Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia, Denpasar 26 Maret 2011
1
Makalah ilmiah-2 The Stability of del tamethrine samples were stored in difference temperature : Anal ysed using the high performance liquid chromatography
Gagak D. Satria Department of Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta Jl. Fauna 2, Karang Malang, Yogyakarta 55281 Telp/fax: (0274) 560861
Abstract
To know the stability of sample is very important before use it in experiments. The objective of this research was to recognize the stability of Deltamethrine extract samples were stored in 5 0 C and ambient temperature ( 25 0 C). The High Performance Liquid Chromatography (HPLC) being used in this research was Shimadzu 6.1 that used 80% of Acetonitrile and 20% of Aquabidest as mobile phase with 1 ml/minute of flow rate. C-18 was used as a column with 270 nm of wavelength. The concentration of Deltamethrine were added in the muscle were 5 ug/ml; 100 ug/ml; and 1000 ug/ml. The extract samples were get stored in 5 days, and injected into HPLC at day 1; 2; and 5. The statistic methods were used in this research. The research found when samples stored at ambient temperature would delivered the average of width of 5 ug/ml samples curves area at day 1; 2; and 5 were 21008.33 0.003; 23442.33 0.01; and 24809.67 0.006 respectively. The width of 100 ug/ml samples curves area at day 1; 2; and 5 were 546611.7 0.147; 438256.7 0.079; and 505209.7 0.051 respectively. The width of 1000 ug/ml samples curves area at day 1, 2, and 5 were 4362700 0.075, 4261764 0.17, and 5170101 0.484 respectively. When samples stored at 5 0 C would delivered the average of width of 5 ug/ml samples curves area at day 1; 2; and 5 were 21008.33 0.003; 22183 0.002; and 31932 0.016 respectively. The width of 100 ug/ml samples curves area at day 1; 2; and 5 were 546611.7 0.147; 511554 0.086; and 55483.7 0.060 respectively. The width of 1000 ug/ml samples curves area at day 1; 2; and 5 were 4362700 0.075; 4508617 0.118; and 4758442 0.329 respectively. There were no differences there (p>0.05). The conclusion of the research were follows; no physical-chemistry characterized of deltamethrine changes after 5 days room temperature kept compared with deltamethrine at strored 5 0 C.
Penggunaan pestisida di Indonesia cukup tinggi mengingat Indonesia adalah negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian. Penggunaan pestisida bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian dengan melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan. Dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Petani yakin dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma (Girsang, 2009). Salah satu pestisida yang sering dipakai oleh petani di Indonesia adalah Deltamethrin. Senyawa ini adalah senyawa Piretroid yang dapat membunuh serangga melalui kontak langsung maupun melalui makanan. Pestisida ini banyak
Disampaikan dalamKongres Nasional Pertama, Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia, Denpasar 26 Maret 2011 2
Makalah ilmiah-2 juga digunakan sebagai bahan untuk memberantas kutu pada beberapa hewan kesayangan misalnya anjing. Deltamethrin ini di campur dengan talk dan kemudian dikeringkan. Senyawa ini sangat dekat dengan masyarakat Indonesia walaupun keberadaannya sering dikesampingkan. Senyawa Piretroid ini termasuk dalam senyawa yang kurang dapat bertahan di lingkungan (Mutiatikum et al., 2002 ; Conell, Miller, 1995). Pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus, langsung atau tidak langsung dapat sampai ke manusia, terhirup melalui pernafasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan dan air minum (Atmawidjaja et al., 2004 ; Abadi, 2005). Residu pestisida yang termakan manusia dapat menimbulkan gangguan. Efek toksik yang dapat muncul dapat berupa mual, pusing, sakit perut, diare, pingsan, gangguan saraf, dan dalam skala berat dapat menimbulkan kematian jaringan. Konsumsi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan yang akan sangat membahayakan manusia karena akan menurunkan kualitas sel-sel tubuh dan menimbulkan gangguan yang lebih kompleks (Nurlaila et al., 2005 ; Mutiatikum et al., 2002 ; Raini, 2008). Salah satu resiko dalam penyimpanan sampel adalah kerusakan sampel atau perubahan karakteristik. Penyimpanan sampel adalah kegiatan yang sering tidak dapat dihindari dalam operasi suatu laboratorium. Secara umum dikatakan bahwa penyimpanan sampel hendaknya dilakukan sesingkat mungkin, pada kondisi yang meminimumkan degradasi sampel. Sampel pestisida harus disimpan di tempat sejuk, kering, gelap atau tidak terkena sinar matahari, jauh dari api dan bahan kimia lain serta disarankan untuk mulai mendinginkan sampel dalam lemari es segera setelah sampling (Satria et al., 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan stabilitas sampel jaringan yang mengandung pestisida Deltamethrin dengan penyimpanan dalam suhu ruangan (kurang lebih 25 0 C) dan dalam suhu kulkas (kurang lebih 5 0 C). Parameter stabilitas yang digunakan adalah analisis kromatogram pada puncak area Deltamethrin yang dihasilkan oleh HPLC.
Materi dan metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan ekstrak daging broiler yang telah dicampurkan pestisida Deltamethrin dengan 3 konsentrasi yaitu 5 ug/ml, 100 ug/ml, dan 1000 ug/ml. Alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shimadzu 6.1 dengan 80% Acetonitrile dan 20% Aquabidest sebagai fase gerak. Laju alir yang digunakan 1 ml /menit dengan kolom C-18 dan panjang gelombang pembacaan pada 270 nm. Sampel ekstrak yang didapatkan di simpan selama 5 hari dalam suhu ruangan (kurang lebih 25 0 C) dan dalam suhu kulkas (kurang lebih 5 0 C). Analisis HPLC dilakukan pada hari ke 1, 2, dan 5, serta dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali tiap sampel. Luas area puncak Deltamethrin kemudian dibandingkan dengan analisis varian dan digunakan sebagai parameter kestabilan sampel.
Diskusi Satria et al., (2011) mengemukakan bahwa waktu retensi dari area puncak Deltamethrin dalam analisis HPLC dengan prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya adalah diantara menit ke 9 hingga menit ke 12. (Gambar 1).
Disampaikan dalamKongres Nasional Pertama, Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia, Denpasar 26 Maret 2011 3
Makalah ilmiah-2 Minutes 0 2 4 6 8 10 12 14 V o l t s 0,00 0,01 0,02 V o l t s 0,00 0,01 0,02 1 , 1 0 8 1 , 3 6 7 1 , 5 9 2 1 , 9 5 0 3 , 2 3 3 9 , 2 2 5 9 , 9 5 8 Detector A (270nm) deltametrin del100uACN80%b2-11 Retention Time Gambar 1. Kromatogram Analisis HPLC Deltamethrin Luas area puncak pada masing masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis HPLC menunjukkan bahwa luas area puncak sampel yang ditambahkan Deltamethrin memperlihatkan pola serial, dimana semakin besar konsentrasi akan semakin besar pula luas area puncak. Luas area puncak ini bisa menjadi salah satu indikator kestabilan zat dalam sampel. Setelah dilakukan analisis dengan statistik pada masing-masing varian menggunakan one way anava diketahui bahwa tidak ada perbedaan luas area puncak di antara perlakuan (p > 0,05) atau bisa dikatakan sampel masih tetap stabil dan layak digunakan.
Tabel 1. Rata-rata Luas Area Puncak Deltamethrin pada perlakuan
Konsentrasi Deltamethrin Ditambahkan Hari I Hari II Hari V Suhu Ruang Kulkas Suhu Ruang Kulkas Suhu Ruang Kulkas 5 ug/ml 21008.33 0.003 21008.33 0.003 23442.33 0.01 23442.33 0.01 24809.67 0.006 24809.67 0.006
Sampel ekstrak daging untuk uji residu pestisida Deltamethrin masih stabil sampai 5 hari baik pada penyimpanan dengan kulkas maupun di suhu kamar.
Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kementerian Pendidikan Nasional atas bantuan dana sehingga penelitian dapat dilaksanakan. Terima kasih juga disampaikan kepada Damar Pranawijaya, dkk atas bantuan selama penelitian.
Peak area of Deltamethrine Peak area of mobile phase agents
Disampaikan dalamKongres Nasional Pertama, Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia, Denpasar 26 Maret 2011 4
Makalah ilmiah-2 Daftar pustaka
Abadi.L.A., 2005. Permasalahan dalam Penerapan Sistem Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengelolaan Penyakit Tumbuhan di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar Unibraw. Malang.
Atmawidjaja.S., Daryono.H.T., Rudiyanto. 2004. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Metidation pada Tomat. Acta Pharmaceutica Indonesia. Vol. XXIX. No. 2 72 82.
Conell dan Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UII Press.hal. 215 - 227.
Frank J., Kellner T., Gee J., Leung P., Carr W., Pfeifer K.,Schreider J. 2000. Deltamethrin : Risk Characterization Document. Vol. I. Health Assessment Section. Medical Toxicology Branch. Dept. Pesticide Regulation. California Environmental Protection Agency.
Girsang , W. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida. USI P.Siantar. Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses pada tanggal 14 Febuari 2011 pk: 12:18AM. Mutiatikum.D., Puji.L.S., Alegantina. 2002. Analisis Residu Pestisida Piretrin dari Tomat dan Selada dari beberapa Pasar di Jakarta, Media Litbang Kesehatan Vol XII. No.22. Nurlaila, Imono.A.D., Edy Meiyanto, 2005. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Keracunan Pestisida Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit A Yogyakarta Periode Januari 2001 sampai dengan Desember 2002. Majalah Farmasi Indonesia. 16 (3), 149 154.
Raini M. 2008. Toksikologi Pestisida dan Penanganan akibat Keracunan Pestisida. Http://www.litbang.depkes.go.id/media. Downloaded April 17. 2009.
Satria G.D., Agustina D.W., Puspa W.S., Arlini N.Y., Damar P.W., Rachel A.N.G. 2011. Chromatogram Analysis to Detect The Deltamethrin Added in The Muscle of Chicken Using The High Performance Liquid Chromatography. Dipresentasikan dalam Seminar Internasional Advance Technology on Veterinary and Life Sciences. 12 Maret 2011.