You are on page 1of 90

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.

F P
1
A
0
AKSEPTOR KB IUD DENGAN
EROSI PORTIO DI BPM SITI NURAINI NGUNUT TOHKUNING
KARANGPANDAN KARANGANYAR
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
INDAH FEBRIANA
B10.146
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul Asuhan Kebidanan pada Ny. F P
1
A
0
Akseptor KB IUD dengan Erosi
Portio di BPM Siti Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar Tahun
2013 untuk memenuhi syarat tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan Ahli Madya Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Eni Rumiyati, SST, selaku pembimbing yang telah membantu dan
memberikan bimbingan dan pengarahan pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Ibu Siti Nuraini, Amd.Keb, selaku Pimpinan BPM Siti Nuraini Ngunut
Tohkuning Karangpandan Karanganyar yang telah bersedia memberi
kesempatan dan ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dan
penelitian.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
5. Seluruh Dosen dan Staff Prodi DIII STIKes Kusuma Husada Surakarta yang
telah membantu dengan memberikan dorongan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Perpustakaan Prodi DIII STIKes Kebidanan Kusuma Husada Surakarta yang
telah menyediakan lireratur yang penulis perlukan.
7. Ny. F dan keluarga yang telah bersedia menjadi pasien dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang
telah memberi bantuan dalam penyusunana Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membantu penulis dalam
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis ini
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada
khususnya.
Surakarta, Juli 2013
Penulis
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Indah Febriana
B10.146
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. F P
1
A
0
AKSEPTOR KB IUD DENGAN
EROSI PORTIO DI BPM SITI NURAINI NGUNUT TOHKUNING
KARANGPANDAN KARANGANYAR TAHUN 2013
(xi + 75 halaman + gambar + 11 lampiran)
INTISARI
Latar Belakang : Data Survey Nasional di semua BPS di Indonesia menunjukkan
persentase terbanyak alat kontrasepsi yang dipakai di Indonesia adalah pada tahun
2010, adalah IUD sebesar 4,8%. Keunggulan dari IUD adalah dapat diterima
masyarakat dengan baik. Pemasangan tidak memerlukan alat medis yang sulit,
kontrol medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah
AKDR dicabut berlangsung baik. IUD juga mempunyai efek samping yang dapat
terjadi salah satunya erosi portio jika tidak ditangani akan terjadi keganasan. Erosi
portio adalah merupakan pengikisan lapisan mulut rahim. Hal ini dapat terjadi
karena lamanya pemakaian IUD dan adanya gesekan-gesekan dari luar saat
berhubungan seksual. Data dari BPM Siti Nuraini bulan Januari Oktober 2012
didapatkan data akseptor KB IUD sebanyak 120 (49,58%), data Akseptor KB IUD
yang tidak ada keluhan sebesar 94 (83,8%), yang mengalami erosi portio sebanyak
14 kasus (11,66%).
Tujuan : Mahasiswa mengerti dan memahami tentang pelaksanaan asuhan
kebidanan pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
Jenis Studi Kasus : Menggunakan metode deskriptif, lokasi studi kasus di BPM
Siti Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar, subjek studi kasus
Ny. F P
1
A
0
Akseptor KB IUD dengan erosi portio, waktu studi kasus tanggal 21
Maret sampai 02 April 2013, teknik pengumpulan data menggunakan data primer
meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), wawancara dan
observasi serta data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 12 hari didapatkan hasil bahwa
erosi portio sudah sembuh, ibu bersedia melakukan hubungan seksual dengan hati-
hati dan sudah mengetahui cara berhubungan seksual yang benar, ibu bersedia
tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya dan ibu bersedia untuk melakukan
kontrol ulang 3 bulan sekali dan kembali bila ada keluhan.
Kesimpulan : Dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus Ny. F akseptor
KB IUD dengan erosi portio penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus.
Kata Kunci : Asuhan kebidanan, Akseptor KB IUD, Erosi Portio
Kepustakaan : 26 Literatur (2003 2011)
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Awali dan Akhiri Dengan Doa Sebelum dan Sesudah Melakukan Sesuatu
Hal.
Mensyukuri Apa adanya, Tetap Berusaha dan Berdoa Menuju Yang Lebih
Baik Dari Sebelumnya Harus Tetap Sabar dan Rendah Hati.
Hadapi Semua Cobaan Yang Datang Karena Cobaan Itu Adalah
Pengalaman Yang Paling Berharga.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan
teruntuk :
1. Allah SWT, Nabi Muhammad SAW serta rosul-
rosulNya yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan karuniaNya sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Untuk Ayah, Ibu dan adikku tercinta yang telah
memberikan kasih sayang, doa serta dukungan
yang tulus sepanjang hidupku.
3. Sahabat-sahabatku (Rizka, Diva, Budi, Eka,
Putri, Eva, Lusi, Kiki, Weni dll) yang selalu
menyanyangiku dan menemaniku di saat senang
maupun duka.
4. Seseorang yang paling istimewa yang telah
memberi semangat untuk ku.
5. Semua teman-teman seperjuangan di STIKes
Kusuma Husada Surakarta angkatan 2010.
6. Almamaterku tercinta.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Indah Febriana
NIM : B10.146
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 26 Januari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Plupuh RT 03 RW 01, Plupuh Sragen
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Plupuh 1 Sragen Lulus tahun 2004
2. MTsN Plupuh 1 Sragen Lulus tahun 2007
3. SMK Muhammadiyah 3 Gemolong Lulus tahun 2010
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2010
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
INTISARI ................................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii
CURICULUM VITAE ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .......................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ........................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ......................................................... 5
E. Keaslian Laporan Kasus .................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ........................................................................ 9
1. Kontrasepsi ................................................................ 9
2. IUD ............................................................................ 14
3. Erosi Portio ............................................................... 23
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
B. Teori Manajemen Kebidanan ............................................. 27
C. Landasan Hukum ............................................................... 39
BAB III. METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ............................................................... 40
B. Lokasi Studi Kasus ............................................................. 40
C. Subyek Studi Kasus ............................................................ 40
D. Waktu Studi Kasus ............................................................. 41
E. Instrumen Studi Kasus ........................................................ 41
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 41
G. Alat-alat yang Dibutuhkan ................................................. 45
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .................................................................. 46
B. Pembahasan ....................................................................... 67
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 73
B. Saran .................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Pendahuluan Data Awal
Lampiran 2. Surat Balasan Ijin Pendahuluan Data Awal
Lampiran 3. Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 4. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Pasien
Lampiran 6. Lembar Observasi
Lampiran 7. SAP Efek Samping KB IUD
Lampiran 8. SAP Personal Hygiene
Lampiran 9. SAP Hubungan Seksual
Lampiran 10. SAP Kebutuhan Nutrisi
Lampiran 11. Lembar Konsultasi
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang
tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat
diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan
seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI, 2004).
Gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah gerakan yang
mengajak dan menghimpun segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya
manusia. Tujuan gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
mempertumbuhkan penduduk Indonesia (Wiknjosastro, 2007).
Rencana pembangunan jangka menengah dan KB 2004 2009 tidak
merinci dan menjelaskan indikator untuk pemakaian alat kontrasepsi efektif
dan efisien dan menurut para ahli semua alat kontrasepsi efektif bila dipakai
dan patuh sesuai dengan petunjuk pemakaian dan pemasangannya tidak mahal
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
dan berdampak lama dalam mencegah kehamilan dan pada Data Survey
Nasional di semua BPS di Indonesia menunjukkan persentase terbanyak alat
kontrasepsi yang dipakai di Indonesia adalah pada tahun 2010, angka
penggunaan kontrasepsi terbesar adalah suntik sebesar 71,6%, pil 13,2%, IUD
4,8%, implant 2,8%, MOW 3,1%, MOP 0,2%, pantang berkala 1,5%,
senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4% (BKKBN, 2010).
Sampai saat ini jumlah akseptor di Jawa Tengah tahun 2005 telah
mencapai 468.357 akseptor, untuk pemakaian kontrasepsi Suntik 75,%, Pil
38,8%, AKDR 23,4%, Implant 22,1%, MOW 20,3% (Dinkes Jateng, 2010).
Salah satu kontrasepsi yang digunakan di Indonesia adalah IUD yang
menempati urutan ketiga setelah alat kontrasepsi Suntik dan Pil, IUD
merupakan suatu alternatif pilihan bagi klien yang ingin menunda kehamilan
dengan jarak lebih dari 2 tahun, keunggulan dari IUD adalah dapat diterima
masyarakat dengan baik. Pemasangan tidak memerlukan alat medis yang sulit,
kontrol medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah
AKDR dicabut berlangsung baik (Manuaba, 2008).
Di samping keunggulan tersebut IUD juga mempunyai resiko untuk
terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat terjadi diantaranya adalah
rasa nyeri, perforasi, perdarahan, ekspulsi, translokasi, infeksi dan yang sering
terjadi adalah erosi portio. Erosi portio adalah merupakan pengikisan lapisan
mulut rahim. Hal ini dapat terjadi karena lamanya pemakaian IUD dan adanya
gesekan-gesekan dari luar saat berhubungan seksual (Ferri, 2007).
Pada pemeriksaan erosi portio yang berlanjut ditemukan portio yang
merah (radang) dengan disertai gejala infeksi seperti suhu yang meningkat,
infeksi yang dibiarkan tanpa penanganan yang memadai merangsang
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
pertumbuhan jaringan yang berisiko pathologis pada portio dan hal ini
merupakan salah satu penyebab munculnya kanker servik (Ferry, 2005).
Data yang diperoleh dari studi pendahuluan di BPM Siti Nuraini dari
bulan Januari sampai bulan Oktober 2012 keseluruhan akseptor KB berjumlah
242 aksptor. Untuk kontrasepsi IUD sebanyak 120 (49,58%), implan sebanyak
34 (12,39%), suntik sebanyak 33 (13,63%), Pil sebanyak 29 (11,98%),
Kondom sebanyak 26 (10,74%) dan dari data Akseptor KB IUD yang tidak ada
keluhan sebesar 94 (83,8%), yang mengalami erosi portio sebanyak 14 kasus
(11,66%), Leukorea sebanyak 9 kasus (7,5%), ekspulsi IUD 3 (2,5%).
Berdasarkan data tersebut di atas penulis tertarik mengambil judul
Asuhan Kebidanan Pada Ny. F P
1
A
0
Akseptor KB IUD Dengan Erosi portio
di BPM Siti Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar Tahun
2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan yaitu
Bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB
IUD dengan erosi portio di BPM Siti Nuraini Ngunut Tohkuning
Karangpandan Karanganyar dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney?.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mengerti dan memahami tentang pelaksanaan
asuhan kebidanan pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio
melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
2. Tujuan Khusus
a. Setelah melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan
erosi portio, diharapkan penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan
erosi portio baik data subjektif maupun objektif.
2) Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan
erosi portio.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD
dengan erosi portio.
4) Mengidentifikasi tindakan segera pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD
dengan erosi portio.
5) Menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
pengkajian pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio.
6) Melaksanakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio.
7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio.
b. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek pada kasus Ny.
F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Siti Nuraini
Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar.
c. Mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan pada Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Siti Nuraini Ngunut
Tohkuning Karangpandan Karanganyar.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi diri sendiri
Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu aksptor KB IUD dengan erosi portio.
2. Bagi profesi
Memberi masukan dalam upaya mengembangkan asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD dengan erosi portio.
3. Bagi institusi
a. BPM
Dapat memberikan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan khususnya pada akseptor KB IUD dengan erosi portio.
b. Pendidikan
Untuk menambah referensi mengenai asuhan kebidanan pada akseptor
KB IUD dengan erosi portio.
E. Keaslian Laporan Kasus
Berdasarkan penulisan kepustakaan ada beberapa karya tulis tentang
asuhan kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan erosi porsio yang pernah
dilakukan oleh :
1. Anggun Candra Cahyani (2006), dengan judul Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Pada Ny. S Akseptor IUD Tipe Copper T 380 A
dengan Erosi Porsio di RB Lestari Grogol Sukoharjo. Asuhan yang
diberikan pada akseptor KB IUD dapat menerapkan manajemen kebidanan
secara efektif dan efisien dengan memberikan terapi Amoxillin 3 x 500 mg
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
dan Metronidazol 3 x 500 mg 3 x 1 tablet sehari dan Albothyl Konsentrasi
36% setiap hari sekali. Evaluasi akhir di dapat erosi dapat disembuhkan
selama 5 hari dengan perbaikan personal hygiene antibiotik analgetik
keadaan ibu membaik dan IUD tetap di pakai.
2. Anita Indirani (2007), dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ny.N
Akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi Portio di RS Panti Waluyo
Surakarta. Asuhan yang diberikan pada akseptor KB IUD dapat
menerpakan manajemen kebidanan secaa efektif dan efisien dengan
memberikan terapi Albothyl 36% sebanyak 3 tetes di deep 5 menit, Sub
Vaginal Inchostatic 1x 1 selama 3 hari, metronidazol 3 x 500 mg selama 3
hari, asam mefenamat 3x 500 mg selama 3 hari. Evaluasi akhir didapat
erosi dapat disembuhkan selama 7 hari dengan perbaikan personal hygiene
pemberian antibiotik analgetik dan keadaan ibu membaik dan IUD tetap di
pakai.
3. Iin Triyani (2008), dengan judul Asuhan Kebidanan Keluarga Berenana
Pada Ny. S Akseptor IUD Tipe Copper T 380 A dengan Erosi Porsio di
Puskesmas Sidoharjo Sragen. Asuhan kebidanan di berikan pada Akseptor
KB IUD dapat menerapkan manajemen kebidanan secara efektif dan
efisien dengan memberikan terapi Albothyl setiap 3 hari sekali,
Amphyxilin 500 mg peroral tiap 6 jam, Metronidazole 3 x 500 mg peroral
selama 3 hari. Evaluasi akhir didapat erosi dapat disembuhkan selama 4
hari dengan perbaikan personal hygiene pemberian antibiotik, analgetik,
keadaan ibu membaik dan IUD tetap di pakai.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Persamaan studi kasus dengan keaslian terletak pada jenis berupa studi kasus
dan tentang erosi portio. Sedangkan perbedaan studi kasus dengan keaslian
terletak pada subjek, waktu, dan lokasi.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terbagi menjadi 5 BAB, yang
meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat laporan kasus, keaslian laporan kasus, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi landasan teori kontrasepsi yang meliputi pengertian, syarat
kontrasepsi, faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan
kontrasepsi, tujuan pelayanan kontrasepsi, macam-macam
kontrasepsi, efektivitas / daya guna, definisi IUD yang meliputi
pengertian, jenis-jenis IUD, mekanisme kerja IUD, efektivitas IUD,
cara kerja IUD, indikasi pemakaian IUD, kontra indikasi pemakaian
IUD, persyaratan pemasangan IUD, keuntungan dan kerugian IUD,
pemeriksaan lanjutan, komplikasi dan penanggulangan, erosi portio
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, patofisiologi,
penatalaksanaan. Landasan teori asuhan kebidanan : berisi tentang
teori manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney yaitu :
pengumpulan data, interpretasi data, diagnosa potensial, intervensi,
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi ditambah data
perkembangan SOAP, informed consent dan landasan hukum.
BAB III METODOLOGI
Berisi tentang jenis studi, lokasi studi kasus, subjek studi kasus,
waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data
berupa data primer dan data sekunder, serta alat-alat yang
dibutuhkan dalam studi kasus.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang tinjauan kasus asuhan kebidanan keluarga
berencana pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di di BPM
Siti Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar secara
nyata sesuai dengan manajemen kebidanan menurut 7 langkah
Varney. Sedangkan pembahasan merupakan penjelasan tentang
masalah atau kesenjangan yang ada antara teori dan kasus yang
penulis temukan dilapangan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari
pembahasan kasus akseptor KB IUD dengan erosi portio.
Sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan
dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kontrasepsi
a. Pengertian
1) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang bersifat sementara dapat pula bersifat permanen dan merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Saifuddin, 2008).
2) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan
upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-
obatan (Proverawati dkk, 2010).
3) Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara, alat
atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Mochtar, 2011).
b. Syarat Kontrasepsi
Menurut Mochtar (2011), syarat kontrasepsi adalah sebagai berikut :
1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2) Tidak ada efek samping yang merugikan.
3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama
pemakaiannya.
6) Cara penggunaannya sederhana.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
7) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami isteri.
c. Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi
Menurut Proverawati (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi
akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain sebagai berikut :
1) Faktor pasangan dan motivasi, meliputi :
a) Umur
b) Gaya hidup
c) Frekuensi senggama
d) Jumlah keluarga yang diinginkan
e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
2) Faktor kesehatan, meliputi :
a) Status kesehatan
b) Riwayat haid
c) Riwayat keluarga
d) Pemeriksaan fisik dan panggul
3) Faktor metode kontrasepsi, meliputi :
a) Efektivitas
b) Efek samping
c) Biaya
d. Tujuan pelayanan kontasepsi
1) Tujuan Umum
Menyelenggarakan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan
menuju tercapainya keluarga sejahtera dan produktif
(Hartanto, 2004).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
2) Tujuan Pokok
Penurunan angka kematian yang bermakna guna mencapai tujuan
tersebut yaitu menurunkan angka kelahiran, maka ditempuh
kebijaksanaan dengan mengkatagorikan 3 (tiga) fase untuk mencapai
sasaran, menurut Hartanto (2004), yaitu :
a) Fase Menunda atau Mencegah Kehamilan
Fase menunda kehamilan di anjurkan bagi Pasangan Usia Subur
(PUS) dengan usia istri kurang dari 20 tahun, fase ini meliputi :
(1) Alasan menunda kehamilan
(a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya
tidak mempunyai anak terlebih dahulu untuk berbagai
alasan.
(b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena
akseptor masih muda.
(c) Pemasangan IUD mini bagi yang belum punya anak pada
masa ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta
dengan kontra indikasi terhadap pil oral.
(d) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena
pasangan muda masih mempunyai frekuensi yang tinggi
sehingga angka kegagalan tinggi.
(2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
(a) Pil
(b) IUD
(c) Cara sederhana.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
b) Fase Menjarangkan / Mengatur Kehamilan
(1) Alasan menjarangkan kehamilan :
(a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik
untuk mengandung dan melahirkan.
(b) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan
untuk memakai IUD sebagai pilihan pertama.
(c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi,
namun disini tidak begitu berbahaya karena yang
bersangkutan berada pada usia melahirkan yang baik.
(2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
(a) IUD
(b) Suntik
(c) Mini pil
(d) Susuk (Implant)
(e) Cara sederhana
c) Fase Menghentikan atau Mengakhiri Kesuburan
(1) Alasan Mengakhiri kesuburan
(a) Ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil karena alasan medis.
(b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
(c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat sampingan.
(2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
(a) Kontasepsi mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
(b) IUD
(c) Implant
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(d) Suntik
(e) Pil
(f) Cara sederhana
e. Macam-macam kontrasepsi
Menurut Hartanto (2004), macam-macam kontrasepsi antara lain :
1) Kontrasepsi Metode Sederhana
a) Tanpa Alat
(1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender,
metode suhu basal, metode lendir cerviks.
(2) Coitus Interuptus
b) Dengan Alat
(1) Mekanis (barier), terdiri dari kondom pria, barier intravagina
(diafragma, kap servik, spons, kondom).
(2) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam,
vagina jelly, vagina tablet dan vagina suble film).
2) Kontrasepsi Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal
(1) Per-oral : Pil oral kombinasi dan mini pil
(2) Suntikan atau injeksi KB : depoprovera setiap 3 bulan nongest
setiap 10 minggu cyclofem setiap bulan.
(3) Sub Kutis (Implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBR) yang meliputi implant dan norplant
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
b) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) : Copper T, Medusa, Seven Copper T.
c) Metode kontrasepsi Mantap
(1) Pada wanita : Metode Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.
(2) Pada Pria : Metode Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
f. Efektivitas / Daya Guna
Efektivitas (daya guna) suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2
tingkat menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :
1) Daya guna teoretis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan
suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang
tidak diingini, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan
sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan suatu
cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari di mana pemakaiannya
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak hati-hati, kurang
taat pada peraturan dan sebagainya.
2. IUD
a. Pengertian
IUD (Intra Uterine Divice) adalah bahan inest inthetik (dengan
atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektivitas dengan berbagai
bentuk yang dipasang ke dalam rahim untuk menghasilkan efek
kontrasepsi (Saifuddin, 2006).
IUD (Intra Uterine Devices) adalah alat yang terbuat dari benang
sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim untuk menghindari
kehamilan (Manuaba, 2008).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
b. Jenis-jenis IUD
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di
Indonesia menurut Proverawati (2010), antara lain :
1) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat
tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)
yang cukup baik.
2) Copper-7
AKDR ini berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan
pasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm
2
, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
3) Multi load
AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung
atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm
2
atau 375 mm
2
untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan
mini.
4) Lippes loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila
terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
c. Mekanisme Kerja IUD
Menurut Wiknjosastro (2007), hingga dewasa ini mekanisme kerja
IUD masih belum jelas. Telah banyak teori yang dikemukakan menurut
berbagai penelitian, tetapi mekanisme yang pasti belum ditemukan. Ada
beberapa teori dan hipotesis yaitu :
1) Teori reaksi radang non spesifik dengan sebutan lekosit.
2) Teori reaksi benda asing yang menyebabkan kumpulan sejumlah
besar makrofag yang menelan sperma atau ovum pada permukaan
mukosa rahim.
3) Teori perubahan hormonal melalui peningkatan kadar prostaglandin
intrauterin.
4) Teori efek mekanik, yaitu menimbulkan kontraksi rahim yang
menghalangi perjalanan sperma.
5) Teori perubahan sekresi biokimia dan perubahan enzimatik karbonik-
anhidrase dan alkali fosfatase dalam uterus, terutama pada IUD
dengan ion tembaga.
d. Efektivitas IUD
Menurut Proverawati (2010), efektivitas IUD sangat tinggi yaitu
berkisar antara 0,6 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), efektivitas IUD untuk
mencegah kehamilan cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Angka kehamilan pada pemakaian IUD berkisar antara 1,5 3 per 100
wanita pada tahun pertama, dan angka tersebut menjadi lebih rendah
pada tahun-tahun berikutnya.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
e. Cara kerja IUD
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD menurut Proverawati (2010),
adalah sebagai berikut :
1) Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba falopii.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
f. Indikasi Pemakaian IUD
Indikasi Pemakaian IUD, menurut Wiknjosastro (2006), antara lain :
1) Ingin menjarangkan kehamilan (spacing). Akseptor sudah
mempunyai anak dan ingin menjarangkan kehamilannya.
2) Sudah cukup jumlah anaknya dan takut atau menolak cara kotrasepsi
mantap (sterilisasi).
3) Tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (mengidap penyakit
jantung, hipertensi, penyakit hati). Kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi penyait yang diderita.
4) Dianjurkan pada wanita berumur 35 tahun dimana kontrasepsi
hormonal kurang menguntungkan karena akan terjadi
ketidakseimbangan hormon disamping akan terjadi masa menopouse.
g. Kontra Indikasi Pemakaian IUD
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD menurut Saifuddin (2006)
adalah :
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).
3) Sedang mengidap penyakit radang panggul atau pasca keguguran
septik.
4) Penyakit trofoblas yang ganas
5) Kelainan rahim misalnya rahim kecil endometrosis, polip
endometrium.
6) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
(Penyakit Radang Panggul) atau abortus septik.
7) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri.
8) Diketahui menderita TBC pelvic.
h. Persyaratan Pemasangan IUD
Persyaratan pemasangan IUD menurut Hartanto (2003), antara lain :
1) Mendapatkan persetujuan dari akseptor (informed concent).
Persetujuan dari suami merupakan informed concent yang paling
utama karena suami dapat memberikan dukungan bagi akseptor KB.
2) Ibu dalam masa post haid, post partum post SC, post abortus.
Pada masa ini OUE akseptor masih membuka sehingga pemasangan
IUD dapat dengan mudah.
3) Pemeriksaan sondage uterus tidak boleh kurang dari 5 cm.
Akseptor yang diameter uterusnya kurang dari 5 cm tidak dapat
dipasang IUD dikarenakan bisa terjadi ekspulsi (Manuaba, 2008).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
i. Keuntungan dan Kerugian IUD
1) Menurut Saifuddin (2006), keuntungan IUD adalah sebagai berikut :
a) IUD sangat efektifitas tinggi
b) AKDR dapat efektif setelah pemasangan
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan CUT-380A dan
tidak perlu diganti).
d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e) Tidak ada efek samping hormonal dengan CU AKDR (CU-380A).
f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
g) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
h) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
2) Kerugian kontrasepsi IUD menurut Saifuddin (2006), antara lain :
b) Perubahan siklus haid (umumnya pada bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
e) Klien tidak dapat melepas IUD sendiri.
f) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan dan biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
g) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
h) Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu.
i) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR di pasang sesudah melahirkan.
j. Pemeriksaan lanjutan (Follow up)
Pemeriksaan lanjutan (follow up) untuk akseptor KB IUD menurut
Manuaba (2008) :
1) 1 minggu
Setelah insersi untuk mengetahui keluhan setelah pemasangan.
2) 1 bulan
a) Untuk mengetahui posisi IUD apakah keluar atau tidak
b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi
3) 3 bulan
a) Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak
b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi
4) 6 bulan
a) Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak.
b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi
5) 12 bulan
a) Untuk mengetahui adakah efek samping atau komplikasi
b) Untuk dilakukan pemeriksaan Pap Smear.
k. Efek Samping dan Penanggulangan
Efek samping dan komplikasi menurut Hartanto (2003), di bagi menjadi
dua, yaitu :
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
1) Pada Saat Insersi/Pemasangan
a) Rasa nyeri
Pengobatan : analgetik atau prostaglandin-inhibitor.
b) Muntah dan keringat dingin
Penyebabnya adalah reaksi vaso-vagal. Hal ini dapat dicegah
dengan konseling agar akseptor tenang dan merasa tidak takut.
Dengan pemberian atropin 0,4-0,5 mg IM/IV, sedativa ringan dan
anastesi lokal. Selain obat-obatan tersebut juga dapat disarankan
dengan istirahat dalam posisi horisontal.
c) Perforasi uterus
Perforasi sering terjadi pada insersi push-out. Gejala yang dapat
timbul adalah perdarahan yang mendadak. Hal ini dapat dicegah
dengan teknik pemasangan yang hati-hati dan sesuai dengan
prosedur. Tindakan yang harus segera dilakukan adalah
pengeluaran IUD.
2) Setelah Insersi
a) Menoragia dan spotting mentroragia
Dengan insersi IUD menyebabkan tingginya konsentrasi
plaminogen aktifator dalam endomentrium dan enzim-enzim ini
menyebabkan bertambahnya aktifitas fribrinolitik serta
menghalangi pembekuan darah akibatnya timbul perdarahan yang
lebih banyak.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
b) Embedding dan displasement
IUD tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrium
Tanda gejalanya perdarahan abnormal, nyeri abdomen, merasa
tidak sehat, demam menggigil, benang ekor IUD menghilang,
bertambah pendek atau bertambah panjang. Tindakan yang segera
dilakukan adalah mengeluarkan IUD.
c) Infeksi
Mekanisme timbulnya infeksi :
(1) Masuknya kuman-kuman. yang biasanya hidup didalam
traktus genitalis bagian bawah di dalam uterus pada insersi.
(2) Dengan adanya IUD maka dimungkinkan bertambahnya
volume dan lama perdarahan haid. Darah merupakan media
subur untuk berkembangnya bakteri.
(3) Naiknya kuman-kuman melalui benang ekor IUD ke dalam
kavum uteri pencegahan timbulnya infeksi dapat dilakukan
dengan skrening calon akseptor dengan baik, pemberian
antibiotik profilaksis pada saat infeksi antisepsis.
l. Komplikasi dan Penanggulangan
Komplikasi yang dapat menyertai pemakaian IUD menurut Hartanto
(2003), adalah sebagai berikut :
1) Pelvik Inflamatori Disease (PID) merupakan kelanjutan dari infeksi
yang tidak ditangani dengan baik. Tanda dan gejala adalah sebagai
berikut :
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
a) Dismenorhoe (sakit saat haid)
b) Nyeri uterus atau serviks saat dilakukan pemeriksaan dalam
c) Nyeri tekan pada perut bagian bawah, biasanya terjadi
pembengkakan daerah tuba fallopi atau ovarium.
d) Suhu badan mencapai 38
0
C atau lebih.
2) Menurut Hartanto (2003), penanganan (PID) meliputi :
a) Diagnosa dini
b) Pengangkatan IUD
c) Terapi antibiotik
d) Follow-up yang teratur
e) Pengobatan patner seksual
3. Erosi Porsio
a. Pengertian
Erosi porsio pengikisan permukaan dari portio, portio yaitu istilah
medis untuk mulut rahim. Jadi erosi portio adalah terjadinya pengikusan
dari lapisan mulut rahim (Ferry, 2007).
Erosi portio atau pseudo erosi yaitu terkelupasnya epitel silindris
akibat rangsangan dari luar dan digantikan dengan epitel gepeng pada
kanalis servikalis, erosi ini nampak sebagai tempat merah menyala dan
agak mudah berdarah (Sulaiman, 2004).
b. Tanda dan gejala
Menurut Fery (2007), tanda dan gejala erosi portio adalah sebagai
berikut :
1) Portio berwarna merah muda
2) Perdarahan diluar haid
3) Perdarahan post-coitus
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
4) Lendir berwarna kecoklatan
5) Sering tanpa gejala
c. Klasifikasi Erosi Portio
Menurut Midyuin (2008), klasifikasi erosi portio dibedakan menjadi 3
yaitu :
1) Erosi ringan : meliputi < 1/3 total area servik.
2) Erosi sedang : meliputi 1/3 2/3 total area servik.
3) Erosi berat : meliputi > 2/3 total area servik.
d. Patofisiologi Erosi Portio
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya
rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien
yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion
sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan
terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang
menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis
terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat
menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi
sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel
superfisialis dan terjadilah erosi portio. Dari semua kejadian erosi portio
itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis
menyebabkan metastase keganasan leher rahim (Ferry, 2007).
e. Penatalaksanaan Erosi Porsio
Secara teori menurut Varney (2004) meliputi :
1) Anamnesa
a) Perdarahan
b) Keputihan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
c) Rasa nyeri di daerah abdomen
d) Kehamilan
e) Benjolan
2) Pemeriksaan umum secara terbatas
Pemeriksaan umum secara terbatas menurut Manuaba (2008),
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi yang
disebabkan oleh erosi portio hal ini dapat dilakukan :
a) Pemeriksaan Konjungtiva
Untuk mengetahui kemungkinan adanya anemi pada akseptor.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan karena adanya perdarahan pada
akseptor dan mencegah adanya anemia yang berkelanjutan.
b) Pemeriksaan nadi
Untuk mengetahui adanya anemia yang ditunjukkan dengan nadi
lebih dari 100 x/menit ataupun kelainan sirkulasi darah.
c) Pemeriksaan Suhu
Untuk mengetahui adanya peningkatan suhu tubuh yang dapat
menunjukkan tanda-tanda infeksi atau radang.
d) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini dapat dilakuakan pada daerah abdomen dengan
cara palpasi (Manuaba, 2008). Untuk kemungkinan adanya :
(1) Nyeri tekan daerah suprapubik
(2) Benjolan massa ataupun kelainan tubuh
(3) Apabila teraba benjolan menunjukkan adanya kelainan yang
dapat mengarah pada tumor.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
e) Pemeriksaan bimanual yang lengkap
(1) Masih adakah benang untuk memastikan bahwa IUD masih
berada pada posisi yang benar.
(2) Adanya perlukaan portio (portio tampak merah menyala).
(3) Portio mudah berdarah
(4) portio tertutup cairan atau lendir.
f) Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui masih adakah benang
untuk memastikan IUD masih berada pada posisi yang benar.
g) Pemeriksaan sekret pada servik (Pap Smear)
Pemeriksaan IUD dengan erosi portio perlu dilakukan untuk
mengetahui adanya infeksi karena jamur, virus, bakteri maupun
mikroorganisme lainnya.
f. Terapi
Menurut Susilowati (2008), terapi untuk erosi portio adalah sebagai
berikut :
1) Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococus dalam secret
2) Kalau serviks tidak spesifik dapat diobati dengan argentetas netra
10% atau albotyl yang menyebabkan nekrosi epitel slindris dengan
harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis
banyak.
3) Kateterisasi-radial dengan termokuler atau dengan krioterapi.
Sesudah kateterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas
dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan yang
sudah sehat.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
4) Vulva hygiene (Hartanto, 2003).
5) Pemberian analgetik apabila nyeri (BKKBN, 2005).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Varney, 2004).
2. Manajemen Kebidanan dan Langkah-langkah Asuhan Kebidanan
Menurut Varney (2004), manajemen kebidanan terdiri dari 7
langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara
periodik. Proses periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka
lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah
sesuai dengan keadaan pasien. Adapun pelaksanaan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney tersebut adalah sebagai berikut :
a. Langkah Pertama : Pengumpulan dan Pengkajian Data
Sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Varney, 2004).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Tahap ini meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang
yang terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi
mereka sendiri (Nursalam, 2004).
a) Biodata
(1) Nama : Untuk mengetahuui nama pasien.
(2) Umur : Untuk mengenal faktor resiko dari umur pasien.
(3) Agama : Berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai
dengan kepercayaannya.
(4) Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan pasien.
(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
dalam bidang kesehatan.
(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi dan
aktifitas ibu sehari.
(7) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran lingkungan
tempat tinggal pasien.
b) Keluhan utama
Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Varney, 2004). Pada kasus KB IUD dengan erosi portio
keluhannya adalah pengeluaran perdarahan diluar haid, merasakan
nyeri saat berkemih, dan keluar cairan yang berlebihan berwarna
kecoklatan, berbau dan tak kunjung sembuh (Ferry, 2005).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi,
lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak
menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan
sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani dkk.,
2008). Pada kasus erosi portio terajadi perubahan siklus haid,
perdarahan antar menstruasi haid lebih lama dan banyak dan saat
haid lebih sakit (Saifuddin, 2010).
d) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah,
berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa,
lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu
diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya (Estiwidani
dkk., 2008).
e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G
(gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya
melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan kesehatan
yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran
anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah
kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/
mati saat dilahirkan (Estiwidani dkk., 2008).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
f) Riwayat Keluarga Berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila tidak
memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi
(Etiwidani dkk, 2008).
g) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra
indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes
militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2006).
h) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi
pada pasien dengan mengamati adakah
penurunan berat badan atau tidak ada pada
pasien (Susilawati, 2008).
Pola Eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB
dan BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang (Susilawati, 2008).
Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang
tidak nyaman (Susilawati, 2008).
Pola Hygiene : Kebiasaan mandi setiap harinya
(Susilawati, 2008).
Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat
penyakit yang dialaminya (Susilawati, 2008).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan
seksual klien dengan suami dan adakah
terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual (Susilowati, 2008). Pada
kasus pola seksual ibu menurun
(Hartanto, 2004).
i) Riwayat Psikologis
Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan maka
akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi
kesehatan terhadap gangguan kesehatan (UII, 2008). Pada kasus
erosi portio ibu merasa cemas dengan keadaannya
(Rachmawati, 2006).
2) Data Objektif
Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga
kesehatan (Priharjo, 2006).
a) Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
atau potensi dengan nilai satuannya
mmHg. Keadaan sebaiknya antara 90 per
60 sampai 130/90 mmHg atau peningkatan
sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dn
peningkatan diastolik tidak lebih dari 14
mmHg dari kedaan pasien normal pada
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
atau paling sedikit pengukuran berturut-
turut pada selisih 1 jam
(Wiknjosastro, 2007).
Pengukuran Suhu : Suhu badan normal adalah 36 sampai 37
0
C. Bila suhu tubuh lebih dari 38
0
C harus
dicurigai adanya infeksi
(Wiknjosastro, 2002). Pada kasus erosi
portio terjadi kenaikan suhu 37
0
-38
0
C
(Proverawati, 2010).
Nadi : Denyut nadi normal 70 x/menit sampai 88
x/menit (Perry&Potter, 2005). Pada kasus
erosi portio nadi lebih 100 x/menit
(Varney, 2004).
Pernafasan : Dinilai sifat pernafasan dan bunyi nafas
dalam satu menit pernafasan kurang dari
40 kali per menit atau lebih dari 60 kali
per menit (Saifuddin, 2006).
b) Inspeksi
(1) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan, distribusi
dan karakteristik (Alimul, 2006).
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema
(Wiknjosastro, 2006).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(3) Mata : Conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik
atau tidak (Alimul, 2006).
(4) Hidung : Untuk mengetahui apakah ada polip atau
tidak (Rachmawati, 2006).
(5) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak,
ada caries dan karang gigi tidak
(Wiknjosastro, 2006).
(6) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang
telinga dan timpani, ketajaman pendengaran
(Alimul, 2006).
(7) Leher : Untuk mengetahui pembesaran tyroid, nyeri
atau kekakuan pada leher, keterbatasan gerak
leher, pembesaran atau nyeri tekan pada
kelenjar getah bening, kesimetrisan trakea.
Hal ini untuk mengetahui adanya
peradangan atau gangguan metabolisme
tubuh (Varney, 2007).
(8) Payudara : Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran,
massa, lesi jaringan perut pada struktur dan
dinding dada. Hal ini untuk mengetahui
apakah ada tumor atau kanker/tidak
(Varney, 2007).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(9) Abdomen : Apakah ada jaringan perut atau bekas
operasi, adakah nyeri tekan serta adanya
massa (Alimul, 2006). Pada kasus erosi
portio akseptor merasa nyeri pada perut
bagian bawah (Fery, 2005).
(10) Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya oedema, varices
(Wiknjosastro, 2006).
c) Pemeriksaan Obstetri, terdiri dari :
(1) Vagina Taucher : untuk mengetahui apa ada nyeri sentuh,
benjolan, meraba benang IUD, adakah leokorea
(Varney, 2007).
(2) Obstium uteri eksternum (OUE) : tertutup atau tidak,
mengetahui adanya flour albus, perdarahan post coitus dan
lendir berwarna kecoklatan (Ferry, 2008).
(3) Inspekulo : seberapa luas erosi portio yang terjadi dan
berwarna merah menyala (Varney, 2007).
Pada kasus erosi portio inspeculo fluor ada warna putih, tidak
berbau, benang IUD tampak 3 cm di depan portio, tampak
luka kemerahan di sekitar obstium uteri eksternum
(Rahmawati, 2006).
3) Pemeriksaan penunjang atau laboratorium
Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang
yaitu dilakukan pemeriksaan pap smear (Manuaba, 2008). pada kasus
erosi portio dilakukan untuk mengetahui adanya diagnosis dini
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
keganasan, perawatan ikutan dari keganasan, interpretasi hormonal
wanita dan menentukan proses peradangan (Manuaba, 2005).
b. Langkah Kedua : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga
dirumsukan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2004)
4) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan (Estiwidani dkk., 2008).
Diagnosa : Ny. X P A Akseptor KB IUD dengan Erosi portio.
Dasar :
a) Data Subyektif :
(1) Adanya perdarahan di luar haid setelah pemakaian IUD.
(2) Adanya perdarahan post coitus.
(3) Keluar lendir berwarna kecoklatan.
(Ferry, 2005).
(4) Adanya pengeluaran darah bercampur sekret dan kadang juga
bercampur dengan nanah (Varney, 2004).
(5) Adanya rasa nyeri saat buang air kecil (Susilowati, 2008).
b) Data Obyektif
(1) Pemeriksaan TTV : suhu terjadi kenaikan 37-38
0
C, Nadi lebih
dari 100 x/menit (Proverawati, 2010).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(2) Pemeriksaan abdomen akseptor merasa nyeri pada perut
bagian bawah (Fery, 2005).
(3) Pemeriksaan obstetri : ada flour berwarna putih, tidak berbau,
benang IUD tampak didepan portio, tampak luka kemerahan
di sekitar obstium uteri eksternum (Rahmawati, 2006).
2) Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan
keadaan pasien (Nursalam, 2004). Masalah yang sering ditemukan
pada akseptor KB IUD dengan erosi portio yaitu merasa cemas
(Ferry, 2008).
3) Kebutuhan
Kebutuhan meruapak hal-hal yang dibutuhkan pasien, pasien dan
yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisa data (Varney, 2004). Kebutuhan akseptor
KB IUD antara lain :
a) Penjelasan tentang efek samping dari IUD (Hartanto, 2003).
b) Penjelasan tentang kebersihan (Vulva hygiene) (Hartanto, 2003).
c) Pengobatan pada erosi porsio (Ferry, 2005).
c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-
benar terjadi (Varney, 2004). Diagnosa potensial yang terjadi pada KB
IUD dengan erosi portio adalah terjadinya keganasan (Hartanto, 2003).
d. Langkah Keempat : Antisipasi
Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi
diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan
komplikasi, sehingga dapat segera dapat segera dilakukan tindakan yang
sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2004). Pada
kontrasepsi IUD tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan
pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan asam mefenamat 3 x
500 mg/oral selama 3 hari, pemberian nasehat Vulva hygiene
(Hartanto, 2003).
e. Langkah Kelima : Perencanaan
Merupakan pengembangan rencana perawatan yang komprehensif
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah sebuah
perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah
diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk
memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang
(Varney, 2004).
Perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan, maka perencanaan yang perlu
dilakukan terhadap klien menurut BKKBN (2005), adalah :
1) Periksa keadaan umum dan kesadaran pada kunjungan ulang
2) Periksa tanda-tanda vital
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
3) Periksa pengeluaran pervaginam
4) Rawat luka erosi dengan albothyl konsentrasi 36% dengan cara
mengusap luka erosi portio dengan kapas yang telah diberi albothyl
36%.
5) Beri informasi tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara
melakukan cebok dari arah depan ke belakang.
6) Anjurkan pada ibu untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x sehari
dan asam mefenamat 500 mg x 3 sehari.
7) Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu sampai luka erosi sembuh
atau membaik.
f. Langkah Keenam : Implementasi
Implementasi merupakan pelaksaan dari asuhan yang telah
dierencanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus
berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2004). Pelaksanaan asuhan
kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
g. Langkah Ketujuh : Evaluasi
Merupakan langka terakhir untuk menilai keaktifan dari renana
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan
diagnosa (Varney, 2004). Evaluasi yang diharapkan pada akseptor KB
IUD dengan erosi portio menurut Hartanto (2003), yaitu :
1) Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas
2) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
3) Inspekulo tidak ada fluor albus, erosi sembuh.
4) Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila
ada keluhan.
5) Ibu bersedia mengurangi frekuensi hubungan seksual dengan suami.
Data Perkembangan Menggunakan SOAP :
Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah
menggunakan SOAP
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assesment. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan melihat keadaan umum pasien misalnya kesadaran, pucat,
lemah dan menahan sakit. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya
pemeriksaan Hb, pemeriksaan pap smear dan secret vagina.
A : Assesment / Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu indentifikasi
P : Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari rencana evaluasi berdasarkan
assesment. Memberikan konseling sesuai dengan permasalahan yang
ada sebagai upaya untuk membangun pengobatan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
C. Landasan Hukum
Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 9 bidan
dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu; b. Pelayanan kesehatan anak; dan c.
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang
untuk: a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan
kondom. Pasal 13 Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
Pasal 11, dan Pasal 12 Bidan yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi: Pemberian alat
kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit; Pelayanan alat kontrasepsi bawah
kulit hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi kasus Karya Tulis Ilmiah ini merupakan laporan studi kasus
dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan
secara obyektif. Studi kasus adalah mengkaji suatu permasalahan melalui
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini
dilaksanakan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus adalah merupakan tempat atau lokasi pengambilan
studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilakukan di BPM Siti
Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus adalah sumber utama data studi kasus, yaitu
memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2005). Subyek
pada studi kasus ini adalah Ny. F P
1
A
0
Akseptor KB IUD dengan erosi portio
di BPM Siti Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan Karanganyar.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
pelaksanaan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini
dilaksanakan pada tanggal 21 Maret sampai 02 April 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen pada kasus ini
menggunakan format asuhan kebidanan pada keluarga berencana dengan
menggunakan pendekatan menejemen kebidanan 7 langkah Varney.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun studi kasus ini yang digunakan sebagai metode untuk
mengumpulkan data antara lain
1. Data primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian
(Nursalam, 2004). Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik
pasien seara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi
sesuai dengan format asuhan kebidanan Akseptor KB (Nursalam, 2004),
dengan cara :
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan
indera penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat
untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2004). Pemeriksaan inspeksi
pada akseptor KB IUD ini dilakukan dengan menggunakan spekulum
(inspeksi dalam) pada pemeriksaan ini dideskripsikan terdapat
kandiloma, bartolini, flour darah, ada flour mungkin terjadi candida,
thricomonas dan clamyda pada portio : warna permukaan apakah ada
erosi, ada fluxus darah dan ostium (Ferry, 2008).
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba.
Tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensistif dan
digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor,
bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran (Nursalam, 2004).
Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk memeriksa keadaan
perut bagian bawah atau suprapubik dan benjolan masa ataupun
kelainan pada Akseptor KB IUD dengan erosi porsio (Fery, 2005).
3) Perkusi
Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk
untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi bertujuan untuk
mengindentifikasi lokasi, ukuran dan konsistensi jaringan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(Nursalam, 2004). Dalam kasus ini pemerikasaan perkusi dilakukan
untuk mengetahui reflek patella pada kaki akseptor KB IUD dengan
erosi portio (Varney, 2004).
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan
suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu
normal atau tidak (Mansjoer, 2005). Pada ibu akseptor KB IUD
dengan erosi portio dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk
mengetahui denyut jantung dan tekanan darah.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seorang sasaran penelitian (responden) atau
berkacap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini wawancara dilakukan pada Ny. F
P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi portio dengan cara sesuai dengan
format asuhan kebidanan Keluarga Berencana. Tentang riwayat
menstruasi, keluhan setelah memakai IUD (Varney, 2004).
c. Observasi
Observasi yaitu suatu prosedur yang berencana antara lain
meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Observasi dapat berupa pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan
bimanual, inspeksi, palpasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
(Manuaba, 2007). Pada kasus erosi portio dilakukan observasi KU dan
TTV, pengeluaran pervaginam (Varney, 2004).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan
atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungannya, mempelajari
status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi
(Notoatmodjo, 2010). Data sekunder diperoleh dengan cara :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi
(Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan data yang diambil dari catatan keperawatan dan rekam
medik dari BPM Siti Nuraini Ngunut Tohkuning Karangpandan
Karanganyar.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik
berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh
berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010).
Bahan pustaka pada kasus ini, penulis mengambil dari buku-buku
kesehatan tahun 2003 2012.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Menurut Saifuddin (2003), alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
pengambilan data yaitu :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
a. Format pengkajian pada Akseptor KB
b. Buku tulis
c. Ballpoint
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Spighmomanometer
b. Stetoskop
c. Thermometer
d. Timbang berat badan
e. Kom berisi betadin
f. Speculum
g. Tampon Tang
h. Kasa Steril / Kapas savlon
i. Lampu sorot
j. Abbothyl konsentasi 36%
k. Handscoon
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Hari / Tanggal : Kamis / 21 Maret 2013
Jam : 09.30 WIB
Tempat : BPM Siti Nuraini, Ngunut, Tohkuning, Karangpandan
Pengkajian Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 09.30 WIB
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. F Nama Suami : Tn. R
Umur : 28 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sendangsongo RT 2 RW 13, Tohkuning, Karangpandan
No. Seri KB : 0087-30
Anamnesa (Data Subjektif)
1) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan keluar flek berwarna merah kecoklatan sejak tanggal
19 Maret 2013 dan keluar keputihan agak banyak, tidak berbau, tidak
gatal, warna putih jernih.
2) Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan status perkawinannya syah, kawin pertama kali pada
umur 24 tahun dengan suami umur 29 tahun, lamanya perkawinan 4
tahun dan jumlah anak 1 orang.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
3) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada umur 13
tahun.
b) Siklus haid : Ibu mengatakan siklus haidnya 29 hari.
c) Banyaknya : Ibu mengatakan banyaknya 2 3 kali ganti
pembalut / hari.
d) Lamanya : Ibu mengatakan lamanya 6 7 hari.
e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulan.
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer dan
berwarna merah tua.
g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri saat
haid sampai mengganggu aktivitasnya.
4) Riwayat Obstetri
No
Tgl/th
Partus
Tempat
Partus
Umur
Hamil
Jenis
Persalina
n
Peno-
Long
Penyuli
t
Anak
Nifas
Keadaan
anak
sekarang
Jenis BB PB
1. 2010 Bidan
9
bulan
Spontan Bidan -
3100
gr
50
cm
Norm
al
Hidup

5) Riwayat KB
a) Macam Peserta KB : Lama
b) Metode yang pernah digunakan
Setelah melahirkan anak pertama ibu memakai KB IUD selama
3 tahun, saat ini ibu mengeluh keputihan, warna putih jernih, tidak
gatal dan tidak bau, dan keluar flek-flek sejak tanggal 19 Maret
2013.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
6) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan sejak 3 hari yang lalu mengeluh keputihan, warna
putih jernih, tidak gatal dan tidak bau serta keluar flek-flek dan ibu
mengatakan saat ini tidak sedang sakit seperti batuk, pilek dan
demam.
b) Riwayat Penyakit Sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
jantungnya berdebar-debar, tidak mudah capek
dan tidak pernah mengeluarkan keringat dingin
pada telapak tangannya.
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri
pada perut bagian bawah, pinggang sakit saat
BAK.
(3) Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak
nafas dan tidak pernah mengalami batuk yang
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
(4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning
pada mata maupun pada kuku.
(5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus,
lapar dan sering kencing pada malam hari lebih
dari 7 kali.
(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
kejang sampai mengeluarkan busa dari
mulutnya.
(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai
riwayat penyakit HIV/AIDS dan penyakit
menular seksual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti hipertensi, DM, jantung asma dan dalam
keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak
suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi sebelumnya.
f) Riwayat Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : Ibu mengatakan makan 3 x/hari dengan
porsi sedang menu nasi, sayur, lauk pauk,
buah minum air putih sebanyak 7-8
gelas/hari, dan 1 gelas teh hangat pagi hari.
Pola eliminasi : Ibu mengatakan BAK 5 6 x sehari, warna
kuning jernih dan tidak merasakan nyeri
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
saat berkemih. BAB 1 x sehari dengan
konsistensi lembek dan tidak ada keluhan.
Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur siang + 1 jam dan
tidur malam + 8 jam.
Aktivitas : Ibu mengatakan tidak bekerja, ibu
mengatkaan sebagai ibu rumah tangga
dengan mengerjakan pekerjaan rumah
sendiri.
Personal hygiene : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, gosok gigi 2
x pagi dan malam, ganti baju 2 x, keramas
3 x seminggu, selama flek-flek dan
keputihan ibu mengatakan ganti pembalut
2-3 x sehari dan ganti celana dalam 3 x
sehari.
Pola seksual : Ibu mengatakan sebelum erosi portio ibu
mengatakan melakukan hubungan seksual
3 x seminggu dan tidak merasa nyeri saat
berhubungan seksual dan tidak
mengeluarkan darah. Selama mengalami
flek-flek dan keputihan ibu tidak
melakukan hubungan seksual.
g) Data Psikologis : Ibu mengatakan cemas terhadap keluhan
yang dialaminya sekarang ini.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36
5 0
C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
d) TB : 155 cm
e) BB : 52 kg
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
(1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, warna hitam,
tidak kusam dan tidak mudah rontok.
(2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada
cloasma.
(3) Mata
(a) Oedema : Tidak ada oedema
(b) Conjungtiva : Berwarna merah muda
(c) Sklera : Berwarna putih
(4) Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
(5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, daun
telinga tidak ada kelainan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(6) Mulut/gigi/gusi : Mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi
bersih tidak ada caries, gusi tidak berdarah
dan tidak bengkak.
Leher
(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok.
(2) Tumor : Tidak ada benjolan.
(3) Pembesaran Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
Dada dan Axilla
(1) Jantung : Tidak dilakukan
(2) Paru : Tidak dilakukan
(3) Mammae
(a) Membesar : Ya, fisiologis kanan dan kiri
(b) Tumor : Tidak ada benjolan
(c) Simetris : Ya, simetris kanan dan kiri
(4) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan pada axilla
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
Abdomen
(1) Pembesaran Uterus : Tidak ada pembesaran uterus
(2) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati
(3) Benjolan / Tumor : Tidak ada benjolan atau tumor
(4) Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan
(5) Luka Bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Anogenital
(1) Vulva Vagina
(a) Varices : Tidak ada varices
(b) Luka : Tidak ada luka
(c) Kemerahan : Tidak ada kemerahan
(d) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
(e) Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran
(f) Pengeluaran pervaginam : Flek-flek dan keputihan
(2) Inspeculo
(a) Vagina : Keluar flek-flek berwarna merah
kecoklatan dan tidak berbau
serta keputihan berwarna putih
dan tidak berbau.
(b) Serviks : Terlihat benang IUD + 3 cm.
(c) Warna portio : Merah menyala
(d) Tanda Chadwick : Tidak terdapat tanda Chadwick.
(3) Pemeriksaan dalam
(a) Portio / servik
Keras / Lunak : Lunak. Teraba benang IUD +
3 cm.
Warna portio : Merah menyala
(b) Tumor / Benjolan : Tidak ada tumor / benjolan.
(c) Nyeri : Tidak ada nyeri.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
(4) Anus
(a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid.
(b) Keluhan Lain : Tidak ada keluhan.
Ekstremitas
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Oedema : Tidak ada oedema.
(3) Reflek patella : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan.
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. F P
1
A
0
umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan erosi portio.
Data Dasar :
Data Subjektif
1) Ibu mengatakan berumur 28 tahun.
2) Ibu mengatakan melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran.
3) Ibu mengatakan mengeluarkan sedikit flek berwarna merah
kecoklatan dan tidak berbau, keluar keputihan dari alat kelamin
berwarna putih, tidak gatal dan tidak berbau sejak 3 hari yang lalu.
4) Adanya rasa sakit yang menyertai saat buang air kecil.
5) Ibu mengatakan sebelum erosi portio melakukan hubungan seksual
tidak merasa nyeri dan tidak mengeluarkan darah. Selama mengalami
flek-flek dan keputihan ibu tidak melakukan hubungan seksual.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Data Objektif
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36
5 0
C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
4) Palpasi tidak ada pembesaran uterus, pembesaran hati, benjolan,
nyeri tekan dan tidak ada luka bekas operasi pada perut bagian
bawah.
5) Pemeriksaan vulva vagina tidak ada varices, luka, kemerahan, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,
pengeluaran pervaginam terdapat flek-flek dan keputihan.
6) Pemeriksaan inspeculo
a) Portio / serviks : Portio lunak, luas erosi pada sepertiga portio
berwarna merah menyala, terlihat benang IUD
+ 3 cm.
b) Tanda Chadwick : Tidak terdapat tanda Chadwick.
7) Pengeluaran pervaginam keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan
dan tidak berbau serta keputihan berwarna putih dan tidak berbau.
b. Masalah
Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya saat ini
dan merasa tidak nyaman karena keluar keputihan dan sedikit flek.
c. Kebutuhan
1) Beri dukungan moril pada ibu.
2) Beri penjelasan tentang efek samping dari KB IUD.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
3) Beri penkes tentang personal hygiene terutama pada daerah
kemaluan.
4) Beri terapi untuk penyembuhan erosi portio.
3. Diagnosa Potensial
Terjadi keganasan pada erosi portio.
4. Antisipasi / Tindakan Segera
Pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan asam mefenamat 3 x
500 mg/oral selama 3 hari.
5. Perencanaan
Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 10.00 WIB
a. Beritahu ibu tentang erosi portio yang sedang dialaminya merupakan
salah satu efek samping dari kontrasepsi IUD.
b. Rawat luka erosi dengan menggunakan kapas yang sudah diberi albothyl
konsentrasi 36% kemudian mengusap luka pada erosi portio.
c. Beri penkes tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara
melakukan cebok dari arah depan ke belakang dan tidak melakukan
hubungan seksual
d. Anjurkan pada ibu untuk minum obat :
1) Ampicillin 500 mg 3 x 1 jumlah 18 tablet
2) Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 jumlah 18 tablet.
e. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu sampai luka erosi sembuh
dan membaik atau bila ada keluhan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
6. Implementasi
Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 10.30 WIB
a. Pukul 10.30 WIB memberitahu ibu tentang erosi portio yang sedang
dialaminya merupakan salah satu efek samping dari kontrasepsi IUD.
b. Pukul 10.35 WIB merawat luka erosi dengan albothyl konsentrasi 36%
dengan cara mengusap luka erosi portio dengan kapas yang telah diberi
albothyl 36%.
c. Pukul 10.40 WIB memberi penkes tentang personal hygiene daerah
vagina dengan cara melakukan cebok dari arah depan ke belakang dan
tidak melakukan hubungan seksual.
d. Pukul 10.45 WIB menganjurkan pada ibu untuk minum obat :
1) Ampicillin 500 mg 3 x 1 sebanyak 18 tablet
2) Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 sebanyak 18 tablet.
e. Pukul 10.50 WIB menganjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu
sampai luka erosi sembuh dan membaik atau bila ada keluhan.
7. Evaluasi
Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 11.10 WIB
a. Ibu mengerti tentang keadaannya dan mengatakan kecemasan berkurang
setelah menerima penjelasan efek samping KB IUD.
b. Setelah dilakukan pengobatan dengan cara mengusap luka erosi portio
dengan kapas yang telah diberi albothyl 36% luka pada portio tampak
berwarna putih dan setelah beberapa detik kembali berwarna merah.
c. Setelah diberikan konseling tentang personal hygiene ibu mengerti dan
bersedia menjaga kebersihan pada daerah genitalnya dan memberikan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
pengertian pada suami untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai
penyakitnya sembuh.
d. Ibu bersedia untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x 1 sebanyak 18
tablet dan asam mefenamat 500 mg 3 x 1 sebanyak 18 tablet.
e. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu pada
tanggal 27 Maret 2013 atau jika ada keluhan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
DATA PERKEMBANGAN I
(Kunjungan Ulang)
Tanggal 27 Maret 2013 Pukul 08.30 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan masih sedikit mengeluarkan flek berwarna merah
kecoklatan dan keluar keputihan yang tidak berbau dari alat kelaminnya dan
rasa gatal sudah berkurang.
2. Ibu mengatakan sudah menjaga kebersihan terutama pada daerah
genetalianya.
3. Ibu mengatakan suami setuju tidak melakukan hubungan seksual sampai
penyakitnya sembuh.
4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi obat yang sudah di berikan dan sudah
habis.
Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis.
b. TTV : TD : 120/80 mmHg, R : 22 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36
0
C
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan atau tumor.
3. Pemeriksaan inspekulo
a. Portio / serviks : portio lunak, luas erosi pada sepertiga portio berwarna
merah menyala.
b. Tumor / benjolan : tidak ada benjolan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
c. Ostium Uteri Eksternum : tertutup, tampak benang IUD + 3 cm.
d. Pengeluaran pervaginam : keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan
dan tidak berbau serta keputihan berwarna putih dan tidak berbau.
Assesment
Ny. F P
1
A
0
umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan erosi portio hari ke 7.
Planning
Tanggal 27 Maret 2013 Pukul 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu masih
mengalami erosi portio, tetapi sudah berkurang.
2. Pukul 09.05 WIB memberikan informasi tentang proses penyembuhan erosi
portio yang tidak dapat langsung sembuh tetapi harus dengan pengobatan
secara teratur.
3. Pukul 09.10 WIB melakukan pengobatan erosi portio dengan kapas yang
telah diberi albothyl konsentrasi 36% dan kemkudian dioleskan pada luka
erosi disekitar mulut rahim di deep + 5 menit.
4. Pukul 09.15 WIB menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein seperti daging,
telur, hati, ayam agar luka portio cepat sembuh.
5. Pukul 09.20 WIB memotivasi ibu untuk tetap menggunakan IUD.
6. Pukul 09.25 WIB memberi terapi ampicillin 500 mg 3 x 1 sebanyak 9 tablet
dan asam mefenamat 500 mg 3 x 1 sebanyak 9 tablet dan menganjurkan
untuk meminumnya secara teratur.
7. Pukul 09.30 WIB menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang
3 hari lagi, yaitu pada tanggal 30 Maret 2013.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Evaluasi
Tanggal 27 Maret 2013 Pukul 09.35 WIB
1. Ibu paham dan mengerti bahwa ibu masih mengalami erosi portio tapi
sudah berkurang.
2. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan bidan dan bersedia
melakukan pengobatan secara teratur.
3. Setelah dilakukan pengobatan pada erosi portio dengan Albothyl 36%
pada luka portio, didapatkan hasil luas erosi portio berkurang, warna
kemerahan pada portio berkurang, flek berwarna merah kecoklatan dan
tidak berbau serta keputihan berwarna putih, tidak berbau dan rasa gatal
sudah berkurang.
4. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein.
5. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan IUD.
6. Ibu bersedia minum obat secara rutin.
7. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi, yaitu pada
tanggal 30 Maret 2013.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
DATA PERKEMBANGAN II
(Kunjungan Ulang)
Tanggal 30 Maret 2013 Pukul 09.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan keputihan dan flek sudah tidak keluar sejak tanggal 28
Maret 2013.
2. Ibu mengatakan ingin memastikan bahwa penyakitnya benar-benar sembuh.
3. Ibu belum melakukan hubungan seksual dengan suami karena belum
sembuh.
4. Ibu mengatakan sudah tidak memakai pembalut karena flek dan keputihan
sudah berhenti.
5. Ibu mengatakan obatnya sudah habis.
Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis.
b. TTV : TD : 110/70 mmHg, R : 24 x/menit, N : 82 x/menit, S : 37
0
C
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen : tidak ada nyeri tekan dan benjolan atau tumor.
3. Pemeriksaan inspekulo
a. Portio / servik : portio lunak, luas erosi pada portio berwarna merah
tinggal sedikit.
b. Tumor / benjolan : tidak ada benjolan.
c. Ostium Uteri Eksternum : tertutup, tampak benang IUD + 3 cm.
d. Pengeluaran pervaginam : tidak ada flek dan tidak ada keputihan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Assesment
Ny. F P
1
A
0
umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan erosi portio hari ke 10.
Planning
Tanggal 30 Maret 2013 Pukul 09.30 WIB
1. Pukul 09.30 WIB memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami
erosi portio tapi sudah berkurang.
2. Pukul 09.35 WIB melakukan pengobatan erosi portio dengan kapas yang
telah diberi albothyl konsentrasi 36% dan kemkudian dioleskan pada luka
erosi disekitar mulut rahim di deep + 5 menit.
3. Pukul 09.40 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan
daerah genetalia.
4. Pukul 09.45 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menggunakan
kontrasepsi IUD.
5. Pukul 09.50 WIB menganjurkan ibu agar tidak menggaruk daerah vagina
bila terasa gatal untuk menghindari terjadinya luka supaya terhindar dari
infeksi.
6. Pukul 09.55 WIB memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari
lagi yaitu pada tanggal 2 April 2013.
Evaluasi
Tanggal 30 Maret 2013 pukul 10.00 WIB
1. Ibu paham dan mengerti bahwa ibu masih mengalami erosi portio tapi
sudah berkurang.
2. Setelah dilakukan pengobatan pada erosi portio dengan Albothyl
konsentrasi 36%, luka pada erosi portio tampak berwarna putih dan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
setelah beberapa detik kembali berwarna merah, luas erosi portio sudah
berkurang, warna kemerahan pada portio berkurang.
3. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan terutama pada daerah
genetalianya.
4. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD.
5. Ibu bersedia untuk tidak menggaruk daerah genetalia bila terasa gatal agar
terhindar dari infeksi.
6. Ibu bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 2 April 2013.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
DATA PERKEMBANGAN III
(Kunjungan Ulang)
Tanggal 02 April 2013 Pukul 09.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan dan sudah merasa nyaman.
2. Ibu mengatakan keputihan dan flek sudah tidak keluar.
3. Ibu mengatakan ingin tetap menggunakan kontrasepsi IUD.
Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis.
b. TTV : TD : 120/80 mmHg, R : 24 x/menit, N : 84 x/menit, S : 36,8
0
C.
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen : tidak ada nyeri tekan dan benjolan atau tumor.
3. Pemeriksaan inspekulo
Portio tampak merah jambu, masih tampak benang IUD + 3 cm, tidak ada
pengeluaran pervaginam, erosi portio sudah sembuh.
Assesment
Ny. F P
1
A
0
umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan post erosi portio.
Planning
Tanggal 02 April 2013 Pukul 09.10 WIB
1. Pukul 09.10 WIB memberitahu ibu kalau penyakit erosi portio sudah
sembuh.
2. Pukul 09.20 WIB memberitahu pada ibu boleh berhubungan seksual secara
hati-hati dan menjelaskan cara berhubungan seksual yang benar.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
3. Pukul 09.30 WIB menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
terutama pada daerah genetalianya.
4. Pukul 09.40 WIB memberitahu ibu untuk kontrol 3 bulan sekali untuk
mengetahui benang IUD dan efek samping pemakaian kontrasepsi IUD atau
jika ada keluhan sewaktu-waktu.
Evaluasi
Tanggal 02 April 2013 Pukul 09.50 WIB
1. Ibu telah mengetahui bahwa erosi portio sudah sembuh.
2. Ibu bersedia melakukan hubungan seksual dengan hati-hati dan sudah
mengetahui cara berhubungan seksual yang benar.
3. Ibu bersedia tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya.
4. Ibu bersedia untuk melakukan kontrol ulang 3 bulan sekali atau bila ada
keluhan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada
dengan cara membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan
dilahan dengan menggunakan langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
yang dimulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, intervensi,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembahasan ini dimaksudkan agar
diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada,
sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan
kebidanan yang tepat, efektif dan efisien khususnya pada Ny. F akseptor KB
IUD dengan erosi portio.
1. Pengkajian
Pada kasus Ny. F akseptor KB IUD dengan erosi portio, data
subjektif didapatkan yaitu ibu mengatakan berumur 28 tahun, keluar flek
sejak tanggal 19 Maret 2013 dan keluar keputihan agak banyak, tidak
berbau, tidak gatal, warna putih jernih, melahirkan satu kali dan belum
pernah keguguran, ibu memakaian KB IUD selama 3 tahun. Selama
mengalami flek-flek dan keputihan ibu tidak melakukan hubungan seksual
karena takut. Sedangkan pada data objektif didapatkan keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 36
5 0
C, N :
80 x/menit, R : 20 x/menit, palpasi tidak ada pembesaran uterus, benjolan,
nyeri tekan dan tidak ada luka bekas operasi pada perut bagian bawah,
pemeriksaan vulva vagina tidak ada varices, luka, kemerahan, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, pemeriksaan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
inspeculo portio lunak, luas erosi pada sepertiga portio berwarna merah
menyala, terlihat benang IUD + 3 cm, tidak terdapat tanda Chadwick dan
pengeluaran pervaginam keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan dan
tidak berbau serta keputihan berwarna putih dan tidak berbau.
Menurut Varney (2004), pada KB IUD dengan erosi portio
didapatkan keluhan utama adanya pengeluaran darah bercampur sekret dan
kadang juga bercampur dengan nanah dan adanya rasa sakit yang
menyertai pergerakan dari rahim apabila erosi portio tidak diobati dengan
benar. Menurut Fery (2005) adanya perdarahan di luar haid setelah
pemakaian IUD, adanya perdarahan post coitus, keluar lendir berwarna
kecoklatan. Sedangkan pada data objektif pemeriksaan TTV : suhu terjadi
kenaikan 37-38
0
C, Nadi lebih dari 100 x/menit (Proverawati, 2010),
pemeriksaan abdomen akseptor merasa nyeri pada perut bagian bawah
(Fery, 2005), pemeriksaan obstetri : ada flour berwarna putih, tidak berbau,
benang IUD tampak didepan portio, tampak luka kemerahan di sekitar
obstium uteri eksternum (Rahmawati, 2006).
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan.
2. Interpretasi data
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada langkah ini dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan yaitu Ny. F P
1
A
0
akseptor KB IUD dengan erosi
portio. Masalah yang timbul pada Ny. F adalah ibu merasa cemas dengan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
keadaan yang dialaminya saat ini dan merasa tidak nyaman karena keluar
keputihan dan sedikit flek. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang
diberikan yaitu beri dukungan moril pada ibu, beri penjelasan tentang efek
samping dari KB IUD, beri penkes tentang personal hygiene terutama pada
daerah kemaluan dan beri terapi untuk penyembuhan erosi portio.
Menurut Fery (2008), masalah yang sering ditemukan pada akseptor
KB IUD dengan erosi portio yaitu merasa cemas dengan keadaannya.
Kebutuhan yang diberikan yaitu penjelasan tentang efek samping dari IUD,
penjelasan tentang kebersihan (Vulva hygiene) (Hartanto, 2003) dan
pengobatan pada erosi porsio (Ferry, 2005). Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus Ny. F akseptor KB IUD dengan erosi portio, tidak terjadi
diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga tidak
terjadi keganasan pada portio. Sedangkan menurut Hartanto (2003)
diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah keganasan pada portio.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori
dan praktek yang ada dilahan.
4. Antisipasi
Pada kasus Ny. F akseptor KB IUD dengan erosi portio antisipasi
yang dilakukan adalah pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan
asam mefenamat 3 x 500 mg/oral selama 3 hari dan pemberian nasehat
vulva higiene terutama pada daerah kemaluannya.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Menurut Hartanto (2003) antisipasi yang dilakukan adalah pemberian
amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan mefenamat 3 x 500 mg/oral selama
3 hari, pemberian nasehat Vulva hygiene. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yang ada dilahan.
5. Perencanaan
Pada langkah ini rencana tindakan yang diberikan adalah periksa
keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital, periksa pengeluaran
pervaginam, beritahu ibu tentang erosi portio yang sedang dialaminya
merupakan salah satu efek samping dari kontrasepsi IUD, rawat luka erosi
dengan albothyl konsentrasi 36% dengan cara mengusap luka erosi portio,
beri penkes tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara melakukan
cebok dari arah depan ke belakang dan beri penkes tentang hubungan
seksual yang benar, anjurkan pada ibu untuk minum obat ampicillin 500
mg 3 x sehari dan asam mefenamat 500 mg x 3 sehari, anjurkan pada ibu
untuk kontrol 1 minggu sampai luka erosi sembuh atau membaik.
Menurut BKKBN (2005) rencana tindakan yang dilakukan adalah
periksa keadaan umum dan kesadaran pada kunjungan ulang, periksa
tanda-tanda vital, periksa pengeluaran pervaginam, rawat luka erosi dengan
albothyl konsentrasi 36% dengan cara mengusap luka erosi portio dengan
kapas yang telah diberi albothyl 36%, beri informasi tentang personal
hygiene daerah vagina dengan cara melakukan cebok dari arah depan ke
belakang, anjurkan pada ibu untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
sehari dan asam mefenamat 500 mg x 3 sehari, anjurkan pada ibu untuk
kontrol 1 minggu sampai luka erosi sembuh atau membaik.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek yang ada dilahan.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini penulis melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada klien yaitu memeriksa keadaan umum, kesadaran dan
tanda-tanda vital, memeriksa pengeluaran pervaginam, memberitahu ibu
tentang erosi portio yang sedang dialaminya merupakan salah satu efek
samping dari kontrasepsi IUD, merawat luka erosi dengan albothyl
konsentrasi 36% dengan cara mengusap luka erosi portio dengan kapas
yang telah diberi albothyl 36%, memberi penkes tentang personal hygiene
daerah vagina dengan cara melakukan cebok dari arah depan ke belakang
dan memberi penkes tentang hubungan seksual yang benar, menganjurkan
pada ibu untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x sehari dan asam
mefenamat 500 mg x 3 sehari, menganjurkan pada ibu untuk kontrol 1
minggu sampai luka erosi sembuh atau membaik.
Implementasi merupakan pelaksaan dari asuhan yang telah
dierencanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus
berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2004). Pelaksanaan asuhan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dilahan.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 12 hari didapatkan hasil
bahwa erosi portio sudah sembuh, ibu bersedia melakukan hubungan
seksual dengan hati-hati dan sudah mengetahui cara berhubungan seksual
yang benar, ibu bersedia tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya dan
ibu bersedia untuk melakukan kontrol ulang 3 bulan sekali dan kembali bila
ada keluhan.
Menurut Hartanto (2003) evaluasi dari asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD dengan erosi portio adalah pasien mengatakan sudah
tidak merasakan cemas, keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
inspekulo tidak ada fluor albus, erosi sembuh, pasien bersedia melakukan
kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan dan ibu bersedia
mengurangi frekuensi hubungan seksual dengan suami. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang
ada dilahan praktek.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny F P
1
A
0
Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio di BPM Siti Nuraini Ngunut
Tohkuning Karangpandan Karanganyar, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengkajian pada kasus Ny. F P
1
A
0
Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio
didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan berumur 28 tahun, keluar
flek sejak tanggal 19 Maret 2013 dan keluar keputihan agak banyak, tidak
berbau, tidak gatal, warna putih jernih. Sedangkan pada data objektif
didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV : TD :
120/80 mmHg, S : 36
5 0
C, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, pemeriksaan
inspeculo portio lunak, luas erosi pada sepertiga portio berwarna merah
menyala, terlihat benang IUD + 3 cm.
2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. F P
1
A
0
akseptor
KB IUD dengan erosi portio. Masalah yang timbul pada Ny. F adalah ibu
merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya saat ini dan merasa tidak
nyaman karena keluar keputihan dan sedikit flek. Dari masalah yang
timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu beri dukungan moril pada ibu,
beri penjelasan tentang efek samping dari KB IUD, beri penkes tentang
personal hygiene terutama pada daerah kemaluan dan beri terapi untuk
penyembuhan erosi portio.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
3. Pada kasus Ny. F akseptor KB IUD dengan erosi portio, tidak terjadi
diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga tidak
terjadi keganasan pada portio.
4. Pada kasus Ny. F akseptor KB IUD dengan erosi portio antisipasi yang
dilakukan adalah pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan asam
mefenamat 3 x 500 mg/oral selama 3 hari dan pemberian nasehat vulva
higiene terutama pada daerah kemaluannya.
5. Pada langkah ini rencana tindakan yang diberikan adalah periksa keadaan
umum, kesadaran dan tanda-tanda vital, periksa pengeluaran pervaginam,
beritahu ibu tentang erosi portio yang sedang dialaminya merupakan salah
satu efek samping dari kontrasepsi IUD, rawat luka erosi dengan albothyl
konsentrasi 36% dengan cara mengusap luka erosi portio, beri penkes
tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara melakukan cebok dari
arah depan ke belakang dan beri penkes tentang hubungan seksual yang
benar, anjurkan pada ibu untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x sehari
dan asam mefenamat 500 mg x 3 sehari, anjurkan pada ibu untuk kontrol 1
minggu sampai luka erosi sembuh atau membaik.
6. Pelaksanaan pada kasus Ny. F akseptor KB IUD dengan erosi portio
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sehingga didapatkan
hasil yang maksimal.
7. Evaluasi yang didapat setelah dilakukan asuhan selama 12 hari yaitu erosi
portio sudah sembuh, ibu bersedia melakukan hubungan seksual dengan
hati-hati dan sudah mengetahui cara berhubungan seksual yang benar, ibu
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
bersedia tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya dan ibu bersedia
untuk melakukan kontrol ulang 3 bulan sekali dan kembali bila ada
keluhan.
8. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus Ny. F akseptor KB IUD
dengan erosi portio penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan lebih baik, oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Bidan
Hendaknya untuk senantiasa tetap meningkatkan pemberian asuhan
kebidanan pada KB IUD dengan erosi portio secara komprehensif dan
professional.
2. Bagi Institusi
a. BPM
Diharapkan memberikan pelayanan yang maksimal dengan cara
meningkatkan mutu pelayanan dengan pendekatan manajemen
kebidanan secara komprehensif, tepat dan professional, sehingga pasien
merasa senang dan nyaman terhadap pelayanan yang telah diberikan.
b. Bagi Pendidikan
Sebaiknya mahasiswa dapat memberikan dan melakukan asuhan
kebidanan dalam penanganan setiap kasus kebidanan sesuai dengan teori
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
yang telah didapatkan di bangku kuliah sehingga tetap tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Bagi Pasien
Diharapkan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio untuk tetap
menjaga kebersihan diri khususnya daerah genetalia, kontrol ulang dan
apabila ada keluhan segera datanga ke tenaga kesehatan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. Azis A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika.
Anggun, C. C. 2006. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. S
Akseptor IUD Tipe Copper T 380 A dengan Erosi Porsio di RB Lestari
Grogol Sukoharjo. Akbid Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak
Dipublikasikan.
Anita, I. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ny.N Akseptor KB IUD Tipe Copper T
dengan erosi Portio di RS Panti Waluyo Surakarta. Akbid Kusuma Husada
Surakarta. KTI. Tidak Dipublikasikan.
[
BKKBN, 2005. Program KB Nasional di Indonesia. Available :
http://www.ProgramKB.com. Diakses tanggal 24 Oktober 2012.
BKKBN. 2010. Kontrasepsi Suntik. Jakarta. (online). Available: www.bkkbn.go.id,
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.
Depkes RI. 2004. Pedoman Penanggulangan Efek Samping / Komplikasi
Kontrasepsi. Jakarta : Departemen Kesehatan
Estiwidani, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Ferri, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta :
EGC.
Hartanto. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
___________. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Iin, T. 2008. Asuhan Kebidanan Keluarga Berenana Pada Ny. S Akseptor IUD
Tipe Copper T 380 A dengan Erosi Porsio di Puskesmas Sidoharjo Sragen.
Akbid Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak Dipublikasikan.
Mansjoer, A. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, I.B.G. 2005. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
_____________. 2007. Ilmu Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.
_____________. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan I. Jakarta :
EGC
Midyuin. 2008. Pendarahan di Luar Haid. Available (online)
http://scribd.com/doc/41392558/makalah-ulkus-portio. Diakses tanggal 12
Desember 2012.
Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
Nursalam. 2004. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba
Merdeka.
Permenkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan. Available online: http://www.google.co.id/tag/ diakses tanggal 11
Oktober 2012.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Priharjo. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Proverawati dkk, 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Rachmawaty, 2006. Angka Kematian Bayi di Indonesia
http://bataviase.co.id/content/angka-kematian-bayi-di-indonesia-tinggi.
Available online. Diakses tanggal 3 Oktober 2012.
Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo.
______________. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo.
______________. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
______________. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sulaiman, 2004. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika
Susilawati. 2008. Pengukuran Status Gizi. Available online:
http://www.google.com/susilawati_anthropologist.html diakses tanggal 11
Oktober 2012.
Varney, H. 2004. Varneys Midwifery Jones Anda Bartlett Publisher. Biston
London Singapore.
____________. 2007. Varneys Midwifery Jones Anda Bartlett Publisher. Biston
London Singapore.
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
____________. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
____________. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

You might also like