IATMI 2001-40 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS NATURAL GAS LIQUID (NGLs) SEBAGAI NILAI TAMBAH GAS PERTAMINA DOH PRABUMULIH Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Pertamina DOH Prabumulih Jl. Jend Sudirman no 3 Prabumulih ,31122 Phone : 0711-592019, fax 0713-323107 Keywords : NGL, Joint venture, aliansi,net margin, gross margin. BOO/BOT ABSTRAK Bisnis gas bumi di DOH Prabumulih selama ini masih bertumpu kepada penjualan gas bumi untuk feed stock, bahan bakar dan akhir akhir ini meliputi pula LPG mix. Gas bumi tersebut masih mempunyai potensi nilai tambah untuk diproses lagi menjadi Natural Gas Liquid (NGL) dimana ethane, propane, butane, pentane, kondensat dapat dikembangkan lagi untuk mendapatkan nilai tambah. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana secara taktis memasuki pasar NGL dimana konsumennya adalah pasar ekspor dan harganya berfluktuasi (volatile) , perlunya investasi yang tinggi serta tingkat kompetisi yang ketat . Dalam paper ini akan dibahas studi kepustakaan pasar NGL internasional , potensi produksi NGL Sumatra Selatan , nilai tambah tekno ekonomi yang dihasilkannya serta analisa strategi bisnis SWOT dan international strategy option matrix untuk memasuki pasar international (Aliansi, Joint-Venture) dan kerjasama kemitraan yang dilakukan dalam pengembangan NGL Sumatra Selatan. Hasil diskusi menunjukkan total kapasitas produksi NGL Sumatra Selatan 618,000 ton per tahun dari lima lokasi plant yang direncanakan dan akan memberikan nilai tambah net margin 17.5 juta US$ pertahun serta gross margin 63 juta US$ per tahun. Puncak produksi dicapai antara tahun 2007 2009 dan selanjutnya akan terus menurun sesuai produksi gas lapangan. Analisa kepustakaan mengindikasikan pasar ekspor NGL ke Asia terutama Timur Jauh sangat potensial (35 juta ton per tahun) demikian pula pasar LPG domestik. Dari analisa bisnis pengembangan NGL plant dilapangan (small plant) dilaksanakan dengan mitra domestik dalam bentuk BOO/BOT, untuk plant besar yang terletak pada jalur pipa transmisi sebelum ke konsumen dikembangkan dengan mitra internasional dalam bentuk joint venture. 1. PENDAHULUAN Lingkungan usaha minyak dan gas bumi saat ini sedang mengalami perubahan baik secara nasional maupun internasional. Globalisasi, regionalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah merubah persaingan menjadi hypercompetition, pada lingkungan domestik rencana keluarnya RUU Migas baru, rencana KEPPRES tentang Transmisi dan Distribusi gas (Unbundling), UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah semuanya akan mempengaruhi strategi berbisnis. Perspektif pasar domestik akan berubah menjadi pasar global karena semuanya akan terbuka dan transparan. Dalam rangka menghadapi perubahan lingkungan diatas Pertamina DOH Prabumulih melakukan pengembangan bisnis Natural gas Liquid (NGL) selain untuk mendapatkan nilai tambah atas gas yang dihasilkan juga menjadi pilot project Joint-venture pengembangan NGL Pertamina Hulu dengan orientasi ekspor. Dalam paper ini antara lain akan mencakup pembahasan strategi yang dilaksanakan dalam mengembangkan bisnis NGL secara optimal melalui kerjasama kemitraan baik secara Build Operate Own/Transfer (BOO/T), joint venture dengan tujuan akan terus tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang turbulen ini. Secara teori beberapa alternatif yang ditempuh dalam menghadapi persaingan global adalah : memperluas pasar, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, perampingan bisnis, likuidasi dan joint venture. Usaha yang ditempuh dalam pengembangan NGL merupakan pengembangan produk gas menjadi gas dan NGL serta usaha memperluas pasar tidak hanya domestik tetapi juga pasar internasional melalui joint venture company dengan memanfaatkan jaringan distribusi mitra yang telah establish. Dalam paper ini pada dasarnya akan dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah mengapa Pertamina DOH Prabumulih memutuskan mengembangkan bisnis NGL, bagian ini akan diawali dengan potensi pasar NGL internasional maupun domestik, karena dalam berbisnis awalnya adalah ada pasarnya lebih dahulu kemudian besarnya potensi produksi NGL dan potensi keuntungan industri. Bagian kedua adalah analisa bisnis dimana menjadi dasar keputusan atas strategi yang ditempuh berikut proyeksi keekonomiannya yang merupakan sasaran strategi. 2. TINJAUAN LAPANGAN Pertamina DOH Prabumulih pada saat ini mempunyai cadangan gas proven 2.6 TCF, probable 0.6 TCF serta possible 0.2 TCF, produksi gas bumi sekitar 245 MMSCFD dari berbagai lapangan serta mentransmisikan dan menjual gas bumi baik dari operasi sendiri maupun dari mitra ke konsumen sebanyak 237 MMSCFD dengan nilai penjualan gas bumi rata-rata 185 juta US$ pertahun. Gas-gas yang diproduksikan maupun yang ditransmisikan saat ini masih mempunyai potensi untuk diekstrak lagi cairannya (NGL) sehingga dapat menjadi nilai tambah, sebagai contoh gas dari lapangan Tepus mempunyai kandungan C3 dan C4 sebesar 13% sedangkan gas sebelum masuk konsumen mempunyai kandungan C3 dan C3 sebesar 5%. Pada saat ini sedang dibangun proyek LPG plant Lembak oleh PT.OBP serta LPG Limau Timur oleh PT. Titis Sampurna dengan kapasitas LPG masing-masing 145 ton/hari dan 200 ton/hari sedangkan feed gas 50 MMSCFD dan 30 MMSCFD. Proyeksi kedepan gas yang akan disalurkan ke konsumen meningkat menjadi 650 MMSCFD dengan demikian potensi NGL akan semakin besar pula. Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih IATMI 2001-40 3. MENGAPA MENGEMBANGKAN NGL 3.1. Peluang Pasar Perekonomian dunia pada umumnya mengalami pertumbuhan positif demikian pula halnya dengan Asia, meskipun negara- negara Asia khususnya Asia tenggara mengalami kontraksi sampai dengan 10% pada tahun 1997 1998 karena krisis ekonomi tetapi prospek tahun 2000 keatas akan tumbuh positif 5 8% (Vautrain 2001). Perekonomian yang tumbuh positif akan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, konsumsi barang dan jasa masyarakat akan meningkat demikian pula dengan konsumsi energinya. NGL dapat dikembangkan untuk beberapa produk market diantaranya adalah sebagai Petrochemical feedstock, LPG, propane, buthane, motorgasoline additive dan lain lain. Dengan meningkatnya pasar beberapa produk diatas sesuai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka peluang bisnis NGLs akan mengalami pertumbuhan . Bisnis LPG Pendorong utama pasar NGLs adalah meningkatnya kebutuhan LPG dunia, kebutuhan LPG global pada tahun 1985 sebesar 188 juta ton akan tumbuh menjadi 240 juta ton di tahun 2005 serta 300 ton pada tahun 2020 (Otto et al. 1999) . Peta konsumsi LPG persektor saat ini didominasi oleh rumah tangga 50%, chemical 10% dan sisanya adalah sektor refinery, industrial, automobile. Proyeksi tahun 2020 sektor rumah tangga masih mendominasi dengan estimate 50% konsumsi LPG tetapi sektor chemical akan mengalami pertumbuhan tertinggi diantara semua sektor (Otto et al. 1999). Pasar LPG Asia sangat menarik dengan alasan transportasi tidak jauh, adanya hubungan yang dekat secara tradisional dan adanya gap antara permintaan LPG Asia dengan suplainya terutama wilayah Timur jauh (Gambar-1), Pasar LPG domestik terus meningkat yang didorong oleh konsumsi rumah tangga (Gambar-2) pada tahun 1999/2000 konsumsi LPG 0.95 juta ton dan produksinya 2.2 juta ton pa. Pasar domestik LPG per sektor saat ini 70% dikonsumsi oleh rumah tangga dan sisanya oleh industri sedangkan automobile sangat kecil konsumsinya. Pertumbuhan pasar LPG pertahun rata-rata 12%. Dari uraian diatas LPG mempunyai daya tarik pasar yang yang tinggi baik pasar domestik maupun ekspor, daya tarik ini akan memberikan peluang dan mendorong bisnis NGLs untuk berkembang lebih lanjut. Bisnis Ethane dan Kondensat Salah satu pemakaian NGLs adalah pemanfaatan ethane sebagai feedstocks industri petrokimia, sedangkah kondensat yang dihasilkan (C5 & C6) dipergunakan untuk motor gasoline additive. Vautrain (2001) dari Purvin & Gertz memproyeksikan dalam 10 tahun kedepan pertumbuhan demand naphta Asia rata-rata 6% lebih sedangkan gasoline 3.5% demikian pula halnya dengan proyeksi pertumbuhan industri olefin 6%. Prawira atmadja (1997) memproyeksikan Indonesia akan mengalami shortage naphta mulai tahun 2001 dan kawasan Asia Pacific diproyeksikan mengimpor naphta lebih dari 497 kbpd. Hal ini berarti juga pasar ethane maupun kondensat/gasoline mempunyai prospek yang cerah dimasa datang yang berarti turut mendorong tumbuhnya bisnis NGLs. 3.2. Peluang Keuntungan Bisnis dikembangkan apabila berpotensi memberikan profit dari pembahasan diatas diperoleh gambaran tentang peluang pasar. Sebelum meninjau lebih jauh ke potensi produksi dan keekonomiannya sebagai bencmarking akan dilihat bagaimana profitability bisnis NGL. Tinjauan nilai ekonomis ekstrasi NGL secara umum dilihat dari incremental extraction economicsnya (terutama bagi produsen gas) dengan cara mengevaluasi gross margin (NGL sales revenue cost of shrinkage), Tannehill (1993) melakukan assessment untuk bisnis NGL di USA menunjukkan gross margin berkisar 1.5 US$ per MMBTU. Dari sisi pemroses profitability processing plant ditinjau atas net plant margin (gross margin fuel operating cost) assessment Tennehill (1993) menghasilkan net pant margin NGL di USA berkisar 0.1 0.3 US$ per MMBTU. Dengan mengasumsikan pembagian 75% sales revenue untuk produsen gas dan 25% untuk pemroses maka capital recovery percentage (gross revenue payments to the producer operating cost) 3rd party sekitar 5 % (plant besar) dan untuk medium plant sekitar 10% (lean oli plant) serta 20% (cryogenic plant). Dari sini dapat dikatakan bahwa bisnis NGL mempunyai profitability opportunity dan berpeluang dikembangkan. Potensi NGL Pertamina DOH Prabumulih diestimate akan memberikan kontribusi net margin rata-rata 17.5 juta US$ per tahun sedangkan gross marginnya adalah 63 juta US$ per tahun (Gambar-3). 3.3. Potensi NGL Prabumulih Proyeksi produksi gas bumi SBU Prabumulih termasuk mitra kerja dan penyalurannya ke konsumen akan meningkat hingga mencapai 650 MMSCFD di tahun 2006 dari 250 MMSCFD saat ini (Gambar-4). Peningkatan yang signifikan di tahun 2006 karena adanya rencana penyaluran gas ke Jawa Barat sebesar 250 MMSCFD selain adanya beberapa konsumen baru. Perkembangan bisnis gas ini akan membuat bisnis NGLs tumbuh. Pada saat ini NGL plant pertama di SBU Prabumulih sedang dibangun di Limau Timur direncanakan onstream Nopember 2001, NGL plant di Tepus sedang dalam status proposal persetujuan ke Direksi direncanakan onstream 2003 dan NGL Pertamina Dynegy di Simpang Y sedang dalam tahap pembentukan Joint Venture direncanakan on stream 2003 akhir. Satu plant lagi direncanakan di Pagardewa yang akan mengekstraksi gas ke Jawa Barat. Total kapasitas produksi direncanakan mencapai 618,000 ton pertahun dengan perincian seperti tercantum pada Tabel-1. Kontribusi NGL Prabumulih relatif terhadap penerimaan kotor DOH secara keseluruhan dalam enam tahun kedepan rata-rata sebesar 4.9% dan pada tahun 2006 diestimate prosentase tersebut adalah 5.6% , jika dibadingkan dengan minyak pada tahun 2006 kontribusi revenue NGL akan menjadi 18.65% gross revenue minyak (Gambar-5). 4. ANALISA PELUANG BISNIS 4.1. Kasus LPG Mix Pembahasan dalam hal ini diasumsikan NGL dalam bentuk LPG (C3&C4) serta kondensat (C5 keatas). Dari gambaran Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih IATMI 2001-40 diatas DOH Prabumulih mempunyai mempunyai prospek 2 (dua) LPG plant untuk dikembangkan selain 2(dua) plant yang saat ini sedang dalam konstruksi. Kedua plant tersebut yaitu Tepus dan Simpang Y mempunyai karakteristik yang berbeda, Tepus plant direncanakan untuk optimalisasi gas di lapangan marginal sebelum gas dikirim ke jaringan transmisi ,mempunyai komposisi bagus (C & C4 lebih dari 13% mole) tetapi feed gas kecil serta umur relatif pendek sedangkan Simpang Y plant terletak pada jalur utama pipa transmisi gas mempunyai komposisi C3 dan C4 tidak begitu gemuk (C3 dan C4 5% mole) tetapi feed gas berjumlah besar (300 MMSCD) serta pasokan terjamin untuk waktu lebih dari 15 tahun. LPG plant Tepus direncanakan dikembangkan bekerjasama dengan mitra domestik untuk sementara yang dituju pasar domestik (pemasaran bekerja sama dengan UPPDN) dan kerjasama dalam bentuk BOO (build operate own) arrangement, hal ini direnakan lapangannya marginal produksi kecil dan umur tidak lama, investasi yang diperlukan tidak besar serta mitra domestik dipandang yang mempuyai kemamuan yang diperlukan. Penggunaan used plant diupayakan sebagai alternatif agar menarik bagi investor. Simpang Y plant direncanakan bermitra dengan perusahaan internasional untuk pasar ekspor karena jumlahnya produksinya cukup besar, pengembangan dilakukan untuk untuk mencapai sekala ekonomis terintegrasi dengan NGL plant di SBU lain dalam wilayah Direktorat Upstream dalam bentuk joint venture company, 4.2. Analisa SWOT Untuk mengevaluasi strategi pengembangan NGL identifikasi faktor lingkungan external dan internal yang mempengaruhi penting dilakukan, faktor eksternal diidentifikasi dari arahan forces driving industry competitionnya Porter (1985) yaitu potential new entrants , threats of substitute ,bargaining power supplier and buyers, Potential new entrants dalam hal ini adalah net eksporter LPG Asia Tenggara yaitu Malaysia, Thailand dan Vietnam. Rio (2000) menyebutkan surplus LPG Asia Tenggara sebesar 2.7 juta ton pertahun dan Asia tenggara mengekspor LPG nya terutama ke Far East. Pertumbuhan LPG Asia Tenggara diproyeksikan naik sebesar 50% dalam lima tahun kedepan dengan konstribusi utama dari Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Ancaman perkembangan LPG adalah pertumbuhan distribusi gas yang akan mensubtitusi kebutuhan LPG rumah tangga. Tannehill (1993) menyebutkan bahwa pertumbuhan distribusi gas di USA telah menekan perkembangan konsumsi LPG rumah tangga, pengalaman USA bukan tidak mungkin terjadi di Asia dan patut diantisipasi lebih dini. Bargaining power of supplier untuk kondisi Indonesia tidak besar pengaruhnya karena supplier gas dalam kasus ini adalah Pertamina dan mitra usahanya. Sedangkan bargaining power of buyer untuk pasar domestik tidak begitu masalah, untuk ekspor oriented harga gas dan minyak yang berfluktuasi mempengaruhi harga NGL. Untuk mengatasi hal ini maka klausul kontrak dibuat agar dapat melindungi Pertamina dan pembentukan joint venture akan membagi resiko secara bersama. Pertamina telah mempunyai jaringan distribusi dan pemasaran NGL yang bagus untuk pasar domestik melihat potensi pertumbuhan produksi NGL yang tinggi maka penetrasi pasar ekspor perlu diintensifkan. Analisa eksternal dan internal dalam rangka internationalisasi seperti dalam Tabel-2 dan strategy yang dihasilkannnya diantaranya : Kemitraan dengan perusahaan NGLs skala global, selain akan membantu dalam financing juga dalam jaringan distribusi pasar global dan peningkatan SDM. Pemanfaatan distribusi akan lebih mengefisienkan rantai pemasaran (Gambar-7) dan ini akan membantu penetrasi ekspor produk NGLs. Untuk LPG plant di lapangan marginal seperti Tepus dikembangkan bersama mitra domestik, pasar sementara ini direncanakan untuk domestik tetapi tidak tertutup peluang untuk dijual ekspor melalui perusahaan NGL trading. Mengijinkan pemakaian used plant untuk lapangan marginal, hal ini biasa dilakukan di USA untuk mengurangi capital cost. Tannehill et al (1993) mengatakan used plant dapat mengurangi capital cost 25 40%, menghemat processing margin 8 cents US$ per MMBTU, kapasitas yang banyak memakai used plant adalah 15 30 MMSCFD feed gas. LPG plant Tepus diusulkan memakai used plant. 4.3. International Strategy Matrix Model kemitraan seperti apa yang tepat untuk memasuki pasar NGLs global merupakan hal yang kritis, kemitraan dapat berupa aliansi, joint venture, BOO, BOT dll. International stretgy option matrix seperti Gambar-6 dapat membantu menganalisa masalah tersebut. Tinjauan market complexity pasar NGLs sangat terbuka karena demand lebih tinggi dari supply dan terus tumbuh tetapi hal ini juga bukan berarti mudah karena harganya yang berfluktuas. Penulis menggolongkan market complexity sebagai moderat,product diversity NGLs tidak banyak beragam dalam kasus ini hanya Ethane, LPG atau bisa juga Propane, Butane dan gasoline oleh karena itu penulis juga memasukkan sebagai kategori moderat maka dari Gambar-6 bentuk strategy international dengan joint venture yang cocok. Selain alasan diatas mengingat kondisi Indonesia yang belum stabil maka sebagai jaminan bagi mitra berbagi resiko dengan joint venture dapat memberikan rasa lebih aman selain itu bagi Pertamina untuk membina SDM agar mempunyai kompetensi global joint venture dapat mempercepat learning process dalam lingkungan management yang baik. Kesulitan dalam melakukan joint venture adalah menyamakan visi pada perusahaan patungan tersebut, karena managementnya berbagi maka kepentingan yang berbeda dapat menghambat pertumbuhan perusahaan patungan. Setelah melalui beberapa proses Dynegy dipilih sebagai mitra Pertamina dalam pengembangan bisnis midstream, visi Dynegy dalam mengembangkan diri pada midstream bisnis dengan kerjasama international sesuai dengan keinginan Pertamina untuk mengembangkan midstream bisnisnya selain aspek aspek ekonomis tentunya. 4.4. Tekno Ekonomis Untuk memberikan gambaran bagaimana potensi NGLs tersebut diperoleh dilakukan melalui simulasi proses gas dan hasil LPG, kondensat serta Lean gas yang diproleh dipergunakan untuk memperhitungkan keekonomian proyeknya. Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih IATMI 2001-40 Prabumulih NGL Plants Gas yang ditransmisikan saat ini masih mempunyai potensi untuk diekstrak lagi LPGnya di Simpang Y, lokasi dimana segmen pipa gas mempunyai volume maksimum (sebelum di split ke konsumen) feed gas mempunyai komposisi seperti tercantum dalam Tabel-3 beroperasi pada tekanan 550 psig da temperatur 90 F, kandungan C3 dan C4 nya sebesar 5%. Simpang Y karena mempunyai feed gas besar disimulasikan dengan memilih teknologi cryogenic turbo expander. Untuk feed gas 300 MMSCFD tekanan operasi 550 psig dan temperatur 90 F menghasilkan produk LPG 450 ton per hari, kondensat 150 ton per hari, nilai kalor awal feed gas 1117 btu dan nilai kalor akhir lean gas 1050 btu. Spesifikasi lean gas termasuk kandungan komposisi masih sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan demikian meski diekstrak di Simpang Y kebutuhan konsumen masih dapat dijamin. Untuk membangun LPG plant Simpang Y beserta infrastrukturnya diestimate memerlukan biaya investasi US$ 55 juta, keekonomian proyek menghasilkan IRR = 16%, POT = 5 tahun dan PI = 1.24 dan NPV = US$ 30 juta dengan life time 15 tahun. Produk dikirim ke dermaga pengapalan di Plaju melalui pipeline. Lapangan Tepus mempunyai kandungan komposisi C3 dan C4 sebesar 13% mole terletak dekat jalan raya dengan infrastruktur cukup memadai , kendala yang dihadapi adalah umur produksi relatif pendek tidak lebih 10 tahun. Tidak seperti lokasi Simpang Y yang merupakan titik pada jalur pipa transmisi gas sebelum ke konsumen sehingga pasok gas lebih terjamin, Tepus merupakan lapangan yang memproduksikan gas sehingga pasok gas untuk LPG plant tergantung tingkat produksi dan akurasi perkiraan produksi. Karena jumlah feed gas kecil diasumsikan teknologi yang dipakai adalah direct refrigerant. Hasil simulasi menghasilkan 75 ton/hari LPG dan kondensat 0.8 ton per hari dari feed gas 10 MMSCFD tekanan operasi 575 psig, nilai kalor turun dari 1172 btu (feed gas) menjadi 1052 btu (lean gas) . Investasi yang diperlukan untuk membangun plant US$ 3.5 juta denagn tingkat return IRR = 18.58%, NPV = US$ 3.5 juta, POT = 5.4 tahun serta PI = 1.4, life time proyek selama 10 tahun. Potensi NGLs sebesar rata-rata 450,000 ton pertahun (Gambar-4) dapat memberikan nilai tambah yang dihitung atas net marginnya (gross margin operating cost fuel) sebesar rata-rata 17.5 juta US$ pertahun (Gambar-3). Dengan demikian maka pengembangan bisnis NGLs dapat memberikan nilai tambah bagi Pertamina DOH Prabumulih. Kebutuhan investasi untuk mengembangkan NGL plant Sumatera Selatan sekitar 147 juta US$ (Table-1) dari jumlah tersebut 35 juta US$ sedang dalam konstruksi sisanya 112 juta US$ dalam usulan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pertamina DOH Prabumulih mempunyai potensi NGLs dimana selama ini belum dikelola secara optimal. 2. Pasar NGLs Asia sangat prospek, demand LPG jauh diatas supply terutama di Far East, pertumbuhan industri petrokimia, pertumbuhan demand naphta untuk additive gasoline yang semuanya dapat diperoleh dari NGLs merupakan pendorong untuk memasuki pasar ekspor. 3. Pertamina DOH Prabumulih mempunyai prospek pengembangan LPG plant di Tepus dan NGL plant Simpang Y. LPG plant di Tepus direncanakan dikembangkan dengan mitra domestik untuk pasar domestik sedangkan NGLs extraction plant di Simpang Y dikembangkan melalui kerjasama mitra global, extraction NGL di Prabumulih diproyeksikan memberikan kontribusi net margin 17.5 juta US$ per tahun. Lima tahun kedepan kontribusi NGL merupakan 4.88% penerimaan kotor dan ini adalah 18.75% penerimaan kotor minyak bumi. Untuk terlaksananya pemanfaatan potensi NGL disarankan : 1. Perlu disiapkan aturan untuk pembangunan LPG plant dengan used plant sehingga auditable. 2. Mengingat lapangan marginal (Tepus) saat ini gasnya terus diproduksikan, umur tidak lama dan sebagian di flare maka pembangunan plant Tepus perlu dilaksanakan sesuai jadwal bahkan lebih awal bila mungkin (short lifecycle). 3. Mengingat peak produksi NGLs Prabumulih antara tahun 2004 2009 setelah itu akan menurun karena berkurangnya produksi gas lapangan maka pembangunan plant harus sesuai jadwal agar tidak kehilangan momentum. DAFTAR PUSTAKA C.C. Tannehill, et al, 1992, Can You Afford to Extract Your Natural Gas Liquids, Purvin & Gertz Inc, Dallas Texas, 1992 C.C Tannehill, L. Echterhoff, K. Trimble, Assessing The Value of NGLs in Natural Gas, Gas Research Institute, 1992 G. J. Rio, The world of LPG at the Turn of the Millennium, Purvin & Gertz Inc, Houston, 2000 G. Gale, Can Middle East Petrochemicals Project Thrive in Over supplied Markets, Poten & Partners Inc, 1998 H. Bijlani, Dr, Globalization an overview, Heinemann Asia, Singapore, 1994 J.H. Vautrain, Growth environmental issues cloud Asian downstream picture, Purvin & Gertz Inc, Houston, 2001 J. Share, Enterprise Products Expands with Growth in Natural Gas Liquids, Pipeline & Gas Journal, January 2001, 15-26 J. Pearce II, R.B. Robinson, Jr, Strategic Management Formulation Implementation Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih IATMI 2001-40 Location Feed gas LPG mix Condensate start System (MMSCFD) cap ton/d cap ton/d production partnership East Limau plant 30 200 148 2001 BOO, processing fee Tepus plant 10 75 0.8 2003 BOO, processing fee Simpang Y plant 300 450 150 2003 Joint venture PT. OBP plant 50 145 4 2003 Pagardewa plant 280 395 125 2006 Joint venture TOTAL 1265 428 PROJECTION OF DOH PRABUMULIH NGL PLANTS Tabel-1 SWOT ANALYSIS OF NGL'S DEVELOPMENT STRENGTH WEAKNESS INTERNAL - Berpengalaman menangani LPG plant - Jaringan pemasaran LPG global belum dan ekspor ke beberapa negara kuat - Potensi sumber NGL's cukup besar - Belum mempunyai pengalaman kuat unt - Inrfrastruktur cukup memadai pemasaran Ethane dan produk turunannya - Mempunyai hubungan tradisional yg baik - Financing untuk proyek pengembangan mid EXTERNAL dengan negara - negara Asia, Far East stream bisnis belum kuat - SDM untuk pemasaran global masih kurang Prosedur dan birokrasi pelaksanaan proyek OPPORTUNITY - Demand Asia khususnya Far Eastern lebih tinggi dari supply - Memasuki pasar LPG dan pasar ethane - Menawarkan sistem kemitraan joint venture, - Pertumbuhan ekonomi Asia positif wa- secara lebih luas aliansi, BOT, BOO laupun baru mengalami krisis ekonomi - Berkembangnya industri petrokimia dan - Mengembangkan investasi NGL's plant - Mempergunakan jaringan distribusi NGL kebutuhan naphta untuk motor gasoline untuk mencapai skala ekonomis mitra yang telah establish - Era globalisasi dan perdagangan bebas serta deregulasi LPG (Sri Langka) - Mengembangkan LPG plant di lapangan - Pasar LPG domestik terus mengalami marginal yang mempunyai komposisi baik pertumbuhan positif , mempergunakan used plant. THREATS - Pertumbuhan gas plant di Malaysia, Thailand dan Vietnam - Memperkuat pasar LPG domestik dan - Meningkatkan SDM dan transfer manage - - Kelebihan supply LPG di Midle East fokus ekspor ke negara Asia ment global dari mitra Harga yang berflutuasi (volatile) - Perkembangan distribusi gas dapat me - - Berbagi resiko dan jaminan kepastian - - Efisiensi distribusi dengan menggandeng nghambat konsumsi LPG rumah tangga hukum perusahaan trading NGL - Stabilitas & keamanan negara belum baik - Harga NGL yang volatile - Klausul kontrak antara producer, processor dan marketer saling menguntungkan dan dapat mengantisipasi gejolak harga Tabel-2 Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih IATMI 2001-40 ECONOMIC VALUE OF PRABUMULIH NGL'S $- $20,000,000 $40,000,000 $60,000,000 $80,000,000 $100,000,000 $120,000,000 $140,000,000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 YEAR U S $
p e r
y e a r sales revenue gross margin Net margin Gambar-2 Gambar-3 INDONESIAN LPG PRODUCTION & CONSUMPTION - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/00 YEAR ( 0 0 0 )
T O N HOUSEHOLD INDUSTRY TRANSPORTATION PRODUCTION Million tonnes Ref. J.H. Vautrain, Purvin & Gertz Inc, Houston, 2001 Million tonnes Gambar-1 COMP FEED GAS LEAN GAS FEED GAS LEAN GAS % MOLE % MOLE % MOLE % MOLE N2 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% CO2 5.20% 5.37% 18.20% 0.00% C1 82.89% 85.66% 56.27% 82.22% C2 5.87% 6.07% 10.99% 16.01% C3 3.94% 2.51% 10.34% 1.70% iC4 0.71% 0.19% 1.60% 0.04% nC4 0.84% 0.16% 1.77% 0.03% iC5 0.29% 0.02% 0.46% 0.00% nC5 0.20% 0.01% 0.31% 0.00% C6+ 0.06% 0.00% 0.06% 0.00% TOTAL 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% GHV (BTU) 1117 1050 1172 1052 FEED GAS AND LEAN GAS COMPOSITION SIMPANG Y PLANT TEPUS PLANT Tabel-3 Strategi Pengembangan Bisnis Natural Gas Liquid (NGLs) sebagai Arie Wisianto, Sukanto Riyadi, Didi Himarwanto Nilai Tambah Gas PERTAMINA DOH Prabumulih IATMI 2001-40 Gambar-4 Gambar-6 Gambar-5 Gambar-7 GAS SUPPLY AND DEMAND PERTAMINA DO HULU PRABUMULIH (SupplyGaskeJawa250 MMSCFD @2006 selama12 tahun) (CASE-2) 0 100 200 300 400 500 600 700 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 YEAR R A T E
G A S
[
M M S C F D
@ 1 0 0 0
B T U ] 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 NGLton/tahun Total Gas Demand SouthSumatraGasDemand JOB/TAC/PSCGas Supply Total Gas Supply NGL NET MARGIN PROJECTION PERTAMINA DOH PRABUMULIH $0 $50,000,000 $100,000,000 $150,000,000 $200,000,000 $250,000,000 $300,000,000 $350,000,000 $400,000,000 $450,000,000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Oil Net Margin Gas Net Margin NGL Net Margin Total margin High Low High Market complexity Source : "Strategic management, formulation, implementation & control", John Pearce II, Richard B.Robinson, Jr, The McGraw-Hill 1997 Joint venture P r o d u c t
d i v e r s i t y INTERNATIONAL STRATEGY OPTION manufacturing Export Licensing / contract manufacturing Joint Venture Foreign branch Foreign subsidiary Licensing / contract Joint Venture Foreign branch