You are on page 1of 24

Hemoroid

Keadaan hemoroid adalah dilatasi pleksus vena yang mengitari area rektal dan anal. Dilatasi ini
sangat sering terjadi pada individu yang rentan karena peningkatan tekanan yang menetap dalam
pleksus vena hemoroidal. Hemoroid sering bersamaan dengan jenis kelainan lain, khususnya varises.
Predisposisi dapat diakibatkan dari konstipasi atau kehamilan. Hemoroid berdarah mungkin akibat
dari hipertensi portal. Kantungkantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum; terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan. Sering nyeri dan mengganggu. Darah segar
sering tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Terapi untuk kelainan ini adalah dengan operasi
atau penyuntikan setempat dengan obat.
Hemoroid (wasir)
Adalah varises di rektum bagian bawah atau anus. Hemoroid internal berasal dari bagian atas
sfingter anal internal. Kadang hemroid ckup besar, sehingga menonjol keluar dari anus dan
membesar (yaitu hemoroid eksternal), mengonstriksi dan menyakitkan. Hemoroid dapat muncul
akibat konstipasi yang dialami bertahun-tahun.
Hemoroid menyebabkan nyeri dan pendarahan saat defekasi. Penatalaksanaan terdiri dari anjuran
diet tngi serat dam laksatif pembentukan massa feses. Hemoroid dapat ditangani dengan
memasukkan vena yang mengalami hemoroid atau dapat diiligasi atau dieksisi pada waktu
hemoroidektomi. Hemoroid dapat mengalami ruptur atau trombus, yang segera mengharuskan
pelaksaan bedah.



CA KOLON





BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relative
umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling
umum kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya
barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di
negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.
Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens
kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon
asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama
karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko
telah teridentifikasi, termasuk riwayat penyakit atau riwayat kanker kolon atau polip
dalam keluarga, riwayat usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging
serta rendah serat.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.PENGERTIAN

Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu
pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,
2008 : 268).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang
tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma
yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan
sehat disekitar kolon (usus besar).


B. ETIOLOGI

Terdapat beberapa etiologi utama kanker yaitu:
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a) Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b) Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma
c) Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.


3. Genetik : Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak anak yang orangtuanya sehat
(FKUI, 2001 : 207).
4. Radiasi dan paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan reaksi
karsinogenik.


C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri
adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.


Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
a) Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b) Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c) Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada
feses, obstruksi.
d) Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal.


D. PROGNOSIS PENYAKIT

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup sertamerusak
jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapatterlepas dari
tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan
kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma
(terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda beda.
Tumor dapat menyebar:
a) secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
b) melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon
c) melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.
Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi
dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.


E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel
kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan
sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetic, sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung &
usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya
lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus
(FKUI, 2001 : 211)


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit hemoroid dan Ca kolorektal adalah penyakit yang menyerang bagian kolon dan rectum
.Resiko terkena kedua penyakit tersebut dapat diturunkan dengan menjaga gaya hidup individu
tersebut.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang
asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.


makalah infeksi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik
lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72
jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen
disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat
baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
BAB II
INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Pengertian
Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat atau lebih dari 72 jam.

B. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien
dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada :
karakteristik mikroorganisme
resistensi terhadap zat-zat antibiotika
tingkat virulensi
banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di
rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan
dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini
kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak
atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.


a. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini
sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat
menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :
Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan
gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap
antibiotika.
Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter.
Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.

b. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B
dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus
(RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.
Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan
dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza
virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
c. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak.
Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
2. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah:
Umur
Status imunitas penderita
Penyakit yang diderita
Obesitas dan malnutrisi
Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid
Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih
diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal
ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman
yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi,
kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.

3. Infection by direct or indirect contact
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan penyebab infeksi. Penularan
infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui
cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan dan instrumen kedokteran.
Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya
cross infection.
4. Resistensi Antibiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950-1970, banyak penyakit
yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini
menyebabkan penggunaan berlebihan dan pengunsalahan dari antibiotika. Banyak mikroorganisme yang kini
menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama
terhadap pasien yang immunocompromised. Resitensi dari bakteri di transmisikan antar pasien dan faktor
resistensinya di pindahkan antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan
multipikasi dan penyebaran strain yang resistan. Penyebab utamanya karena:
Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
Dosis antibiotika yang tidak optimal
Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat
Kesalahan diagnosa
Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten terhadap antibiotika,
mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-obatan tersebut. Penggunaan antibiotika
secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi.
Banyak strains dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak
antibiotikaa, begitu juga klebsiella dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini
sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau
tidak tersedia.
Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, dan menjadi sangat
penting karena:
Meningkatnya jumlah penderita yang dirawat
Seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur
Mikororganisme yang baru (mutasi)
Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika

5. Faktor Alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus,
infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin
lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus.
Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut
berupa :
Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula
Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain
Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran infuse
Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam pembuluh
darah
Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena yaitu: jenis kateter,
ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang
dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah
transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus
untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter
merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia.
C. Macam Penyakit Yang Disebabkan Oleh Infeksi Nosokomial
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan
dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya
bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella,
Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena
mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena
mikroorganisme eksogen.
Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra yang melekat dengan
permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan kateter.
Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air
yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik
dan aseptik.
2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi,
intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif
seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut.
Keberadaan organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus
respiratorius bagian bawah.
Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para influenza virus,
enterovirus dan corona virus. Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:
Tipe dan jenis pernapasan
Perokok berat
Tidak sterilnya alat-alat bantu
Obesitas
Kualitas perawatan
Penyakit jantung kronis
Penyakit paru kronis
Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
Tingkat penggunaan antibiotika
Penggunaan ventilator dan intubasi
Penurunan kesadaran pasien
Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza. Pada pasien dengan
sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara
dengan prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan.
3. Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5 % dari total infeksi nosokomial, tetapi dengan resiko kematian yang sangat
tinggi, terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi
dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.
Faktor utama penyebab infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasif,
dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus.


4. Infeksi Nosokomial lainnya
a. Tuberkulosis
Penyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten. Kontrol terpenting untuk penyakit ini
adalah identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan.
b. diarrhea dan gastroenteritis
Mikroorganisme tersering berasal dari E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari
gologan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan hepatitis A.
Bedakan antara diarrhea dan gastroenteritis. Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi
menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik :
abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria
lemahnya motilitas intestinal, dan
perubahan pada flora normal.
Faktor ekstrinsik :
Pemasangan nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.
c. Infeksi pembuluh darah
Infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung dan suntikan. Virus yang dapat
menular dari cara ini adalah virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan HIV. Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori
utama:
Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan
organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain
Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang
lain.
d. Dipteri, tetanus dan pertusis
Corynebacterium diptheriae, gram negatif pleomorfik, memproduksi endotoksin yang menyebabkan
timbulnya penyakit, penularan terutama melalui sistem pernafasan.
Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk rejan. Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi muncul sebanyak 50
dalam 100% individu yang tidak imun.
Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang otot.

D. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program
yang termasuk :
Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan
sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.






BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung dari agen yang menginfeksi,
respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor alat.
Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi
terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh
pasien dipengaruhi oleh Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi,
orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh
untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya Infeksi saluran kemih. Infeksi ini
merupakan kejadian tersering, dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Nosokomial pneumonia,
terutama karena pemakaian ventilator, tindakan trakeostomy, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi.
Nosokomial bakteremi yang memiliki resiko kematian yang sangat tinggi.
B. SARAN
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh
karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan
tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini. Kebenaran
dan keshahihan hanya milik Allah dan Rasul -Nya, kesilapan dan kekhilafan itu semua datang dari
kami yang sedang belajar ini.

DAFTAR PUSTAKA

Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice. St Louis, Mosby; 1996
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World Health
Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response; 2002
Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrisons Principle of Internal Medicine 15 Edition.-CD
Room; 2001
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari
Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit
Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001




















Lampiran Gambar















DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2. Jakarta: EGC

Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC

Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC

Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ca
Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011

Malini, eva. 2009. Askep Hemeroid Pasien Hemeroid dan Ca Colorectal. Inhttp://www.scribd.com.
Lustupdate 27 november 2011
- See more at: http://bacainfomu.blogspot.com/2014/02/makalah-ca-
kolon.html#sthash.NevwBzm0.dpuf

KANKER KOLON

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.Kanker kolon
menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab
ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat,baik pada pria maupun wanita. Ini adalah
penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis dinegara ini
setiap tahunnya.Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari
55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis
ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih
sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria.Distribusi tempat kanker pada
bagian bagian kolon adalah sebagai berikut :Asendens : 25%Transversa : 10%Desendens : 15%Sigmoid
: 20 %Rectum : 30 %Namun pada tahun tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada
distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon
asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira kira
setengah dari jumlah tersebut meninggal setiaptahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun
adalah 40 50 %,terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari colorectal cancer?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan colorectal cancer?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaandengan
gangguan colorectal cancer.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi colorectal cancer
2. Mengetahui dan memahami etiologi colorectal cancer.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi colorectal cancer.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengancolorectal cancer.
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan colorectal cancer.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi dari colorectal cancer.
7. Mengetahui dan memahami pencegahan dari colorectal cancer.
8. Mengetahui dan memahami prognosis dari colorectal cancer.
9. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari colorectal cancer.
10. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan colorectal cancer.

D. Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:1. Mendapatkan pengetahuan
tentang colorectal cncer.2. Mendapatkan pengetahuan dan mampu membuat perencanaan asuhan
keperawatan pada kasuscolorectal cancer



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya
(Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan
usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan
menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah
suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat
disekitar kolon (usus besar).
B. Etiologi
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu
1. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
Padagolongan ini penderita pasti akan menderita karsinoma (100%)
c. Kondisi ulserative :mereka yang telah menderita colitis ulserativa menahun (50%) apalagi
dideritanya sejak usia muda
d. Mereka yang telah diobati untuk karsinoma kolon.
e. Mereka dengan ureterosigmoidestomi (8%)
2. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3
kali lebih banyak daripada anak anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).
3. Diet
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran buah-buahan)
seperti makanan yang sering dikonsumsi oleh orang eropa dan amerika, kebiasaan makan
makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani. Sebaliknya makanan orang afrika dan
asia mengandung sedikit lemak dan banyak dietary fibre.
Lemak dalam kolon-rektum dipecah oleh bakteri dan menghasilkan beberapa asam
empedu yang merupakan ko-karsinogen atau promotor dalam proses karsinogenesis, berarti
membantu mempercepat timbulnya karsinoma. Selain itu makanan dengan sedikit dietary
fibre, akan lebih lama berada dalam saluran cerna sebelum dikeluarkan dari badan sebagai
tinja. Ini disebut transit-time atau waktu transit yang panjang. Dengan demikian, kontak
kedua asam empedu dengan mukosa kolon rectum berlangsung lama.sebaliknya makanan
dengan banyak dietary fibre membuat tinja lunak dan lebih volumineus, sehingga transit
pendek. Ini berarti kontak zat-zat yang merangsang mukosa adalah pendek. Dan dietary fibre
juga menyerap kedua empedu tersebut selain menyerap air, sehingga konsentrasi asam
empedu yang dapat merangsang menjadi rendah. Dengan kata lain dietary fibre dapat
melindungi dan mencegah timbulnya karsinoma atau mengurangi kemungkinan timbulnya
karsinoma.

Makanan yang juga dapat memicu terjadinya Ca Colon
Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran
pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang
tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan
bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng
dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan
karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi
waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung
sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day
Adventists
Makanan yang harus dihindari :
1. Daging merah
2. Lemak hewan
3. Makanan berlemak
4. Daging dan ikan goreng atau panggang
5. Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:
1. Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis
(seperti brokoli,brussels sprouts )
2. Butir padi yang utuh
3. Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak
diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom
dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan
rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang
berusia 20 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohns juga
mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda
dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan
menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut
C. Klasifikasi kanker kolon
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisaN propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari
5 buah.
D :kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
& tidak dapat dioperasi lagi.

Stadium kanker kolon
Terdapat beberapa macam klasifikasi staging Dukes pada kanker kolon
a. Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon
b. Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
c. Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
d. Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain
D. Patofisiologi
Kanker terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian (
Sthrock 1991 a ) :
1. 26 % pada caecum dan ascending colon
2. 10 % pada transfersum colon
3. 15 % pada desending colon
4. 20 % pada sigmoid colon
5. 30 % pada rectum
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini
tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar
dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik
fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas
kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju
liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat
metastase yang lain termasuk Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem
sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan
tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari
tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
E. Tanda dan Gejala
Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum
keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu
barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran
yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya
makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi
tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).
1. Gejala Lokal
a. Perubahan kebiasaan buang air
1) Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
2) Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan
perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker
kolorektal
3) Perubahan wujud fisik kotoran/feses
a) Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar
b) Feses bercampur lender
c) Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di saluran
pencernaan bagian atas
b. Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan
saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
c. Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
d. Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh mengenai
organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni,
timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll).
Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas
penyebarannya
2. Gejala umum
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis
keganasan)
b. Hilangnya nafsu makan
c. Anemia, pasien tampak pucat
d. Sering merasa lelah
e. Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang
3. Gejala penyebaran
a. Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :
b. Penderita tampak kuning
c. Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati
d. Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
Anamnesis yang cermat sering sudah dapat menentukan dignosis. Yang harus ditanyakan
adalah perubahan pola defekasi, frekuensi, dan konsistensi tinja.
Dalam anamnesis tentang nyeri perut, perlu dibedakan antara nyeri kolik dan nyeri menetap,
serta hubungannya dengan makan atau dengan defekasi. Perlu pula ditanyakan warna tinja,
terang atau gelap, bercampur lendir atau bercampur darah, dan warna darah segar atau tidak.
Juga harus ditanyakan ada rasa puas atau tidak setelah defekasi, bagaimana nafsu makan,
adakah penurunan berat badan, dan rasa lelah.Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada
kelainan kolon ialah dispepsia, hematokesia, anemia, benjolan, dan obstruksi karena radang
atau keganasan.
2. Pemariksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan serangkaian pemeriksaan
berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tidak semua organ dpat diperiksa dengan
cara ini. Jenis pemeriksaan dipilih sesuai dengan kelainan yang diperkirakan berdasarkan
anamnesis atau diplih menurut informasi yang diinginkan.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Anemia dapat dibbuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.
Pemeriksaan bensidin untuk darah samar bukan pemeriksaan yang khas, tetapi memberi
petunjuk adanya perdarahan didalam saluran cerna. Pemeriksaan fungsi hati sering memberi
keterangan yang cukup berguna. Perlu disadari bahwa hasil laboratorium tidak memberikan
gambaran yang khas tentang kelainan tertentu di kolon atau rectum.
4. Pemerksaan Radiologik
Foto kolon dilakukan dengan kontras barium yang dimasukkan melalui rektum. Dengan
memasukkan udara setelah defekasi bubur barium ini, akan tampak lapisan tipis bubur
barium pada mukosa kolon lebih mudah dilihat. Pemeriksaan ini disebut foto kontras ganda ,
yaitu kontras negatif udara dan kontras positif bubur barium. Sayangnya, pada foto kolon ini
kelainan rektum dibagian dua pertiga distal tidak dapat dinilai.
a. Proktoskopi
Pemeriksaan kolon dubur dapat disusul dengan proktoskopi (tindakan meriksa
endoskopik/melihat dalam) dengan cara dan alat yang sederhana ini dapat dilihat kelainan
pada anus, kanalisanalis, dan bagian distal rektum
b. Rektosigmoidoskopi
Rektosigmoidoskop adalah pipa kaku sepanjang 25-30cm. Dengan alat ini, rektum dan
sikmoid dapat dilihat setelah usus dibersihkan secara mekanis. Pemeriksaan dengan alat yang
kaku ini kadang menemui kesulitan pada sudut rektosigmoid. Pada setiap kelainan yang
terlihat harus dilakukan biopsimultiple untuk pemeriksaan patologi.
c. Kolonoskopi
Pada kolonoskopi dipakai fiberskop lentur untuk melihat dinding kolon dari dalam lumen
sampai ileum terminalis. Dengan alat ini dapat dilihat seluruh kolon, termasuk yang tidak
terlihat pada foto kolon. Fiberskop juga dapat dipakai untuk biopsi setiap jaringan yang
mencurigakan, evaluasi, dan tindakan terapi misalnya polipektomi.
G. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor
atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
1. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
2. Pembentukan abses
3. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus
besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
H. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih
awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang.
Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau
sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic
sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.

3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah,
sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-
kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA
dan jaringan sehat disekitar kolon. kanker kolon ini termasuk penyakit yang berbahaya di
dunia karena dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera di tangani dengan cepat
mengenali gejala dan melakukan pemeriksaan diagnostik adalah cara untuk mengetahui
apakah kita terserang kanker kolon atau tidak,dengan demikian kita dapat segera melakukan
tindakan pengobatan apabila kita memang di nyatakan terserang kanker kolon
B. Saran
Bagian ini adalah dari saya pribadi, bila Anda atau keluarga Anda adalah seorang
penderita kanker kolon, saran saya adalah sebagai berikut :
1. Jangan tunda pengobatan Anda, siapa tahu Anda masih termasuk dalam kategori stadium
dini.
2. Jangan berputus asa, di setiap kesulitan selalu ada jalan keluar.
3. Jangan berlama-lama mencoba terapi-terapi alternatif dan menggagalkan terapi medis yang
sudah teruji.
4. Saya pribadi mempercayai habbatus sauda (jintan hitam) sebagai terapi tambahan atas
terapi apapun, khususnya untuk masalah kanker. Sejak dulu Nabi bersabda "Sesungguhnya
habbatus sauda adalah obat bagi segala penyakit, kecuali mati%u2026", dan saya
meyakininya. Baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa habbatus sauda memiliki efek anti
kanker yang poten.

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC. Jakarta.

R. Sjamsuhidayat, Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, ed 2. EGC. Jakarta.

Sudoyo W.Aru dkk.2006.Bukur Ajar Penyakit Dalam, Jilid 1.Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. Jakarta

1. Penatalaksanaan Medik
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan pada hemorroid derajat I dan II
dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet
tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan, bila
tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengapsorpsi air saat melewati usus dapat membantu.
Tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah,
diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa
ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil
dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
2. Penatalaksanaan Surgikal
Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan
anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus
digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat
prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah
stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
1. Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
i. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid
tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian
dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus,
yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi
mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan
jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura
rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga
lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
ii. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler
terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
iii. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena
caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini
harus benar-benar lumpuh.
2. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak
banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan
laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada
bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan,
serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri
sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt.
Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu,
luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
3. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri
dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah
sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk
melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini
mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke
dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang
terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan
hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di
rumah sakit semakin singkat.

4. Escherichia coli
Bakteri ini merupakan penghuni sistem pencernaan dan dapat menyebabkan diare berat
dan keracunan makanan.
E. coli merupakan bakteri Gram-negatif berbentuk batang dan menghuni usus bagian
bawah semua hewan berdarah panas, termasuk manusia.
Strain E.coli umumnya tidak berbahaya, namun strain tertentu dapat menyebabkan
keracunan makanan.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi E. coli diantaranya adalah gastroenteritis,
meningitis, infeksi saluran kemih, septikemia, dll.
5. Helicobacter pylori
Ini adalah bakteri paling umum yang menyebabkan radang perut.
Helicobacter pylori adalah balteri Gram-negatif. Penyakit yang disebabkannya antara
lain gastritis, ulkus lambung, serta terkait dengan perkembangan kanker perut serta
ulkus duodenum.
6. Salmonella
Bakteri yang ditularkan melalui makanan ini menyebabkan diare dan keracunan
makanan.
Salmonella adalah bakteri Gram-negatif berbentuk batang dan memiliki alat gerak
berupa flagela.
Bakteri ini ditemukan pada hewan berdarah dingin dan berdarah panas, termasuk
manusia.
Salmonella diketahui menyebabkan demam tipus, demam paratifoid, serta berbagai
penyakit lain yang ditularkan melalui makanan.
Gejala yang paling umum terjadi adalah nyeri perut atau mulas. Gejala-gejala lain yang mungkin Anda rasakan
adalah kram di perut, mual, demam, hilangnya nafsu makan, dan tentu saja, dehidrasi. Saat diare disertai
dengan muntah berulang kali, itu artinya Anda terserang muntaber.

Virus penyebab diare. E.coli dan Shigellaadalah dua jenis bakteri yang paling sering menginfeksi saluran
pencernaan. Bakteri E.coli menyebabkan diare dengan menyerang langsung dinding saluran pencernaan, dan
mengiritasinya. Infeksi karena E.coli sering terjadi karena makanan atau minuman yang telah terkontaminasi
oleh bakteri atau bisa juga karena masakan yang kurang matang. Pada beberapa kasus diare dan muntaber,
aktivitas bakteri juga bisa menimbulkan kerusakan pada lapisan saluran pencernaan. Akibatnya, terjadi
perdarahan yang keluar bersamaan dengan kotoran. Untuk kasus seperti ini, bakteri Shigella-lah yang seringkali
menjadi biang keroknya.

Mengatasi diare. Hal terpenting yang harus Anda lakukan untuk mengatasi diare dan muntaber adalah segera
mengganti cairan tubuh yang terbuang. Ini juga berguna untuk mempertahankan kondisi tubuh agar tidak
dehidrasi lagi. Cairan pengganti terbaik adalah Oralit. Anda juga bisa mengonsumsi minuman yang mengandung
ion tubuh.

Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Anda sudah tahu bahwa kuman penyebab diare dan muntaber
seringkali masuk melalui makanan. Jadi, perhatikan apa saja yang akan Anda masukkan ke dalam mulut Anda.
Di saat sedang berlibur, bukan berarti bisa bebas merdeka untuk mengonsumsi makanan apapun yang Anda
temukan di tempat liburan. Bagaimanapun menariknya makanan yang Anda lihat dijajakan di tempat-tempat
yang kebersihannya meragukan, lewatkan saja. Satu hal lagi yang tak boleh Anda lupakan: Mencuci tangan. Jika
Anda kesulitan mencari tempat untuk mencuci tangan, gunakan cairan disinfektan yang banyak dijual dalam
botol-botol kecil. Siapkan saja satu botol dalam tas bepergian Anda. Sebab, semua usaha yang sudah Anda
lakukan tak akan ada gunanya jika Anda tak menjaga kebersihan diri Anda sendiri.

You might also like