Professional Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
Puasa merupakan ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun
Islam. Dengan demikian karena puasa merupakan ibadah pokok maka dia
harus dilaksanakan sebagai salah satu kewajiban bagi orang yang beriman.
Kewajiban ini secara jelas dengan menggunakan kata kataba yang terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 1!.
"pabila diteliti isi kandungan ayat-ayat sesudah ayat 1! dari surat al-
Baqarah tersebut# yang menjelaskan masalah siapa saja yang mendapat
rukhsah# akan dapat menimbulkan permasalahan bagi pekerja berat yang terus
menerus termasuk pada bulan $amadhan. Bagi mereka puasa adalah persoalan
yang dilematis# disatu sisi puasa merupakan perintah agama yang wajib
dilaksanakan# sementara di sisi lain tuntutan ekonomi yang membuat mereka
tidak bisa untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.
%leh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah puasa
bagi pekerja berat# apakah ada keringanan bagi mereka tersebut atau tidak.
B. Pembahasan
1. Pengertian Puasa
Kata puasa dalam bahasa "rab digunakan dengan kata al-shaum# di
mana kata al-shaum itu sendiri berarti &'(()*+, - .((/0, 1((2 34((50,
6menahan diri dari sesuatu7
1
# baik dalam bentuk perkataan ataupun
perbuatan. 8erkait masalah puasa ini# dalam al-9ur:an terdapat unkapan
kata shiyam yang terulang sebanyak delapan kali. Kata shiyamdi sini
menurut hukum syara berarti puasa# dan pada surat yang lain digunakan
ungkapan shaum# yang berarti menahan diri untuk tidak berbicara
;
. <al ini
terlihat dalam surat =aryam ayat ;> ?
1
. @ahbah al-Auhaili# al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, 6Damaskus? Dar al-Bikr# ;CC;7# DuE
III# h. 1>1>.
2
. "mir FyariGuddin# Garis-Garis Besar Fiqh,6Dakarta 8imur? Prenada =edia# ;CC!7# Het-
1# h. I;.
1
"rtinya? JFesungguhnya aku telah bernaEar berpuasa untuk 8uhan Kang =aha
Pemurah# maka aku tidak akan berbicara dengan seorang =anusia pun pada
hari iniJ.
Demikian ungkapan =aryam yang diajarkan oleh =alaikat Dibril ketika
ada yang mempertanyakan tentang kelahiran anaknya Isa "F. Kata ini juga
masing-masing sekali dalam bentuk perintah berpuasa di bulan $amadhan# satu
kali dalam bentuk kata kerja yang menyatakan bahwa Lberpuasa adalah baik untuk
kamuM dan satu kali dalam bentuk sebagai pelaku yaitu al-shaimin wa al-shaimat.
Nebih lanjut menurut =. 9uraish Fhihab# ungkapan kata-kata yang beraneka
ragamtersebut berasal dari akar kata yang sama yakni shawama, yang dari segi
bahasa maknanya berkisar pada LmenahanM dan LberhentiM# atau Ltidak bergerakM.
Felanjutnya pengertian kebahasaan dipersempit maknanya oleh hukum syari:at#
sehingga kata shiyam hanya digunakan untuk enahan dari makan# minum dan
upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya Gajar hingga terbenamnya matahariM
!
.
Demikian halnya ungkapan para Guqaha sebagaimana yang telah dikutip
oleh @ahbah al-Auhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh
menyatakan bahwa deGinisi puasa (al-shaum) secara istilah adalah?
&')*+, O'PQ , 12 R,STUV0, W4XY 1* WZ[\ 1* ]^Z_ S`U0, a0b c-Sd
eV50,
L=enahan diri di siang hari dari segala yang membatalkan puasa dengan disertai
niat sejak terbitnya Gajar sehingga terbenamnya matahariM
f
.
3
. =. 9uraish Fhihab# Wawasan al-Quran !a"sir atas Berba#ai $ers%alan &mat,
6Dakarta? =iEan# 1gg7# h. I;;
4
. @ahbah al-Auhaili# l%'.'it.
2
Dalam redaksi yang sedikit berbeda# "bu "bdullah =uhammad al-
9urthubi dalam kitabnya al-(amiil Ahkam al-Quran menyatakan bahwa al-
shaum itu adalah?
&')*+, 12 R,STUV0, h* i,Sjk, W4X0, lY 1* ]^Z_ S`U0, a((0b c-S((d
eV((50, - l*'((Vm - l0'((Vn c'((Xjo'Y R,O^((TpV0, - qr((2 ]^((k^0, s((t
R'*SpV0,
L=enahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa yang dibarengi dengan niat
sejak terbitnya Gajar samapai terbenamnya matahari# menyelesaikan dan
menyempurnakannya dengan menjauhi perbuatan maksit# serta tidak mendatangi
tempat-tempat yang diharamkanM
I
.
@alaupun dari beberapa deGinisi yang telah dikemukakan di atas
terlihat memiliki perbedaan dalam redaksi# namun pada esensinya
memiliki persamaan yang saling melengkapi terhadap rukun dari puasa itu
sendiri# yaitu niat untuk berpuasa# dan kegiatan menahan diri dari segala
yang dapat membatalkan puasa dalam waktu tertentu 6mulai dari terbit
Gajar hingga terbenamnya matahari7.
2. Kewajiban Puasa Ramadhan
Dasar yang menjadi kewajiban puasa terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 1!# 1f# 1I dan 1u. "yat-ayat tersebut di antaranya adalah surat
al-Baqarah ayat 1! yaitu ?
!
"
!
#
% &
'
&
'
0'
5
. "bi "bdillah =uhammad bin "hmad al-"nshari al-9urthubi 6selanjutnya disebut
Imam al-9urthubi7# al-(amiil Ahkam al-Quran, 6Beirut? Dar al-Kutub al-vIlmiyah#t.th7# Dilid
I#h.1!.
3
J<ai orang-orang yang beriman# diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwaJ
Dalam tuntutan puasa pada ayat di atas tidak dijelaskan siapa yang
mewajibkan# dan tidak pula dijelaskan berapa kewajiban puasa itu# tetapi hanya
disebutkan seba#aimana diwa)ibkan terhada* umat-umat sebelum kamu. Dengan
demikian maka wajar pula jika umat Islam melaksanakannya# apalagi tujuan puasa
tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri# yakni agar menjadi
orang yang bertakwa.
Felanjutnya Girman "llah dalam surat al-Baqarah ayat 1f sebagai
berikut ?
2
3
45
)
2
78
9 : 5
2
!
) 4
<
0=
>: !
2
(
"
; <
'
2
3
45
. Perbedaan tersebut
secara garis besar berkisar pada perbedaan yang berkenaan dengan
bagaimana pengaruh dari tujuan suatu perjalanan di satu sisi# dan
berapa jumlah minimal jarak tempuh suatu perjalanan# dan juga
perbedaan pada masalah villat 6sebab7 kebolehan i"tar# apakah karena
hanya dengan adanya unsur perjalanan 6al-sa"ar7 atau unsur lain
seperti tingkat keletihan dan kesulitan yang dialami ketika melakukan
perjalanan.
Keumuman laGaE tersebut berkenaan dengan keadaan LsakitM dan
Ldalam perjalananM yang tercantum di dalam al-9ur:an adalah Gaktor
dari perbedaan pendapat. }amun demikian dapat dikatakan bahwa
"llah F@8 sengaja memilih redaksi demikian guna menyerahkan
kepada nurani manusia masing-masing untuk menentukan sendiri
apakah ia sanggup ~dalam salah satu dari dua keadaan tersebut 6sakit
atau dalam perjalanan7 ~ untuk berpuasa atau tidak
g
. Di sisi lain harus
diingat bahwa konsekwensi hukum bagi orang yang tidak berpuasa
dengan sebab sakit atau dalam perjalanan adalah dengan mengganti
puasa $amadhan yang telah dibatalkan dengan puasa pada waktu yang
lain sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.
!. %rang yang Nemah 6merasa sangat beratsulit untuk berpuasa7
8
.=uhammad "li al-Fayis# !a"sir Ayat al-Ahkam# h.>!->> lihat juga Imam al-urthubi#
%*.'it# h. 1>.
9
. =.9uraish Fhihab# %*.'it.# h.I;I
6
Keadaan orang yang merasa berat menjalankan puasa diungkapkan
dalam al-9ur:an dengan kalimat - aZ2 1y0, lQ^4Ty 6dan
bagi orang yang berat menjalankannya7. Penggalan ayat ini
diperselisihkan maknanya oleh para muGassir. Berkenaan dengan siapa
saja yang digolongkan ke dalam makna kata lQ^((4Ty akan
dijelaskan lebih jauh pada pembahasan di bawah ini.
3. Puasa Bagi Pekerja Berat
Febelum menguraikan bagaimana kedudukan ataupun pengaruh dari
keadaan yang dialami oleh seseorang yang berpropesi sebagai pekerja
berat terhadap pelaksanaan puasa $amadhan# terlebih dahulu akan
dijelaskan beberapa makna dari istilah-istilah yang biasanya selalu terkait
dengan aktiGitas subjek hukum dalam melaksanakan berbagai kewajiban#
di antaranya adalah bagaimana majna yang terkandung dari kata ithaqah,
istithaah dan wusu.
1. =akna ithaqah
Kata ithaqah berasal dari kata thaqa-yathiqu# yang secara bahasa
berarti kemampuan# kekuatan
1C
. Fedangkan menurut istilah ulama
taGsir# seperti =uhammad Fyaltut dan =uhammad "li al-Fayis dalam
kitabnya menyatakan bahwa ithaqah adalah?
w|, OrZ0 aZ2 34 h* r50, - W5V0,
LIstilah yang menggunakan untuk menunjukkan adanya kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan keadaan yang sangat berat dan sulitM
Demikianlah pendapat kebanyakan ulama# hanya saja al-Fhabuni
dengan mengutip pendapat al-$agib mengomentari kata tersebut
dengan mengibaratkannya kepada keadaan leher yang terlilit oleh
sesuatu 6tercekik7
11
. Felanjutnya kata ithaqah dengan makna
10
. "tabik v"li dan ". Auhdi =uhdhar# +amus +%ntem*%rer Arab-Ind%nesia,
6Kogyakarta? =ulti Karya raGika# 1gg>7# cet-g#h. 1;1g.
11
. =uhammad "li al-Fsabuni# !a"sir Ayat al-Ahkam min al-Quran, 6Beirut? Dar al
9ur:an al-Karim# t.th7# DuE I# h. 1!!.
7
kesanggupan dapat ditemukan dalam surat al-Baqarah ayat ;fg
sebagai berikut ?
=aka tatkala 8halut dan orang-orang yang beriman bersama dia 8elah
menyeberangi sungai itu# orang-orang yang 8elah minum berkata?
J8ak ada kesanggupan kami pada hari Ini untuk melawan Dalut dan
tentaranya.J orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
"llah# berkata? JBerapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan iEin "llah. dan "llah
beserta orang-orang yang sabar.J
Kata L Wk'_ L dalam ayat ini menggambarkan betapa sulitnya
pasukan 8halut melawan tentara Dalut yang begitu banyak dan
memiliki persenjataan yang lengkap. Fecara logika keadaan ini
memperlihatkan betapa sulit atau tidak mungkinnya pasukan 8halut
untuk melawan apalagi mengalahakan pasukan Dalut# sehingga
pasukan 8halut ragu dan bimbang. }amun demikian# sebagian lainnya
tetap optimis sehingga dengan pertolongan "llah 6tentu dengan
caranya sendiri7 dengan mengirim seseorang yang masih muda belia
yaitu Daud yang dipersiapkan untuk menjadi seorang }abi. =eskipun
belum begitu banyak pengalamannya di =edan pertempuran# namun
dengan kecerdasan dan lepintarannya menyusun strategi dalam
merancang medan tempur# tentara jalut dapat dilumpuhkan
1;
. Dengan
demikian maka kata thaqah dimaksudkan untuk memikul beban yang
tidak sanggup dipikul karena begitu beratnya. Keadaan ini seperti
orang tua dan wanita hamil yang sudah lemah# serta orang sakit yang
sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh# sehingga mereka ini tidak
mungkin lagi untuk melakukan pekerjaan yang begitu berat.
;. Kata Istitha:ah
Kata istithaah terbentuk dari tsilasi ma.id tiga huruG yang terambil
dari kata thaa yathiu-thauan, yang secara etimologi berarti taat#
12
.<amka# !a"sir al-A.har# 6Dakarta? Panji =asyarakat# 1gg!7# DuE ;# h. !I.
8
patuh dan tunduk
1!
. Istithaah adalah pecahan dari kata thaa dalam
bentuk benda# yang biasanya dimaksudkan dengan kemampuan dan
kesanggupan. %leh karena itu# kata istithaah dalam bentuk ini dapat
dipahami dengan keadaan seseorang yang tunduk untuk melakukan
sesuatu yang diperintahkan agama sesuai dengan kondisinya.
Fedangkan dalam al-9ur:an# bentuk yang seperti ini nyaris tidak
ditemukan# karena yang ditemukan hanya dalam bentuk kata kerja#
baik dalam bentuk "iil madhi ataupun "iil mudhari. {ngkapan
seperti ini dapat ditemukan sebanyak f; kali dalam surat dan ayat
yang kesemuanya berarti sanggup dan mampu
1f
.
Beranjak dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
daya kemampuan seseorang# maka semakin tinggi pula tuntutan untuk
mengerjakan suatu perbuatan. =aka begitu juga sebaliknya# seseorang
tidak akan dituntut untuk melakukan perbuatan yang melebihi
kemampuannya. Demikian ini sebagaimana Girman "llah yang
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat ;> sebagai berikut?
A B
<
"
C
:
7
"
"
"
<
> .
>
L !
+M
"
<
7'
N !
<
<
' .
<
P .
'
) Q
) 4
' 0
) '
<
A4