Jika betis-betis kalian khilaf, kalian juga bisa menempuhnya dalam 4 hari pulang pergi, seperti
halnya tim kami. (teamugal2an. multiply. com)
Ketika membaca catatan perjalanan team sebelumnya yang mendaki Gunung Raung, saya tak menyadari bahwa ugkapan jika betis-betis kalian khilaf ternyata adalah ungkapam sejujurnya dari seorang yang memang rela meng-khilaf- kan betisnya untuk pencapaian yang luar biasa itu. adahal menurut pantauan G!, uncak sejati raung memiliki ketinggian ""## mdpl, artinya bukan yang tertinggi bahkan di pulau $awa tempatnya berpijak sekalipun. %api ternyata ketinggian bukanlah sebuah tolak ukur untuk menempatkan sebuah Gunung dalam klasifikasi tingkat kesulitan tertentu dan lamanya waktu pendakian, ketinggian bukanlah sebuah parameter dimana pencapaian bisa dihitung berdasarkan waktu tertentu, dan ketinggian bukanlah sebuah pencapaian sejati dari sebuah perjalanan, atau lebih tepatnya pendakian. %ak ada kebanggaan tersendiri ketika titik itu bisa dicapai, tak ada haru biru seperti dalam cerita- cerita ekspedisi petualangan di tele&isi atau no&el-no&el dramatis tentang sebuah pendakian. 'aka ketika seseorang bercerita tentang bagaimana pencapaian itu menjadi sebuah ajang prestisius yang melambungkan harga diri, saya tak bisa bercerita tentang itu, saya hanya bisa menceritakan tentang sebuah perjalanan yang berawal dari mimpi-mimpi enam orang manusia yang tak akan pernah di ingat dalam sejarah manapun, enam orang yang mungkin dianggap nekat, bodoh, yang menggantungkan harapannya pada seutas tali, pada kenekatan dan keberanian yang datang tiba-tiba, pada doa dan harapan untuk kembali pada orang-orang yang dicintainya. %eam enam orang kami terdiri manusia-manusia aneh yang dalam sejarah peradaban mungkin tak akan bere&olusi saking rumitnya struktur otak dan tubuh. %erutama otak, karena berisi info paling mutakhir dari setiap perkembangan (aman dan selalu berpikir diluar nalar manusia biasa, alias agak sedikit sableng. )da 'as Ghetuk yang pendiam dan hobi mesem ngguyu namun sangat responsible, kapasitas dan keahliannya akan ilmu tali temali, na&igasi darat dan pendakian membuatnya didaulat menjadi climb leader, kepala suku, captain team yang akan memegang keputusan mutlak di atas sana nanti, pada keputusan-keputusan -nya nanti nyawa kami akan sangat bergantung di atas sana. )da *ary, pejantan imut yang hitam manis bak semut yang tercebur adonan gulali, sebagai back up captain dan photographer professional yang akan selalu mengambil moment dan gambar- gambar manis kami di atas sana. $uga +ro +uluk yang selalu berusaha tampil cool, sedikit bawel dan penuh celoteh yang meski ada sedikit halangan, tak kenal kata menyerah. ,ua orang selanjutnya adalah saya, dan engkong -aried seorang lelaki paruh baya dengan tekad luar biasa keras yang nanti akan terbukti di atas sana bahwa tekad itu mampu menaklukan rasa takut akan kematian. %erakhir adalah seorang manusia ajaib super lebay nan antik, +ro 'ahe, yang setia sejak awal sampai akhir pendakian menjadi sweeper dan bodyguard buat pendaki-pendaki yang tercecer di belakang, siapapun itu tanpa pandang bulu, karena bulu-nya sendiri sudah banyak. .nam orang inilah yang nanti akan mempertaruhkan segala kekuatan fisik, pemikiran yang sedikit ekstrem, ketrampilan pemanjatan dan melintasi batas tipis antara keberanian, kenekatan bercampur kebodohan di atas sana. ertaruhan ego dan kebersamaan yang akan mengantarkan kami untuk bisa singgah di uncak !ejati Gunung Raung. $um/at 01 $uli 23. 'ereferensi team terdahulu untuk tidak main-main dengan manajemen air dan logistic membuat team kami sedikit repot ketika harus me-repackage segala kebutuhan yang akan digunakan selama empat hari ke depan mendaki gunung Raung, bisa dibayangkan untuk hitung-hitungan normal kebutuhan air saja sudah cukup banyak, idealnya 4 liter per-orang per-hari. ,engan jumlah enam orang dalam satu team ditambah satu porter local, artinya kami harus rela mengangkut sedikitnya empat belas liter air hanya untuk kebutuhan minum saja, ketika ditambahkan dengan kebutuhan memasak dan lain-lain yang tak terduga, finally kami harus mengangkut sebanyak 1" liter air plus kebutuhan logistic makanan dan lain-lain ditambah peralatan pengamatan panjat, hasilnya cukup untuk membuat kami termehek-mehek menempuh tanjakan-tanjakan nan lebay di atas nanti. !elepas repackage kami harus menempuh perjalanan lima kilometer menuju pondok ak !unarya, titik awal start pendakian kami hari itu, entry point menuju puncak Raung dari jalur Kalibaru di ketinggian 352 mdpl, beruntungnya dari desa 6onorejo tersedia angkutan ojek motor yang gila-gilaan menempuh lembah dan perbukitan melalui jalan setapak. 7asib sial langsung menghampiri karena motor yang saya tumpangi mogok dan harus rela dua kali mendorong sampai ujung tanjakan, sementara yang lain adem ayem tanpa kendala menuju pondok. Kata orang itu pertanda buruk, tapi kata saya, asuu tenan rek88 !ekitar pukul sepuluh pagi kami sampai di depan pondok pak !unarya, titik terakhir penghantaran dengan ojek motor dan sebagai os 9 jalur pendakian Raung :ia Kalibaru. ondok ak !unarya adalah sebuah bangunan tak berpenghuni di antara lebatnya tanaman kopi, ada sumber air terakhir yang jalurnya tepat di depan pondokan jika ada yang berniat untuk menambah perbekalan air. orter kami pak 'usni dan sang kapten, ,en +agus Ghetuk ,jojodiningrat- lah yang akhirnya turun ke lembah menambah perbekalan air, sementara kami bernarsis ria di depan pondok. ;ima belas menit selanjutnya kami harus bergegas melintasi perkebunan kopi dan masuk ke dalam rimba raya gunung Raung, dengan jadwal keberangkatan yang meleset dua jam, kami tetap memasang target untuk bisa hinggap sampai os <emara hari ini. ;intasan menuju os berikutnya sejak dari ondokan terbuka lebar, nyaris tanpa hambatan kecuali beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan hingga membuat kaki saya beberapa kali kram. !elepas kebun kopi kami memasuki hutan yang mulai terambah di beberapa bagian dan berganti dengan tanaman kopi yang masih muda, di beberapa tempat hutan rambah ini ada beberapa percabangan yang cukup bisa menyesatkan. $alur percabangan akibat akti&itas para petani kopi yang meluaskan lahannya di sekitar lereng selatan Gunung Raung. 'engamati eta dan alur pada G! jarak tempuh menuju camp 0 yang direferensikan team pembalak dan team ugal4an plus minus hampir dua kilometer, normalnya sekitar dua jam perjalanan, dan di dua jam itu nyaris tak ada halangan selain nafas yang mulai berat akibat berat beban yang melebihi kapasitas idel sepertiga berat badan. !elepas os 0 beberapa tanjakan kecil mulai menggoda betis-betis kami, membuat kami harus menahan nafas dan mengencangkan tali kekang agar kaki kami mampu melewati meter demi meter selanjutnya. !elepas tengah hari kami rehat di titik yang di referensi sebagai camp 4 =bukan >! 99, karena >! 99 ataga ada sekitar ?22 meter dari tempat yang disebut camp 4@ dan makan siang dengan menu nasi bungkus isi mie goreng dan telur dadar yang telah dipersiapkan oleh istri pak 'usni, porter kami sebagai bekal makan siang hari itu. .ntah karena mendadak naik tanpa aklimatisasi atau badan yang kaget tiba-tiba di ajak berjalan jauh, estimasi waktu kami melenceng jauh dari itenary awal. +utuh lebih dari delapan jam buat kami untuk sampai di camp ", menambah ketinggian dari 352 menuju 0?22-an meter dengan jarak tempuh lebih dari tiga kilometer hori(ontal. Ketika akhirnya kami sampai di camp " di 0?22 meter =atau menurut pantauan G! saya, 0A"" mdpl@ matahari sudah tak lagi nampak, tiga puluh menit sebelumnya sebagian team yang tercecer sudah harus menggunakan headlamp dan berjibaku dengan perdu berduri untuk sampai ke camp " =atau camp Bisyute menurut pengakuan om kisut atas tulisannya pada plat tersebut Cp@ Ketika kami sampai di camp ", ada satu tenda terpasang milik captain yang rupanya memutuskan untuk hari ini tidak lanjut sampai pos <emara. <amp " adalah sebuah tanah agak lapang yang dapat memuat dua sampai tiga tenda berukuran sedang, berdiri di pinggir lembah tepat di atas tanjakan nan cihuy. *ari pertama pendakian kami tuntas sudah, meski melenceng dari itenary awal, tetapi bukan lantaran betis-betis kami tak mampu hinggap di perhentian selanjutnya, melainkan karena waktu awal pemberangkatan yang meleset dua jam dari rencana. $ika !esuai 9tenary kemungkinan memang kami bisa menempuh hingga pos cemara karena sisa jarak yang harus ditempuh untuk sampai os <emara kurang dari satu kilometer hori(ontal. 'alam sebelum tidur kami menyempatkan untuk makan malam dengan koki handal bro *ary dan engkong farid yang rupanya pandai meracik bahan baku menjadi santapan yang cukup menggugah nafsu makan kami malam itu, terutama *ary yang di perhentian selanjutnya tak akan pernah lepas dari trangia dan peralatan memasak, karena sejak malam itu icon sebagai fa&orite chef sudah melekat padanya dan kami sepakat dengan suara bulat tanpa &oting, bahwa untuk menu selanjutnya yang menentukan dan membuat, tak lain dan tak bukan adalah chef *ary dari *otel bintang empat lembah Raung. !abtu 05 july 23. !etelah menghabiskan malam hari pertama di camp 999, selesai sarapan pagi dan kembali menyusun perbekalan kami lanjut dengan target utama bisa sampai hingga os .reng-.reng )tas atau di batas &egetasi yang merupakan os 9: &ersi ataga atau <amp 3 yang merupakan batas akhir pendakian sebelum summit attack di hari berikutnya. ;epas dari camp 999 jalur melandai menyusuri punggungan bukit, sepanjang "22 meter berikutnya kami disuguhi bonus perjalanan yang santai tanpa menyadari dibalik bonus-bonus tersebut sudah menanti kami tanjakan-tanjakan yang akan membuat kami =atau tepatnya saya@ nyaris tak henti memuntahkan sumpah serapah. $alur raung umumnya ditumbuhi berbagai macam perdu berduri, selain duri rotan yang malang melintang di sepanjang jalur hingga camp ?, sepanjang jalur hingga ereng-ereng bawah, ketajaman duri dari berbagai jenis tanaman perdu nyaris tanpa ampun mengoyak kulit, baju, menyobek co&er bag. ,engan asumsi jalur selanjutnya sudah terbuka seperti sebelumnya saya memberanikan diri =kalau tak boleh dibilang nekat dan bodoh@ memakai kaus lengan pendek dan tanpa gaiter melahap rute selanjutnya, dan ternyata itu adalah pilihan yang sangat salah. ;epas os <emara, +ukan hanya tanjakan-tanjakan lebay itu yang menghadang kami, juga tajamnya duri rotan, perdu setinggi dada hingga kepala yang tak henti menggores lengan membuat tubuh saya ber- tatoo selama sampai satu minggu berikutnya. ,i beberapa jalur kami melintasi tanjakan yang juga berupa lorong jalin dari semak belukar, hingga beberapa kali nyaris terlempar akibat carier bag yang nyangkut ketika berusaha melewati gerombolan semak yang tak mau mengalah itu. !elebihnya stagnan dan memabukkan juga cukup bikin kesal, hampir sepanjang perjalanan hari kedua ini kami harus menguras tenaga demi melihat beberapa tanjakan dengan type sama, di beberapa tempat kemiringannya mencapai 12-52 derajat. $arak rata-rata antar camp di jalur kalibaru kebanyakan berkisar 0.? D 4 kilometer hori(ontal, dengan jarak tempuh hampir 4 jam perjalanan percamp, bahkan di sebagian jalur nyaris mencapai tiga jam akibat kemiringan medan yang semakin curam. Kelelahan menghadapi tanjakan-tanjakan nan aduhai ini kembali membuat schedule yang sudah diatur rapi menjadi berantakan. ukul 05.22 team kami baru bisa berkumpul di uncak 6ates, atau bisa disebut camp 1 di ketinggian 4??2 mdpl, menurut pantaun G! yang kami bawa. )tas saran captain sebagai pemegang keputusan tertinggi kami rehat sambil men-charge tenaga, memberi makan cacing-cacing kelaparan di perut kami yang mulai memberontak. !esuai hasil &oting terdahulu maka, kembali, chef hary tak dapat mengelak dari tugas mulianya untuk memberi kami santapan berkalori tinggi namun cukup ramah di lidah kami yang kampungan. %entunya dengan dibantu rekan team yang lain, yang rupanya juga mulai tak sabar untuk segera melahap menu berikutnya. ;epas makan malam kami semua berembuk, sidang istimewa, mengingat kondisi diluar perhitungan karena kami baru sampai camp 1 di puncak wates yang pada rencana sebelumnya kami mematok target bisa sampai camp 3, atau os +agong, atau .reng-.reng atas. ,ari saran- saran mereka yang pernah singgah ke tempat yang sama, tidak ada satupun yang menyarankan untuk melanjutkan perjalanan di malam hari, not recommended begitu kata om lonely tracker ketika saya tanya beberapa bulan sebelum pendakian. 'asalahnya adalah, anggota team kami rata-rata memesan tiket dari $akarta yang tanggalnya sudah fiEed, tidak bisa diubah, selain ijin cuti kerja yang juga pas-pasan, akibatnya target empat hari naik turun sulit sekali untuk ditawar meski hanya menambah satu hari lagi. ada akhirnya terjadilah, setelah menimbang dari berbagai aspek dan wangsit yang turun ke ubun-ubun sang captain gethuk, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan malam hingga pos .reng-.reng atas. .ntah ke-nekat-an atau kebodohan kolektif yang terjadi, malam itu kami kembali packing dan melanjutkan perjalanan menuju camp berikutnya. !orot headlamp satu persatu melintas di antara belukar dan kembali menapaki jalur-jalur sempit. !elepas <amp <emara kondisi jalur bukan semakin membaik, sebaliknya perdu yang menutupi jalan semakin lebat, dan tanjakan di beberapa tempat nyaris &ertical membuat stamina kami lebih cepat terkuras. 'enuju pos terakhir, sebelum batas &egetasi, jalur pendakian di dominasi pepohonan kerdil, mirip jalur ke puncak Gunung gede selepas tanjakan setan, hanya mungkin tiga kali lebih panjang. +eberapa bagian harus melipir tepat disamping jurang yang menganga sedalam ratusan meter, beruntung karena penerangan yang cukup dan focus pada jalur membuat kami terhindar dari bahaya terperosok ke dalam jurang-jurang tersebut. Kami menghabiskan tiga jam sebelum akhirnya berhasil mencapai tempat yang di inginkan, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. ;epas pukul 02 malam, satu persatu anggota team berkumpul kembali di batas &egetasi Gunung Raung, <amp 3 di ketinggian "232 mdpl =sekali lagi ini menurut pantauan G! kami@. orter kami, ak 'usni dengan sigap membuat api unggun di posisi yang aman =untuk menghindari kebakaran@ guna menghangatkan badan seluruh anggota team. *ari kedua ini benar-benar sebuah tantangan berat bagi kami, tidak butuh waktu lama, setelah menghangatkan diri dekat perapian dan beberapa gelas minuman hangat, kami bergegas masuk ke dalam tenda masing-masing. 'engumpulkan kembali .nergi untuk yang sangat dibutuhkan saat summit attack ke-esokan harinya. 'alam itu kami tidur diiringi nyanyian bisu gunung Raung, di naungi $utaan gemintang yang beriak cerah di atas langit, ditingkahi suara hewan malam yang tak lekang meski dingin nyaris mematikan rasa. 'alam itu kami tidur dengan harapan, bahwa esok tak ada yang menghalangi kami untuk singgah sejenak di salah satu titik terindah di bumi pertiwi. uncak !ejati Gunung Raung. Minggu 19 Juli 2009 Dingin udara pagi yang menusuk hingga ke tulang membangunkan kami satu persatu. Pukul 5.30 sebagian besar anggota team telah keluar sarang dan meregangkan badan, berusaha mengusir dingin yang masih menalar di sekuur tubuh. !ro buluk yang bertugas untuk urusan perut dan mulut tampak sibuk menyiapkan menu spe"ial untuk sarapan kami. Menu luar negeri bo, se"ara ga pake nasi gitu. #and$i"h isi sosis dan olesan telur yang di masak sedemikian rupa menadi sumber energi kami pagi itu. %ak ketinggalan sang &a'orite "he& nampak menyiapkan sesuatu untuk bekal kami makan siang nanti, dengan menu yang tak auh berbeda, roti uga (kapan nasinya)) * Pukul delapan pagi di tubuh anggota team sudah terikat harness dan terpasang "arabiner serta berbagai peralatan pengaman untuk pemanatan, kami memba$a tali yang "ukup panang, ika di total nyaris 100 meter, yang akan kami gunakan nanti saat naik dan turun dari dan ke pun"ak 1+. #esuai in&o yang kami terima bah$a "riti"al moment,nya yang pasti akan menggunakan tali adalah pada alur tersebut. Jalur dari -reng,-reng atas ke Pun"ak .alibaru "ukup "uram sampai batas bebatuan pasir, tetapi tidak panang, kurang lebih seratus sampai dua ratus meter hori/ontal, seingat kami hanya butuh $aktu lima belas menit sampai (paling lama* setengah am untuk sampai di Pun"ak 0aung .alibaru. 1etaknya yang auh dari ka$ah dan berbeda ketinggain, sehingga dari Pun"ak .aibaru kami tak dapat menyaksikan pemandangan ka$ah. 2kan tetapi dari Pun"ak ini dapat terlihat bentangan Pegunungan 3yang 2rgopuro, #emeru dan 4unung 2gung !ali. Dari Pun"ak .alibaru menuu Pun"ak 1+ alur berupa igir,igir tipis, menyusuri punggungan selebar setengah sampai satu meter, berbatasan langsung dengan urang di kanan kirinya dengan kedalaman beberapa ratus meter ( di beberapa tempat lebih dari satu kilometer*. .ami bergerak dari Pun"ak .alibaru, menuu Pun"ak 1+ satu persatu bergantian, dari sini kami belum menggunakan tali, hanya perlahan menapaki alur tipis tersebut dengan hati,hati. #eratus meter sebelum Pun"ak 1+ kami harus tra'erse dan memanat sebuah tebing pendek setinggi 5 meter, pada dasarnya alur panatan tebing ini "ukup aman, tetapi dengan ba"kground urang yang menganga tanpa halangan sedalam beberapa ratus meter, uga demi keamanan dan kenyamanan kami mulai menggunakan tali sebagai pengaman dan 2s"ender untuk membantu kami naik. 2da beberapa pasak terpasang yang dapat digunakan sebagai an"hor, baik di atas dan di ba$ah tebing tersebut. 1epas dari tra'erse alur kembali naik, dengan kontur berpasir sangat memungkinkan sekali untuk terpeleset dan menggelinding atuh ke urang, meski aur "ukup lebar tetapi kemiringan,nya tetap membutuhkan perhatian ekstra agar tak sampai salah langkah atau menimbulkan runtuhan batuan yang bisa mengenai rekan lain yang di belakang. 1ima belas menit kemudian team sudah berkumpul tepat di ba$ah Pun"ak 1+. #esuai dengan kesepakatan maka "aptain 4ethuklah yang akan memanat pertama kali dan membuat lintasan tali hingga ke Pun"ak, sementara yang lain dengan sabar menanti giliran. #aat 1intasan selesai giliran kami, satu persatu anggota team menaiki pun"ak 1+ dengan bantuan as"ender alias umar. (thanks banget untuk bapak Joe 3tem yang sudah memberikan kami kursus singkat umaring dan rapelling di pas&es, * Dari Pun"ak 1+ Menuu Punggungan berikutnyasangat2 berman&aat disini boss aur kembali mele$ati igir,igir tipis, kami memutuskan untuk membuat lintasan tali hingga batas aman igir,igir ba$ah. Dari sini kami meninggalkan tali sepanang +5 meter, dan hanya memba$a tali 30 meter untuk alur rapelling berikutnya. 5ampir sama dengan alur dari Pun"ak .alibaru, dari pun"ak 1+ Menuu Pun"ak seati berupa punggungan tipis selebar kurang dari satu meter dan panang sekitar 500 meter,an hori/ontal. Di Jaur ini harus lebih e6tra hati,hati, karena selain tipisnya punggungan uga tamparan angin yang tanpa penghalang sama sekali, se$aktu,$aktu bisa melempar kita ke urang. Jalur aman dari pun"ak 1+ menuu punggungan terakhir adalah dengan menyusuri punggungan tepat disamping urang, lalu sedikit belok kanan dan turun sepanang lima meter dan kembali menyusuri punggungan tipis tepat disamping urang. Di uung punggungan alan buntu dan berhenti menghadap "urah Malang, urang sedalam beberapa kilometer, ada alur turun tepat di ba$ah tebing sedalam 15,20 meter, dari situ kami kembali menggunakan tali dan &igure 7 sebagai pengaman untuk rapelling (turun dengan menggunakan tali*. Di tempat ini uga terpasang beberapa pasak yang dapat digunakan sebagai an"hor dan "ukup kuat. !ergantian kami menuruni tebing dengan bantuan as"ender. Dari sini alur menuu pun"ak seati mulai terihat elas, alur runtuhan batuan yang dari auh terlihat sangat rapuh ternyata "ukup padat dan aman untuk di le$ati, asal hati,hati dan &o"us tentunya. 1epas dari tebing alur berbelok ke arah kanan, menuu runtuhan batuan, menuruni lembah dengan kemiringan 30,+0 deraat dengan kontur batu berpasir yang "ukup li"in. #etelah menuruni lembah maka alur yang tersisa adalah menuu pun"ak seati 0aung, dari sini kami naik mele$ati alur bebatuan 'ulkanik yang "ukup besar, hanya naik tanpa bonus. Medan yang nyaris sama di semua tempat memungkinkan untuk terpisah dan salah alur, sebagai patokan menuu pun"ak 1+ adalah pun"ak berupa tumpukan batu lan"ip yang biasa di sebut pun"ak tusuk gigi, dari pun"ak tusuk gigi kemudian berbelok ke kanan dan sedikit memanat tebing batu setinggi meter, selanutnya tinggal beralan santai menuu pun"ak seati 4unung 0aung. #eingat kami butuh $aktu plus minus satu am dari batas ba$ah reruntuhan hingga pun"ak seati 0aung. %epat pukul dua siang seluruh anggota team berhasil singgah di ketinggian 3388 mdpl, pun"ak seati 4unung 0aung. !ersyukur sekali kami bisa singgah seenak disini, di ketinggian ini, sesuatu yang pada a$alnya di anggap sebagai hal pesimistis ternyata bisa diraih dengan semangat yang kuat dan latihan yang men"ukupi. Pun"ak seati 0aung adalah pen"apaian kami yang terbaik untuk saat ini. !entangan ka$ah terlihat sangat besar, dengan gundukan ka$ah ke"il ditengahnya yang terkadang mengeluarkan asap. .a$ah gunung raung masih akti& sampai dengan hari ini. Dari sini keseluruhan pun"ak 4unung raung terlihat elas, pun"ak selatan, pun"ak kalibaru dan pun"ak sumber $ringin. .ami tak dapat berlama,lama di pun"ak, setelah bernarsis ria dan melahap santap siang seadanya kemudian bergegas untuk kembali turun menuu -reng,ereng 2tas, sengaa kami per"epat agar tak kemalaman saat melintasi alur maut pun"ak 1+ (meski pada kenyataan,nya kami tetap kemalaman dan harus rapelling dari pun"ak 1+ setelah matahari terbenam dan mele$ati punggungan tipis menuu pun"ak kalibaru dengan bantuan headlamp*. #ekali lagi kami harus beribaku dengan $aktu untuk kembali dari pun"ak seati menuu batas akhir 'egetasi. #etelah mele$ati moment yang menegangkan akibat terperangkap gelap di punggungan menuu pun"ak kalibaru, kami kembali berkumpul di ereng,ereng atas di malam hari. #euurnya sangat tidak direkomendasikan untuk beralan malam hari di antara alur pun"ak kaibaru dan pun"ak seati, terutama pun"ak 1+, hanya saa pada saat itu kami harus membuat pilihan yang sangat emosional dan dengan sangat berat hati kami harus melipir pungunggan "uram itu di malam hari. Menurut pengamatan saya, normalnya alur dari Pun"ak .alibaru hingga pun"ak seati dapat ditempuh 9 am pulang pergi ika tanpa halangan. 5itungan aman,nya satu hari PP alias delapan am ika ingin ada sedikit uluran $aktu. Malam itu ketika kembali berkumpul di antara api unggun kami hanya bisa membayangkan betapa kenekatan, kebodohan dan ke,konyolan sekaligus hampir tiada berbatas saat kita dalam kondisi yang ekstrem mendekati kematian. #enin 20 Juli 09 Pagi berikutnya, tanpa basa,basi kami memutuskan untuk segera turun hingga Dusun :onoreo. #isa energi dan perbekalan kami habiskan hari itu, di pun"ak :ates adalah terakhir kali kami masak dan makan besar. 5ari terakhir itu "he& hary mengeluarkan segenap kemampuannya mengolah semua sisa bahan makanan menadi menu siap sai berkualitas nomor satu, hingga perut,perut kami kembali bun"it dan membengkak. #atu hari peralanan turun benar,benar melelahkan. Malah harinya ketika kami sampai di dusun :onoreo, di rumah pak Musni porter kami, segelas kopi $onoreo hitam panas "ukup berhasil mengobati kerinduan kami akan peradaban. .embali ke keramahan dusun :onoreo membuat kami menadi mana, perih yang tak terasa akibat duri rotan kembali menalar dan membuat saya kembali meringis menahan sakit. Juga kaki yang pegal,pegal dan hamper "opot dari engkelnya pun minta dimanakan dengan belaian dan piitan kasar dari tangan,tangan kami yang uga kelelahan. ;ntungnya :onoreo punya kopi yang luar biasa, (selain sebagai sentra kopi :onoreo uga penghasil kakao, bahan baku "oklat dan %ebu* saya menghabiskan beberapa gelas yang sensasinya mampu membuyarkan segala penat yang kami derita selama empat hari terakhir. #eperti seorang ka$an pernah bilang Wonorejo tidak butuh barista kelas satu, segelas kopi tubruknya sudah cukup menciptakan sensasi yang luar biasa buat kami semua. .arena memang betul sekali, Malam itu kelelahan kami "ukup terbayar dengan sambal yang nikmat dan segelas kopi $onoreo yang luar biasa. -P31<4 0aung adalah -go, sebuah egoisme yang besar, begitu kata seorang teman. !enar adanya memang, mendaki gunung 0aung akan memun"ulkan sebuah perudian luar biasa atas nama egoisme, di raung segala kemungkinan bisa teradi, termasuk hal,hal yang mungkin akan disesali di kemudian hari. 1epas dari Pun"ak .alibaru menuu pun"ak seati bukan hanya tentang estimasi $aktu dan kemampuan yang diperhitungkan, Juga ego masing,masing, untuk menghitung kemampuan diri sendiri, untuk mengetahui batas,batas yang kita miliki, untuk membuat keputusan tetap melanutkan atau berhenti sampai disini. Di raung, keputus,asa, an dan kesabaran akan diperlihatkan, uga kebodohan, kenekatan serta kemampuan untuk meprediksi langkah selanutnya. Di 0aung, kami menadi enam orang lelaki paling bodoh yang rela meninggalkan segala kenyamanan demi sesuatu yang hanya bisa kami singgahi selama beberapa menit. %api seperti banyak orang bilang, hidup itu pilihan, memilih untuk tetap berada di kandang yang nyaman atau bertualang dan membuat hidup adi semakin berarti dari hari ke hari, buat diri sendiri dan buat orang,orang yang men"intai dan kita "intai, buat orang,orang di sekeliling kita. #emoga peralanan ini bisa membuat kami menadi orang yang lebih baik. Jakarta, 27 July 2009 !egundalske"il #angat berterima kasih kepada = , #ang Maha #egalanya (untuk segalanya* , !ubun dan Jani untuk segala "inta dan pengertian. , %eam Mate (engkong >aried yang pelan tapi pasti, ga ada matinya deh, !ro !uluk yang semangatnya tak kunung padam, !ro Mahe yang luar biasa unik dan enaka, ?he& hari yang udah bikin kita gendut di 0aung, dan segala tanggung Ja$ab luar biasa dari seorang ?aptain 4ethuk yang pendiam dan murah senyum* , <ur Porter dan &amiy yang udah membantu kami ke atas sana dan memberi kami amuan yang luar biasa, %ukang oek :onoreo yang gila2an. , Pataga !uat alurnya, Pembalak buat 'ideo, in&o dan petanya (so mu"h thanks* , Joe 3tem yang udah ngerelain peralatannya buat kami gunakan =p , %eam ugal2an buat in&o yang sangat berharga. , 1onely %ra"ker &or sharing anything be&ore 3 "limbed. (you@re the man* , .opi %ubruk :onoreo , My #oloing ?hapter. 3n&o transportasi, Jalur dan peta bisa di apri dengan team mate yang lain ya %erima kasih