You are on page 1of 23

1

LOGAM-LOGAM RINGAN

Definisi Logam Ringan
Logam didefinisikan sebagai unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat: liat, kuat,
keras, penghantar listrik dan panghantar panas, mengkilap dan pada umumnya mempunyai
titik cair yang tinggi.
Untuk mengklasifikasikan logam dapat ditinjau dan bermacam-macam keadaan
logam, sifat dan kegunaannya, logam dikelompokkan menjadi:
1. Logam berat
2. logam ringan
3. logam mulia
4. logam tahan api
5. logam radio aktif
Logam ringan yaitu logam yang mempunyai massa jenis kurang dari 5 kg/dm
3
, logam
tersebut yaitu: aluminium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium.

1. ALUMUNIUM
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.


Gambar 1.1 Aluminium, dipotong setelah dicetak dari tanur tanpa perlakuan fisik maupun
termal.

Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur
ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak
kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi
tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain
(corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan
aluminium murni di alam karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif.
Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan
lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut
melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Selama 50 tahun terakhir, aluminium telah
menjadi logam yang luas penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini didasarkan pada
sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi, kekuatan dan ductility yang cukup baik (aluminium
paduan), mudah diproduksi dan cukup ekonomis (aluminium daur ulang). Yang paling
terkenal adalah penggunaan aluminium sebagai bahan pembuat pesawat terbang, yang
memanfaatkan sifat ringan dan kuatnya.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa
dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran
permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium
paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar
satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan

2
diekstrusi. Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya
lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan aluminium
oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga
kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan paduan tembaga. Aluminium
juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan
massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini
merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain aluminium
itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100%
aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang
mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang
masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material
cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan
baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium). Umumnya, aluminium
murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni 99%, misalnya aluminium foil. Pada
aluminium paduan, kandungan unsur yang berada di dalamnya dapat bervariasi tergantung
jenis paduannya. Pada paduan 7075, yang merupakan bahan baku pembuatan pesawat
terbang, memiliki kandungan sebesar 5,5% Zn, 2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium
2014, yang umum digunakan dalam penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si,
0,8% Mn, dan 1,5% Mg. Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai bahan pembuat
badan kapal pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn,
dan 0,1% Cu.
1.1 Kandungan Atom / Unsur dan Ikatan
Aluminium disimbolkan dengan Al, dengan nomor atom 13 dalam tabel periodik
unsur. Bauksit, bahan baku aluminium memiliki kandungan aluminium dalam julah yang
bervariasi, namun pada umumnya di atas 40% dalam berat. Senyawa aluminium yang
terdapat di bauksit diantaranya Al
2
O
3
, Al(OH)
3
, -AlO(OH), dan -AlO(OH).


Gambar 1.2: Bauksit, sepanjang 4 cm dan ditambang di Little Rock, Arkansas, Amerika
Serikat.

Isotop aluminium yang terdapat di alam adalah isotop
27
Al, dengan persentase sebesar
99,9%. Isotop
26
Al juga terdapat di alam meski dalam jumlah yang sangat kecil. Isotop
26
Al
merupakan radioaktif dengan waktu paruh sebesar 720000 tahun. Isotop aluminium yang
sudah ditemui saat ini adalah aluminium dengan berat atom relatif antara 23 hingga 30,
dengan isotop
27
Al merupakan isotop yang paling stabil. Difusi atom di tentukan oleh macam
atom, tetapi pada umumnya sangat lambat pada temperature biasa dengan pencelupan dingin
kekosongan atom tetap ada, jadi dengan berjalannya waktu struktur atom bisa berubah, yang

3
menghasilkan perubahan sifat-sifatnya. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya waktu pada
umumnya di namakan penuaan. Apabila proses itu berjalan pada temperature kamar di
namakan penuaan ilmiah, sedangkan apabila proses itu terjadi pada temperatur lebih tinggi
dinamakn penuaan buatan.
1.2 Bentuk Struktur Mikro


Gambar 1.3. Struktur mikro alumina, bahan baku aluminium.


Gambar 1.4. Struktur mikro dari aluminium murni


Gambar 5. Struktur mikro dari paduan aluminium-silikon. Gambar (a) merupakan paduan
Al-Si tanpa perlakuan khusus. Gambar (b) merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan termal.
Gambar (c) adalah paduan Al-Si dengan perlakuan termal dan penempaan. Perhatikan bahwa
semakin ke kanan, struktur mikro semakin baik.

4

Gambar 1.6.Struktur mikro Al-Si-Mg tanpa perlakuan termal


Gambar 1.7. Struktur mikro dari paduan Al-Si-Mg setelah perlakuan termal


Gambar 1.8. Struktur mikro dari Al-Cu

1.3 Proses pembuatan
Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia berenergi
tinggi dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain, proses ekstraksi aluminium dari
batuannya memerlukan energi yang tinggi untuk mereduksi Al
2
O
3
. Proses reduksi ini tidak
semudah mereduksi besi dengan menggunakan batu bara, karena aluminium merupakan
reduktor yang lebih kuat dari karbon. Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan

5
bahan tambang yang mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite,
diaspore, dan sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.

Gambar 1.9 Proses Bayer

Proses Bayer menghasilkan alumina (Al
2
O
3
) dengan membasuh bahan tambang yang
mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida pada temperatur 175
o
C sehingga
menghasilkan aluminium hidroksida, Al(OH)
3
. Aluminium hidroksida lalu dipanaskan pada
suhu sedikit di atas 1000
o
C sehingga terbentuk alumina dan H
2
O yang menjadi uap air.
Setelah Alumina dihasilkan, alumina dibawa ke proses Hall-Heroult. Proses Hall-Heroult
dimulai dengan melarutkan alumina dengan leelehan Na
3
AlF
6
, atau yang biasa disebut
cryolite. Larutan lalu dielektrolisis dan akan mengakibatkan aluminium cair menempel pada
anoda, sementara oksigen dari alumina akan teroksidasi bersama anoda yang terbuat dari
karbon, membentuk karbon dioksida. Aluminium cair memiliki massa jenis yang lebih ringan
dari pada larutan alumina, sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan mudah. Elektrolisis
aluminium dalam proses Hall-Heroult menghabiskan energi yang cukup banyak. Rata-rata
konsumsi energi listrik dunia dalam mengelektrolisis alumina adalah 15 kWh per kilogram
aluminium yang dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40% biaya produksi
aluminium di seluruh dunia.

Gambar 1.10: Diagram Proses Hall-Heroult yang disederhanakan. Perhatikan letak katoda
yang berada di dasar wadah, untuk mengantisipasi massa jenis aluminium cair yang lebih
tinggi dibandingkan larutan cryolite-alumina

6

1.4 Aluminium daur ulang
Salah satu keuntungan aluminium lainnya adalah, mampu didaur ulang tanpa
mengalami sedikitpun kehilangan kualitas. Proses daur ulang tidak mengubah struktur
aluminium, daur ulang terhadap aluminium dapat dilakukan berkali-kali (wasteonline.org).
Mendaur ulang aluminium hanya mengkonsumsi energi sebesar 5% dari yang digunakan
dalam memproduksi aluminium dari bahan tambang (economist.com). Di Eropa, terutama
negara Skandinavia, 95% aluminium yang beredar merupakan bahan hasil daur ulang. Proses
daur ulang aluminium berawal dari kegiatan meleburkan sampah aluminium. Hal ini akan
menghasilkan endapan. Endapan ini dapat diekstraksi ulang untuk mendapatkan aluminium,
dan limbah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal dan beton karena
merupakan limbah yang berbahaya bagi alam.
1.5 Klasifikasi dan Penggolongan
Aluminium Murni
Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam keadaan
biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk penggunaan
yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain.
Aluminium Paduan
Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon, magnesium,
tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970. Secara umum,
penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan meningkatkan kekuatan
tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut,
umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya
senyawa, kristal, atau granula dalam logam. Namun, kekuatan bahan paduan aluminium
tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana
proses perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan,
perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya.
Paduan Aluminium-Silikon
Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan
kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium paduan
yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%,
tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal
granula silika.


Gambar 1.11. Fase paduan Al-Si, temperatur vs persentase paduan

7

Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam paduan
yang cukup drastis, dari 660
o
C hingga 450
o
C. Namun, hal ini tidak menjadikan
aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan
terjadi pada suhu di atas 60
o
C. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan
dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan
logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut.

Gambar 1.12. Diagram fase Paduan Al-Mg, temperatur vs persentase Mg

Paduan Aluminium-Tembaga
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat, namun
rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh memiliki
konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl
2
dalam logam
yang menjadikan logam rapuh.

Gambar1.13. Diagram Fase Al-Cu, temperatur vs persentase paduan

Paduan Aluminium-Mangan
Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan pengerasan
tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan logam paduan dengan

8
kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh. Selain itu, penambahan mangan
akan meningkatkan titik lebur paduan aluminium.

Gambar1. 14. Diagram fase Al-Mn, temperatur vs konsentrasi Mn
Paduan Aluminium-Besi
Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
"kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan menggunakan
cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek kehadiran Fe dalam
paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara signifikan, namun diikuti dengan
penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon,
keberadaan Fe sebesar 2,08% mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan
menambah skala Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-
Al-X, dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe.
1.6 Sifat-Sifat Teknis Alumunium
Sifat Fisik Aluminium
Table 5, menunjukan sifat fisik aluminium
Nama, Simbol, dan Nomor Aluminium, Al, 13
Sifat Fisik
Wujud Padat
Massa jenis 2,70 gram/cm
3

Massa jenis pada wujud cair 2,375 gram/cm
3

Titik lebur 933,47 K, 660,32
o
C, 1220,58
oF

Titik didih 2792 K, 2519
o
C, 4566
o
F
Kalor jenis (25
o
C) 24,2 J/mol K
Resistansi listrik (20
o
C) 28.2 n m
Konduktivitas termal (300 K) 237 W/m K
Pemuaian termal (25
o
C) 23.1 m/m K
Modulus Young 70 Gpa
Modulus geser 26 Gpa
Poisson ratio 0,35
Kekerasan skala Mohs 2,75
Kekerasan skala Vickers 167 Mpa
Kekerasan skala Brinnel 245 Mpa

9

Sifat Mekanik Aluminium
Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut. Aluminium
terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan oleh fenomena
pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida di permukaan logam
aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini
mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika
dipadukan dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi
aluminium.
Kekuatan tensil
Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan pengujian
tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada kurva tegangan-
regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya necking. Kekuatan tensil
bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat
dijadikan sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan.
Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat
rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan
tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan logam lain,
ditambah dengan berbagai perlakuan termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan
tensil hingga 580 MPa (paduan 7075).
Kekerasan
Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang
mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan suatu
gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas,
kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan
berbagai metode. Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan
Rockwell. Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala
Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk
kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan dengan
logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan
diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat
kekerasan Brinnel sebesar 135.
Ductility
Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan
seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa terjadinya retakan.
Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk neckingnya; material
dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking yang sangat sempit, sedangkan
bahan yang memiliki ductility rendah, hampir tidak mengalami necking. Sedangkan
dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur dengan skala yang disebut elongasi.
Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan uji
kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang awal
bahan yang diujikan. Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium
paduan memiliki ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun
pada umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni, karena
ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta hampir semua aluminum
paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium murni.


1.7 Aplikasi

10
Aluminium adalah logam non-besi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Produksi global dunia pada tahun 2005 mencapai 31,9 juta ton, melebihi produksi semua
logam non-besi lainnya (Hetherington et al, 2007). Aluminium memiliki rasio kekuatan
terhadap massa yang paling tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat
pesawat dan roket. Aluminium juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium
murni dapat memantulkan 92% cahaya . Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena
terlalu lunak. Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92-99%
aluminium).
Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan pembuat badan
kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika berhadapan dengan larutan alkali
seperti air laut. Paduan aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki
bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA. Uang logam juga terbuat dari aluminium
yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit dicari apa bahan paduan uang pembuat uang logam
berwarna putih keperakan ini, kemungkinan dirahasiakan untuk mencegah pemalsuan uang
logam. Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan magnesium,
silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor. Beberapa jenis roda gigi
menggunakan paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu untuk mendapatkan tingkat kekerasan
yang cukup dan memperpanjang usia benda akibat fatigue.


Gambar 1.16. Uang logam, juga terbuat dari aluminium


Gambar 1.17. Aluminium foil Gambar 1.18. Aluminium foam


Gambar 1.19. Velg mobil, mengunakan paduan Al-Si, Al-Mg, atau Al-Si-Mg



11

Gambar 1.20. Roda gigi menggunakan paduan Al-Cu


Gambar 1.21. Pesawat terbang, dibuat dengan menggunakan paduan 7075, Al-Zn.


2. MAGNESIUM


Gambar 2.1 magnesium Metal
Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Mg dan
nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen terbanyak kedelapan yang
membentuk 2% berat kulit bumi, serta merupakan unsur terlarut ketiga terbanyak pada air
laut. Logam alkali tanah ini terutama digunakan sebagai zat campuran (alloy) untuk membuat
campuran alumunium-magnesium yang sering disebut "magnalium" atau "magnelium".
Magnesium adalah logam yang paling ringan, diantara logam yang biasa digunakan
dalam suatu struktur . Unsur magnesium ditemukan pada tahun 1808 di Inggris oleh Sir
Humphrey Davey, pertama kali diproduksi oleh Deville dan Caron di Perancis pada tahun
1863 .Magnesium ditemukan dalam 60 jenis mineral, hanya dolomite, magnesite, dan
carnallite, yang biasa dijadikan produk komersial.
2.1 Pembuatan Logam Magnesium
Magnesium adalah salah satu unsur yang paling luas penyebarannya, dan merupakan
penyusun 1,9% dari kerak bumi. Bahan bakunya tersebar di seluruh dunia, terlebih lagi
karena air laut merupakan sumber senyawa magnesium yang paling praktis dan paling utama.
Sumber magnesium lainnya adalah dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), dan
karnalit (MgCl2.KCl.6H2O). Satu kilometer kubik air laut mengandung 1,3 x 10^6 ton
magnesium.

12

Gambar 2.2 Proses Pembuatan Magnesium

Magnesium diperoleh dengan proses Down. Langkahnya pertama mengendapkan
sebagai Mg(OH)
2
kemudian diubah menjadi MgCl
2
dan dikristalkan sebagai MgCl
2
.6H
2
O.
Leburan kristal dielektrolisis.
Dengan elektrolisis leburan garamnya.
Contoh:
CaCl
2
(l) Ca
2+
(l) + 2Cl
-
(l)

Katoda : Ca
2+
(l) + 2 e
-
Ca (s)

Anoda :

2Cl
2
(g) + 2 e
-

---------------------------------------------------

Ca
2+
(l) + 2Cl
-
(l) Ca (s) + Cl
2
(l)

Pembuatan Magnesium ini bisa dilakukan dengan Metode Ekstraksi. Metode
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode reduksi dan Elektrolisis.

Metode Reduksi

Gambar 2.3 dolomite
Untuk mendapatkan magnesium kita dapat mengekstraksinya dari dolomit
[MgCa(CO3)2] karena dolomite merupakan salah satu sumber yang dapat menhasilkan
magnesium. Dolomite dipanaskan sehingga terbentuk MgO.CaO. lalu MgO.CaO. dipanaskan
dengan FeSi sehingga menhasilkan Mg.
2[ MgO.CaO] + FeSi 2Mg + Ca2SiO4 + Fe



13
Metode Elektrolisis
Selain dengan ekstraksi dolomite magnesium juga bisa didapatkan dengan
mereaksikan air alut dengan CaO. Reaksi yang terjadi :
CaO + H2O Ca2+ + 2OH-
Mg2+ + 2OH- Mg(OH)2

Selanjutnya Mg(OH)2 direaksikan dengan HCl Untuk membentuk MgCl2

Mg(OH)2 + 2HCl MgCl2 + 2H2O

Setelah mendapatkan lelehan MgCl2 kita dapat mengelektrolisisnya untuk
mendapatkan magnesium
Katode : Mg2+ 2e- Mg
Anode : 2Cl- Cl2 + 2e-


Selain itu, pembuatan magnesium ini juga bisa terjadi dengan proses silikotermik. Langkah-
langkah proses silikotermik terdiri dari pencampuran dolomit gilingan yang dijadikan slake
dengan ferosilikon sebanyak 70-80% dan fluorspar 1% dan kemudian dijadikan pelet. Pelet
itu diumpankan ke dalam tanur. Tanur kemudian divakumkan dan dipanaskan sampai 1170
derajat celsius. Kalsium oksida (CaO) yang terdapat di dalam dolomit bakaran itu
membentuk dikalsium silikat yang tak melebur dan dikeluarkan dari reaktor pada akhir
proses. Reaksi pokok proses silikotermik ini adalah sebagai berikut.
2(MgO.CaO) + 1/6FeSi6 2Mg + (CaO)2SiO2 + 1/6Fe
Pada akhir proses, tanur didinginkan sedikit dan magnesium dikeluarkan dari
kondensor dengan suatu prosedur yang berdasarkan atas perbedaan kontraksi antara
magnesium dan baja.

2.2 Sifat-sifat Magnesium
Magnesium murni mempunyai kekuatan yang terlalu rendah bagi aplikasi teknik.
Paduan magnesium mempunyai kekuatan yang rendah dibanding paduan aluminium
(160 sampai 365 MPa) tetapi mempunyai masa jenis yang rendah sekitar 1750 kg/m3,
artinya magnesium paduan mempunyai rasio kekuatan yang tinggi dibanding massa
jenisnya. Modulus Young's magnesium 45 GPa.
Ketahanan kekuatan fatigue paduan magnesium (fatigue endurance strength) sekitar
70 to 100 MPa untuk spesimen yang halus, tetapi dengan adanya cacat pada spesimen
akan banyak mengurangi ketahanan fatigue-nya.
Magnesium dan Paduan Magnesium mempunyai kapasitas meredam getaran yang
baik dibanding metal yang lain, sekitar tiga kali dari besi cor dan 30 kali dari
alumunium
Sifat mampu cor material magnesium terbatas pada temperatur tinggi.
Sifat mekanik pada temperatur diatas 120 C terbatas
Mudah terjadi korosi galvanik ketika kontak dengan material metal yang lain.
2.3 Kegunaan Magnesium
Penggunaan magnesium yang terbesar adalah untuk membuat paduan dengan
aluminium untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pesawat antariksa dan bagian-
bagian kendaraan bermotor. Penggunaan lainnya adalah sebagi zat pereaksi Grignard,
piroteknik dan bahan peledak, anode korban untuk pencegahan korosi, dan sebagai bahan
pereduksi dalam pembuatan titanium, zirkonium, uranium dan berilium.


14

3. TITANIUM

Gambar 3.1. Bijih titanium
Titanium ditemukan di meteor dan di dalam matahari. Bebatuan yang diambil oleh
misi Apollo 17 menunjukkan keberadaan TiO
2
sebanyak 12,1%. Garis-garis titanium oksida
sangat jelas terlihat di spektrum bintang-bintang tipe M. Unsur ini merupakan unsur
kesembilan terbanyak pada kerak bumi. Titanium selalu ada dalam igneous rocks (bebatuan)
dan dalam sedimen yang diambil dari bebatuan tersebut. Ia juga terdapat dalam mineral
rutile, ilmenite dan sphene dan terdapat dalam titanate dan bijih besi. Titanium juga terdapat
di debu batubara, dalam tetumbuhan dan dalam tubuh manusia.
3.1 Sifat-Sifat Titanium
Titanium murni merupakan logam putih yang sangat bercahaya. Titanium oksida
murni memiliki indeks refraksi yang tinggi dengan dispersi optik yang lebih tinggi
daripada berlian.
Titanium adalah logam transisi berwarna putih keperakan yang ringan, kuat,
mengkilap, dan tahan korosi.
Titanium murni tidak larut dalam air, namun larut pada kosentrasi asam. Logam ini
membentuk lapisan oksida pasif yang melindungi logam dari korosi.
Titanium merupakan satu-satunya logam yang terbakar dalam nitrogen dan udara.
Memiliki resistansi terhadap asam sulfur dan asam hidroklorida yang larut,
kebanyakan asam organik lainnya, gas klor dan solusi klorida.
Logam titanium tidak bereaksi dengan fisiologi tubuh manusia (physiologically inert).
Titanium adalah logam yang kuat dengan massa jenis yang rendah dan cukup ulet
terutama pada lingkungan bebas oksigen.
Memiliki titik leleh yang relatif tinggi (lebih 1.650
o
C) yang membuatnya berguna
sebagai logam refraktori.
Titanium bersifat paramagnetik dan konduktifitas termal dan listrik yang cukup
rendah. Titanium grade komersial (99,2% murni) memiliki ultimate tensile strength
sekitar 63.000 psi (434 MPa), sama dengan baja tuang grade rendah pada umumnya,
namun 45% lebih ringan. Titanium memiliki massa jenis 60% lebih besar
dibandingkan alumunium, namun dua kali lebih kuat daripada alumunium tuang
6061-T6. Beberapa titanium tuang (Beta C) memiliki tensile strength lebih dari
200.000 psi (1.400 MPa). Namun kekuatannya berkurang saat dipanasi diatas 430
o
C

Titanium murni diberitakan dapat menjadi radioaktif setelah dibombardir dengan
deuterons. Radiasi yang dihasilkan adalah positrons dan sinar gamama. Logam ini dimorphic.
Bentuk alfa heksagonal berubah menjadi bentuk beta kubus secara perlahan-lahan pada suhu
880 derajat Celcius. Logam ini terkombinasi dengan oksigen pada suhu panas merah dan
dengan klor pada suhu 550 derajat Celcius. Logam titanium tidak bereaksi dengan fisiologi

15
tubuh manusia (physiologically inert). Titanium oksida murni memiliki indeks refraksi yang
tinggi dengan dispersi optik yang lebih tinggi daripada berlian.
Kondisi oksidasi yang utama adalah +4, meskipun kondisi 3+ dan 2+ juga diketahui
namun kurang stabil. Elemen ini terbakar di udara saat dipanaskan dan membentuk titanium
dioksida, TiO
2
, atau saat dikombinasikan dengan halogen. Titanium mereduksi uap air untuk
membentuk dioksida dan hidrogen, dan bereaksi dengan cara yang serupa dalam asam
chlorhydric. Logam menyerap hidrogen untuk membentuk TiH
2
, dan membentuk nitride,
TiN, dan karbida, TiC. Senyawa lain yang diketahui adalah sulfur TiS
2
, dan juga oksida
terendah, Ti
2
O
3
dan TiO, dan sulfur Ti
2
S
3
dan TiS.
3.2 Penambangan Titanium
Titanium ditemukan di Cornwall, UK, oleh William Gregor pada 1791 dan
dinamakan oleh Martin Heinrich Klaproth mengacu pada Titan dalam mythology Yunani.
Elemen titanium ditemukan dalam sejumlah deposit mineral, seperti rutile dan ilmenite, yang
tersebar dalam kerak bumi dan litosfer. Logam diekstraksi dari bijih mineral melalui proses
Kroll atau proses Hunter.
Proses Hunter
Proses Hunter adalah metode pertama untuk memproduksi logam ductile titanium murni.
Proses dimulai dengan menyiapkan campuran rutile (mineral yang terdiri atas titanium
dioksida, TiO
2
, dan logam lain) dengan klorin (Cl
2
) dan kokas. Kokas berfungsi sebagai
sumber karbon yang bereaksi dengan oksigen pada TiO
2
saat mineral dipanasi dengan
temperatur sangat tinggi. Proses ini menghasilkan titanium tetraklorida (TiCl
4
) dan karbon
dioksida (CO
2
). Titanium tetraklorida direduksi oleh natrium untuk membentuk logam
titanium murni (99,9%) dengan cara memanaskan TiCl
4
dengan Na pada bom baja pada suhu
700-800
o
C.
TiO
2
(s) + 2Cl
2
(g) + C (s) TiCl
4
(l) + CO
2
(g)
TiCl
4
(l) + 4Na(l) 4NaCl(l) + Ti(s)
Langkah terakhir tersebut merupakan proses yang disebut proses Hunter. Proses ini
berhasil memproduksi titanium dengan tingkat kemurnian sangat tinggi, namun proses ini
digantikan oleh proses Kroll yang lebih ekonomis pada tahun 1940an.


Gambar 3.2 Diagram Proses Kroll
Proses Kroll
Proses Kroll adalah proses industri pyrometallurgical untuk memproduksi logam titanium.
Rutile (atau ilmenite) yang sudah di refine dari bijih direduksi dengan kokas petroleum dalam
fluidized bed reactor pada temperatur 1000
o
C. Campuran tersebut kemudian di beri perlakuan

16
dengan gas klorin untuk mebentuk titanium tetraclorida dan klorida volatil lainnya yang
secara terus-menerus dipisahkan dengan distilasi fraksional. Dalam separator yang berbeda,
TiCl4 direduksi oleh magnesium cair (15-20% berlebih) pada temperatur 800-850
o
C dalam
wadah stainless steel untuk memastikan reduksi menyeluruh.
2Mg(l) + TiCl
4
(g) 2MgCl
2
(l) + Ti(s) [T = 800-850 C]
Hasil lain dari reduksi parsial titanium adalah TiCl
2
dan TiCl
3
. Magnesium klorida kemudian
dipisahkan kembali menjadi magnesium. Hasil akhir spons logam titanium berpori kemudian
di hancurkan dan diberi tekanan sebelum dicairkan dalam tungku arc vakum. Ingot cair dapat
memadat dalam kondisi vakum. Padatan tersebut terkadang dilelehkan kembali untuk
menghilangkan inklusi dan memastikan keseragaman. Proses tambahan ini akan menambah
biaya produksi titanium dan menyebabkan harganya enam kali lebih mahal daripada stainless
steel.
3.2 Paduan Titanium
Titanium paduan merupakan bahan logam dengan paduan titanium dan elemen lain.
Logam paduan tersebut memiliki tensile strength dan kekuatan yang sangat tinggi (meskipun
dalam temperatur ekstrim), ringan, tahan terhadap korosi, dan kemampuan untuk bertahan
dalam temperatur sangat tinggi. Namun biaya yang tinggi dalam pembuatan titanium murni
dan pemrosesan lanjutnya membuat penggunaan titanium paduan terbatas pada bidang
militer, pesawat terbang, pesawat angkasa, peralatan medis, dan beberapa peralatan dan
produk mahal. Produsen otomotif seperti Porsche dan Ferrari juga menggunakan titanium
paduan sebagai komponen mesin untuk meningkatkan durabilitas dan performa dalam
kondisi lingkungan mesin dengan tekanan tinggi.

Gambar 3.3 Mata bor dengan lapisan TiN
Meskipun titanium murni memiliki sifat mekanik yang baik dan telah digunakan
untuk implan gigi dan tulang, untuk sebagian besar penggunaan titanium dipadukan dengan
sedikit alumunium dan vanadium. Paduan ini memiliki solid solubility yang berbeda terhadap
temperatur, yang memungkinkan titanium untuk diberi perlakuan precipitation strengthening.
Proses perlakuan panas ini dilakukan setelah paduan diolah menjadi bentuk akhir sebelum
digunakan yang membuat logam lebih mudah untuk dibentuk dan menghasilkan produk
dengan kekuatan tinggi.
Titanium paduan secara umum digolongkan dalam empat kategori utama.
- Paduan alfa yang mengandung elemen paduan netral (seperti timah) dan atau
stabiliser alfa (aluminium atau oksigen) saja. Paduan ini tidak bisa diberi
perlakuan panas.
- Paduan near-alfa yang mengandung sedikit fase beta yang ulet. Selain stabiliser
fase alfa, paduan ini dipadukan dengan 1-2% stabiliser seperti molybdenum,
silikon, atau vanadium.
- Paduan alfa dan beta, yang metastabil dan pada umumnya termasuk kombinasi
stabiliser alfa dan beta, dan dapat diberi perlakuan panas.
- Paduan beta, yang metastabil dan mengandung cukup banyak stabiliser beta
(molybdenum, silikon, atau vanadium) yang menyebabkan logam tetap dalam fase

17
beta saat di-quench dan dapat diberikan perlakuan larutan untuk meningkatkan
kekuatannya.
Pada umumnya titanium fase beta lebih kuat namun kurang ulet dibandingkan fase alfa. Pada
fase antara, logam paduan memiliki sifat yang berbeda beda.


Gambar 3.4 Silinder Titanium grade
3.3 Aplikasi Titanium
Titanium sangat penting sebagai agen campuran logam dengan aluminium,
molibdenum, manggan, besi dan beberapa logam lainnya. Campuran logam titanium
digunakan terutama untuk bahan pesawat terbang dan misil, dimana logam ringan, kuat dan
tahan suhu tinggi diperlukan. Titanium sekuat baja, tetapi 45% lebih ringan. Ia 60% lebih
berat daripada aluminium, tetapi dua kali lebih kuat. Titanium memiliki kegunaan potensial
di pabrik desalinasi untuk mengkonversi air laut menjadi air tawar. Logam ini memiliki
resistansi yang baik terhadap air laut dan digunakan untuk baling-baling kapal dan bagian
kapal lainnya yang terekspos pada air asin. Anoda titanium yang dilapisi platinum telah
digunakan untuk memberikan perlindungan dari korosi air garam. Titanium diproduksi secara
buatan untuk permata. Safir dan rubi menunjukkan asterism sebagai hasil keberadaan TiO
2
.
Titanium dioksida sangat banyak digunakan untuk cat rumah dan cat lukisan karena
permanen dan memilki sifat penutup yang baik. Pigmen titanium oksida merupakan aplikasi
yang terbanyak untuk unsur ini. Cat titanium merupakan reflektor sinar infra yang sangat
bagus dan banyak digunakan pada tempat-tempat pengamatan matahari (solar observatories)
dimana panas dapat mengganggu pengamatan. Titanium tetraklorida digunakan untuk
mengiridasi gelas. Senyawa ini mengeluarkan asap tebal di udara.
Titanium dioksida (TiO2) merupakan salah satu partikel nano yang bisa diaplikasikan
pada teknologi sel surya. Dengan adanya tambahan partikel berukuran superkecil tersebut,
daya serap paket energi matahari (foton) menjadi lebih besar. Penyerapan energi pada sel
surya yang ada sekarang masih menggunakan orde mikro. Karena itu, optimalisasi
penyerapan energi masih rendah. Dengan menggunakan orde nano yang memiliki luas
permukaan lebih besar, diharapkan penyerapan energi pun lebih besar. Pengembangan energi
alternatif yang murah dan ramah lingkungan terus dilakukan untuk mengganti energi fosil
yang semakin langka. Di negara-negara maju, pengembangan energi alternatif yang tergolong
bisa diperbarui bahkan telah mencapai tahap aplikatif. Beberapa energi tersebut di antaranya
energi bayu atau angin, energi panas bumi, energi gelombang laut, dan energi surya.

4. TEMBAGA Termasuk Logam Keras
Tembaga adalah unsur kimia yang diberi lambang Cu (Latin: cuprum). Logam ini
merupakan penghantar listrik dan panas yang baik. Penggunaan tembaga dapat dilacak
sampai 10,000 tahun yang lalu. Sebelum tembaga, diperkirakan hanya besi dan emas, logam
yang terlebih dahulu digunakan manusia.
Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik, koin, alat
rumah tangga, hingga komponen biomedik. Tembaga juga dapat dipadu dengan logam lain
hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu atau monel.

18
Namun mesti pula berhati-hati akan sifat racun logam ini. Ini dapat terjadi ketika
tembaga menumpuk dalam tubuh akibat penggunaan alat masak tembaga. Unsur Cu yang
berlebih dapat merusak hati dan memacu sirosis.
Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam keadaan
murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm
2
dalam bentuk
tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm
2
melalui proses pengerjaan dingin
dan untuk jenis tuangan aangka kekerasanya hanya mencapai 45 HB namun dapat
ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan dingin. Tembaga memiliki sifat thermal dan
konduktifitas listrik setelah perak. Tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik
banyak digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9%. Sifat lain dari
tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmosferik serta berbagai serangan media
korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui proses penyolderan, brazing,
serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat dimana memiliki berat
jenis 8,9 kg/m
3
dengan titik cair 1083
o
C.
4.1 Proses Fabrikasi Tembaga
Unsur dasar tembaga diperoleh dalam bentuk bijih tembaga dengan kadar yang
rendah dengan rata-rata kurang dari 4%. Proses pemecahan dan pembubukan dilakukan untuk
memisahkan unsur tembaga dari butiran-butiran pengikat melalui pengapungan serta untuk
menghilangkan butiran-butiran yang tidak berguna.
1) Proses pemurnian api (Fire-refining)

Gambar 4.1. Diagram Proses Smelting
Butiran-butiran yang mengandung unsur tembaga dipanasakan didalam dapur
pemanas untuk melepaskan ikatannya dengan unsur batuan serta persenyawaan dengan unsur
sulphide besi. Unsur ini kemudian diolah didalam converter untuk pemisahan besi dan
sulphur.
Dari proses tersebut diatas akan dihasilkan tembaga untuk dilakukan proses
pemurnian api (Fire-refining) dimana tembaga yang dalam keadaan tidak murni dicairkan dan
dilakukan proses oksidasi untuk melepaskan berbagai unsur lainnya yang terkandung didalam
Tembaga tersebut.

19
Selanjutnya dengan menggunakan batang kayu yang ditekankan kedalam larutan
untuk menggerakkan oksigen oleh pembakaran dan selanjutnya dituangkan kedalam cetakan
dan menghasilkan tembaga dalam bentuk batangan.
2) Electrolytic refining

Gambar 4.2. Diagram Proses CCR Refinery

Electrolytic refining yaitu proses pemurnian dengan cara elektrolisis yang akan
menghasilkan tembaga murni, prosesnya ialah tembaga yang berbentuk batangan yakni
tembaga yang akan dimurnikan berfungsi sebagai anoda digantungkan didalam cairan panas
asam sulphuric dan cooper sulphate dan dihubungkan melalui plat tembaga murni sebagai
katoda, dengan demikian unsur tembaga ini akan mngendap pada cathode dan unsur-unsur
lainnya akan mengendap pada kubangan dari larutan elektrolite.
4.2 Proses Pembentukan Benda dari Tembaga
Proses pembentukan benda-benda kerja dari bahan tembaga melalui proses pemesinan
dilakukan dengan memberikan kecepatan potong yang tinggi namun dengan pemotongan
yang rendah (low depth of Cut). Proses pembentukan lainnya tembaga ini ialah melalui
pengerjaan panas misalnya hot rolling, extrusion dan forging pada temperature tinggi antara
800
o
C hingga 900
o
C. Pembentukan dengan pengerjaan dingin (Cold Working) juga dapat
dilakukan secara sederhana namun apabila ukurannya melebihi ukuran yang dikehendaki
maka terlebih dahulu harus dilunakan (Annealing) pada Temperatur pemanasan 500
o
C.
Kecepatan pendinginannya memang tidak kritis namun pendinginan cepat (Quenching)
dengan air dapat melenyapkan kotoran dan terak serta mempermudah dalam pembersihan.
Tembaga Paduan (Copper base Alloy) paling banyak digunakan sebagai bahan teknik
karena memiliki berbagai keuntungan, antara lain :
1) Memiliki sifat mekanik yang baik, sifat konduktifitas listrik dan termal yang tinggi
serta tahan terhadap korosi dan ketahanan aus,
2) Mudah dibentuk melalui pemesinan,
3) Mudah dibentuk melalui pengerjaan panas (Hot working) dan pengerjaan dingin
(Cold Working),
4) Mudah disambung melalui penyolderan, brazing dan welding,
5) Mudah dipoles atau diplating jika dikehendaki,

20
6) Pressing dan forging Temperatur lebih rendah dibanding dengan pemakaian bahan
logam Ferro.
Tembaga Paduan (Copper Alloy) dapat dikelompokan menjadi :
1) Tembaga paduan rendah yang termasuk dalam kelompok ini ialah Silver-Copper,
Cadmium-Copper, Chromium-Copper, Tellurium-Copper, Berylium-Copper dan
Paduan Copper-Nikel-Silicon.
2) Tembaga Paduan dengan kadar tinggi, yaitu Brass dan Bronze.
Tembaga Paduan Dengan Kadar Rendah
1) Silver-Copper
Temperatur pelunakan dari tembaga jenis ini dapat ditingkatkan dari 200
o
C hingga
350
o
C melalui penambahan unsur Nikel hingga 0,08%. Tembaga ini akan menjadi
lebih keras dengan tegangan yang tidak dapat direduksi oleh temperatur penyolderan,
penimahan (Tining) atau proses lain yang menggunakan temperature rendah. Unsur
Silver dengan kadar rendah ini hanya sedikit sekali terjadi efek penyimpangan dan
tergantung pada nilai konduktifitas dari tembaga itu sendiri,. Silver-Copper digunakan
sebagai bagian dari komutator, komponen radiator serta berbagai penerapan yang
memerlukan kekerasan dan tegangan stabil tanpa dipengaruhi oleh panas akibat
pemanasan selama proses pnyambungan. Silver juga memiliki sifat creep resistance
pada tembaga karena softening Temperatur.
2) Cadmium-Copper
Kadar Cadmium sebesar 1% pada Tembaga akan meningkatkan softening
Temperatur, demikian pula ketahanan, tegangan dan keuletan serta kelelahannya akan
meningkat. Cadmium-Copper digunakan dalam konduktor untuk memperpanjang
garis rentang overhead kabel hantaran arus listrik serta untuk ketahanan pada
elektroda las (welding electrodes). Sifat lembut dari kabel yang terbuat dari
Cadmium-Copper banyak digunakan dalam electrical wiring dari pesawat terbang
karena sifatnya yang fleksibel serta tahan terhadap getaran. Kadar Cadmium yang
rendah hanya akan terjadi kerusakan memanjang namun tergantung pada
konduktifitas tembaga itu sendiri.
3) Chromium-Copper
Unsur Chromium hingga 0,5% pada Tembaga akan memperkecil pengaruh
konduktifitasnya, namun kekerasan serta tegangannya akan meningkat serta akan
menerima reaksi perlakuan panas. Analisis terhadap diagram keseimbangan paduan
antara Chromium dengan Tembaga memberikan indikasi bahwa hanya sedikit saja
kuantitas chromium yang dapat bercampur dalam larutan pada (Solid solution).
Larutan padat dari Chromium akan meningkat sesuai dengan peningkatan
temperaturnya dan semua unsur Chromium akan masuk didalam larutan padat pada
Temperatur 1000
o
C. Jika paduan ini di-Quenching dari temperatur ini maka akan
terjadi Solution treated sehingga semua sisa chromium akan tetap berada didalam
larutan padat dan menghasilkan paduan yang ulet dan liat. Proses pengendapan
(precipitation treatment) dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan serta perbaikan
sifat mekaniknya, yaitu dengan memberikan pemanasan ulang dengan temperature
hingga 500
o
C dengan waktu tahan (Holding time) selama 2 jam dan kemudian
didinginkan.

21

Gambar 4.3. Bagian dari diagram keseimbangan paduan Chromium-Copper

4) Tellurium-Copper
Unsur Tellurium pada Tembaga hingga sebesar 0,5% akan menghasilkan paduan
tembaga yang dapat dibentuk dengan baik melalui proses pemesinan. Tellurium tidak
dapat larut didalam Tembaga namun akan menyebar seluruhnya ketika paduan itu
dilebur dan tersisa didalam bentuk partikel-partikel halus dimana paduan dalam
keadaan padat, dengan demikian maka akan diperoleh Paduan tembaga yang dapat
dengan mudah dibentuk melalui pemesinan dan menghasilkan chip yang mudah
terlepas.
5) Beryium-Copper
Berylium digunakan sebagai unsur paduan pada Tembaga jika kekuatannya lebih
penting dari pada konduktifitasnya. Hasil analisis terhadap diagram keseimbangan
paduan Tembaga Berylium memberikan indikasi bahwa hanya sedikit unsur Berylium
yang yang masuk kedalam larutan padat dari Tembaga dan sisa Berylium akan
tersusun dengan unsur Tembaga hingga mencapai Temperatur ruangan dalam bentuk
.

Gambar 4.4 Bagian dari diagram keseimbangan paduan Beryllium-Copper


22
Larutan padat dari Berylium didalam Tembaga akan mengembang oleh pemanasan
yang cukup untuk membuat paduan tersebut merespon pengendapan oleh perlakuan
panas, prosesnya dilakukan dengan memberikan pemanasan hingga 800
o
C kemudian
di-Quenching diikuti oleh pemanasan hingga 320
o
C yang pendinginan untuk
melunakan dan meningkatkan keuletannya serta memperbaiki strukturnya. Paduan
Tembaga-Berylium sangat penting dan banyak digunakan dalam berbaga industri
dimana merupakan paduan yang kuat dan keras dengan kadar Brylium hingga 2%
serta Paduan Tembaga dengan 4% Berylium dan 2,6% Cobalt.
6) Copper-Nikel-Silicon Alloys
Jika Nikel dan Silicon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nikel dan 1 bagian
Silicon dipadukan di dalam Copper (Tembaga) pada temperatur tinggi maka akan
terbentuk sebuah unsur yang disebut Nikel Silicide (Ni
2
Si) dan pada temperatur
rendah paduan ini akan sesuai unutk pengendapan dalam perlakuan panas, dimana
proses pelarutan akan diperoleh dalam proses quenching dari temperatur 700
o
C dan
akan diperoleh sifat paduan tembaga yang lunak dan ulet, kemudian dilanjutkan
dengan memberikan pemanasan pada temperatur 450
o
C maka akan meningkatkan
kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut.
Prosentase kadar nikel dan silicon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat yang
dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1% hingga 3%. Paduan tembaga ini akan
memiliki sifat konduktifitas termal dan listrik yang baik dan tahan terhadap
pembentukan kulit dan oksidasi serta dapat mempertahankan sifat mekaniknya pada
temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Tembaga Paduan Dengan Kadar Tinggi
Kuningan adalah paduan Tembaga dengan lebih dari 50% Zinc (seng) kadang-
kadang ditambah dengan Timah putih (Tin) dan Timah Hitam (Lead) serta Alumunium dan
Silicon. Analisis terhadap diagram keseimbangan dari paduan Copper-Zinc (Tembaga-
Seng) memperlihatkan bahwa paduan Tembaga Seng, kadar Seng diatas 37% dapat diterima
dalam
Tembaga dan akan membentuk larutan padat yang disebut (). Proses larutan Seng
didalam Tembaga tidak berkembang oleh perubahan temperatur, dengan demikian
Kuningan bukan paduan yang terbentuk oleh pengendapan. Kuningan dengan kandungan
seng diatas 37% disebut Brasses yang merupakan paduan mampu pengerjaan dingin
karena terbentuk dari struktur larutan padat. Paduan Tembaga Kuningan yang disebut
Brasses ini berkembang oleh pengembangan dalam dari unsur yang pada kahirnya akan
menyebabkan distorsi dari kisi tembaga (Tembaga lattice). Fase dimana terbentuknya
pecahan merah (hot short) oleh karena itu kuningan ini tidak cocok untuk pengerjaan panas.
Jika kadar Seng pada paduan Tembaga melebihi 37% maka akan terjadi fase kedua yaitu
fase-, berada bersama dengan fase dan paduan ini disebut + Brasses dengan
keuletan seimbang pada temperature ruangan sebab keuletan dari dari kristal mengganti
kerapuhan dari kristal .

23

Gambar 4.5. Bagian dari diagram keseimbangan dan mikrostruktur paduan Copper-zinc

Kuningan dengan kadar Seng 45% komposisinya terdiri atas kristal secara menyeluruh
dengan sifat yang sangat rapuh pada temperature ruangan (room temperature), hal ini terlihat
pada diagram keseimbangan Tembaga-Seng dimana titik cair dari dari Seng paduan tinggi
lebih rendah dari pada Kuningan dengan kadar Seng rendah, oleh karena itu Seng dengan
paduan tinggi ini digunakan sebagai Brazing spelter karena titik cairnya yang rendah
tersebut namun sambungan tidak menjadi rapuh karena selama operasi penyambungan kadar
seng akan turun melalui proses penguapan dan sebagian akan menyebar kedalam Kuningan
pada sambungan tersebut. Berbagai paduan tembaga dengan seng akan dibahas dalam bagian
selanjutnya.
Paduan tembaga kadar tingggi lainnya adalah Tin-Copper (perunggu), Nickel-Copper,
Silicon-Copper, Manganese-Copper
4.3 Sifat-Sifat Tembaga (Pure Copper)
High thermal conductivity
High electrical conductivity
High corrosion resistance
Ductile
Melleable
Easy work
4.4 Aplikasi tembaga
Peralatan elektronik kabel, IC, heatsink, pcb.
Arsitektur ornamen, batang anti-petir, perkakas
Militer amunisi
Mesin Industri dan otomotif tubing, heat exchanger
Biomedic biostatic (antibacteria), radioactive device

You might also like