You are on page 1of 16

Puasa Bagi Pekerja Berat

A. Pendahuluan
Puasa merupakan ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun
Islam. Dengan demikian karena puasa merupakan ibadah pokok maka dia
harus dilaksanakan sebagai salah satu kewajiban bagi orang yang beriman.
Kewajiban ini secara jelas dengan menggunakan kata kataba yang terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 1!.
"pabila diteliti isi kandungan ayat-ayat sesudah ayat 1! dari surat al-
Baqarah tersebut# yang menjelaskan masalah siapa saja yang mendapat
rukhsah# akan dapat menimbulkan permasalahan bagi pekerja berat yang terus
menerus termasuk pada bulan $amadhan. Bagi mereka puasa adalah persoalan
yang dilematis# disatu sisi puasa merupakan perintah agama yang wajib
dilaksanakan# sementara di sisi lain tuntutan ekonomi yang membuat mereka
tidak bisa untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.
%leh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah puasa
bagi pekerja berat# apakah ada keringanan bagi mereka tersebut atau tidak.
B. Pembahasan
1. Pengertian Puasa
Kata puasa dalam bahasa "rab digunakan dengan kata al-shaum# di
mana kata al-shaum itu sendiri berarti &'(()*+, - .((/0, 1((2 34((50,
6menahan diri dari sesuatu7
1
# baik dalam bentuk perkataan ataupun
perbuatan. 8erkait masalah puasa ini# dalam al-9ur:an terdapat unkapan
kata shiyam yang terulang sebanyak delapan kali. Kata shiyamdi sini
menurut hukum syara berarti puasa# dan pada surat yang lain digunakan
ungkapan shaum# yang berarti menahan diri untuk tidak berbicara
;
. <al ini
terlihat dalam surat =aryam ayat ;> ?
1
. @ahbah al-Auhaili# al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, 6Damaskus? Dar al-Bikr# ;CC;7# DuE
III# h. 1>1>.
2
. "mir FyariGuddin# Garis-Garis Besar Fiqh,6Dakarta 8imur? Prenada =edia# ;CC!7# Het-
1# h. I;.
1

"rtinya? JFesungguhnya aku telah bernaEar berpuasa untuk 8uhan Kang =aha
Pemurah# maka aku tidak akan berbicara dengan seorang =anusia pun pada
hari iniJ.
Demikian ungkapan =aryam yang diajarkan oleh =alaikat Dibril ketika
ada yang mempertanyakan tentang kelahiran anaknya Isa "F. Kata ini juga
masing-masing sekali dalam bentuk perintah berpuasa di bulan $amadhan# satu
kali dalam bentuk kata kerja yang menyatakan bahwa Lberpuasa adalah baik untuk
kamuM dan satu kali dalam bentuk sebagai pelaku yaitu al-shaimin wa al-shaimat.
Nebih lanjut menurut =. 9uraish Fhihab# ungkapan kata-kata yang beraneka
ragamtersebut berasal dari akar kata yang sama yakni shawama, yang dari segi
bahasa maknanya berkisar pada LmenahanM dan LberhentiM# atau Ltidak bergerakM.
Felanjutnya pengertian kebahasaan dipersempit maknanya oleh hukum syari:at#
sehingga kata shiyam hanya digunakan untuk enahan dari makan# minum dan
upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya Gajar hingga terbenamnya matahariM
!
.
Demikian halnya ungkapan para Guqaha sebagaimana yang telah dikutip
oleh @ahbah al-Auhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh
menyatakan bahwa deGinisi puasa (al-shaum) secara istilah adalah?
&')*+, O'PQ , 12 R,STUV0, W4XY 1* WZ[\ 1* ]^Z_ S`U0, a0b c-Sd
eV50,
L=enahan diri di siang hari dari segala yang membatalkan puasa dengan disertai
niat sejak terbitnya Gajar sehingga terbenamnya matahariM
f
.
3
. =. 9uraish Fhihab# Wawasan al-Quran !a"sir atas Berba#ai $ers%alan &mat,
6Dakarta? =iEan# 1gg7# h. I;;
4
. @ahbah al-Auhaili# l%'.'it.
2
Dalam redaksi yang sedikit berbeda# "bu "bdullah =uhammad al-
9urthubi dalam kitabnya al-(amiil Ahkam al-Quran menyatakan bahwa al-
shaum itu adalah?
&')*+, 12 R,STUV0, h* i,Sjk, W4X0, lY 1* ]^Z_ S`U0, a((0b c-S((d
eV((50, - l*'((Vm - l0'((Vn c'((Xjo'Y R,O^((TpV0, - qr((2 ]^((k^0, s((t
R'*SpV0,
L=enahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa yang dibarengi dengan niat
sejak terbitnya Gajar samapai terbenamnya matahari# menyelesaikan dan
menyempurnakannya dengan menjauhi perbuatan maksit# serta tidak mendatangi
tempat-tempat yang diharamkanM
I
.
@alaupun dari beberapa deGinisi yang telah dikemukakan di atas
terlihat memiliki perbedaan dalam redaksi# namun pada esensinya
memiliki persamaan yang saling melengkapi terhadap rukun dari puasa itu
sendiri# yaitu niat untuk berpuasa# dan kegiatan menahan diri dari segala
yang dapat membatalkan puasa dalam waktu tertentu 6mulai dari terbit
Gajar hingga terbenamnya matahari7.
2. Kewajiban Puasa Ramadhan
Dasar yang menjadi kewajiban puasa terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 1!# 1f# 1I dan 1u. "yat-ayat tersebut di antaranya adalah surat
al-Baqarah ayat 1! yaitu ?
!

"

!
#

% &

'

&

'

0'

5
. "bi "bdillah =uhammad bin "hmad al-"nshari al-9urthubi 6selanjutnya disebut
Imam al-9urthubi7# al-(amiil Ahkam al-Quran, 6Beirut? Dar al-Kutub al-vIlmiyah#t.th7# Dilid
I#h.1!.
3
J<ai orang-orang yang beriman# diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwaJ
Dalam tuntutan puasa pada ayat di atas tidak dijelaskan siapa yang
mewajibkan# dan tidak pula dijelaskan berapa kewajiban puasa itu# tetapi hanya
disebutkan seba#aimana diwa)ibkan terhada* umat-umat sebelum kamu. Dengan
demikian maka wajar pula jika umat Islam melaksanakannya# apalagi tujuan puasa
tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri# yakni agar menjadi
orang yang bertakwa.
Felanjutnya Girman "llah dalam surat al-Baqarah ayat 1f sebagai
berikut ?

2
3

45

)
2
78

9 : 5

2
!

) 4

<

0=

>: !

2
(

"

; <

'

L6yaitu7 dalam beberapa hari yang tertentu. =aka barangsiapa di


antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan 6lalu ia berbuka7#
maka 6wajiblah baginya berpuasa7 sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hai-hari lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya 6jika mereka tidak berpuasa7 membayar Gidyah#
6yaitu7? memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan# maka itulah yang lebih baik
baginya. Dan puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahuiM.
Furat al-Baqarah ayat 1f di atas menjelaskan bahwa kewajiban
puasa itu bukanlah untuk sepanjang tahun# tetapi hanya

2
3

45

6beberapa hari tertentu7. Demikian inipun hanya diwajibkan


bagi setiap mukalla" yang berada di kampung halaman tempat tinggalnya
6muqim)# dan dalam keadaan sehat# sehingga bagi Lsiapa saja yang sakit
atau dalam perjalananM maka boleh untuk tidak berpuasa di bulan
$amadhan tersebut dan menggantinya pada hari-hari di bulan lain.
Fedangkan terhadap Lorang-orang yang merasa sangat berat berpuasa#
4
maka 6sebagai gantinya7 dia harus membayar Gidyah# yaitu memberi
makan seorang miskinM.
8erhadap apa yang terkandung pada dua ayat di atas telah
memperlihatkan adanya beberapa aspek hukum yang terkait dengan
keadaan subjek hukum 6mukalla") dalam hubungannya dengan kewajiban
berpuasa# aspek hukum yang dimaksud di antaranya adalah?
1. %rang yang sakit
Dalam bahasa al-9ur:an# keadaan subjek hukum bentuk pertama
ini diungkapkan dengan kalimat 1Vt i'n w/X* 'xyS* Lsiapa
saja di antara kamu yang menderita sakitM. =enurut Imam al-
9urthubi# terkait dengan ibadah puasa bagi orang yang sakit dapat
dilihat dari dua keadaanz *ertama, keadaan sakit yang sedang dialami
tersebut membuatnya sangat lemah dan sangat berat untuk berpuasa#
maka dalam hal ini wajib hukumnya untuk berbuka. +edua, orang
yang sakit masih mampu untuk berpuasa dengan penuh resiko dan
kesusahan# maka dalam hal ini sangat dianjurkan untuk berbuka
>
.
Demikian juga menurut Dumhur {lama# apabila seseorang yang sakit
itu tetap juga ingin berpuasa# namun dengan puasanya itu ternyata ia
merasa telah menambah sakitnya atau akan menambah lama waktu
penyembuhan# maka berbuka adalah lebih baik baginya.
Fedangkan menurut sebagian ulama# seperti Ibnu Firin menyatakan
bahwa penyakit apapun namanya yang diderita oleh seseorang# telah
membolehkannya untuk berbuka. Febagaimana 8hariG bin 8amam
al-v{tharidi pernah menemui Ibnu Firin tengah makan di siang hari
bulan $amadhan dengan alasan jari tangannya sakit dan menurutnya
kebolehan ini sama dengan kebolehan i"thar bagi musaGir dengan
,illat telah dilakukannya perjalanan 6al-sa"ar)
-
. Dengan demikian bagi
6
. Imam al-9urthubi# %*.'it, h. 1I
7
. Ibid.
5
orang yang sakit boleh untuk berbuka dan orang ini diwajibkan untuk
men#qada pada hari lain sebanyak hari yang ia berbuka.
;. %rang yang dalam perjalanan
Keadaan mukalla" yang sedang dalam perjalanan pada bulan puasa
diungkapkan dengan kalimat -\ a(((Z2 SU(((| Latau dalam
perjalananM. Para ulama berbeda pendapat tentang bentuk perjalanan
6al-sa"ar7 yang membolehkan pelakunya mengambil rukhsah dalam
bentuk berbuka puasa dan mengqasar shalat

. Perbedaan tersebut
secara garis besar berkisar pada perbedaan yang berkenaan dengan
bagaimana pengaruh dari tujuan suatu perjalanan di satu sisi# dan
berapa jumlah minimal jarak tempuh suatu perjalanan# dan juga
perbedaan pada masalah villat 6sebab7 kebolehan i"tar# apakah karena
hanya dengan adanya unsur perjalanan 6al-sa"ar7 atau unsur lain
seperti tingkat keletihan dan kesulitan yang dialami ketika melakukan
perjalanan.
Keumuman laGaE tersebut berkenaan dengan keadaan LsakitM dan
Ldalam perjalananM yang tercantum di dalam al-9ur:an adalah Gaktor
dari perbedaan pendapat. }amun demikian dapat dikatakan bahwa
"llah F@8 sengaja memilih redaksi demikian guna menyerahkan
kepada nurani manusia masing-masing untuk menentukan sendiri
apakah ia sanggup ~dalam salah satu dari dua keadaan tersebut 6sakit
atau dalam perjalanan7 ~ untuk berpuasa atau tidak
g
. Di sisi lain harus
diingat bahwa konsekwensi hukum bagi orang yang tidak berpuasa
dengan sebab sakit atau dalam perjalanan adalah dengan mengganti
puasa $amadhan yang telah dibatalkan dengan puasa pada waktu yang
lain sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.
!. %rang yang Nemah 6merasa sangat beratsulit untuk berpuasa7
8
.=uhammad "li al-Fayis# !a"sir Ayat al-Ahkam# h.>!->> lihat juga Imam al-urthubi#
%*.'it# h. 1>.
9
. =.9uraish Fhihab# %*.'it.# h.I;I
6
Keadaan orang yang merasa berat menjalankan puasa diungkapkan
dalam al-9ur:an dengan kalimat - aZ2 1y0, lQ^4Ty 6dan
bagi orang yang berat menjalankannya7. Penggalan ayat ini
diperselisihkan maknanya oleh para muGassir. Berkenaan dengan siapa
saja yang digolongkan ke dalam makna kata lQ^((4Ty akan
dijelaskan lebih jauh pada pembahasan di bawah ini.
3. Puasa Bagi Pekerja Berat
Febelum menguraikan bagaimana kedudukan ataupun pengaruh dari
keadaan yang dialami oleh seseorang yang berpropesi sebagai pekerja
berat terhadap pelaksanaan puasa $amadhan# terlebih dahulu akan
dijelaskan beberapa makna dari istilah-istilah yang biasanya selalu terkait
dengan aktiGitas subjek hukum dalam melaksanakan berbagai kewajiban#
di antaranya adalah bagaimana majna yang terkandung dari kata ithaqah,
istithaah dan wusu.
1. =akna ithaqah
Kata ithaqah berasal dari kata thaqa-yathiqu# yang secara bahasa
berarti kemampuan# kekuatan
1C
. Fedangkan menurut istilah ulama
taGsir# seperti =uhammad Fyaltut dan =uhammad "li al-Fayis dalam
kitabnya menyatakan bahwa ithaqah adalah?
w|, OrZ0 aZ2 34 h* r50, - W5V0,
LIstilah yang menggunakan untuk menunjukkan adanya kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan keadaan yang sangat berat dan sulitM
Demikianlah pendapat kebanyakan ulama# hanya saja al-Fhabuni
dengan mengutip pendapat al-$agib mengomentari kata tersebut
dengan mengibaratkannya kepada keadaan leher yang terlilit oleh
sesuatu 6tercekik7
11
. Felanjutnya kata ithaqah dengan makna
10
. "tabik v"li dan ". Auhdi =uhdhar# +amus +%ntem*%rer Arab-Ind%nesia,
6Kogyakarta? =ulti Karya raGika# 1gg>7# cet-g#h. 1;1g.
11
. =uhammad "li al-Fsabuni# !a"sir Ayat al-Ahkam min al-Quran, 6Beirut? Dar al
9ur:an al-Karim# t.th7# DuE I# h. 1!!.
7
kesanggupan dapat ditemukan dalam surat al-Baqarah ayat ;fg
sebagai berikut ?
=aka tatkala 8halut dan orang-orang yang beriman bersama dia 8elah
menyeberangi sungai itu# orang-orang yang 8elah minum berkata?
J8ak ada kesanggupan kami pada hari Ini untuk melawan Dalut dan
tentaranya.J orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
"llah# berkata? JBerapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan iEin "llah. dan "llah
beserta orang-orang yang sabar.J
Kata L Wk'_ L dalam ayat ini menggambarkan betapa sulitnya
pasukan 8halut melawan tentara Dalut yang begitu banyak dan
memiliki persenjataan yang lengkap. Fecara logika keadaan ini
memperlihatkan betapa sulit atau tidak mungkinnya pasukan 8halut
untuk melawan apalagi mengalahakan pasukan Dalut# sehingga
pasukan 8halut ragu dan bimbang. }amun demikian# sebagian lainnya
tetap optimis sehingga dengan pertolongan "llah 6tentu dengan
caranya sendiri7 dengan mengirim seseorang yang masih muda belia
yaitu Daud yang dipersiapkan untuk menjadi seorang }abi. =eskipun
belum begitu banyak pengalamannya di =edan pertempuran# namun
dengan kecerdasan dan lepintarannya menyusun strategi dalam
merancang medan tempur# tentara jalut dapat dilumpuhkan
1;
. Dengan
demikian maka kata thaqah dimaksudkan untuk memikul beban yang
tidak sanggup dipikul karena begitu beratnya. Keadaan ini seperti
orang tua dan wanita hamil yang sudah lemah# serta orang sakit yang
sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh# sehingga mereka ini tidak
mungkin lagi untuk melakukan pekerjaan yang begitu berat.
;. Kata Istitha:ah
Kata istithaah terbentuk dari tsilasi ma.id tiga huruG yang terambil
dari kata thaa yathiu-thauan, yang secara etimologi berarti taat#
12
.<amka# !a"sir al-A.har# 6Dakarta? Panji =asyarakat# 1gg!7# DuE ;# h. !I.
8
patuh dan tunduk
1!
. Istithaah adalah pecahan dari kata thaa dalam
bentuk benda# yang biasanya dimaksudkan dengan kemampuan dan
kesanggupan. %leh karena itu# kata istithaah dalam bentuk ini dapat
dipahami dengan keadaan seseorang yang tunduk untuk melakukan
sesuatu yang diperintahkan agama sesuai dengan kondisinya.
Fedangkan dalam al-9ur:an# bentuk yang seperti ini nyaris tidak
ditemukan# karena yang ditemukan hanya dalam bentuk kata kerja#
baik dalam bentuk "iil madhi ataupun "iil mudhari. {ngkapan
seperti ini dapat ditemukan sebanyak f; kali dalam surat dan ayat
yang kesemuanya berarti sanggup dan mampu
1f
.
Beranjak dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
daya kemampuan seseorang# maka semakin tinggi pula tuntutan untuk
mengerjakan suatu perbuatan. =aka begitu juga sebaliknya# seseorang
tidak akan dituntut untuk melakukan perbuatan yang melebihi
kemampuannya. Demikian ini sebagaimana Girman "llah yang
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat ;> sebagai berikut?
A B

<

"

L"llah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannyaM
Felanjutnya kata istithaah dalam kajian Giqh merupakan kajian yang
Gundamental# demikian karena kata tersebut terkait dengan sejauh mana seseorang
diberi kewajiban dalam bertindak hukum atas dirinya sebagai subjek hukum. Kata
istithaah ini dibahas secara lengkap oleh para Guqaha secara detail dalam
pembahasan tentang haji dan umrah# serta nikah# sebab ketiga hal tersebut
berhubungan lansung dengan kemampuan jasmaniah# meterial# dan keamanan.
Karena itu dapat disimpulkan bahwa kata istithaah ini konotasinya adalah suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang secara prima# baik dari segi Gisik# mental
maupun dalam bentuk material. Febagai contoh pelaksanaan ibadah haji# di mana
13
. "l-$aghib al-IsGahani# /u)am /u"radat Al"a.h al-Quran, 6Beirut? Dar al-Bikr# t.th7#
h.f!C.
14
."bdul "EiE Dahlan# 0nsikl%*edi 1ukum Islam, 6Dakarta? Ichtiar }egeri Baru an
<oese# 1ggu7# Dilid III# h. u!.
9
dalam pelaksanaannya seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan prima
dari berbagai aspek.
!. =akna kata al-wusu
Kata al-wusu terambil dari kata wasaa- yausau- wasan yang
secara etimologi berarti tidak sempit# luas# lapang# kekayaan# punya
kekuatan# kesanggupan atau kemampuan
1I
. Fecara istilah al-wusu
menurut =uhammad "li al-Fayis adalah ?
w|, OrZ0 aZ2 3450, W0^P)0,
LFuatu istilah yang menunjukkan adanya kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan sesuatu dengan sangat mudahM
Dalam al-9ur:an kata yang seakar dengan kata wusu dapat
ditemukan dalam beberapa surat dengan makna yang berbeda-beda# di
antaranya dengan makna kemampuan sebagaiman yang terdapat
dalam Girman "llah surat al-Baqarah ayat ;!! sebagai berikut ?
A B

C
:
7

"

Feseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar


kemampuannya
Pada permulaan ayat di atas berbicara tentang bolehnya seorang
ibu menyusukan anaknya kepada orang lain# di samping petunjuk
yang menyatakan tentang tanggung jawab seorang ibu untuk
menyusukan anaknya# dan sekaligus tanggung jawab seorang ayah
untuk memberikan naGkah dan pakaian menurut cara yang patut dan
sesuai dengan kesanggupannya.
=akna wusu dalam arti kesanggupan dapat ditemukan dalam
surat al-"nam ayat 1I; sebagai berikut ?
A B

"

kami tidak akan memikulkan beban kepada seseorang


melainkan sekedar kesanggupannyaM
Keseluruhan ayat tersebut secara umum membicarakan tentang
larangan untuk mengambil harta anak yatim secara tidak sah. =akna
15
. Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdhar, op. cit,h. 2017
10
yang sama juga ditemukan dalam surat al-"raG ayat f; yang
memaparkan tentang tempat orang-orang yang beramal saleh setelah
menggambarkan keadaan neraka. Furat al-mukminun ayat >; tentang
kewajiban menjalankan agama# yang kesemuanya itu diperintah
menurut kadar kemampuan manusia.
Pada ayat yang lain kata wusu berarti luas# sebagaimana terdapat
pada surat al-}isa ayat 1CC sebagai berikut ?

"

<

> .

Barangsiapa berhijrah di jalan "llah# niscaya mereka mendapati


di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan reEki yang banyak.
Kata wusu terkadang juga bermakna lapang# sebagaimana yang
terdapat dalam surat al-}ur ayat ;;?
A4

>

L !

+M

"

<

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan


kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka 6tidak7 akan
memberi 6bantuan7 kepada kaum kerabat6nya7# orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan "llah
Felanjutnya kata wusu juga bisa bermakna kecukupan#
sebagaimana yang terdapat dalam surat al-}isa ayat 1!C sebagai
berikut ?
/

7'

N !

<

<

' .

<

Dika keduanya bercerai# =aka "llah akan memberi kecukupan


kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-}ya. dan adalah
"llah =aha luas 6karunia-}ya7 lagi =aha Bijaksana.
Fedangkan kata wusu dalam bentuk isim "ail dapat ditemukan
dalam surat al-Baqarah ayat ;!> ?
11

P .

'

) Q

) 4

' 0

) '

dan hendaklah kamu berikan suatu mutah 6pemberian7 kepada


mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang
miskin menurut kemampuannya 6pula7# yaitu pemberian menurut yang
patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang
berbuat kebajikan.
Dari beberapa ayat yang terdapat dalam beberapa surat di atas#
maka kata wusu dapat dikatakan lebih mengarah kepada kemampuan
untuk berbuat dengan tidak ada unsur paksaan. %leh karena itu
seseorang tidak dituntut memikul beban yang dirasa memberatkan lagi
menyulitkan. Feperti anjuran berinGak# "llah F@8 hanya
memerintahkan kepada orang-orang yang punya harta lebih dari cukup
untuk dapat menaGkahkan sebagian hartanya di jalan "llah F@8.
Beranjak dari uraian seputar penggunaan ketiga kata di atas#
secara umum jelas terdapat perbedaan mendasar di samping adanya
persamaan. {ntuk lebih memperjelas terhadap persoalan yang
dibahas# maka akan dikemukakan hal-hal penting dari ketiga
ungkapan tersebut. Kata ithaqah yang terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat ;> memiliki pengertian sama dengan kata ithaqah yang terdapat
dalam ayat ;fg. "rtinya pemakaian kata tersebut hanya digunakan
untuk pekerjaan yang berat dan tidak sanggup untuk dilaksanakan.
Febagai contoh kekuatan yang dimiliki tentara Dalut seperti yang
disonyalir dalam ayat ;fg tersebut tidak mampu untuk dilawan#
karena di samping mereka memiliki jumlah yang begitu besar juga
punya persenjataan yang lebih lengkap dibandingkan tentara 8halut.
Begitu pula halnya kata ithaqah yang terdapat dalam ayat ;>#
sehingga ayat seolah-olah hendak mengatakan bagi siapa saja yang
benar-benar lemah atau tidak sanggup melaksanakan puasa# maka
silakan untuk tidak berpuasa. Barangkali pemahaman inilah yang
menyebabkan para mu"assir dan "uqaha memasukkan orang yang
12
sudah tua renta# ibu hamil dan orang sakit yang sudah tidak dapat
diharapkan lagi kesembuhannya ke dalam golongan yathiqunah.
Felanjutnya dapat dipahami bahwa "llah F@8 dalam berbagai
keadaan hanya memberikan tuntutan sesuai dengan kemampuan
hambanya 6al-wusu)# yang oleh =uhammad ali al-sayis kata al-
wusu ini berada dia atas kata al-ithaqah. Di sisi lain# "llah F@8 juga
hanya memberikan kewajiban untuk berbuat kepada hambanya yang
istithaah# seperti dalam hal pelaksanaan ibadah haji# dan masalah
pelaksanaan perkawinan sebagaimana yang terdapat dalam hadits
$asulullah F"@. Di mana kata istithaah itu sendiri secara sederhana
dapat dipahami denga kemampuan yang prima.
Fedangkan cakupan makna yang terkandung pada kata
yathiqunah menurut sebagian ulama sebagaimana yang dikemukakan
=uhammad "li al-Fayis dalam kitabnya menyatakan bahwa dalam
kata itu hanya mencakup orang yang sudah tua renta# wanita hamil
dan wanita yang sedang menyusui.
Demikian halnya menurut al-Dashas# di mana menurutnya hanya
ada tiga golongan yang termasuk ke dalam cakupan ayat tersebut
yaituz *ertama# orang tua renta dan bagi mereka diwajibkan
membayar "idyah. +edua, orang yang terlalu berat memikul beban
sehingga tidak mampu melaksanakannya# seperti wanita hamil. Dan
keti#a# orang yang merasa sangat sukar 6betul-betul kesulitan7
melaksanakannya maka bagi mereka juga wajib "idyah. Nebih jauh ia
mengemukakan bahwa orang-orang tersebut ditetapkan berdasarkan
akal# tetapi berdasarkan pada tauqi" dari rasulullah F"@
1>
.
Fdangkan menurut Imam al-=araghi cakupan kata yathiqunah
dalam ayat 1f di atas adalah bagi setiap orang yang berat
menjalankannya# mereka itu adalah orang tua yang sudah lemah#
orang sakit yang sudah tidak dapat lagi diharapkan kesembuhannya#
pekerja berat# narapidana yang dijatuhi hukuman berat seumur hidup#
16
. "bu Bakar bin "li al-$aEi al Dashass# Ahkam al-Quran (Beirut? Dar al-Kutub al
~vIlmiyah# t.th7# DuE I h.;1>.
13
wanita hamil dan menyusui apabila khawatir terhadap dirinya#
anaknya
1u
{ntuk itu# kata yathiqunah yang secara sederhana dapat dimaknai
dengan beban yang disertai dengan kesulitan yang sangat berat# maka
terhadap pekerja berat# seperti buruh tambang sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam al-=araghi hanya akan dapat digolongkan
kepada apa yang terkandung pada kata yathiqunah dalam surat al-
Baqarah ayat 1f# apabila pekerjaan itu memang dilakukan sepanjang
masa dan tidak ada pilihan mata pencaharian lain baginya. Febab
apabila para pekerja berat dimaksud tidak dimasukkan kepada bagian
dari makna yathiqunah# dalam artian tetap harus berpuasa maka
terhadap pekerja itu hanya ada dua pilihan yaitu berhenti bekerja yang
berakibat akan pada terancamnya kelansungan kehidupan
keluarganya# atau nekad tetap bekerja yang berimbas pada kesusahan
dan kesulitan yang bersangatan atas dirinya atau bahkan mengancam
keselamatan dirinya. <al ini tentu tidak sesuai dengan prinsip dalam
Islam yang senantiasa menghendaki kemudahan bagi setiap umatnya
bukan sebaliknya# sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 1I ?
5

<

A4

"llah =enghendaki kemudahan bagimu# dan tidak


menghendaki kesukaran bagimu
Dengan demikian bagi pekerja berat # mereka dapat
diklasiGikasikan dalam dua bagian . Pertama # pekerja berat yang
siGatnya kontinyu sehingga tidak mempunya waktu luang untuk
men#qadha lantaran sehari-hari pekerjaan keras dan kasar. Febagai
gantinya mereka harus membayar "idyah. Fesuai dengan Girman "llah
yang artinya Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya#
membayar "idyah# yaitu memberi makan orang miskin. Kedua# pekerja
berat yang siGatnya temporer yang masih memiliki waktu luang untuk
17
. "hmad =usthaGa al-=araghi# !a"sir al-/ara#hi, 6Beirut? Dar al Bikr# 1guf7# Dilid I# h.
u;.
14
melakukan qadha. Karenanya mereka ini wajib mengqadha puasanya
sebagai mana orang sakit yang masih diharapkan sembuh dan musaGir.
C. Penutup.
Berdasarkan uraian yang terkandung dari makna keumuman laGaEh yang
ditelaah dari berbagai pendapat para muGasir sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas# dan dari prinsip dalam Islam yang selalu
menghendaki kemudahan bagi setiap umatnya# maka dapat disimpulkan
bahwa bagi pekerja berat seperti pekerja tambang atau pekerja jenis
lainnya yang tidak mempunyai pilihan lain untuk mencukupi kebutuhan
pokok keluarganya# dan itu dilakukan sepanjang hidupnya# maka terhadap
mereka dapat digolongkan kepada kelompok yathiqunah artinya mereka
dapat diberikan rukhsah dalam bentuk kebolehan membatalkan puasa dan
mengganti kewajiban tersebut dengan membayar "idyah. Wallahu alam.
Daftar Pustaka
"bi "bdillah =uhammad bin "hmad al-"nshari al-9urthubi 6selanjutnya disebut
Imam al-9urthubi7# al-(amiil Ahkam al-Quran, Beirut? Dar al-Kutub
al-vIlmiyah#t.th
"l-=araghi# "hmad =usthaGa# !a"sir al-/ara#hi, 6Beirut? Dar al Bikr# 1guf
"l Dashass# "bu Bakar bin "li al-$aEi# Ahkam al-Quran Beirut? Dar al-Kutub al
~vIlmiyah
"l-IsGahani# "l-$aghib# /u)am /u"radat Al"a.h al-Quran, Beirut? Dar al-Bikr
v"li# "tabik dan ". Auhdi =uhdhar# +amus +%ntem*%rer Arab-Ind%nesia,
Kogyakarta? =ulti Karya raGika# 1gg>
"l-Auhaili# @ahbah# al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Damaskus? Dar al-Bikr#
;CC;
15
Dahlan# "bdul "EiE# 0nsikl%*edi 1ukum Islam, Dakarta? Ichtiar }egeri Baru an
<oese# 1ggu
<amka# !a"sir al-A.har# Dakarta? Panji =asyarakat# 1gg!
=uhammad "li al-Fsabuni# =uhammad "li# !a"sir Ayat al-Ahkam min al-
Quran, Beirut? Dar al 9ur:an al-Karim
=uhammad "li "l-Fayis# =uhammad "li# !a"sir Ayat al-Ahkam

=. 9uraish Fhihab# =. 9uraish# Wawasan al-Quran !a"sir atas Berba#ai
$ers%alan &mat, Dakarta? =iEan# 1gg
FyariGuddin# "mir# Garis-Garis Besar Fiqh,6Dakarta 8imur? Prenada =edia# ;CC!
16

You might also like