You are on page 1of 7

PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001

Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001


IATMI 2001-40
STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS NATURAL GAS LIQUID (NGLs)
SEBAGAI NILAI TAMBAH GAS PERTAMINA DOH PRABUMULIH
Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Pertamina DOH Prabumulih
Jl. Jend Sudirman no 3 Prabumulih ,31122
Phone : 0711-592019, fax 0713-323107
Keywords : NGL, Joint venture, aliansi,net margin, gross margin. BOO/BOT
ABSTRAK
Bisnis gas bumi di DOH Prabumulih selama ini masih bertumpu kepada penjualan gas bumi untuk feed stock, bahan bakar dan
akhir akhir ini meliputi pula LPG mix. Gas bumi tersebut masih mempunyai potensi nilai tambah untuk diproses lagi menjadi Natural
Gas Liquid (NGL) dimana ethane, propane, butane, pentane, kondensat dapat dikembangkan lagi untuk mendapatkan nilai tambah.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana secara taktis memasuki pasar NGL dimana konsumennya adalah pasar ekspor dan
harganya berfluktuasi (volatile) , perlunya investasi yang tinggi serta tingkat kompetisi yang ketat .
Dalam paper ini akan dibahas studi kepustakaan pasar NGL internasional , potensi produksi NGL Sumatra Selatan , nilai
tambah tekno ekonomi yang dihasilkannya serta analisa strategi bisnis SWOT dan international strategy option matrix untuk memasuki
pasar international (Aliansi, Joint-Venture) dan kerjasama kemitraan yang dilakukan dalam pengembangan NGL Sumatra Selatan.
Hasil diskusi menunjukkan total kapasitas produksi NGL Sumatra Selatan 618,000 ton per tahun dari lima lokasi plant yang
direncanakan dan akan memberikan nilai tambah net margin 17.5 juta US$ pertahun serta gross margin 63 juta US$ per tahun. Puncak
produksi dicapai antara tahun 2007 2009 dan selanjutnya akan terus menurun sesuai produksi gas lapangan. Analisa kepustakaan
mengindikasikan pasar ekspor NGL ke Asia terutama Timur Jauh sangat potensial (35 juta ton per tahun) demikian pula pasar LPG
domestik. Dari analisa bisnis pengembangan NGL plant dilapangan (small plant) dilaksanakan dengan mitra domestik dalam bentuk
BOO/BOT, untuk plant besar yang terletak pada jalur pipa transmisi sebelum ke konsumen dikembangkan dengan mitra internasional
dalam bentuk joint venture.
1. PENDAHULUAN
Lingkungan usaha minyak dan gas bumi saat ini sedang
mengalami perubahan baik secara nasional maupun
internasional. Globalisasi, regionalisasi dan kemajuan
teknologi informasi telah merubah persaingan menjadi
hypercompetition, pada lingkungan domestik rencana
keluarnya RUU Migas baru, rencana KEPPRES tentang
Transmisi dan Distribusi gas (Unbundling), UU No. 22 tahun
1999 tentang Otonomi daerah dan UU No. 25 tahun 1999
tentang Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah
semuanya akan mempengaruhi strategi berbisnis. Perspektif
pasar domestik akan berubah menjadi pasar global karena
semuanya akan terbuka dan transparan. Dalam rangka
menghadapi perubahan lingkungan diatas Pertamina DOH
Prabumulih melakukan pengembangan bisnis Natural gas
Liquid (NGL) selain untuk mendapatkan nilai tambah atas gas
yang dihasilkan juga menjadi pilot project Joint-venture
pengembangan NGL Pertamina Hulu dengan orientasi ekspor.
Dalam paper ini antara lain akan mencakup pembahasan
strategi yang dilaksanakan dalam mengembangkan bisnis
NGL secara optimal melalui kerjasama kemitraan baik secara
Build Operate Own/Transfer (BOO/T), joint venture dengan
tujuan akan terus tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
yang turbulen ini. Secara teori beberapa alternatif yang
ditempuh dalam menghadapi persaingan global adalah :
memperluas pasar, diversifikasi, akuisisi, pengembangan
produk, penetrasi pasar, perampingan bisnis, likuidasi dan
joint venture. Usaha yang ditempuh dalam pengembangan
NGL merupakan pengembangan produk gas menjadi gas dan
NGL serta usaha memperluas pasar tidak hanya domestik
tetapi juga pasar internasional melalui joint venture company
dengan memanfaatkan jaringan distribusi mitra yang telah
establish.
Dalam paper ini pada dasarnya akan dibagi menjadi dua
bagian, pertama adalah mengapa Pertamina DOH Prabumulih
memutuskan mengembangkan bisnis NGL, bagian ini akan
diawali dengan potensi pasar NGL internasional maupun
domestik, karena dalam berbisnis awalnya adalah ada
pasarnya lebih dahulu kemudian besarnya potensi produksi
NGL dan potensi keuntungan industri. Bagian kedua adalah
analisa bisnis dimana menjadi dasar keputusan atas strategi
yang ditempuh berikut proyeksi keekonomiannya yang
merupakan sasaran strategi.
2. TINJAUAN LAPANGAN
Pertamina DOH Prabumulih pada saat ini mempunyai
cadangan gas proven 2.6 TCF, probable 0.6 TCF serta
possible 0.2 TCF, produksi gas bumi sekitar 245 MMSCFD
dari berbagai lapangan serta mentransmisikan dan menjual
gas bumi baik dari operasi sendiri maupun dari mitra ke
konsumen sebanyak 237 MMSCFD dengan nilai penjualan
gas bumi rata-rata 185 juta US$ pertahun. Gas-gas yang
diproduksikan maupun yang ditransmisikan saat ini masih
mempunyai potensi untuk diekstrak lagi cairannya (NGL)
sehingga dapat menjadi nilai tambah, sebagai contoh gas dari
lapangan Tepus mempunyai kandungan C3 dan C4 sebesar
13% sedangkan gas sebelum masuk konsumen mempunyai
kandungan C3 dan C3 sebesar 5%. Pada saat ini sedang
dibangun proyek LPG plant Lembak oleh PT.OBP serta LPG
Limau Timur oleh PT. Titis Sampurna dengan kapasitas LPG
masing-masing 145 ton/hari dan 200 ton/hari sedangkan feed
gas 50 MMSCFD dan 30 MMSCFD. Proyeksi kedepan gas
yang akan disalurkan ke konsumen meningkat menjadi 650
MMSCFD dengan demikian potensi NGL akan semakin besar
pula.
Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih
IATMI 2001-40
3. MENGAPA MENGEMBANGKAN NGL
3.1. Peluang Pasar
Perekonomian dunia pada umumnya mengalami pertumbuhan
positif demikian pula halnya dengan Asia, meskipun negara-
negara Asia khususnya Asia tenggara mengalami kontraksi
sampai dengan 10% pada tahun 1997 1998 karena krisis
ekonomi tetapi prospek tahun 2000 keatas akan tumbuh
positif 5 8% (Vautrain 2001). Perekonomian yang tumbuh
positif akan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya,
konsumsi barang dan jasa masyarakat akan meningkat
demikian pula dengan konsumsi energinya.
NGL dapat dikembangkan untuk beberapa produk market
diantaranya adalah sebagai Petrochemical feedstock, LPG,
propane, buthane, motorgasoline additive dan lain lain.
Dengan meningkatnya pasar beberapa produk diatas sesuai
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka peluang
bisnis NGLs akan mengalami pertumbuhan .
Bisnis LPG
Pendorong utama pasar NGLs adalah meningkatnya
kebutuhan LPG dunia, kebutuhan LPG global pada tahun
1985 sebesar 188 juta ton akan tumbuh menjadi 240 juta ton
di tahun 2005 serta 300 ton pada tahun 2020 (Otto et al.
1999) . Peta konsumsi LPG persektor saat ini didominasi oleh
rumah tangga 50%, chemical 10% dan sisanya adalah sektor
refinery, industrial, automobile. Proyeksi tahun 2020 sektor
rumah tangga masih mendominasi dengan estimate 50%
konsumsi LPG tetapi sektor chemical akan mengalami
pertumbuhan tertinggi diantara semua sektor (Otto et al.
1999).
Pasar LPG Asia sangat menarik dengan alasan transportasi
tidak jauh, adanya hubungan yang dekat secara tradisional dan
adanya gap antara permintaan LPG Asia dengan suplainya
terutama wilayah Timur jauh (Gambar-1),
Pasar LPG domestik terus meningkat yang didorong oleh
konsumsi rumah tangga (Gambar-2) pada tahun 1999/2000
konsumsi LPG 0.95 juta ton dan produksinya 2.2 juta ton pa.
Pasar domestik LPG per sektor saat ini 70% dikonsumsi oleh
rumah tangga dan sisanya oleh industri sedangkan automobile
sangat kecil konsumsinya. Pertumbuhan pasar LPG pertahun
rata-rata 12%.
Dari uraian diatas LPG mempunyai daya tarik pasar yang
yang tinggi baik pasar domestik maupun ekspor, daya tarik ini
akan memberikan peluang dan mendorong bisnis NGLs
untuk berkembang lebih lanjut.
Bisnis Ethane dan Kondensat
Salah satu pemakaian NGLs adalah pemanfaatan ethane
sebagai feedstocks industri petrokimia, sedangkah kondensat
yang dihasilkan (C5 & C6) dipergunakan untuk motor
gasoline additive. Vautrain (2001) dari Purvin & Gertz
memproyeksikan dalam 10 tahun kedepan pertumbuhan
demand naphta Asia rata-rata 6% lebih sedangkan gasoline
3.5% demikian pula halnya dengan proyeksi pertumbuhan
industri olefin 6%. Prawira atmadja (1997)
memproyeksikan Indonesia akan mengalami shortage naphta
mulai tahun 2001 dan kawasan Asia Pacific diproyeksikan
mengimpor naphta lebih dari 497 kbpd. Hal ini berarti juga
pasar ethane maupun kondensat/gasoline mempunyai prospek
yang cerah dimasa datang yang berarti turut mendorong
tumbuhnya bisnis NGLs.
3.2. Peluang Keuntungan
Bisnis dikembangkan apabila berpotensi memberikan profit
dari pembahasan diatas diperoleh gambaran tentang peluang
pasar. Sebelum meninjau lebih jauh ke potensi produksi dan
keekonomiannya sebagai bencmarking akan dilihat
bagaimana profitability bisnis NGL. Tinjauan nilai ekonomis
ekstrasi NGL secara umum dilihat dari incremental extraction
economicsnya (terutama bagi produsen gas) dengan cara
mengevaluasi gross margin (NGL sales revenue cost of
shrinkage), Tannehill (1993) melakukan assessment untuk
bisnis NGL di USA menunjukkan gross margin berkisar 1.5
US$ per MMBTU. Dari sisi pemroses profitability processing
plant ditinjau atas net plant margin (gross margin fuel
operating cost) assessment Tennehill (1993) menghasilkan net
pant margin NGL di USA berkisar 0.1 0.3 US$ per
MMBTU. Dengan mengasumsikan pembagian 75% sales
revenue untuk produsen gas dan 25% untuk pemroses maka
capital recovery percentage (gross revenue payments to the
producer operating cost) 3rd party sekitar 5 % (plant besar)
dan untuk medium plant sekitar 10% (lean oli plant) serta
20% (cryogenic plant). Dari sini dapat dikatakan bahwa bisnis
NGL mempunyai profitability opportunity dan berpeluang
dikembangkan. Potensi NGL Pertamina DOH Prabumulih
diestimate akan memberikan kontribusi net margin rata-rata
17.5 juta US$ per tahun sedangkan gross marginnya adalah
63 juta US$ per tahun (Gambar-3).
3.3. Potensi NGL Prabumulih
Proyeksi produksi gas bumi SBU Prabumulih termasuk mitra
kerja dan penyalurannya ke konsumen akan meningkat hingga
mencapai 650 MMSCFD di tahun 2006 dari 250 MMSCFD
saat ini (Gambar-4). Peningkatan yang signifikan di tahun
2006 karena adanya rencana penyaluran gas ke Jawa Barat
sebesar 250 MMSCFD selain adanya beberapa konsumen
baru. Perkembangan bisnis gas ini akan membuat bisnis
NGLs tumbuh. Pada saat ini NGL plant pertama di SBU
Prabumulih sedang dibangun di Limau Timur direncanakan
onstream Nopember 2001, NGL plant di Tepus sedang dalam
status proposal persetujuan ke Direksi direncanakan onstream
2003 dan NGL Pertamina Dynegy di Simpang Y sedang
dalam tahap pembentukan Joint Venture direncanakan on
stream 2003 akhir. Satu plant lagi direncanakan di Pagardewa
yang akan mengekstraksi gas ke Jawa Barat. Total kapasitas
produksi direncanakan mencapai 618,000 ton pertahun
dengan perincian seperti tercantum pada Tabel-1. Kontribusi
NGL Prabumulih relatif terhadap penerimaan kotor DOH
secara keseluruhan dalam enam tahun kedepan rata-rata
sebesar 4.9% dan pada tahun 2006 diestimate prosentase
tersebut adalah 5.6% , jika dibadingkan dengan minyak pada
tahun 2006 kontribusi revenue NGL akan menjadi 18.65%
gross revenue minyak (Gambar-5).
4. ANALISA PELUANG BISNIS
4.1. Kasus LPG Mix
Pembahasan dalam hal ini diasumsikan NGL dalam bentuk
LPG (C3&C4) serta kondensat (C5 keatas). Dari gambaran
Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih
IATMI 2001-40
diatas DOH Prabumulih mempunyai mempunyai prospek 2
(dua) LPG plant untuk dikembangkan selain 2(dua) plant
yang saat ini sedang dalam konstruksi. Kedua plant tersebut
yaitu Tepus dan Simpang Y mempunyai karakteristik yang
berbeda, Tepus plant direncanakan untuk optimalisasi gas di
lapangan marginal sebelum gas dikirim ke jaringan transmisi
,mempunyai komposisi bagus (C & C4 lebih dari 13% mole)
tetapi feed gas kecil serta umur relatif pendek sedangkan
Simpang Y plant terletak pada jalur utama pipa transmisi gas
mempunyai komposisi C3 dan C4 tidak begitu gemuk (C3 dan
C4 5% mole) tetapi feed gas berjumlah besar (300 MMSCD)
serta pasokan terjamin untuk waktu lebih dari 15 tahun.
LPG plant Tepus direncanakan dikembangkan bekerjasama
dengan mitra domestik untuk sementara yang dituju pasar
domestik (pemasaran bekerja sama dengan UPPDN) dan
kerjasama dalam bentuk BOO (build operate own)
arrangement, hal ini direnakan lapangannya marginal
produksi kecil dan umur tidak lama, investasi yang diperlukan
tidak besar serta mitra domestik dipandang yang mempuyai
kemamuan yang diperlukan. Penggunaan used plant
diupayakan sebagai alternatif agar menarik bagi investor.
Simpang Y plant direncanakan bermitra dengan perusahaan
internasional untuk pasar ekspor karena jumlahnya
produksinya cukup besar, pengembangan dilakukan untuk
untuk mencapai sekala ekonomis terintegrasi dengan NGL
plant di SBU lain dalam wilayah Direktorat Upstream dalam
bentuk joint venture company,
4.2. Analisa SWOT
Untuk mengevaluasi strategi pengembangan NGL identifikasi
faktor lingkungan external dan internal yang mempengaruhi
penting dilakukan, faktor eksternal diidentifikasi dari arahan
forces driving industry competitionnya Porter (1985) yaitu
potential new entrants , threats of substitute ,bargaining power
supplier and buyers, Potential new entrants dalam hal ini
adalah net eksporter LPG Asia Tenggara yaitu Malaysia,
Thailand dan Vietnam. Rio (2000) menyebutkan surplus LPG
Asia Tenggara sebesar 2.7 juta ton pertahun dan Asia
tenggara mengekspor LPG nya terutama ke Far East.
Pertumbuhan LPG Asia Tenggara diproyeksikan naik sebesar
50% dalam lima tahun kedepan dengan konstribusi utama dari
Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Ancaman
perkembangan LPG adalah pertumbuhan distribusi gas yang
akan mensubtitusi kebutuhan LPG rumah tangga. Tannehill
(1993) menyebutkan bahwa pertumbuhan distribusi gas di
USA telah menekan perkembangan konsumsi LPG rumah
tangga, pengalaman USA bukan tidak mungkin terjadi di Asia
dan patut diantisipasi lebih dini. Bargaining power of supplier
untuk kondisi Indonesia tidak besar pengaruhnya karena
supplier gas dalam kasus ini adalah Pertamina dan mitra
usahanya. Sedangkan bargaining power of buyer untuk pasar
domestik tidak begitu masalah, untuk ekspor oriented harga
gas dan minyak yang berfluktuasi mempengaruhi harga NGL.
Untuk mengatasi hal ini maka klausul kontrak dibuat agar
dapat melindungi Pertamina dan pembentukan joint venture
akan membagi resiko secara bersama.
Pertamina telah mempunyai jaringan distribusi dan pemasaran
NGL yang bagus untuk pasar domestik melihat potensi
pertumbuhan produksi NGL yang tinggi maka penetrasi pasar
ekspor perlu diintensifkan.
Analisa eksternal dan internal dalam rangka internationalisasi
seperti dalam Tabel-2 dan strategy yang dihasilkannnya
diantaranya :
Kemitraan dengan perusahaan NGLs skala global, selain
akan membantu dalam financing juga dalam jaringan
distribusi pasar global dan peningkatan SDM.
Pemanfaatan distribusi akan lebih mengefisienkan rantai
pemasaran (Gambar-7) dan ini akan membantu penetrasi
ekspor produk NGLs.
Untuk LPG plant di lapangan marginal seperti Tepus
dikembangkan bersama mitra domestik, pasar sementara
ini direncanakan untuk domestik tetapi tidak tertutup
peluang untuk dijual ekspor melalui perusahaan NGL
trading.
Mengijinkan pemakaian used plant untuk lapangan
marginal, hal ini biasa dilakukan di USA untuk
mengurangi capital cost. Tannehill et al (1993)
mengatakan used plant dapat mengurangi capital cost 25
40%, menghemat processing margin 8 cents US$ per
MMBTU, kapasitas yang banyak memakai used plant
adalah 15 30 MMSCFD feed gas. LPG plant Tepus
diusulkan memakai used plant.
4.3. International Strategy Matrix
Model kemitraan seperti apa yang tepat untuk memasuki
pasar NGLs global merupakan hal yang kritis, kemitraan
dapat berupa aliansi, joint venture, BOO, BOT dll.
International stretgy option matrix seperti Gambar-6 dapat
membantu menganalisa masalah tersebut. Tinjauan market
complexity pasar NGLs sangat terbuka karena demand lebih
tinggi dari supply dan terus tumbuh tetapi hal ini juga bukan
berarti mudah karena harganya yang berfluktuas. Penulis
menggolongkan market complexity sebagai moderat,product
diversity NGLs tidak banyak beragam dalam kasus ini hanya
Ethane, LPG atau bisa juga Propane, Butane dan gasoline oleh
karena itu penulis juga memasukkan sebagai kategori moderat
maka dari Gambar-6 bentuk strategy international dengan
joint venture yang cocok.
Selain alasan diatas mengingat kondisi Indonesia yang belum
stabil maka sebagai jaminan bagi mitra berbagi resiko dengan
joint venture dapat memberikan rasa lebih aman selain itu
bagi Pertamina untuk membina SDM agar mempunyai
kompetensi global joint venture dapat mempercepat learning
process dalam lingkungan management yang baik.
Kesulitan dalam melakukan joint venture adalah menyamakan
visi pada perusahaan patungan tersebut, karena
managementnya berbagi maka kepentingan yang berbeda
dapat menghambat pertumbuhan perusahaan patungan.
Setelah melalui beberapa proses Dynegy dipilih sebagai mitra
Pertamina dalam pengembangan bisnis midstream, visi
Dynegy dalam mengembangkan diri pada midstream bisnis
dengan kerjasama international sesuai dengan keinginan
Pertamina untuk mengembangkan midstream bisnisnya selain
aspek aspek ekonomis tentunya.
4.4. Tekno Ekonomis
Untuk memberikan gambaran bagaimana potensi NGLs
tersebut diperoleh dilakukan melalui simulasi proses gas dan
hasil LPG, kondensat serta Lean gas yang diproleh
dipergunakan untuk memperhitungkan keekonomian
proyeknya.
Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih
IATMI 2001-40
Prabumulih NGL Plants
Gas yang ditransmisikan saat ini masih mempunyai potensi
untuk diekstrak lagi LPGnya di Simpang Y, lokasi dimana
segmen pipa gas mempunyai volume maksimum (sebelum di
split ke konsumen) feed gas mempunyai komposisi seperti
tercantum dalam Tabel-3 beroperasi pada tekanan 550 psig da
temperatur 90 F, kandungan C3 dan C4 nya sebesar 5%.
Simpang Y karena mempunyai feed gas besar disimulasikan
dengan memilih teknologi cryogenic turbo expander. Untuk
feed gas 300 MMSCFD tekanan operasi 550 psig dan
temperatur 90 F menghasilkan produk LPG 450 ton per hari,
kondensat 150 ton per hari, nilai kalor awal feed gas 1117 btu
dan nilai kalor akhir lean gas 1050 btu. Spesifikasi lean gas
termasuk kandungan komposisi masih sesuai dengan
kebutuhan konsumen dengan demikian meski diekstrak di
Simpang Y kebutuhan konsumen masih dapat dijamin. Untuk
membangun LPG plant Simpang Y beserta infrastrukturnya
diestimate memerlukan biaya investasi US$ 55 juta,
keekonomian proyek menghasilkan IRR = 16%, POT = 5
tahun dan PI = 1.24 dan NPV = US$ 30 juta dengan life time
15 tahun. Produk dikirim ke dermaga pengapalan di Plaju
melalui pipeline.
Lapangan Tepus mempunyai kandungan komposisi C3 dan
C4 sebesar 13% mole terletak dekat jalan raya dengan
infrastruktur cukup memadai , kendala yang dihadapi adalah
umur produksi relatif pendek tidak lebih 10 tahun. Tidak
seperti lokasi Simpang Y yang merupakan titik pada jalur pipa
transmisi gas sebelum ke konsumen sehingga pasok gas lebih
terjamin, Tepus merupakan lapangan yang memproduksikan
gas sehingga pasok gas untuk LPG plant tergantung tingkat
produksi dan akurasi perkiraan produksi. Karena jumlah feed
gas kecil diasumsikan teknologi yang dipakai adalah direct
refrigerant. Hasil simulasi menghasilkan 75 ton/hari LPG dan
kondensat 0.8 ton per hari dari feed gas 10 MMSCFD tekanan
operasi 575 psig, nilai kalor turun dari 1172 btu (feed gas)
menjadi 1052 btu (lean gas) . Investasi yang diperlukan untuk
membangun plant US$ 3.5 juta denagn tingkat return IRR =
18.58%, NPV = US$ 3.5 juta, POT = 5.4 tahun serta PI = 1.4,
life time proyek selama 10 tahun.
Potensi NGLs sebesar rata-rata 450,000 ton pertahun
(Gambar-4) dapat memberikan nilai tambah yang dihitung
atas net marginnya (gross margin operating cost fuel)
sebesar rata-rata 17.5 juta US$ pertahun (Gambar-3). Dengan
demikian maka pengembangan bisnis NGLs dapat
memberikan nilai tambah bagi Pertamina DOH Prabumulih.
Kebutuhan investasi untuk mengembangkan NGL plant
Sumatera Selatan sekitar 147 juta US$ (Table-1) dari jumlah
tersebut 35 juta US$ sedang dalam konstruksi sisanya 112 juta
US$ dalam usulan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pertamina DOH Prabumulih mempunyai potensi NGLs
dimana selama ini belum dikelola secara optimal.
2. Pasar NGLs Asia sangat prospek, demand LPG jauh
diatas supply terutama di Far East, pertumbuhan industri
petrokimia, pertumbuhan demand naphta untuk additive
gasoline yang semuanya dapat diperoleh dari NGLs
merupakan pendorong untuk memasuki pasar ekspor.
3. Pertamina DOH Prabumulih mempunyai prospek
pengembangan LPG plant di Tepus dan NGL plant
Simpang Y. LPG plant di Tepus direncanakan
dikembangkan dengan mitra domestik untuk pasar
domestik sedangkan NGLs extraction plant di Simpang
Y dikembangkan melalui kerjasama mitra global,
extraction NGL di Prabumulih diproyeksikan memberikan
kontribusi net margin 17.5 juta US$ per tahun. Lima
tahun kedepan kontribusi NGL merupakan 4.88%
penerimaan kotor dan ini adalah 18.75% penerimaan
kotor minyak bumi.
Untuk terlaksananya pemanfaatan potensi NGL disarankan :
1. Perlu disiapkan aturan untuk pembangunan LPG plant
dengan used plant sehingga auditable.
2. Mengingat lapangan marginal (Tepus) saat ini gasnya
terus diproduksikan, umur tidak lama dan sebagian di
flare maka pembangunan plant Tepus perlu dilaksanakan
sesuai jadwal bahkan lebih awal bila mungkin (short
lifecycle).
3. Mengingat peak produksi NGLs Prabumulih antara tahun
2004 2009 setelah itu akan menurun karena
berkurangnya produksi gas lapangan maka pembangunan
plant harus sesuai jadwal agar tidak kehilangan
momentum.
DAFTAR PUSTAKA
C.C. Tannehill, et al, 1992, Can You Afford to Extract Your
Natural Gas Liquids, Purvin & Gertz Inc, Dallas Texas, 1992
C.C Tannehill, L. Echterhoff, K. Trimble, Assessing The
Value of NGLs in Natural Gas, Gas Research Institute, 1992
G. J. Rio, The world of LPG at the Turn of the Millennium,
Purvin & Gertz Inc, Houston, 2000
G. Gale, Can Middle East Petrochemicals Project Thrive in
Over supplied Markets, Poten & Partners Inc, 1998
H. Bijlani, Dr, Globalization an overview, Heinemann Asia,
Singapore, 1994
J.H. Vautrain, Growth environmental issues cloud Asian
downstream picture, Purvin & Gertz Inc, Houston, 2001
J. Share, Enterprise Products Expands with Growth in
Natural Gas Liquids, Pipeline & Gas Journal, January 2001,
15-26
J. Pearce II, R.B. Robinson, Jr, Strategic Management
Formulation Implementation
Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih
IATMI 2001-40
Location Feed gas LPG mix Condensate start System
(MMSCFD) cap ton/d cap ton/d production partnership
East Limau plant 30 200 148 2001 BOO, processing fee
Tepus plant 10 75 0.8 2003 BOO, processing fee
Simpang Y plant 300 450 150 2003 Joint venture
PT. OBP plant 50 145 4 2003
Pagardewa plant 280 395 125 2006 Joint venture
TOTAL 1265 428
PROJECTION OF DOH PRABUMULIH NGL PLANTS
Tabel-1
SWOT ANALYSIS OF NGL'S DEVELOPMENT
STRENGTH WEAKNESS
INTERNAL - Berpengalaman menangani LPG plant - Jaringan pemasaran LPG global belum
dan ekspor ke beberapa negara kuat
- Potensi sumber NGL's cukup besar - Belum mempunyai pengalaman kuat unt
- Inrfrastruktur cukup memadai pemasaran Ethane dan produk turunannya
- Mempunyai hubungan tradisional yg baik - Financing untuk proyek pengembangan mid
EXTERNAL dengan negara - negara Asia, Far East stream bisnis belum kuat
- SDM untuk pemasaran global masih kurang
Prosedur dan birokrasi pelaksanaan proyek
OPPORTUNITY
- Demand Asia khususnya Far Eastern
lebih tinggi dari supply - Memasuki pasar LPG dan pasar ethane - Menawarkan sistem kemitraan joint venture,
- Pertumbuhan ekonomi Asia positif wa- secara lebih luas aliansi, BOT, BOO
laupun baru mengalami krisis ekonomi
- Berkembangnya industri petrokimia dan - Mengembangkan investasi NGL's plant - Mempergunakan jaringan distribusi NGL
kebutuhan naphta untuk motor gasoline untuk mencapai skala ekonomis mitra yang telah establish
- Era globalisasi dan perdagangan bebas
serta deregulasi LPG (Sri Langka) - Mengembangkan LPG plant di lapangan
- Pasar LPG domestik terus mengalami marginal yang mempunyai komposisi baik
pertumbuhan positif , mempergunakan used plant.
THREATS
- Pertumbuhan gas plant di Malaysia,
Thailand dan Vietnam - Memperkuat pasar LPG domestik dan - Meningkatkan SDM dan transfer manage -
- Kelebihan supply LPG di Midle East fokus ekspor ke negara Asia ment global dari mitra
Harga yang berflutuasi (volatile)
- Perkembangan distribusi gas dapat me - - Berbagi resiko dan jaminan kepastian - - Efisiensi distribusi dengan menggandeng
nghambat konsumsi LPG rumah tangga hukum perusahaan trading NGL
- Stabilitas & keamanan negara belum baik
- Harga NGL yang volatile - Klausul kontrak antara producer, processor
dan marketer saling menguntungkan dan
dapat mengantisipasi gejolak harga
Tabel-2
Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih
IATMI 2001-40
ECONOMIC VALUE OF PRABUMULIH NGL'S
$-
$20,000,000
$40,000,000
$60,000,000
$80,000,000
$100,000,000
$120,000,000
$140,000,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
YEAR
U
S
$

p
e
r

y
e
a
r
sales revenue gross margin Net margin
Gambar-2 Gambar-3
INDONESIAN LPG PRODUCTION & CONSUMPTION
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/00
YEAR
(
0
0
0
)

T
O
N
HOUSEHOLD
INDUSTRY
TRANSPORTATION
PRODUCTION
Million tonnes
Ref. J.H. Vautrain, Purvin & Gertz Inc, Houston, 2001
Million tonnes
Gambar-1
COMP FEED GAS LEAN GAS FEED GAS LEAN GAS
% MOLE % MOLE % MOLE % MOLE
N2 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
CO2 5.20% 5.37% 18.20% 0.00%
C1 82.89% 85.66% 56.27% 82.22%
C2 5.87% 6.07% 10.99% 16.01%
C3 3.94% 2.51% 10.34% 1.70%
iC4 0.71% 0.19% 1.60% 0.04%
nC4 0.84% 0.16% 1.77% 0.03%
iC5 0.29% 0.02% 0.46% 0.00%
nC5 0.20% 0.01% 0.31% 0.00%
C6+ 0.06% 0.00% 0.06% 0.00%
TOTAL 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
GHV (BTU) 1117 1050 1172 1052
FEED GAS AND LEAN GAS COMPOSITION
SIMPANG Y PLANT TEPUS PLANT
Tabel-3
Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto
Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih
IATMI 2001-40
Gambar-4
Gambar-6
Gambar-5
Gambar-7
GAS SUPPLY AND DEMAND
PERTAMINA DO HULU PRABUMULIH
(SupplyGaskeJawa250 MMSCFD @2006 selama12 tahun)
(CASE-2)
0
100
200
300
400
500
600
700
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
YEAR
R
A
T
E

G
A
S

[

M
M
S
C
F
D

@
1
0
0
0

B
T
U
]
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
NGLton/tahun
Total Gas Demand SouthSumatraGasDemand JOB/TAC/PSCGas Supply Total Gas Supply NGL
NET MARGIN PROJECTION
PERTAMINA DOH PRABUMULIH
$0
$50,000,000
$100,000,000
$150,000,000
$200,000,000
$250,000,000
$300,000,000
$350,000,000
$400,000,000
$450,000,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Oil Net Margin Gas Net Margin NGL Net Margin Total margin
High
Low High
Market complexity
Source : "Strategic management, formulation, implementation & control",
John Pearce II, Richard B.Robinson, Jr, The McGraw-Hill 1997
Joint venture
P
r
o
d
u
c
t

d
i
v
e
r
s
i
t
y
INTERNATIONAL STRATEGY OPTION
manufacturing
Export Licensing / contract
manufacturing
Joint Venture Foreign branch Foreign subsidiary
Licensing / contract Joint Venture Foreign branch

You might also like