You are on page 1of 17

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS



A. Konsep Dasar Penyakit Appendicitis Akut
1. Pengertian
Menurut Barbara C.Long, 1993 Appendicitis adalah suatu
peradangan pada appendicitis yang berbentuk umbai cacing, yang
berlokasi dekat katup ikocecal. Sedangkan Joyce M.Black ditahun 1993,
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendiks vermiformis
yang ada pada umumnya berkembang di usia remaja dan dewasa.
2. Etiologi
Diduga bahwa faktor utama dalam patogenesis appendicitis acut
adalah sumbatan (obstruksi) lumen appendiks yang diikuti infeksi oleh
bakteri. Walapun obstruksi ditemukan pada tiga puluh sampai empat puluh
prosen kasus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada kebanyajan
kasus didahului dengan ulserasi yang penyebabnya tidak diketahui, tapi
diperkirakan akibat virus obstruksi,bila ada biasanya disebabkan oleh
rekalit atau masa fekal padat. Fekalit sering terjadi pada masyarakat
dengan konsumsi diet yang rendah serat yang menjelaskan mengapa
appendicitis lebih sering ditemukan di negara-negara berat. Penyebab
obstuksi yang lebih jarang adalah : batu tumor appendiks, hiperplasia
jaringan limfe, cacing / parasit lain, infeksi virus.
3. Fatofisiologi
Saat appendiks mengalami obstuksi (penyumbatan) karena
berbagai penyebab diatas. Sekresi mukus oleh mukosa appendiks juga
menghambat pengeluarannya makin lama, mukus yang terbendung makin
banyak dan menekan dinding appendiks yang menyebabkan menjadi
teregang, sehingga menggenggu aliran limfe dan sirkulasi darah, akibatnya
dinding appendiks menjadi oedema serta merangsang tunika serosa dan
peritonium serosa dan peritonium viseral. Oleh karena persarafan

appendiks sama dengan usus yaitu torakal x, maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit di sekitar umbilikus.
Adanya kongesti vena menimbulkan luka pada dinding appendiks,
kondisi demikian ini menyebabkan invasi mikroorganisme yang ada di
usus besar memasuki luka dan menimbulkan proses radang acut.
Mikroorganisme yang sering memasuki luka adalah E.Coli ataupan
Enterococci selanjutnya peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritonium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit di kanan
bawah. Keadaan ini disebut dengan appendicitis supuratif acut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka timbul gangren dan ini
disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding appendiks yang
telah rapuh itu pecah, dinamakan appendicitis perporasi, seringkali
gangren dan perporasi terjadi dalam 24-36 jam.
Bila proses ini berjalan lamban, usaha pertahanan tubuh adalah
membatasi proses radang, dimana organ-organ sekitar seperti seperti
illeum terminal, sekum dan omentrum akan membentuk dinding mengitari
appendiks sehingga terbentuk masa peri appendikuler yang dikenal dengan
istilah infiltrat appendiks. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan yang
berupa abses yang dapat mengalami perporasi. Jika tidak membentuk abse,
appendiks ini akan menyembuhkan dan selanjutnya gejala hilang timbul di
kemudian hari, maka akan menjadi appendicitis kronik.
4. Tanda dan gejala
Urutan keluhan yang klasik pada appendicitis akut adalah, yang
pertama : sakit perut, kedua : mual dan muntah, ketiga : rasa ngilu dan
sakit tekan di daerah appendiks, keempat : badan panas dan kelima adalah
leukositosis sebagai indikasi telah terjadi periotonitis lokalisata.
Perasaan sakit merupakan keluhan awal pada 97 100% kasus,
walaupun beberapa kasus mengeluh gangguan pencernaan satu atau dua
hari sebelumnya. Biasanya penderita terbangun malam hari karena sakit
perut di epigastrium atau daerah periumbilikal. Rasa sakit ini kadang difus

di seluruh perut atau bahkan terlokalisir di perut kanan bawah sejak awal
sakit. Sifat sakit seperti kolik, biasanya tidak begitu berat, bahkan tidak
terlalu mengganggu. Intensitas sakit mencapai puncak dalam 4-6 jam,
secara perlahan menghilang untuk kemudian timbul rasa sakit di perut
kanan bawah yang semakit hebat dan adanya tanda rangsangan peritoseum
lokal di titik Mc. Burney, yang nyeri tekan, nyeri lepas dan defans
muskularis. Selanjutnya, timbul ransangan peritonium tidak langsung yang
berupa, pertama : nyeri kanan bawah pada tekanan kiri ( rovsing sign),
kedua : nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepaskan
(blumberg sign) dan ketiga nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak
seperti sewaktu nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan. Selain itu terjadi
pula nyeri pada abdomen kanan bawah bila kaki kanan diangkat dalam
keadaan terlentng (psos sign) dan nyeri daerah Mc. Burney bila testis
kanan ditarik (pen horn sign).
Pada 95% kasus mengeluh anoreksia, mual atau muntah-muntah.
Penderita muntah satu atau dua kali dalam beberapa jam setelah timbul
rasa sakit, namun anoreksia tetap ada walaupun sudah tidak ada mual lagi.
Biasanya terjadi konstipasi, namun pada anak-anak atau bila letak
appendiks dekat dengan rektum terjadi diare.
Perasaan ngilu / hiperestaria pada kulit abdomen yang sesuai
dengan dermaton T10-T12 tidak selalu di temukan.Sedangkan panas badan
bervariasi, dimana pada appendicitis simpel biasanya sekitar 37,8 C,
dicurigai adanya perforasi.
5. Prosedur Diagnosa
Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan diteliti,
diagnosa klinis appendicitis acut masih mungkin salah pada +_ 15-20%
kasus. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu
menegakkan diagnosis appendicitis yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan leokositosis 10.000 18.000/mm3 dan hitung jenis yang
bergeser kekiri. Leokositosis lebih dari 18.000/mm3 dan hitung jenis
yang ke kiri disertai keluhan appendicitis lebih dari 4 jam dicurigai
terjadi perporasi sehingga diduga bahwa leokositosis sebanding
dengan hebatnya peradangan. Sejumlah kecil eritrosit dan leokosit
ditemukan dalam urine pada kira-kira kasus appendicitis.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan photophos abdomen akan sangat berguna pada kasus
asipikal. Pada 55% kasus appendicitis stadium awal akan ditemukan
gambaran fotokolos abdomen yang abnormal. Gambaran yang lebih
spesifik adalah adanya masa jaringan lunak di perut kanan bawah dan
mengandung gelembung-gelembung udara. Selain itu gambaran
radiologis yang paling bisa diandalkan adalah adanya fekalit yang
ditemukan pada 10% kasus.
6. Pemeriksa Medik
Bila didiagnosa klinik sudah jelas, maka tindakan yag paling tepat
untuk appendicitis acut simpel adalah appendictomi. Penundaan tindakan
bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan perporasi. Pada
kasus perporasi sebelum oprasi perlu diperbaiki gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit diperlukan antibiotik antibiotik sistimatik dan
pengisapan cairan melalui pipa nasogastrik.
Pada klien yang diagnosis tidak jelas. Sebaiknya obsevasi dulu.
Pemeriksaan laboratorium dan ultraosgrafi bisa dilakukan dalam observasi
masih ada keraguan . Lebih baik lagi bila tersedia laparoskop sehingga
dapat ditentukan apakah klien terindikasi untuk dioprasi atau tidak.
Satu-satunya keadaan dimana operasi tidak diharuskan adalah
massa yang teraba 3-5 hari, sesudah timbulnya keluhan. Kasus demikian
diobati di tempat tidur. Biasanya resolusi masa dan keluhan dengan aman
tiga bulan kemudian.

Bila setelah pemeriksaan ternyata bukan penyakit appendicitis
acut, maka berikan tindakan lain yang sesuai.
7. Komplikasi
Beberapa kompelikasi yang timbul dan appendicitis acut adalah :
a. Perporasi
Merupakan komplikasi yang paling sering di temukan insidensi
perporase 10-32%, rata-rata 20% dan paling sering pada usia remaja
atau usia tua, perporasi timbul 93% pada anak-anak dibawah usia 2
tahun. Perporase jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit,
tetapi insidensi meningkat tajam setelah 24 jam. Perporase dapat
diketahui pre oprasi pada70% kasus, dengan gambaran klinis yang
timbul lebih dari 38, C. Tampak taksis, nyeri tekan seluruh perut akibat
perporase atau pembentukan abses (Soeparman, 1990)
b. Peritonisis
Umumnya peritonisis ini merupakan salah satu akibat perporasi
prioritas disertai rasa sakit yang semakin hebat, rasa nyeri, kembung,
demam dan keracunan.
c. Abses Appendik
Ini merupakan sebab lain dari perporasi. Terasa suatu massa yang
lunak di kuadran kanan bawah atau di daerah perves. Masa ini mula-
mula berupa flegmon tetapi dapat berkembang menjadi rongga yang
mengandung nanah.





B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pre dan Post Appendiktomi Pada
Klien Dengan Medis Appendicitis Acut
Asuhan keperawatan yang akan di gunakan adalah asuhan keperawatan
secara komperensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi 5 (lima) tahap yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi :
a. Biodata Klien dan Penaggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, tanggaldan jam masuk,
diangnosa medik dan nomor register sedangkan untuk identitas
penaggung jawab, yang perlu di kaji adalah nama, umur jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,dan hubumgannya dengan
klien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi adalah nyeri perut di
dalam epigastrium atau periumbilikasi yang kemudian menetap di
perut bagian kanan bawah, anoreksia, mual dan muntah.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Klien mula-mula tidak enak di perut dan disertai anoreksia,
mual dan muntah yang datang secara tiba-tiba, lalu nyeri dirasakan
di daerah epigastrium di sekitar umbilikus, yang dalam beberapa
jam berpindah dan menetap di titik MC, Burney. Nyeri tersebut
akan berkurang jika klien berbaring terlentang dengan paha
(terutama kanan) ditekuk mendekati perut (fleksi), sebaiknya nyeri
akan bertambah bila kaki kanan digerakkan, batuk menggedan,
berjalan, kadang-kadang klien mengeluh agak demam, kesulitan
depekasi atau justru diare hal lain yang perlu dikaji adalah cara

masuk klien, obat-obatan yang sering didapat dan alat bantu yang
di gunakan.
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien dapat mengalami keluhan yang sama sebelumnya jika
pengobatannya belum tepat atau belum dioperasi kemungkinan
klien pernah menderita cacingan atau mengalami perut kembung
akibat kondisi lain seperti batu ureter , salpirgitis akut, ileus
regional atau pernah mengalami TBC/Campak. Hal ini yang pernah
dialami. Obat-obatan yang biasa dimakan dan kebiasaan berobat
klien.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Umumnya tidak ada anggota keluarga lain yang pernah
menderita penyakit yang sama seperti klien. Kebiasaan keluarga
mengkonsumsi makanan rendah serat atau makanan yang bergizi
dimungkinkan sebagai predisposisi appendicitis. Hal ini yang perlu
dikaji adalah penyakit yang diderita.
f. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spritual
Yaitu pengkajian tentang pemenuhan kebutuhan dasar
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Untuk memudahkan
dalam pengkajian penulis menggunakan model konseptual menurut
Virginia Henderson yang terdiri dari :
1. Kebutuhan Respirasi / Oksigen
Pada klien dengan appendicitis : jarang terjadi
gangguan respirasi.
2. Kebutuhan Nutrisi
Pada klien dengan appendicitis perlu dikaji adanya
mual, muntah, efek anastesi terhadap peristaltik usus,
Frekwensi makan, jenis dan jumlahmakanan yang dihabiskan

dalam sehari. Sedangkan pada minum ada peningkatan
sebagai reaksi suhu yang meningkat.
3. Kebutuhan Eliminasi
Pada klien dengan appendicitis : biasanya dapat terjadi
konstipasi ataupun diare (pada keadaan tertentu) disertai
distensi abdomen, regiditas, penurunan atau didak adanya
bising usus.
4. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan (Aktifitas)
Pada klien dengan appendicitis : biasanya mempunyai
keluhan ketidakmampuan melakukan aktivitas karena adanya
nyeri. Klien meringis bila beraktivitas, oleh karena
kelemahan.
5. Kebutuhan Istirahat Tidur
Karena nyeri appendik : biasanya terdapat keluhan tidak
bisa tidur, kaji waktu tidur dan ekspresi wajah, klien sering
bangun saat istirahat.
6. Kebutuhan berpakaian
Karena keterbatasan aktifitasnya klien : segala kebutuhannya
dibantu oleh perawat maupun keluarganya termasuk
kebutuhan berpakaian.
7. Kebutuhan Kebersihan Diri
Pada klien appendicitis : kaji keluhan ketidakmampuan
merawat diri, dibantu kebutuhan ADLnya seperti: mandi,
keramas, potong kuku, sikat gigi, dan sebagainya.
8. Berkomunikasi dengan orang lain
Dalam berhubungan dengan orang lain klien appendicitis :
tidak mengalami masalah, kecuali klien masih dibawah
pengaruh anastesi umum (jadwal anastesi) biasanya
kesadaran belum pulih.

9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Adanya nyeri pada sekitar epigastrium dan umbilikus,
yang semakin meningkat dan kemudian teralokasi, di titik
Mc. Burney, Nyeri bertambah bila berjalan, bergerak, batuk,
napas dalam, peningkatan nyeri secara tiba-tiba merupakan
indikasi perporasi atau infrak appendiks, melaporkan adanya
berbagai keluhan nyeri (menurut lokasi appendiks), tampak
adanya tingkah laku yang terbatas dan hati-hati,berbaring
dengan lutut ditekuk (fleksi), adanya nyeri perut adanya nyeri
tekan kiri bawah menandakan adanya peradangan pertonium.
Post operasi : biasanya klien terjadi gangguan rasa nyaman
(nyeri).
11. Kebutuhan Bekerja
Pada klien appendicitis acut : dengan adanya rasa nyeri
maka kebutuhan klien untuk bekerja dibatasi, sebab dengan
pekerjan akan membesarkan nyeri
12. Kebutuhan spiritual
Pada klein appendicitis : perlu dikaji bagaimana klein
sebagai hamba dengan penciptaanya. Pada klein biasanya
mengeluh tidak mapu beribadah seperti sebelum operasi. Kaji
juga klein tentang penyakit dilihat dari segi speritual, takut
mati atau Penolakan / marah pada tuhan
keadaan penyakitnya, klein bertanya pada dokter atau
perawat
g. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik,
yaitu inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi; meliputi pengkajian
keadaan umum dan status generatis (Head To Toe).


1. Keadaan Umum
Klien biasanya tampak sakit sedang tidak ada perubahan suhu
normal kembali atau sedikit meninghkat (37,8C-38,5C) BB
dapat menurun
2. Status Generalis
Merupakan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai dengan
ujung kaki,meliputi:
a. Pemeriksaan kepala dan leher
Pada kepala perlu dikaji bentuk kepala, kulit kepala dan
keadaan rambut. Pada wajah dikaji warna kulit wajah,
keadaan mata, hidung, telinga, mulut dan gigi.Pada leher
dikaji kesimetrisannya,ada tidaknya pembesaran kelenjar
linfe/tiroid dan tistensi jugularis.
b. Pemeriksaan ketiak dan payudara
Dikaji kesimetrisan payudara, ada tidaknya benjolan atau
keluhan lain pada ketiak. Dikaji ada tidaknya pembesaran
kelenjare limfe.
c. Pemeriksaan integumen
Dikaji warna kulit, ada tidaknya pucat atau sianosis, turgor
kulit, ada tidaknya peradangan pada kulit.
d. Pemeriksaan thoraks
Dikaji kesimetrisan ada tidaknya retraksi intercostai,
pernapasan tertinggal, wheezing, ronchi, tachipoe.
e. Pemeriksaan abdomen
Dikaji ada tidaknya gerakan terbatar pada fossa illiaka
kanan, penonjolan perut kanan bawah ( pada
periappendikuler infiltrat), diatensi perut nyeri tekan dititik
Mc. Burney,nyeri lepas, defans muskularis, tanda rofsing,
blumberg, psoass dan pen horn, nyeri ketuk, bisis usus.

f. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya
Dikaji ada tidaknya nyeri terbatas saat dilakukan colok
dubur (appendicitis pelvika). Pada klien laki-laki, dikaji ada
tidaknya nyeri pada testis kanan dan kiri atau salah satunya.
g. Pemeriksaan Ekstrimitas
Dikaji ada tidaknya nyeri terbatas saat dilakuakan culuk
dubur (appendicitis pelvikas). Pada klien laki-laki, dikaji
ada tidaknya nyeri pada testis kanan dan kiri atau salah
satunya.
h. Pemeriksaan Neorologis
Dikaji ada tidaknya reflek-reflek fisiologis, reflek patologis
dan meningeal sign.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, maka data-data yang terkumpul
kemudian dianalisa. Dari analisa data dapat ditemukan masalah-
masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab masalah, sehingga
dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan.

Analisa Data
Analisa Data appendicitis
NO Pengelompokan Data Etiologi
Problem
1.










2.







3.








4




5



Data Subyektif :
- Biasanya Klien mengeluh nyeri pada
perut bagian kanan bawah
- Nyeri bertambah bila bergerak /
beraktifitas
Data Obyektif :
- Biasanya klien meringis bila bergerak
- Ekspresi wajah kesakitan (skala 0-5)
- Nyeri tekan pada titik Mc. Burney di
perut bagian kanan bawah.
- Lab. : LED tidak normal
Data Subyektif :
Klien biasanya mengeluh lemah, mual
dan muntah.
Data Obyektif :
- K/U Lemah
- Turgor kulit menurun
- Mual dan muntah
- Bibir kering
Data Subyektif :
Klien biasanya megeluh takut dan
cemas
Data Obyektif :
- Klien tampak lemah
- tampak gelisah
- tidak bisa tidur
- demam

Data Subyektif :
- Klien biasanya tidak mengetahui
tentang penyakit
Data Obyektif
- Biasanya Klien bertanya.
Data Subyektif :
- Klien biasanya mengeluh cemas
Data Obyektif :
- Tekanan darah meningkat
- Klien tampak gelisah
- Penurunan ketenangan diri
Proses Peradangan
pada Appendicitis









Preoperatif Vomiting







Tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
primer






Kurang Informasi




Perubahan status
kesehatan
Gangguan rasa
nyaman nyeri









Resiko tinggi
devisit volume
cairan





Resiko tinggi
perporasi







Kurang
pengetahuan



Kecemasan/
ketakutan




Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah klien
yang nyata atau potensial berdasarkan data yang dikumpulkan yang

pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat dalam
melakukannaya (Depkea RI).
Berdasarkan analisa sebelumnya diagnosa keperawatan
mungkin muncul pada klien dengan appendicitis akut adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
peradangan pada appendiks (usus buntu) yang ditandai dengan
: nyeri, biasanya eksprwsi wajah kesakitan, nyeri tekan pada
Mc. Burney, ditemukan LED tidak normal.
2. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan
preoperative vomiting, status hipermetabolisme : demam,
proses penyaembuhan.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa dan
kebutuhan perawatannya berhubungan dengan kurangnya
misinterpretasi informasi asing dengan sumber informasi,
pengungkapan masalah, pernyataan miskonsepsi, tidak tepat
dalam mengikuti intruksi.
3. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
peradangan appendiks (usus buntu)
2. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan
preoperative vomiting, status hipermetabolisme demam, proses
penyembuhan.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi prognosa kebutuhan
perawatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman,
misinterpretasi informasi asing dengan sumber informasi.




Sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan diatas, maka rencana
keperawatanuntuk masing-masing diagnosa adalah :
1. Diagnosa keperawatan pertama
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri teratasi dengan
criteria keluhan nyeri hilang, klien tampak tenang dan tidak
gelisah, klien dapat tidur atau istirahat yang cukup.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karaktertisnya.
Rasional :
Memonitor medikasi dan kemajuan prnyembuhan perubahan
karaktertis nyeri merupakan indikasi berkembangnya penyakit
kearah abses atau peritonitis, yang memerlukan evaluasi dan
intervensi medis segera.
b. Atur posisi klien semi fowler saat istirahat
Rasional :
Gaya gravitasi menyebabkan eksudat peradangan terlokasisasi
pada bagian bawah abdomen atau pelvis sehingga
menghilangkan tegangan abdomen.
c. Anjurkan tehknik distraksi dan relaksasi dengan memberikan
aktivitas hiburan, mengajak berkomunikasi.
Rasional :
Mengalihkan perhatian klien pada hal-hal yang menyenangkn
sehingga perhatian terhadp nyeri berkurang, memberikan
perasaan rileks dan dapat membantu menambah kemampuan
koping.
2 Diagnosa keperawatan kedua.
Tujuan :
Deficit volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan
tindakankeperawatandengan keriteria membrane mokosa mulut

lembab,bibir tidak kering atau pecah-pecah,torbor kulit normal,vital
sigen dalam batas normal,urine output adkuat.
Intervensi :
a. Berikan cairan sedikit-sedikit per oral dan program diet yang
sesuai.
Rasional :
Pemberian cairan sedikit-sedikit dan program diet akan
menurunkan resiko iritasi lambung atau muntah sehingga
meminimalkan resiko hilangnya cairan.
b. Monitor intake dan output, cacat warna, konsentrasi dan berat jenis
urine.
Rasional :
Penurunan output urine dan konsentrasinya dengan peningkatan
berat jenis tiap tahun merupakn indikasi dehidrasi yang
memerlukan peningkatan input cairan.
c. Observasi membrane mukosa dan torgor kulit
Rasional :
Membrane mukosa dan torgor kulit yang baik merupakan indicator
terpenuhinya sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
d. Monitor tekanan darah dan nadi
Rasional :
Penurunan tekanan darah adanya nadi yang cepat merupakan
indikasi adanya kekurangan volume cairan.
e. Berikan perawatan mulut yang teratur dengan perhatian khusus
pada perlindungan untuk bibir.
Rasional :
Dehidrasi menyebabkan bibir dan mulut terasa kering dan tidak
nyaman, dimana ini dapat mengakibatkan terjadinya perburukan
pada tingkat dehidrasi klien.



3. Diagnosa keperawatan kelima
Tujuan :
Kurang pengetahuan tentang kondisi, diagnosa dan perawatannya
teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan criteria secara
variable mengerti tentng proses penyakit, perawatan dan komplikasi
yang mungkin terjadi, berpartipasi dalam perawatan.
Intervensi :
a. Review pembatasan aktifitas setelah operasi
Misalnya mengangkat barang berat, olah raga sex, mengemudi.
Rasional :
Memberikan informasi kepada klien untuk merencanakan kembali
kreatifitas rutin dengan aman, tanpa menimbulkan kecelakaan.
b. Anjurkan untuk aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan klien
dengan waktu istirahat yang teratur.
Rasional :
Mencegah kelelahan mendukung penyembuhan dan perasaan
sebagai manusia normal.
c. Jelaskan secara singkat tentang penyakit dan program terapi.
Rasional :
Dengan mengetahui tentang penyakit dan program terapi yang
akan diberikan diharapkan dapat mengatasi kurangnya
pengetahuan.
f. Ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif dengan
menekan daerah yang nyeri dengan bantal atau tangan dan jelaskan
tujuannya.
Rasional :
Dengan meneekan daerah yang nyeri atau insisi pembedahan
diharapkan nyeri tidak bertambah hebat dan mengurangi
peradangan luka, dengan menjelaskan diharapkan klien dapat lebih
kooperatif.

DAFTAR PUSTAKA

Mary E.Muscari. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. EGC, Jakarta. 2005
Marylyn E. Doengoes, Mary F. Moorhouse, Alice Geisstlerr, Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999.
Prince, Slyvia A, Patofisiologi Edisi 4 Buku I, EGC, Jakarta, 2005.

You might also like