You are on page 1of 18

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Mata Kuliah Bahasa Indonesia




Diagnosa Dini Terhadap Penyakit Diabetes Melitus dengan Menggunakan
Pemeriksaan HbA1c

Oleh:
Kelompok 12
Afida Razuna Ave (1310311014) Irfan Ghani Nasution (1310311056)
Aisy Hibatullah (1310311149) Maghfirah Rahima (1310312007)
Crisdina Suseno (1310312115) Mawaddatul Husna (1310311055)
Fauzan Akbara Yazid (1310311180) Nadia Puspita Dewi (1310312057)
Hanna Nabila (1310311106) Reynaldo Rahima Putra (1310312080)



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa darah.
1
Kadar glukosa darah tinggi disebabkan jumlah hormon insulin
yang kurang efektif (resistensi insulin). Penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2000 berjumlah
171 juta orang, dan diprediksikan akan terus meningkat hingga mencapai 336 juta pada tahun
2013.
2
(kalau bias data 4 tahun terakhir dan dari situs atau hasil survey terbaru cari situs
resmipenyakit diabetes mellitus)
Tambah paragraph yang menjelaskan jenis DM DM 1 sama DM 2 Diantara tipe
Diabetes Mellitus yang ada, hampir 90% merupakan Diabetes Mellitus tipe II.
3
Diabetes Mellitus
tipe II adalah gangguan heterogen yang ditandai dengan kecenderungan genetik dan interaksi
resistensi insulin serta penurunan fungsi sel beta pankreas.
4

Tambah paragraph tentang penyebab DM II.
Penderita Diabetes Mellitus (II) di negara berkembang berada pada kelompok umur 45-
64 tahun, sedangkan di negara maju penderita Diabetes Mellitus (II) berada pada usia di atas 64
tahun. Secara global, prevalensi Diabetes Mellitus lebih tinggi pada laki-laki.
5

Prevalensi Diabetes Mellitus pada laki-laki 9,8% dan pada perempuan 9,2%.Dalam
sebuah penelitian dengan desain cross sectional, prevalensi diabetes pada laki-laki 7,2% dan
pada perempuan 5,8%. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor yang terkait dengan
diabetes pada laki-laki dan perempuan berusia 40 tahun ke atas adalah pendapatan yang rendah,
obesitas, dan riwayat keluarga penderita diabetes.
6

Dalam perkembangan selanjutnya, jumlah penderita Diabetes Mellitus (II) meningkat
dari 153 juta pada tahun 1980 menjadi 347 juta pada tahun 2008. (tahun 1980 terlalu lama,
bagusnya perbandingannya itu 10 thn terakhir aja). Secara global 4,6 juta kematian setiap
tahunnya disebabkan Diabetes Mellitus. Pada 2011 terdapat 366 juta penduduk dunia menderita
3

Diabetes Mellitus diperkirakan 552 juta pada 2030, atau satu dari sepuluh orang dewasa
menderita Diabetes Mellitus.
7

Disamping itu, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah penderita
Diabetes Mellitus didunia setelah India, China, dan Amerika Serikat.
8
Di dalam profil Kesehatan
Indonesia tahun 2005, Diabetes Mellitus berada pada urutan ke enam dari sepuluh penyakit
utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia.
9
Studi pendahuluan peneliti pada
Medical Record RSUP Dr. M. Djamil Padang, menunjukkan pada tahun 2009 jumlah penderita
Diabetes Mellitus tipe II yang melakukan kunjungan ke Poliklinik Khusus Penyakit Dalam
adalah sebanyak 420 kunjungan.
10

Melihat kondisi tersebut maka perlu adanya diagnosa dini mengingat bahaya yang akan
ditimbulkan. Salah satu cara diagnosa adalah dengan memantau kadar glukosa darah dengan
pemeriksaan HbA1c setiap 3 bulan sekali. Dalam kondisi tersebut pasien Diabets Mellitus harus
menjaga agar konsentrasi glukosa darahnya terkendali dengan baik untuk mencegah timbulnya
komplikasi di kemudian hari. Selain dengan pengaturan pola makan, olahraga dan pengobatan,
hal lain yang perlu dilakukan adalah :

1.1.1 Pemeriksaan konsentrasi glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan
1.1.2 Pemeriksaan konsentrasi HbA1c setiap 3 bulan sekali untuk menilai pengendalian
Diabetes Mellitus
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin.
HbA1c yang terbentuk dalam tubuh akan disimpan dalam sel darah merah dan akan terurai
secara bertahap bersama dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel
darah merah adalah 120 hari). Dimana HbA1c menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-
rata selama periode 1-3 bulan. Jumlah HbA1c yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi glukosa
darah. Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk kontrol glukosa jangka panjang pada penyandang
diabetes. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan setiap 3 bulan sekali atau 4 kali dalam
setahun.
11

4

Perbedaan pemeriksaan HbA1c & glukosa darah adalah, pemeriksaan glukosa darah
puasa dan 2 jam setelah makan hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat
diukur saja dan sangat dipengaruhi oleh makanan, olahraga dan obat yang baru dikonsumsi. Jadi,
tidak dapat menggambarkan bagaimana pengendalian konsentrasi glukosa dalam jangka panjang.
Jadi perlu adanya pemeriksaan HbA1c yang dapat mengukur kadar glukosa secara umum.
12

1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peran diagnosa dini menggunakan tes HbA1c terhadap penyakit Diabetes Melitus Tipe
II?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1.2.1 Tujuan dari penulisan ini adalah :
1.2.1.1 Mengetahui manifestasi klinis, patofisiologi dan pathogenesis dari penyakit Diabetes
Melitus tipe II yang menunjang evaluasi dari jenis tes yang telah diterapkan sebagai diagnosa dini.
1.2.1.2 Mengetahui berbagai tes yang menunjang diagnosis penyakit Diabetes Melitus tipe II
1.2.1.3 Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari berbagai tes yang telah ada untuk Diabetes
Melitus
1.2.1.4 Memaparkan tes HbA1c sebagai diagnosa dini yang lebih efektif untuk penyakit
Diabetes Melitus tipe II
1.2.2 Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah :
1.2.2.1 Bagi Peneliti
1.2.2.1.1 Memperluas cakrawala informasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan
mengenai Diabetes Mellitus tipe II
5

1.2.2.1.2 Sebagai salah satu bentuk evaluasi lebih lanjut tentang diagnosa dini yang
efektif terhadap Diabetes Mellitus tipe II
1.2.2.2 Bagi Lembaga Kesehatan
1.2.2.2.1 Memberikan evaluasi kepada pihak rumah sakit atau yang menangani
penyakit Diabetes Mellitus tipe II agar memperbaiki kelemahan pada tes HbA1c
1.2.2.3 Bagi Masyarakat
1.2.2.3.1 Mencegah timbulnya komplikasi Diabetes Mellitus tipe II dengan
menggunakan tes HbA1c










6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes Mellitus
Dokter pada zaman Yunani dan Romawi menggunakan istilah diabetes untuk
mengacu pada keadaan dengan temuan utamanya berupa volume urin yang besar. Penyakit
ini terdapat dalam dua jenis, yaitu diabetes mellitus yang merupakan penyakit Diabetes
dengan urin yang terasa manis dan diabetes insipidus yang merupakan penyakit Diabetes
dengan urin yang sedikit tidak terasa.
13

Diabetes Melitus dapat diartikan sebagai penyakit endokrin atau hormon yang
menyebabkan beberapa gejala karena kurang adekuatnya hormon insulin. Salah satu gejala
umum kurang adekuatnya hormon insulin tampak pada urin atau air seni penderita diabetes
melitus yang terasa manis karena banyaknya kandungan gula dari karbohidrat makanan yang
manis. Hal ini tak terlepas bahwa hormon insulin merupakan satu-satunya hormon tubuh
manusia yang mampu menurunkan kadar gula darah tubuh manusia.
14

Menurut World Health Organiztion (WHO) telah merumuskan bahwa diabetes
melitus tidak dapat diartikan dalam suatu kalimat yang jelas dan singkat namun dapat
dikatakan sebagai kumpulan problema anatomi maupun kimiawi yang didapatkan dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi hormon insulin absolut dan relatif atau gangguan
fungsi hormon insulin.
15


A. Jenis-Jenis Diabetes Melitus

Berdasarkan kemampuan pankreas-organ pada tubuh manusia yang menghasilkan
hormon insulin:
1) Diabetes tipe I
Hormon insulin yang dihasilkan pankreas merupakan hasil sekresi sel beta
pankreas.Sel beta pankreas dapat dirusak oleh infeksi virus ataupun kelainan
autoimun.Namun,faktor herediter atau keturunan dapat menjadi penyebab masalah
misalnya degenerasi pada sel beta pankreas.
16

7

Terdapatnya gula pada urin atau air seni dikarenakan kadarnya pada darah yang
melewati ambang normal yang ditandai oleh kurangnya sekresi insulin. Apabila kadar
gula darah meningkat diatas 180mg/dl dapat menyebabkan lebih banyak masuk ke ginjal
untuk disaring dibandingkan diabsorbsi,dan akhirnya akan dikeluarkan di dalam urin
manusia.
17


2) Diabetes tipe II ,
Diabetes melitus tipe II lebih banyak ditemukan dibandingkan diabetes tipe
I,dengan perbandingan 9:1.Pada banyak kasus penyakit diaabetes melitus ditemukan pada
pasien dengan umur diatas 30 tahun ,dan sering kali pad aumur 56-60 tahun,dengan
penyakit timbul secara perlahanlahan.
18

Adanya diabetes melitus tipe II ini dikarenakan resistensi insulin yang ditandai
oleh keberadaan hormon insulin yang normal atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas
sel dalam tubuh yang menjadi target hormon insulin berkurang. Resistensi insulin atau
penurunan sensitivitas jaringan tubuh terhadap hormon insulin yang akan mengganggu
penyimpanan karbohidrat dari makanan yang biasa terjadi secara bertahap.Tahapan ini
dimulai dari peningkatan berat badan dan obesitas.Akan tetapi ,hubungan obesitas dan
resistensi insulin belum pasti. Namun,dalam beberapa temuan ditemukan sensivitas sel
tubuh menurun ditandai dengan reseptor hormon insulin di otot rangka,hati,dan jaringan
adiposa pada orang obese-istilah bagi orang yang mengalami obesitas-lebih sedikit
dibandingkan pada orang kurus.Kebanyakan resistensi insulin disebabkan masalah pada
sinyal yang menghubungkan reseptor insulin dengan efek sel,hal ini agaknya disebabkan
efek toksik dari akumulasi atau penumpukan lemak di jaringan seperti otot rangka dan
hati.
19


B. Penyebab Diabetes Melitus
Diabetes melitus memiliki berbagai faktor penyebab dari berbagai aspek, sampai
saat ini yang telah ditemukan antara lain :
Malas Bergerak
8

Gaya hidup pasif seperti kebiasaan duduk terlalu lama di depan televisi,
komputer, memilih naik lift daripada naik tangga dan jarang berolahraga bisa memicu
timbulnya diabetes. Karena semakin sedikit bergerak, maka semakin sedikit pula kalori
tubuh kita yang terbakar. Penelitian di Harvard AS membuktikan jika kebiasaan
menghabiskan banyak waktu di depan TV punya risiko menderita diabetes hingga 14
persen.
Banyak Konsumsi Karbohidrat Sederhana
Makanan & minuman seperti sirup, air bersoda, roti dan cake memang sulit
dihindari. Rasanya yang enak dan manis cenderung membuat kita untuk
mengkonsumsinya lebih banyak. Padahal kita tidak tahu berapa banyak takaran gula yang
terkandung di dalam makanan dan minuman tersebut. Karbohidrat sederhana itulah yang
bisa membuat simpanan gula darah dalam tubuh kita berlebih.
Kurang Tidur
Gaya hidup seperti pola & kualitas tidur yang tidak baik juga bisa memicu
timbulnya diabetes. Penelitian menunjukkan, kurang tidur akan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memetabolisme gula dengan benar, karena menurunkan kadar
insulin dalam tubuh kita.
Kebiasaan Merokok
Biasanya orang hanya tahu merokok hanya dapat membahayakan jantung, paru-
paru, kehamilan dll. Namun, tanpa kamu sadari, merokok juga bisa merusak organ
pankreas dan hati kamu. Padahal hormon insulin yang berkaitan langsung dengan
diabetes ini diproduksi langsung di dalam kelenjar pankreas.
Stress atau Depresi
Penyebab diabetes melitus tidak hanya disebabkan karena makanan gula saja.
Faktor psikologis seperti stress pun menjadi salah satu penyebabnya. Penelitian dari
9

Harvard School of Public Health pun menyebutkan bahwa wanita yang depresi,
presentase untuk terkena diabetes adalah 17 %.
Toleransi Glukosa Terganggu atau Metabolisme Glukosa Saat Puasa Terganggu
Pradiabetes adalah bentuk ringan dari diabetes yang kadang-kadang disebut
toleransi glukosa terganggu. Hal ini dapat didiagnosis dengan tes darah sederhana.
Pradiabetes merupakan faktor risiko utama untuk mengembangkan diabetes tipe 2. CDC
memperkirakan bahwa sebanyak 79 juta anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat
memiliki pradiabetes .
Resistensi Insulin
Diabetes melitus tipe 2 sering dimulai dengan sel yang tahan terhadap insulin. Itu
berarti mereka tidak dapat mengambil insulin ketika bergerak glukosa dari darah ke
dalam sel. Dengan resistensi insulin, pankreas harus bekerja terlalu keras untuk
memproduksi insulin yang cukup sehingga sel-sel bisa mendapatkan energi yang mereka
butuhkan. Ini melibatkan proses yang kompleks yang akhirnya menyebabkan diabetes
tipe 2.

Latar Belakang Etnis
Diabetes terjadi lebih sering pada Hispanik / Latin Amerika, Afrika-Amerika,
penduduk asli Amerika, Asia-Amerika, Kepulauan Pasifik dan Alaska pribumi.

Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan faktor risiko utama untuk
diabetes. Tekanan darah tinggi secara umum didefinisikan sebagai 140/90 mm Hg atau
lebih tinggi. Rendahnya tingkat HDL ( dikategorikan lemak baik ) kolesterol dan
trigliserida tinggi juga menempatkan Anda pada risiko.


Sejarah Diabetes Gestational
10

Jika terkena diabetes saat hamil, maka hal tersebut dikategorikan apa yang disebut
diabetes gestasional. Setelah menderita diabetes gestasional, risiko terkena diabetes tipe 2
lebih tinggi di kemudian hari.

Gaya Hidup
Menjadi tidak aktif berolahraga kurang dari tiga kali seminggu menjadikan lebih
mungkin untuk terkena diabetes.

Riwayat Keluarga
Memiliki riwayat keluarga (orang tua atau saudara) yang sudah didiagnosis
menderita diabetes meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Sindrom Ovarium Polikistik
Wanita dengan sindrom ovarium polikistik ( PCOS ) berada pada risiko tinggi
diabetes tipe 2.

Umur
Beberapa dokter menyarankan siapa pun di atas usia 45 yang akan disaring untuk
diabetes . Itu karena bertambahnya usia menempatkan Anda pada risiko yang lebih tinggi
terkena diabetes tipe 2 . Sangat penting untuk diingat , meskipun, bahwa orang-orang
pada usia berapa pun dapat mengembangkan diabetes . Jika Anda lebih dari 45 dan
kelebihan berat badan atau jika Anda memiliki gejala diabetes , berbicara dengan dokter
Anda tentang tes skrining yang sederhana .

C. Gejala yang dapat dikatakan tanda diabetes mellitus
Secara klinis,diagnosis diabetes melitus dapat timbul dengan adanya keluhan khas
seperti poliurea (kelebihan sekresi urin), polidipsia, polifagia (peningkatan nafsu makan),
hiperglikemia, glikousaria, ketosis, asidosis. Penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang dapt mungkin timbul ialah lemah, bertambahnya
rasa haus, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva
pada wanita.
11

Dehidrasi pada sel tubuh manusia dapat terjadi akibat tingginya kadar gula darah
mengingat gula tak bisa memasuki pori-pori membran sel. Meningkatnya resiko serangan
jantung, stroke, ginjal merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan oleh diabetes melitus.
Timbulnya bau khas pada bau napas pada penderita diabetes melitus dikarenakan
gula yang tidak dapat memasuki pori pori membran sel karena masalah pada hormon insulin
akan mengakibatkankan adanya kompensasi tubuh agar tersedianya energi bagi tubuh. Salah
satunya ialah badan keton. Badan keton yang mudah menguap ini, nantinya dapat melebihi
kecepatan ambilan dan oksidasi seiring diabetes melitus yang semakin parah, terjadilah
asidosis metabolik. Asidosis metabolik harus direspon dengan pernapasan yang dalam dan
cepat, sehingga pengeluaran karbon dioksida akan meningkat. Pada pernapasan penderita
diabetes melitus ini tercium bau khas dari benda-benda keton tadi.

D. Tes pemeriksaan diabetes mellitus

Diagnosis diabetes melitus didasarkan pada pemeriksaan kadar glukosa darah di
laboratorium klinik yang terpercaya. Ada 2 uji pada diabetes melitus
a. Uji diagnostik diabetes melitus
Pengujian ini untuk mengetahui gejala diabetes melitus.
b. Uji saring
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui gejala diabetes melitus pada orang yang
berisiko mengalami diabetes melitus

Ada pula tes toleransi glukosa.Dengan menggunakan kurva,dapat dibandingkan
kadar glukosa normal dengan penderita diabetes melitus.Pada orang normal yang sedang
puasa,dengan konsentrasi gula darah 80mg/dl-100mg/dl ,dan diuji dengan memakan 1 gram
karbohidrat akan meningkat dalam beberapa jam menjadi 120-140mg/dl.Namun pada
penderita diabetes melitus,dengan konsentrasi gula darah selalu diatas 110 mg/dl dan sering
diatas 140mg/dl, peningkatan kadar gula akan tampak jauh lebih besar dari normal setelah
diuji dengan memeberikan intake 1 gram karbohidrat.

12

BAB III
METODE PENULISAN
Uraian metode penulisan yang disajikan merupakan metode studi pustaka, bukan uraian
tentang metode penelitian.Penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan penguraian
secara cermat melalui pendekatan berikut:
1. Perumusan masalah
Ide perumusan masalah dilatarbelakangi oleh fakta dan hal yang belum terpecahkan
terkait jenis diagnosis diabetes mellitus tipe 2 yang lebih efektif dari diagnosis yang
sebelumnya sebagai diagnosis dini.

2. Pengumpulan data dan informasi
Pengumpulan data dan informasi didapatkan melalui buku dan jurnal-jurnal ilmiah
hasil penelitian.

3. Pengolahan data dan informasi
Dalam karya tulis ini, data dan informasi yang diverifikasikan lebih lanjut terbatas
pada bukti yang menunjukkan jenis-jenis diagnosa diabetes melitus tipe 2 dan membuat jenis
diagnosis yang lebih efektif.

4. Analisis dan sintesis
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, dilakukan pengelolaan data dengan
menyusun secara sistematis dan logis. Teknis analisis data yang dipergunakan adalah analisis
deskriptif argumentasi. Metode pengutipan kepustakaan yang digunakan adalah teknik
Vancouver.

5. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dan menjawab
rumusan permasalahan.

13

6. Merumuskan saran atau rekomendasi
Saran yang dirumuskan merupakan prediksi transfer gagasan sebagai usulan dan
penelitianlebih lanjut yang relevan dengan topik yang diangkat pada karya tulis ini demi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


















14

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hemoglobin Hb1Ac Sebagai Patokan Diagnosa Penyakit Diabetes Melitus

HbA1C terbentuk pasca-translasi yang berlangsung lambat dan tidak dipengaruhi
oleh enzim sepanjang masa hidup eritrosit. Karena itu pada eritrosit yang lebih tua kadarnya
lebih tinggi daripada eritrosit yang lebih muda. Hemoglobin bercampur dengan larutan
berkadar glukosa tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara
ireversibel, maka proses ini dinamakan glikosilasi.
2
Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini
meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal, sekitar 46%
hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau HbA1C. Pada
hiperglikemia yang berkepanjangan, kadar HbA1C dapat meningkat hingga 1820%.
Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen, tetapi kadar
HbA1C yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes. Setelah kadar
normoglikemik menjadi stabil, kadar HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3
minggu.
2
HbA1C terbentuk dari ikatan glukosa dengan gugus amida pada asam amino valin di
ujung rantai beta dari globulin Hb dewasa normal yang terjadi pada 2 tahap. Tahap pertama
terjadi ikatan kovalen aldimin berupa basa Schiff yang bersifat stabil dan tahap kedua terjadi
penyusunan kembali secara amadori menjadi bentuk ketamin yang stabil. Pada keadaan
hiperglikemik akan meningkatkan pembentukan basa Schiff antara gugus aldehid glukosa
dengan residu lisin, arginin, dan histidin. Selain itu, produk glikosilasi kolagen dan protein
lain yang berumur panjang dalam interstisium dan dinding pembuluh darah mengalami
serangkaian tata ulang untuk membentuk irreversible advanced glycosylation end products
(AGE), yang terus menumpuk di dinding pembuluh. AGE ini memiliki sejumlah sifat
kimiawi dan biologik yang berpotensi patogenik dan diduga turut mendasari komplikasi
diabetik.
15

B. Pemeriksaan Hb1Ac Sebagai Diagnosa Penyakit Diabetes Melitus

Penyakit diabetes melitus dapat didiagnosa dari memeriksa jumlah peningkatan
kadar glukosa di dalam plasma, setelah dilakukannya tes toleransi, peningkatan hemoglobin
A1c (HbA1c), dan gejala-gejala hiperglikemia yang disertai dengan kadar glukosa plasma
yang berubah-ubah.
1
HbA1c merupakan suatu senyawa yang dapat dijadikan sebagai suatu
petunjuk dalam mendapatkan infromasi mengenai kadar glukosa dari waktu ke waktu karena
kadar HbA1c tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harian dari konsentrasi glukosa darah.
Tes HbA1c dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama
3 bulan sebelum dilakukan pemeriksaan. HbA1c mengukur jumlah glukosa yang terikat
dengan molekul hemoglobin subtipe A1c. Tes HbA1c dapat memberikan informasi
mengenai kadar glukosa pasien selama 3 bulan sebelum pemeriksaan karena usia sel darah
merah yang merupakan rumah produksi hemoglobin hanyalah 120 hari saja.
Berdasarkan hasil HbA1c yang dimaksudkan sebagai kadar glukosa rata-rata yang
bisa memberikan pemahaman kepada pasien mengenai hasil HbA1c miliknya. Seperti
contoh, setelah dilakukannya pemeriksaan, pasien tidak mengerti maksud dari HbA1c 7%,
tetapi pasien dapat lebih mengerti apabila hasil tersebut dijelaskan dalam bentuk range kadar
glukosa rata-ratanya. Pengukuran tersebut dapat memberikan penjelasan mengenai perkiraan
glukosa rata-rata dan begitu pula sebaliknya.
1

Pengujian kadar HbA1c dijadikan sebagai pemeriksaan standar dan umum digunakan
di sebagian besar negara di dunia meskipun terdapat kelemahan dari pemeriksaan ini ketika
terjadinya kesalahan yang diakibatkan oleh faktor non-glikemik seperti penyakit
haemoglobinopathy dan anemia yang akan memberikan pengaruhi kepada HbA1c yang
diperlukan. Di samping itu, gejala-gejala lain dari hiperglikemia dan resiko diabetes seperti
fruktosamin, albumin glycat dan 1,5 anhydroglucitol (1,5-AG) yang berkerjasama dengan
perkembangan HbA1c dan glukosa puasa.

16

C. Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan Hb1Ac Sebagai Diagnosa Penyakit Diabetes
Melitus

HbA1c merupakan kombinasi glukosa dan hemoglobin dewasa (HbA). Jumlah
hemoglobin dewasa yang terglikosilasi membentuk HbA1c berhubungan langsung dengan
kadar glukosa rata-rata dalam darah. Tidak seperti tes urine dan glukosa darah, yang
dipengaruhi oleh keadaan saat pemeriksaan, misalnya diet yang ketat menjelang
pemeriksaan. Pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh kadar glukosa dara pada saat itu,
tapi merupakan indikator glukosa darah rata-rata beberapa bulan sebelumnya. Selain itu,
pemeriksaan HbA1c dapat ditampilkan hasilnya kapan saja.
1

Kadar HbA1c menggambarkan control glikemik kadar glukosa 2-3 bulan
sebelumnya. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk diperiksa setiap 3 bulan sekali, setidaknya 2
kali setahun. Fruktosamin menggambarkan kadar glukosa 2-3 minggu sebelumnya.
Penggunaan kombinasi kedua pemeriksaan yaitu HbA1c dan fruktosamin bermanfaat
walaupun keduanya serupa menggambarkan control glikemik tetapi berbeda jangka waktu
kadar glukosa yang digambarkannya. Kadar fruktosamin berguna untuk memantau yang
lebih cepat sedangkan HbA1c untuk jangka waktu yang lebih lama.








17




DAFTAR PUSTAKA
1 (Brunner&Suddarth,2002) sumbernya terlalu lama, kalau bias 10 atau 5 tahun terakhir
2 Data WHO
3 (Kariadi,2009)
4 (Gordon dkk, 2008)
5 Menurut para pakar (sumber abu-abu)
6 berdasarkan data WHO (2008)
7 Menurut IDF
8 (Hutomo, 2009)
9 (Departemen Kesehatan RI,3 2007)
10 mana sumbernya?
11 mana sumbernya?
12 mana sumbernya?
Ahmad H Asdie. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam 3
rd
ed. Jakarta:
EGC; 2000
Guyton,Hall: Insulin,Glukagon,dan Diabetes Melitus 78:1022-1027 ,2012
Lee Sherwood: Kelenjar Endokrin Perifer 19:783,2012
18

Reinhold, Jennifer A. . Grace Earl : Clinical Therapeutics Primer: Link to the
Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist : 546, 2012.
Reno Gustiviani : Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus 422: 1879-
1881,2009
W. F.Ganong: Fungsi Endokrin Pankreas dan Pengaturan Metabolisme
Karbohidrat 9:354,-370 ,2008

.

You might also like