupakan kelompok batuan silisiklastik yang didominasi oleh butiran-butiran
kasar. Penentuan batuan arenite atau bukan dilihat dari persentase matriksnya yang
memiliki rentang antara 0 % hingga 15 %. Dalam kelompok ini pun, batuan masih
dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa nama, tergantung dengan komposisi
mineral (kuarts, feldspar) atau lithiknya, menjadi :
a. Quartz arenite
Apabila batuan tersebut komposisinya didominasi oleh kuarts, dengan
kelimpahan lebih dari 95 %.
b. Subarkose
Apabila batuan memiliki kelimpahan kuarts dengan rentang antara 75 % hingga
95 %, dan memiliki feldspar dan lithik kurang dari 25 %, dengan dominasi
feldspar (persen feldspar > persen lithik).
c. Sublitharenit
Apabila batuan memiliki kelimpahan kuarts dengan rentang antara 75 % hingga
95 %, dan memiliki feldspar dan lithik kurang dari 25 %, dengan dominasi lithik
(persen lithik > persen feldspar).
d. Arkose
Apabila batuan memiliki kelimpahan kuarts dengan interval kurang dari 75 %,
dan memiliki feldspar lebih dari 25 %, dan persen lithik kurang dari 25 %.
e. Lithik arkose
Apabila batuan memiliki kelimpahan kuarts kurang dari 75 %, dan feldspar lebih
dari 25 %, dengan persen lithik lebih dari 25 %.
f. Arkosic arenit
Apabila batuan tersebut memiliki persen feldspar lebih besar dari 50 %
(dominasi feldspar).
g. Litharenit
Apabila batuan tersebut memiliki persen lithik lebih besar dari 50 % (dominasi
lithik).

2. Wacke
Merupakan kelompok batuan silisiklastik dengan kombinasi oleh butiran-butiran
kasar dan halus secara bersamaan. Penentuan batuan wacke atau bukan dilihat dari
persentase matriksnya yang memiliki rentang antara 15 % hingga 75 %. Dalam
kelompok ini pun, batuan masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa nama,
tergantung dengan komposisi mineral (kuarts, feldspar) atau lithiknya, menjadi :
a. Quartzwacke
Apabila batuan tersebut mengandung kuarts jika lebih dari 95 %.
b. Feldspathic greywacke
Apabila batuan tersebut mempunyai feldspar lebih dari 50 %.
c. Lithic greywacke
Apabila batuan tersebut mengandung lithik atau fragmen batuan denga
kelimpahan lebih dari 50 %.


3. Mudrocks
Merupakan kelompok batuan silisiklastik yang didominasi oleh butiran-butiran
halus. Penentuan mudrock atau bukan dilihat dari persentase matriksnya yang
memiliki rentang antara 75 % hingga 100 %. Dalam kelompok ini, batuan sudah
tidak dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa nama berdasarkan komposisi
mineral atau lithik penyusunnyaa. Hal ini dikarenakan oleh dominasi komponen
halus yang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya, sehingga tidak dapat
dideskripsi dengan baik.

Sedangkan, untuk menggunakan klasifikasi ini, hal pertama yang harus dilakukan
adalah melihat persen matriks dari batuan yang sedang kita deskripsi, setelah
mengetahui persentasenya, maka kita dapat mengeplotnya ke dalam 3 kelompok besar,
yaitu arenite, wacke atau mudrock. Apabila masuk ke dalam kelompok arenite atau
wacke, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melihat komposisi
penyusnnya. Setelah mendeskripsi penyusunnya, maka hal yang kemudian dilakukan
adalah menormalisasi presentase lithik, kuarts dan feldsparnya, sehingga dapat
diplotkan dalam klasifikasi Pettijohn tersebut (Tobleron Plot). Dan ketemu deh
namanya.
















DAFTAR PUSTAKA

http://www.desert.com/petroweb/det_pointcount.php
diakses pada 13 Mei 2014 pukul 12.15

http://www.petrog.com/ws/petrog/point%20counting.htm
diakses pada 13 Mei 2014 pukul 12.13

http://www.physiol.usyd.edu.au/~daved/teaching/emu/point_counting.html
diakses pada 13 Mei 2014 pukul 12.14

Staff Asisten Praktikum Petrografi. 2014. MODUL PRAKTIKUM PETROGRAFI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK. Yogyakarta : Unpublished

You might also like