You are on page 1of 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Menurut pransanto (2008) dan Cahyaningsih (2009) komplikasi gagal
ginjal bila telah mencapai kondisi terminal, mengharuskan penderita
menjalani Replacement Therapy berupa hemodoalisis, peritoneal dialisis atau
cangkok ginjal.
Berdasarkan laporan (world health organization{WHO, 2008) bahwa
diseluruh dunia, angka pengguna alat pengganti ginjal di perkirakan 1,4
juta,dengan pertambahan sekitar 8% pertahun. Yang merupakan penyebab
utama adalah penuaan penduduk,diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi, serta
faktor-faktor resiko yang sering mengakibatkan penyakit ginjal kronik.
Sedangkan prevalensi penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh diabetes
25% di meksiko berusia antara 25 sampai 40 tahun, diabetes nefrotik hingga
65% dari kejadian penyakit ginjal kronik di puerto rico, diabetes juga
merupakan penyebab umum penyakit ginjal kronik di mesir, kuwait, lebanon
dan arab saudi. Pada tahun 2030 diperkirakan 366 juta orang dewa seluruh
dunia akan memiliki diabetes, rata-rata dari mereka akan tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah, tentu meningkatnya diabetes di negara
berkembang akan disertai peningkatan penyakit ginjal kronik pula. (White,
Cadban, Jan, Chapman & Cass, 2008)
Menurut data dari persatuan nefrologi indonesia (pernefri,2011),
dikatakan bahwa diabetes merupakan penyebab tertinggi terjadinya penyakit
ginjal kronik d3sei indonesia dengan 31.031 kasus, sedangkan jumlah pasien
baru menjalani hemodialisis adalah 15.424 kasus dan jumlah pasien aktif
menjalani hemodialisis adalah 6.880 kasus. Sedangkan di Jawa Tengah
terdapat pasien kira-kira 76 orang yang terdata dalam persatuan nefrologi
indonesia laporan tahun 2011.


2

Menurut penelitian Yunita Sari, Veny Elita, Riri Novayelinda (2010),
menyatakan tingkat stres pasien yang menjalani hemodialisa stres ringan 0%,
stres sedang 36,3%, stres berat 33,3%, stres sangat berat 30,0%.

Hemodialisa banyak dilakukan di negara berkembang seperti indonesia.
Mengapa hemodialisis dilakukan untuk penderita penyakit ginjal kronik
karena Dializer, dialisat dan sistem delivery menggantikan sebagian dari
fungsi ginjal yang sudah rusak. Tindakan dialisis dapat mengeluarkan sampah
tubuh, kelebihan cairan dan membantu menjaga keseimbangan elektrolit dan
pH (keseimbangan asam dan basa) pada kadar yang dapat ditoleransi tubuh.
(Cahyaningsih, 2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di latar belakang penulis bertujuan untuk
meneliti apakah ada korelasi hubungan antara pengetahuan sikap terhadap
praktek pembatasan cairan pada penderita penyakit ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisisis.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara stress psikologik terhadap kebutuhan istirahat tidur pada
penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan stress psikologik pada penderita penyakit
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.
b. Mendeskripsikan kebutuhan istirahat tidur pada penderita
penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.


3

c. Menganalisis hubungan antara stress psikologis terhadap
istirahat tidur pada penderita penyakit ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis.
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Dari penelitian ini diharapkan didapatkan hasil dari korelasi stres
psikologik terhadap kebutuhan istirahat tidur pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis sehingga
dalam penatalaksanaanya diharapkan pasien dengan penyakit ginjal
kronis dapat mengaplikasikan dengan benar dan terarah dalam
mengatasi stres atau koping individu masing masing sehingga tidak
terjadi gangguan istirahat tidur yang dapat berpengaruh kepada
kesehatan.
1. Rumah sakit
Institusi terkait terutama rumah sakit diharapkan lebih aktif dalam
mensosialisasikan peran penting penanggulangan stres pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis sehingga tidak terjadi gangguan
kesehatan yang lain, terutama kebutuhan istirahat tidur pada
pasien.
2. Profesi keperawatan
Dapat menjadi acuan untuk ashan keperawatan mengenai aspek
manajamen stres atau koping individu yang terkaid dengan
gangguan istirahat tidur pasien. Pentingnya bagi perawat untuk
membantu pasien dalam menanggulangi stres sehingga tidak
terjadi ganguan istirahat tidur.
3. Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah wawasan mengenai peran
pentingnya manajemen stres terhadap kebutuhan istirahat tidur
pada pasien penyakit ginjal kronis. Dapat menjadi acuan dalam
penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian


4

Tabel penelitian terdahulu :

No Nama Peneliti Variabel Penelitian Desain
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Yunita Sari, Veny
Elita, Riri
Novayelinda (2010)
Variabel bebas :
Tingkat stress dan strategi
koping.
Variabel terikat :
Menjalani hemodialisa.
Kuantitatif
Deskriptif
(cross
sectional)
Diperoleh kesimpulan
terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat stres
dan strategi koping pada
pasien yang menjalani terapi
hemodialisa.
2
Nabilla Lukman,
Esrom Kanine,
Ferdinand Wowiling
(2013)
Variabel bebas :
Tindakan hemodialisa.
Variabel terikat :
Tingkat depresi.
deskriptif dan
analitik dengan
menggunakan
desain Cross
Sectional
study
disimpulkan
bahwa ada hubungan
tindakan
hemodialisa dengan tingkat
depresi
klien penyakit ginjal kronik
3

You might also like