You are on page 1of 3

Swelling drug delivery system merupakan sistem yang membuat obat tertahan di

lambung untuk waktu yang lama sehingga dapat meningkatkan bioavalabilitasnya. Selain
itu, juga meminimalkan iritasi mukosa lambung karena obat dilepaskan secara perlahan-
lahan dan terkontrol. Salah satu kunci agar sediaan dapat bertahan didalam lambung
adalah sediaan tersebut harus mampu menahan gerak peristaltik serta grinding dan
churning mechanisms dalam lambung.
Swelling system
Setelah masuk kedalam lambung, sediaan akan mengembang sehingga tidak dapat
meneruskan perjalanan kedalam usus dan tertahan didalam lambung dalam waktu yang
lama. Pelepasan obat secara terus menerus dan terkontrol dapat dicapai dengan pemilihan
polimer yang sesuai dilihat dari berat molekul serta swelling properties dari polimer
tersebut. Saat polimer mengalami kontak dengan cairan lambung, maka polimer tersebut
akan mengimbibisi air dan mengembang. Luas pembengkakan dari polimer tergantung
sifat fisika kimia ikatan silang (crosslink) pada bagian hidrofiliknya, yang mencegah
terjadinya pelarutan polimer dan menjaga integritas fisik dari sediaan. Keseimbangan
antara tingkat dan durasi pembengkakan tergantung dari jumlah ikatan silang antar ikatan
polimer. Polimer yang memiliki jumlah ikatan silang banyak akan menghambat
kemampuan pembengkakan sistem tetapi dapat menjaga integritas fisik sediaan dalam
waktu yang lama, sedangkan polimer yang memiliki jumlah ikatan silang sedikit akan lebih
mudah mengembang namun polimer lebih cepat terpecah atau terdisolusi. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan jumlah ikatan silang yang optimal untuk menjaga
keseimbangannya.

Jenis polimer yang biasa digunakan adalah Hydrocolloids- Acacia, Pectin, Chitosan,
Agar, Casein, Bentonite, Veegum, Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) (K4M, K100M
and K15M), Gellan gum, Sodium Carboxy Methyl Cellulose (CMC), Methyl Cellulose (MC),
Hydroxy Propyl Cellulose (HPC).
Evaluasi
1. Water uptake (WU)
Pembengkakan dapat diukur dengan kemampuan dari masing-masing polimer dalam
menyerap air. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat disolusi USP.
Sebagai medium digunakan aquades 900 ml yang diputar pada kecepatan 50 rpm dan
suhu medium dipertahankan pada 37 0,5
0
C. Setelah waktu yang ditentukan tercapai,
tablet diambil kemudian ditimbang. Kemudian dihitung % WU dengan rumus:

2. XRay / gamma scintigraphy
XRay atau gamma scintigraphy adalah parameter evaluasi yang banyak digunakan
untuk membantu menemukan letak sediaan didalam saluran gastrointestinal, yang
dapat memprediksi dan mengkorelasi waktu pengosongan lambung dan perjalanan
sediaan didalam saluran gastrointestinal. Hal tersebut dilakukan dengan cara
memasukkan material radio-opaque material kedalam sediaan sehingga dapat
divisualisasikan oleh XRay.

JURNAL
Ofloxacin merupakan obat yang kelarutannya dipengaruhi oleh pH medium.
Ofloxacin lebih larut dalam pH asam dan sedikit larut dalam pH netral ataupun basa. Oleh
karena itu, telah dikembangkan sistem penghantaran obat gastroretentive (GRDDS) yang
dapat meningkatkan bioavailabilitasnya dalam tubuh. Pembuatan tablet ini menggunakan
kombinasi sistem floating, swelling dan bioadhesive.
Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah dengan PVP K30 sebagai
agen penggranulasinya. Polimer pengembang yang digunakan adalah HPMC K100M,
Psyllium husk dan crosspovidone. Crosspovidone merupakan superdisintegran, pada saat
terjadi kontak dengan medium cair dapat mengembang hingga dua kalinya dari volume
awal. Psyllium husk dan HPMC K100M digunakan untuk membentuk gel untuk menjaga
pembengkakan yang terjadi pada tablet sehingga tidak mudah terdisintegrasi dan juga
bioadhesive agent. Selain itu, dapat memaksimalkan pengambilan air dalam waktu
singkat. Semakin tinggi konsentrasi crosspovidone maka semakin tinggi kapasitas
pengambilan airnya sehingga meningkatkan kecepatan pelepasan obat dalam sediaan.
Natrium karbonat digunakan sebagai gas generating agent. Pada saat terjadi kontak
dengan lingkungan asam, gas yang timbul akan terperangkap didalam matriks polimer
sehingga menyebabkan tablet akan mengapung. Semakin tinggi konsentrasinya maka
semakin lambat pelepasan obatnya. Hal ini dikarenakan natrium bikarbonat akan
membentuk microenvironment bersifat basa yang menyebabkan ofloksasin kurang larut
didalamnya. Untuk meningkatkan pelepasan obat digunakan betacyclodextrin sebagai
channeling agent. Betacyclodextrin akan melarut dengan cepat dan membentuk channel
dalam tablet sehingga membantu pelepasan obat dari matriks.
Kombinasi dari sistem floating, swelling dan bioadhesive serta kombinasi dari
polimer yang digunakan, dapat meningkatkan waktu retensi obat dalam labung selain itu
dapat mengontrol pelepasan obat dari dalam matriks sehingga hal ini dapat
dikembangkan untuk pembuatan tablet ofloksasin gastroretentive drug delivery system
yang lebih baik.

You might also like