ANALISIS DETERMINAN PERILAKU LIMA WAKTU PENTING CUCI
TANGAN BERBASIS PLANNI NG DAN MOTI VATI ON PADA KELUARGA DENGAN BALITA DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER
RISET KEPERAWATAN
Oleh Kelompok 5: Tediy Junianto NIM 112310101033 Ely Rahmatika Nugrahani NIM 112310101038 Nofita Nurhidayanti NIM 112310101044 Yudha Bintang Saputra NIM 112310101045 Eka Desi Pratiwi NIM 112310101053
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
ii
ANALISIS DETERMINAN PERILAKU LIMA WAKTU PENTING CUCI TANGAN BERBASIS PLANNI NG DAN MOTI VATI ON PADA KELUARGA DENGAN BALITA DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER
RISET KEPERAWATAN
diajukan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Riset Keperawatan Dosen pengampu: Ns. Nurfika Asmaningrum, M.Kep
Oleh Kelompok 5: Tediy Junianto NIM 112310101033 Ely Rahmatika Nugrahani NIM 112310101038 Nofita Nurhidayanti NIM 112310101044 Yudha Bintang Saputra NIM 112310101045 Eka Desi Pratiwi NIM 112310101053
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
iii
PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset yang berjudul Analisis Determinan Perilaku Lima Waktu Penting Cuci Tangan Berbasis Planning dan Motivation pada Keluarga dengan Balita di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, saran, keterangan dan data-data baik secara tertulis maupun secara lisan, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. dr. Sujono Kardis, Sp.KJ., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan; 2. Ns. Nurfika Asmaningrum, M.Kep., selaku dosen pembimbing utama, 3. semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan mini riset ini. Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan ini riset ini. Akhirnya penulis berharap semoga mini riset ini dapat bermanfaat.
Penulis Jember, Mei 2014
iv
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii PRAKATA ........................................................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 9 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 10 1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 12 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 10 1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 10 1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 10 1.5 Keaslian Penelitian .............................................................................. 12 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14 2.1 Konsep Perilaku Kesehatan ............................................................... 14 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan ..................................................... 14 2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan ............................................... 14 2.1.3 Model Perilaku Kesehatan ....................................................... 16 2.2 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) .................... 23 2.2.1 Definisi .............................................................................................. 23 2.2.2 Prinsip-Prinsip STBM .............................................................. 25 2.2.3 Strategi Nasional dalam STBM ................................................ 21 2.2.4 Tingkatan Partisipasi Dalam STBM ....................................... 28 2.3 Konsep Cuci Tangan ........................................................................... 34 2.3.1 Definisi .............................................................................................. 34 2.3.2 Waktu Mencuci Tangan ............................................................ 34 2.3.3 Teknik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar v
dan Penggunaan Sabun ..................................................................... 35 Kerangka teori .................................................................................... 39 BAB 3. KERANGKA KONSEP ........................................................ 40 BAB 4. METODE PENELITIAN ...................................................................... 33 4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 36 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 36 4.3 Lokasi Penelitian .................................................................................. 39 4.4 Waktu Penelitian ................................................................................. 39 4.5 Definisi Operasional ............................................................................ 40 4.6 Pengumpulan Data .............................................................................. 46 4.7 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 46 4.8 Teknik Analisa Data ............................................................................ 47 4.9 Etika Penelitian .................................................................................... 47 BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................... 54 5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 54 5.1.1 Lima Momen Cuci Tangan ....................................................... 55 5.1.2 Planning dan Motivation ........................................................... 49 5.1.3 Hubungan Lima Momen Cuci Tangan dengan Planning dan Motivation ....................................................... 58 5.2 Hasil Uji Resgresi Logistik Planning dan Motivation Model dengan Lima Momen Penting Cuci Tangan ................................ 91 BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 96 6.1 Simpulan ............................................................................................... 62 6.2 Saran ..................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor penting dalam keberlangsungan sebuah kehidupan. Dengan tubuh yang sehat, setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Keadaan sehat tersebut dapat ditentukan oleh parameter derajat kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung satu sama lain. Faktor tersebut terdiri dari lingkungan, faktor keturunan maupun faktor sosial budaya seperti tingkah laku masyarakat (Sulastomo, 2007). Faktor-faktor tersebut dapat berdampak pada peningkatan maupun penurunan kesehatan masyarakat. Penurunan status kesehatan dapat dilihat dengan tingkat imunitas yang turun, sehingga tubuh dapat secara mudah mengalami penyakit-panyakit yang menular sebagaimana pernyataan Timmreck (2004). Penyakit yang menular masih menjadi penyakit penting yang diperhatikan oleh Indonesia karena masih menjadi faktor utama penyebab kematian dan kesakitan (Budiarto dan Dewi, 2002). Penyakit menular yang paling banyak di Indonesia akibat dari lingkungan yang tidak sehat menurut Riskesdas (2013) adalah Diare (25 %), Pneumonia (15,5 %), Necrotizing Enterocolitis E.Coli (10, 7 %), Meningitis (8,8 %), DBD (6, 8 %), Campak (5,8 %), dan lain lain (14, 6 %). Dari data tersebut diketahui bahwa diare masih menduduki angka kejadian tertinggi pada anak dengan usia balita. Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian (Kemenkes RI, 2013). Diare 3
merupakan salah satu masalah yang mendunia, dimana sering terjadi pada usia lima tahun dan penyakit ini sering terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia (WHO, 2008). Diare adalah salah satu penyakit utama yang banyak menimbulkan kematian dan kesakitan pada masyarakat, terutama pada balita. Sebanyak 90% kematian anak akibat diare dapat terjadi (WHO, 2008). Di Amerika Serikat sekitar 30-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya pada 16,5 juta anak dibawah lima tahun (Nelson, 2000). Departemen Kesehatan RI (2012) menguraikan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia tahun 2010 adalah 411 per 1.000 penduduk, sedangkan tahun 2012 sebesar 214 per 1.000 penduduk. Riskesdas (2013) juga menunjukkan hal yang sama, kejadian diare di Indonesia sebanyak 9,0% dan pada tahun 2013 sebesar 3.5%. Data Profil Kesehatan Tahun 2012 oleh Kementerian Kesehatan RI (2013) memaparkan hal yang sama bahwa terjadi penurunan jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012, namun terjadi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa diare masih menjadi penyebab kematian. Provinsi Jawa Timur cakupan penderita diare tahun 2011 sebesar 69%, sedangkan tahun 2012 sebesar 72,34% (Departemen kesehatan RI, 2012). Dinkes Jatim (2012) memaparkan bahwa tiga besar kota yang termasuk dalam wilayah dengan kejadian Diare tertinggi adalah Surabaya, Malang dan Jember. Angka kejadian diare di Jember pada tahun 2012 jumlah perkiraan kasus 97.086 dari 2.362.179 penduduk. Dari kasus tersebut penyakit diare yang ditemukan dan 4
ditangani yaitu sekitar 66.091 kasus (BPS, 2013). Data tersebut menunjukkan bahwa kejadian penyakit diare masih tinggi khususnya di Jember. Boughman (2000) mengatakan bahwa diare merupakan suatu kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang berlebihan, yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi fases cair. Menurut Riskesdas (2013) selain ciri tersebut, diare juga dapat disertai dengan darah dan/atau lendir. Faktor predisposisi diare adalah usia, malnutrisi, penyakit infeksi, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitas buruk, serta pengolan dan penyimpanan makanan yang buruk (Muscari, 2005). Diare dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Bakteri yang biasanya menyebabkan diare adalah Escherichia coli, Salmonalla dan Shigela. Sedagkan virus yang bisa menyebabkan diare adalah Rotavirus (Muscari, 2005). Jalur masuk bakteri ataupun virus tersebut bisa melalui manusia, binatang, makanan, air atau lingkungan tidak sehat (WHO, 2008). Selain disebabkan oleh bakteri dan virus, menurut Muscari (2005), diare juga dapat disebabkan oleh infeksi, misalnya infeksi traktus urinarius dan infeksi pernapasan atas serta dapat disebabkan oleh adanya sindrom malabsorbsi. Kondisi diare di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sumber air, kebersihan lingkungan, perilaku kesehatan. Kelompok umur yang paling sering mengalami diare yaitu pada anak balita berumur 1 4 tahun dengan prevalensi 16,7%, sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani dan buruh yaitu sekitar 8,7% (Depkes, 2011). Tingginya prevalensi 5
kejadian diare menurut usia, jenis kelamin serta tingkat pendidikan, salah satunya dipengaruhi oleh kebersihan dan perilaku kesehatan. Penyebab tingginya kejadian diare kemungkinan besar disebabkan oleh adanya berbagai macam faktor resiko penyakit diare antara lain kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik, higiene perorangan yang kurang baik, serta sanitasi makanan yang kurang baik (Ikawartina, 2010). Kejadian diare dimasyarakat khususnya menurut Riskesdas (2013) masih cukup tinggi, dimana sekitar 25% terjadi pada anak usia balita. Penyebab dari tingginya angka kejadian diare pada masyarakat khususnya pada keluarga dengan bayi dan balita karena higiene yang buruk, sanitasi yang kurang, kurangnya keluarga dalam perilaku hidup bersih dan sehat. Keluarga dengan balita khususnya di daerah Jelbuk kebanyakan kurang menjaga kebersihan terutama kebersihan diri dan lingkungan. Salah satu perilaku hidup bersih yang kurang atau bahkan jarang dilakukan oleh masyarakat yaitu kegiatan mencuci tangan. Masyarakat di desa Jelbuk kurang menjaga kebersihan khususnya kebersihan tangan, khususnya pada keluarga dengan balita. Selain itu pelaksanaan lima waktu penting dalam mencuci tangan di keluarga dengan balita juga masih belum lengkap. Kondisi diare dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (Depkes RI, 2008). Pendekatan tersebut adalah suatu usaha yang dilakukan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi dengan pemberdayaan masyarakat (Depkes RI, 2008). STBM memiliki lima pilar, diantaranya adalah Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop 6
BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS RT), serta Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC RT). Lima pilar tersebut yang sangat berpengaruh pada kejadian diare terkait dengan perilaku adalah adanya kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang buruk (Depkes RI, 2008). Cuci tangan adalah langkah penting dalam mengendalikan infeksi yang dapat dicapai dengan menggunakan sabun, antiseptik dan air (Brooker, 2008). Depkes (2008) menjelaskan lima waktu penting cuci tangan pakai sabun adalah sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Tingginya angka kejadian diare salah satunya disebabkan karena adanya perilaku masyarakat yang tidak memenuhi standar lima waktu penting mencuci tangan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya kesehatan dalam penanganan masalah kesehatan diare. Upaya penanganan diare yaitu melalui STBM, dimana salah satunya adalah CTPS yang tidak sesuai dengan lima waktu penting. CTPS merupakan salah satu perilaku kesehatan. Perilaku sehat merupakan tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatlan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri (Sunaryo, 2004). Terdapat beberapa teori tentang perilaku kesehatan diantaranya yaitu Health Beliefe Model (HBM), Health Action Model (HAM), Theory of Reasoned Action, The Theory of Planned Behavior, dan Planning Motivation Habitual Behaviour Model (PMH Model). Salah satu teori perilaku kesehatan yang berhubungan dengan CTPS yaitu Planning Motivation Habitual Behaviour 7
Model (PMH Model) (Maulana, 2009). Model perilaku kesehatan ini terdapat 3 bagian yaitu Planning, Motivation, dan Habitual. Perilaku CTPS salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kebiasaan (habitual), selain itu timbulnya motivasi (motivation) dari perilaku CTPS yaitu terlihat dari perasaan disgust (jijik), pengasuhan (nurture), status, afiliasi, daya tarik (attraction), kenyamanan (comfort) dan rasa takut (fear). Plannning Behaviour Model merupakan gambaran mengenai perilaku sesorang yang berdasarkan tujuan. Dimana data demografi sebagai latar belakang variable dapat berpengaruh kepada sikap, norma dan kontrol perilaku. Sehingga timbullah perilaku seseorang yang dapat memberikan umpan balik kepada data demografi seseorang (Egmond dan Bruel, 2007). Motivation Behaviour Model menegaskan bahwa motivasi yang terdiri dari evaluasi kepercayaan, sikap terhadap perilaku, tujuan dan norma sosial dapat berpengaruh pada tingkah laku, dimana di pengaruhi oleh kemampuan, kebiasaan, pengetahuan dan ujian. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh kesempatan, situasi dan kondisi. Setelah terjadi sebuah tingkah laku, seseorang cenderung kembali pada motivasi yakni evaluasi kepercayaan, sehingga apabila kepercayaan seseorang tidakbaik, maka kebiasaan tersebut dapat terhenti. Secara garis besar planning dan motivation behaviour menunjukkan adanya moral, kebiasaan dan motivasi sosial serta kondisi situasional yang mempengaruhi perilaku seseorang (Egmond dan Bruel, 2007). Habitual Behaviour mengarah pada kebiasaan dan rutinitas perilaku seseorang. Dimana kesadaran seseorang dapat berpengaruh pada sikap, tujuan, 8
dan efisiensi diri seseorang. Ketika hal yang dipegaruhi oleh kesadaran tersebut dilakukan setiap hari sebagai rutinitas, sehingga muncullah tujuan yang dapat mempengaruhi perilaku sehingga terciptalah kebiasaan berperilaku seseorang tersebut. Namun kebiasaan berperilaku ini tidak selamanya menjadi hal yang dilakukan walaupun menjadi rutinitas, sehingga dapat kembali mempengaruhi perilaku seseorang sebagai dampak dari proses berfikir (Egmond dan Bruel, 2007). Sehingga jelas bahwa PMH dapat dijadikan sebagai identifikasi perilaku kesehatan seseorang sehari-hari. Habitual Behaviour perlu diobservasi setiap hari untuk dapat menentukan apakah termasuk kebiasaan. Hal ini tidak dapat diobservasi hanya satu waktu, namun harus secara terus-menerus, sehingga tidak dapat diteliti dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini dengan pendekatan cross sectional (satu waktu). Hasil pendahuluan yang dilakukan kepada lima orang warga Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, didapatkan data bahwa empat diantara lima warga memberikan pernyataan bahwa mereka masih jarang melakukan cuci tangan. Warga desa tersebut melakukan lima waktu cuci tangan seperti yang dikemukakan oleh Depkes Tahun 2008 hanya sebanyak tiga waktu. Ketiga waktu tersebut diantaranya adalah sebelum makan, sesudah buang air besar, dan sebelum menyiapkan makanan. Empat dari lima warga menyimpulkan bawa cuci tangan penting supaya tangan tidak kotor. Serangkaian pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa fenomena yang terjadi di Desa Jelbuk adalah warga kurang memahami pentingnya mencuci tangan dan tidak melakakukan lima waktu penting mencuci tangan secara keseluruhan. 9
Planning dan Motivation Model merupakan suatu bentuk teori yang mampu menunjukkan adanya rutinitas seseorang berperilaku kesehatan, yang didasarkan pada tujuan, motivasi dan kebiasaan seseorang. Sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman melakukan identifikasi pada perilaku seseorang yang tidak melaksanakan CTPS secara baik dan seseuai dengan lima waktu tepat mencuci tangan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengidentifikasi adanya pengaruh PM (Planning dan Motivation Model) terhadap lima waktu penting mencuci tangan di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah determinan perilaku 5 momen CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dengan menggunakan PM (Planning dan Motivation Mode)l Model di desa Jelbuk kabupaten Jember?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis determinan perilaku lima waktu penting cuci tangan degan berbasis PM (Planned, dan Motivation) Model di Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
10
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi faktor-faktor PM (Planning, dan Motivation) Model pada kegiatan lima waktu penting cuci tangan di Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. b. Mengidentifikasi lima waktu penting cuci tangan di Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. c. Menganalisis hubungan faktor-faktor PM (Planning, dan Motivation) Model yang memengaruhi lima waktu penting cuci tangan di Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. d. Menganalisis faktor yang paling berhubungan dengan kegiatan lima waktu penting cuci tangan di Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki manfaat terkait gambaran masyarakat desa Jelbuk yang tidak menerepakan PM (Planning, dan Motivation) Model pada kegiatan mencuci tangan berdasarkan lima waktu penting, yaitu sebagai berikut: 1.4. 1 Manfaat Teoritis a. Manfaat bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa terkait penggunaan PM (Planning, dan Motivation) Model pada penerapan cuci tangan berdasarkan lima waktu penting oleh masayarakat Jelbuk Kabupaten Jember sehingga mahasiswa dapat mengembangkan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan 11
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan studi literatur tentang kebiasaan mencuci tangan yang tidak tepat dengan lima waktu penting, sehingga dapat menjadi rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan penelitian tentang pencegahan diare.
1.4.2 Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan rujukan terkait perilaku masyarakat yang tidak mencuci tangan sesuai lima waktu penting, sehingga dapat dilakukan pencegahan dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian diare di daerah Jelbuk Kabupaten Jember. b. Manfaat bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi puskesmas terkait perilaku masyarakat yang tidak mencuci tangan sesuai lima waktu penting, sehingga dapat dilakukan peningkatan pencegahan melalui kader dan program puskesmas. c. Manfaat bagi Masayarakat Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang gambaran masyarakat Jelbuk yang tidak mencuci tangan pada lima waktu yang tepat, sehingga menjadi penting untuk masyarakat memiliki kebiasaan mencuci tangan dan dapat mencegah terjadinya diare.
12
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang terdahulu yang mendasari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dilakukan oleh Arry Marsudi Utomo dengan judul Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Dengan Kejadian Diare Anak Sekolah di SDN 02 Palemsengir Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SDN 02 Palemsengir Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Populasi yang digunakan dari penelitian terdahulu menggunakan anak usia sekolah 7-13 tahun di SDN 02 Palemsengir, sedangkan untuk penelitian yang sekarang berada di desa Jelbuk Kabupaten Jember dengan sasaran keluarga dengan balita. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu teknik proporsional random sampling. Desain penelitian yang digunakan dalam peneltian sebelumnya adalah kuantintatif dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling dan dilakukan perlakuan pada bulan Agustus 2012 di Desa Palemsengir Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, sedangkan pada penelitian ini desain penelitian menggunakan kuantintatif atau observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada bulan April tahun 2014. Perbedaan yang selanjutnya terletak pada variabel independen yang digunakan, yaitu pada penelitian yang terdahulu menggunakan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak usia sekolah sedangkan untuk penelitian yang sekarang pada variabel independen menggunakan Planning dan Motivation 13
Model pada keluarga. Pada variabel dependen sebelumnya menggunakan kejadian diare pada anak usia sekolah, sedangkan untuk yang penelitian sekarang variabel dependen menggunakan penerapan 5 momen penting cuci tangan pakai sabun (5 MPCTPS). Responden yang diteliti pada penelitian sebelumnya berjumlah 136 responden, sedangkan pada penelitian saat ini responden yang digunakan berjumlah 31 responden
14
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang dapat diamati pihak luar. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespons (Notoadmojo, 2007). Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sehat sakit, seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Pengertian lain dari perilaku kesehatan adalah semua aktivitas seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoadmojo, 2007).
2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak 15
sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek: 1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari penyakit. 2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. 3. Perilaku gizi (makanan dan minuman). b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior) adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.Perilaku kesehatan lingkungan merupakan perilaku bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoadmojo, 2007). Selain klasifikasi di atas, terdapat klasifikasi perilaku kesehatan yang lain, yaitu: a. Perilaku hidup sehat Merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain : menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, 16
mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan. b. Perilaku sakit Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, dan pengobatan penyakit. c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior) Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak dan mengetahui hak, misalnya hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan (Notoadmojo, 2007).
2.1.3 Model Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan terdiri dari beberapa model, diantaranya adalah Theory of Reasoned Action (TRA), Health Believe Model (BHM), Theory of Planned, Motivation, Habitual (PMH). 1. Theory of Reasoned Action (TRA) Theory ini diperkenalkan oleh Fishbein tahun 1967. TRA menerapkan teori perilaku manusia secara umum. Teori ini digunakan di dalam berbagai macam perilaku manusia khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sosial dan psikologis. Teori ini menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan perilaki. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat 17
seseorang dipengaruhi oleh sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah ia merasa perilaku itu penting. Theori ini juga menjelaskan sifat-sifat normatif yang mungkin dimiliki orang. Mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain pada situasi yang sulit. Teori ini menghubungkan keyakinan (Beliefs) sikap (attitude) kehendak (intention) dan perilaku intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku (Burke, 2013). 2. Health Believe Model (HBM) Health Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. Teori ini dikembangkan pada 1950an sebagai cara untuk menjelaskan mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public Health Service, terutama untuk TBC, tidak begitu sukses (Hoch-Baum, 1958). Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958). Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan intrapersonal. Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang 18
dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan) (Burke, 2013). Tiga faktor penting dalam Health Belief Model menurut Burke (2013), yaitu: a. kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan; b. adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku; c. perilaku itu sendiri.
3. Theory of Planned, Motivation, Habitual (PMH). Konsep PMH Model terdiri dari sub bahasan mengenai planning, motivation dan habitual. a. Planning Plannning merupakan gambaran mengenai perilaku sesorang yang berdasarkan tujuan. Dimana data demografi sebagai latar belakang variable dapat berpengaruh kepada sikap, norma dan kontrol perilaku. Sehingga timbulah perilaku seseorang yang dapat memberikan umpan balik kepada data demografi seseorang (Egmond dan Bruel, 2007).
19
Gambar 2. Kerangka Planning Behaviour Model Sumber: (Egmoond dan Bruel, 2007)
Subsistem planning dalam penelitian Planned, motivated and habitual hygiene behaviour: an eleven country review oleh Valerie at all (2009) meliputi: i. Good health Pencapaian perencanaan perilaku kesehatan yang dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang kesehatan yang baik/status kesehatan maksimal. ii. Religious/supernatural objectives Perilaku kesehatan dengan mindset saat melakukan kegiatan dalam pemeliharaan/peningkatan status kesehatan didasari oleh kepercayaan/keagamaan yang dianut. iii. Socialized children Kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yang mempunyai tujuan ketika melakukan perilaku kesehatan yaitu dapat menjadikan pembelajaran bagi anaknya.
20
b. Motivation Motivation Behaviour Model menegaskan bahwa motivasi yang terdiri dari evaluasi kepercayaan, sikap terhadap perilaku, tujuan dan norma sosial dapat berpengaruh pada tingkah laku, dimana di pengaruhi oleh kemampuan, kebiasaan, pengetahuan dan ujian. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh kesempatan, situasi dan kondisi. Setelah terjadi sebuah tingkah laku, seseorang cenderung kembali pada motivasi yakni evaluasi kepercayaan, sehingga apabila kepercayaan seseorang tidakbaik, maka kebiasaan tersebut dapat terhenti. Secara garis besar planning dan motivation behaviour menunjukkan adanya moral, kebiasaan dan motivasi sosial serta kondisi situasional yang mempengaruhi perilaku seseorang (Egmoond dan Bruel, 2007).
Gambar 2. Kerangka Motivation Behaviour Model Sumber: (Egmoond dan Bruel, 2007) 21
Subsistem motivation (Valerie at all) meliputi: i. Disgust Perilaku kesehatan yang dimotivasi oleh adanya rasa jijik (tidak menyenangkan/mengenakkan), untuk menghindari objek dan situasi dalam penyebaran resiko penyakit. ii. Comfort Motivasi perilaku kesehatan yang bertujuan menempatkan seseorang dalam keadaan fisik yang optimal dan kondisi yang aman. iii. Nurture Pemeliharaan kesehatan yang didasari untuk caring atau perawatan kesehatan pada orang disekitar, misalnya pengasuhan orang tua kepada anak dalam hal perawatan kesehatan. iv. Status Perlakuan kesehatan yang dilakukan dengan mengoptimalisasi status sosial, agar rangking sosial dalam kehidupan bermasyarakat bisa didapatkan. v. Affiliation Perilaku kesehatan yang memperhatikan keuntungan dalam kehidupan bersosial setelah melakukan perawatan terhadap diri sendiri. vi. Attraction Individu yang melakukan perilaku kesehatan melihat didalamnya setelah melakukan perawatan kesehatan, individu dapat memiliki daya tarik untuk bersosialisasi dengan orang lain. vii. Fear Motivasi perilaku kesehatan dikarenakan ada rasa takut dalam pikiran individu, bisa takut dalam menghadapi objek dan situasi resiko kecelakaan dan sampai ketakutan menghadapi kematian.
22
c. Habitual Sistem psikologis yang terlibat dalam perilaku atau kebiasaan, proses belajar, atau perilaku otomatis yang dapat secara teratur dipicu oleh isyarat tertentu (Valerie, at all., 2009). Sedangkan menurut Egmond dan Bruel (2007), Habitual Behaviour mengarah pada kebiasaan dan rutinitas perilaku seseorang. Dimana kesadaran seseorang dapat berpengaruh pada sikap, tujuan, dan efisiensi diri seseorang. Ketika hal yang dipegaruhi oleh kesadaran tersebut dilakukan setiap hari sebagai rutinitas, sehingga muncullah tujuan yang dapat mempengaruhi perilaku sehingga terciptalah kebiasaan berperilaku seseorang tersebut. Namun kebiasaan berperilaku ini tidak selamanya menjadi hal yang dilakukan walaupun menjadi rutinitas, sehingga dapat kembali mempengaruhi perilaku seseorang sebagai dampak dari proses berfikir.
23
Gambar 2. Kerangka Habitual Behaviour Model Sumber: (Egmoond dan Bruel, 2007)
Penerapan pada konsep mencuci tangan pada beberapa model tersebut paling cocok menggunakan teori PMH Model. Hal ini dikarenakan, teori ini telah diterapkan pada penelitian Planned, motivated and habitual hygiene behaviour: an eleven country review oleh Valerie at all pada tahun 2009.
2.2 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2.2.1 Definisi Departemen Kesehatan RI (2008) menjelaskan bahwa, Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi yang terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga, sedangkan sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas: tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman , mengelola sampah dengan benar, dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman (Depkes, 2008).
24
2.2.2 Prinsip-prinsip STBM Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dalam pelaksanaanya program ini mempunyai beberapa prinsip utama, yaitu : 1) Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar. 2) Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sasaran. 3) Menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total. 4) Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan. 5) Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.
a. 5 Pilar dalam STBM STBM memiliki 5 pilar utama, berikut pilar-pilar tersebut menurut Depkes RI (2008). 1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), atau disebut dengan Open Defecation Free (ODF) adalah kondsi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. 2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), adalah perilaku membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. 25
3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM RT), adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan seperti berkumur, sikat gigi, persiapan makanan minuman bayi. 4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS RT) 5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC RT)
2.2.3 Strategi Nasional dalam STBM Depkes RI (2008) menjelaskan beberapa strategi nasional dalam pelaksanaan STBM. 1) Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif a) Prinsip Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter. b) Pokok Kegiatan (a) Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang (b) Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah. (c) Meningkatkan kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta.
26
2) Peningkatan Kebutuhan a) Prinsip Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total. b) Pokok kegiatan (a) Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan. (b) Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas. (c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat. (d) Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk menfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat. (e) Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total. 3) Peningkatan Penyediaan a) Prinsip Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b) Pokok kegiatan 27
(a) Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. (b) Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. (c) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna. 4) Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) a) Prinsip Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total. b) Pokok kegiatan (a) Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi. (b) Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pemberlajaran sanitasi di Indonesia. (c) Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan. 5) Pembiayaan a) Prinsip Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar. b) Pokok kegiatan 28
(a) Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri (b) Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong). (c) Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal. 6) Pemantauan Dan Evaluasi a) Prinsip Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi b) Pokok kegiatan (a) Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat (b) Pemerintah Daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data. (c) Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan- kegiatan lain yang sejenis (d) Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan berjenjang.
2.2.4 Tingkatan Partisipasi Dalam STBM Masyarakat sasaran dalam STBM tidak dipaksa untuk menerapkan kegiatan program tersebut, akan tetapi program ini berupaya meningkatakan partisipasi masyarakat dalam kegiatannya. Tingkat partisipasi masyarakat sangat berbeda, dimulai tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi : 29
1. Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat hanya sampai diberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh si pemberi informasi (pihak tertentu). 2. Masyarakat mulai diajak untuk berunding; Pada level ini sudah ada komunikasi 2 arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-orang tertentu. 3. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar, pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secarabersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan. 4. Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan, pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan tetapi telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program. Dari ke empat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam STBM adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip STBM telah disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat itu sendiri merupakan kunci utama (Depkes RI, 2008).
30
2.3 Konsep Cuci Tangan 2.3.1 Definisi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan- permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang tertular (Depkes, 2008).
2.3.2 Waktu Mencuci Tangan Waktu mencuci tangan yang benar menurut Depkes (2008) sebaiknya dilakukan pada lima waktu penting, yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan. a. sebelum makan Sebelum makan merupakan waktu penting untuk mencuci tangan. Menurut Alimul (2008) transmisi kuman bisa melalui kontak langsung maupun tidak 31
langsung. Kontak langsung misalnya melalui tangan, dan yang tidak langsung bisa dari benda terkontaminasi. Mahmet (2009) mengemukakan dengan mencuci tangan infeksi kuman, virus dan bakteri dapat terhindar. Sebesar 58% pencegahan infeksi kuman dapat terhindar dengan rutin mencuci tangan (Triyana dan Rachmawati, 2008). Cuci tangan secara rutin dapat mengurangi jumlah bakteri dari tangan dari 0,6 sampai 1,1 log10 CFU (colony forming unit) dalam waktu 15 detik, 1,8 sampai 2,8 log10 CFU dalam waktu 30 detik dan 2,7 sampai 3,0 log10 CFU dalam waktu 1 menit (Hilburn J, et al., 2002). b. sesudah buang air besar Anus merupakan tempat saluran pembuangan fases. Menurut Sloane (2004) bau khas pada fases merupakan hasil perombakan dari bakteri. Pentingnya cuci tangan saat sesudah buang air besar yakni adalah untuk menghilangkan kuman-kuman dari tangan kita setelah memang daerah anus. c. sebelum memegang bayi Salah satu tantangan bayi adalah mudah terserang infeksi (Meadow dan Newel, 2005). Menurut Hull (2008) imunoglobulin yang berpera sebagai antibodi tubuh pada bayi masih rendah merupakan alasan bahwa bayi sangat rentan terkena infeksi kuman atau bakteri. Alasan tersebut merupakan faktor penting sebelum memegang bayi harus mencuci tangan terlebih dahulu, supaya tidak terjadi transmisi banteri kepada bayi dengan imunitas yang masih rendah. d. sesudah menceboki anak 32
sama halnya seperti penjelasan pentingnya mencuci tangan setelah buang air besar, bahwa fases mengandung bakteri yang dapat menyebabkan sesorang terserang penyakit. Tidak melakukan buang air besar sendiri, melainkan menceboki anak, bukan alasan untuk tidak mencuci tangan. Kontak bakteri fases dengan tangan terjadi dan tidak menutup kemungkinan transmisi bakteri tersebut terjadi. e. sebelum menyiapkan makanan sebelum menyiapkan makanan juga sangat penting mencuci tangan terlebih dahulu. WHO melansir bahwa tangan mengandung bakteri sebanyak 39.000-460.000 CFU per sentimeter kubik, yang berpotensi tinggi menyebabkan penyakit infeksi menular (Triyana dan Rachmawati, 2008). Pentingnya mencuci tangan pada saat menyiapkan makan supaya makanan tidak terkontaminasi bakteri yang akhirnya akan ditelan melewati mulut bersama makanan.
2.3.3 Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun Menurut Depkes RI (2008), untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih atau menggunakan tisu. Penggunaan jenis sabun dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. 33
Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir. 2) Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika sabun yang mengandung 33ntiseptic. 3) Gosokkan pada kedua telapak tangan. 4) Gosokkan sampai ke ujung jari. 5) Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut. Hal ini dilakukan pada kedua tangan. 6) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. 7) Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. 8) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Hal ini dilakukan pada kedua tangan. 9) Pegang pergelangan kanan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula pada tangan kiri. 10) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir. 11) Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk, jika menggunakan kran, tutup kran dengan tisu. 34
Cuci Tangan Pakai Sabun 5 Pilar STBM 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM RT) 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS RT) 5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC RT) (Depkes RI, 2008)
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
5 Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun 1. Sebelum makan 2. Sesudah Buang Air Besar 3. Sebelum memegang bayi 4. Sesudah menceboki anak 5. Sebelum menyiapkan makanan (Depkes RI, 2008)
Planned, Motivated, Habitual Hygiene BehaviorModel 1) Perencanaan/ Planning a) Good health b) Religious/supernatural objectives c) Socialized children 2) Motivasi/ Motivations a) Disgust b) Comfort c) Nurture d) Status e) Affiliation f) Attraction g) Fear 3) Kebiasaan/ Habitual (Curtis, Danquah,dan Robert, 2009)
36
BAB 3. KERANGKA KONSEP
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Planned, Motivated, Habitual Hygiene BehaviorModel 1) Perencanaan/ Planning a) Good health b) Religious/supernatural objectives c) Socialized children 2) Motivasi/ Motivations a) Disgust b) Comfort c) Nurture d) Status e) Affiliation f) Attraction g) Fear 3) Kebiasaan/ Habitual
5 Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun 1. Sebelum makan 2. Sesudah Buang Air Besar 3. Sebelum memegang bayi 4. Sesudah menceboki anak 5. Sebelum menyiapkan makanan Sumber: Departemen kesehatan (2008).
Faktor Lingkungan 1. Fisik 2. Biologis 3. Sosial
37
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik. Metode penelitian observasional analitik adalah suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi (Maulana, 2013). Penelitian ini menggunakan dua variable, yakni variable independen adalah PMH Model, sedangkan variable dependen adalah lima waktu penting mencuci tangan. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Faktor resiko dalam penelitian ini adalah penerapan PMH Model, sedangkan faktor efek adalah kegiatan lima waktu penting mencuci tangan.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Obyek yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak yang berada di dusun Krajan Barat, Krajan Timur 1 dan Krajan Timur 2 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
38
4.2.2 Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penying untuk diambil karena dengan sampel akan menghemat biaya, waktu, keterbatasan peneliti, lebih cepat, informasi yang mendalam serta dapat mewaiki seluruh gambaran sampel karena sifatnya adalah homogen. Sampel yang diambil peneliti adalah 31 orang dengan proporsi Dusun Krajan Barat 11 responden, Dusun Krajan Timur 1 10 responden, dan Dusun Krajan Timur 2 adalah 10 responden.
4.2.3 Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional sampling. Teknik penentuan sampel ini adalah penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Proporsional sampling adalah pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian (Eriyanto, 2007).
4.2.4 Kriteria Subyek Penelitian Kriteria sampel atau subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. a. kriteria inklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: 1. keluarga yang bersedia menjadi responden; 2. keuarga yang sehat jasmani dan rohani; 3. keluarga yang mempunyai balita usia 1-5 tahun; 39
b. kriteria eksklusi Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu balita yang mengalami penyakit kronis.
4.3 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Lokasi penelitian dilakukan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jember pada bulan April tahun 2014 dan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Lokasi penelitian terdiri dari tiga dusun, yaitu Krajan Barat, Krajan Timur 1 dan Krajan Timur 2.
4.4 Waktu Penelitian Waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah bulan April 2014 yang dimulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan penyusunan akhir laporan penelitian.
40
4.5 Definisi Operasional Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Variabel bebas: PMH Model Suatu bentuk teori perilaku kesehatan yang menjelaskan sebab- sebab, indentifikasi penyebab perilaku CTPS pada keluarga 1) Perencanaan/ Planning a) Good health b) Religious/supern atural objectives c) Socialized children 2) Motivasi/ Motivations a) Disgust b) Comfort c) Nurture d) Status e) Affiliation f) Attraction g) Fear 3) Kebiasaan/ Habitual
kuosiner
Nominal
Variabel terikat: Lima waktu penting cuci tangan pakai sabun (CTPS) Kondisi membasuh tangan dengan zat dekontamin asi dan air mengalir yang wajib dilakukan oleh keluarga. 1. waktu sebelum makan 2. waktu sesudah buang air besar 3. waktu sebelum memegang bayi 4. waktu sesudah menceboki anak 5. waktu sebelum menyiapkan makanan. Kuesione r Ordinal Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0
4.6 Pengumpulan Data 4.6.1 Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran, pengamatan, survey dan lain-lain yang dilakukan sendiri oleh peneliti (Setiadi, 2007). Data 41
primer pada penelitian ini diperoleh dengan survey pada Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (Setiadi, 2007). Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dan Puskesmas Jelbuk.
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pencatatan hasil wawancara dengan ibu-ibu yang bertempat tinggal di jelbuk. Langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Tahap pertama Peneliti yang telah mendapatkan izin untuk penelitian, kemudian melakukan koordinasi dengan Puskesmas Jelbuk. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan melakukan penelitian di tempat tersebut. Peneliti melakukan pencarian data sekunder dari puskesmas mengenai jumlah ibu dengan balita. b. tahap kedua Peneliti memberikan informed consent kepada responden sebagai tanda persetujuan bahwa responden bersedia menjadi responden penelitian, sebelum dilakukan pengambilan data. 42
c. tahap ketiga mengajukan pertanyaan sebagai identifikasi penerapan PMH Model dengan lima waktu penting cuci tangan oleh ibu yang memiliki balita 1-5 tahun. 4.6.3 Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan pada variabel PMH Model dan variable lima waktu penting cuci tangan adalah lembar observasi.
4.6.4 Kisi-Kisi Kuesioner No Variabel Indikator-indikator Nomor pertanyaan 1 Planning Good health, Religious/ supernatural objective Socialized children 1, 2, 3, dan 4 2 Motivation Disgust 9 Nurture 5, 6, dan 10 Nurture 5, 6, 7, dan 9 Status 8 Affiliation 7, dan 8 Attraction 7 Fear 5, 6, 8, dan 10
4.7 Pengolahan dan Analisis Data 4.7.1 Editing Editing merupakan pemeriksaan observasi dari data pasien yang pernah mengalami diare 4.7.2 Coding Coding adalah mengklasifikasikan variabel-variabel penelitian yang akan diteliti oleh peneliti dengan pemberian kode pada variabel-variabel tersebut. Pemberian kode pada penelitian ini adalah: 43
a. PMH Model b. lima waktu penting mencuci tangan a. dilakukan = 1 b. tidak dilakukan = 0
4.7.3 Entry Entry data adalah data variabel penelitian yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data, boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan computer (Setiadi, 2007). Memasukkan data ke dalam program yang terdapat di computer menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16 yaitu dengan menulis data yang sudah diberi kategori tersebut ke dalam tabel yang ada di SPSS 16. 4.7.4 Cleaning Cleaning merupakan teknik pembersihan data, dengan melihat variable apakah data sudah benar atau belum. Data yang sudah dimasukkan diperiksa kembali sejumlah sampel dari kemungkinan data yang belum di entry (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil cleaning tidak ada kesalahan sehingga seluruh data dapat digunakan.
4.8 Teknik Analisis Data Data yang sudah diolah kemudian dianalisa, sehingga hasil analisis data dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah 44
(Setiadi, 2007). Analisis dalam penelitian ini yaitu analisis univariat dan analisis bivariat, serta analisis multivarite. a. Analisis univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdapat dua data, yaitu data umum dan data khusus. Data umum dari penelitian ini adalah umur, status maternal, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah anak, jenis kelamin anak. Data khusus dari penelitian ini adalah variabel dependent dan variabel independent. Variabel dependent penelitian ini yaitu PMH Model, sedangkan variabel independent yaitu lima waktu tepat mencuci tangan. Analisi univariat yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut. 1. Distribusi frekuensi Menurut Suharyadi dan Purwanto (2003), distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori. Rumus distribusi frekuensi adalah sebagai berikut: f n Keterangan: P =proporsi n = jumlah sampel f = proporsi frekuensi P = x 100% 45
Contoh distribusi frekuensi adalah sebagai berikut. Tabel Distribusi frekuensi Variabel Frekuensi Total Iya % tidak %
b. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing- masing variabel, yaitu menghubungkan PMH Model dengan kegiatan mencuci tangan berdasarkan lima waktu penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai penerapan PMH Model dengan kegiatan lima waktu penting mencuci tangan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Alasan menggunakan analisa bivariat ini adalah dikarenakan skala antara variable independen yang menggunakan skala ukur nominal dan pada variable dependen menggunakan skala ukur ordinal. Kemudian dilihat ada hubungan atau tidak. c. Analisis multivariate Analisis Multivariat (Multivariat Analysis) merupakan salah satu jenis analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data dimana data yang digunakan berupa banyak peubah bebas (independen variabels) dan juga banyak peubah terikat (dependen variabels) (Yusuf, 2003). Regresi logistic (multivariate) Nilai tingkat kemaknaan (p value) dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan atau alpha (), dengan nilai =0,05, maka pengambilan keputusan sebagai berikut: 46
1. hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai p< (0,05), maka kesimpulannya ada hubungan PMH Model dengan kegiatan lima waktu penting mencuci tangan. 2. hipotesis nol (Ho) gagal ditolak jika nilai p> (0,05), maka kesimpulannya tidak ada hubungan PMH Model dengan kegiatan lima waktu penting mencuci tangan.
4.9 Etika Penelitian 4.9.1 Lembar persetujuan penelitian (informed consent) Peneliti memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi sebelum dilakukan penelitian. Lembar persetujuan diberikan dengan menjelaskan terlebih dahulu mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Resonden bersedia menjadi responden, dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Responden juga dapat menolak lembar persetujuan ini jika tidak setuju untuk menjadi responden (Notoatmodjo, 2010). 4.9.2 Tanpa nama (anonimity) Keanoniman adalah suatu jaminan kerahasiaan identitas dari responden. Nama responden dirahasiakan, hanya terdapat inisial atau kode yang dibuat oleh peneliti untuk memudahkan dalam pengolahan data. Pengolahan data dan pembahasan serta dokumentasi dalam penelitian ini hanya mencantumkan inisial responden (Notoatmodjo, 2010).
47
4.9.3 Kemanfaatan (benificiency) Kegiatan yang berlangsung pada penelitian ini telah mengikuti prosedur yang ada yaitu dengan memberikan pemahaman tentang prosedur sebelum penelitian, sehingga saat penelitian berlangsung semua responden merasa nyaman dan lancar dalam mengikuti penelitianm(Notoatmodjo, 2010). 4.9.4 Keadilan (justice) Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian (Notoatmodjo, 2010). Keadilan dalam penelitian ini adalah semua responden mendapat perlakuan yang sama tanpa membedakan agama, budaya, pendidikan dan status ekonomi keluarga
48
BAB 5. PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai hasil dan pembahasan dari judul penelitian Analisis Determinan Perilaku Lima Waktu Penting Cuci Tangan Berbasis Planning dan Motivation pada Keluarga dengan Balita Di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei tahun 2014 yang dilakukan di tiga dusun yaitu Krajan Barat, Krajan Timur 1 dan Krajan Timur 2 Desa jelbuk Kecamatan Jelbuk Kebupaten Jember. Proses penelitian diawali dengan pengambilan data sekunder dan didapatkan jumlah kasus tertinggi di Kabupaten Jember untuk diare adalah di wilayah kerja Puskesmas kecamatan jelbuk Kabupaten Jember. Menurut Dinkes Jatim tahun 2012 memaparkan bahwa Jember merupakan kota yang termasuk dalam angka kejadian iare tertinggi. yakni pada tahun 2012 jumlah perkiraan kasus 97.086 dari 2.362.179 penduduk, dan ditemukan kasus yang ditangani hanya sekitar 66.091 kasus. Pengambilan data sekunder selanjutnya dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jelbuk dengan diperoleh data ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 89 orang, dan didapatkan sebanyak 35 ibu dengan balita sesuai dengan kriteria inkusi dan kriteria eksklusi. Berdasarkan data tersebut didapatkan sampel sebanyak 32 orang dengan menggunakan rumus slovin. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengumpulkan ibu-ibu yang telah dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada setiap dusun. Peneliti mengumpulkan responden pada dusun Krajan Barat sebanyak 12 responden, 49
dusun Krajan Timur 1 sebanyak 12 responden, dan Krajan Timur 2 sebanyak 12 responden. Pelaksanaan penelitian dilanjutkan dengan perkenalan terlebih dahulu, kemudian memaparkan tujuan dan maksud penelitian yang dilakukan, kemudian peneliti memberikan lembar informed concent pada responden. Tahap selanjutnya responden menandatangai informed concent, dan bagi responden yang tidak bersedia melakukan penandatanganan, peneliti tidak mengjadikannya sebagai responden. terdapat satu responden yang tidak bersedia menjadi responden dikarenakan alasan tidak mampu baca tulis. Kuesioner mengenai perilaku lima waktu cuci tangan dan kuesioner Planning dan Motivation sudah terisi, tahap selanjutnya adalah mengolah data yang meliputi editing, coding, entry, dan cleaning. Proses editing dengan melihat kembali isi kuesioner, kelengkapan jawaban kuesioner, tulisan dapat terbaca, dan relevansi jawaban dari responden. Langkah selanjutnya masing-masing kuesioner dimasukkan sesuai coding yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil coding yang sudah diolah dilanjutkan dengan pengkategorian yang didapatkan dari hasil kuesioner responden. Proses selanjutnya adalah entry dengan memasukkan data dengan mengguanakan SPSS 16. Tahap cleaning dilakukan dengan pembersihan data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan pengecekan ulang terhadap data yang sudah di entry apakah terdapat kesalahan. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis data uji chi-square. Peneliti menggunakan analisa bivariat ini, dikarenakan skala antara variable independen yang menggunakan skala ukur nominal dan pada variable dependen menggunakan skala ukur ordinal. Penelitian 50
ini menggunakan uji statistik tersebut untuk mengetahui hubungan Planning dan Motivation Model pdengan keliagatan lima waktu penting mencuci tangan pada keluarga dengan balita. Taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05 dengan kesimpulan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai p< (0,05), maka kesimpulannya ada hubungan PMH Model dengan kegiatan lima waktu penting mencuci tangan. hipotesis nol (Ho) gagal ditolak jika nilai p> (0,05), maka kesimpulannya tidak ada hubungan PMH Model dengan kegiatan lima waktu penting mencuci tangan. 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Lima momen penting cuci tangan Lima momen cuci tangan terdiri dari mencuci tangan sebelum makan, sesudah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki bayi dan sebelum menyiapkan makanan. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa banyak setiap moment yang dilakukan oleh responden. Setelah dilakukan pembagian kuesioner kepada responden, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 5.1.1.1 Distribusi Frekuensi Lima Momen Cuci Tangan Lima momen cuci tangan Frekuensi Total Iya Persen Tidak Persen Sebelum makan 20 64,5 11 35,5 31 Setelah BAB 20 64,5 11 35,5 31 Sebelum memegang bayi 2 6,5 29 93,5 31 Setelah menceboki bayi 12 38,7 19 61,3 31 Sebelum menyiapkan makanan 4 12,9 27 87,1 31 Sumber: data primer (2014). Tabel 5.1.1 menunjukkan frekuensi perilaku lima momen cuci tangan. Responden yang memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan sebanyak 20 51
responden (64,5%), dan 11 (35,5%) responden mengatakan tidak melakukan cuci tangan sebelum makan. Lima momen cuci tangan selanjutnya adalah setelah buang air besar, dimana 20 responden (64,5%) mengatakan iya dan 11 responden (35,5%) mengatakan tidak mencuci tangan setelah buang air besar. Lima momen cuci tangan selanjutnya adalah sebelum memegang bayi. Sebanyak 2 reponden (6,5%) mengatakan iya, dan 29 reponden (93,5%) mengatakan tidak mencuci tangan sebelum memegang bayi. Sebanyak 12 responden (38,7%) mengatakan mencuci tangan setelah menceboki bayi dan 19 responden (61,3%) mengatakan tidak mencuci tangan setelah menceboki bayi. Lima mome terakhir yaitu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, dimana 4 responden (12,9) mengatakan iya dan 27 responden (87,1%) mengatakan tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan. Disribusi frekuensi lima momen cuci tangan, menunjukkan adanya perilaku yang sudah baik, namun ada beberapa perilaku yang kurang baik. Perilaku yang sudah baik dan dilakukan oleh responden adalah mencuci tangan sebelum makan dan mencuci tangan setelah buang air besar. Beberapa perilaku yang kurang sesuai dengan lima momen cuci tangan adalah sebelum memegang bayi, setelah menceboki bayi dan sebelum menyiapkan makanan.
5.1.2 Planning dan Motivation Model Planning dan Motivation Model terdiri dari beberapa katogori, dimana Planning terdiri dari Good health, Religious/supernatural objectives, dan Socialized children. Sedangkan Motivation terdiri dari tujuh katogori, yaitu Disgust, Comfort, Nurture, Status, Affiliation, Attraction dan Fear. Penelitian ini 52
ingin mengetahui seberapa banyak responden yang memiliki alasan untuk melakukan lima waktu mencuci tangan sesuai dengan kategori Planning dan Motivation Model. Setelah dilakukan pembagian kuesioner kepada responden, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 5.1.2.1 Distribusi Frekuensi Planning Model Kategori Planning Model Frekuensi Total Iya Persen Tidak Persen Good Health 24 77,4 7 22,6 31 Religious/supernatural objectives 1 3,2 30 96,8 31 Socialized children 4 12,9 27 87,1 31 Sumber: data primer (2014). Tabel 5.1.2 menunjukkan distribusi frekuensi model planning. Sebanyak 24 responden (77,4%) responden mengatakan melakukan cuci tangan dengan alasan kesehatan, dan sebanyak 7 reponden (22,6%) mengatakan tidak melakukan cuci tangan dengan alasan kesehatan. Sebanyak 1 responden (3,2%) responden mengatakan melakukan cuci tangan dengan alasan kepercayaan atau agama, dan sebanyak 30 reponden (96,8%) mengatakan tidak melakukan cuci tangan dengan alasan kepercayaan atau agama. Model planning selanjutnya adalah mencuci tangan dengan alasan bersosialisasi dengan anak, dimana sebanyak 4 (12,9%) pasien mengatakan iya dan 27% (87,1) responden mengatakan tidak menjadikan bersosialisasi dengan anak menjadi alasannya untuk mencuci tangan. Data tersebut menunjukkan adanya alasan melakukan lima waktu cuci tangan, dimana sebagian reponden memiliki alasan yang sesuai, namun beberapa responden belum memiliki alasan yang sesuai. Alasan yang sesuai dengan konsep model 53
planning adalah alasan kesetahan, dan aalasan yang tidak sesuai dengan konsep planning mencuci tangan adalah spiritual dan bersosialisasi dengan anak. Tabel 5.1.2.2 Distribusi Frekuensi Motivation Model Kategori Motivation Model Frekuensi Total Iya Persen Tidak Persen Disgust 24 77,4 7 22,6 31 Comfort 24 77,4 7 22,6 31 Nurture 12 38,7 19 61,3 31 Status 1 3,2 30 96,8 31 Affiliation 9 29,0 22 71,0 31 Attraction 2 6,5 29 93,5 31 Fear 8 25,8 23 74,2 31 Sumber: data primer (2014). Tabel 5.1.2.2 menunjukkan distribusi frekuensi motivation model. Sebanyak 24 reponden (77,4%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan ingin terbebas dari kotoran, dan sebanyak 7 responden (22,6%) mengatakan terbebas dari kotoroan tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan. Sebanyak 24 reponden (77,4%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan ingin mendapatkan rasa nyaman, dan sebanyak 7 responden (22,6%) mengatakan ingin mendapatkan rasa nyaman tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan. Sebanyak 12 reponden (38,7%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan melakukan pengasuhan, dan sebanyak 19 responden (61,3%) mengatakan melakukan pengasuhan tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan. Sebanyak 1 reponden (3,2%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan status atau gengsi, dan sebanyak 30 responden (96,8%) mengatakan status atau gengsi tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci 54
tangan. Sebanyak 9 reponden (29,0%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan bersosialisasi, dan sebanyak 22 responden (71,0%) mengatakan bersosialisasi tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan. Sebanyak 2 reponden (6,5%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan daya tarik, dan sebanyak 29 responden (93,5%) mengatakan daya tarik tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan. Sebanyak 8 reponden (25,8%) mengatakan termotivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan dikarenakan takut, dan sebanyak 23 responden (74,2%) mengatakan takut tidak menjadi motivasi untuk melakukan lima waktu cuci tangan.
5.1.3 Hubungan Planning dan Motivation Model dengan Lima Momen Penting Cuci Tangan
Setelah mengetahui distribusi frekuensi setiap kategori dalam variabel, peneliti selanjutnya melakukan uji bivariate menggunakan Chi Square. Uji bivariate ini untuk mengetahui apakah ada hubungan mengenai Motivation dan Planning responden terkait dengan prilaku lima momen cuci tangan. Hasil uji Chi Square yang dilakukan, terdapat beberapa hubungan dan beberapa kategori yang tidak memiliki hubungan dalam setiap kategori variabel baik dependen maupun independen. Variabel independen memiliki kategori Planning yang didalamnya terdapat sub kategori good health, religious/supernatural objectives, socialized children.sedangkan variabel independen kedua adalah Motivation, dimana didalamnya terdapat sub kategori disgust, nurture, nurture, status, affiliation, attraction, serta fear. Variabel dependen memiliki kategori sebelum makan, 55
sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Hasil uji Chi Square yang didapatkan adalah sebagai berikut. Tabel 5.1.3.1 Hubungan Planning Model dengan Lima Momen Penting Cuci Tangan
Planning 5 momen penting Frekuensi total P value tidak % iya % Good Health Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,000 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,000 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,430 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,017 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,247 Religious/ Super- natural Objectives Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,451 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,451 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,000 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,451 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,247 Socialized Children Sebelum makan 11
35,5 20
64,5 31 100% 0,112 Setelah BAB 11
35,5 20
64,5 0,112 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,574 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,619 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,018 Sumber: data primer (2014) Tabel tersebut menunjukkan distribusi frekuensi Planning dan hubungannya dengan 5 momen cuci tangan. Dari data tersebut didapatkan bahwa 56
yang terdapat hubungan antara Planning dengan 5 momen cuci tangan yaitu, Planning: good health memiliki hubungan dengan momen cuci tangan yaitu sebelum makan, setelah BAB dan setelah menceboki bayi. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value yang lebih kecil dari nilai taraf signifikan (p<), sehingga Ho menunjukkan terdapat hubungan mengenai Good Health dengan momen cuci tangan sebelum makan, setelah BAB dan setelah menceboki bayi. Variabel Planning: religious/ Supernatural Objectives memiliki hubungan dengan momen cuci tangan sebelum memegang bayi dengan p value= 0,000 dan taraf signifikan () sebesar 0,05. Berdasarkan hasil di atas, nilai p value lebih kecil dari nilai taraf signifikan (p<), sehingga Ho menujukkan terdapat hubungan mengenai religious/supernatural objectives dengan momen cuci tangan sebelum sebelum memegang bayi. Variabel Planning: Socialized Children memiliki hubungan dengan momen cuci tangan sebelum menyiapkan makan dengan p value= 0,018 dan taraf signifikan () sebesar 0,05. Berdasarkan hasil di atas, nilai p value lebih kecil dari nilai taraf signifikan (p<), sehingga Ho menujukkan terdapat hubungan mengenai religious/supernatural objectives dengan momen cuci tangan sebelum menyiapkan makanan.
57
Tabel 5.1.3.1 Hubungan Motivation Model dengan Lima Momen Penting Cuci Tangan
Moti- vation 5 momen penting Frekuensi total P value tidak % iya % Disgust Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,000 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,002 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,430 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,017 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,247 Com- fort Sebelum makan 11
35,5 20
64,5 31 100% 0,000 Setelah BAB 11
35,5 20
64,5 0,002 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,430 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,017 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,247 Nurture Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,012 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,012 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,245 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,625 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,619 Status Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,451 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,451 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2 6,5 0,790 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,419 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,696 Affi- liation
Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,008 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,008 Sebelum memegang bayi 29 93,5 2 6,5 0,350 Setelah menceboki bayi 19 61,3 12 38,7 0,694 58
Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,322 Attrac- tion Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,278 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,278 Sebelum memegang bayi 29 93,5 2
6,5 0,010 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,245 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,574 Fear Sebelum makan 11 35,5 20 64,5 31 100% 0,472 Setelah BAB 11 35,5 20 64,5 0,115 Sebelum memegang bayi 29
93,5 2
6,5 0,389 Setelah menceboki bayi 19
61,3 12
38,7 0,935 Sebelum menyiapkan makanan 27
87,1 4
12,9 0,206 Sumber: data primer (2014) Tabel tersebut menunjukkan distribusi frekuensi Motivation dan hubungannya dengan 5 momen cuci tangan. Dari data tersebut didapatkan bahwa yang terdapat hubungan antara Motivation dengan momen cuci tangan yaitu, disgust dan comfort memiliki hubungan dengan momen cuci tangan yaitu sebelum makan, setelah BAB, dan setelah menceboki bayi. Untuk Motivation: nurture memiliki hubungan dengan momen cuci tangan yaitu sebelum makan dan setelah BAB. Untuk Motivation : status dan fear tidak memiliki hubungan dengan 5 momen cuci tangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value yang lebih besar dari taraf signifikan (p< ). Untuk Motivation : Affiliation memiliki hubungan dengan momen cuci tangan yaitu sebelum makan dan setelah BAB. Untuk Motivation : attraction memiliki hubungan dengan momen cuci tangan yaitu sebelum memegang bayi yang dibuktikan dengan nilai p value lebih kecil dari taraf signifikan (p< ). 59
5.1.4 Analisis Determinan Planning dan Motivation Model dengan Lima Momen Penting Cuci Tangan
Setelah mengetahui beberapa kategori yang berhubungan, yaitu momen cuci tangan sebelum makan dengan planning good health dan motivation disgust, comfort, nurture, affiliation. Momen mencuci tangan setelah buang air besar dengan planning good health dan motivation disgust, comfort, nurture, status. Momen mencuci tangan sebelum memegang bayi dengan planning religious/supernatural objectives dan motivation comfort. Momen mencuci tangan setelah menceboki bayi dengan planning good health, motivation disgust, comfort. Momen mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dengan planning Socialized children. Beberapa kategori yang mempunyai hubungan tersebut kemudian dilakukan Uji Regresi Logistik. Analisis regresi logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data dikotomik atau biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan atau kategorik (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Hasil yang didapatkan dari uji regesi logistik adalah sebagai berikut.
60
5.1.5 Tabel 5.1.4.1 Hasil Uji Resgresi Logistik Planning dan Motivation Model dengan Lima Momen Penting Cuci Tangan
Variabel Uji Regresi Logistik step 0 Uji Regresi Logistik step 1 Mencuci tangan sebelum makan planning good health motivation disgust motivation comfort motivation nurture affiliation
0,008 0,000 0,000 0,000 0,012
0,999 0,999 0,028 0,999 0,999 Mencuci tangan setelah buang air besar planning good health motivation disgust motivation comfort motivation nurture motivation status
0,999 0,999 0,999 0,012 1,000
- - - 0,028 - Mencuci tangan sebelum memegang bayi planning religious/supernatural objectives motivation comfort
0,010 1,000
0,056 - Momen mencuci tangan setelah menceboki bayi planning good health motivation disgust notivation comfort
0,017 0,017 0,017
0,999 0,999 0,999 Momen mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan planning Socialized children.
0,018
0,042
Tabel 5.1.4.1 menunjukkan hasil uji resgresi logistik planning dan motivation model dengan lima momen penting cuci tangan, dimana diketahui bahwa terdapat keterhaitan erat diantara tujuh belas hubungan diatas, yaitu hubungan mencuci tangan sebelum makan motivation comfort dengan nilai p value 0,028 dan taraf signifikan () sebesar 0,05, sehingga (p<), dengan artian Ho ditolak atau menujukkan terdapat hubungan. Keterkaitan selanjutnya yaitu mencuci tangan setelah buang air besar dengan motivation nurture dengan nilai p 61
value 0,028 dan taraf signifikan () sebesar 0,05, sehingga (p<), dengan artian Ho ditolak atau menujukkan terdapat hubungan. Keterkaitan selanjutnya yaitu mencuci tangan sebelum memegang bayi dengan planning religious/supernatural objectives dengan nilai p value 0,056 dan taraf signifikan () sebesar 0,05, sehingga (p<), dengan artian Ho ditolak atau menujukkan terdapat hubungan. Dan keterkaitan terakhir yaitu momen mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dengan planning Socialized children, dengan nilai p value 0,042 dan taraf signifikan () sebesar 0,05, sehingga (p<), dengan artian Ho ditolak atau menujukkan terdapat hubungan. Dari beberapa keterkaitan tersebut dapat diurutkan dari keterkaitan terendah hingga terbesar yaitu, mencuci tangan sebelum memegang bayi dengan planning religious/supernatural objectives, kemudian, mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dengan planning Socialized children, mencuci tangan sebelum makan motivation comfort, dan mencuci tangan setelah buang air besar dengan motivation nurture.
62
BAB 6. PENUTUP 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan di tiga dusun yaitu Dusun Krajan Barat, Krajan Timur 1 dan Krajan Timur 2 Desa jelbuk Kecamatan Jelbuk Kebupaten Jember selama bulan Mei tahun 2014, maka dapat disimpulkan bahwa variabel lima waktu penting cuci tangan degan berbasis PM (Planned, Motivation) Model di Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, didapatkan hasil yaitu pola perilaku mulai dari mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan setelah BAB, mencuci tangan sebelum memegang bayi, mencuci tangan setelah menceboki bayi, dan yang terakhir adalah mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan didapatkan hasil yang paling berpengaruh terhadap PM ( Planned, Motivation ) model adalah perilaku mencuci tangan setelah BAB. Faktor Planning terdiri atas good health, religius, dan socialized children dalam mendorong perilaku lima momen cuci tangan. Responden memilih good health sebagai alasan melakukan 5 momen cuci tangan sebanyak 7 atau 22,6% responden dan yang tidak menjadikan good health sebagai faktor melakukan perilaku lima momen cuci tangan sebanyak 24 responden atau 77,4%. dengan kesimpulan untuk planned yang paling mempengaruhi perilaku yaitu dari good healt . Faktor Motivation terdiri atas disgust (jijik), comfort, nurture, status, affiliation, attraction, fear sebagai faktor pendorong dalam melakukan perilaku lima momen cuci tangan. Responden memilih tidak menjadikan disgust sebagai faktor responden melakukan perilaku lima momen cuci tangan sebanyak 7 63
responden atau 22,6% dan sebanyak 24 responden atau 77,4% mengatakan menjadikan disgust sebagai faktor responden melakukan 5 momen cuci tangan. 7 responden atau 22,6% memilih tidak menjadikan comfort sebagai faktor pendorong melakukan perilaku 5 momen cuci tangan, dan sebanyak 24 responden atau 77,4% mengatakan menjadikan comfort sebagai faktor responden melakukan 5 momen cuci tangan. Dari semua aspek yang di teliti mulai dari disgust (jijik), comfort, nurture, status, affiliation, attraction, fear didapatkan hasil dari pola perilaku Motivation aspek yang paling mempengaruhi pola perilaku 5 momen cuci tangan pakai sabun adalah dari disgust (jijik) dan comfort yang di dapatkan hasil yang sama sesuai dengan data distribusi frekuensi. Hasil Uji Chi Square yang didapatkan nilai P value= 0,000 dan taraf signifikan () sebesar 0,05, dan didapatkan apakah setiap faktor dari Planning dan Motivation berhubungan dengan 5 moment cuci tangan adalah momen cuci tangan sebelum makan, sesudah BAB, dan setelah menceboki bayi. Planning Religious/Supernatural Objectives terdapat hubungan mengenai dengan momen cuci tangan sebelum memegang bayi, dan, sebelum menyiapkan makanan. Planning Socialized Children terdapat hubungan mengenai dengan momen cuci tangan saat menyiapkan makanan. Motivation Disgust terdapat hubungan dengan momen cuci tangan sebelum makan, dan sesudah BAB. Motivation Nurture terdapat hubungan mengenai dengan momen cuci tangan setelah menceboki, sebelum makan, dan sesudah BAB. Motivation Affiliation terdapat hubungan mengenai dengan momen cuci tangan sebelum makan.
64
6.2 Saran 1. bagi keluarga untuk dapat memperbaiki perilaku cuci tangan sesuai dengan 5 momen cuci tangan dalam perilaku sehari-harinya. 2. bagi Tenaga Kesehatan Untuk lebih menekankan aspek promosi kesehatan terkait perilaku cuci tangan dalam keluarga khususnya keluarga dengan balita 3. bagi Penelitian Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teori dan konsep tentang perilaku kesehatan cuci tangan dalam keluarga. penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk lebih menyempurnakan pembahasan ataupun mensukseskan program perilaku hidup bersih sehat di tataran rumah tangga: cuci tangan. 4. Penelitian lanjutan dapat berupa penelitian yang bertujuan: a. Mengetahui pengaruh faktor Planning Motivation dalam keluarga dengan balita terhadap terjadinya penyakit diare pada balita b. Mengetahui pendidkan kesehatan tentang perubahan perilaku 5 momen cuci tangan dalam keluarga dengan balita
65
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2013. www.bps [diakses tanggal 7 April 2014: 20: 04].
Budiarto, Eko. 2001. Bistatitika untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Baughman, Diane, C. 2000. Keperawatan medical Medah: Buku saku Brunner & Suddart. Alih Bahasa: yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Burke, Evan 2013.The Health Beliefe Model. http://www.iccwa.org.au/useruploads/files/soyf/2013_resources_videos/t he_health_belief_model.pdfevan_burke.pdf [diakses tanggal 10 April 2014].
Chandra, Budiman. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta: EGC.
Curtis at all. 2009. Planned, motivated and habitual hygiene behaviour: an eleven country review. http://her.oxfordjournals.org/journal/downloads/hwws.pdf [diakses tanggal 7 April 2014: 10: 35].
Depkes RI. 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. [serial online] http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf
Depkes RI. 2008. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Depkes RI
Dit PL, Ditjen PP-PL. 2008. Pedoman Umum Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Jakarta: Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman STBM. www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf [diakses tanggal 7 April 2014: 22: 04].
Departemen Kesehatan RI.2011.Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf
66
Departemen kesehatan RI. 2012. Profil kesehatan Jawa Timur Tahun 2012. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/15_ Profil_Kes.Prov.JawaTimur_2012.pdf [6 April 2014: 14:12].
Dinkes Jatim. 2012. Jatim dalam Rangka terkini. http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/JATIM_DALAM_ANGKA _TERKINI.pdf [6 April 2014 13:10].
Egmond, Cees dan Bruel, Renee. 2007. Nothing is as practical as a good theory, Analysis of theories and a tool for developing interventions to influence energy-related behavior.http://www.cres.gr/behave/pdf/paper_final_draft_CE1309.pdf [diakses tanggal 7 April 2014: 21: 24].
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling. Yogyakarta: Pelangi Aksara.
Ikawartina. 2010. Hubungan antara perilaku hidup besih dan sehat (PHBS) keluarga terhadap kejadian diare pada balita. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-ikawartina- 5746-2-babii.pdf [diakses tanggal 10 April 2014].
Hilburn J., Fendler E., Groziak P., Hammond P.2002. The Use of Alcohol Hand Sanitizer as an Effective Infection Control Strategy in Acute Care Facility, American Journal of Infection Control.
Maulana, agung. 2013. Hubungan Keaktifan Ibu dalam Posyandu dengan Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
67
Meadow, R. S dan Newel, J. S. 2005. Pediatrika. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Editor: Richard E. Behrman. Jakarta: EGC.
Pratiwi dan Nurhidayanti. 2014. Kuesioner menurut Hati Perasaan dan Pikiran yang Galau dan Alay. Jember: Nursing Sciece University of Jember Press
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013). http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%2020 13.pdf
Sarasdyani, Wendy. 2012. Cuci Tangan pakai Sabun dengan Benar Dapat Mengurangi Prevalensi Penyakit Menular. [serial online] http://stbm- indonesia.org/dkconten.php?id=5610. dipos pada tanggal 04 November 2012
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: ECG.
Suharyadi, & Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Sunaryo.2004.Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta: EGC
Triyana, Yumna dan Rachmawati, F. J. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. http://data.dppm.uii.ac.id/uploads/l050106%20Rachmawati%20Triyana.p df [diakses tanggal 11 April 2014].
WHO. 2008. Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan Anak. Alih Bahasa Apriningsih. Jakarta: EGC.
68
Yusuf, Muhammad Nauval. 2003. Analisis Data Multivariat Konsep Dan Aplikasi Regresi Linear Ganda http://naufalmti.files.wordpress.com/2010/07/modul-linear-ganda.pdf
69
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1.1 Proses Pengisian Kuesioner
Gambar 1.2 Proses Pengisian Kuesioner 70
SURAT PERMOHONAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Kelompok : Riset Keperawatan Gelombang 1 Angkatan : 2011 Pekerjaan : Mahasiswa Alamat instansi : Jl. Moh. Seruji Gang II No 31 B Patrang, Jember Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul Analisis Determinan Perilaku Lima Waktu Penting Cuci Tangan Berbasis Planning dan Motivation pada Keluarga dengan Balita Di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Anda sebagai responden maupun keluarga. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Anda tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi Anda maupun keluarga. Jika Anda bersedia menjadi responden, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terima kasih.
Hormat kami, Kelompok Riset Keperawatan Gelombang 1
71
SURAT PERSETUJUAN
Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, yaitu: Kelompok : Riset Keperawatan Gelombang 1 Angkatan : 2011 Pekerjaan : Mahasiswa Alamat instansi : Jl. Moh. Seruji Gang II No 31 B Patrang, Jember Judul : Analisis Determinan Perilaku Lima Waktu Penting Cuci Tangan Berbasis Planning dan Motivation pada Keluarga dengan Balita Di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya maupun keluarga saya, bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Jember, 2013
( ) Nama terang dan tanda tangan
72
KUESIONER Usia : Jenis Kelamin :
1. Saya membasuh tangan dengan air mengalir setelah melakukan pekerjaan, karena a. keyakinan saya perlu menjaga kebersihan b. Karena tangan saya kotor c. Mengajarkan pada anak saya 2. Saya cukup mencuci tangan saya dengan air, karena a. Air mampu membersihkan kotoran yang ada di tangan b. Saya tidak memegang sesuatu yang sangat kotor c. Wudhu menyucikan hanya dengan air, maka sama saja dengan mencuci tangan menggunakan air saja 3. Keluarga saya membasahi tangan dengan air sebelum makan, karena a. Tangan yang bersih adalah tangan yang suci b. Membasuh tangan dengan air, membuat tangan bebas dari penyakit c. Mengajarkan kepada anak, untuk menjaga kebersihan 4. Saya melakukan cuci tangan bersama anak saya saat sebelum makan, karena a. Membasuh tangan dengan air, mencegah penyakit b. Mengajarkan sedini mungkin, menjaga kebersihan c. Kebersihan sebagian dari iman 5. Bayi saya bangun saat saya memasak di dapur, maka a. Saya mencuci tangan terlebih dahulu karena cukup waktu b. Saya lebih nyaman untuk mencuci tangan terlebih dahulu c. Saya takut anak saya sakit jika saya tidak mencuci tangan 6. Saat saya membersihkan rumah, dan bayi saya menangis, maka saya a. Cuci tangan, karena tangan saya akan nyaman b. Membasuh tangan dengan air, merupakan mencegah penyakit c. Takut tangan saya kotor, saya mencuci tangan terlebih dahulu
73
7. Menurut saya cuci tangan itu penting karena .... a. Jika kita bersih maka kita akan sehat b. Jika kita bersih maka akan dikagumi oleh orang lain c. Jika kita kotor maka akan dinilai kurang baik oleh orang lain 8. Saya memilih mencuci tangan, karena a. Jika tidak cuci tangan, bisa menderita penyakit diare b. Dipandang baik oleh masyarakat c. Terlihat bersih 9. Setelah melakukan pekerjaan, saya mencuci tangan karena a. Saya tidak ingin tangan saya bau b. Saya ingin tangan saya harum c. Saya ingin sehat 10. Jika saya tidak mencuci tangan maka ... a. Saya merasa malu kepada orang lain b. Saya akan terkena penyakit c. Saya merasa tidak nyaman pada tangan saya