You are on page 1of 72

SKENARIO A

Budi, a boy , 12 month, was hospitalized due to diarrhea. Four days before admission the patient
had non projectile vomitting 6 times a day. He vomited what he ate. Three days before admission
the patient got diarrhea 10 times a day around half glass in every defecation, there was no blood
and mucous in it. The frequency of vomiting decreased. Along those 4 days, he drank eagerly
and was given plain water. He also got mild fever. Yesterday, he looked worsening, still had
diarrhea but no vomiting. The amount of urination in 8 hours ago was less than usual. Budis
family lives in slum area.
Physical Examination
Patient looks severely ill, compos mentis but weak, BP 70/50 mmHg, RR 38x/m regular but
weak, body temperature 38,7 C, BW 8,8 kg, BH 75 cm
Head : Hollow eyed, no tears drop, and dry mouth.
Thorax : similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound, normal heart
sound.
Abdomen : flat, shuffle, bowel sound was increase. Liver was palpable 1 cm below arcus costa
and xiphoid processus, spleen unpalpable. Positive turgor. Redness skin surounding anal orifice.
Laboratory Examination
Hb 12,8 g/dl, WBC 9.000/mm3, differential count: 0/1/16/48/35/0
Urine routine
Macroscopic : yellowish colour
Microscopic : WBC(-), RBC (-), protein (-)
Faeces routine
Macroscopic : water more than waste material, blood(-), mucous(-)
Microscopic :WBC: 2-4/WF, RBC(-)

I. Klarifikasi Istilah
Diarrhea : pengeluaran tinja berkali- kali yang tidak normal
Defecation : pembuangan tinja dari rektum
Non projectile vomiting :muntah yang tidak disemburkan yang sangat kuat
Mild fever : demam dengan suhu tubuh antara 37,5 38,5 derajat celcius
Mucous /pus : lendir bebas pada mukosa terdiri dari sekresi kelenjar berbagai garam sel yang
berdesquamasi dan leukosit
Lethargi : tingkat kesadaran menurun disertain dengan pusing pendengaran berkurang dan apatis
Sunken eye : mata cekung
No tears drop : tidak ada air mata
Bowel sound : suara bising usus
Redness skin : kulit berwarna kemerahaan
II. Identifikasi Masalah
1. Budi, anak laki-laki 12 bulan dirawat di RS karena diare
2. 4 hari sebelum masuk RS muntah no projectile 6x/hari, memuntahkan yang ia makan,
banyak minum air putih, demam ringan
3. 3 hari SMRS Budi diare sebanyak 10x/hari, sebanyak gelas, tanpa darah & mucus,
frekuensi muntah menurun
4. Selama 4 hari sebelum masuk RS, pasien minum dengan banyak dan diberikan air
putih . pasien demam ringan
5. Kemarin pasien memburuk, tetap diare namun tidak muntah
6. Jumlah pengeluaran urin dalam 8 jam kurang dari
7. Physical exam
8. Lab exam

III. Analisis Masalah
Masalah 1
1. Bagaimana anatomi , fisiologi, histology, GI pada anak ?
a. Normal
Sintesis
b. Patologis
Sintesis
2. Bagaimana etiologi diare pada anak ?
Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral :
Bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Yersinia
Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Asatrovirus
Parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
b. Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan
tonsilitis, OMA)
Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)
b. Malabsorbsi protein
c. Malabsorbsi lemak
Faktor Makanan , alergi tehadap makanan.
Faktor Psikologis, rasa takut dan cemas.
3. Apa saja jenis diare ?
4. Bagaimana mekanisme diare pada scenario ?
Muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh untuk mengeliminasi
mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari lambung dan duodenum (GIT
atas). Hal inilah yg menyebabkan kenapa muntahnya menghilang karena
kemungkinan enterotoxin dari rotavirus tersebut sudah tidak ada lagi di
lambung dan duodenum. Karena hanya di duodenum dan lambung yang ada
saraf untuk merespon muntah.
5. Bagaimana hubungan usia jenis kelamin dan tempat tinggal dengan penyakit ?
Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok 6-11 bulan yaitu saat bayi diberikan makanan
pendamping ASI.
Pada Negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, diare yang
disebabkan oleh Rotavirus terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan pada
musim kemarau, sementara diare karena bakteri cenderung meningkat pada
musim hujan. Faktor risiko untuk penularan enteropatogen akan meningkat
apabila sosial ekonomi kurang baik.
Masalah 2
6. Bagaimana etiologi muntah ?
Muntah pada anak bisa disebabkan karena berbagai hal seperti berikut ini.
1. Kelainan kongenital
Pada saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esophagus, hirschprung,
tekanan intrakranial yang tinggi.
2. Infeksi pada saluran pencernaan.
3. Cara pemberian makan yang salah.
4. Keracunan
7. Apa saja jenis- jenis muntah ( tekankan yang biasa dengan proyektil ) ?
Berdasarkan frekuensi:
1. Muntah Ringan (Mild) : Bila anak muntah 1-2 kali sehari.
2. Muntah Sedang (Moderate): Bila anak muntah 3-7 kali sehari.
3. Muntah Berat (Severe): Muntah lebih dari 8 kali sehari.
Berdasarkan waktunya:
1. Muntah akut: muntah yang kurang dari 2 minggu
2. Muntah kronis: muntah yang lebih dari 2 minggu
Berdasarkan semburannya:
1. Muntah proyektil (menyemprot), seperti pada stenosis pilorus hipertrofi,
biasanya setelah makan, bisa jadi muntahan keluar melalui hidung.
2. Muntah non-proyektil (tidak menyemprot), jarang.
Berdasarkan penyebab:
1. Muntah organik: disebabkan karena adanya suatu kelainan pada sistem
organ tubuh
2. Muntah non-organik: tanpa adanya kelainan di organ tubuh, contohnya
karena kekenyangan atau psikogenik (psikologi)
Berdasarkan warna:
1. Warna merah kehitaman: bisa diduga muntah berasal dari lambung yang
mengalami iritasi dan mengeluarkan darah. Darah yang bercampur
dengan asam lambung akan membuat warna menjadi merah kehitaman.
2. Warna merah segar: mengindikasikan adanya luka pada daerah lambung
ke atas misalnya esofagus, mulut atau hidung.
3. Warna hijau: mengindikasikan adanya kegawatdaruratan medik. Suatu
tanda bahwa muntah tersebut diakibatkan oleh adanya obstruksi
(penyumbatan) di saluran pencernaan.
60% cairan pada tubuh bayi.

8. Bagaimana Mekanisme muntah non proyektil ?
Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh sistem syaraf aferen
dan s. simpatis sehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan
menyebabkan makanan kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk ke
usus. Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu
kerja lambung dan duodenum, menyebabkan duodenum teregang. Akibatnya,
kontraksi kuat diafragma dan otot dinding abdominal yang menyebabkan
tekanan di dalam lambung tinggi. Setelah itu menjadi bernafas dalam dan
naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfringter esophagus bagian atas
supaya terbuka. Sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi
lambung melalui esophagus dan keluar.
9. Bagaimana klasifikasi muntah berdasarkan frekuensi ?
Muntah Ringan (Mild) : Bila anak muntah 1-2 kali sehari.
Muntah Sedang (Moderate): Bila anak muntah 3-7 kali sehari.
Muntah Berat (Severe): Muntah lebih dari 8 kali sehari.us
Pada scenario pencetusnya disebabkan oleh vir

Klasifikasi berdasarkan isi dari muntah
A. Apa yang baru saja dimakan
B. Hematemesis, muntah yang bercampur darah
C. Cairan empedu, bisa ikut termuntah bila kontraksi duedunum yang terjadi
pada muntah yang parah
D. Muntah fekal, terjadi pada obstruksi saluran cerna atau fistula

Masalah 3
10. Bagaimana klasifikasi diare berdasarkan frekuensi jumlah ?
Diare Berdasarkan penyebabnya, perjalanan penyokit (akut, persisten, don
kronis), derajat dehidrasi (tanpa dehidrosi, dehidrasi ringcn-sedang, dehidrosi
berat), gombaran klinis (diare akut, kolera, dan disentri), penyulit (tanpa dan
dengan penyulit), komplikasi (gagal ginjal, dan lain-ain).
Diare dapat dibagi menjadi akut (kubra ng dari 14 hari) dan persisten (lebih
dari 14 hari) dan kronik (lebih dari 1 bulan)

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan
Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak
lesu, haus, dan agak rewel.
2. Dehidrasi Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:
Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera
kembali ke posisi semula.
3. Dehidrasi berat
Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang
dari 6 popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

Diare Berdasarkan lamanya :
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari
14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir dan darah
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari


Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :
a. Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan oleh bahan-bahan osmotik, yaitu
bahan-bahan makanan tertentu yang tidak dapat diangkut oleh darah dan
tertinggal di dalam usus. Beberapa contoh bahan osmotik adalah heksitol,
sorbitol, dan manitol.

Penyebab lain diare osmotik adalah kekurangan enzim laktase. Enzim laktase
adalah enzim yang diproduksi di dalam usus halus. Enzim ini berfungsi
mengubah laktosa (gula usus) menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat
diserap oleh darah. Apabila orang yang kekurangan enzim laktase
mengonsumsi susu atau produk olahan susu maka laktosa akan menumpuk di
dalam usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya diare osmotik.

Berat ringannya diare yang dialami oleh penderita diare osmotik dipengaruhi
oleh jumlah bahan osmotik yang dikonsumsi dan masuk ke usus. Pada
umumnya, diare osmotik akan berhenti saat penderita berhenti mengonsumsi
makanan yang mengandung bahan-bahan osmotik.

b. Diare Sekretorik
Diare sekretorik terjadi saat usus kecil dan usus besar mengeluarkan senyawa
garam (terutama natrium klorida) dan air ke dalam feses. Sekresi garam dan
air yang berlebihan ini dapat disebabkan oleh pelbagai faktor, seperti adanya
senyawa toksin, minyak kastor, atau asam empedu di dalam usus. Selain itu,
diare sekretorik juga dapat disebabkan oleh adanya tumor tertentu, misalnya
karsinoid, gastrinoma, dan vipoma.

c. Sindroma Malabsorbsi
Sindroma malabsorbsi merupakan gangguan penyerapan sari-sari makanan di
dalam usus halus. Penderita gangguan ini biasanya tidak dapat mencerna
makanan secara normal. Pada saat terjadi sindroma malabsorbsi secara
menyeluruh, lemak dan karbohidrat tidak dapat diserap dengan baik. Lemak
yang tertinggal di dalam usus besar dapat mengakibatkan diare sekretorik,
sedangkan karbohidrat yang tertinggal dalam usus besar dapat mengakibatkan
diare osmotik.

Terjadinya sindroma malabsorbsi dapat dipicu oleh pelbagai faktor. Misalnya,
sariawan nontropikal, insufisiensi pankreas, pengangkatan sebagian usus,
berkurangnya aliran darah ke usus, penurunan produksi enzim tertentu di
dalam usus halus, dan adanya penyakit pada hati.

d. Diare Eksudatif
Diare eksudatif merupakan diare yang disebabkan oleh terjadinya peradangan
atau terbentuknya borok pada usus besar. Peradangan atau borok ini dapat
memicu pelepasan protein, darah, lendir, dan cairan lainnya yang dapat
meningkatkan kandungan serat dalam feses dan membuat feses menjadi encer.
Diare eksudatif biasanya dipicu oleh jenis penyakit lain, seperti TBC,
limfoma, kanker, penyakit Chorn, dan kolitis ulserativa.

e. Diare Karena Perubahan Bagian Usus
Pada keadaan normal, feses biasanya memiliki kandungan air 60-90%. Untuk
dapat mencapai keadaan tersebut, feses harus berada di dalam usus besar
selama beberapa waktu tertentu. Apabila terlalu cepat atau terlalu lama di
dalam usus besar maka feses menjadi tidak normal. jika terlalu cepat
meninggalkan usus besar, feses menjadi sangat encer. Sebaliknya, feses akan
menjadi sangat keras dan kering jika terlalu lama berada di dalam usus besar.

Perubahan bagian (pasase) usus mengakibatkan feses terlalu cepat
meninggalkan usus besar, sehingga feses menjadi sangat encer. Beberapa hal
yang dapat mempersingkat keberadaan feses di dalam usus besar antara lain
hipertiroid, pengangkatan sebagian usus halus atau usus besar, pembedahan
perut, pengobatan borok dengan memotong saraf vagus, dan konsumsi obat-
obatan pencahar.


11. Apa kemungkinan dan mekanisme jika:
a. ada dan darah atau mucus
Terdapat darah menunjukkan etiologi dari diare berasal dari bakteri (
salmonella, shigella ), amoeba histolitica dan cacing. Terdapat mucus
menunjukan ada infeksi pada usus besar.
b. tidak ada darah atau mucus ?
Tidak terdapat darah atau mucus menunjukkan bahwa etiologi dari
diare adalah bukan bakteri. Pada kasus ini diare disebkan oleh
rotavirus sehingga tidak ada darah dan mukus pada feses. Tidak
terdapat mucus menandakan bahwa tidak terjadi infeksi di kolon.

12. Bagaimana kondisi feses normal ?
BAYI YANG BARU LAHIR (0-4 BULAN)
Seberapa sering: Sekitar empat kali sehari. Karena ASI sangat mudah dicerna,
maka bayi yang diberi ASI akan BAB tiap kali setelah menyusu. Karena
mereka memakai semua gizi untuk tumbuh, sejumlah bayi yang masih diberi
ASI mungkin tidak BAB selama seminggu penuh.
Fakta: BAB pertama (disebut meconium) berwarna hitam, lengket seperti ter,
dan feses itu mengandung segala macam yang bayi telan seperti cairan
amniotik dan sel kulit mati. Bayi yang diberi ASI memiliki BAB yang
berwarna kuning seperti mustard, sementara bayi yang sudah mengonsumsi
susu formula memunyai BAB yang berwarna hijau dan kental.
BAYI (4-12 BULAN)
Seberapa sering: Tiga kali sehari.
Fakta: Karena bayi Anda makan lebih banyak makan-makanan padat, BAB-
nya akan menjadi lebih kental, lebih bau. Ini semua akibat kerja cairan
pencernaannya.
BATITA (1-3 TAHUN)
Seberapa sering: Dua hari sekali
Fakta: Batita adalah pengonsumsi makanan yang tidak bisa diprediksi
sehingga pola buang air mereka juga bervariasi. Selama anak Anda makan
dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit, maka hal ini tak perlu
dikhawatirkan, kata Jennifer Shu, MD, penasihat Parents.
BALITA DAN ANAK USIA SEKOLAH (3 TAHUN DAN LEBIH)
Seberapa sering: Sekali sehari
Fakta: Saat anak Anda dilatih untuk menggunakan toilet, ada satu pelajaran
penting yang bisa Anda ajarkan: Saat kamu mau buang air, segeralah buang
air! kata Dr. Gold. Untuk menghindari sembelit, Anda harus mengingatkan
anak Anda yang sedang sibuk untuk pergi ke toilet.
Masalah 4
13. Bagaimana etiologi dari demam ?
1. Infeksi bakteri
2. Infeksi virus
3. Infeksi Salmonella typhi (demam tifoid) yang menginfeksi usus
4. Inflamasi usus
5. Dehidrasi
6. Virus hepatitis
7. Esofagitis
8. Demam Berdarah Dengue

14. Bagaimana hubungan banyak minum air dan diare ?
Jika cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk tubuh
melakukan kompensasi untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan
hipotalamus mengatur hormon ADH untuk mereduksi produksi urin dan
merangsang pusat haus di hipotalamus rasa haus untuk meminum banyak

15. Bagaimana mekanisme demam pada penyakit system digestive?
Penyebabnya bisa dari sitotoksin bakteri maupun enterotoksin dari virus.
Tetapi pada kasus ini, dilihat dari pemeriksaan laboratorium dimana tidak
terdapat mukus dan darah, kemungkinan mikroorganisme penyebabnya adalah
virus.
Virus menginvasi sel epitel usus halus melepas enterotoksin masuk
pembuluh darah menstimulasi interferon gama (antibodi yang melawan
virus) merangsang makrofag menghasilkan interleukin 1
mempengaruhi pusat pengatur suhu demam

16. Bagaimana klasifikasi demam ?
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis,
dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.

Klasifikasi demam berdasarkan suhu :
Kita mengatakan bahwa suhu badan itu normal kalau panas tubuhnya
berkisar antara 36,5 C 37,2 C.
Suhu tubuh normal dengan pengukuran aksila, menurut metode pengukuran
Canadian Paediatric Society (2004) adalah 35,5-37,5 derajat C.
* Sub Febril
Suhu tubuh seseorang antara 37,5 C - 38 C dikatakan mengalami kenaikan
suhu tubuh subfebril.
* Demam/Febris
Suhu tubuh seseorang yang lebih dari 38 C menunjukkan bahwa orang
bersangkutan mengalami demam.
* Hiperpireksia
Suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 C atau lebih (
41,2 C)
* Suhu Subnormal
Suhu tubuh di bawah 36 C ( < 36 C )
* Hipotermi
Keadaan suhu tubuh di bawah 35 C ( < 35 C )
Batasan demam tergantung usia dan jenis pengukuran yang
dilakukan..Pengambilan suhu sebaiknya dengan termometer di ketiak, mulut
atau di dubur
Batasannya berbeda-beda jika lewat dubur demam jika suhu di atas 38 C,
lewat ketiak di atas 37,2 C dan lewat mulut sekitar 37,6 C untuk waktu
minimal 24 jam.
Klasifikasi demam berdasarkan pola :
Ada beberapa pola demam yang dikenal dalam literatur medis, yaitu:

1. Demam kontinu
Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh
terus menerus dan menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 derajat Celcius
selama periode 24 jam.

2. Demam septik
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat
besar. Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga di atas normal,
sering disertai menggigil dan berkeringat.

3. Demam remitten
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal. Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai
normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya
tidak sebesar demam septik.

4. Demam intermiten
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi
hari, dan puncaknya pada siang hari. Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.

5. Demam quotidian
Demam quotidian disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme
demam yang terjadi setiap hari. Demam quotidian ganda memiliki dua
puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam).

6. Demam rekuren
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval
irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama
(contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.

7. Relapsing fever dan demam periodik
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval
regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari,
beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat
adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3,
kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4).
Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang
disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia dan ditularkan oleh kutu (louse-
borne RF) atau tick (tick-borne RF).
Masalah 5
17. Bagaimana hubungan muntah dengan diare pada pasien ( jelaskan pperbedaan
kondisi per hari, secara umum dan perjalanan penyakit kenapa semakin
memburuk ?
Muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh untuk mengeliminasi
mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari lambung dan duodenum (GIT
atas). Hal inilah yg menyebabkan kenapa muntahnya menghilang karena
kemungkinan enterotoxin dari rotavirus tersebut sudah tidak ada lagi di
lambung dan duodenum. Karena hanya di duodenum dan lambung yang ada
saraf untuk merespon muntah.
18. Berapa jumlah eksresi urine normal anak usia 12 bulan ?
Berat jenis urine normal : 1,01-1,03
Berat jenis air : 1







Berat popok kering : 10-20 gr
Berat bedong flannel kering : 130 gr
Berat bedong katun kering : 120 gr

19. Bagaimana mekanisme urine kurang dari biasanya ?
Jumlah urin menjadi lebih sedikit dari biasanya karena adanya muntah dan
diare yang menyebabkan dehidrasi. Mekanismenya diawali dengan adanya
infeksi dari rotavirus di sel-sel vili usus. Pada saat virus ini menginfeksi, maka
akan terangsang proses muntah. Akibatnya cairan banyak terbuang, dan
sedikit yang diserap. Dengan begitu tubuh akan mengkompensasi dengan
merangsang sekresi ADH untuk meretensi air dan garam di tubuh dan juga
merangsang pusat haus untuk meningkatkan minum air. Kemudian ketika
aliran darah yang rendah sampai ke ginjal, maka ginjal akan mengkompensasi
dengan sistem RAA (Renin Angiotensin Aldosteron) sehingga terjadilah
vasokonstriksi dan peningkatan reabsorpsi air dan garam, dan juga
mengurangi filtrasi di ginjal. Namun pada saat ini cairan tubuh masih cukup,
sehingga walaupun sekresi urin dikurangi, tetap tidak terlalu tinggi
pengurangannya, hanya seperti mekanisme fisiologis biasa.
Kemudian 3 hari yang lalu terjadi terjadilah diare karena vili usus sudah rusak
dan sudah mulai mengganggu proses penyerapan dan sekresi cairan.
Akibatnya vili yang rusak digantikan dengan sel-sel kuboid dan kripta imatur,
vili menjadi atrofi dan sekresi menjadi lebih banyak daripada absorpsi.
Dengan banyaknya makanan yang tidak terserap, maka osmolaritas di lumen
semakin tinggi, sehingga air dan elektrolit di CES akan berpindah ke lumen
usus. Dengan demikian maka tekanan osmotik di usus akan semakin tinggi.
Dengan adanya gangguan absorpsi zat makanan dan adanya peningkatan
sekresi cairan di usus halus ditambah dengan muntah, maka cairan tubuh akan
semakin berkurang, namun sebelumnya tubuh masih bisa mengkompensasi,
karena walaupun ia sudah mengalami diare 3 hari yang lalu, urinnya belum
berkurang.
Selama 4 hari ini ia meminum air yang banyak, namun ketika air masuk ke
usus yang terjadi adalah air banyak terbuang karena gangguan penyerapan,
dan air yang masuk ke plasma darah tidak memperbaiki keadaan karena tidak
diimbangi dengan elektrolit. Ketika air ada di plasma darah maka tubuh akan
langsung mempertahankan keseimbangan CIS dan CES, maka ketika
ditambah air di CES, untuk menyamai osmolaritas dengan CIS akan terjadi
perpindahan air dari CES ke CIS. Kemudian diare masih terjadi sehingga
cairan di CES akan tetap dibuang ke lumen usus. Akibatnya cairan di CES
akan tetap rendah. Sehingga penambahan air saja tanpa elektrolit tidak
adekuat, dan justru meningkatkan cairan di CIS yang dapat berkomplikasi
edema dan lisis sel.
Intinya cairan di tubuhnya akan tetap sedikit dan tetap merangsang tubuh
untuk meretensi garam dan air agar tetap cukup. Akibat mekanisme yang terus
berlangsung seperti ini, lama-lama maka air dan elektrolit di CES sangat
sedikit, karena air dan elektrolit terus terbuang akibat diare, dan air terus
berpindah ke CIS. Dehidrasi akan semakin berat, dan urin akan semakin
sedikit, dan 8 jam yang lalu baru Nampak pengurangan yang signifikan.
Masalah 7
20. Bagaimana interpretasi dan mekanisme keadaan pada physical examination ?
No Hasil Pemeriksaan fisik Normal

Interpretasi
1. Tampak sakit berat Normal Tampak
sakit parah
2. Compos mentis lemah Compos mentis Kesadaran
sedikit
menurun
3. BP 70/50mmHg Neonatus: 80/45
6-12 bln: 90/60
1-5 thn: 95/65
Hipotensi
4. RR 38x/m 1bln-1th: 30-60 Normal
1th-2th: 25-50
5. HR 144x/m regular, lemah 3 bln-2 th: 80-150 Normal
6. Temp. 38,7
o
C 36,5-37,5
o
C Febris
7. BB 8,8 kg; TB 75 cm Mengalami
penurunan
8. Mata cekung Tanda
dehidrasi
berat
9. Tidak ada air mata Tanda
dehidrasi
berat
10. Mulut kering Tanda
dehidrasi
berat
11. Thoraks:
- simetris
- retraction (-/-)
- suara nafas vesicular
- suara jantung normal
Normal
12. Abdomen:
- datar
- shuffle
- Peningkatan suara bising usus
Normal


Peningkatan
motilitas
usus
13. Hati teraba 1 cm di bawah arcus
aorta dan processus xiphoid
1 2 jari dibawah arcus
costa untuk anak-anak
Normal
14. Limpa tidak teraba Tidak teraba Normal
15. Turgor (+) Langsung kembali Tanda
dehidrasi



M
a
s
alMasMasalah 8
21. Bagaimana iinterpretasi dan mekanisme lab examination ?
berat
16. Kulit kemerahan di sekitar
orificium analis
Abnormal
17. Ekstremitas
Tangan dan kaki dingin
Abnormal
22. P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
Normal Pada kasus Interpretasi
Hb (gr/dl) 12-24 12,8 Normal
Leukosit (/mm
3
) 9000-13000 9.000 Normal rendah,
menunjukan infeksi bukan
dari bakteri
Diffcount:
Basofil
Eosinofil
Net. Batang
Net. Segmen
Limfosit
Monosit

0-3
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8

0
1
16
48
35
0

Normal
Normal
Meningkat
Menurun
Normal
Menurun
a. H
b


b. U
r
i
n
e

r
u
t
i
n

Urin rutin
Warna Kuning muda-tua Kuning Normal
WBC - - Normal
RBC - - Normal
Protein - - Normal

23. Bagaimana
a. DD
Tabel 3. Gejala khas Diare Akut oleh berbagai penyebab
5

Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 12-72 .jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas ++ ++ ++ - ++ +
Enek & Sering Jarang Sering - - Sering
Urin
Warna
WBC
RBC
Protein

Kekuningan
-
-
-

Kekuningan
-
-
-

Normal
Normal
Normal
Normal
Feses
Komposisi

2/3 (100ml) air & 1/3 (50 ml)
sisanya adalah makanan yang
tidak dicerna, epitel dinding
usus, bakteri apatogen, gas
(indol, skatol), asam lemak.


Cair lebih
banyak dari
ampas


Tidak normal
Blood

-

- Normal

Mucous - - Normal
WBC 2-5/wf 2-4 / wf Normal
RBC - - Normal
Muntah
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus
kramp
Tenesmus
kolik
+ Tenesmus
kramp
Kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya sakit 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekunsi 5-l0x/hari > 10x/hari Sering Sering Sering Terus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Lendir
Darah
- Sering Kadang
kadang
- + -
Bau - Busuk + Tidak Amis khas
Wama Kuning-
hijau
Merah-hijau Kehijauan Tak
berwama
Merah-
hijau
Seperti air
cucian
Leukosit - + + - + beras -
Lain-lain Anorexia Kejang Sepsis meteorismus Infeksi
sistemik


Ket: ETEC : Enterotoxigenic Escherichia coli
EIEC : Enteroinvasive Escherichia coli

b. menegakkan diagnosis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau,
ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntah: volume dan
frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang, atau tidak
kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan
yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
1. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernafasan serta tekanan
darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi:
kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,
mukosa mulut, dan lidah kering atau basah. Pernafasan yang
cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan
sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria
MMWR (2003):
Tanda Tanpa
dehidrasi
/9kehilangan
BB < 9%
Dehidrasi Ringan-
Sedang (kehilangan
BB 3-9 %)
Dehidrasi Berat
(kehilangan BB > 9 %)
Kesadaran Baik Normal, gelisah,
lelah, irritable
Apatis, letargi, tidak sadar
Denyut Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi pada
jantung kasus berat
Kualitas
nadi
Normal Normal melemah Lemah, kecil, tidak teraba
Pernafasan Normal Normal cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air Mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan
lidah
Basah Kering Sangat kering
Cubitan
kulit
Segera
kembali
Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary
refill
Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal

2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada
umumnya tidak diperlukan hanya pada keadaan tertentu mungkin
diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada
sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
diare akut:
1. Pemeriksaam tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan
tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
Darah lengkap, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotik
3. Pemeriksaan elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
4. Pemeriksaan urin
Urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik
Pemeriksaan penunjang tambahan: tes ELISA, foto X-Ray abdomen,
kultur feses (indikasi: diare berat, suhu tubuh >38.5
o
C, ada
darah/lendir pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin,
diare kronis persiten yang belum mendapat antibiotik)
c. WD
Dehidrasi berat disebabkan oleh diare akut dengan penhyebab
kemungkinan besar Rotavirus.
d. Etiologi


e. Epidemiologi
Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare
dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.
Sebagai gambaran, 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare
sedangkan di Indonesia , hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare
masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42%,
untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematiwan diare 25,2%.
Penatalaksanaan Pastikan tanda-tanda dehidrasi, cegah perburukan dan
bawa ke fasilitas kesehatan : Tanda-tanda dehidrasi pada anak

1. tanpa dehidrasi: sadar, mau minum normal,kelopak mata normal,
air mata banyak, mulut tidak kering, kulit tidak keriput. Urin normal.
Berat badan turun<5%. Terapi penggantian cairan rehidrasi oral
(CRO) 10ml/kgBB/setiap diare; 2-5ml/kgBB setiap muntah.
2. dehidrasi ringan-sedang : rewel, gelisah, tampak kehausan dan
minum dengan cepat, kelopak mata cekung, air mata berkurang, mulut
kering, kulit pucat, urin berkurang, berat badan turun 5-10% dari BB
sebelumnya. Diberikan rehidrasi dengan CRO 75mg/kgBB/3jam dan
penggantian cairan sama seperti dehidrasi ringan.
3. Dehidrasi berat : lemah, tidak sadar, tidak mau minum, kelopak
mata sangat cekung, sangat kering, kulit pucat, berat badan
turun>10%bb sebelumnya. Terapi rehidrasi dengan cairan intravena
(infus) untuk itu segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
f. patofisiologi dan pathogenesis (7)
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan
minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus
masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan di
bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan
diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang berbentuk
kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi
untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi
diare osmotik. Vili usus halus kemudian akan memendek sehingga
kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan
berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel
retikulum akan melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel
limfoid dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya
penyembuhan.
Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh
rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi
dan anak. Potogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat
diuraikan sebagai berikut:
Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman
Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi
serta jonjot-jonjot (villi) usus halus.
Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru
yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang.
Sehingga fungsinya masih belum baik.
Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan
makanan dengan baik.
Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus.
Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang
tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi
diare.
Mekanisme lain yang mungkin:
VIRUS masuk enterosit (sel epitel usus halus) infeksi & kerusakan
fili usus halus
Enterosit rusak diganti oleh enterosit baru (kuboid/sel epitel gepeng
yang blm matang) fungsi blm baik
Fili usus atropi tidak dapat mengabsorbsi makanan & cairan dengan
baik
Tek Koloid Osmotik motilitas DIARE

g. manifestasi klinis
Gejala klinis yang didapat pada diare akibat Rotavirus antara lain :
BAB cair 5 - 10 x/hari.
Volume tinja banyak, warna kuning-hijau, konsisten cair, tidak ada
darah, tidak berbau, tidak berbuih.
Masa tunas 12 - 72 jam.
Lamanya sakit 5 - 7 hari.
Sering terjadi pada musim kemarau
Panas.
Sering mual-muntah.
Nyeri perut, tenesmus.
Ditemukan virus dalam tinja.

h. tatalaksana
TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau
Rumah Sakit. Pengobatan terbaik adalah dengan rehidrasi parenteral.
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi
oralit sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak
harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena ( 5
ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-4
jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar).
Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa dan
kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan
pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan
cairan Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kkBB. Cara pemberiannya
untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam
berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama 30 cc/kgBB
dilanjutkan 2 berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV
dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak yang
lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang
sesuai, yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang atau
pengobatan diare tanpa dehidrasi
i. komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan villi mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah
penderita juga mengalami kelaparan.
j. prognosisi
Dubia ad bonam
k. pencegahan
Upaya pencegahan diare dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
Edukasi
Pemberian ASI yang benar dan kalo bisa jangan diksi susu botol
dahulu karena dapat menyebabkan diare
Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI
Perbaiki pola hidup (meningkatkan kebersihan)
Buang airlah ditempatnya dan tidak disembarang tempat, latih
anak untuk buang air dikakus
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
Cuci tangan sebelum memasak makanan dan pastikan tangan anda
selalu bersihketika memberikan makan pada bayi atau balita. Pastikan
peralatan makan dan minum anak bersih dan tidak terkontaminasi
kuman apapun juga.
Untuk bayi usahakan Selalu memasak/merebus peralatan makan
dan minumnyaterlebih dahulu.
Minum dan makanlah makanan yang sudah dimasak. Hindari
memberikan makanan setengah masak/setengah matang pada anak.
Pastikan air yang dimasak benar-benar mendidih.
Berikanlah ASI selama mungkin kepada anak, disamping
pemberian makananlainnya.
Tetap menyusui anak walaupun anak terserang diare.
Pastikan tangan sipengasuh tetap bersih ketika mengasuh anak atau
memberikan makan dan minum pada anak.
Jaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Penggunaan air bersih yang cukup
Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga


2. Memperbaiki daya tahun tubuh penjamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain.
Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
Imunisasi campak
l. KDU
Kompetensi 4





IV. HIPOTESIS
Budi 12 bulan mengalami diare karena factor lingkungan yang kurang baik




V. Learning Issue
1. Anatomi
SISTEMA DIGESTIVUS

1. Cavum oris (rongga mulut)
2. Farink (tekak)
3. Oesofagus (kerongkongan)
4. Gaster (lambung)
5. Intestinum tinue (usus halus)
6. Intestinum crasum (usus besar)
7. Anus

ORIS

Philtrum: cekungan yang terletak di tengah di bibir atas
Labium superior: bibir atas
Labium inferior: bibir bawah
Rima oris: garis yang terbentuk pada tautan bibir atas dan bibir bawah

CAVUM ORIS

Palatum durum (langit-langit keras, terbuat dari tulang)
Palatum molle (langit-langit lunak, terbuat dari membran)
Uvula (Jawa: intil-intil)
Arcus palatofaringius anterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan
farink, bagian depan
Arcus palatofaringius posterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan
farink, bagian belakang
Tonsila palatine (amandel)
Lingua (lidah)
Dents (gigi)

DENTS

Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior
dextra dan inferior sinistra
Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8
Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah
Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)
Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2
Dents caninus: gigi taring, nomor 3
Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6
Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8

GLANDULA SALIVATORIUS

Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar
1. Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi
menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)
2. Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah
3. Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)

LINGUA

Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan
lidah, tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla
lingualis, diberi nama berdasarkan bertuknya:
a. Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuit
b. Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamur
c. Papilla lingualis filiformis: mempunyai fili
d. Tonsila lingualis: tonsil duduk

OESOFAGUS

Merupakan saluran yang menghubungkan farink dan gaster
Terdapat 3 tempat penyempitan di oesofagus
a. Atas: selalu menutup, karena ada sfinkter oesofagus superior
b. Tengah: pada percabangan bronkus
c. Bawah: selalu menutup, karena ada sfinkter oesofagus inferior

GASTER

Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan, bagian dari lambung:
Kardia: tempat pertemuan antara gaster dan esofagus
Fundus: bagian dari lambung yang berbentuk seperti kubah (bagian atas)
Corpus: badan lambung
Pilorus: bagian ujung (ekor) lambung
Kurvatura major: lengkung lambung yang panjang
Kurvatura minor: lengkung lambung yang pendek
Antrum piloricum: ruangan dalam pilorus

Pada kardia terdapat sfinkter oesofagus inferior berfungsi mencegah refluk
makanan ke oesofagus
Pada antrum pilorikum terdapat Sfinkter pilorikum yang berfungsi mengatur
makanan ke duodenum (satu porsi akan habis selama 6 jam)
Plika gastrika merupakan lapisan mucosa bagian dalam lambung yang berfungsi
sebagai kelenjar yang menghasilkan getah lambung

PLIKA GASTRIKA

Plika gastrika merupakan lipatan mukosa pada ruang dalam gaster yang berfungsi
sebagai kelenjar dan menghasilakan getah lambung
Lapisan Lambung: terdiri 3 lapisan
1. Tunica mucosa
2. Tunica submucosa
3. Tunica muscularis (otot)
M. sircularis (internal) berfungsi untuk gerak menyempit
M. longitudinal (eksternal) berfungsi untuk gerak memendek

INTESTINUM TINUE

Usus halus dibagi 3 bagian
1. Duodenum
2. Jejunum
3. Ilium
Secara anatomis ketiganya sama, bedanya hanya ada pada besarnya lumen,
makin kebawah makin besar, dan setiap tambah besar diberi nama berbeda, secara
fisiologis ketiganya mempunyai fungsi yang sama


SALURAN EMPEDU DAN PANKREAS

Empedu Dan pancreas menghasilkan getah yang dialirkan kedalam duodenum,
salurannya adalah sbb:
1. Ductus hepaticus sinistra (saluran hati kiri)
2. Ductus hepaticus dextra (saluran hati kanan)
3. Ductus hepaticus communis (saluran gabungan antara ductus hepaticus dextra dan
sinistra)
4. Ductus sisticus (saluran empedu)
5. Ductus choleducus (saluran gabungan antara ductus sisticus dan ductus hepaticus
communis)
6. Vesica biliaris/felea (kandung empedu)
7. Ductus pancreaticus (saluran pancreas)
8. Ampula vateri (pertemuan antara ductus choleducus dan ductus pankreaticus)
9. Papilla vateri (tonjolan ampula Vateri, tempat bermuaranya getah empedu dan
pancreas kedalam duodenum
Duodenum (usus dua belas jari)

INTESTINUM CRASUM

Intestinum crasum atau colon hdala usus besar, permukaannya bergelombang
yang disebut Haustra, bagian dari usus besar hdala:
1. Caecum: bagian colon yang terletak dibawah ileum, didalam cecum terdapat
appendix vermicularis (usus buntu)
2. Colon ascenden: bagian colon yang naik keatas, diatas ileum
3. Colon transversum: bagian colon yang berjalan mendatar
4. Colon descenden: bagian colon yang berjalan menurun, terletak disebelah kiri
5. Colon sigmoid: bagian colon yang berbelok, membentuk huruf s (sigmoid)
6. Rectum; bagian terakhir dari colon yang terletak pada ujung coclon sebelum anus
7. Anus: merupakan pintu keluar dari colon

Permukaan colon yang menggembung disebut haustra, serta ada bentukan seperti
cacing pada permukaan colon yang disebut: taenia coli, ini merupakan kumpulan otot
colon longitudinal (tidak semua permukaan colon ada otot tsb, hanya ada di tiga tempat)
Sepanjang taenia coli terdapat tonjolan jaringan yang disebut: appendix epiploika

Tempat pertemuan antara ileum dan colon, terdapat sfinkter yang disebut: sfinkter
ileosecal, yang berfungsi mencegah refluk sisa makanan yang sudah masuk colon
kembali ke ileum

ANUS

Anus merupakan pintu keluar dari colon, anus selalu tertutup karena dijaga oleh
dua sfinkter, yaitu:
1. Sfinkter ani internum, yang terletak sebelah dalam, sifatnya involunter (tidak sadar,
artinya diluar kendali otak) dan membuka secara reflek, jika ada feses masuk rectum,
terjadi reflek defekasi
2. Sfinkter ani eksternum, yang terletak disebelah luar sfinkter ani internum, sifatnya
volunter (sadar, artinya gerakannya atas perintah otak)


B. ANATOMI ABNORMAL
Anatomi secara umum tidak terlalu nampak perubahan. Perubahan yang signifikan
tampak secara histologisnya, yaitu gangguan di usus halus
2. histology, (2)
3. fisiologi system
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbantang
mulai dari mulut (oris) sampai anus.
B. ALAT-ALAT PENGHASIL GETAH CERNA
1. Kelenjar ludah
2. Kelenjar getah lambung
3. Kelenjar hati
4. Kelenjar pankreas
5. Kelenjar getah usus

C. STRUKTUR PENCERNAAN
1. Mulut / Oris
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.








Skema melintang mulut, hidung, faring dan laring

Didalam rongga mulut terdapat :
a) Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu;
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap pada umur 2
tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens
insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham (premolare).
Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah terdiri
dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws), 4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi
geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare).

Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunannya untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi geraham gunannya untuk mengunyah
makanan yang sudah dipotong-potong.

b) Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;
Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis
yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita menelan makanan, supaya
makanan jangan masuk ke jalan napas.
Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf
pengecap.
Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengcepa dan
menelan, serta merasakan makanan.
Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah, (M. Mandibularis, os
Hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman bergabung
dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M. Genioglossus merupakan otot lidah
yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke
radiks lingua.

c) Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:
Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid, kiri
dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula
parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator).
Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya
bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.
Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut bermuara di
dasar rongga mulut. Kelenjar ludah disarafi oleh saraf-saraf tersadar.

2. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (osofagus),
di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang
bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium.
Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah bagian
inferior.

3. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya 25 cm,
mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari
dalam ke luar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar
sirkuler dan lapisan oto memanjang longitudinal.








Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang

Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung setelah melalui toraks
menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

4. Gaster / Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di
daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diapragma didepan pankreas dan
limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

a) Bagian lambung terdiri dari;
Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum kardium
dan biasanya penuh berisi gas.
Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus.
Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari ostium kardiak
sampai ke pilorus.
Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang dari sisi kiri osteum
kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvantura mayor sampai ke
limpa.
Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

b) Fungsi lambung terdiri dari;
1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik
lambung dan getah lambung
2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:
Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai anti septik dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen dan protein susu).
Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang merangsang sekresi getah
lambung.

5. Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah panjangnya
kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum samapai ke limpa dan beratnya rata-rata
60-90 gr. Terbentang pada vertebralumbalis I dan II di belakang lambung.

Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum

a) Bagian dari pankreas
Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lelukan
duodenum yang melingkarnya.
Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di belakang lambung
dan di depan vertebra umbalis pertama.
Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya menyentuh limpa.

b) Fungsi pankreas
Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau
pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan
insulin.
Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum yang
berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.
Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau lanngerhans
sendiri yang langsung dialirkan ke dalam peredaraan darah. Sekresinya disebut hormon
insulin dan hormon glukagon, hormon tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu
metabolisme karbohidrat.

c) Hasil sekresi
Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke dalam darah tanpa melewati
duktus. Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini termasuk sel-sel kelenjar endokrin.
Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk kelenjar
eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam duodenum melalui duktus pankreatikus,
duktus ini bermuara pada papila vateri yang terletak pada dinding duodenum.
Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan darahnya ke vena kava
inteferior melalui vena pankreatika.
Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori yang tersusun mengitati
saluran-saluran kecil dari lobulus yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan
melalui badan pankreas dari kiri ke kanan.
Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian bersatu untuk
membentuk saluran utama yaitu duktus wirsungi.

d) Struktur pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran, saluran dari
masing-masing kelenjar bersatu menjadi duktus yang jari-jarinya 3 mm, duktus ini
disebut duktus pankreatikus.
Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu dikumpulkan dan menyerupai
pulau-pulau yang disebut pulau langerhans. Pulau-pulau ini membuat insulin yang
langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah perut atau getah perut
yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh kelenjar. Pembuluh ini bersatu ke dalam
saluran wirsungi kemudian masuk ke dalam duodenum pada tempat papilla/arteri kelenjar
perut menghasilkan 1 liter ludah perut dalam satu hari.

6. Kantung Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya dalam
sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 812
cm berisi 60 cm








Kantung empedu (berwarna hijau) dalam sistem pencernaan manusia

a) Fungsi kantung empedu
Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.
Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari dari
setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc sekresi yang digunakan untuk mencerna lemak.
80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya.
b) Bagian dari kantung empedu
Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu yang paling akhir setelah
korpus vesikafelea.
Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang didalamnya berisi getah
empedu.
Leher kantung kemih. Merupakan leher dari kantung empedu yaitu saluran yang
pertama masuknya getah empedu ke badan kantung empedu lalu menjadi pekat
berkumpul dalam kantung empedu.
Duktus sistikus. Panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum.
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.

7. Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan,
tepatnya dibawah difragma.



Hati manusia

Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini dikarenakan hati
membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam
amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

8. Usus Halus / Intestinum Minor
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejenum), usus penyerapan (illeum). Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Diagram usus halus (terlabel small intestine)

a) Bagian-bagian usus halus;
Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25
cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu
dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang disebut ampulla
hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.
Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus halus yang
selebihnya.
Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.

9. Usus Besar / Intestinum Mayor
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
a) Fungsi usus besar;
Menyerap air dari makanan
Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feses
b) Bagian-bagian usus besar atau kolon;
Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
Kolon transversum. Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan
sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
Kolon desendens. Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring, dalam
rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.

10. Usus Buntu
Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada awalnya organ ini
dianggap sebagai organ tambahan yang tidak memiliki fungsi, tetati saat ini diketahui
bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam
sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar
limfoid.

11. Umbai Cacing
Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu. Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran 10 cm tetapi
bisa bervariasi 2 sampai 20 cm.walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi umbai
cacing bisa berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.

12. Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.

Anatomi rektum dan anus

13. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis bagian posterior dari peritoneum. Dindingnya
diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:
Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak

4. Diare
Definisi
Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya
tampak sehat, dengan frekwensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja
menjadi cairan dengan atau tanpa lendir dan darah.

Etiologi

Ada beberapa faktor yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
- Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmoella, Shigella, dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, dan lain lain
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans).
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak < 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak terutama lemak jenuh.
c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

Cara Penularan
Pada umumnya adalah orofecal melalui :
1. Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen.
2. Kontak langsung atau tidak langsung (4 F = Fod, Feses, Finger, Fly).

Faktor Resiko Terjadinya Diare

Faktor resiko yang meningkatkan transmisi enteropatogen :
1. Tidak cukup tersedianya air bersih
2. Tercemarnya air oleh tinja
3. Tidak ada / kurangnya sarana MCK
4. Higiene per orangan dan penyediaan makanan tidak higieni
5. Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi
susu botol dan terlalu cepat diberi makanan padat)
6. Beberapa faktor resiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan
pejamu terhadap enteropatogen di antaranya adalah :
a. Malnutrisi
b. BBLR
c. Imunodefisien
d. Imunodepresi
e. Rendahnya kadar asam lambung
f. Peningkatan motilitas usus
g. Faktor genetik

Patogenesis


Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
ostomik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesa Diare Karena Virus
Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya
patogenesisnya adalah sebagai berikut :
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian
berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan
menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian
apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang berbentuk
kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air
dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus halus kemudian
akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun
akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan
melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk
mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan


Patogenesis Diare Akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Fisiologi dan Patofisiologi
Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan sirkulasi darah.

Gejala Klinis

Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya
lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama
diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lembung
yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
- Dehidrasi ringan
- Dehidrasi sedang
- Dehidrasi berat
Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :
- Dehidrasi hipotonik
- Dehidrasi isotonik
- Dehidrasi hipertonik
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun
(apatis, somnolen sampai soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat dengan
pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).
Asidosis metabolik terjadi karena :
1. Kehilangan NaHCO
3
melalui tinja
2. Ketosis kelaparan
3. Produk produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena
oliguria atau anuria).
4. Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130 mEq/l,
dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 150 mEq/l,
sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma > 150 mEq/l.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan
pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).
2. Dietetik (pemberian makanan).
3. Obat obatan
Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
1. Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.
b. Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan
Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain lain.
2. Jalan pemberian cairan
a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak
mau minum atau kesadaran menurun.
c. Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral
Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara memadai
dengan oralit melalui mulut. Penderita ini harus diberikan terapi IV.
Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :
1. Tingginya tingkat kelahiran cairan (seringnya buang air besar dalam tinja caira
dengan jumlah yang banyak).
Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi mungkin tidak bisa
minum cukup oralit untuk menggantikan kehilangan cairan yang berkelanjutan sehingga
keadaan dehidrasi makin buruk. Beberapa penderita harus diobati selama beberapa jam
dengan cairan IV sampai tingkat kehilangan cairan berkurang.
2. Muntah terus menerus
Kadang kadang muntah yang berulang ulang menghambat berhasilnya rehidrasi oral.
Jika tanda tanda dehidrasi tidak membaik atau makin memburuk, terapi IV diperlukan
sampai muntahnya hilang. Muntah biasanya hilang ketika air dan elektrolit terganti.
3. Ketidakmampuan untuk minum
Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat karena sakit atau
radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan herpes), karena kelelahan atau
mengantuk karena obat (seperti antiemetik atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi
nasogastrik diperlukan untuk penderita ini.
4. Perut kembung atau ileus
Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat. Jika kembung bertambah
atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan. Ileus paralitik (hambatan mobilitas isi
perut) mungkin alasan kembung perut. Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang
mengandung candu (kodein, loperamide), hipokalemia atau keduanya.
5. Malabsorpsi glukosa
Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak biasa selama
diare akut. Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit dapat menyebabkan
bertambahnya diare dengan sejumlah besar glukosa yang tidak diserap dengan tanda
tanda dehidrasi yang memburuk atau tes menunjukkan terdapat sejumlah besar glukosa
pada tinja. Anak juga menjadi sangat haus. Cairan IV harus diberikan sampai diare
hilang.
3. Jumlah cairan

PWL = Previous Water Loss (ml/kgBB)
(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 15 % dari BB (ml / kgBB).
NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)
(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan
pernafasan).
CWL = Concomitant Water Loss (ml / kgBB)
(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira kira 25 ml / kgBB / 24 jam).

Derajat
Dehidrasi
PWL NWL CWL
Juml
ah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN
a. Belum ada dehidrasi
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air
besar.
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25 50 ml / kgBB per oral / intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.
- Selanjutnya : 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum
d. Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan BB 3 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
- 16 jam berikutnya : 3 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
Cara lain adalah :
- 4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB
tts/mnt).
- 20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).

DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN SISTEM PENGANGKAAN
MAURICE KING

Bagian
tubuh yang
harus
diperiksa
0 1
2
Keadaan
umum
S
e
h
a
t
Gelisah, lekas marah
atau apatis,
mengantuk/lunglai
Mengigau,
koma atau
syok
Kekenyalan
kulit
N
o
r
m
a
l
Sedikit kurang Sangat
kurang
Mata N
o
r
m
a
l
Sedikit kurang Sangat
kurang
Ubun ubun N
o
r
m
a
l
Sedikit cekung Sangat
cekung
Mulut N
o
r
m
a
l
Kering Kering dan
membiru
Denyut nadi N
o
r
m
a
l
120 140 > 140


Catatan : Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, 2 sesuai dengan
tabel kemudian dijumlahkan.
Nilai 0 2 = dehidrasi ringan
Nilai 3 6 = dehidrasi sedang
Nilai 7 12 = dehidrasi berat

TABEL PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO

TANDA
DEHIDRASI
RIN
GAN
SEDANG
BERAT
1. Keadaan umum & kondisi
Bayi dan anak
kecil
Haus,
sadar,
Haus,
gelisah
Mengantuk,
lemas,
gelisa
h
atau
letargi tapi
iritabel
ekstermitas
dingin,
berkeringat,
sianotik,
mungkin koma
Anak lebih
besar dan
dewasa
Haus,
sadar,
gelisa
h
Haus,
sadar,
merasa
pusing
pada
perubahan
Biasanya sadar,
gelisah,
ekstremitas
dingin,
berkeringat dan
sianotik, kulit
jari jari tangan
dan kaki keriput
2. Nadi
radialis
Norm
al
(frek.
& isi
Cepat dan
lemah
Cepat, halus,
kadang kadang
tidak teraba
3. Pernafasan Norm
al
Dalam Dalam dan cepat
4. UUB * Norm
al
Cekung Sangat cekung
5. Elastisitas
kulit*
Pada
pencu
bitan
kemb
ali
segera
Lambat
Sangat lamban >
2 detik
6. Mata * Norm
al
Cekung Sangat cekung
7. Air mata Ada Kering Sangat kering
8. Selaput
lendir
Lemb
ab
Kering Sangat kering
9. Pengeluaran
urin*
Norm
al
Berkurang
Tidak ada urin
untuk beberapa
jam, kandung
kencing kosong
10. TD sistolik Norm Normal, < 80 mmlHg
al rendah
11. Pasien
kehilangan
BB
4 5
%
6 9 %
> 10 %
Prakiraan
kehilangan
cairan
40
50
ml/kg
60 90
ml/kg
100 110 ml/kg
Keterangan:
* Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.
Pegangan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat, sedang atau ringan
adalah : bila terdapat 2 atau lebih gejala dalam penggolongan tersebut. Dengan catatan
selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi, misal terdapat 2 gejala dehidrasi berat dan 5
gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukkan dalam golongan dehidrasi
berat.



Pemberian makanan pada penderita diare
Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini
penyembuhan pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik walaupun
frekwensi diare bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut dengan
dehidrasi perlu diperhatikan faktor faktor sebagai berikut :
a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI
b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa
tinggi.
Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa dan
asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk anak > 1
tahun dengan berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan cair atau susu
sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
(2)
Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang adalah
99 kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi terutama diare
maka kebutuhan kalori dan protein bertambah karena meningkatnya katabolisme protein
tubuh. Pertumbuhan kalori dan protein untuk mengejar laju pertumbuhan (catch up
growth) membutuhkan kenaikan kalori sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari
keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama diare, sedangkan kalium
dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi.


Pengobatan Medikamentosa
1. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena sebagian
besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 20 %) yang disebabkan oleh
bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero Toksigenic E. coli),
Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang pada umumnya baru diketahui setelah
dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan baru datang setelah diare berhenti.
(1)

Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti :
(2)
- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 50 mg/kgBB/hari
- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari
- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :
Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000 u/kgBB/hari.
Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50 mg/kgBB/hari.
Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan Kloramphenikol 74
mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari ditambah Gentamisin 6
mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 50 mg/kgBB/hari.

Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.

Gambar 1: Sistem Pencernaan
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

Gbr 2 : Anatomi Mulut
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk.
Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

Gambar 3 :Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung,
bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior =
bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior
disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: ?i??, oeso membawa,
dan ??????, phagus memakan).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

Gambar 4 : Anatomi Esofagus
Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Gambar 5 : Anatomi Lambung
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa (
Sebelah Luar )

Gambar 6 : Anatomi Usus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
Usus dua belas jari (duodenum)
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti
kosong.
Diagram usus halus (terlabel small intestine)
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Gambar 10 : Anatomi Usus Besar
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung,
dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang
besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20
cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak
di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I . Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

Gambar 11 : Anatomi Rektum & Anus
J . Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas
juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Gambar 12 : Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum
Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein
plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai
dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

Gambar 12 : Hati
Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
L. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.



























VI. Kesimpulan
Dehidrasi berat disebabkan oleh diare akut dengan penhyebab kemungkinan besar
Rotavirus.




































DAFTAR PUSTAKA


1. Dorland, W.A.N. 1995. Dorlands Pocket Medical Dictionary. Edisi 25. Terjemahan
oleh: Kumala, P., Komala, S., Santoso, A.H., et al. EGC, Jakarta, Indonesia
2. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak Volume 2, edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
3. Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/FK UNRI, 2008, Upaya Mengurangi
Kejadian Komplikasi Diare Akut oleh dr. Deddy Satriya Putra, SpA, Pekanbaru
4. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen diare pada bayi dan
anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
5. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, Diare Akut, hal 87-118

You might also like