You are on page 1of 4

Penatalaksanaan Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman

Oleh: Kartika Rosalia Indah, 1106022553


Kelas C

A. Terapi Nyeri Farmakologis
1. Analgesik
a. Metode paling umum untuk mengatasi nyeri
b. Kategori analgesik ada tiga:
1) Analgesik non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
o Menghilangkan nyeri ringan dan sedang, seperti artritis reumatoid,
prosedur pengobatan gigi dan prosedur bedah minor, episotomi, dan
masalah punggung bagian bawah.
o Terapi nyeri pascaoperasi ringan menggunakan NSAID, kecuali
kontraindikasi.
o NSAID bekerja menghambat sintesis prostaglandin dan respons
selular selama inflamasi.
o NSAID bekerja pada saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan
resepsi stimulus nyeri, tidak menyebabkan sedasi atau depresi
pernapasan, dan tidak mengganggu fungsi berkemih atau defekasi.
o Contoh: asam asetilsalisilat (aspirin) untuk demam (non-narkotik) dan
piroksikam untuk gout (NSAID).
2) Analgesik narkotik atau opiat
o Menghilangkan nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri
pascaoperasi dan maligna.
o Opiat bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan kombinasi
efek yang mendepresi dan menstimulasi.
o Morfin sulfat merupakan derivat opium memiliki karakteristik:
- Meningkatkan ambang nyeri sehingga menurunkan persepsi nyeri
- Mengurangi kecemasan dan ketakutan
- Menyebabkan kantuk
o Bahaya morfin sulfat dan analgesik narkotik yaitu mendepresikan
fungsi sistem saraf yang vital.
o Opiat menyebabkan depresi pernapasan melalui depresi pusat
pernapasan di batang otak, mual, muntah, konstipasi, dan perubahan
proses mental.
o Contoh: meperidin (demerol) untuk nyeri kanker dan metilmorfin (
kodein) untuk infark miokard)
3) Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik
o Adjuvan seperti sedatif, anticemas, dan relaksan otot meningkatkan
kontrol nyeri atau gejala lain terkait nyeri. Sedatif diresepkan untuk
nyeri kronik.
o Obat ini dapat menyebabkan kantuk, kerusakan koordinasi,
keputusan, dan kewaspadaan mental.
o Contoh: amitriptilin (elavil) untuk cemas dan hidroksin (vistaril)
untuk depresi.
2. Analgesik Dikontrol-Pasien (ADP)
a. Sistem pemberian obat ADP merupakan metode yang aman untuk
penatalaksaan nyeri kanker, pascaoperasi, dan traumatik.
b. Tujuannya untuk mempertahankan kadar plasma analgesik yang konstan,
sehingga masalah pemberian dosis sesuai kebutuhan (prn) dihindari.
c. ADP merupakan pompa infus yang dapat dibawa (biasanya diatur komputer)
yang berisi ruang untuk tempat spuit (biasanya morfin) atau alat pengatur dosis
yang menggunakan jam tangan yang diperlengkapi pengaturan dini pemberian
obat dalam dosis kecil. Klien hanya menekan tombol ADP bila nyeri
dirasakannya.
d. Keuntungan:
1) Klien mengontrol nyeri sendiri
2) Upaya penanganan nyeri bisa tanpa perawat
3) Klien cenderung mengonsumsi obat dalam dosis sedikit
4) Menstabilkan konsentrasi obat dalam darah untuk menangani nyeri terus
menerus
5) Narkotik dosis kecil diberikan dalam interval pendek
3. Anestesi lokal dan regional
a. Anestesia lokal adalah hilangnya sensasi pada lokalisasi bagian tubuh,
digunakan saat menjahit luka, persalinan, dan pembedahan sederhana.
b. Anestesia lokal dipakai dengan injeksi atau dioleskan secara topikal pada kulit
dan membran mukosa.
c. Efek samping: rasa gatal dan terbakar pada kulit atau ruam, meningkatkan
efek sistemik (perubahan frekuensi detak jantung).
4. Analgesia epidural
a. Analgesia epidural merupakan suatu anastesi lokal dan terapi untuk nyeri
pascaoperasi akut, persalinan dan melahirkan, dan nyeri kronik khususnya
kanker.
b. Bekerja sebagi pengontrolan atau pengurangan nyeri yang berat tanpa efek
sedatif.
c. Analgesia epidural berlangsung dalam jangka pendek (nyeri akibat bedah
intratorak, abdomen, dan ortopedi) atau panjang (nyeri tak terkendali bagian
bawah tubuh), diberikan dengan menyuntik dengan jarum tumpul ke prosesus
spinal vertebra lumbar, kateter permanen dapat dimasukkan di bawah kulit dan
keluar pada sisi klien.
d. Komplikasi: depresi pernapasan, mual, muntah, retensi urin, konstipasi, dan
pruritus.

Karakteristik analgesik ideal:
- Awitannya yang cepat - Penggunaan melalui parenteral dan oral
- Keefektifannya yang lama - Tidak ada efek samping yang berat
- Efektif digunakan semua umur - Tidak membuat ketergantungan
- Tidak mahal
Prinsip keperawatan untuk pemberian analgesik:
- Mengetahui respons klien sebelumnya terhadap analgesik
- Seleksi medikasi yang tepat apabila analgesik yang diberkan lebih dari satu
- Ketahui dosis yang akurat
- Kaji waktu pemberian obat dan interval yang benar

B. Terapi Nyeri Nonfarmakologis
1. Bimbingan Antisipasi
Perawat memberi informasi:
a. Kejadian, awitan, dan durasi nyeri d. Penyebab nyeri
yang akan dialami e. Metode mengatasi nyeri
b. Kualitas, keparahan, dan lokasi nyeri f. Cara keamanan klien
c. Harapan klien selama menjalani prosedur
2. Distraksia
Distraksi adalah pengalihan perhatian klien sehingga menurunkan kewaspadaan
terhadap nyeri. Perawat mengkaji aktivitas yang dinikmati klien. Contoh: Musik,
menyanyi, menceritakan foto dan bermain. Musik terbukti paling efektif, karena
dapat menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi,
menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu.
3. Hipnotis diri
Hipnotis membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
kesan rileks serta damai.
4. Mengurangi persepsi nyeri
Untuk meningkatkan rasa nyaman yaitu membuang atau mencegah stimulus nyeri,
terutama bagi klien imobilisasi. Contoh: klien dengan artritis lutut ingin ke kamar
mandi, pastikan tempat duduk toilet tinggi dan klien dibantu duduk dan bangkit
agar rasa tidak nyaman dapat diminimalkan.
5. Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit untuk menghilangkan nyeri.contoh:
a. Kompres dingin atau panas
Pilihan terapi panas atau dingin disesuaikan kondisi klien. Misal, kompres
panas menghilangkan kekakuan pagi hari karena artritis dan kompres dingin
mengurangi nyeri akut dan sendi akibat peradangan.
b. Masase dengan es dan kompres dengan kantung es
Mesase dilakukan dengan meletakkan es di kulit dengan memberi tekanan
yang kuat, diikuti masase yang melingkar, tetap, dan perlahan. Kompres es
dilakukan di dekat lokasi nyeri.
c. TENS
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) atau stimulasi saraf
elektrik transkutaneus dilakukan dengan stimulasi kulit dengan menggunakan
arus listrik yang ringan. Unit TENS terdiri dari transmiter bertenaga baterai,
kabel timah, dan elektroda. Efektif untuk mengontrol nyeri pascaoperasi.
TENS menimbulkan sensasi kesemutan atau dengung.
d. Strategi kesehatan holistik
Kesehatan holistik adalah suatu kelangsungan kondisi kesejahteraan yang
melibatkan upaya merawat diri sendiri secara fisik, mengekspresikan emosi
dengan benar dan efektif, menggunakan pikiran dengan konstruktif, dan
kesadaran lebih tinggi.
1) Sentuhan terapeutik
Meliputi penggunaan tangan secara sadar melakukan pertukaran energi.
Terdapat 4 langkah: pemusatan, pengkajian, terapi, dan evaluasi.
2) Akupresur
Memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Perawat ahli terapi mempelajari alur energi dan
memberikan tekanan pada titik-titik tertentu di tubuh.
3) Relaksasi dan teknik imajinasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stres. Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, teknik imajinasi, dan
latihan relaksasi progesif. Imajinasi terbimbing, klien menciptakan kesan
dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut, sehingga secara
bertahap nyeri yang dirasakan berkurang. Mula-mula perawat meminta
klien memikirkan pemandangan yang menyenangkan atau pengalaman
yang menggunakan semua indera. Perawat duduk dekat klien agar suara
terdengar. Suara lembut perawat dapat membantu klien fokus pada
gambaran yang dianjurkan perawat.

Referensi:
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Eds 4. Vol 2. Jakarta: EGC.

You might also like