You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada makin
meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Setiap manusia lebih dituntut dan
diarahkan ke arah lmu pengetahuan di segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang
identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sorotan perkembangan iptek. Belakangan ini telah
lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis kimia. Salah satu dari
bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan fotometer nyala (flame fotometer)
Para ahli kimia sudah lama menggunakanpanjang gelombang yang dipancarkan dari
logam sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Dimana, analisa alat ini
berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang gelombang
tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali tanah pada saat berpijar dalam keadaan
nyala dimana besaran ini merupakan fungsi dari konsentrasi dari komponen logam tersebut.

Fotometri nyala didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar unsur akan tereksitasi dalam
suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi radiasi untuk panjang gelombang tertentu.
Eksitasi terjadi bila lektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke orbital yang klebih tinggi. Dan bila
terjadi eksitasi atom,ion molekul akan kembali ke orbital semula dan akan memancarkan cahaya pada
panjang gelombang tertentu. Prinsip dari fotometri nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yang
tereksitasi yng kemudian kembali kekeadaan dasar.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau warna yang khas oleh tiap-tiap unsur
adalah disebabkan oleh karena energi kalor dari suatu nyala-nyala elektron dikulit paling luar dari unsur-
unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, yang dibolehkan.Pada waktu
elektron-elektron tereksitasi kembali ke tingkat dasar, akan diemisikan foton yang energinya. Oleh
karena tingkat-tingkat energi eksitasi tersebut adalah khas atau spesifik untuk suatu unsur logam
tertentu,maka sinar yang dipancarkan oleh suatu atom unsur logam tersebut adalah khas pula. Dasar ini
digunakan untuk analisa kualitatif unsur-unsur logam secara reaksi nyala.
Misalkan logam natrium menghasilkan pijaran warna kuning, kalium memancarkan warna ungu
seadngkan litium memancarkan sinar merah bila dibakar dalam nyala. Hal inila telah dimanfaatkan
untuk maksud identifikasi unsur alkali tersebut. Besaran intensitas sinar pancaran ini ternyata sebanding
dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan, sehingga metoda flame fotometer digunakan untuk
tujuan kuantitatif dengan mengukur intensitasnya secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel
sebagai detektornya dan pada kondisi yang sama digunakan gas propana atau elpiji sebagai
pembakarnya untuk membebaskan air sehingga yang tersisa hanyalah kandungan logam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)?
2. Bagaimanakah penggunaan/ penerapan Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam proses
analisis kimia?
3. Apa sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada Spektrometri Serapan Atom (SSA)

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari
Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua
khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya dapat lebih
mengetahui bagaimana metode maupun prinsip kerja dari fotometer nyala (flame fotometer).


BAB II
ISI

A. Pengertian Fotometer Nyala (FlamenFotometer)
fotometer nyala adalah alat yang digunakan dalam analisis kimia anorganik untuk menentukan
konsentrasi ion logam tertentu, di antaranya natrium, kalium, lithium, dan kalsium. Fotometri nyala
adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis
spesifik pada panjang gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali tanah
pada saat berpijar dalam keadaan nyala dimana besaran ini merupakan fungsi dari konsentrasi dari
komponen logam tersebut.

Misalkan logam natrium menghasilkan pijaran warna kuning, kalium memancarkan warna ungu
seadngkan litium memancarkan sinar merah bila dibakar dalam nyala. Hal inila telah dimanfaatkan
untuk maksud identifikasi unsur alkali tersebut. Besaran intensitas sinar pancaran ini ternyata sebanding
dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan, sehingga metoda flame fotometer digunakan untuk
tujuan kuantitatif dengan mengukur intensitasnya secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel
sebagai detektornya dan pada kondisi yang sama digunakan gas propana atau elpiji sebagai
pembakarnya untuk membebaskan air sehingga yang tersisa hanyalah kandungan logam.

Flame fotometer memiliki beberapa instrumen yang digunakan untuk tujuan analisa kuantitatif,
diantaranya adalah :
1. Filter flame fotometer
Filter flame fotometer menggunakan filter pada monokromatornya dan analisa terbatas hanya untuk
unsur Na, K dan Li.
2. Spektro flame fotometer
Pada spektro flame fotometer yang berfungsi sebagai monokromatornya adalah pengatur panjang
gelombang baik prisma atau kisi difraksi dan digunakan untuk analisa unsur K, Ca, Mg, Sr, Ba, dll.
Perbedaan alat ini terletak pada monokromatornya,dimana alat pertama menggunakan filter sebagai
monokromatornya dan alat kedua yang berfungsi sebagai monokromatornya adalah pengatur panjang
gelombang.

Diantara sumber-sumber yang biasa digunakan dalam spektroskopi emisi nyala, plasma, dan busur
listrik. Nyala merupakan sumber yang paling sedikit energinya dan mengeksitasi paling sedikit unsur
yaitu sekitar 50 unsur logam. Akan tetapi nyala mempunyai keuntungan yang cukup banyak diantaranya
:
1. Merupakan unsur yang jauh lebih stabil dari pada busur api atau bunga api.
2. Spekrum emisi suatu unsur didalam nyala relatif sederhana.
3. Spekrum yang sederhana membuat beban yang jauh lebih ringan pada daya

B. Beberapa metoda yang dilakukan untuk analisa secara
flame fotometri :
1. Cara intensitas langsung (Direct Intensity Method)
Sampel yang ada langsung diukur kemudian dapat langsung terbaca nilai emisinya.
2. Cara standar dalam (Internal Standard Method)
Sampel langsung ditambahkan dengan lar standar baru kemudian diukur dan didapatkan nilai emisinya
3. Cara adisi standar atau cara penambahan standar.
Hampir sama dengan cara kedua tetapi larutan standar yang ditambahkan berbeda-beda
konsentrasinya, sampelnya tetap sama hanya konsentrasi larutan standar yang ditambahkan yang
berbeda-beda.


Prinsip Kerja Filter Fotometer Nyala
Prinsip kerja filter fotometer nyala adalah eksitasi atom. Oleh karenasetiap atom memiliki konfigurasi
elektron yang berbeda, maka energi yang dibutuhkan setiap atom untuk tereksitasi juga
berbeda.Besarnya energi yang digarap oleh atom-atom kemudian yangdibebasakan kembali dalam
bentuk pancaran (emisi), inilah yang disebut dengan prinsip kerja dari alat ini. Semua atom dapat
menyerap energi (kalor), namunkalor ini disesuaikan dengan tingkat energi eksitasi agar tidak terjadi
ionisasi.Contoh : atom Na menyerap energi dari nyala sebesar 2,2 elektron volt. Energi inisesuai dengan
energi eksitasi atom Na. Atom-atom yang lain tidak akan bisamenyerap energi yang sama dengan atom
Na
Masalah Pada Flame fotometer
Beberapa masalah yang ditemui dalam analisa kuantitatif secara flame fotometri :
a. Radiasi dari unsure
Jika terdapat garis spektrum yang berdekatan dengan garis spectrum logam yang ditentukan sehingga
memungkinkan terjadinya interferensi.
b. Penambahan kation
Dalam nyala tinggi,beberapa atom logam mungkin terionisasi,misalnya :
Na Na + e
Ion tersebut mempunyai spektrum emisi tersendiri dengan frekuensi- frekuensi yang
berbeda dari atomnya sehingga akan mengurangi tenaga radiasi dari emisi atomnya.
c. Interferensi anion
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar logam natrium dan kalium dengan cara pengukuran
intensitas nyala masing-masing logam alkali tersebut. Karena intensitas nyala merupakan fungsi dari
konsentrasi atau kadar unsur dalam sampel.

GANGGUAN GANGGUAN DALAM FOTOMETRI NYALA

Cara intensitas langsung untuk analisa fotometri langsung akan memberikan hasil yang baik
hanya apabila tidak ada gangguan gangguan yang dapat mempengaruhi intensitas pancaran
sedemikian rupa sehingga nilai intensitas yang dibaca akan lebih rendah atau lebih tinggi daripada nilai
intensitas yang sesuai dengan konsentrasi unsur.
Apabila terdapat gangguan-gangguan tersebut maka analisa tidak dilakukan secara intensitas
langsung melainkan dengan salah satu cara dari kedua cara yang lain yaitu, cara penambahan standar
atau dengan cara standar dalam. Gangguan-gangguan dalam fotometri sumber dan sifatnya dapat dibagi
dalam beberapa golongan, antara lain :
a) Gangguan spektral

Ialah gangguan yang disebabkan oleh spektrum unsur-unsur lain yang terdapat bersama unsur
yang dicari. Gangguan ini dijumpai terutama kalau dipakai filter untuk memperoleh panjang gelombang
yang akan diukur intensitasnya. Dengan monokromator seperti prisma dsb. Gangguan ini akan
berkurang.

Contoh gangguan spektral ini misalnya : Pita jingga dari CaOh mengganggu pengamatan intensitas
garis Na pada 590 mu gangguan ini sukar diatasi walaupun dengan monokromator bukan filter karena
Sisitin Ca tumpang suh ( overlap) dengan panjang gelombang Na. Suatu keuntungan adalah bawa
kebanyakan garis-garis spektrum yang berguna dalam fotometri nyala terdapat dalam daerah biru dan
ultra lembayung, sedang kebanyakan pita spektrum molekul dan spektrum kontinu yang mengganggu
terdapt didaerah hijau dan daerah merah spektrum tampak.

Gangguan spektral jenis lain disebabkan karena garis unsur pengganggu berimpit dengan garis
spektrum unsur yang akan diselidiki. Kedua garis spektrum dapat berimpit (overlap) sebagian saja atau
keseluruhan. Intensitas yang dibaca adalah intensitas kedua-duanya, Cara mengatasi gangguan spektral
ini dapat dengan memilih panjang gelombang pancaran lain dari unsur lain yang akan dianalisa jika tidak
ada dilakukan pemisahan unsur yang dianalisa dari unsur pengganggu dengan pertolongan cara-cara
pemisahan seperti ekstraksi pelarut, penukaran ion, pengendapan dll. Gangguan spektral jenis lain
adalah intensitas pancaran latar belakang atau background.

b) Gangguan karena variasi karena sifat-sifat fisik larutan

Gangguan gangguan sifat fisik yang dimaksud antara lain adalah
1. viskositas ini mempengaruhi kecepatan larutan atau kabut larutan mencapai nyala. Semakin besar
viskositas larutan semakin lambat larutan mencapai nyala, sehingga intensitas yang dibaca lebih kecil
dari konsentrasi sebenarnya.

2. tekanan uap dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi ukuran tekanan kabut larutan.
Terutama pada alat-alat filter fotometer nyala, dimana atomizer (pengabut) tidak menjadi satu dengan
pembakar. Tetesan tetesan kabut yang besar menyebabkan tetesan tetesan kabut tersebut mencapai
nyala, sehingga intensitas yang dibaca lebih kecil daripada intensitas yang sesuai dengan konsentrasi
yang dicari.

3. garam-garam yang ditanmbahkan kedalam larutan yang akan dianalisa secara fotometri akan
memperlambat penguapan pelarut yang akan mengurangi intensitaspancaran sehingga tidak sebanding
lagi dengan konsentrasi unsur.
c) Gangguan ionisasi

Ionisai akan mengurangi jumlah-jumlah atom netral unsur yang dianalisa. Akibatnya intensitas spektrum
atom berkurang sehingga tidak sesuai lagi dengan konsentrasi logam. Gangguan ionisai ini misalnya
dapat terjadi kalau logam alkali dan alkali tanah dianalisa dengan nyala yang suhunya terlalu tinggi.

d) Gangguan karena absorbsi sendiri

Sinar pancaran yang berasal dari atom-atom unsur yang dianalisa dapat diabsorbsi kembali oleh atom-
atom lain unsur yang sama yang ada dalam nyala, taetapi masih ada dalam keadaan belum tereksitasi.
Dengan sendirinya gangguan ini akan menyebabkan intensitas yang yang dipancarkan oleh unsur
tersebut, dan yang dibaca pada alat akan lebih rendah dengan yang sesuai dengan konsentrasi unsur
ybs. Gejala absorbsi sendiri ini terutama nyata sekali kalu intensitas yang diukur intensitasnya adalah
panjang gelombang yang sesuai dengan perpindahan elektron antara tingkat energi dasar ( ground
state) dan tingkat energi tereksitasi pertama diatasnya. Gejala absorbsi sendiri ini dapat dihindari
dengan menggunakan konsentrasi rendah.

e) Gangguan dari anion

Intensitas pancara logam akan turun (hingga tidak sesuai lagi dengan konsentrasinya) apabila tercampur
dengan asam-asam HNO3, H2SO4, H3PO4 dan atau garam dari asam-asam tersebut dalam jumlah yang
besar.

FOTOMETRI NYALA DENGAN CARA STANDAR DALAM DAN
DENGAN CARA PENAMBAHAN STANDAR
Beberapa point yang harus diperhatikan pada cara standar dalam :
1. Cuplikan unsur yang dianalisa ,maupun kepada larutan standar unsur tersebut ditambahkan jumlah
yang sama dari unsur standar dalam.
2. Unsur standar dalam itu disemprotkan dan diexitasi di dalam nyala
3. Ditetapkan juga intensitas background pada panjang gelombang yang dipakai
4. Alurkan grafik log (Ix-Hx)/(Is-Hs)terhadap log konsentrasi larutan standar
5. Kurva tersebut sebagai kurva kalibrasi yang digunakan mencari konsentrasi lar.X
6. Larutan X tersebut disemprotkan pada nyala,lalu ditentukan Ix pada panjang gelombangnya.
7. Dari data no 6.tentukan Log (Ix-Hx)/(Is-Hs)untuk lar X.

Bagian-bagian dari fotometer nyala yaitu :
1.Atomizer

Udara pada tekanan tertentu (atm), masuk ke dalam pembungkan cuvet oleh pipa kecil. Hisapan oleh
udara menyebabkan larutan contoh terhisap ke dalamruangan pengabut dalam bentuk kabut-kabut
yang halus


2.Mixing Chamber

Kabut yang berasal dari atomizer masuk ke dalam ruangan pencampur alat pembakar, disini akan
bertemu dengan gas pembakar yang masuk dengantekanan tertentu
Tahap 1: Energi ultra-tinggi Awal

Penurunan tekanan terjadi di seluruh dirancang khusus lubang variable valve control air menghasilkan
air jet kecepatan tinggi. Jet air ini, bepergian di sekitar 70 kaki per detik, ditujukan langsung pada, dan
melanggar pada, polimer karena memasuki pencampuran dynaBLEND pencampuran chamberchamber.
Pada titik ini, satu-satunya titik di mana energi tinggi ada dalam ruang pencampuran, polimer melingkar
dan tidak rentan terhadap kerusakan.

Tahap 2: Resirkulasi

Dalam ruang pencampuran konsentris dynaBLEND 's, polimer baru dicampur recirculates beberapa kali
untuk eksposur tambahan untuk non-merusak turbulensi, menyelesaikan proses blending. Resirkulasi ini
memastikan bahwa larutan polimer hadir langsung setelah titik rapi, injeksi polimer terkonsentrasi,
untuk aktivasi yang ideal dan lingkungan blending.

Tahap 3: mengurangi Mixing Energi

Pencampuran energi alami berkurang di ruang konsentris yang dynaBLEND itu. Jalur aliran melalui ruang
konsentris sistem lebih menjamin kinerja optimal dengan mencegah polimer polimer dari hubungan
arus pendek proses tiga tahap.

3.Flame

Campuran udara dengan gas pembakar menghasilkan nyala dan ke dalamnyala ini pula kabut halus dari
larutan cont
oh menguap. Kalor nyalamenyebabkan larutan contoh menguap, sehingga contoh berubah
menjadi butir-butir halus padat (garam). Molekul-molekul garam ini (uap) selanjutnyaakan terdisosiasi
menjadi atom-atom netral. Atom-atom netral ini akanmenyerap energi kalor dari nyala sehingga
tereksitasi dan kemudian memancarkan sinar pancaran yang terdiri dari berbagai panjang gelombang

4.Reflektor

Sinar pancaran yang keluar dari nyala akan dipantulkan kembali ke nyala.

5.Optical Lens

Lensa pancaran yang bersifat polikromatik akan difokuskan oleh lensa melaluisuatu celah (diafragma).

6.Filter

Filter akan meneruskan cahaya sinar pancaran dengan panjang gelombangyang khas dan berintensitas
tinggi dari unsur yang dianalisis dan akanmenyerap sinar-sinar lain yang berasal dari nyala.

7.Photo Tube

Intensitas sinar pancaran tersebut oleh photo tube diubah menjadi arus listrik yang besarnya
berbanding lurus dengan intensitas sinar pancaran tersebut.

8.Amplifier

Arus listrik yang berasal dari photo tube, oleh amplifier akan diperkuat danditeruskan ke recorder.

9.Recorder

Output dari amplifier dicatat oleh recorder yang skalanya terkalibrasi oleh suatu intensitas.

Peralatan Fotormeter Nyala :
1. Bahan bakar gas (BBG)
Bahan bakar gas yang digunakan antara lain :
Gas propane C
3
H
8

Gas LPG (Liquified Petroleum Gas)
2. Udara / O
2

Digunakan untuk mempertinggi suhu pembakaran
3. Atomiser / Nebuliser
Suatu peralatan yang digunkan untuk mengubah larutan menjadi butiran-butiran halus yang
menyerupai atom
4. Ruang pembakar
Digunakan untuk membakar butiran - butiran halus yang menyerupai atom, sehingga terjadi peristiwa
eksitasi atom menghasilkan nyala yang berwarna.
5. Filter cahaya
Digunakan untuk menseleksi warna-warna nyala dari unsur - unsur yang mengalami eksitasi, warna filter
yang digunakan harus sama dengan warna nyala yang akan ditentukan.
6. Foto Sel
Foto sel bertujuan untuk mengubah warna nyala menjadi energy listrik berupa kuat arus yang lemah.
7. Amplifler
Bertujuan memperkuat arus.
8. Recorder
Bertujuan untuk mencatat emisi nyala (E).
Kegunaan Fotometer nyala dalam industri kimia :
a. Menentukan kadar kalium dalam pupuk, pupuk alam dan pupuk sintesis pada umumnya
mengandung unsur hara kalium yang berfungsi untuk tumbuh tanaman, unsur hara kalium yang
terdapat pada kadarnya dapat menggunakan fotometer nyala.
b. Menentukan kadar kalium dan Na dalam air
Unsur kalium, Natrium dan kalsium (Ca) merupakan mineral-mineral yang terdapat dalam air, air minum
kemasan dan minuman ringan lainnya. Mineral-mineral yang terdapat dalam air sesuai dengan batas
toleransinya berguna bagi tubuh manusia. Dan kadar mineralnya dapat di tentukan dengan
menggunakan peralatan fotometer nyala.
c. Menentukan kadar Na
2
O dan K
2
O dalam semen.


Aplikasi dalam Oceanologi

Untuk contoh air laut yang homogen, kadar logam-logam alkali dapatdilakukan langsung tanpa
pemisahan terlebih dahulu. Bila kadar-kadar logamtersebut terlalu rendah, maka analisa dapat
dilakukan dengan pemekatan terlebihdahulu. Pemekatan ini dapat dilakukan dengan cara, yaitu
penguapan, distilasi,ekstraksi, dsb. Untuk air yang tidak homogen, harus didestruksi terlebih
dahuludengan asam-asam kuat, misalnya asam nitrat dan asam sulfat. Untuk contoh padat, harus
didestruksi dengan destruksi basah dengan menggunakan asam nitrat,asam sulfat, dan asam perklorat.
Sedangkan destruksi kering dengan cara pengabuan kemudian dilarutkan dalam air atau asam-asam
kuat (encer) yangcocok. Analisa logam alkali dan alkali tanah dengan menggunakan filter fotometrinyala
dapat dilakukan dengan cepat dan praktis karena mampu mendeteksi kadar-kadar yang rendah (ppb)
dan analisis pendahuluannya tidak rumit.

Flame fotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran besaran emisi
sinar monokromatis dengan panjang gelombangtertentu yang dipancarkan oleh suatu logam alkali /
alkali tanah dalam keadaan berpijar atau bernyala. Misalnya, natrium menghasilkan pijaran warna
kuning,kalium memancarkan sinar ungu dan litium memancarkan sinar merah biladibakar dalam nyala.
Besaran ini merupakan fungsi dari konsentrasi darikomponen logam tersebut. Metoda ini dimanfaatkan
untuk identifikasi unsur alkali tersebut.Fotometri nyala berdasarkan pada kenyataan bahwa sebagian
besar unsur yang tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu akan memancarkan emisiradiasi
untuk panjang gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya
ke orbital yang lebih tinggi.

Dan bila terjadi eksitasiatom, ion molekul akan kembali ke orbital semula dan akan memancarkan
cahaya pada panjang gelombang tertentu.Prinsip dasar dari flame fotometri ini adalah pancaran cahaya
elektronyang tereksitasi yang kemudian kembali ke keadaan dasar. Besaran intensitassinar pancaran ini
sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan.Maka hal ini digunakan dalam flame
fotometri untuk tujuan kuantitatif pengukuran intensitas secara relatif, menggunakan detektor fotosel
dan gas bahan bakar berupa propana / Elpiji dan gas pembakarnya udara.Suhu nyala merupakan salah
satu variabel yang paling penting dalamfotometri nyala. Ini ditentukan oleh sifat bahan bakar dan laju
penyediaanya, penyediaan udara atau oksigen dan perencanaan alat pembakar. Nyala hydrogendan
oksigen digunakan secara luas untuk memberikan energi bagi banyak keperluan dan nyala apinya
menghasilkan radiasi dengan latar belakang sangatsedikit yang dapat mengahalangi pengamatan
spektrum.Sebagian besar unsur akan tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentuserta
memancarkan emisi radiasi untuk panjang gelombang tertentu. Eksitasiterjadi bila elektron dari atom
netral keluar dari orbitnya ke orbit yang energinyalebih tinggi, dan bila terjadi eksitasi atom, ion molekul
akan kembali ke orbitsemula dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Dengan fotometer nyala kebanyakan atom berada dalam keadaan dasar (ground state energy), sehingga
mempunyai kecenderungan untuk menyerapenergi yang dipancarkan oleh atom yang tereksitasi ketika
kembali ke keadaandasar. Peristiwa ini disebut dengan self absorption. Untuk mendapatkan
kondisinyala yang optimum dipergunakan pengaturan untuk mengendalikan tekanan gasdengan cermat
dan pengukur untuk memonitor laju alir.

Filter dapatmenggantikan monokromator dalam suatu instrumen yang menggunakan
sumber bertemperatur rendah.Penerapan fotometri nyala yang paling penting adalah yang
menyangkutanalisa yang sukar atau tidak mungkin dilakukan dengan cara yang lain, palingtidak apabila
kecepatan jauh lebih penting daripada ketepatan. Penggunaanfotometri nyala sangat penting dalam
riset biomedis, analisa air, pengetahuan, gizi, dan bidang-bidang lain yang perlu untuk

1. Prinsip Alat
"Udara dengan tekanan tertentu dimasukkan kedalam pengatom (atomizer), larutan sampel akan
diserap oleh atomizer yang bergabung dengan aliran udara sebagai kabut halus. Kemudian masuk ke
pembakar. Radiasi nyala yang dihasilkan masuk ke lensa dan akhirnya bergerak ke filter sehingga radiasi
nyala yang memiliki karakteristik yang diinginkan saja yang akan masuk kedalam fotosel. Data input
dari fotosel dicatat oleh sistem pencatat digital."

2. Prinsip Percobaan
"Berdasarkan pada proses atomisasi ion logam dan larutan bila diaspirasikan kedalam nyala,
elektronnya akan tereksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi, pada suatu saat akan kembali
kekeadaan dasar maka eksitasi akan hilang dan memancarkannya sebagai diskrit panjang gelombang
sinar tampak. Jumlah sinar yang dipancarkan sebanding dengan konsentrasi analit."

3. Pengertian dari:
- Disosiasi : pemecahan molekul-molekul sederhana menjadi ion-ion
- Pemisahan : metode yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa
- Elektron valensi : elektron yang berada pada orbital terluar yag dapat membentuk ikatan kimia dengan
atom lain
- Sublimasi : perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu
- Flamefotometri : metode yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya

4. Perbedaan Flamefotometri dengan Spektrofotometri serapan atom (SSA)
*flamefotometri*
- menggunakan emisi nyala
- ada analisa pendahuluan
- mengalami emisi
-cara kerja manual
- menganalisa logam alkali dan alkali tanah
-garis spektrum resonansi 400-800 nm

*spektrofotometri serapan atom (SSA)*
- menggunakan lampu katoda berongga
- tidak ada analisa pendahuluan
- mengalami eksitasi
-cara kerja otomatis
- menganalisa <70 unsur
-garis spektrum resonansi 200-300 nm

5. Aplikasi flamefotometri
- untuk menentukan kalsium pada tulang
- untuk menentukan Mg dalam garam inggris

6. Bagan Alat flamefotmetri


7. Gangguan pada flamefotometri
- gangguan spektrum : karena tumpang tindih spektrum unsur yang ditentukan dengan unsur lain
- gangguan ionisasi : karena analit yang berada dalam nyala tidak tereksitasi dengan baik sehingga
sensitifitas pengukuran terhadap analit menurun
- gangguan fisika : aerosol yang sangat kecil yang akan mencapai nyala proporsi sampel sehingga
menyebabkan perbedaan dalam nebulizer
- gangguan kimia : karena di dalam sampel terdapat bahan yang dapat bereaksi dengan analit
membentuk senyawa yang stabil
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan tersubut maka dapat diatarik kesimpulan bahwa Spektromerti
Serapan Atom didasarkan pada besarnya energi yang diserap oleh atom-atom netral dalam
keadaan gas
Agar intensitas awal sinar (Po) dan sinar yang diteruskan (P) dapat diukur, maka energi
sinar pengeksitasi harus sesuai dengan energy eksitasi atom penyerap dan energi penyerap ini
diperoleh melalui sinar lampu katoda berongga.
Lampu katoda berongga ada yang bersifat single element dan ada yang bersifat multi element.
Salah satu alat yang sangat berperan penting dalam AAS adalah Copper yang berfungsi
untuk membuat sinar yang dating dari sumber sinar berselang-seling sehingga sinar yang
dipancarkan juga akan berselang-seling.
AAS memiliki keakuratan yang tinggi pada analisis kualitatif
Beberapa jenis gangguan dengan cara AAS pada analisis kuantitatif
Gangguan kimia
Gangguan matrik
Gangguan ionisasi
Gangguan background








DAFTAR PUSTAKA

D. A. Scoog - D. M. West - F. J. Holler: Fudamentals of Analytical Chemistry (Saunders College
Publishing, Fort Worth, US 1992.)

You might also like