You are on page 1of 126

MEKANIKA TEKNIK

O Introduksi
O Keseimbangan Partikel
O Keseimbangan Benda Tegar
O Analisa Beam
O Analisa Truss
O Momen Inersia & Tahanan Inersia
O Momen Polar & Tahanan Polar
O Konsep Beban & Tegangan
O Teori Kegagalan Statis
Introduksi: Definisi
Problem:
Apa itu Mekanika?
Apa saja cabang ilmu dari Mekanika?
Mekanika: ilmu yang mempelajari apa yang dialami sesuatu (nama
tek-niknya adalah bodi) ketika sebuah atau beberapa gaya bekerja
pada-nya. Baik bodi maupun gaya bisa relatif besar atau kecil
Introduksi: Cabang Mekanika
MEKANIKA
RIGID BODIES FLUIDS
STATIKA DINAMIKA
DEFORMABLE BODIES
COMPRESSIBLE UNCOMPRESSIBLE
KINETIKA
KINEMATIKA
Apa yang mungkin terjadi bila mekanika
(statika) tidak diaplikasikan secara tepat?
Introduksi: Metode Penyelesaian Soal
Problem Statement:
Data-data yang telah diketahui.
Spesifikasi apa yang harus diselesaikan.
Gambar sket problem dilengkapi semua kuantitas yang diberikan.
Free-body Diagram:
Diagram terpisah dari masing-masing bagian bodi dengan penunjukan gaya-
gaya yang jelas (baik arah, garis kerja maupun besarnya).
Fundamental Principle:
Aplikasikan 6 prinsip dasar dalam mekanika untuk menyatakan kondisi bagian
masing-masing bodi (baik ketika diam maupun bergerak).
Gunakan prinsip aljabar untuk mendapatkan kuantitas yang belum diketahui.
Solution Check:
Perhatikan unit/satuan hitung yang diberikan. Kadangkala unit data yang
diberikan dengan unit data yang ditanyakan tidak sama sehingga memerlukan
konversi satuan.
Gunakan naluri Anda, apakah hasilnya reasonable atau tidak?
Introduksi: Free-body Diagram
Prosedur menggambar FBD:
Pisahkan bodi yang dianalisa dari
semua tumpuan.
Identifikasikan beban luar yang
bekerja, reaksi tumpuan dan berat bodi
itu sendiri: letak vektor, nilai dan
arahnya. Berikan nama sesuai dengan
posisi dan arahnya.
Asumsikan sesuai dengan nalar arah
vek-tor gaya yang belum diketahui
nilainya.
Masukkan juga dimensi bodi maupun
jarak antar vektor gaya yang bekerja.

Introduksi: Unit
Ada 2 unit utama uang sering digunakan dalam mekanika yaitu
International System of Units (SI) dan U.S. Customary (FPS)









Faktor konversi umum:
1 ft = 0.3048 m 1 ft = 12 inch
1 lb = 4.4482 N 1 ksi = 1000 psi
1 slug = 14.5938 kg 1 slug = 32.2 lb

Keseimbangan Partikel: Definisi
Quiz:
Apa itu partikel?
Seberapa besar dimensi partikel?
Hukum apa saja yang berlaku pada partikel?
Partikel: sebuah titik massa yang tidak memiliki dimensi (panjang,
lebar maupun tinggi). Jadi partikel hanya dikenali dengan nilai
massanya (besaran yang dimiliki hanya massa).
Asumsi sesuatu dianggap sebagai partikel tergantung pada
keadaan dan kebutuhan. Tidak semua yang kecil dianggap partikel,
begitu pula sebaliknya. Jadi tidak ada konvensi seberapa besar
dimensi partikel.

Keseimbangan Partikel: Hukum Newton
Newtons First Law: Partikel akan tetap diam atau ber-gerak
dengan kecepatan konstan pada lintasan lurus bila bekerja
padanya resultan gaya yang berada dalam keseimbangan.

Dua buah gaya pada partikel, dalam
keseimbangan bila:
Besarnya sama
Sama garis kerjanya
Berlawanan arah

Tiga buah gaya atau lebih pada
partikel, dalam keseimbangan bila:
Membentuk poligon tertutup
Memenuhi persamaan:
0 0
0
= =
= =


y x
F F
F R

0 0
0
= =
= =


y x
F F
F R

Syarat Keseimbangan Partikel
Keseimbangan Partikel: Hukum Newton
Newtons Second Law: Bila resultan gaya yang bekerja
padanya tidak dalam keseimbangan maka partikel akan
bergerak dengan percepatan yang proporsional dengan
nilai resultan gaya dan searah dengan resultan gaya ter-
sebut.



Newtons Third Law: Gaya aksi dan reaksi antara par-tikel
yang bertumbukan harus memiliki nilai dan garis kerja
yang sama tapi berlawanan arah.


Newtons Law of gravitation: Dua buah partikel yang
berdekatan akan saling menarik dengan arah gaya yang
berlawanan dan nilainya sama besar.
ma F =
2
r
Mm
G F =
Keseimbangan Partikel: Definisi Vektor
Vektor: parameter yang memiliki nilai dan arah. Con-
toh: perpindahan, kecepatan, percepatan.
Skalar: parameter yang memiliki nilai tapi tidak me-
miliki arah. Contoh: massa, volume, suhu.
Klasifikasi Vektor:
Fixed vectors: vektor yang menunjuk pada suatu titik
kerja gaya dan tidak bisa dipindah-pindahkan.
Free vectors: vektor yang bebas dipindah-pindahkan
dimana saja tanpa mempengaruhi analisa.
Sliding vectors: vektor yang dapat dipindah-pindahkan
sepanjang garis kerjanya tanpa mempengaruhi analisa.
(Principle of Transmissibility)

Vektor kembar memiliki nilai dan arah yang sama.

Negatif dari suatu vektor adalah vektor yang me-miliki nilai
yang sama tapi arahnya berlawanan.


Keseimbangan Partikel: Penjumlahan Vektor

Trapezoid Rule untuk penjumlahan vektor
(Parallelogram Law)

Triangle Rule untuk penjumlahan vektor

Hukum Cosines:


Hukum Sines:

Penjumlahan vektor bersifat komutatif:


Pengurangan vektor
B
B
C
C
Q P R
B PQ Q P R

+ =
+ = cos 2
2 2 2
A
C
R
B
Q
A sin sin sin
= =
P Q Q P

+ = +
Keseimbangan Partikel: Penjumlahan Vektor
( ) ( ) S Q P S Q P S Q P

+ + = + + = + +

Penjumlahan 3 buah vektor atau lebih meru-
pakan aplikasi triangle rule secara berulang.



Polygon Rule untuk penjumlahan 3 buah
vektor atau lebih.
Penjumlahan vektor bersifat asosiatif:




Perkalian vektor dengan skalar.
Concurrent vectors: beberapa vektor yang
garis kerjanya bertemu pada satu titik.
Concurrent forces yang bekerja pada sebu-
ah partikel dapat diwakili dengan 1 buah
resultan vektor gaya yang mana merupa-
kan penjumlahan dari semua vektor yang
bekerja pada partikel tersebut.



Komponen suatu vektor: dua buah vektor
atau lebih yang bila diaplikasikan secara
bersamaan maka memiliki efek yang sa-
ma dengan satu vektor induknya.

Keseimbangan Partikel: Resultan Concurrent Vectors
Mendapatkan resultan vektor dengan me-
tode penguraian pada sumbu cartesian:

Uraikan setiap vektor pada sumbu carte-
sian menjadi komponen-komponennya:



Nilai resultan vektor sama dengan jumlah
skalar dari komponen vektor yang berkai-
tan:


Untuk menentukan nilai dan arah resul-
tan gunakan:

Keseimbangan Partikel: Penguraian Vektor pd Sumbu Cartesian
x
y
y x
R
R
R R R
1 2 2
tan

= + = u

=
+ + =
x
x x x x
F
S Q P R

=
+ + =
y
y y y y
F
S Q P R
S Q P R

+ + =
( ) ( )j S Q P i S Q P
j S i S j Q i Q j P i P j R i R
y y y x x x
y x y x y x y x


+ + + + + =
+ + + + + = +
Keseimbangan Benda Tegar: Definisi
Quiz:
Apa itu benda tegar?
Apa perbedaan yang signifikan antara partikel dengan
benda tegar?
Benda tegar: kumpulan partikel bermassa yang
dimensi-dimensinya (panjang, tinggi maupun
lebar) tidak mengalami perubahan.
Perbandingan antara partikel dengan benda
tegar:
Syarat Keseimbangan: Syarat Keseimbangan:
Memiliki dimensi yang tidak berubah Tidak memiliki dimensi
Benda Tegar Partikel

= = 0 & 0
y x
F F

= = = 0 ; 0 ; 0 M F F
y x
Keseimbangan Benda Tegar: Aplikasi Keseimbangan Gaya+Momen
Keseimbangan dua buah gaya:






Keseimbangan tiga buah gaya:
Keseimbangan Benda Tegar: Reaksi Tumpuan
Tumpuan rol: reaksinya adalah sebuah gaya yang searah dengan garis aksinya.
Keseimbangan Benda Tegar: Reaksi Tumpuan
Tumpuan engsel: reaksinya adalah sebuah gaya yang tidak
diketahui arah maupun nilainya.






Tumpuan jepit: reaksinya adalah sebuah gaya yang tidak
diketahui arah maupun nilainya dan sebuah kopel.
Keseimbangan Benda Tegar: Momen
Gaya
Quiz:
Bila F = 10 N dan r = 3 m, berapakah
momen gaya terhadap titik O?
a. 10 Nm b. 30
Nm
c. 13 Nm d. (10/3) Nm
Momen gaya F disekitar titik O
didefinisikan sebagai?
a. r F b. r F
c. F r d. F r
Aplikasi momen gaya:
Keseimbangan Benda Tegar: Momen Gaya
Momen gaya terhadap sebuah titik
merupakan uku-ran kecenderungan untuk
berputar. Sehingga sering juga disebut torsi.
Momen gaya termasuk salah satu vektor:
Besarnya: dimana jarak d harus
tegak-lurus terhadap F.
Nilainya:
Arahnya: arah CCW dianggap momen positif
(kaidah tangan kanan).
d F M =
Fd M =
Keseimbangan Benda Tegar: Momen
Kopel
Quiz:
Momen 12 N.m dibutuhkan untuk memutar roda. Manakah yang
memerlukan gaya yang lebih kecil?
Sebuah engkol digunakan untuk melepas baut fleg roda. Apa pengaruh
peru-bahan dimensi a, b atau c pada gaya yang diperlukan untuk memutar
engkol?
Keseimbangan Benda Tegar: Momen Kopel
Dua buah gaya yang sama besar, garis kerja paralel
namun berlawanan arah dinamakan kopel.
Momen kopel diformulasikan sama dengan momen
gaya yaitu

. d F M =
Quiz:
Apa perbedaan momen gaya dengan momen kopel?
Momen kopel merupakan free vector. Dapat dipindah-
kan dimana saja didalam bodi tanpa mempengaruhi
efek gerakan bodi.
Momen gaya bukan free vector sehingga tidak dapat
dipindah-pindahkan.
Keseimbangan Benda Tegar: Beban
Terdistribusi
Aplikasi beban terdistribusi dalam kehidupan sehari-hari:










Quiz:
Apakah mungkin mereduksi beban merata tersebut menjadi sebuah
gaya tunggal yang memiliki efek eksternal yang sama?
Jika mungkin, bagaimana caranya menentukan gaya tunggal yang
ekivalen dan dimana lokasi garis kerjanya?
Keseimbangan Benda Tegar: Beban Terdistribusi
Dalam banyak hal, pembebanan sering be-
kerja pada permukaan suatu bidang. Seperti
beban yang disebabkan oleh angin, air atau
berat suatu bodi itu sendiri.
Analisa beban terdistribusi dapat disederha-
nakan sehingga memudahkan dalam perhitu-
ngan.
Dalam hal ini, w adalah fungsi x dengan unit
gaya per satuan panjang.
Dengan asumsi bahwa beban terdistribusi di-
anggap sebagai suatu bodi maka berat bodi
akan terletak pada sentroid (titik berat). De-
ngan demikian:


dimana garis kerja F
R
melewati sentroid
luasan A yaitu titik C pada gambar yang
berjarak .
( ) L x w
R
= F
x
Keseimbangan Benda Tegar: Sentroid
Beberapa Luasan
Keseimbangan Benda Tegar: Sentroid
Beberapa Luasan
Keseimbangan Benda Tegar: Contoh Soal
Beban Terdistribusi Solusi:
Menentukan beban terpusat yang
ekivalen dengan beban terdistribusi.
Besarnya meru-pakan total luasan
dibawah kurva.




Menentukan garis kerja F
R
:
( ) ( )
( ) ( ) kN 1500 - 4500
F
18
2
6
4500 6 1500
2
1
=
(

+ =
(

+ =
A B B A R
w w L w L w
Tentukan beban terpusat yang
ekivalen dengan beban terdistri-
busi tersebut dan reaksi masing-
masing tumpuan!
Keseimbangan Benda Tegar: PostTest
Sebuah tanki bermuatan ditarik de-
ngan kabel melewati bidang
miring. Bila beratnya 25 kN yang
terletak pada titik G, tentukan
tegangan ka-bel dan reaksi-reaksi
tumpuannya!
Seorang laki-laki menarik 10 kg ba-
lok yang panjangnya 4 m menggu-
nakan seutas tali.
Tentukan tegangan tali dan reaksi di
titk A!
Balok (Beam): Aplikasi
Analisa Balok: Variasi Tumpuan pada
Balok (Beam)
Beam diklasifikasikan menurut model tumpuannya.
Gaya reaksi pada beam dapat ditentukan apabila hanya ada 3
buah gaya yang belum diketahui. Selain dari itu, reaksinya tidak
dapat ditentukan dengan prinsip statika biasa (indeterminate).
Analisa Balok: Bidang Normal (N)
Definisi: bidang yang dibentuk oleh gaya aksi dan
reaksi dimana arah ke-duanya berimpit dengan
sumbu balok.
Penandaan:
Bidang Normal Positif:
Bidang yang dibentuk oleh gaya aksi dan reaksi yang membentuk gaya
tarik pada balok.
Digambar diatas sumbu balok.
Bidang Normal Negatif:
Bidang yang dibentuk oleh gaya aksi dan reaksi yang membentuk gaya
tekan pada balok.
Digambar dibawah sumbu balok.
+

Analisa Balok: Bidang Lintang atau
Geser (V)
Definisi: bidang yang dibentuk oleh gaya aksi
dan reaksi dimana arah ke-duanya tegak lurus
terhadap sumbu balok.
Penandaan:
Bidang Geser Positif:
Bila gaya geser pada balok menimbulkan momen kopel positif.
Digambar diatas sumbu balok.
Bidang Geser Negatif:
Bila gaya geser pada balok menimbulkan momen kopel negatif.
Digambar dibawah sumbu balok.


+
Analisa Balok: Bidang Momen (M)
Definisi: bidang yang dibentuk oleh momen
yang terdapat pada titik-titik tertentu pada
balok.
Penandaan:
Bidang Momen Positif:
Bila momen aksi dan reaksi membuat balok melengkung ke atas.
Digambar diatas sumbu balok.
Bidang Momen Negatif:
Bila momen aksi dan reaksi membuat balok melengkung ke
bawah.
Digambar dibawah sumbu balok.


+

Analisa Balok: Tegangan pada Balok
Dalam analisa balok, ada 2 tegangan yang terjadi:
Tegangan Normal (o): akibat gaya normal dan bending
Tegangan Geser (t): akibat bending
JTM FTI-ITS Surabaya
ELEMEN MESIN 1
Achmad Syaifudin, ST [ 35 ]
Analisa Balok: Klasifikasi Beban Tegangan
c o E
A
P
= = : Stress Normal
( ) T E A = o o : Stress Thermal
I
My
x
= o : Stress Normal
Ib
VQ
xy
= t : Stress Shear
: Stress Shear
J
T
t = Torsi
Bending
Aksial
Tegangan Sket Beban
Geser
: Stress Shear
s
A
T
= t
JTM FTI-ITS Surabaya
ELEMEN MESIN 1
Achmad Syaifudin, ST [ 36 ]
Analisa Balok: Beban Aksial (External Loading Normal Stress)
External loading menimbulkan:


Dari Hukum Hookes didapatkan regangan:


dimana regangan adalah deformasi dibagi
dengan panjang semula, sehingga


Apabila beban dan material bervariasi, baik
modulus elastisitas maupun luas penampang-
nya maka deformasi total adalah
AE
P
E
E = = =
o
c c o
AE
PL
L
= = o
o
c

=
i
i i
i i
T
E A
L P
o
A
P
= o
JTM FTI-ITS Surabaya
ELEMEN MESIN 1
Achmad Syaifudin, ST [ 37 ]
Analisa Balok: Momen Bending (Normal Stress)
Momen bending dapat menyebabkan be-
am terdeformasi.
Pada neutral surface (axis) tidak mengala-
mi perubahan panjang (deformasi).
Semua penampang melintang akan te-
tap datar dan tegak lurus terhadap longi-
tudinal axis.
Jumlah momen pada penampang melin-
tang adalah
I
Mc
I
My
x
= =
max
o o
dA y
c
M
dA
c
y
y dA y ydF M
A
A A A
}
} } }
=
|
.
|

\
|
= = =
2 max
max
) (
o
o o
Ini adalah
momen inersia, I
JTM FTI-ITS Surabaya
ELEMEN MESIN 1
Achmad Syaifudin, ST [ 38 ]
Analisa Beban: Momen Bending (Shear Stress)
Gaya geser internal pada beam menyebab-
kan deformasi geser, tegangan dan rega-
ngan geser.
Gaya geser dalam beam harus mendapat
perhatian lebih karena seringkali beam ga-
gal karena tegangan geser yang timbul.


|
|
.
|

\
|
= =
2
2
1
2
3
c
y
A
V
Ib
VQ
xy
t
segiempat
2
3
max
=
A
V
t
lingkaran
3
4
max
=
A
V
t
JTM FTI-ITS Surabaya
ELEMEN MESIN 1
Achmad Syaifudin, ST [ 39 ]
Analisa Balok: Komparasi Efek Normal Stress Shear Stress
Contoh soal:
in kip 90 ft kip 5 . 7
kips 3
max
max
= =
=
M
V
Pertanyaan:
Tentukan tinggi beam yang aman dari
tegangan normal maupun geser!
JTM FTI-ITS Surabaya
ELEMEN MESIN 1
Achmad Syaifudin, ST [ 40 ]
Analisa Balok: Komparasi Efek Normal Stress Shear Stress
Solusi:
( )
( )
2
2
6
1
2
6
1
3
12
1
in. 5833 . 0
in. 5 . 3
d
d
d b
c
I
S
d b I
=
=
= =
=
Tinggi beam berdasarkan tegangan normal yang
diijinkan.
( )
in. 26 . 9
in. 5833 . 0
in. lb 10 90
psi 1800
2
3
max
=

=
=
d
d
S
M
all
o
Tinggi beam berdasarkan tegangan geser yang
diijinkan.
( )
in. 71 . 10
in. 3.5
lb 3000
2
3
psi 120
2
3
max
=
=
=
d
d
A
V
all
t
Jadi tinggi beam setidaknya adalah d = 10.71 in
Analisa Balok: Metode Potongan
Solusi:
Gambar Free Body
Diagram.
Evaluasi reaksi-reaksi
tumpuan.
Membagi balok menjadi
beberapa po-tongan,
dengan pedoman setiap
mele-wati perubahan
gaya maka ada satu
potongan.
Evaluasi setiap potongan
sebagai ben-da tegar yang
dijepit (ada tiga reaksi
tumpuan jepit) untuk
mendapatkan ga-ya geser
internal dan momen
kopel in-ternal.
Membuat diagram gaya
geser dan mo-men
kemudian tentukan
momen mak-simumnya
(positif atau negatif dalam
diagram tidak
berpengaruh).
Substitusi momen
maksimum sehing-ga
diperoleh tegangan
normal maksi-mumnya.
Gambarlah diagram bidang geser
dan momen kemudian tentukan te-
gangan normal maksimum akibat
bending!
Analisa Balok: Metode Potongan
Solusi:
Evaluasi reaksi tumpuan dengan asumsi balok
sebagai benda tegar, didapatkan:


Aplikasikan juga pada setiap potongan:

= = = = kN kN 14 40 0
D B B y
R R M F
( )( ) 0 0 m 0 kN 20 0
kN 20 0 kN 20 0
1 1 1
1 1
= = +

=
= =

=
M M M
V V F
y
( )( ) m kN 50 0 m 5 . 2 kN 20 0
kN 20 0 kN 20 0
2 2 2
2 2
= = +

=
= =

=
M M M
V V F
y
0 kN 14
m kN 28 kN 14
m kN 28 kN 26
m kN 50 kN 26
6 6
5 5
4 4
3 3
= =
+ = =
+ = + =
= + =
M V
M V
M V
M V
Analisa Balok: Metode Potongan
Menentukan gaya geser dan
momen bending maksimum
dari diagram:


Tegangan normal maksimum:
m kN kN = = = 50 26
B m m
M M V
( )( )
3
3
m
m N
m
m m
6
3
6
2
6
1
2
6
1
10 33 . 833
10 50
10 33 . 833
250 . 0 080 . 0


= =
=
= =
S
M
h b S
B
m
o
Pa
6
10 0 . 60 =
m
o
Analisa Balok: Metode Potongan
Analisa Balok: Contoh 1
Analisa Balok: Contoh 1
Analisa Balok: Contoh 2
Analisa Balok: Contoh 2
Analisa Balok: Contoh 2
Analisa Balok: Contoh 2
Rangka Batang (Truss): Aplikasi
(Truss Sederhana)
Rangka Batang (Truss): Aplikasi
Multipanel Trusses
Sainsbury Centre

Norwich, England
Warren Trusses
Centre Georges Pompidou

Paris
Rangka Batang (Truss): Aplikasi
Rangka Batang (Truss): Aplikasi
(Modern)
STADIUM AUSTRALIA
Homebush, Sydney, 1999
Rangka Batang (Truss): Keuntungan
dan Kelemahan
Keuntungan:
Dapat menahan beban yang sama dengan material
yang lebih ringan.
Memerlukan potongan material yang lebih kecil.
Banyak bentuk yang menjadi pilihan.
Tampak kacau.
Kelemahan:
Membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dalam
pemasangannya.
Memerlukan penahan lateral yang lebih besar.
Kurang cocok untuk beban merata.
Tampak lebih bersih.

Analisa Truss: Definisi
Dalam interaksi antara bagian-
bagian yang berhu-bungan,
hukum ketiga Newton
menyatakan bahwa gaya aksi dan
reaksi antara benda-benda yang
kon-tak memiliki besar, arah dan
garis kerja yang sama.
Ada tiga kategori tentang struktur
dalam tinjauan teknik:
Frames: struktur penahan beban
yang terdiri setidak-nya satu batang
dengan 3 atau lebih gaya (beban)
yang bekerja padanya.
Trusses: struktur penahan beban
yang terdiri dari batang-batang lurus
yang dihubungkan dengan sam-
bungan dimana tiap batang ada 2
gaya yang bekerja padanya.
Machines: struktur yang memiliki
elemen yang ber-gerak, didesain
untuk mentransmisikan daya dan
atau memindahkan beban.
Analisa Truss: Definisi
Walaupun sambungannya
dengan paku keling/las,
maka bisa dianggap bahwa
ba-gian tersebut disambung
dengan pin se-hingga gaya
aksi/reaksi pada truss
diang-gap hanya berupa
gaya aksial yang be-kerja
pada ujung truss, yang
mana dapat berupa gaya
tekan (gaya yang
cenderung menekan
batang) atau gaya tarik
(gaya yang cenderung
menarik batang).
Truss Stabil
Truss Tak Stabil
Analisa Truss: Tipe Truss 2D
Analisa Truss: Asumsi-asumsi pada
Truss
Gaya luar diasumsikan bekerja hanya pada
sambungan. Berat batang itu sendiri diasumsikan
terbagi merata pada kedua ujungnya.
E
D
C
A
B
C
D
E

w L / 2
w L / 2
A
B
L
Analisa Truss: Asumsi-asumsi pada
Truss
Semua batang dalam kondisi lurus dan
sambungan dengan batang lain diasumsikan
tanpa gesekan.
Typical Bolted Truss Joint
Gusset Plate
Channel Section
Analisa Truss: Asumsi-asumsi pada
Truss
Seluruh batang merupakan elemen gaya aksial
baik tarik (Tension=T) ma-upun tekan
(Compression=C)
C
C
T
T
Compression
Member
Tension
Member
A
B
C
D
A
B
C
D
Tension Tension
Ten sion
6 7



4 5




1 2 3
Analisa Truss: Cara Membentuk
Truss
Buat truss segitiga dasar.
Tambah 2 batang lagi yang disambung dengan
satu pin.
10

6 7

4 11


3 5 9
1
2 8
Truss Tegar : m = 2n 3
m : jumlah batang n : jumlah pin
11 = ( 27 ) 3
Analisa Truss: Penentuan Batang
Tarik atau Tekan
Prosedur:
Menentukan reaksi masing-
masing tumpuan.
Analisa gaya batang dengan
metode:
Sambungan
Potongan
Grafis (Cremona)
Pilih metode yang cocok sesuai
dengan kondisi truss.
Pisahkan setiap batang dari
sambungannya dengan
pedoman gaya aksi pada
sambungan akan menimbulkan
gaya reaksi dari ujung rangka
truss.
Menentukan kondisi masing-
masing batang apakah
mengalami tension atau
compression?
Analisa Truss: Metode
Sambungan/Sendi (Joints Method)
Prosedur:
Menentukan reaksi setiap
tumpuan dengan menganggap
keseluruhan truss adalah
benda tegar.
Analisa setiap sambungan
(joints) dimulai dari sambungan
yang memiliki paling sedikit
gaya yang tidak diketahui, yaitu
dari A, D, B, C dan E.
Aplikasikan persamaan
keseimbangan untuk benda
tegar pada setiap sambungan.


Susun truss dengan
memisahkan batang dari setiap
sambungan untuk menentukan
kondisi batang, tarik/tekan.

= = = 0 0 0 M F F
y x
Gunakan metode sambungan
untuk menentukan gaya inter-
nal dari setiap batang dan kon-
disinya, tarik/tekan?
Analisa Truss: Contoh Soal
Solusi:
Menentukan reaksi tumpuan.








Analisa joint A: semua gaya
(eksternal dan internal) harus
berada dalam keseimbangan
(membentuk polygon
tertutup)
( )( ) ( )( )
( ) m 1.8
m 3.6 kN 4.5 m 7.2 kN 9.0
E
M
C

+ =
=

0
| = kN 45 E
= =
x x
C F 0
0 =
x
C

+ + = =
y y
C F kN 45 kN 4.5 kN 0 . 9 0
+ = kN 5 . 31
y
C
5 3
0 . 9
AD AB
F F
= =
4
kN
kN
kN
25 . 11
75 . 6
=
=
AD
AB
F
F
9.0 kN
Analisa Truss: Contoh Soal
Analisa joint D:



Analisa joint B:






Analisa joint E:
( )
DA DE
DA DB
F F
F F
5
3
2 =
=
kN
kN
5 . 13
25 . 11
=
=
DE
DB
F
F
( )
lb 3750
25 . 11 5 . 4 0
5
4
5
4
=
= =

BE
BE y
F
F F
kN 9 . 16 =
BE
F
( ) ( )
kN 63 . 23
9 . 16 9 . 16 75 . 6 0
5
3
5
3
+ =
= =

BC
BC x
F
F F
kN 63 . 23 =
BC
F
( )
kN 4 . 39
9 . 6 5 . 13 0
5
3
5
3
=
+ + = =

EC
EC x
F
F F
kN 4 . 39 =
EC
F
Analisa Truss: Contoh Soal
Semua gaya batang dan reaksi
tumpuan telah dike-tahui maka
cheking dilakukan pada joint C.



Sehingga dapat disimpulkan
bahwa:
Batang AB: Tension
Batang AD: Compression
( ) ( )
( ) ( ) cek kN
cek kN
0 4 . 39 5 . 31
0 4 . 39 63 . 23
5
4
5
3
= + =
= + =

y
x
F
F
T
T
T
T
C
C
C
A
C
B
E
D
Batang BC: Tension
Batang BD: Tension
Batang BE: Tension
Batang ED: Compression
Batang EC: Compression
Analisa Truss: Metode Potongan Ritter
(Section Method)
Bila diinginkan mengetahui
gaya internal beberapa
batang tertentu maka dapat
digu-nakan metode
potongan.
Syarat potongan memiliki
lebih dari satu sambungan.
Kenapa?
Prosedur:
Menentukan reaksi semua
tumpuan.
Menentukan bagian truss yang
dipotong.
Analisa potongan dengan
persamaan keseim-bangan
untuk benda tegar.


Susun truss dengan
memisahkan batang dari setiap
sambungan untuk menentukan
kondisi batang, tarik/tekan.

= = = 0 0 0 M F F
y x
Analisa Truss: Contoh Soal
Solusi:
Menentukan reaksi
tumpuan:







Buat potongan melewati
batang yang dita-nyakan.
Aplikasikan persemaan
keseimbangan un-tuk benda
tegar.
( )( ) ( )( )
( )( ) ( )( )
( )( ) ( )
| =
+ + = =
| =
+

= =

kN
kN
kN
m 25 kN 1 m 25
kN 1 m 20 kN 6 m 15
kN 6 m 10 kN 6 m 5
5 . 12
20 0
5 . 7
0
A
A L F
L
L
M
y
A
Tentukan gaya batang dari
FH, GH dan GI
( )( ) ( )( )
( ) 0 33 . 5
0
=

=

m
m 5 kN 1 m 10 kN 7.50
GI
H
F
M
T F
GI
kN 13 . 13 =
Analisa Truss: Contoh Soal
( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( ) 0 8 cos
0
07 . 28 5333 . 0
8
tan
= +

=
= = = =

m
m 5 kN 1 m 10 kN 1 m 15 kN 7.5
m 15
m
o
o o
FH
G
F
M
GL
FG
C F
FH
kN 82 . 13 =
( )
( )( ) ( )( ) ( )( ) 0 cos
0
15 . 43 9375 . 0
8
5
tan
= + +
=
= = = =

m 10 m 5 kN 1 m 10 kN 1
m
m
3
2
|
| |
GH
L
F
M
HI
GI
C F
GH
kN 371 . 1 =
Analisa Truss: Diagram Maxwell
(Cremona)
Prosedur :
Menentukan gaya reaksi tumpuan secara keseluruhan
dengan persamaan keseimbangan (benda tegar).


Menentukan arah gerakan (CW/CCW) setiap titik
sendi dari konstruksi truss. Arah gerakan semua sendi
dari kontruksi truss harus tetap.
Menentukan daerah (medan) pada konstruksi truss.
Pembuatan diagram dimulai dari titik sendi yang
maksimum hanya dua gaya batang yang belum
diketahui.


= = = 0 ; 0 ; 0 M F F
y x
Momen Inersia: Why is it learnt?
Kebanyakan batang struktur dibuat berlubang
(bukan pejal) dengan berbagai macam bentuk
profil (I, L, H, C ect). Mengapa tidak dibuat
silinder atau balok pejal?
Parameter utama apa dari batang struktur yang
mempengaruhi keputu-san dalam desain?
Bagaimana kita menghitung parameter ini?
Momen Inersia: Why is it learnt?
Perhatikan tiga penampang melintang yang
berbeda yang mungkin dapat digunakan dalam
menopang beban P. Semuanya memiliki total
luasan yang sama. Bila diasumsikan memiliki
material yang sama maka ketiga-nya akan
memiliki intensitas massa per satuan panjang
yang sama pula.
Untuk menahan beban P, manakah diantara
ketiganya yang menghasil-kan tegangan internal
dan defleksi paling kecil? Mengapa?
Jawabannya tergantung pada momen inersia
terhadap sumbu x dari masing-masing
penampang.
Ternyata profil A yang paling kuat karena
kebanyakan luasannya terletak paling jauh dari
sumbu x.
10 cm
3 cm
C
10 cm
3 cm
B
10 cm
1 cm
1 cm
A
R S
P
Momen Inersia: Definisi
Gaya total F yang bekerja pada
penampang balok A dapat
diturunkan dari

sehingga

Besaran ini disebut gaya inersia
(momen perta-ma) dengan unit
satuan panjang pangkat tiga [L
3
].
Besaran ini digunakan untuk
menghitung tegangan geser
akibat beban bending pada
balok.
Momen akibat gaya AF yang bekerja pada luasan AA adalah

sehingga

Besaran ini disebut momen inersia (momen kedua) dengan unit satuan
panjang pangkat empat [L
4
]. Besaran ini digunakan untuk menghitung
tegangan normal (tarik/tekan) akibat beban bending pada balok.
dA y k M
}
=
2
A ky F y M A = A =
2
}
= A = A = ydA k A ky F R
x
Q ydA k R = =
}
Momen Inersia: Momen Inersia
Polar
Momen inersia selalu berkaitan
dengan sumbu x (I
x
) atau
sumbu y (I
y
). Momen inersia
yang berhubungan dengan
sumbu putar dinamakan
momen inersia polar (J),
dinyatakan dengan

Hubungan momen inersia polar
dengan mo-men inersia I
x
dan I
y

adalah
}
= dA r J
2
0
( )
x y
I I
dA y dA x dA y x dA r J
+ =
+ = + = =
} } } }
2 2 2 2 2
0
Jadi momen inersia polar adalah penjumlahan dari monen inersia terha-
dap sumbu x dan y. Besaran ini digunakan untuk menghitung tegangan
geser akibat torsi pada poros.

Momen Inersia: Jari-jari Girasi
Bayangkan bila luasan A
dikonsentrasi-kan pada
pusat luasannya sehingga
akan menimbulkan jarak
dari sumbu inersia, jarak ini
disebut jari-jari girasi dan
dinya-takan dengan
persamaan:



Analogi yang sama untuk
sumbu y dan polar:




Jadi
A
I
k A k I
x
x x x
= =
2
A
J
k A k J
A
I
k A k I
O
O O O
y
y y y
= =
= =
2
2
2 2 2
y x O
k k k + =
Momen Inersia: Prinsip Sumbu
Sejajar
Pada penampang yang
tidak beraturan, seringkali
momen inersia harus dicari
de-ngan menganggap
luasan penampang se-bagai
suatu komposit.
Akibatnya sumbu inersia
tidak tepat bera-da pada
pusat luasan penampang.
Bagaimana menyatakan
momen inersia dari sumbu
yang tidak melewati pusat
luasan penampang?




Jadi prinsip Sumbu Sejajar
adalah
( )
} } }
} }
+
'
+
'
=
+
'
= =
dA d dA y d dA y
dA d y dA y I
2 2
2
2
2
2
Ad I I + =
Momen Inersia: Formulasi
Momen Inersia: Formulasi
Momen Inersia: Formulasi
Momen Inersia: Contoh Soal
Determine the moment of inertia
of the shaded area with respect to
the x axis.
SOLUTION:
Compute the moments of inertia of the
bounding rectangle and half-circle with
respect to the x axis.
The moment of inertia of the shaded area is
obtained by subtracting the moment of
inertia of the half-circle from the moment
of inertia of the rectangle.
Momen Inersia: Contoh Soal
SOLUTION:
Compute the moments of inertia of the bounding
rectangle and half-circle with respect to the x axis.
Rectangle:
( )( )
4 6
3
1
3
3
1
mm 10 2 . 138 120 240 = = = bh I
x
Half-circle:
moment of inertia with respect to AA,
( )
4 6 4
8
1
4
8
1
mm 10 76 . 25 90 = = =
'
t tr I
A A
( )( )
( )
2 3
2
2
1
2
2
1
mm 10 72 . 12
90
mm 81.8 a - 120 b
mm 2 . 38
3
90 4
3
4
=
= =
= =
= = =
t t
t t
r A
r
a
moment of inertia with respect to x,
( )( )
4 6
3 6 2
mm 10 20 . 7
10 72 . 12 10 76 . 25
=
= =
' '
Aa I I
A A x
moment of inertia with respect to x,
( )( )
4 6
2 3 6 2
mm 10 3 . 92
8 . 81 10 72 . 12 10 20 . 7
=
+ = + =
'
Ab I I
x x
Momen Inersia: Contoh Soal
The moment of inertia of the shaded area is obtained by
subtracting the moment of inertia of the half-circle from
the moment of inertia of the rectangle.
4 6
mm 10 9 . 45 =
x
I
x
I =
4 6
mm 10 2 . 138

4 6
mm 10 3 . 92
Konsep Desain: Filosofi Desain
Ada 3 keadaan dalam perancangan suatu mesin yaitu
Beban dan geometri telah diketahui kemudian menentukan faktor kea-
manan dan jenis material yang digunakan.

Beban dan material telah diketahui kemudian menentukan faktor kea-
manan dan geometri komponen mesin yang sesuai.

Beban, material dan geometri telah diketahui kemudian tinggal menen-
tukan apakah aman atau tidak.


Problem:
Bagian manakah yang termasuk DESAIN?
Bagian manakah yang termasuk ANALISA?
DESAIN
ANALISA
Konsep Desain: Safety Factor
Persamaan dasar dalam menentukan angka
keamanan:
stress calculated
stress material allowable
N =
Untuk material ulet (ductile materials):
N= 1.25 2.0 Static loading, high level of confidence in all design data.
N= 2.0 2.5 Dynamic loading, average confidence in all design data.
N= 2.5 4.0 Static or dynamic loading with uncertainty about loads,
material properties, complex stress state, ect
N= 4.0 or more Static or dynamic loading with uncertainty about loads,
material properties, complex stress state, and desire to
provide extra safety.
Untuk material getas (brittle materials):
Untuk setiap tingkatan faktor keamanan diatas rata-rata menjadi dua kali
lipatnya.





Sifat-Sifat Material
Problem:
Mengapa kita harus mengerti tentang sifat-sifat
material sebelum melakukan perancangan suatu
mesin?

N
calculated allow
o o =
allow calculated
o o <

Dalam desain dan analisa desain, sifat-sifat material sangat diperlukan:
Desain:

+Maka harus dirancang geometri yang sesuai untuk memenuhi persamaan
diatas

Analisa:

+Analisa ulang struktur sehingga tegangan failure dibawah tegangan ijin
material
Jadi, kedua kasus diatas memerlukan calculated stress.
Problem:
Apa itu calculated stress? Bagaimana cara mendapatkannya?
Apa itu allowable stress? Bagaimana cara mendapatkannya?
Sifat-Sifat Material
Allowable Stress diperoleh dari TENSION TEST.
Sifat-Sifat Material
Sehingga akan diperoleh kurva STRESS -
STRAIN.
Sifat-Sifat Material
Sifat Metalurgi Material:
Brittle fracture (patah getas):
Tidak ada reduksi luas penampang patahan.
Patahan tampak lebih mengkilap dan bidang patahan
relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.
Disebabkan oleh pembebanan dinamis dan temperatur
kerja yang rendah (Kapal Titanic).
Ductile fracture (patah ulet):
Ada reduksi luas penampang patahan.
Tempo patah lebih lama.
Daerah patahan lebih halus dan berserabut.
Beberapa golongan besar material:
Cast Iron dan Malleable Iron
Steel alloys
Aluminium alloys dan Copper alloys
Magnesium alloys dan Nickel alloys
Sifat-Sifat Material
Sifat Mekanik Material:
Homogenitas
Elastisitas
Isotropik
Plastisitas
Tensile Strength/Ultimate Strength
Fracture Strength
Yield Strength/Yield Point
Modulus Elastisitas/Modulus Young
Hukum Hooke
Direct Shear Strength:
Wrought steel: S
su
= 0.82 S
u
Malleable iron & cooper alloys: S
su
= 0.90 S
u
Cast iron: S
su
= 1.30 S
u
Aluminium alloys: S
su
= 0.90 S
u

Sifat-Sifat Material
Shear Yield Strength:
Aluminium alloys: S
syp
= 0.55 S
yp

Wrought stell: S
syp
= 0.58 S
yp

Ductility
Malleability
Modulus of Resilience
Modulus of Toughness
Hardness



Keterangan:
S
u
= Ultimate Strength/Tensile Strength
S
yp
= Yield Point Strength
S
su
= Shear Ultimate Strength
S
syp
= Shear Yield Point Strength
dari Uji Tarik
Beban Tegangan: Klasifikasi
c o E
A
P
= = : Stress Normal
( ) T E A = o o : Stress Thermal
I
My
x
= o : Stress Normal
Ib
VQ
xy
= t : Stress Shear
: Stress Shear
J
T
t = Torsi
Bending
Aksial
Tegangan Sket Beban
Geser
: Stress Shear
s
A
T
= t
Pembebanan Aksial: External Loading Normal Stress
External loading menimbulkan:


Dari Hukum Hookes didapatkan regangan:


dimana regangan adalah deformasi dibagi dengan
panjang semula, sehingga


Apabila beban dan material bervariasi, baik modulus
elastisitas maupun luas penampang-nya maka
deformasi total adalah
A
P
= o
AE
P
E
E = = =
o
c c o
AE
PL
L
= = o
o
c

=
i
i i
i i
T
E A
L P
o
Pembebanan Aksial: Contoh Soal
Pembebanan Aksial: Solusi
Pembebanan Aksial: Thermal Loading Normal Stress
Perubahan suhu akan menyebabkan
pemuai-an material sehingga terjadi
perubahan pan-jang. Apabila ada bagian
yang ditumpu maka akan terjadi
tegangan.
Tegangan yang terjadi dapat didekati
dengan 2 bentuk deformasi superposisi:
deformasi ter-mal dan akibat beban luar.


Kedua deformasi tersebut haruslah sama
besar sehingga:
( )
coef. expansion thermal =
= A =
o
o o o
AE
PL
L T
P T
( ) 0
0
= + A
= + =
AE
PL
L T
P T
o
o o o
( )
( ) T E
A
P
T AE P
P T
A = =
A =
= + =
o o
o
o o o 0
Momen Bending: Normal Stress
Momen bending dapat menyebabkan be-
am terdeformasi.
Pada neutral surface (axis) tidak mengala-
mi perubahan panjang (deformasi).
Semua penampang melintang akan te-tap
datar dan tegak lurus terhadap longi-
tudinal axis.
Jumlah momen pada penampang melin-
tang adalah
S
M
I
Mc
I
My
x
= = =
max
o o
dA y
c
M
dA
c
y
y dA y ydF M
A
A A A
}
} } }
=
|
.
|

\
|
= = =
2
max
max
) (
o
o o
Ini adalah
momen inersia, I
Tahanan Inersia
Momen Bending: Contoh Soal
Momen Bending: Solusi
Momen Bending: Solusi
Momen Bending: Solusi
Momen Bending: Shear Stress
Gaya geser internal pada
beam menyebab-kan
deformasi geser, tegangan
dan rega-ngan geser.
Gaya geser dalam beam
harus mendapat perhatian
lebih karena seringkali beam
ga-gal karena tegangan
geser yang timbul.


|
|
.
|

\
|
= =
2
2
1
2
3
c
y
A
V
Ib
VQ
xy
t
segiempat
2
3
max
=
A
V
t
lingkaran
3
4
max
=
A
V
t
Momen Bending: Contoh Soal
Momen Bending: Solusi
Momen Bending: Solusi
Momen Bending: Solusi
Momen Bending: Komparasi Efek Normal Stress Shear Stress
Contoh soal:
in kip 90 ft kip 5 . 7
kips 3
max
max
= =
=
M
V
Pertanyaan:
Tentukan tinggi beam yang aman dari
tegangan normal maupun geser!
Momen Bending: Komparasi Efek
Normal Stress Shear Stress
Solusi:
( )
( )
2
2
6
1
2
6
1
3
12
1
in. 5833 . 0
in. 5 . 3
d
d
d b
c
I
S
d b I
=
=
= =
=
Tinggi beam berdasarkan tegangan normal yang
diijinkan.
( )
in. 26 . 9
in. 5833 . 0
in. lb 10 90
psi 1800
2
3
max
=

=
=
d
d
S
M
all
o
Tinggi beam berdasarkan tegangan geser yang
diijinkan.
( )
in. 71 . 10
in. 3.5
lb 3000
2
3
psi 120
2
3
max
=
=
=
d
d
A
V
all
t
Jadi tinggi beam setidaknya adalah d = 10.71 in
Momen Bending: Desain Beam
Momen Bending: Desain Beam
Momen Bending: Desain Beam
Momen Bending: Desain Beam
Momen Bending: Desain Beam
Momen Bending: Desain Beam
Torsi: Shear Stress
Torsi pada batang silinder sebanding menye-
babkan tegangan geser internal yang besar-nya
sama tapi berlawanan arah.
Jumlah momen dari tegangan geser internal
sama dengan torsi yang diaplikasikan, yang
dinyatakan dengan persamaan:





Jadi tegangan geser akibat torsi adalah
J
c
dA
c
dA T
max
2
max
t

t
t
} }
= = =
W
T
J
T
J
TD
J
Tc
= = = = dan
2
max

t t
Ini adalah momen
inersia polar, J
Tahanan Inersia
Polar
Torsi: Torsional Failure Modes
Tegangan pada elemen a dan c memi-
liki nilai yang sama. Bedanya pada
elemen a adalah tegangan geser mur-ni
sedangkan pada elemen c adalah
tegangan normal.
Material ulet umumnya failure akibat
tegangan geser sedangkan material
getas lebih lemah terhadap tegangan
normal (tarik/tekan).
Ketika mendapat torsi, spesimen ulet
akan patah pada bidang geser maksi-
mum yaitu bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu poros.
Ketika mendapat torsi, spesimen ge-tas
akan patah pada bidang yang tegak
lurus bidang tegangan normal
maksimum yaitu 45
o
terhadap sumbu
poros.
Teori Kegagalan (Failure Theories)
Failure Theories digunakan untuk menghitung tegangan yang timbul di-dalam
material akibat beban luar, sehingga didapatkan calculated stress.
Kapan material mengalami failure?
Apakah hubungan failure theories dengan safety factors?
Beberapa jenis teori kegagalan:
Maximum Normal Stress
Maximum Shear Stress
Modified Mohr
Strain Energy
Distortion Energy
Goodman
Gerber
Soderberg
Penggunaan teori kegagalan tergantung pada tipe beban yang bekerja, tipe
material yang digunakan dan tipe tegangan yang terjadi.
STATIC
LOADING
FATIGUE
LOADING
Teori Kegagalan Statis: Maximum Normal Stress Theory (MNSt)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa kegagalan material akibat tension atau
compression.
Cocok digunakan pada material yang relatif tahan tegangan geser namun lemah
terhadap tegangan tarik maupun tekan.
Persamaan Dasar:



Teori ini biasanya diaplikasikan untuk mendesain komponen mesin dari cast
iron. Besi tuang bersifat getas sehingga tidak memiliki yield point dan ultimate
compressive strength lebih besar daripada ultimate tensile strength.
max
o >
N
S
u
Brittle Materials
Teori Kegagalan Statis: Maximum Shear Stress Theory (MSSt)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa kegagalan material akibat tegangan geser
maksimum.
Cocok digunakan untuk mendesain komponen mesin dari baja (steel) yang
bersifat ulet.
Persamaan Dasar:

dimana:

=
2
2
2
dari terbesar yang
3 1
3 2
2 1
max
o o
o o
o o
t
max
2
t >
N
S
yp


=
2
2
2
dari terbesar yang
2
1
2 1
max
o
o
o o
t
Bila o
1
dan o
2
berlawanan tanda (2D) Bila o
1
dan o
2
sama tandanya (2D)
2
atau
2
2
max
1
max
o
t
o
t = =
2 1
2
2
max
2
(
(

+
|
|
.
|

\
|

=
xy
y x
t
o o
t
Kasus kombinasi bending dengan torsi atau bending dengan geser tran-
versal, dimana maka
( )
max 2 , 1
2 0 t o o t t o o = = = = =
x yz xz y z
( )
2 1
2 2
4
xy x
yp
N
S
t o + >
Teori Kegagalan Statis: Distortion
Energy Theory (DEt)
Energi distorsi: selisih antara energi regangan
dengan energi ekivalen.
Teori ini berusaha membandingkan antara distorsi
komponen mesin (ele-men yang diamati) dengan
distorsi energi ketika terjadi kegagalan pada
spesimen uji.
Persamaan Dasar:
Kasus 3D:


Kasus 2D:

Kasus kombinasi bending dengan torsi atau
bending dengan geser tran-versal, dimana
maka
( )
3 1 3 2 2 1
2
3
2
2
2
1
o o o o o o o o o + + >
N
S
yp
( )
2 1
2
2
2
1
o o o o + >
N
S
yp
( )
max 2 , 1
2 0 t o o t t o o = = = = =
x yz xz y z
( )
2 1
2 2
3
xy x
yp
N
S
t o + >
Teori Kegagalan Statis: Komparasi antara MNSt, MSSt dan DEt
2
o +
1
o +
Diagonal Shear
2 1
o o =
Maximum Normal Stress
Maximum Shear Stress
Distortion Energy
Teori Kegagalan Statis: Komparasi
antara MNSt, MSSt dan DEt
2
o +
1
o +
Diagonal Shear
2 1
o o =
DEt
MSSt
MNSt
(0.577, 0.577)
(0.50, 0.50)
Teori Kegagalan Statis: Contoh Soal
#1
Teori Kegagalan Statis: Solusi Contoh Soal #1
Teori Kegagalan Statis: Contoh Soal
#2
Teori Kegagalan Statis: Solusi Contoh Soal #2

You might also like