You are on page 1of 12

J amili//Paradigma, Vol. 15 No. 2, Oktober 2011, hlm.

79-89


FENOLOGI MANGROVE DI TELUK KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Floristics of Mangrove at Wakatobi National Park Southeast Sulawesi Province

Jamili
1

1
Program Studi Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Haluoleo, Kendari 93231

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan fase-fase perkembangan pembungaan dan
pembuahan spesies Rhizophora sp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Xilocarpus sp., dan
Sonneratia sp (secara kualitatif). Lokasi penelitian pada komunitas mangrove di Kecamatan
Kendari Barat, Mandonga, Kambu, Poasia, dan Kecamatan Abeli. Pengambilan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan bahwa tidak semua wilayah Teluk Kendari masih memiliki
komunitas mangrove. Data yang dikumpulkan meliputi jenis-jenis vegetasi mangrove dalam
fase berbunga, dan fase berbuah. Fase berbunga yang diamati meliputi; (a) munculnya tunas
bunga, (b) munculnya bakal bunga, (c) bunga siap mekar, (d) bunga pada keadaan mekar, (e)
terbentuknya bakal buah, (f) buah muda, (g) buah matang. Hasil akhir merupakan waktu rata-
rata yang diperlukan pada setiap tahapan fenologi yang terungkap. Hasil pengamatan
fenologi mangrove di Teluk Kendari pada Desember 2011 diperoleh 7 spesies mangrove
sejati yang sedang berbunga dan berbuah. Spesies Rhizophora apiculata Blume, dan
Rhizophora mucronata Lamk, Avicennia marina (Forsk) Vierh, Bruguiera gymnorrhiza (L.)
Lamk., Ceriops tagal (Perr.) melimpah pada tahap pembungaan, Sonneratia alba Smith pada
tahap buah muda, dan spesies Xylocarpus granatum Koenig melimpah pada tahap buah
matang. Produksi bunga dan buah mangrove berhubungan dengan Faktor iklim, curah hujan,
suhu dan radiasi matahari. Pengamatan fenologi hendaknya dilaksanakan minimal satu
musim, sehingga diperoleh gambaran yang lebih luas tentang dinamika dan perkembangan
fenologi mangrove di Teluk Kendari. Dokumentasi fenologi secara berseri jenis-jenis
mangrove di Teluk Kendari akan sangat bermanfaat sebagai bahan penyusunan buku
panduan lapangan pengenalan jenis mangrove di Teluk Kendari.

Kata Kunci : mangrove, pembungaan, pembuahan, fenologi, teluk kendari, sulawesi tenggara

ABSTRACT
The objectives of this study are qualitatively to describe the phases of the development
of flowering and fruiting species of Rhizophora sp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Xilocarpus
sp, and Sonneratia sp. The research was conducted on mangrove habitat in the District of
Kendari Barat, Mandonga, Kambu, Poasia, and Abeli. These locations were chosen as not all
parts of the Gulf of Kendari still have a mangrove community. The collected data include the
types of mangrove vegetation in flowering and fruiting phase. Flowering phases observed
include: (a) the emergence of flower buds, (b) the emergence of interest would be, (c) flower
ready to blossom, (d) flowers bloom on the circumstances, (e) formation would be Fruit, (f)
the young fruit, (g ) of ripe fruit. The final result is the average time required at each
phenological stage were revealed. Phenological observations of mangroves in the Gulf of
Turkey in December 2011 acquired seven true mangrove species that are flowering and
fruiting. Species of Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata and Lamk,
Avicennia marina (Forsk) Vierh, Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk., Ceriops tagal (Perr.)
abundant at flowering stage, Sonneratia alba Smith at young fruit stage, and species granatum
Fenologi Mangrove di Teluk Kendari 80
Koenig Xylocarpus abundant in mature fruit stage. Flower and fruit production of mangrove
associated with climate, rainfall, temperature, and solar radiation. Phenological observations
should be conducted at least one season, in order to obtain a wide picture of the dynamics and
phenological development of mangroves in the Gulf of Kendari. Phenology in serial
documentation mangrove species in the Gulf of Kendari will be very useful as a preparation
of field guides the introduction of mangrove species in the Gulf of Kendari.
Keywords: mangrove, flowering, fertilization, phenology, bay Kendari, Southeast Sulawesi
Diterima: 1 Juni 2011
Disetujui untuk dipublikasikan: 1 Agustus 2011

1. PENDAHULUAN
Teluk Kendari tak dapat dipisahkan dengan awal keberadaan Kota Kendari yang
menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini. Di teluk inilah semuanya berawal.
Tradisi lisan menyebutkan, nama Kendari berasal dari bahasa Tolaki, yakni kandai
(tukong), artinya alat dari bambu atau kayu yang dipergunakan untuk mendorong perahu di
tempat yang airnya dangkal. Kandai kemudian diabadikan menjadi nama kampung, kini
sudah menjadi Kelurahan Kandai yang berada di awal pusat Kota Kendari yang terletak di
wilayah Kecamatan Kendari (Kota Lama).
Paling sedikit ada 12 sungai dan anak sungai yang bermuara di Teluk Kendari,
antara lain yang agak besar adalah Sungai Sadohoa, Wanggu, Kambu, dan Sungai
Anggoeya. Banyaknya sungai yang bermuara di kawasan ini, sangat mendukung
berkembangnya skosistem mangrove pada kawasan tersebut. Keberadaan ekosistem
manrove ditinjau dari sisi sosial ekonomi sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar,
khususnya para nelayan yang bisa mencari ikan dan biota laut lainnya. Berbagai ikan,
kerang, dan kepiting yang hidupnya sangat bergantung pada ekosistem mangrove.
Tingginya tingkat potensi ancaman terhadap kelestarian mangrove Teluk Kendari
merupakan salah satu faktor yang sangat mendesak agar usaha konservasi segera
dilakukan. Berbagai kajian yang telah dilakukan, menunjukkan terjadinya penyusutan luas
kawasan mangrove setiap tahunnya. Pada tahun 1960 dilaporkan bahwa luas hutan bakau
di Teluk Kendari mencapai 543,58 ha, turun menjadi 69,85 ha pada tahun 1995, dan pada
tahun 2002 komunitas mangrove yang tersisa tinggal 67,51 ha [10]. Rusaknya hutan
mangrove disebabkan banyak kawasan mangrove telah dikonversi menjadi lahan
J amili//Paradigma, Vol. 15 No. 2, Oktober 2011, hlm. 79-89 81

pemukiman penduduk, pertambakan, pembangunan prasarana jalan, dan pengambilan kayu
untuk berbagai keperluan.
Hasil pengamatan lapangan menujukkan bahwa komunitas mangrove yang tersisa
tinggal mengelompok pada beberapa daerah, antara lain di Kecamatan Abeli, Kecamatan
Poasia, Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Kendari, dengan ketebalan yang bervariasi
antara 50 400 m dari garis pantai, dan terputus pada beberapa kelompok areal mangrove
itu sendiri.
Hilangnya atau rusaknya ekosistem mangrove dapat menimbulkan berbagai
permasalahan terutama berkaitan dengan abrasi pantai dan kehidupan perairan
disekitarnya. Isu perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming) memiliki
implikasi yang luas bagi kehidupan di bumi. Menurut perkiraan para ahli, suhu permukaan
bumi akan mengalami kenaikan suhu rata-rata 3,5
o
C memasuki abad mendatang.
Fenomena alam lain dari pemanasan global, naiknya permukaan air Laut.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2001) memperkirakan permukaan air
laut akan mengalami kenaikan rata-rata hampir 1 meter antara 1990-2100. Naiknya
permukaan air laut dampaknya akan sangat terasa bagi masyarakat yang tinggal di wilayah
pesisir dan akan lebih parah lagi jika komunitas mangrove yang berfungsi sebagai salah
satu barier di pantai tidak ada lagi. Hilangnya ekosistem mangrove juga akan mengancam
kehidupan berbagai biota perairan, yang merupakan unsur penting bagi ekonomi
mansyarakat, khususnya bagi para nelayan di kawasan tersebut.
Melihat begitu banyak manfaat dan pentingnya ekosistem mangrove baik dari segi
ekologis dan ekonomis perlu dilakukan berbgai kajian ekologi yang nantinya dapat
dijadikan sebagai slah satu penyusunan strategi konservasi komunitas mangrove,
khususnya di Teluk Kendari. Dalam strategi konservasi sumberdaya alam di Indonesia,
kumunitas mangrove menjadi salah satu sumberdya wilayah pesisir yang menjadi prioritas
konservasi sumberdaya alam di Indonesia.
Hingga saat ini sebenarnya telah banyak dilakukan kegiatan rehabilitasi mangrove,
baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah, badan internasional dan LSM lokal serta
masyarakat setempat. Kegiatan penanaman mangrove yang telah dilakukan selama ini,
hasilnya belum optimal. Hasil pemantauan di beberapa lokasi penanaman dilaporkan
Fenologi Mangrove di Teluk Kendari 82
bahwa rata-rata tingkat keberhasilannya sangat rendah. Diperkiraan tingkat pertumbuhan
umur 1 - 2 tahun rata-rata hanya di bawah 20% [1]. Rendahnya tingkat keberhasilan
rehabilitasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang diduga sangat
menentukan adalah masalah benih (propagule) yang digunakan dan kesesuaian jenis yang
ditanam dengan tipe subtrat.
Keutamaan lain dari hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam
pengembangan instutusi, terutama publikasi ilmiah dan bahan pembelajaran mahasiswa.
Dari hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait, terutama pihak
pengelola Teluk Kendari dalam pengambilan keputusan dan kebijakan strategi konservasi
ekosistem mangrove Teluk Kendari dalam rangka meningkatkannya kualitas dan fungsi
Teluk Kendari dalam konservasi in-situ, penelitian, pendidikan dan pariwisata.

2. BAHAN DAN METODE
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah material fenologi
mangrove dari kawasan mangrove Teluk Kendari, yang diamati pada bulan Oktober hingga
Desember 2011. Mengingat komunitas mangrove tidak menyebar secara merata di seluruh
kawasan Teluk Kendari, maka jalur inventarisasi dilakukan dengan cara mengelilingi
seluruh kawasan yang ditumbuhi mangrove, mulai kawasan mangrove pada wilayah
Kecamatan Kendari Barat, Mandonga, Kambu, Poasia, dan Kecamatan Abeli.
Jenis-jenis mangrove yang telah dikenali didata di lapangan. Untuk jenis-jenis yang
belum dikenali nama spesiesnya akan menggunakan teknik herbarium basah, dengan
mengambil sampel bagian-bagian tumbuhan tertentu, meliputi daun, bunga, buah dan
bagian lain. Selanjutnya dibawa ke laboratorium Biologi FMIPA Universitas Haluoleo
untuk ditelusuri lebih lanjut, dengan mengacu kepada [4], [5], [6], [7], [8]. Pengamatan
fenologi mangrove meliputi fase berbunga, dan fase berbuah. Fase berbunga yang diamati
meliputi; (a) munculnya tunas bunga, (b) munculnya bakal bunga, (c) bunga siap mekar,
(d) bunga pada keadaan mekar, (e) terbentuknya bakal buah, (f) buah muda, (g) buah
matang.


J amili//Paradigma, Vol. 15 No. 2, Oktober 2011, hlm. 79-89 83

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kecamatan Kendari Barat
Komunitas Mangrove Teluk Kendari yang ada di wilayah Kecamatan Kendari Barat
hanya ditemukan bergerombol pada beberapa tempat, dengan ketebalan antara 5 sampai 20
m. Komunitas mangrove di wilayah ini, kondisinya cukup memprihatinkan, pada beberapa
tempat ditemukan sampah yang berserakan dalam jumlah yang relative banyak. Titik
pengamatan di wilayah ini terletak pada posisi 0340'25,2" Lintang Selatan, dan
12214'40,1" Bujur Timur.
Hasil pengamatan fenologi flora mangrove yang ditemukan di wilayah pantai
Kecamatan Kendari Barat disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut terlihat
bahwa spesies yang ditemukan di Kecamatan Kendari Barat terdiri dari Rhizophora
apiculata Blume, Rhizophora mucronata Lamk., Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk,
Avicennia marina (Forsk) Vierh., dan Sonneratia alba Smith. Komunitas mangrove di
wilayah ini (mulai dari sekitar pasar higienis sampai depan Rumah Makan Aroma
Labakang), didominasi oleh spesies Sonneratia alba Smith, dengan tahapan fenologinya
melimpah pada tahap buah muda.

Tabel 1. Pengamatan Tahapan Fenologi Mangrove Teluk Kendari di Wilayah Pantai
Kecamatan Kendari Barat
No Tahapan Fenologi Spesies
R.a R.m B.g C.t A. m S.a X.g
1. Muncul Tunas Bunga - - -
2. Muncul Bakal Bunga - - -
3. Bunga Siap Mekar - - -
4. Bunga Mekar - -
5. Bakal Buah Terbentuk - -
6. Buah Muda - -
7. Buah matang - - - - - - -
Catatan :
R.a = Rhizophora apiculata Blume, R.m = Rhizophora mucronata Lamk., B.g =
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, C.t = Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob., A.m =
Avicennia marina (Forsk) Vierh., S.a = Sonneratia alba Smith., X.g. =
Xylocarpus granatum Koenig


Fenologi Mangrove di Teluk Kendari 84
3.2. Kecamatan Mandonga
Titik pengamatan di wilayah ini terletak pada posisi 03 58'05,1" Lintang Selatan
dan 12232'03,0". Komunitas Mangrove Teluk Kendari yang ada di wilayah Kecamatan
Mandonga hanya ditemukan bergerombol pada beberapa tempat, dengan ketebalan antara 5
sampai 50 m. Komunitas mangrove yang relative masih luas, ditemukan di depan sekitar
Hotel Qubra. Kondisi komunitas mangrove di wilayah ini juga sangat memprihatinkan,
disamping banyaknya sampah yang berserakan, juga ditemukan banyak reklamasi/alih
fungsi mangrove untuk pembangunan berbagai fasilitas lain, seperti SPBU, Ruko dll.
Hasil pengamatan fenologi flora mangrove yang ditemukan di wilayah pantai
Kecamatan Mandonga disajikan pada Tabel 2. Bersarkan Tabel 2 tersebut terlihat bahwa
spesies yang ditemukan di Kecamatan Mandonga terdiri dari Rhizophora apiculata Blume,
Rhizophora mucronata Lamk., Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, Avicennia marina
(Forsk) Vierh., dan Sonneratia alba Smith. Komunitas mangrove di wilayah ini (di depan
Hotel Swiss s.d. depan Hotel Qubra), didominasi oleh spesies Sonneratia alba Smith,
dengan tahapan fenologinya melimpah pada tahap buah muda, dan komunitas mangrove
setelah Hotel Qubra (kiri-kanan muara sungai) didominasi oleh Rhizophora mucronata
Lamk dengan tahapan fenologinya melimpah pada tahap buah muda dan buah matang.
Tabel 2. Pengamatan Tahapan Fenologi Mangrove Teluk Kendari di Wilayah Pantai
Kecamatan Mandonga
No Tahapan Fenologi Spesies
R.a R.m B.g C.t A. m S.a X.g
1. Muncul Tunas Bunga - -
2. Muncul Bakal Bunga - -
3. Bunga Siap Mekar - -
4. Bunga Mekar - -
5. Bakal Buah Terbentuk - -
6. Buah Muda - -
7. Buah matang - - - -
Catatan :
R.a = Rhizophora apiculata Blume, R.m = Rhizophora mucronata Lamk., B.g
= Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, C.t = Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob.,
A.m = Avicennia marina (Forsk) Vierh., S.a = Sonneratia alba Smith., X.g. =
Xylocarpus granatum Koenig


J amili//Paradigma, Vol. 15 No. 2, Oktober 2011, hlm. 79-89 85

3.3. Kecamatan Kambu
Komunitas Mangrove Teluk Kendari yang ada di wilayah Kecamatan Kambu hanya
ditemukan bergerombol pada beberapa tempat, dengan ketebalan antara 5 sampai 150 m.
Titik pengamatan di wilayah ini terletak pada posisi 0350'23,1" Lintang Selatan dan
12231'35,4" Bujur Timur. Komunitas Mangrove Teluk Kendari yang ada di wilayah
Kecamatan Kambu hanya ditemukan bergerombol pada beberapa tempat, terutama di
sebelah kanan dan kiri muara Sungai Wanggu dan batas tambak ke arah laut, dengan
ketebalan antara 5 sampai 30 m. Kondisi komunitas mangrove di wilayah ini juga sangat
memprihatinkan, disamping banyaknya sampah yang berserakan, juga ditemukan banyak
reklamasi/alih fungsi mangrove, terutama untuk pengembangan areal tambak.
Hasil pengamatan fenologi flora mangrove yang ditemukan di wilayah pantai
Kecamatan Kambu disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengamatan Tahapan Fenologi Mangrove Teluk Kendari di Wilayah Pantai
Kecamatan Kambu
No Tahapan Fenologi
Spesies
R.a R.m B.g C.t A. m S.a X.g
1. Muncul Tunas Bunga -
2. Muncul Bakal Bunga
3. Bunga Siap Mekar
4. Bunga Mekar
5. Bakal Buah Terbentuk
6. Buah Muda
7. Buah matang - - - -
Catatan :
R.a = Rhizophora apiculata Blume, R.m = Rhizophora mucronata Lamk., B.g =
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, C.t = Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob., A.m =
Avicennia marina (Forsk) Vierh., S.a = Sonneratia alba Smith., X.g. =
Xylocarpus granatum Koenig

Fenologi Mangrove di Teluk Kendari 86
Berdasarkan hasil pengamatan seperti disajikan pada Tabel 3 terlihat bahwa spesies
yang ditemukan di Kecamatan Kambu terdiri dari spesies Rhizophora apiculata Blume,
Rhizophora mucronata Lamk, Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, Ceriops tagal (Perr.)
C.B. Rob, Avicennia marina (Forsk) Vierh, Sonneratia alba Smith, dan Xylocarpus
granatum Koenig.
Komunitas mangrove di wilayah ini didominasi oleh Rhizophora sp., dengan
tahapan fenologinya pada tahap buah muda dan buah matang. Khusus untuk spesies
Xylocarpus granatum Koenig tahapan fenologinya melimpah pada tahap buah matang.

3.4. Kecamatan Poasia
Komunitas Mangrove Teluk Kendari yang ada di wilayah Kecamatan Poasia hanya
ditemukan bergerombol pada beberapa tempat, dengan ketebalan antara 20 Sampai 200 m.
Titik pengamatan di wilayah ini terletak pada posisi 0359'22,2" Lintang Selatan dan
12232'11,5" Bujur Timur. Kondisi komunitas mangrove di wilayah ini juga mengalami
berbagai tekanan, terutama alih fungsi lahan mangrove untuk pembangunan areal tambak,
pembangunan pertokoan (Ruko), pemabangunan pemukiman, dan fasilitas lain. Hasil
pengamatan fenologi flora mangrove yang ditemukan di wilayah pantai Kecamatan
Poasia disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengamatan Tahapan Fenologi Mangrove Teluk Kendari di Wilayah Pantai
Kecamatan Poasia.
No Tahapan Fenologi Spesies
R.a R.m B.g C.t A. m S.a X.g
1. Muncul Tunas Bunga -
2. Muncul Bakal Bunga -
3. Bunga Siap Mekar -
4. Bunga Mekar -
5. Bakal Buah Terbentuk -
6. Buah Muda
7. Buah matang - - - -
Catatan :
R.a = Rhizophora apiculata Blume, R.m = Rhizophora mucronata Lamk., B.g =
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, C.t = Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob., A.m =
Avicennia marina (Forsk) Vierh., S.a = Sonneratia alba Smith., X.g. =
Xylocarpus granatum Koenig
J amili//Paradigma, Vol. 15 No. 2, Oktober 2011, hlm. 79-89 87


Berdasarkan hasil pengamatan seperti disajikan pada Tabel 4 terlihat bahwa spesies
yang ditemukan di Kecamatan kambu terdiri dari spesies Rhizophora apiculata Blume,
Rhizophora mucronata Lamk, Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, Ceriops tagal (Perr.)
C.B. Rob, Avicennia marina (Forsk) Vierh, Sonneratia alba Smith, dan Xylocarpus
granatum Koenig. Komunitas mangrove di wilayah ini didominasi oleh Rhizophora sp.,
dengan tahapan fenologinya pada tahap buah muda dan buah matang. Khusus untuk
spesies Xylocarpus granatum Koenig tahapan fenologinya melimpah pada tahap buah
matang.

3.5. Kecamatan Abeli
Komunitas Mangrove Teluk Kendari yang ada di wilayah Kecamatan Abeli hanya
ditemukan bergerombol pada beberapa tempat, dengan ketebalan antara 5 sampai 150 m.
Titik pengamatan di wilayah ini terletak pada posisi 0359'16,4" Lintang Selatan dan
12234'08,8" Bujur Timur. Kondisi komunitas mangrove di wilayah Kecamatan Abeli juga
mengalami berbagai tekanan, disamping banyaknya sampah yang berserakan juga alih
fungsi lahan mangrove untuk pembangunan areal tambak, dan pembangunan wilayah
pemukiman.
Hasil pengamatan fenologi flora mangrove yang ditemukan di wilayah pantai
Kecamatan Abeli disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil pengamatan seperti disajikan
pada Tabel 5 terlihat bahwa spesies yang ditemukan di Kecamatan kambu terdiri dari
spesies Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata Lamk, Bruguiera
gymnorrhiza (L.) Lamk, Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob, Avicennia marina (Forsk) Vierh,
Sonneratia alba Smith, dan Xylocarpus granatum Koenig. Komunitas mangrove di
wilayah ini didominasi oleh Sonneratia alba Smith dengan tahapan fenologinya pada tahap
buah muda. Khusus untuk spesies Xylocarpus granatum Koenig tahapan fenologinya
melimpah pada tahap buah matang.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil suatu simpulan bahwa komunitas
mangrove di Teluk Kendari pada wilayah Kota kendari, kondisinya cukup
memprihatinkan. Komunitas mangrove yang ada tinggal bergerombol (spot-spot) pada
Fenologi Mangrove di Teluk Kendari 88
tempat tertentu saja dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Disana-sini ditemukan
banyaknya sampah dan alih fungsi lahan mangrove masih terus berlansung sampai saat ini.
Apabila tidak ada upaya yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak untuk
menyelamaatkan komunitas mangrove di Teluk kendari, maka dalam waktu yang tidak
terlalu lama, keindahan mangrove di wilayah Teluk Kendari tinggal hanya cerita masa lalu.
Tabel 5. Pengamatan Tahapan Fenologi Mangrove Teluk Kendari di Wilayah Pantai
Kecamatan Abeli
No Tahapan Fenologi Spesies
R.a R.m B.g C.t A. m S.a X.g
1. Muncul Tunas Bunga -
2. Muncul Bakal Bunga -
3. Bunga Siap Mekar -
4. Bunga Mekar -
5. Bakal Buah Terbentuk -
6. Buah Muda
7. Buah matang - - - -
Catatan :
R.a = Rhizophora apiculata Blume, R.m = Rhizophora mucronata Lamk., B.g =
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, C.t = Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob., A.m =
Avicennia marina (Forsk) Vierh., S.a = Sonneratia alba Smith., X.g. =
Xylocarpus granatum Koenig


Hasil pengamatan fenologi dari 7 spesies mangrove yang diamati, menujukan
tahapan yang berbeda-beda. Spesies Rhizophora apiculata Blume, dan Rhizophora
mucronata Lamk, Avicennia marina (Forsk) Vierh, Bruguiera gymnorrhiza (L.)
Lamk.,Ceriops tagal (Perr.) melimpah pada tahap pembungaan, Sonneratia alba Smith
pada tahap buah muda, dan spesies Xylocarpus granatum Koenig pada tahap buah matang.
Faktor iklim tanpaknya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tumbuhan. Apabila tumbuhan tumbuh di luar daerah iklimnya, maka seringkali
produktivitasnya akan mengalami gangguan. Menurut [2] unsur iklim yang dipergunakan
dalam kajian fenologinya adalah curah hujan. Curah hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung memiliki peranan yang penting dalam pembentukan bunga dan buah pada
tumbuhan tropis. [3] menyatakan bahwa selain unsur iklim, produksi tanaman juga
dipengaruhi oleh faktor suhu. Cekaman (stress) air yang diikuti oleh hujan sering kali
J amili//Paradigma, Vol. 15 No. 2, Oktober 2011, hlm. 79-89 89

merangsang pembungaan tanaman tahunan tropika. Faktor lain yang mimicu pembungaan
adalah panjang hari. Tanaman berhari panjang tidak akan berbunga jika ditanam di
wilayah tropika [5].

4. KESIMPULAN
Hasil pengamatan fenologi mangrove di Teluk Kendari pada bulan Oktober hingga
Desember 2011 ditemukan 7 spesies mangrove sejati yang fenologinya berada pada
tahapan berbunga dan berbuah. Fenologi Spesies Rhizophora apiculata Blume, dan
Rhizophora mucronata Lamk, Avicennia marina (Forsk) Vierh, Bruguiera gymnorrhiza
(L.) Lamk., Ceriops tagal (Perr.) melimpah pada tahap pembungaan, Sonneratia alba
Smith pada tahap buah muda, dan spesies Xylocarpus granatum Koenig melimpah pada
tahap buah matang. Produksi bunga dan buah mangrove berhubungan dengan faktor iklim,
curah hujan, suhu dan radiasi matahari.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim 2000. Hutan Bakau Di Sulawesi Tenggara Berdasarkan Fungsinya. Kendari:
Dinas Kehutanan Sulawesi Tenggara
[2] Ashari, S., (1998). Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
[3] Guslim, 2007. Agroklimatologi. USU Press, Medan.
[4] Kusmana, C., Suhardiono, Sudarmadji, dan Onrizal (1997). Mengenal Jenis-Jenis
Pohon Mangrove di Teluk Bintuni Irian Jaya. Fahutan IPB-Bogor.
[5] Mmungnisjah, W.Q., dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara
Jakarta, bekerjasama dengan PAU IPB,Bogor.
[6] Noor, R.Y., Khazali, M., Suryadiputra, I.N.N,. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove
di Indonesia. PHKA/WI-IP-Bogor
[7] Onrizal, Rugayah, Suhardjono, 2005. Flora Mangrove Berhabitus Pohon di Hutan
Lindung Angke-Kapuk. Biodiversitas, Volume 6, Nomor 1 Halaman: 34-39.
www.unsjournals.com/D/D0601/D0601pdf/D060107/ pdf.[10 Feb 2010].
[8] Percipal, M., J.S. Womersly. 1975. Florestics and ecology of the mangrove vegetation
of Papua New Guinea. Botany Bull., 11: 5-96.
[9] Tomlinson, C.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge Tropical Biology Series,
Cambridge University Press, Cambridge, New York, U.S.
[10] Witjaksono. J., Mudikdjo, K., Irawan A., 2002. Struktur Komunitas Mangrove dan
Analisis Finansial Usaha pada Lahan Konservasi Hutan Mangrove di Pesisisr
Teluk Kendari. Forum Pascasarjana Vol.25 No.3
Fenologi Mangrove di Teluk Kendari 90

You might also like