Professional Documents
Culture Documents
100% M =
100%
Keterangan :
M = Mortalitas
Nt = Jumlah akhir
No = Jumlah awal
SR = Survival rate
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Data Kelas)
Suhu 10
0
C dan 20
0
C
Menit
suhu 10
0
C Suhu 20
0
C
W
B.O T.L B.O T.L
5 Menit 20
Ikan berenang
terbalik,
pergerakan ikan
lambat dan
sebagian berada
didasar aquarium.
102
Ikan lethargic
(lambat), bukaan
operculum agak
cepat.
W1 = W
awal
-W
akhir
=34,14- 33,32
= 0,82
10
menit
24
Sebagian ikan
pingsan dan
sebagian lagi
pergerakan lambat
dan pergerakan
operculum lambat.
92
Sebagian ikan
terlihat seperti akan
pingsan, pergerakan
operculum
melambat.
15
menit
80
Proses metabolism
meningkat, banay
ikan yang pinsan,
dan pergerakan
operculum
meningkat.
111
Sebagian ikan
mengalami anoxia
(kurangan O
2
) dan
sebagian bergerak
hiperaktif,
pergerakan
operculum
meningkat.
20 83
Ikan
123
Sebagian ikan sering
menit mengerluarkan
lendir sebagai
system
pertahanannya,
bukaan operculum
semakin cepat.
berada di permukaan
aquarium,
operculum
meningkat.
25
menit
0
Semua ikan
pingsan.
126
Sebagian ikan
pergerakan terlalu
hiperaktif tetapi
sebagian ikan
lethargic pergerakan
operculum semakin
cepat.
W1 = W
awal
-W
akhir
=39,06- 38,03
= 1,03
0 menit 13
Semua ikan
pingsan tetapi
pergerakan
operculum ikan
mulai bergerak
lagi.
130
Pergerakan ikan
semakin cepat,
pergerakan ikan
mulai melemah
(lethargik).
Aquarium 1 (suhu 10
0
C): Aquarium 2 (suhu 20
0
C) :
Bobot ikan awal : 34,14 gram Bobot ikan awal : 39,06 gram
Bobot ikan akhir : 33,32 gram Bobot ikan akhir : 38,03 gram
Ikan Hidup Semua.
Suhu 40
0
C Gradual
Kel Menit
Gradual (10-40
0
C)
Menit
Suhu 40
0
C
B.O T.L B.O T.L
2
5
Menit
20
Gerakan ikan
agresif, bukaan
operculum melambat
dari semula
10
Menit
41
Hiperaktif, interval
bukaan operkulum
relatif cepat.
10
menit
24
Sebagian ikan
pingsan dan
sebagian lagi
pergerakan lambat
dan pergerakan
operculum lambat.
15
menit
19
Gerakan overculum
semakin melambat,
ikan tak melakukan
pergerakan.
20
Menit
53
Lethargic, anoxia,
mulai kehilangan
keseimbangan untuk
berenang.
bukaan operkulum
lebih cepat lagi dari
sebelumnya
20
menit
34
Ikan mengerluarkan
sedikit lendir,
bukaan operculum
semakin cepat.
25
menit
53
Semua ikan mulai
aktif bergerak
namun masih
lambat, overculum
semakin cepat
namun pergerakan
overculum membuka
sangat lambat
30
Menit
48
Gerakan pasif,
bukaan operku-lum
semakin lambat dari
sebelum-nya, perut
ikan terlihat
menggembung.
Posisi ikan sudah
didasar aquarium 30
menit
41
Ikan melemah
kembali, dan
beberapa hiperaktif.
W
Bobot ikan awal :
38,05 gr
Bobot ikan awal :
38,97 gr
Bobot ikan akhir :
35, 80 gr
Bobot ikan akhir :
38,40 gr
= 38,05-35,80 gr =
2.25 gr
=38,97 38,40 gr =
0,57 gr
4.1.2 pH
pH NaOH 40-50 Tetes
Waktu
Tingkah Laku
Akuarium 1 (50 tetes) BO BO Akuarium 2 (40 tetes)
AW
1
AW
2
5
Ikan masih aktif
105 110
Ikan masih aktif
overculum stabil overculum stabil
Suhu 28
o
C Suhu 28
o
10
Pergerakan Lemah
160 115
Pergerakan aktif seperti
Biasanya
Anoxia Suhu 27
o
C
Bukaan overculum lebih
cepat
Suhu 28
o
C
15
Overculum sering
tertutup
95 105
Overculum sering tertutup
Berenang tidak seimbang Berenang tidak seimbang
20 Tidak ada perubahan 96 93 Pergerakan melemah
25
Lebih sering berenang
dipermukaan
99 90 Berenang tidak seimbang
30
Ikan sudah mulai dapat
beradaptasi
106 105
Ikan sudah mulai dapat
Beradaptasi
AW = W1-W0
Akuarium 1 (50 tetes) : Akuarium 2 (40 tetes) :
Berat awal : 33,74 gram Berat awal : 38,96 gram
Berat akhir : 32,57 gram Berat akhir : 34,80 gram
pH KCL 40- 50 Tetes
Menit 40 tetes 50 tetes BO
40
tetes
50
tetes
5 menit Berenang mundur,
bergerak cepat, dan
Berenang mundur dan
agresif
96 106
agresif
10
menit
Mengeluarkan fases
lebihbanyak, menyentak
saat bernafas, berenang
agresif dan ikan mulai
lemah
Mengalami kesulitan
dalam bernafas,
berenang agresif, ikan
tidak tenang dan banyak
mengeluarkan fases
103 112
15
menit
Ikan mulai diam,
pergerakan melambat,
banyak fases, ikan diam
di dasar dan pernafasan
cepat
Pergerakan ikan
melambat, peranfsan
ikan cepat, feses banyak
147 98
20
menit
Pergerakan ikan makin
lambat, ikan berenang
pasif, berenang di dasar,
pernafasan makin
lambat karena ikan
menyentak saat bernafas
Pergerakan melambat,
bereanang cenderung di
dasar, kesulitan dalam
bernafas
90 90
25
menit
Ikan makin melemah,
bernang di dasar,
berenangmundur, ikan
cenderung diam dan
bergerombol
Berenang melayang,
ikan cenderung diam,
pergerakan melambat
dan sesekali naik ke
permukaan
89 83
30
menit
Ikan sesekali bergerak
aktif, ikan mulai
berenang melayang,
berenang mundur, ikan
kesulitan dalam bernafas
Ikan berenang
melayang, sesekali
bergerak cepat, sesekali
bernafas cepat, dan
kadang bernafas
lambatdan menyentak
87 79
Aquarium 1 : Aquarium 2 :
40 tetes KCL 50 tetes KCL
Bobot ikan awal : 38,45 gr Bobot ikan awal : 39,74 gr
Bobot ikan akhir : 36,27 gr Bobot ikan akhir : 39,26 gr
Ikan hidup semua
4.1.3 Detergen Surfaktan
Detergen 3 gram Gradual
Kel Waktu
Perlakuan 1 gram W Perlakuan 3 garam W
Bukaan
Operculum
Tingkah laku Bukaan
Operculum
Tingkah
Laku
5 5 menit 190 kali Pergerakan
ikan sedikit
terlihat lemah
W
awal
-
W
akhir
= 44,26
gr-
44,02gr
=
0,24gram
170 kali Pergerakan
ikan terlihat
lemah
W
awal
-W
akhir
=38,03gr- 40,15
gr
= -2,12 gram 10
menit
170 kali Pergerakan
menjadi
lamabat serta
sering terlihat
naik ke
permukaan
160 kali 2 ekor ikan
pingsan ,
mengeluark
an feses,
pergerakan
melayang
12
menit
100 kali Ikan mati 1
15
menit
140 kali Pergerakan
ikan tambah
lemah serta
mengeluarkn
lendir
80 kali Pergerakan
ikan sangat
lemah dan
melayang-
layang di
permukaan
air
20
menit
100 kali Gerakan ikan
terlihat pasif
tetapi masih
ada yang
bergerak aktif
60 kali Ikan mati 1,
pendarahan
pada insang
25
menit
90 kali Pergerakan
ikan lambat
dan pasif,
bukaan
operculum
menjadi
lambat
45 kali Bukaan
operculum
menjadi
lambat, ikan
sangat
lemah dan
mengapung
diatas
permukaan
30
menit
75 kali Berdiam
didasar
aquarium.
ikan hidup
semua
30 kali Ikan mati 1,
melayang
dipermukaa
n air,
bukaan
operculum
sangat
lambat. Ikan
yang hidup
tersisa 1
Deterjan 1 gram: mengalami penurunan berat badan sebesar 0,24 gram
Deterjen 3 gram : mengalami penambahan berat badan sebesar 2,12 gram
Detergen 6 gram Gradual
W Perlakuan
/Waktu
5 menit
(menit ke-5)
(10 menit
( Menit ke-10)
15 menit
(menit ke-15)
20
(men
Menit
nit ke-20)
BO TL BO TL BO TL BO TL
42,43-
42,87= -0, 44
gram
41,43-41,64= -
0,21 gram
6 gram
Gradual
(1gram, 3
gram, 6
gram per 5
menit).
644
600
Hiperaktif,
interval
bukan
operkulum
relatif
cepat.
Gerakan
ikan aktif,
bukaan
operculum
cepat,
belum ada
gejala/ efek
serius
terhadap
penambah-
an 1 gram
315
396
Lethargi
c,
anoxia,
mulai
kehilang-
an
keseimba
-ngan
untuk
berenang
.
Anoxia,
perut
ikan
mulai
sedikit
mengge
m-bung,
penamba
-han
surfaktan
17
0
27
0
Gerakan
pasif,
bukaan
operku-
lum
semakin
lambat
dari
sebelum-
nya,
perut
ikan
terlihat
mengge
m-bung.
Lethargic
,
mengelu-
arkan
darah
dari
bagian
insang,
ikan
mulai
bergerak
12
0
18
6
Ikan
cenderun
g tidak
bergerak,
bukaan
operculu
m sangat
jarang/
hampir
tidak
aktif,
keluarnya
darah dari
insang,
ikan
tampak
melayang
di kolom
air, ikan
pertama
mati pada
menit ke-
17.
Gerakan
ikan
makin
pasif,
bukaan
operculu
m makin
melambat
, darah
yang
keluar
surfaktan
deterjen ke
variabel
lingkungan.
deterjen
3 gram
mulai
mempe-
ngaruhi
fungsi
fisiologis
ikan.
pasif,
bukaan
operku-
lum
mengala-
mi
penurun-
an secara
konstan
dan
drastis.
dari
insang
semakin
banyak,
ikan
kehilanga
n keseim-
bangan
untuk
berenang,
ikan
belum
ada yang
mati.
B. PEMBAHASAN
Kebutuhan Oksigen dan kisaran toleransi ikan berbeda meski dalam satu
spesies. Menurut Fujaya (1999;115) kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi
umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua umur ikan, laju metabolisme
semakin rendah. Perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan
oksigen. Pada praktikum kali ini dapat dirumuskan beberapa kemungkinan yang
menyebabkan gerakan operkulum ikan berbeda pada beberapa perlakuan,
kemungkinan tersebut antara lain yakni, ikan nila yang digunakan dalam
praktikum kali ini memiliki umur, aktivitas dan ukuran tubuh yang berbeda.
Pada praktikum ini terdapat 4 perlakuan, yaitu perlakuan dengan suhu, pH
basa, pH asam, dan surfaktan detergen. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit.
Praktikum menggunakan 2 aquarium disetiap perlakuannya, satu aquarium
dijadikan kontrol terhadap perlakuan yang dilakukan.
Perlakuan dengan suhu dibagi menjadi 2, yaitu suhu panas (40C) dan
suhu dingin (10C dan 20C).Pada suhu dingin 5 menit pertama ikan komet
mengalami Ikan berenang terbalik, pergerakan ikan lambat dan sebagian berada
didasar aquarium.Pada waktu 10 menit ikan komet Sebagian ikan pingsan dan
sebagian lagi pergerakan lambat dan pergerakan operculum lambat.Pada waktu 15
menit Proses metabolisme meningkat, banyak ikan yang pingsan, dan pergerakan
operculum meningkat.pada 20 menit Ikan mengerluarkan lendir sebagai system
pertahanannya, bukaan operculum semakin cepat.Pada waktu 25 sampai 30 menit
ikan mengalami Semua ikan pingsan tetapi pergerakan operculum ikan mulai
bergerak lagi.
Pada perlakuan 20
0
C dari 5-10 menit ikan Ikan lethargic (lambat), bukaan
operculum agak cepat dan Sebagian ikan terlihat seperti akan pingsan, pergerakan
operculum melambat dengan bukaan operculum 102 dan 92.Pada menit 15-20
Sebagian ikan mengalami anoxia (kurangan O
2
) dan sebagian bergerak hiperaktif,
pergerakan operculum meningkat dan Sebagian ikan sering berada di permukaan
aquarium, operculum meningkat.
Pada suhu 40
0
C ikan mengalami Hiperaktif, interval bukaan operkulum
relatif cepat,lalu ikan Lethargic, anoxia, mulai kehilangan keseimbangan untuk
berenang.bukaan operkulum lebih cepat lagi dari sebelumnya.
Pada suhu Gradual (10-40
0
C) Gerakan ikan agresif, bukaan operculum
melambat dari semula, Sebagian ikan pingsan dan sebagian lagi pergerakan
lambat dan pergerakan operculum lambat serta Semua ikan mulai aktif bergerak
namun masih lambat, overculum semakin cepat namun pergerakan overculum
membuka sangat lambat
Pada perlakuan Ph,dilakukan perlakuan dengan penambahan asam kuat
(KCL) dan basa kuat (NaOH), hampir sama dengan perlakuan suhu karena tidak
sama dengan tempat hidupnya maka ikan komet akan memebrikan respon berupa
tingkah laku yaitu bukaan overculum melambat dan oergerakannya pun
melambat, serta susah bernapas karena keadaan asam dan basa yang cukup kuat,
keaadaan ini juga membuat bobot dari ikan komet berkurang, karena
berkurangnya cairan dalam tubuh sehingga energi ikan komet dihabiskan untuk
beradaptasi dan tidak untuk berkembang tumbuh.
Pada perlakuan penambahan detergen, pada aquariaum 3 gram ikan tersisa
1 dan pada aquarium 6 ikan masih hidup. kandungan dari detergen 3 gram
langsung masuk ke organ ikan sehingga menjadikan ikan kehilangan kemampuan
bernafas, dan mati.
Pada pratikum respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan
bahwa kenaikanan atau penurunan suhu dapat mempengaruhi perubahan
pembukaan operculum karena semakin rendah suhu semakin sulit ikan untuk
bernapas dengan artian bukaan operculum lebih sedikit di bandingkan dengan
keadaan suhu yang tinggi.
Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
oksigen. Peningkatan suhu (pada batas toleransi) akan diikuti dengan peningkatan
laju metabolisme. Perubahan suhu secara fluktuatif akan menyebabkan pengaruh
terhadap fisiologi hewan air. Kenaikan suhu menyebabkan laju konsumsi dan
metabolisme meningkat. Penurunan suhu menyebabkan penghambatan proses
fisiologi bahkan dapat menyebabkan kematian. Dapat menurunkan pertumbuhan
serta mengurangi kelangsungan hidup ikan dan daya tarik terhadap pakan.
Kecepatan reaksi laju metabolisme dipengaruhi suhu dimana pertumbuhan lebih
cepat dengan meningkatnya suhu dalam batas toleransinya.
Menurut Alabaster dan Lloyd (1980) dalam Machditiara (2003),
bervariasinya pengaruh pH terhadap ikan tergantung pada spesies, ukuran ikan,
suhu, konsentrasi, CO
2
dan kehadiran logam berat seperti besi. Selain itu, nilai pH
mempengaruhi daya racun bahan atau factor kimia lain seperti ammonia
meningkat bila pH mneingkat dan H2S meningkat bila pH menurun. Berdasarkan
literature diketahui bahwa pH optimal hidup ikan adalah berkisar antara 6-9.
Perlakuan deterjen terhadap ikan nila menyebabkan ikan komet mati
sedangkan pada akuarium kontrol ikan bertahan hidup dikarenakan di dalam
akuarium tidak diberi perlakuan akuarium. Deterjen mengandung bahan-bahan
yang menyebabkan ikan mati yaitu:
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik : -Alkyl Benzene Sulfonate, Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS),
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Acetates :Nitril Tri Acetate (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silicates : Zeolith
d. Citrates : Citrate acid
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk
lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan
lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Pengaruh deterjen adalah dapat memperlambat pertumbuhan dan
membatasi ruang gerak ikan. Selain itu juga dampak yang ditimbulkan adalah
pendarahan pada organ dalam ikan salah satu nya yaitu bagian insang. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan ketidakmampuan insang dalam mentolerir
kandungan deterjen yang terhisap di insang, sehingga terjadi penggumpalan dan
akhirnya pecah menimbulkan pendarahan. Akibat terganggunya salah satu fungsi
organ tubuh. Dan dapat mempengaruhi kematian ikan juga. Selain itu busa
detergen yang terlalu banyak merupakan salah satu penyebab kontak udara dan
air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian. kisaran suhu dan pH ikan komet berkisar 19- 28C sementara kisaran
pHnya antara 7-7,5.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pada perlakuan dengan surfaktan detergen, ikan yang diujikan mengalami
kematian karena kandungan detergen yang menyebabkan kerusakan pada
insang ikan
2. Suhu yang tinggi menyebabkan ikan menjadi lemas, sedangkan suhu dingin
tidak terlalu mempengaruhi tingkah laku ikan
3. Organisme akuatik dipengaruhi oleh suhu, pH dn perlakuan detergen
2. Saran
Adapun saran yang diberikan pada praktikum ini adalah melengkapi alat alat
yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum, agar praktikum bisa berjalan
lancar.
LAMPIRAN