You are on page 1of 22

ASKEB KELAINAN LETAK LETAK LINTANG DAN LETAK SUNGSANG

BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian
bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam
bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan
persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena
penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan
ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan
prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor faktor yang mempengaruhi
kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan
ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin.
1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan letak lintang dan letak sungsang?
2. Faktor- faktor yang menyebabkan letak lintang dan sungsang?
3. Bagaimana penatalaksanaan dari letak lintang dan sungsang?
4. Bagaimana bidan dalam menangani persalinan letak lintang dan sungsang?
5. Bagaimana mekanisme persalinan letak lintang dan sungsang?
1. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan letak lintang dan letak sungsang.
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan mletak lintang dan sungsang.
3. Mengetahui tentang penatalaksanaan letak lintang dan sungsang
4. Memahami bagaimana bidan dalam menangani persalinan letak lintang dan sungsang
5. Mampu menjelaskan mekanisme persalinan letak lintang dan sungsang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LETAK LINTANG
1. PENGERTIAN
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang
janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi
oblique).
Letak lintang adalah kedudukan janin intra interin dengan sumbu yang membuat
sudut dengan sumbu yang membujur uterus. (gawat darurat obgyn, Egc 210)
2. ETIOLOGI
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering
pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor faktor tersebut adalah :
1. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta
previa, dan tumor tumor pelvis.
2. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
3. Gemelli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
5. Lumbar skoliosis
6. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek.
C. DIAGNOSIS
1. Inspeksi
Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul
Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3. Auskultasi
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk
menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di
kiri, ketiak menutup ke kiri.
Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun
pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
4. MEKANISME PERSALINAN
Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang.
Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi lembek atau bila
panggul luas.
Beberapa cara janin lahir spontan
a. Evolutio spontanea
(1) Menurut DENMAN
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya
kepala.
(2). Menurut DOUGLAS
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.
b. Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama sama lahir memasuki panggul. Kadang kadang oleh
karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak
membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka
bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul
terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini
disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan
dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang
dalam tetap sulit merubah letak janin.
Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.
Pada letak lintang biasanya :
- ketuban cepat pecah
- pembukaan lambat jalannya
- partus jadi lebih lama
- tangan menumbung (20-50%)
- tali pusat menumbung (10%)

Keterangan :
VL : Versi Luar
VE : Versi Ekstraksi
4. PROGNOSIS
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan kelainan
yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta
previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi.
Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
1. Prolasus funiculi
2. Trauma partus
3. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4. Ketuban pecah dini
4. PENATALAKSANAAN
1. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada,
jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari
32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
2. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm,
dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup
dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan
embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi
ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup
dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi.
2.2 LETAK SUNGSANG
2.2.1 Defenisi
Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999).
2.2.2 Klasifikasi
2.2.2.1 Letak bokong murni (Fank Breech)
Letak bokong dengan kedua tunkai terangkat keatas
2.2.2.2 Letak sungsang sempurna (Campliete Breech)
Letak bokong dimana kaki ada disamping bokong (Letak bokong sempurna atau lipat kijang).
2.2.2.3 Letak sungsang sempurna (Incomplite Breech)
Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
- Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%)
Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
- Kedua lutut : letak lutut sempurna (1%)
Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)
2.2.3 Diagnosa
2.2.3.1 Anamnesa
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
2.2.3.2 Pemeriksaan luar
Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus
uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
2.2.3.3 Pemeriksaan dalam
Setelah ketuban pecah teraba cakrum, kedua tuberalitas iskit, dan anus, bila teraba bagian kecil
bedakan apakah kaki atau tangan
(FKUI, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi 3, 1999)
2.2.3.4 Pemeriksaan foto rongen
Bayangan kepala difundus
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)
2.2.4 Etologi / Penyebab Letak Sungsang
2.2.4.1 Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Setum pada rahim
- Uterus Dupletis
- Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
- Plasenta retak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Difermitas tulang panggul
- Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala
2.2.4.2 Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau Anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramneon atau Oligohidramneon
- Prematuritas
(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
2.2.5 Mekanisme Persalinan Letak sungsang Fisiologis
Bokong masuk PAP dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan
putar paksi dalam sehingga trachcanter depan berada dibawah simpesis dengan trachcenter depan
sebagai hipamoklion, akan lahir trachcenter belakang, dan selanjunya seluruh bokong lahir,
sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi
dalam sehingga bahu depan berada dibawah simpisis, dengan bahu depan sebagai hipomoklion
akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang, diikuti kelahiran bahu depan dan
tangan depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau
miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga sub occiput berada dibawah simpisis, sub
occiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidnug, muka kepala dan
seluruhnya.
Persalinan kepala yang mempunyai terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir
melampoui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada bayi.
(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
1998)
2.2.6 Prognosis
2.2.6.1 Bagi ibu
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu
ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2.2.6.2 Bagi anak
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir
dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito
aspiksio
(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
1998)
2.2.7 Penanganan / Terapi
Sikap sewaktu hamil
Kerena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak
janin dengan versi luar.
Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengan
kehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit,
gemili atau plasenta previa.
Teknik :
- Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg
- Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
- Putar ke arah muka atau perut janin
- Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
- Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan
2.2.8 Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak Sungsang
Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :
- Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan petunjuk
kepastian dalam lahir
- Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan
yang optimal
- Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter
- Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk
Informetconsen
(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau
klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
- Bertahap dan sistematis
- Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
2.4 Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997
1. Pengertian
Prosese pemecahan masalah
Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah.
Penemuan penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis.
Yang berfokus pada klien.
2. Langkah langkah
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara keseluruhan.
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
serta rujukan berdasakan kondisi klien.
V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang
dibuat pada langkah- langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efesien dan aman.
VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-
aspek asuhan yang tidak efektif.
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data
subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikologi spiritual, pengetahuan klien.
Data objektif adalahyang menggambarkan pendokunentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium da test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri
dari pemeriksaan fisik yang sesui dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, cacatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi ang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah VI : pelasanaan langsung asuhan dengan efesien dan aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan
sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakh benar-benar akan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Recana tersebut dianggap
efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya
BAB III
TINJAUAN KASUS

1.3.1 PENGKAJIAN DATA

A. IDENTITAS/ BIODATA

Nama : Ny. W Nama suami : Tn. J
Umur : 25 th Umur : 28 th
Agama : Islam Agama : Islam
Bangsa/ suku : Indonesia/ Jawa Bangsa/ suku :Indonesia/ Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah: Trenggilis mejoyo No. Telp

B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF )
Pada tanggal : 10 februari 2007 Pukul : 09.10 WIB
1. Alasan kunjungan ini : P Pertama Rutin Ada keluhan
2. Keluhan- keluhan : Ibu mengatakan ini kehamilan pertama
3. Riwayat Menstruasi :
o Haid Pertama : Umur 14 tahun
o Siklus/ Lamanya : 30 hari/ 8 hari
o Banyaknya : 2 kotex penuh
o Sifat darah : cair, merah
o Dismenorhoe : ada, saat hari pertama haid
o Flour albus : tidak ada

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
No
Tgl.
Lah
ir
Usia
kehamil
an
Jenis
persalin
an
Tempat
persalin
an
Komplik
asi
Penolo
ng
Ba
yi
Nif
as


Umur

Ibu Ba
yi

PB/B
B
jenis
keada
an
keada
an
Lakta
si/ KB


HAMIL
INI

5. Riwayat Kehamilan ini :
Hari I haid terakhir : 05 Mei 2006
Taksiran persalinan : 12 Februari 2007
Keluhan- keluhan pada trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah setiap hari dan
tidak bisa makan.
Pergerakan anak pertama kali : Ibu sudah merasakan gerakan anak anak lebih dari 20 kali
dalam 24 jam.
Keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan ) :
Rasa lelah : Ibu mengatakan sering merasa lelah pada kaki dan punggung jika berdiri atau duduk
terlalu lama. Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian
bawah.
Diet/ makan
Ibu mengatakan baik sebelum atau saat hamil pola makan dan minum tetap sama, yaitu makan
3x sehari dengan nasi, lauk ( ikan laut, tempe, tahu, telur ), sayur ( bayam, kangkung, kacang-
kacangan, wortel ), buah ( pepaya, jeruk ), selama hamil setiap pagi ibu minum susu prenagen 1
gelas 1 hari. Minum air putih 5-6 gelas sehari, tidak pernah ngidam.
Pola eliminasi
Ibu mengatakan sebelum hamil BAK 2x -3x sehari,lancar, tidak nyeri, warnanya kuning, BAB
1x sehari, teratur, konsistensi lunak, warna kuning saat hamil BAK 5x 6x sehari, lancar, tidak
nyeri, warnanya kuning BAB 1x sehari, teratur, konsistensi lunak, warna kuning.
Aktivitas sehari- hari
Pola istirahat dan tidur : Ibu mengatakan baik sebelum atau saat hamil pola istirahat sama
yaitu tidur malam 8 jam ( 21.00 05.00 ), tidur siang 1 jam ( 14.00 15.00).
Seksualitas : Ibu mengatakan sebelum hamil melakukan hubungan seksual 2x seminggu
sedangkan saat hamil ibu jarang sekali melakukan hubungan seksual karena takut mengganggu
kehamilan.
Pekerjaan : Ibu mengatakan baik sebelum atau saat hamil ibu bekerja sebagai karyawati di
sebuah perusahaan swasta mulai jam 08.00 14.00, selain itu juga ibu melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti menyapu, memasak mencuci dll, tanpa ada gangguan dengan
kehamilannya.
Imunisasi TT : CPW
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Ibu mengatakan belum pernah menggunakan
kontrasepsi apapun.
6. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Jantung : tidak pernah
Ginjal : tidak pernah
Asma/ TBC paru : tidak pernah
Hepatitis : tidak pernah
D. M : tidak pernah
Hipertensi : tidak pernah
Epilepsi : tidak pernah
7. Riwayat penyakit keluarga :
Jantung : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
D. M : tidak ada
Asmah/TBC : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
Ginjal : tidak ada
Gemelly : tidak ada
8. Riwayat sosial :
a
Perkawinan : Menikah 1 kali, usia perkawinan 2 tahun.
Kehamilan ini : -- Direncanakan Tidak direncanakan
Diterima
Tidak diterima
Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan senang dan menerima kehamilan ini
begitu juga dengan suami dan keluarga yang lain.
Status perkawinan : Kawin Kawin : 1 (satu) kali
Kawin I : Umur : 21 tahun, dengan Suami umur : 23 tahun
Lamanya : 2 tahun anak : Belum ada

1. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1. Status Emosional : Cukup baik, ibu sangat menerima kehamilan ini.
2. Tanda vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg Lila : 23,5 cm
Denyut nadi : 96 X/ menit TB : 155 cm
Pernafasan : 20 X/ menit BB : sebelum hamil 50 kg
Suhu : 36,3 C
BB : 52 kg
3. Muka : Oedema : Ada Tidak
Conjungtiva : Pucat
Sklera Mata : Putih, tidak ikterus.
4. Dada : Simetris
Mammae : Ada Tidak ada
Benjolan : Ada Tidak ada
Striae : striae livida
Areola : mengalami hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol ( keluar ), belum keluar kolostrum
5. Pinggang (periksa ketuk : Costro-veterba-Angle tendemess)
Nyeri Ada Tidak

6. Extremitas Ada Tidak
Oedema tangan dan jari Ada Tidak
Oedema tibia dan jari
Betis merah/lembek/keras Ada Tidak
Varices tungkai Ada Tidak
Reflek patella Ka PositifNegatif
Ki Positif Negatif
7. Abdomen
7.1 Bekas luka : Ada Tidak
Pembesaran perut : sesuai dengan usia kehamilan ( 36 mingg )
Bentuk perut : Sesuai dengan usia kehamilan
Oedema Ada Tidak
Acites Ada Tidak
1. Pemeriksaan Kebidanan
Palpasi Uterus
Tinggi fundus uteri : 33 cm
Letak : sungsang
Presentasi : bokong penuh
Punggung : kanan
TBBJ : 3100 kg
Posisi janin : membujur
Kontraksi : Ada
Frekuensi : 3x dalam 10 menit
Kekuatan : 35 detik
Palpasi supra pubik kandung kemih : kandung kemih kosong
Auskultasi : -
DJJ : sudah terdengar tempat : puka
Frekunsi : 130x/menit
8. Genetalia
Inspeksi
Vulva dan vagina : Varices : Ada Tidak
Luka : Ada Tidak

Kemerahan : Ada Tidak
Nyeri : Ya Tidak
Perineum : Bekas luka/luka parut : Ada Tidak
sLain-lain : Ada Tidak

2. UJI DIAGNOSTIK
Darah
o Golongan Darah : O
o Hb : 11,5 gram %
o Hbs Ag : Tidak dilakukan
Urine
- Albumin : Tidak dilakukan
- Reduksi : Tidak dilakukan
2. INTERPRETASI DATA
DIAGNOSA :
1. Ibu hamil GIP00000 UK 36 minggu dengan letak sungsang .
Dasar :
DS :- Ibu mengatakan Sedang hamil anak pertama
-Ibu sering merasakan nyeri perut bagian bawah Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
.
DO : Hasil pemeriksaan :
- BB : 52 kg
- TFU : 33 cm.
- Ball : (-).
- DJJ : 130x/menit.
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Denyut nadi : 96 X/ menit
- Pernafasan : 20 X/ menit
- Suhu : 36,3
- Lila : 23,5 cm
- TB : 155 cm
- BB : Sebelum hamil 50 kg
- UK : 36 minggu
MASALAH :
Nyeri perut
Ds : Ibu mengatakan sering merasakan kenceng-kenceng di perut bagian bawah
Do : TFU : 33 cm VT : 5 cm , hodge 1 , ket (+)
BB : 52 kg TB : 155 cm
Lila : 23,5 cm TD : 100/60 mmHg
N : 96 x/menit RR : 20 x/menit
S : 36,3 C
KEBUTUHAN :
o Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri
o Memberi ibu makan sedikit-sedikit dan minum agar banyak tenaga
o Istirahat yang cukup
o Memberikan HE tentang
1. Meneran yang benar seperti mau berak,dagu menempel pada dada,bokong tidak boleh
diangkat.
2. Memberi dukungan dan motifasi,menganjurkan agar ibu berdoa

2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL :
Tidak ada.

1.3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI :
Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan persalinan per vaginam.

5. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Lakukan pendekatan kepada ibu dengan komunikasi therapeutik.
Rasional : Melakukan pendekatan dengan komunikasi therapeutik akan menumbuhkan rasa
percaya pasien kepada petugas dan pasien dapat lebih kooperatif
sehingga mudah dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan.

2. Melakukan pertolongan persalinan per vaginam dengan ekstraksi bokong parsial
(teknik klasik,mueller,loevset)
Rasional : Mengurangi komplikasi pada ibu dan bayi.

3. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada ibu diharapkan ibu mengetahui kondisinya dan
janin saat ini serta dapat mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan
yang mungkin terjadi dari kondisi saat ini.

4. Berikan penjelasan pada ibu tentang penyebab nyeri perut
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada ibu dapat meningkatkan pengetahuan ibu
sehingga lebih mengerti dan siap menghadapi persalinan.

5. Anjurkan ibu untuk makan dan minum diantara his
Rasional : Dengan menganjurkan ibu untuk makan dan minum dapat membantu ibu memperoleh
tenaga yang cukup
6.Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi.
Rasional : Dengan melakukan kolaborasi dengan dokter ibu diharapkan cepat
sembuh.


5. PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN
Tanggal 10 februari 2007 jam 09.10 WIB
1. Melakukan pendekatan melalui komunikasi therapeutik baik secara verbal maupun non verbal (
sentuhan, kontak mata, dll ), memperkenalkan diri pada ibu, berbicara sopan dan tidak
menyinggung pasien, mendengar segala keluhan ibu.
2. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa kenceng-kenceng adalah hal yang normal yang biasa
terjadi saat persalinan.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan persalinan pervaginam.
4. Melakukan pertolongan persalinan pervaginam dengan ekstraksi bokong parsial (teknik
klasik,mueller,loevset).
5. Mempersiapkan alat-alat untuk persalinan.
6. Persiapan alat resusitasi.

1.3.7 EVALUASI
Tanggal 10 februari 2007 jam 11.20 WIB
S : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan kenceng-kenceng semakin sering.
O : Pemeriksaan
BB / TB : 52 kg / 155 cm.
RR : 20 kali/menit.
Tensi / nadi : 100/60 mmHg / 96 kali/menit.
TFU : 33 cm.
UK : 36 minggu.
TPL : 12 Februari 2007.
A : GIP00000 UK : 36 minggu dengan letak sungsang.
P : - Anjurkan ibu untuk tetap makan sedikit tetapi sering.
- Kolaborasi dengan dokter obgyn.
- Anjurkan ibu miring ke kiri.
- Observasi keadaan ibu dan janin.

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian
bawah kavum uteri (rongga rahim)
Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri
dan bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999).
1. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan bias menjadi acuan
atau pedoman dalam membuat ASKEB dengan kelainan letak sungsang atau lintang
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan penulis
juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah
selanjutnya.









DAFTAR PUSTAKA

1. Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk
Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Jakarta
2. Mansjoer, A dkk. 2001. Kelaianan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran
3
th
eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta
3. Bowes, W. 2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com
4. Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2
nd
eds,
cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta.
5. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi 2
nd
eds. EGC. Jakarta.
6. Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar dasar Obsteri &
Ginekologi. Hipokrates. Jakarta
7. Manuaba, Ida Bagus, Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan da KB.
Jakarta : EGC
8. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetry. Jakarta : EGC
9. Prawiroharjo, Sarwono, 2000. Pelayanan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
10. Sastro, Suleman. 1983. Obstetry Fisiologi. Bandung : UNPAD

You might also like