You are on page 1of 24

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Berat Badan Lahir Bayi
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru
lahir. Menurut (Kosim, 2008, p.12).
a. Pengertian
Berat lahir bayi adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1jam
pertama setelah lahir.
b. Macam macam
Berat badan lahir bayi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1) Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi.
2) Berat Badan Lahir Normal bila berat antara 2500 4000 gram
3) Bayi Besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram
c. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Berat Bayi Lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor
melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam
kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir
adalah sebagai berikut:
1) Umur Ibu Hamil
10
11
Umur ibu erat kaitanya dengan berat bayi lahir. Kehamilan
dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, dan
dua sampai empat kali lebih tinggi di bandingkan dengan
kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999 dalam
Setianingrum, 2005). Pada umur yang masih muda, perkembangan
organ - organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal.
Selain itu emosi dan kejiwaanya belum cukup matang, sehingga
pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi
kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.
Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang
dilahirkan akan semakin ringan (Setianingrum, 2005).
Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan
diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.
Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi,
tumor jinak peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian
tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia
35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti
diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan
(Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005). Semakin muda dan
semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi
12
dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang
tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung. (Proverawati, 2009, P.52).
Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting
terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi,
maka sebainya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30
tahun (Setianingrum, 2005).
2) Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin , semakin tua
kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada
umur kehamilan 28 minggu berat janin 1000 gram, sedangkan
pada kehamilan 37 42 minggu berat janin di perkirakan
mencapai 2500 3500 gram (Wiknjosastro, 2005, p.775).
Kehamilan preterm maupun postterm mempengaruhi berat
lahir bayi, semakin lama kehamilan berlangsung sehingga
melampaui usia aterm, semakin besar kemungkinanya bayi yang
akan dilahirkan mengalami kekurangan nutrisi dan gangguan
kronis (Cunningham, 2002).
3) Status Gizi Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung
13
(Setianingrum, 2005). Status gizi pada trimester pertama akan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa
perkembangan dan pembentukan organ organ tubuh
(organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap
zat zat atus gizi semakin meningkat jika tidak terpenuhi,
plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi
kemampuannya dalam mensintesis zat zat yang dibutuhkan oleh
janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat
menggunakan beberapa cara antara lain: dengan memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan
atas (LLA). Dan mengukur kadar Hb. Selain itu gizi ibu hamil
menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu
hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri
merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil.
Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan
adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan
atas (LLA) selama kehamilan (Setianingrum, 2005).
Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan
berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai
resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan
berkisar 11-12,5 kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil
(Setianingrum, 2005). Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil juga
14
sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus
(1999) dalam Setianingrum (2005) seorang ibu hamil dikatakan
menderita anemia bila kadar hemoglobinya dibawah 11 gr/dl. Data
depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita
anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko menambah
bayi berat lahir rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum pada
saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes
RI, 2002). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah
nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada
fungsi plasenta terhadap janin (Setianingrum, 2005).
4) Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting
ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat
persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat
segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu
hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong
tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000 dalam Setianingrum, 2005).
5) Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan
dapat menyebabkan persalinan premature dengan BBLR.
15
Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar
sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat
menggangu pertumbuhan janin dalam rahim (Datta, 2004, pp.88-
89).
6) Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi
berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar
air, dan penyakit infeksi TORCH.
Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak
sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya
adalah penkreas tidak cukup produksi insulin / tidak dapat gunakan
insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya
diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran,bayi
lahir mati, bayi mati setelah lahir, (kematian perinatal) karena bayi
yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada
alat tubuh bayi (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit
infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan herpes.
Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu
dapat mengganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung
tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia
(gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru,
dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal,
16
keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999 dalam
Setianingrum, 2005).
7) Faktor kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu sebelum / selama hamil yang buruk seperti
merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan
pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomali
plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari
arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar
makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat
merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan lahir
rendah. Kebiasaan kebiasaan tersebut yaitu:
a) Merokok
Salah satu perilaku negatif yang sering terjadi pada ibu hamil
adalah kebiasaan meroko dan berinteraksi dengan komunitas
orang yang merokok. Walaupun ibu tidak meroko secara
langsung tetapi ketika ibu berinteraksi dengan komunitas
tersebut, ibu tetap akan menghirup asap rokok. Organ yang
berada pada kondisi seperti ini dikatakana sebagai perokok
pasif dengan resiko yang lebih besar di bandingkan dengan
perokok aktif.
Suatu penelitian di Ontario menunjukkan akibat meroko
tersebut menyebabkan terjadinya plasenta abruption dan
17
plasenta previa. Plasenta abruption dapat terjadi akibat
pengurangan aliran darah ke plasenta yang akhirnya
menyebabkan nekrosis pada periper dari plasenta. Sedangkan
plasenta previa terjadi karena terjadinya pembesaran plasenta
sebagai akibat dari berkurangnya transpot oksigen dari ke fetus
akibat paparan CO. plasenta berubah secara tetap dengan
kerusakan pada kemampuan plasenta untuk melakukan
pertukaran gas karena terjadinya pengentalan dari trophoblastic
basal lamina dan mengurangi ukuran pada kapiler dari fetus.
Jika plasenta tersebut bermasalah, maka hal ini dapat
menggangusuplai makan ke janin. Karena lingkungan rahim
tidak ideal maka janin tidak tumbuh dengan kecepatan yang
semestinya. Maka tanpa adanya bantuan medis, bayi tersebut
akan lahir kesil tidak sesuai usia kehamilan walaupun lahir
tepat padawaktunya (Bobak & Jansen, 2000, p.316).
b) Konsumsi minuman beralkohol dan obat obatan terlarang
Konsumsi obat obatan terlarang dan konsumsi minuman
beralkohol pada wanita hamil juga dapat menimbulkan efek
negatif bagi dirinya maupun janin yang sedang di kandungnya.
Miller dan Mark (2000) menyatakan, alcohol yang dikonsumsi
ibu hamil secara jelas pasti akan melintasi plasenta dan bebas
mencapai janin. Meskipun terbukti bahwa alcohol dalam
18
jumlah kecil hingga sedang dapat pula menimbulkan efek yang
berbahaya (Hardinge dkk, 2001, p.312).
c) Pekerjaan yang melelahkan
Seorang wanita hamil dengan aktifitas kerja yang berat
beresiko mengalami persalinan premature atau bayi dengan
BBLR. Jenis pekerjaan juga dihubungkan dengan penghasilan
yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi wanita
hamil tersebut. Dari bebrapa penelitian, persalianan premature
dan BBLR dapat terjadi pada wanita yang bekerja terus
menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan tersebut
memerlukan kerja fisik atau berdiri untuk waktu yang lama.
Keadaan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan serta kesejahteraan janin yang dikandungnya
(Ferrer H, 2001). Selain itu, wanita hamil yang memiliki
aktifitas kerja yang berat maka akan mempengaruhi
psikologinya. Hal ini disebabkan oleh ketertekanan yang
dipicu dari pekerjaanya tersebut (Bobak & Jansen, (2000,
p.315).
d) Konsumsi kafein
Kafein dapat merusak kromosom yang meningkatkan kegiatan
mutasi genetika. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bahwa
resiko cacat bawaan sejak lahir lebih tinggi pada bayi yang
ibunya meminum kafein yang terdapat pada kopi sebanyak 600
19
mg lebih per harinya. Kafein menyebrang dari darah ibu ke
janin melalui plasenta. Hati janin belum memiliki enzim untuk
memecah kafein karena enzim ini tidak akan terbentuk sebelum
umur janin berumur 9 bulan. Oleh karena itu, wanita yang
banyak minum kopi dan minuman ringan yang ditambah
kafein, janin akan terus menerus terpapar kadar kafein yang
tinggi. Dan angka kejadian keguguran spontan, lahir mati, dan
BBLR atau premature jelas lebih tinggi terjadi pada wanita
yang meminum 4 6 cangkir kopi setiap hari (Hardinge dkk,
2001, p.277).
2. Ukuran Lingkar Lengan Atas
Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dengan
antropometri yaitu dengan menggunakan LLA (Supariasa, 2000, pp.48-
50).
a. Pengertian
Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS).
Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena
pengukuran sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
b. Tujuan
20
Beberapa tujuan pengukuran LLA adalah mencakup masalah
WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran
petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR).
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3) Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
4) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan
gizi WUS yang menderita KEK.
5) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK.
c. Ambang batas
Di Indonesia batas ambang LLA dengan resiko KEK adalah 23,5
cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan
melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk
mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia
subur sudah harus mempunyai gizi yang baik,misalnya dengan LILA
tidak kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu sebelum hamil kurang
21
dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak
beresiko melahirkan BBLR (Lubis, 2005).
Menurut Saimin (2005), bila LILA < 23,5 cm berarti ibu
tersebut mengalami KEK atau status gizi kurang, demikian pula pada
ibu dengan anemia. Ibu dengan LILA < 23,5 cm adalah ibu yang
beresiko positif melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan
ibu dengan LLA > 23,5 cm adalah ibu yang beresiko negative
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Saimin, 2005).
d. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu
secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri (Proverawati &
Asfuah, 2009, pp.169-170), yaitu sebagai berikut:
1) Penilaian secara klinis
Penelitian status gizi secara klinis sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial
epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroi. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey
klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan
22
untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.
2) Penilaian secara biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia dilapangan banyak
menghadapi masalah. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan
sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks
dari anemia gizi. Disamping itu juga digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi, banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
3) Penilaian secara biofasik
Penentuan status gizi secara biofasik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindness), cara yang digunakan tes
adaptasi gelap.
4) Penilaian secara antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
23
tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi. Atas dasar-
dasarini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang
baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk
Negara-negara berkembang. Indikator yang sering digunakan
khususnya untuk penentuan status gizi ibu hamil dipelayanan dasar
adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA).
e. Tindak lanjut pengukuran LLA
Hasil pengukuran LLA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm
berarti resiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu dilakukan
adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi seimbang,
hidup dehat, tunda kehamilan, bila hamil segera dirujuk sedini
mungkin. Apabila hasil pengukuran > 23,5 cm maka anjuran yang
diberikan adalah pertahankan kondisi kesehatan, hidup sehat, bila
hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi
lebih besar dab lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
24
kematian yang tinggi, terlebih lagi ibu menderita anemia. (Supariasa,
2000, pp.48-50).
3. Berat badan ibu
Berat badan ibu akan menentukan seberapa banyak asupan makanan
yang harus ibu konsumsi pada waktu hamil. Harapannya, kebutuhan gizi
janin tercukupi dan bayi yang akan lahir dengan berat badan normal.
(Wibisono & Bulan ayu, 2009).
Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran
lingkar lengan atas LLA secara teratur mempunyai arti klinis penting,
karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama
kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya
sedikit, menghasilakan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih rendah
dan resiko yang lebih tingggi untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian
bayi, pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan
sebagai indicator pertumbuhan janin dalam rahim. Berdasarkan
pengamatan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi
berat badannya sebelum hamil. Pertambahan yang optimal kira-kira 20%
dari berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk., 1997), jika berat
badan tidak bertambah, lingkar lengan atas < 23,5 cm menunjukkan ibu
mengalami kurang gizi. (Mufdlilah, 2009, p.2).
a. Peningkatan berat badan ibu selama hamil
1) Pola pertambahan BB (Arisman, 2004, p.11)
25
Laju pertambahan berat selama hamil merupakan petunjuk
yang sama pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri.
Pemeriksaan antropometri yang biasa dilakukan adalah
penimbangan berat, pengukuran tinggi badan, penentuan berat
ideal dan pola pertambahan berat. Berat pada kunjungan
pertamaditimbang sementara berat sebelumnya jangan terlewat
untuk di tanyakan. Berat sebelum hamil berguna untuk penentuan
prognosisserta keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi
secara intensif. Status gizi buruk ditandai oleh berat sebelum hamil
10% dibawah atau 20% diatas berat ideal.
Penambahan berat badan ibu semasa kehamilan
menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada
usia kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan ibu belum
tampak nyata karena pertumbuhan janin belum pesat, tetapi
memasuki usia kehamilan trimester II laju pertumbuhan janin
mulai pesat dan pertambahan berat badan ibu juga mulai pesat
(Moehji, 2003 dalam Setianingrum, 2005).
Sebaiknya menentukan patokan besaran pertambahan berat
sampai kehamilan berakhir sekaligus memantau prosesnya dan
kemudian mencatatnya dalam KMS ibu hamil perlu dilakukan.
Selama trimester I kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg,
sementara trimester II dan III sekitar 0,35 - 0,5 kg tiap minggu.
Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyebabkan
26
terjadinya retensi air dan juga berkaitan dengan janin besar dan
berisiko penyulit Disproporsi Kepala Panggul (DKP). Retensi
berlebih juga merupakan tanda awal preeklamsi. Sebaliknya
pertambahan berat <1 kg selama trimester II apalagi trimester III
jelas tidak cukup dan dapat memperbesar resiko kelahiran BB
rendah, kemunduran pertumbuhan dalam rahim serta kematian
prinatal.
Namun demikian, masih ada pengecualian dalam penggunaan
patokan umum diatas karena pada hakikatnya tujuan pertambahan
berat kumulatif itu didasarkan pada berat dan tinggi badan selama
hamil. Meskipun begitu, pertambahan berat wanita pendek (150
cm) cukup sampai 8,8-13,6 kg. mereka yang hamil kembar dibatasi
sekitar 15,4 - 20,4 kg. mereka dengan BB berlebih, pertambahan
berat diperlambat sampai 0,3 kg / minggu.
Menurut (Alfriana, 2001, p.113), seorang ibu dengan tinggi
badan yang lebih tinggi mempunyai kecenderungan kenaikan BB
yang lebih besar pada waktu hamil daripada orang yang lebih
pendek.
Menurut (Helen, 2002, p.119), BB ibu sebelum hamil dan
kenaikan BB selama kehamilan sangat mempengaruhi hasil dari
kehamilan tersebut. Resiko akan meningkat pada kasus-kasus
berikut:
1) Pengkajian kurang gizi
27
Kurang gizi didefinisikan sebagai defisit protein antara
kebutuhan protein normal kehamilan untuk wanita secara
individu dan diet asupan protein aktualnya, yang ditentukan
dari kalkulasi data yang siperoleh dari riwayat diet klien.
2) Pengkajian berat badan rendah
Berat badan rendah didefinisikan sebagai berat badan ibu
sebelumhamilsebanyak 5% atau lebih berada dibawah berat
badan ideal.
3) Pengkajian stress nutrisi
Stress nutrisi didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih dari
kondisi seperti:
a) Muntah parah
b) Jarak kehamilan kurang dari satu tahun
c) Riwayat obstetri yang buruk
d) Berat badan gagal mencapai 5 kg pada usia gestasi 20
minggu
e) Masalah atau gangguan emosi yang serius.
2) Memperhatikan pertambahan BB (Musbikin, 2008, pp.115-116)
Masalah pertambahan BB sebenarnya tidak perlu
dikawatirkan bila kenaikan BB masih normal. Selama trimester
pertama kehamilan, biasanya terjadi penambahan BB minimal (1-
2kg). Setelah trimester II, penambahan BB rata-rata 0,35-0,4 kg
28
perminggu. Secara keseluruhan pertambahan BB selama kehamilan
berkisar antara 10-12,5 kg atau rata-rata 11kg.
Perlu diketahui, ibu hamil yang BBnya bertambah secara
berlebihan maka memiliki resiko lebih besar untuk mengalami
berbagai komplikasi selama kehamilan serta saat persalianan kelak.
Bila pertambahan berat badan melebihi yang dianggap normal,
misal pada trimester 1 BB sudah naik 8-10 kg, maka susunan menu
harus diatur kembali. Namun sebaiknya jangan mengurangi
makanan yang merupakan sumber protein, vitamin dan mineral.
Sebaiknya, batasi mengkonsumsi karbohidrat, lemak, dan makanan
manis.
Yang perlu diingat, jangan melakukan diet ketat, karena akan
membahayakan janin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
para ibu hamil yang berdiet ketat, cenderung memiliki bayi dengan
BB rendah dan berisiko lebih besar terhadap ibu juga akan
mengalami persalianan lebih lama dan sulit serta kemungkinan
menderita perdarahan.
3) Cara menambah BB (Sinsin, 2008. pp.36-37)
Ibu hamil tidak di anjurkan untuk berdiet. Seharusnya BB
harus meningkat dari bulan kebulan. BB selama kehamilan
bertambah karena adanya janin, cairan amnion, plasenta, darah,
pembesaran rahim, dan payudara. janin beratnya mencapai kurang
lebih 3,375 kg, cairan amnion, plasenta, lemak, dan cairan lainya
29
sekitar 3,6 kg - 5,4 kg. Sementara rahim dan payudara beratnya
menjadi 1,8 - 2,7 kg. Pertambahan berat total sangat bergantung
kepada berat badan ibu sebelum hamil. Semakin kurus berat badan
ibu, semakin banyak pertambahan berat badan yang harus dicapai.
Sebaliknya, semakin gemuk ibu, semakin sedikit pertambahan
beratnya. Bila kurus, total pertambahan berat sampai menjelang
persalianan sekitar 12,6 kg sampai 18 kg. jika normal, pertambahan
BB 11,25 kg hingga 15,75 kg, sampai 18 kg. jika normal,
pertambahan BB 11,25 kg hingga 15,75 kg, jika gemuk, hanya
membutuhkan 6,75 kg sampai 11,25 kg. Jika bayi kembar,
pertambahan berat rata-rata adalah 15,75 kg hingga 20,25 kg. Jika
pertambahan berat tidak sesuai dengan semestinya yang di capai,
tandanya pertumbuhan bayi terganggu.
Makan adalah cara menambah berat badan paling cepat.
Menambah berat badan kadang-kadang menjadi hal yang sulit bagi
ibu hamil. Pada umumnya ibu hamil malas makan. Makanlah
secara teratur pada saat jam makan, baik pagi, siang, malam. Bila
makan dalam jumlah sedikit, sebaiknya perbanyak ngemil. Pada
prinsipnya makanan yang sehat untuk ibu hamil adalah makanan
yang bervanariasi dan disertai dengan buah-buahan segar. Jauhi
makanan seperti coklat, gorengan dan minuman bersoda, apalagi
alcohol, sebaiknya pilihlah roti, sereal, sayuran hijau.
30
Menurut (Wiknjosastro, 2006, p.161) bila berat badan naik
lebih dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang
mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi terlebih-lebih
sayur mayur dan buah-buahan.
4) Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan BB ibu hamil
(Muliarini, 2010, pp.8-9).
a) Segera setelah dinyatakan hamil, cobalah bertanya pada orang
lain tentang badan ibu, kalau perlu ibu hamil perlu melakukan
foto tiap bulan seluruh badan. Foto dan pendapat orang sekitar
dapat menjadi pencegah jika ibu hamil menginginkan terlalu
banyak makanan berlemak.
b) Jika cenderung mempunyai berat badan berlebihan, namun
perlu dapat mengontrolnya, maka sangat mudah menghindari
makanan yang berlebih saat hamil, sambil mengingat kesehatan
janin.
c) Usahakan hanya mengkonsumsi makan sehat dan teratur, serta
mengurangi makan saat hamil tua.
d) Pertahankan hanya mengkonsumsi snack bergizi, keju dan buah
segar, baik dirumah ataupun ditempat kerja. Hindari makanan
yang mengandung kalori tinggi dan makanan yang
mengandung nutrisi yang rendah seperti manisan dan kripik.
e) Jika ingin snack maka harus mempertahankan bahwa snack
tersebut tidak diproses dengan bahan kimia, tidak di goreng dan
31
bukan makanan yang dimaniskan dengan cara tidak alami dan
bercampur bahan kimia.
f) Jangan makan hanya untuk menyenangkan diri sendiri.
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan
Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu
hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan
hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. BB sebelum
hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan
parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir
bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan
berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak
cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.
Kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang Indonesia
adalah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi pada
umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan
16-20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu
pertama kehamilan (Supariasa, 2002).
32
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori
Keterangan :
Berat Badan Lahir (BBL) bayi dipengaruhi oleh Lingkar Lengan Atas
ibu dan Berat Badan ibu sebagai indikator penentu status gizi ibu hamil.
Selain itu, BBL juga dipengaruhi oleh faktor riwayat ANC, multivitamin,
asupan nutrisi, kebiasaan berpantangan, kehamilan ganda, umur ibu, umur
kehamilan, penyakit ibu.
ANC
Umur ibu
Ukuran
lingkar
lengan ibu
Kehamilan
ganda
Multi
vitami
n
Kebiasaan
berpantangan
Berat
bayi lahir
Asupan
nutrisi
Status bumil
Umur
kehamilan
Peningkatan
berat badan
ibu
Penyakit
ibu
Kecukupan
kebutuhan
Tumbuh
kembang
janin
33
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingi diamati di ukur melalui penelitianpenelitian
yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2005, p69).
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau
dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan ukuran lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat badan
lahir bayi
2. Ada hubungan peningkatan berat badan Ibu hamil dengan berat badan
bayi lahir
Ukuran lingkar
lengan atas ibu
hamil
Berat badan lahir bayi
Peningkatan
berat badan ibu
hamil

You might also like