The role of human resources is very dominant in determining the company's success. One of the ways by which companies to improve labor discipline is to fulfill the Job Satisfaction of employees as much as possible. If the high employee discipline, the employee'sproductivity will be high as well.
The role of human resources is very dominant in determining the company's success. One of the ways by which companies to improve labor discipline is to fulfill the Job Satisfaction of employees as much as possible. If the high employee discipline, the employee'sproductivity will be high as well.
The role of human resources is very dominant in determining the company's success. One of the ways by which companies to improve labor discipline is to fulfill the Job Satisfaction of employees as much as possible. If the high employee discipline, the employee'sproductivity will be high as well.
FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA MEDAN Audia Junita (audia.junita@yahoo.com) Dosen Kopertis Wilayah I Dpk. STIE Harapan Medan ABSTRACT The role of human resources is very dominant in determining the companys success. The companys success is determined by much factors such as employee discipline. If the high employee discipline, the employeesproductivity will be high as well. One of the ways by which companies to improve labor discipline is to fulfill the job satisfaction of employees as much as possible. Fullfillment of employees satisfaction with the employee will work full sense of responsibility, effectively and efficiently in accordance with applicable rules and standards in the company. Based on this background, the study was to analyze a description of the level of employee job satisfaction, employee job description and disciplinary influence job satisfaction of employee working discipline. This type of research study was causality research and the use of survey methods in obtaining the primary data research. The technique used to collect research data were questionnaires and indicators on each variable were employee at the Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan City Authority of Medan. Research hypotheses were analyzed using regression test. The study concluded that : (1) Employee on Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota City Authority of Medan has a high level of job satisfaction ; (2) Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan City Authority of Medan also have high levels of relatively high labor discipline; (3) job satisfaction significant effect on labor discipline. It means that an employee means who has a positive job satisfaction would show a high labor discipline as well. Conversly, if job satisfaction is not achieved from their jobs will be build low employee discipline. Keywords : Job Satisfaction, Work Discipline PENDAHULUAN Persaingan di bidang ketenagakerjaan makin hari makin ketat. Fenomena menarik tampak pada setiap lowongan kerja yang ada baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta selalu dipenuhi oleh pencari kerja.Tetapi ironisnya, setelah mendapatkan tempat bekerja terutama para pegawai negeri sipil, masih ada yang belum mempunyai kesadaran untuk berdisiplin dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Fenomena yang terjadi di Pemerintahan Kota Medan sebagaimana dilansir oleh Medan pos on line (www.medanposonline.com ; 2010), bahwa pegawai Pemko Medan masih memiliki tingkat disiplin yang rendah. Masih banyak pegawai yang tidak memakai papan nama dan lambang Korpri. Pada jam kerja pagi, sejumlah bagian masih banyak pegawainya yang belum hadir bahkan lebih banyak siswa/siswi SMK yang terlebih dahulu hadir untuk melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL), dan kondisi ini ditambah lagi masih banyaknya pegawai yang datang terlambat (www.hileud.com ; 2010). Kondisi tersebut sebenarnya dapat dikatakan sebagai pelanggaran terhadap disiplin kerja karena pegawai tidak bersikap dan bertindak sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi. Padahal di sisi lain, pegawai negeri adalah pekerja di sektor publik yang bekerja untuk pemerintah suatu Negara yang diharapkan memiliki etos kerja serta tanggung jawab moral, disiplin, profesional guna meningkatkan produktifitas serta kinerja pelayanan aparatur kepada masyarakat, yang kesemuanya diarahkan pada terwujudnya sistem pemerintahan yang baik (good corporate governance). Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 14 Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menjadi pegawai yang berdisiplin tinggi dan profesional, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk di dalamnya masalah kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja itu sendiri merupakan persoalan umum pada setiap unit kerja, baik itu berhubungan dengan kedisiplinan, motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja. Kepuasan kerja dalam pekerjaan merupakan suatu kepuasan yang dapat dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung tujuan perusahaan. Dalam hal kepuasan kerja menurut Locke (dalam As'ad, 2003), bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung kepada discrepancy antara should be (expectation, needs, atau values) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimum sehingga menjadi negative discrepancy, maka makin besar pula ketidak puasan seseorang terhadap pekerjaan. Menurut Gilmer, (dalam As'ad, 2003) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah : kesempatan untuk maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, faktor intrinsik dari pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas. Sementara itu menurut Heidjrachman dan Husnan (2002) mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai yakni: gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat.. Kepuasan kerja merupakan cermin perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif atau negatif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Hal ini dipertegas oleh Handoko (2001) bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan adalah gaji, pekerjaan, dan hubungan dengan atasan. Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum sesorang individu terhadap pekerjaannya (Wibowo, 2007 ; Kreitner dan Kinicki, 2003 ; Robbins, 2003 ; Gibson et.al,2003). Kondisi kepuasan kerja yang rendah dapat menyebabkan karyawan bosan dengan tugas-tugasnya cepat atau lambat tidak dapat diandalkan, menjadi mangkir atau buruk prestasi kerjanya (Kusriyanto dalam Robbins ; 2003). Kondisi kerja yang dinamis ditunjukkan pada pekerjaan yang memberi kesempatan bagi individu untuk berpikir kreatif, memiliki kebebasan dalam bekerja dan memiliki kontrol terhadap pekerjaannya. Salah satu hal yang menjadi indikator rendahnya kepuasan kerja adalah kemangkiran. Kemangkiran adalah satu satu indikator dari ketidakdisiplinan karyawan dalam bekerja. Menurut Robbins (2003) masuk akal bahwa karyawan yang tidak puas besar kemungkinannya untuk tidak masuk kerja. Perilaku terlambat datang ke tempat kerja dan tidak masuk kerja dianggap sebagai perilaku yang tidak efisien, hal ini tentu saja menimbulkan kerugian bagi organisasi. Berdasarkan uraian di atas maka kepuasan kerja merupakan suatu bentuk respon para karyawan yang menyenangkan atau tidak dalam memandang pekerjaan yang mereka kerjakan. Apabila kepuasan kerja yang dirasakan karyawan sudah dirasakan baik maka dengan sendirinya karyawan akan mematuhi segala peraturan-peraturan yang berlaku diperusahaan itu sendiri. Kepuasan kerja dapat mempengaruhi disiplin kerja karyawan karena dengan karyawan merasa puas baik itu gaji yang diterima, pekerjaan yang diberikan maupun hubungan dengan atasannya memberikan kepuasan maka secara langsung karyawan 2012 Audia Junita 15 akan mematuhi segala peraturan yang berlaku di perusahaan. Hal ini dipertegas oleh Hasibuan (2003) yang menyatakan bahwa : Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, artinya jika kepuasan diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan karyawan rendah. Kedisplinan merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan karena semakin baik disiplin kerja karyawan maka semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan hal inipun mendorong gairah kerja, semangat kerja dan mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Disiplin merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja dapat yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan padanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Untuk meningkatkan kedisplinan yang baik memanglah sulit karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Hasibuan (2003) disiplin kerja ialah kesadaran dan kesediaan untuk menaati semua peraturan dan norma- norma sosial yang berlaku. Menurut Alex S. Nitisemito (Sudrajat, 2008), disiplin adalah kegiatan untuk menjalankan standar-standar organisasional. Disiplin menurut Siagian (2002) adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbuntuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Martoyo (2000) mengartikan disiplin sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan untuk tujuan tertentu. Faktor- faktor yang menjadi ukuran dalam disiplin kerja menurut Martoyo (2000) adalah absensi, sikap dan prilaku, tanggung jawab. Absensi atau pendataan kehadiran adalah suatu hal yang paling mudah untuk melihat sejauhmana seorang karyawan telah mematuhi peraturan yang berlaku dalam perusahaan. Sikap dan prilaku adalah tingkat penyesuaian diri seorang karyawan terhadap peraturan yang berlaku di perusahaan. Tanggung jawab merupakan hasil maupun konsekuensi seorang karyawan atas tugas yang bebankan kepadanya. Topik tentang kaitan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja menarik perhatian peneliti terdahulu terkait akibat-akibat positif bagi individu sekaligus organisasi yang dimunculkan oleh variabel-variabel tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwiningsih (2006) berjudul Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B di Klaten membuktikan bahwa faktor-faktor kepuasan kerja seperti gaji, kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja, dan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap disiplin kerja adalah variabel gaji. Penelitian yang dilakukan oleh Manggala (2004) berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja pegawai. Selanjutnya Adi (2011) melakukan riset berjudul Pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja karyawan Kusuma Agrowisata Hotel Batu menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama- sama terhadap disiplin kerja karyawan. Kepuasan kerja merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap disiplin kerja. Dari uraian tersebut tampak adanya hubungan antara disiplin kerja dengan kepuasan kerja. Bermula dari fenomena dan penelitian terdahulu terkait pengaruh kepuasan kerja dan disiplin kerja pegawai maka rumusan masalah yang ingin dianalisis dalam penelitian ini adalah : (1) apakah karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja tinggi atau rendah ? ; (2) apakah karyawan memiliki tingkat disiplin kerja yang tinggi atau rendah ? ; (3) apakah kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 16 pegawai ? Sejalan dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah : (1) untuk mendeskripsikan apakah karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi atau rendah ; (2) untuk mendeskripsikan apakah karyawan memiliki tingkat disiplin kerja yang tinggi atau rendah ? ; (3) untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pegawai ? TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas organisasi secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa ahli memberikan definisi tentang kepuasan kerja. Menurut Wibowo (2007) kepuasan kerja merupakan sikap umum sesorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap kepuasan yang tinggi terhadap organisasi perusahaan, sebaliknya jika seseorang tidak merasakan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap perusahaannya maka akan berdampak negatif bagi organisasi perusahaan tersebut. Sutrisno (2009) mengemukakan kepuasan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas organisasi secara langsung maupun tidak langsung, beberapa ahli memberikan definisi tentang kepuasan kerja. Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) Kepuasan kerja merupakan hubungan kerja yang kuat dan menunjukkan bahwa manajer dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya. Menurut Gibson et.al (2003) menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para pekerja tentang pekerjaan mereka. Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi ini mengandung pengertian yang luas. Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain (discrete job elements). Jika mengacu pada George & Jones, kepuasan kerja merupakan kumpulan feelings dan beliefes yang dimiliki orang tentang pekerjaannya (Pujilistiyani ; 2007). 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Wexley dan Yukl (Gibson et.al.; 2003), kepuasan kerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain : 1. Karakter Individu : kebutuhan- kebutuhan individu, nilai-nilai yang dianut individu (values) dan ciri-ciri kepribadian (personality traits). 2. Variabel-variabel yang bersifat situasional : perbandingan terhadap situasi sosial yang ada, kelompok acuan, pengaruh dari pengalaman kerja sebelumnya. 3. Karakteristik Pekerjaan : imbalan yang diterima, pengawasan yang dilakukan atasan, pekerjaan itu sendiri, hubungan antar rekan sekerja, keamana kerja serta kesempatan untuk memeperoleh perubahan status. Herzberg (Gibson et.al., 2003) berdasarkan penelitiannya mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja (Motivation Factor) berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja (Hygiene Factor). Motivation factor berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri. Jadi berhubungan dengan job content atau disebut juga aspek intrinsik dari pekerjaan. Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya : 1. Achievement (Keberhasilan Menyelesaikan Tugas) 2. Recognition (Penghargaan) 3. Work itself (Pekerjaan Itu Sendiri) 4. Responsibility (Tanggung Jawab) 5. Possibility of Growth (Peluang Untuk Berkembang) 6. Advancement (Kesempatan Untuk Maju) 2012 Audia Junita 17 Herzberg berpendapat, faktor- faktor tersebut jika ada akan memunculkan kepuasan kerja. Namun, bila tidak ada, tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan kerja. Hygiene factor adalah faktor yang berasa di sekitar pelaksanaan pekerjaan atau berhubungan dengan job context atau faktor ekstrinsik dari pekerja, antara lain : 1. Working condition (Kondisi Kerja) 2. Interpersonal Relation (Hubungan Kerja) 3. Company Policy and Administration (Kebijaksanaan Perusahaan dan Pelaksanaannya) 4. Supervision Technical (Teknik Pengawasan) 5. Job Security (Perasaan Aman Dalam bekerja) Menurut Herzberg, perbaikan terhadap faktor-faktor ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan kerja tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan kerja karena faktor-faktor tersebut bukan sumber kepuasan kerja. Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) faktor-faktor penentu kepuasan kerja diantaranya adalah gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja). 1) Gaji/Upah Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang di terima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari pencapaian, keberhasilan dan pengakuan / penghargaan. Berdasarkan pandangannya, orang yang menerima gaji yang dipersepsikan terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan tuntutan-tuntutan pekerjaan,tingkat keterampilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan kerja. 2) Kondisi kerja yang menunjang Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja 3) Hubungan kerja a) Hubungan dengan rekan kerja Dalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan- kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri,aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka. b) Hubungan dengan atasan Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang rasa. Hubungan seorang atasan dengan pegawai/karyawan suatu penunjang motivasi tersendiri dalam menumbuhkan kepuasan kerja di dalam perusahaan tersebut, karena jika atasan dan bawahan tidak saling singkron maka kepuasan kerja tersebut tidak akan terjadi. Hal ini dapat berdampak pada kinerja karyawan karena merasa tidak puas sehingga dalam melakukakan suatu pekerjaan tidak dengan sungguh-sungguh. B. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Disiplin merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja dapat yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Displin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 18 yang diberikan padanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Untuk meningkatkan kedisplinan yang baik memanglah sulit karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Hasibuan (2003) disiplin kerja ialah kesadaran dan kesediaan untuk menaati semua peraturan dan norma-norma social yang berlaku. Dimana kesadaran merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi , dia akan mematuhi dan mengerjakan semua tugas nya dengan baik tanpa paksaan. Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar- standar organisasional. Secara etimologis, kata disiplin berasal dari kata Latin diciplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Pengertian disiplin juga dikemukakan oleh Alex S. Nitisemito (Sudrajat ; 2008) sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan. Kenyataaan yang tidak dapat dipungkiri, sebelum masuk ke suatu organisasi, seorang karyawan tentu sudah memiliki norma, aturan dan nilai di diri sendiri yang terbentuk dari proses sosialisasi dengan keluarga dan masyarakatnya. Seringkali nilai, aturan dan norma diri sendiri tidak sesuai dengan aturan-aturan organisasi yang ada. Hal ini memunculkan konflik pribadi. Misalnya seseornag yang selalu tepat waktu kemudian berada dalam organisasi yang kurang menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan terhadap waktu. Jika orang tersebut memegang teguh prinsip-prinsinya sendiri, ia akan tersisih dari rekan sekerjanya. Menurut pendapat Alex S. Nitisemito, kedisiplinan adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Menurut pendapat T. Hani Handoko, disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar- standar organisasional (www.jurnal- sdm.blogspot.com (a), 2009). Pendapat lain di kemukakan oleh Gibson et.al (2003) yang meyatakan disiplin adalah beberapa penggunaan beberapa bentuk hukuman atau sangsi jika karyawan menyimpang dari peraturan. Defenisi ini menjelaskan bahwa disiplin tersebut merupakan sebuah bentuk hukuman,dikatakan disiplin jika adanya pengenaan sanksi atau hukuman terhadap penyimpangan- penyimpangan tersebut adalah perbuatan setiap karyawan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perusahaan tersebut. Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan menajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen organisasi perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali. Disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk mentaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan diri dengan peraturan organisasi. 2. Jenis Disiplin Kerja Ada dua macam disiplin kerja, yaitu : a. Disiplin diri Disiplin diri menurut Jasin (1989) adalah disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan aktualisasi atau manifestasi dari tanggung jawab pribadi, yang berarti mengakui atau menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Melalui disiplin diri, karyawan-karyawan merasa bertanggung jawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi. Disiplin diri merupakan hasil sosialisasi dari keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menjunjung tinggi disiplin baik oleh 2012 Audia Junita 19 keluarga, guru ataupun masyarakat, merupakan bekal positif untuk terbentuknya disiplin diri. Disiplin diri sangat besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri, seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain. Misalnya, jika karyawan mengerjakan tugas dan wewenang tanpa pengawasan atasan, maka sebenarnya dia telah sadar atas tanggung jawabnya. Ini berarti karyawan sanggup melaksanakan tugasnya, ia menghargai potensi dan kemampuannya. Di sisi lain, bagi rekan sejawat akan memperlancar pelaksanaan tugas kelompok. b. Disiplin kelompok Setiap orang dalam organisasi pasti menjadi bagian dari kelompok kerja yang ada dalam organisasi tersebut. Disiplin kelompok akan tumbuh jika setiap orang telah memiliki disiplin diri. Artinya kelompok akan menghasilkan output yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. Disiplin kerja merupakan integrasi dari sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku menurut Kurt Lewin adalah interaksi dari faktor kepribadian dan faktor lingkungan (situasional). a. Faktor Kepribadian Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut, dalam hal ini sistem nilai yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang ditanamkan oleh keluarga dan masyarakat akan digunakan sebagai kerangka acuan bagai penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap diharapkan akan tercermin dalam bentuk perilaku. Menurut Kelman (Sudrajat; 2008) ada tiga tingkatan perubahan sikap kepada perilaku : - Disiplin karena kepatuhan Kepatuhan terhadap aturan- aturan yang didasarkan atas perasaan takut. Disiplin kerja dalam tingkat ini dilakukan semata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan. Sebaliknya, jika pimpinan/pengawas tidak ada di tempat, maka disiplin kerja tidak tampak. - Disiplin karena identifikasi Kepatuhan aturan yang didasarkan pada identifikasi yaitu perasaan kekaguman atau penghargaan kepada pimpinan. Pimpinan yang kharismatik adalah figur yang dihormati, dihargai dan disegani oleh pusat identifikasi. Karyawan yang menunjukkan disiplin terhadap aturan-aturan organisasi bukan disebabakan karena menghormati aturan tersebut, tetapi lebih disebabkan keseganan pada atasannya. Jika pusat identifikasi ini tidak ada, maka perilaku disiplin akan menurun, pelanggaran aturan akan meningkat frekuensinya. - Disiplin karena internalisasi Disiplin kerja pada tingkat ini terjadi karena karyawan mempunyai sistem nilai pribadi yang menjunjung tinggi nilai- nilai kedisiplinan. Dalam taraf ini, orang dikategorikan telah mempunyai disiplin diri. Misalnya, dalam situasi yang sepi di tengah malam hari, ketika lampu merah menyala maka si sopir tetap berhenti. b. Faktor Lingkungan Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses belajar yang terus-menerus. Agar proses pembelajaran efektif, makapemimpin sebagai agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsistens, adil, terbuka dan bersikap positif. Konsisten adalah menerapkan aturan secara konsisten dari waktu Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 20 ke waktu. Adil artinya menerapkan aturan yang sama kepada seluruh karyawan tidak membeda-bedakan. Bersikap positif artinya setiap pelanggaran yang dibuat harus dicarai fakta dan bukti terlebih dahulu sebelum menerapkan tindakan indisipliner. Keterbukaan dalam berkomunikasi juga penting dilakukan untuk menjelaskan berbagai aturan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Disiplin kerja selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan (budaya kerja) juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian, maka ketidakhadiran salah satu faktor akan memunculkan ketidakdisiplinan.Untuk itu diperlukan tindakan pendisiplinan agar prinsip- prinsip disiplin dapat tetap dipertahankan. Tindakan pendisiplinan dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip Progressive dicipline yaitu (1) hukuman untuk pelanggaran pertama lebih ringan daripada pengulangan pelanggaran; (2) hukuman untuk pelanggaran kecil lebih ringan daripada pelanggaran berat. Adapun cara-cara yang dapat diterapkan melalui konseling (diskusi informal), teguran lisan, teguran tertulis, skorsing dan pemberhentian kerja. Indikator-indikator ketidakdisiplinan kerja menurut Suryohadiprojo (Sudrajat; 2008) antara lain : 1. Tidak patuh dan taat dalam penggunaan jam kerja, misalnya datang dan pulang sesuai jadwal, tidak mangkir dalam bekerja, tidak mencuri-curi waktu 2. Upaya mentaati aturan atas dasar keterpaksaan 3. Tingkat absensi yang tinggi 4. Penyalahgunaan waku istirahat dan makan siang 5. Meninggalkan pekerjaan tanpa ijin 6. Membangkang 7. Tidak jujur 8. Berjudi 9. Berkelahi 10. Berpura-pura sakit 11. Merokok pada waktu yang terlarang 12. Perilaku yang menunjukkan semangat kerja yang rendah 13. Sikap manja yang berlebihan T. Hani Handoko membagi 3 (tiga) disiplin kerja (Sudrajat ; 2008) yaitu: 1. Disiplin Preventif yaitu: kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah. 2. Disiplin Korektif yaitu: kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaran- pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplin. 3. Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran- pelanggaran yang berulang. Tujuan dari disiplin progresif ini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman yang lebih serius. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydam (www.jurnal-sdm.blogspot.com (b) ; 2009) faktor-faktor tersebut antara lain : a. Besar kecilnya pemberian kompensasi b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin Dengan berlandaskan pada pendapat para ahli, teori-teori yang relevan yang tersusun dalam kerangka pemikiran diatas maka disusun model hubungan antar variabel penelitian sebagai berikut : 2012 Audia Junita 21 Gambar 1. Kerangka Hubungan Antar Variabel Penelitian D. Hipotesis Berdasarkan kajian literature maka disusunlan hipotesis penelitian sebagai berikut : H
= tidak ada pengaruh antara kepuasan
kerja dengan disiplin kerja pegawai H a = ada pengaruh antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja pegawai. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai Dinas TataRuang dan Tata Bangunan Kota Medan sejumlah 110 orang. Sedangkan sampel penelitian adalah sebagian dari pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang jumlahnya diambil berdasarkan bagian-bagian kerja secara proporsional (proportional random sampling). Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003) sebanyak 52 orang dengan distribusi sampel proporsional mewakili setiap bagian yang ada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu : 1. Variabel Kepuasan Kerja adalah perasaan senang atau tidak senang pekerja terhadap aspek-aspek pekerjaannya. Dimensi dari variabel kepuasan kerja adalah lingkungan kerja, pekerjaan itu sendiri, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan atasan. Jumlah item pertanyaan untuk variabel kepuasan kerja adalah 8 item. 2. Variabel Disiplin Kerja adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Dimensi dari variabel disiplin kerja adalah disiplin waktu, disiplin terhadap perbuatan dan tingkah laku, disiplin diri dan disiplin kelompok. Jumlah item pertanyaan untuk variabel disiplin kerja adalah 12 item. Indikator-indikator pada setiap variabel diukur menggunakan skala interval dengan tipe Skala Likert 5 (lima) titik diawali dengan sangat tidak setuju (skor 1) hingga sangat setuju (skor 5). Operasionalisasi variabel hingga menjadi indikator didesain sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada kajian teoritis. Dalam penelitian ini ada data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah data primer yaitu data yang bersumber dari pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diisi oleh responden. Pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Oleh karena variabel memiliki ciri interval maka cara yang paling tepat untuk mengukur pengaruh antar variabel adalah dengan menggunakan regresi sederhana dan berganda (Kuncoro, 2003) dengan terlebih dahulu Kepuasan kerja - Lingkungan Kerja - Pekerjaan Itu Sendiri - Hubungan Dengan Rekan Kerja - Hubungan Dengan atasan (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2001:98) Disiplin Kerja - Disiplin Waktu - Disiplin Perbuatan dan Tingkah Laku - Disiplin Diri - Disiplin Kelompok (Muchdarsah Sinungan, (1995:145) Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 22 memenuhi uji asumsi klasik atas model regresi. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi sederhana dimaksudkan untuk menguji apakah ada pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pegawai. Adapun model hipotesis pertama sebagai berikut : H : Y = + X + . Dimana : Y : Disiplin Kerja X : Kepuasan Kerja : Koefisien Regresi : Error Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas variabel dengan tingkat signifikansi 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Profil responden dalam penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan jenis kelamin, umur, status keluarga, tingkat pendidikan akhir, lama kerja dan kedudukannya dalam organisasi. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (59,6%), berusia dalam rentang usia 31-40 tahun (36,5%), sudah berkeluarga (80,8%), tingkat pendidikan akhir Sarjana (44,2%), lama kerja dalam rentang 6-10 tahun (57,7%) dan berkedudukan sebagai staf dalam organisasi (82,7%). 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Aturan umum yang dipakai adalah item total correlation tiap-tiap item harus lebih besar dari 0,30 (Hair et al, 2005). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur bahwa instrumen yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan, sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang konsisten. Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan nilai cronbachs alpha yang lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2001). Berdasarkan hasil uji validitas data penelitian, diketahui variabel kepuasan kerja, dari 8 item pertanyaan yang diuji diketahui semua item valid. Untuk item disiplin kerja, dari 12 item pertanyaan yang diuji validitasnya, diketahui ada 1 item yang tidak valid (DK 12) dan harus dikeluarkan dari analisa. Berdasarkan hasil uji reliabilitas data penelitian diketahui data dari kedua variabel tersebut dinyatakan reliabel karena nilai koefisien Cronbachs alpha di atas 0,60. Nilai koefisien Cronbachs Alpha untuk variabel kepuasan kerja sebesar 0,925 dan variabel disiplin kerja sebesar 0,867. 3. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik haruslah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah dengan Kolmogorov- Smirnov Test. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov Test diketahui distribusi data normal untuk model persamaan Y = + X + . Sebaran data disimpulkan normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov Test di atas tingkat signifikansi penelitian (alpha). Dalam hal ini nilai K-S Test untuk model hipotesis (H) sebesar 0,320 ada di atas 0,05, sehingga disimpulkan model penelitian berdistribusi normal. 4 Deskripsi Variabel Penelitian a. Deskripsi Kepuasan Kerja Devis dan Newstrom (1985) mengemukakan kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang pekerja terhadap 2012 Audia Junita 23 pekerjaannya; Osborn (1982) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai derajat positif dan negatif perasaan seseorang mengenai segi tugas-tugas pekerjaannya, tatanan kerja serta hubungan antar sesama pekerja (dalam Gibson et. al.; 2003). Berkaitan dengan kepuasan kerja, Winardi (www.jurnal- sdm.blogspot.com (b) ; 2009) mengatakan bahwa seseorang akan bekerja dengan penuh semangat bila kepuasan yang diperolehnya dari pekerjaan tinggi dan pekerjaan tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan pegawai. Tinggi atau rendahnya tingkat kepuasan kerja responden di Dinas Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Kerja Tingkat Kepuasan Kerja Frekuensi Persentase (%) Sedang Tinggi 15 37 28,8 71,2 Jumlah 52 100,0 Sumber : Data Primer Diolah ; 2011 Berdasarkan data yang tampak pada Tabel 1. diketahui bahwa responden memiliki tingkat kepuasan kerja bervariasi yaitu kepuasan kerja tinggi sebesar 71,2% dan kepuasan kerja sedang sebesar 28,8%. Bentuk-bentuk kepuasan kerja yang dirasakan responden dapat diurai dalam beberapa dimensi. Berdasarkan dimensi kepuasan terhadap lingkungan kerja diketahui bahwa rata-rata responden merasa puas terhadap adanya kejelasan tugas di lingkungan kerja (mean = 4,12), puas terhadap lingkungan kerja yang memberikan peluang untuk berinovasi (mean = 3,90). Dari dimensi kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, diketahui bahwa rata-rata responden merasa puas terhadap prosedur pekerjaan yang ditetapkan secara jelas (mean = 4,04), puas terhadap adanya struktur kerja dalam organisasi (mean = 4,04). Berdasarkan dimensi kepuasan terhadap rekan kerja, diketahui bahwa rata-rata responden merasa puas terhadap komunikasi yang berlangsung antar rekan kerja dalam organisasi (mean = 4,00) serta puas terhadap suasana kerja yang akrab dalam organisasi (mean = 3,94). Dari dimensi kepuasan terhadap atasan, diketahui bahwa rata-rata responden merasa puas terhadap perilaku pemimpin yang adil terhadap seluruh karyawan (mean = 3,94) dan puas terhadap perilaku keteladanan pemimpin (mean = 3,92). b. Deskripsi Disiplin Kerja Dalam kaitannya dengan pekerjaan, disiplin kerja diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap aturan organisasi. Menurut pendapat Alex S. Nitisemito, kedisiplinan adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Menurut pendapat T.Hani Handoko, disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar- standar organisasional (www.jurnal- sdm.blogspot.com (a) ; 2009). Disiplin kerja selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan (budaya kerja) juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian, maka ketidakhadiran salah satu faktor akan memunculkan ketidakdisiplinan. Tinggi-rendahnya disiplin kerja karyawan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 2. Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 24 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Disiplin Kerja Responden Tingkat Disiplin Kerja Frekuensi Persentase (%) Sedang Tinggi 15 37 28,8 71,2 Jumlah 52 100,0 Sumber : Data Sekunder Diolah Berdasarkan data yang tampak pada Tabel 2. diketahui bahwa tingkat disiplin kerja responden di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan bervariasi, responden yang berdisiplin kerja tinggi sebesar 71,2% dan responden yang memiliki disiplin kerja sedang sebesar 28,8%. Tingkat disiplin kerja responden yang tinggi tersebut didukung data bahwa mayoritas responden menampilan perilaku kerja dalam berbagai dimensi disiplin kerja (Tabel 2.). Jika diukur dari dimensi disipllin terhadap waktu, maka rata-rata responden taat dalam menggunakan jam kerja (mean = 3,90), menyelesaikan pekerjaan tepat waktu (mean = 3,96), taat menggunakan jam istirahat (mean = 3,79). Berdasarkan dimensi disiplin terhadap perbuatan dan tingkah laku, diketahui bahwa karyawan selalu berusaha mematuhi peraturan yang berlaku (mean = 3,87), selalu berupaya menjaga image positif organisasi (mean = 4,04), selalu bekerja dengan baik dengan tujuan menghindari sanksi (mean = 4,10). Berdasarkan dimensi disiplin diri, diketahui bahwa rata-rata responden mentaati peraturan dengan suka rela (mean = 3,92), karyawan tidak pernah menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi (mean = 3,92), karyawan juga tidak memperpanjang waktu istirahat untuk keperluan pribadi (mean = 3,83). Berdasarkan dimensi disiplin kelompok, diketahui bahwa rata-rata responden berupaya menghindari kesalahan untuk menghindari sanksi terhadap (mean = 3,98) dan responden selalu berupaya memberikan kontribusi dalam penyelesaian kerja kelompok (mean = 3,88). 5. Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis bertujuan menguji apakah ada pengaruh signifikan kepuasan kerja secara langsung terhadap disiplin kerja karyawan. Berdasarkan hasil analisa regresi sederhana tampak bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja pada = 0,05 ( = 0,009) dan bertanda positif (Tabel 3). Artinya hipotesis 1 dalam penelitian ini dapat diterima (H 0 ditolak). Dengan kata lain ada pengaruh signifikan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja karyawan. Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Hipotesis Variabel Koefisien Beta Standar Error t- Value Ket. Kepuasan Kerja (X) 0,293 0,107 2,738 0,009 S Konstanta 2,756 0,432 6,373 0,000 R 2 = 11,3% n = 52 S = Signifikan Dependen Variabel : Disiplin Kerja Sumber : Data Primer Diolah ; 2011 Berdasarkan hasil uji regresi sederhana juga tampak bahwa disiplin kerja dapat dijelaskan oleh variabel kepuasan kerja sebesar 11,3%, dapat dilihat nilai R Square (R 2 ) sebesar 11,3%. Nilai F test yang signifikan juga memberikan pemahaman bahwa persamaan regresi yang dihasilkan yaitu Y = 2,756 + 0,293X + dapat digunakan untuk memprediksi variabel disiplin kerja. 2012 Audia Junita 25 B. Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja pegawai. Dengan kata lain kepuasan kerja yang ada dalam diri pegawai dapat meningkatkan disiplin kerja mereka. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja pegawai maka akan semakin tinggi pula disiplin kerja mereka dan sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan kerja pegawai maka akan menurunkan tingkat disiplin kerja mereka. Dengan demikian hasil uji hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwiningsih (2006) berjudul Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B di Klaten membuktikan bahwa faktor-faktor kepuasan kerja seperti gaji, kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja, dan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap disiplin kerja adalah variabel gaji. Penelitian yang dilakukan oleh Manggala (2004) berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja pegawai. Selanjutnya Adi (2011) melakukan riset berjudul Pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja karyawan Kusuma Agrowisata Hotel Batu menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap disiplin kerja karyawan. Kepuasan kerja merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap disiplin kerja. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut menyimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Rata-rata responden merasa puas atas dimensi lingkungan kerja, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja dan puas terhadap atasan. 2. Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan memiliki tingkat disiplin kerja yang tinggi pula. Rata-rata responden merasa puas atas dimensi lingkungan kerja, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja dan puas terhadap atasan. Mayoritas pegawai menampilan perilaku kerja dalam berbagai dimensi disiplin kerja antara lain disiplin terhadap waktu, perbuatan dan tingkah laku, disiplin diri serta disiplin kelompok. 3. Ada pengaruh signifikan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja karyawan. Kepuasan kerja yang tinggi dalam suatu organisasi dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai dan sebaliknya Jika dalam organisasi, kepuasan kerja pegawainya rendah maka dapat menurunkan tingkat disiplin kerja mereka. Kontribusi variabel kepuasan kerja terhadap disiplin kerja karyawan sebesar 11,3%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. B. Saran Saran yang diajukan terkait dengan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini: 1. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan perlu berupaya meningkatkan kepuasan kerja pegawai sekaligus meniadakan ketidakpuasan kerja pegawai, caranya dengan memenuhi faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik dalam pekerjaan. Perhatian pada aspek kepuasan kerja pegawai, akan berdampak positif terhadap disiplin kerja mereka. 2. Penelitian ini adalah penelitian persepsional, selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan yang mungkin muncul adalah adanya respon yang bias dari para responden. 3. Untuk peneliti yang tertarik meneliti topik yang berkenaan dengan kepuasan kerja, hendaknya membedakan faktor- faktor yang memunculkan kepuasan Jurnal Keuangan & Bisnis Maret 26 kerja dan faktor-faktor yang meniadakan ketidakpuasan kerja dalam kaitannyanya dengan disiplin kerja. Penelitian tersebut akan memberikan gambaran komprehensif mengenai variabel kepuasan kerja serta dampaknya pada variabel-variabel lain. DAFTAR PUSTAKA Adi, Windy Rizki. (2011). Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Kusuma Agrowisata Hotel Batu. http://library.um.ac.id/ As'ad, M. (2003). Psikologi Industri : Seri Sumber Daya Manusia. Yogjakarta, Liberty. Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibson, James L., Ivancevich, John. M., & Donelly, James Jr. (2003). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur dan Proses. Jilid I (ahli bahasa oleh Drs Djakarsih, MPA). Jakarta, Erlangga. Hair, J.F.Jr, Anderson, R.E., Tatham, R.L. & Black, W.C. (2005). Multivariate Data Analysis. 5 th editions. Prentice-Hall. Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogjakarta, BPFE . Hasibuan, Malayu S.P.(2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Cetakan Ketiga. Jakarta, Bumi Aksara. Heidjrachman dan Suad Husnan. (2002). Manajemen Personalia. Yogjakarta, BPFE. Jasin, A. (1989). Peningkatan Pembinaan Disiplin Nasional Dalam Sistem dan Pola Pendidikan Nasional; Dalam Analisis CSIS No. 4 Tahun XVII; Juli-Agustus 1989; Jakarta, Centre for Strategic and International Studies. Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo de. (2003). Perilaku Organisasi. Edisi Kelima, Jakarta, Salemba. Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta, Penerbit Erlangga. Manggala, Dikky Purnama SyafeI Dibia. (2004). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang. Tesis. Fakultas Ekonomi UNIKOM.http://digilib.itb.ac.id/ Mankunegara, A.A Anwar Prabu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung, Penerbit Remaja Rosdakarya. Martoyo, S. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogjakarta, BPFE. Pratiwiningsih, Widyastuti. (2006). Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B di Klaten. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/6982/1/P1000 40076.pdf Pujilistiyani, Angelina Yuri. (2007). Analisis Teori Kepuasan Kerja. www.angel- crysta-corp.com. 19 Januari 2007. Robbins, Stephens P. (2003). Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Indonesia, PT. Macanan Jaya Cemerlang. Siagian, S. P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara Indonesia. Sudrajat, Akhmad. (2008). Sekilas tentang Disiplin Kerja. www.akhmadsudrajat.wordpress.com. 5 November 2008. Sutrisno, Edy. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Penerbit Kencana. Umar,Husein.2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada. www. jurnal-sdm.blogspot.com(a); (2009). Disiplin Kerja Karyawan. www.jurnal-sdm.blogspot.com (b). (2009). Kajian Terhadap Konsep Budaya Organisasi. www.hileud.com. (2010). Walikota Pergoki PNS Tak Disiplin. www.medanposonline.com. (2010). 100 Hari Kepemimpinan Rahudman-Eldin Belum Maksimal.