You are on page 1of 12

1

PULAU KAKABAN

A. Lokasi dan fasilitas
Kakaban terletak di Kepulauan Derawan, Kecamatan Derawan, Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur 02
o
08' 18.77280" LU dan 118
o
30' 36.45000" LS
Pulau ini memiliki panjang 6 km, lebar 2,5 km, dan luas 774,20 ha. Sedangkan
danau Kakaban memiliki panjang 2,6 km, lebar 1,5 km, luas sekitar 390 ha
dengan kedalaman maksimum 11 m. Danau Kakaban terletak di Pulau Kakaban,
sebuah pulau kecil tak berpenghuni di pesisir timur Kalimantan. Posisinya sedikit
di sebelah utara Tanjung Mangkalihat, tegak lurus ke arah laut lepas dari muara
Sungai Berau. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah kecamatan
Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bentuk pulau menyerupai angka 6
terbalik dan didominasi oleh dataran karst berbukit kecil dengan lapisan tanah
permukaan yang dangkal (<10 cm). Vegetasi yang terdapat di dataran berbukit ini
cukup lebat namun secara ekologis tergolong sangat rapuh.


Gambar. Letak Pulau Kakaban
Kakaban adalah salah satu pulau dari Kepulauan Derawan yang
dinominasikan sebagai Kawasan Warisan Dunia. Pulau Kakaban menarik
wisatawan asing dengan beberapa keunikannya. Keunikan di Kakaban adalah
2

danau yang terletak di tengah-tengah pulaunya. Dan untuk memasuki kawasan
Danau Kakaban telah dibangun pondok peristirahatan dan jalur setapak sepanjang
147 m.
B. Proses Pembentukan Danau Kakaban
Danau Kakaban terbentuk dari sebuah pulau karang berbentuk cincin yang
disebut atol. Umumnya, daratan atol yang muncul ke permukaan laut berukuran
sempit dan melingkar. Di tengah atol terdapat semacam kolam berisi air laut yang
disebut laguna. Adanya pergerakan lempeng kulit bumi dan berbagai aktifitas
geologi yang kompleks di pesisir timur Kalimantan, menyebabkan karang atol
perlahan-lahan mengalami pengangkatan setinggi 40-60 m di atas permukaan laut.
Akibatnya, air laut yang berada di tengah atol pun terjebak dan tidak dapat keluar
lagi. Terbentuklah sebuah danau yang penampakannya seolah-olah dipeluk oleh
daratan yang ada disekelilingnya. Dari penampakan itulah pulau dan danau ini
mendapatkan namanya: Kakaban. Dalam bahasa daerah setempat kakaban
berarti memeluk.Menurut Massin dan Tomascik (1996), danau atau laguna yang
airnya terjebak dan tidak memiliki hubungan dengan air dengan laut di sekitarnya
(melalui permukaan) seperti Danau Kakaban, tergolong jarang ditemukan di alam.

Meskipun terisolir, Danau Kakaban masih tetap mempertahankan
karakternya sebagai danau berair asin/payau, sebab di dasar danau terdapat
3

berbagai macam lubang, terowongan, gua atau retakan kecil yang memungkinkan
pertukaran air danau dengan lingkungan laut di sekitarnya. Danau Kakaban
dideteksi memiliki pasang surut sekitar 11-19 cm. Sedangkan perairan laut di
sekitar pulau Kakaban memiliki pasang surut hingga 2,5 3 meter (Kott 1995,
Tomascik, 1996). Danau yang memiliki ciri seperti diuraikan di atas, oleh
Holthuis (1973) digolongkan sebagai danau Anchialine. Tidak semua atol yang
mengalami pengangkatan akan bernasib sama seperti Danau Kakaban.
Danau Tegano misalnya,yang ada di Pulau Rennell Kepulauan Solomon
telah kehilangan sebagian besar ciri-cirinya sebagai danau yang berasal dari laut
akibat tidak adanya pertukaran massa air dengan laut di sekitarnya. Salinitas di
danau ini hanya 4 psu (permil) saja. Sedangkan Danau Kakaban berkisar antara
24-26 psu (permil). Pasang surut juga tidak ditemukan di Danau Tegano. Salinitas
yang rendah kemungkinan menjadi penyebab absennya ubur-ubur dari danau ini.
Namun, jenis alga hijau berkapur Halimeda masih dapat ditemukan.
Beberapa atol lain yang mengalami pengangkatan bahkan hanya
menyisakan cekungan tak berair, yang menunjukkan pernah eksisnya sebuah
danau yang kemudian menjadi kering. Salah satunya dapat ditemukan di Pulau
Dana/Laut Sawu (Molengraaff, 1929) yang menjadi salah satu pulau terluar di sisi
selatan Indonesia. Danau ini menjadi kering karena minimnya curah hujan dan
tidak adanya pertukaran air dengan laut sekitarnya (Tomascik, 1994).
Danau Kakaban merupakan sebuah danau air laut yang terperangkap di
Pulau Kakaban, ditambah dengan air dari tanah dan air hujan dari 2 juta tahun
yang lalu. Danau ini merupakan danau prasejarah yang merupakan masa transisi
Holosin. Luasnya sekitar 5 km, berdinding tebing setinggi 50 meter, yang
mengakibatkan air laut yang terperangkap tidak lagi bisa keluar, sehingga menjadi
sebuah danau.
Pulau Kakaban pada saat ini tidak memiliki sarana transportasi khusus yang
dapat diandalkan, karena letaknya yang sangat jauh dari Balik Papan, sehingga
dari ketapatan waktu maupun keamanan masih belum terjamin. Maka untuk
4

pengembangan wisata mempunyai keterbatasan. Selain itu di pulau ini tidak
terdapat air tawar yang bersih yang dapat dipergunakan sebagai sarana penting
dalam kehidupan, dan sampai saat ini tidak ada masyarakat yang mau bertempat
di kawasan tersebut.


C. Potensi alam Kakaban
Alam Kakaban masih banyak memiliki kemurnian dan Kakaban dengan
karakteristiknya yang unik banyak dipengaruhi oleh kehidupan terumbu karang,
dimana dalam danau banyak dihuni oleh biota laut yang telah melalui proses
berevolusi dan beradaptasi dengan keadaan alam sekitarnya selama jutaan tahun.
Sehingga banyak dijumpai keunikan, kekhasan dan keindahan tersendiri, yang
sukar bahkan tidak dijumpai di daerah lain.
Ubur-Ubur Danau Kakaban
Danau Kakaban memiliki setidaknya empat jenis ubur-ubur, yaitu: Ubur-ubur
bulan Aurelia aurita (5-50 cm), ubur ubur totol Mastigias cf papua (1-20 cm),
ubur-ubur kotak Tripedalia cystophora (7-10 mm) dan ubur-ubur terbalik
Cassiopea ornata (15-20 cm).
5

Ubur-ubur bulan merupakan jenis ubur-ubur terbesar. Tubuhnya dapat dikenali
dari warnanya yang putih agak transparan dengan motif daun semanggi di ujung
tudungnya. Struktur seperti daun semanggi ini sebenarnya adalah gonad dari ubur-
ubur tersebut.

Gambar 4. Spesies Ubur-Ubur Danau Kakaban. A. Ubur-ubur terbalik (upside-
down jellyfish) Cassiopea ornata (15-20 cm) B. Ubur-ubur bulan Aurelia aurita
(5-50 cm) C. Ubur-ubur totol Mastigias cf papua (1-20 cm) D. Ubur-ubur kotak
Tripedalia cystophora (7-10 mm).
Ubur-ubur totol (Gambar 4C) merupakan jenis ubur-ubur yang paling
banyak jumlahnya di Danau Kakaban. Akibat isolasi selama ribuan tahun, ubur-
ubur ini memiliki karakter fisik yang berbeda dengan saudaranya yang hidup di
laut. Kurangnya predator menyebabkan kelenjar sengat (nematosit) dari ubur-ubur
ini mengalami reduksi sehingga berukuran sangat kecil. Dalam ekosistem danau
Kakaban yang nyaris tanpa predator dan memiliki sumber makanan yang
melimpah, keberadaan kelenjar sengat tidak diperlukan lagi. Selain reduksi pada
kelenjar sengat, pola totol pada tubuh ubur-ubur di danau Kakaban juga
menghilang. Warna tudungnya pun berubah menjadi kemerahan/pink. Demikian
6

pula dengan tentakel yang tereduksi menjadi lebih kecil sebagaimana dapat dilihat
pada Gambar 5. di bawah ini:

Gambar 5. Akibat isolasi selama ribuan tahun, spesies ubur-ubur totol Mastigias
cf papua dari Danau Kakaban (kiri) menunjukkan perubahan morfologi yang
drastis dibandingkan dengan saudaranya yang hidup di laut (kanan). Tampak
hilangnya motif totol, warna lebih kemerahan/pink dan tentakel yang tereduksi
(tanda panah) pada spesies ubur-ubur Kakaban (kiri).
Jenis berikutnya adalah ubur-ubur kotak Tripedalia cystophora (Gambar 4D)
yang merupakan spesies ubur-ubur terkecil di Danau Kakaban. Meskipun
ukurannya paling kecil, keluarga ubur-ubur ini (kelas Cubozoa) terkenal sebagai
kelompok ubur-ubur dengan daya sengat paling mematikan. Namun, sebagaimana
jenis ubur-ubur sebelumnya, kelenjar nematosit ubur-ubur kotak telah tereduksi
sehingga tidak lagi membahayakan bagi manusia. Jenis ubur-ubur lainnya yang
juga unik adalah ubur-ubur terbalik (upside-down jellyfish) Cassiopea ornata
(Gambar 4A). Ubur-ubur ini tergolong hewan bentik yang terspesialisasi hidup di
dasar perairan. Berbeda dengan jenis sebelumnya yang memangsa zooplankton,
ubur-ubur terbalik mendapatkan makanan dari zooxanthella yang bersemayam
di dalam jaringan tubuhnya. Zooxanthella termasuk protozoa berbulu cambuk
7

yang mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Sebagian besar zooxanthella pada ubur ubur ini terkonsentrasi di bagian bawah
tudung dan tentakel sehingga untuk memaksimalkan proses fotosintesis, ubur
ubur ini membalik tubuhnya di dasar perairan. Salah satu pemandangan bawah air
yang menyolok dari Danau Kakaban selain ubur-ubur adalah dominannya alga
hijau berkapur yang menutupi hampir seluruh dasar perairan. Jenis alga utama
adalah Halimeda opuntia forma triloba yang memiliki talus menyerupai trisula
dan tumbuh membentuk hamparan hingga setebal 1,5 m. Jenis alga lainnya,
Halimeda tuna memiliki talus serupa kipas bersusun-susun. Jenis kedua ini lebih
banyak tumbuh di sekitar akar bakau yang banyak tumbuh di tepi danau.

Gambar 6. Alga hijau berkapur dan sponges merupakan pemandangan bawah air
yang paling dominan di Danau Kakaban.
Menurut Tomascik (1994), kedua alga berkapur yang ada di Danau Kakaban
tergolong alga pembangun terumbu yang tahan terhadap suhu tinggi dan energi
arus yang besar, sehingga kuat dugaan, suhu air danau yang mencapai 31C
menjadi faktor pembatas yang menghalangi tumbuhnya jenis alga lain di danau
Kakaban. Kedua jenis alga ini juga diketahui menghasilkan senyawa metabolit
sekunder (halimeda-tera-asetat dan halimeda-terial) yang tidak disukai hewan
8

herbivor, sehingga kedua jenis Halimeda tersebut dapat tumbuh maksimal tanpa
ada yang mengontrol. Melimpahnya jumlah individu dari beberapa spesies di
Danau Kakaban menunjukkan adanya faktor pembatas yang menghalangi spesies
lain untuk tumbuh dan berkembang.
Suhu dan salinitas kemungkinan menjadi faktor pembatas utama yang
berpengaruh terhadap populasi berbagai jenis organism di Danau Kakaban.
Hanya spesies yang memiliki daya adaptasi tinggi dan toleransi lingkungan yang
besar saja yang mampu bertahan. Danau Kakaban termasuk ekosistem yang
rapuh. Jika hutan di sekeliling danau ditebang, akan terjadi masukan lumpur dan
tanah yang akan membuat danau menjadi dangkal. Pendangkalan danau akan
menyebabkan suhu air menjadi cepat meningkat saat kemarau. Hal ini sangat
berbahaya bagi biota yang ada di dalam danau. Demikian pula jika musim hujan,
masukan air tawar yang besar ke dalam danau akan menyebabkan fluktuasi
salinitas yang drastis.
Biota endemik Kakaban jumlah spesiesnya memang sedikit, namun jumlah
individunya sangat banyak. Ini menyebabkan mereka semua terjalin ke dalam
sejarah hidup yang satu sama lainnya, sehingga mereka menjadi contoh khas
ekosistem yang dapat tercukupi sendiri. Dan ekosistem Kakaban menjadi contoh
prinsip ekologi paling dasar, yang menunjukan piramid unik produsen primer
consumer dan predator yang memperjuangkan hidupnya dalam dunia yang
seluruhnya dibatasi oleh dinding-dinding karang atol.
Kakaban memiliki bentuk kehidupan tingkat tinggi, dimana spons, ubur-
ubur dan anemon telah berevolusi menjadi spesies unik akibat dari kejadian
geotektonik, hal tersebut digolongkan dalam ekosistem modern. Biota Kakaban
mewakili bentuk kehidupan purba yang ekstrim yang mengalahkan evolusi ikan,
reptile dan mamalia, maka Kakaban sudah seharusnya menjadi sumber daya yang
sangat berharga di dunia, dan diprioritaskan sebagai situs warisan dunia untuk
kepentingan ilmiah.
9

Keunikan biota yang dimiliki Kakaban antara lain empat jenis ubur-ubur
endemik, yaitu Cassiopeia ornata, Mastigian papua, Aurelia aurita, dan
Tripedalia cystopora .

Sedangkan biota lain yang belum banyak terungkap adalah Anemon laut
(Actinaria) yang berwarna putih karena tidak bersimbiose dengan alga hijau yang
ada di sekitarnya. Keunikan yang dimiliki anemone adalah sebagai pemangsa
ubur-ubur. Danau Kakaban juga memiliki alga laut dan epifit dari beberapa
genera. Dan genus yang dominan adalah Halimeda (Halimeda opuntia dan
Halimeda tura). Karena jumlahnya yang melimpah di Danau kakaban, maka
laguna tersebut sering dikenal dengan istilah Laguna Halimeda. Ciri unik
lainnya adalah di danau tersebut tidak terdapat vertebrata herbivore, sedangkan
invertebrate yang hidup di sana seperti moluska, gastropoda, spons, bivalvia,
bintang laut, teripang, udang dan kepiting . Dua jenis teripang yang
teridentifikasi adalah Holothuria cavans dan Synaptulaspinifera. Teripang jenis
kedua ini lebih sukar ditemui karena lebih sering membenamkan diri pada pada
sediment di dasar danau. Jenis kepiting yang baru ditemukan adalah Orcovita
saltatrix dan jenis tunikata yang baru (Styela complexa) .
Jenis ikan yang ditemukan di Danau Kakaban antara lain Serinding
(Apogon lateralis), Puntang atau Gelodok (Exyrias puntang), Teri karang
(Antherinomorus endrachtensis), dan ikan Julung-julung (Zenarchopterus
dispar) yang hidup di permukaan air, Ular laut (Acrochondus granulatus).
10


Sebagian besar biota Danau Kakaban ini merupakan jenis yang baru
ditemukan atau dideskripsikan endemik atau jenis yang jarang ditemukan di
tempat lain. Karena sifatnya yang endemik atau langka, maka lokasi ini memiliki
daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin melihat biota laut dengan aneka
warna indah yang hidup dalam danau.
Di sekitar tepi Danau Kakaban ditumbuhi oleh hutan mangrove yang lebat.
Genera pohon pembentuk hutan mangrove ini antara lain adalah Rhizophora
(bakau), Bruguiera (tanjang), Avicennia (api-api), dan Sonneratia (pidata).
Selain itu Kakaban memiliki hutan tropis yang lebat dengan berbagai
kehidupan flora dan fauna yang sampai saat ini potensi tersebut belum banyak
dipelajari keberadaannya oleh para ahli. Dan sumber daya alam hayati yang masih
melimpah tersebut apabila dikelola secara benar dan bijaksana tentunya akan
bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Keindahan biota laut tersebut kiranya telah banyak mengundang para
petualang bawah laut untuk menikmatinya. Dan di Pulau Kakaban memiliki
empat lokasi penyelaman dengan gua bawah laut yang menarik untuk penelitian
ilmiah dan sering dikunjungi wisatawan manca Negara. Maka Kakaban memiliki
potensi besar sebagai daerah pariwisata yang eksklusif (khusus) terutama
pariwisata bahari.
Hutan mangrove yang luas sebagai tempat berlindung, mencari makan
sekaligus berkembang biak bagi ikan maupun yang lain. Potensi tersebut belum
11

terolah secara optimal, dan masih perlu penanganan serius dari berbagai pihak
terkait, agar dapat membantu dalam upaya pemberdayaan masyarakat tanpa
mengubah ekosistem yang ada, serta tetap mempertahankan kelestariannya guna
kepentingan di masa berikutnya. Sedangkan hutan tropis yang ada memiliki
pohon-pohon cukup besar, tinggi dan tumbuh rapat di atas karang atol. Belum
ada penelitian mengenai vegetasi hutan Kakaban yang khas dengan karakteristik
vegetasinya berbeda dengan komunitas serupa di daratan.
Karang-karang terjal di pantai sempit yang berpasir putih merupakan daya
tarik tersendiri bagi para wisatawan yang menyenangi keindahan alam pesisir
pantai Pulau Kakaban. Keterpaduan dari berbagai jenis alam Pulau Kakaban
merupakan asset besar yang belum banyak tersentuh, merupakan sebuah
tantangan dalam pengelolaannya. Sebagai sumber daya alam dengan berbagai
keanekaragaman jenis, tentunya akan sangat bermanfaat sebagai kawasan
konservasi yang perlu untuk dikelola secara benar, bijaksana serta mengutamakan
kelestariannya untuk perkembangan maupun keseimbangan selanjutnya.
Di sisi lain Pulau Kakaban dapat dikembangkan maupun dimanfaatkan
sebagai salah satu lokasi wisata alam bagi wisatawan domestik dan manca
Negara. Dan tentunya pembangunan tersebut tidak lepas dari upaya
pemberdayaan masyarakat di sekitarnya dalam rangka meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan. Kebersamaan oleh pihak terkait dalam mempertahankan,
melestarikan serta memanfaatkan Kakaban secara optimal untuk kepentingan
nasional maupun internasional sangat diperlukan. Agar sumber daya alam hayati
serta ekosistem yang ada tetap utuh dan berkesinambungan.
Danau Kakaban dikenal sebagai danau ubur-ubur dan memiliki empat jenis
ubur-ubur yang langka dan tidak terdapat di daerah lain. Juga merupakan
ekosistem terumbu karang yang banyak dihuni oleh berbagai jenis biota laut yang
banyak menarik para penyelam dari manca Negara karena keindahan tersendiri
serta keunikan-keunikan yang belum banyak terungkap yang merupakan
tantangan para petualang bawah laut.
Selain biota laut, Pulau kakaban juga memiliki hutan tropis yang lebat
dengan berbagai jenis flora dan fauna. Juga memiliki hutan mangrove yang luas
12

yang merupakan aset besar untuk menunjang kehidupan di masa mendatang bila
dikelola dengan benar dan bijaksana, secara optimal dan tetap memperhatikan
aspek ekologis, sosial dan ekonomi dalam membantu pemberdayaan masyarakat
di sekitarnya.

You might also like