You are on page 1of 2

BAB III

ANALISIS KASUS

Menurut WHO 1980, diare adalah keluarnya tinja yang lunak/cair dengan
frekuensi lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja.
Pasien mengalami diare karena pasien mengeluh BAB cair lebih kurang 10 kali
sehari sejak 3 hari yang lalu.
Pada pasien didapatkan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan
konsistensi BAB yang telah terjadi selama 3 hari dan keadaan ini baru diderita
pertama kali. 2 hari SMRS pasien juga mengalami muntah lebih dari 5x. Hal ini
mengarah pada keadaan gastroentritis akut.
Pasien demam tidak terlalu tinggi. Hal ini bukan karateristik dari infeksi
bakteri. Demam tidak terlalu tinggi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Tanda-tanda perdarahan tidak ditemui dan panas turun setelah diberi paracetamol.
BAK seperti biasa, riwayat BAB ditanyakan untuk mengetahui perjalanan
penyakit, riwayat BAK ditanyakan untuk mengetahui apakah penyebab infeksi
traktus GI berasal dari saluran kemih.
1 jam SMRS, os mengalami kejang, kejang tonik, frekuensi 1x, lama 5
menit, mulut berbusa, post iktal os menangis. Kejang tidak disertai demam. Gejala
ini dapat terjadi karena efek dari diare yang dialami oleh os, yaitu dehidrasi
dengan kecurigaaan gangguan elektrolit. Kejang tanpa demam lain yang mungkin,
bisa saja disebabkan karena epilepsi, hipoglikemi ataupun yang lainnya. Namun
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti dari kejang
tanpa demam yang dialami pasien ini seperti GDS, elektrolit, dan EEG.
Riwayat kehamilan dan kelahiran ditanyakan untuk mencari penyebab yang
kemungkinan adalah riwayat infeksi, prematur atau BBLR. Riwayat makanan dan
minuman ditanyakan untuk mengetahui penyebab diare apakah berasal dari
makanan yang dimakan. Riwayat vaksinasi ditanyakan untuk mengetahui apakah
sistem imun pasien telah diproteksi. Riwayat perkembangan ditanyakan untuk
mengetahui sistem imun yang menurun apakah mempengaruhi perkembangan
atau sering disertai gangguan perkembangan. Riwayat sosial ekonomi ditanyakan
berhubungan dengan pengetahuan tentang imunisasi, makanan, dan kebersihan
serta kesehatan yang kemungkinan juga merupakan penyebab timbulnya penyakit
pasien. Pada pasien ini didapat kesan gizi kurang dan imunisasi yang tidak
lengkap.
Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan sadar. frekuensi nadi,
frekuensi napas, dan demam yang tidak terlalu tinggi berhubungan dengan infeksi
traktus GI, yaitu diare.
Pada pemeriksaan kepala didapat UUB pasien telah menutup, mata cekung,
dan mukosa bibir basah. Dari pemeriksaan abdomen didapat turgor kembali cepat.
Hal ini menunjukkan pasien dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang. Bising usus
yang meningkat menunjukkan traktus GI berkontraksi lebih banyak dan sering
karena adanya suatu proses inflamasi pada traktus gastrointestinal. Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik kami berkesimpulan diagnosis pada pasien ini adalah :
Kejang e.c. suspek imbalance elektrolit + diare akut dehidrasi ringan sedang
Penatalaksanaan pada kasus ini yang pertama adalah terapi cairan sesuai
dengan derajat dehidrasi, derajat dehidrasi ringan sedang sesuai rekomendasi
diberikan rehidrasi per oral, karena upaya rehidrasi oral (URO) gagal, maka
diberikan cairan intravena RL 75cc/kgbb/4 jam. Pada kasus ini pasien diberikan
cairan intravena RL sebanyak 540 cc/4 jam (gtt 34/makro), dalam waktu 4 jam ini
dilakukan monitor tanda-tanda dehidrasi tiap jam. Setelah pasien terehidrasi,
dilanjutkan IVFD KAEN 3B sesuai kebutuhan cairan pasien, yaitu 720 cc/24 jam
(gtt 7/makro) sebagai maintenance. Diet pada pasien dilanjutkan seperti biasa.
Pemberian zinc 10-14 hari dan oralit 75-150 cc tiap pasien BAB atau muntah,
diberikan 1-2 sendok teh per 1-2 menit. Edukasi pada orang tua juga dilakukan
saat pasien dirawat inap dan yang paling penting edukasi saat pasien
diperbolehkan pulang, edukasi meliputi pemberian cairan tambahan, tablet zinc,
dan kapan harus kembali berobat. Untuk tatalaksana kejang pada pasien ini dapat
diberikan diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB per tiap kali kejang.

You might also like