You are on page 1of 26

By: dr.

HOTMAN PURBA
PERKEMBANGAN SENGKETA
K
O
N
F
L
I
K
SENGKETA
SOSIAL
SENGKETA
SENGKETA
SENGKETA
HUKUM
ALAS HAK KHUSUS
PENYELESAIAN SENGKETA MEDIS
UU KESEHATAN NO. 36 TH 2009
UU RUMAH SAKIT NO. 44 TH 2009
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
NO. 29 TH 2004
Setiap orang berhak menuntut ganti
rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya
(Ps. 58 (1)).

1. Setiap pasien mempunyai hak
menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana (Ps. 32 q)
2. Setiap Rumah Sakit berhak
menggugat pihak yang mengakibatkan
kerugian (Ps. 30 ayat (1) e)

Pasal 66
(1) Setiap orang yang mengetahui atau
kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter dalam menjalankan praktik dapat
mengadukan secara tertulis kepada
Ketua MKDKI.
(3) Pengaduan kepada MKDKI tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk
melaporkan adanya dugaan tindak
pidana kepada pihak yang berwenang
dan/atau menggugat kerugian perdata
ke pengadilan.

Pasal 6 (1) :
Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan
pengadilan, kecuali undang-undang menentukan
lain.
ASAS: PENYELESAIAN SENGKETA HARUS
MELALUI PENGADILAN
Pasal 58 :
Upaya penyelesaian sengketa perdata dapat
dilakukan di luar pengadilan negara melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.

MODEL PENYELESAIAN SENGKETA
1. Tindak Pidana: mendasarkan ketentuan
dalam hukum pidana
2. Perbuatan Melawan Hukum (PMH:
onrechtsmatige daad): mendasarkan
ketentuan hukum perdata.
3. Indisipliner: mendasarkan ketentuan
hukum administrasi/profesionalitas
kedokteran.
4. Pelanggaran etika: mendasarkan
ketentuan kode etik profesi.

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
di Rumah Sakit (PS 46 UURS No. 44/2009).
Penyelesaian sengketa antara Pasien dengan
RS mungkin masih menyisakan sengketa:
yaitu antara RS dengan NAKES ybs.
Upaya penyelesaiannya: mengajukan
gugatan baru kepada NAKES ybs atau
dengan VRIJWARING

Apabila RS digugat atas kerugian yang
diakibatkan oleh kelalaian NAKES, maka
RS dapat menarik NAKES yang
bersangkutan untuk bertanggungjawab
atas kerugian tersebut dengan
menggunakan lembaga Vrijwaring.

Seorang dokter dimungkinan untuk menjalani 4
model penyelesaian sengketa.
Misalnya: Membocorkan rahasia.
1. Perkara pidana karena melanggar Pasal 322 KUH
Pidana.
2. Perkara perdata karena menimbulkan kerugian
(Pasal 1365 KUHPerdata)
3. Perkara disiplin (di MKDKI) karena melanggal
Pasal 3 ayat (2) huruf q Perkonsil No. 4 Tahun
2011.
4. Perkara Etik karena melanggar Pasal 12 KODEKI.

(SE MENKES NO.680/MENKES/E/VI/
TAHUN 2007 Tanggal 14 Juni 2007)

BERDASARKAN KESEPAKATAN DENGAN
POLRI

1. Setiap dugaan pelanggaran hukum yang
diajukan masyarakat disampaikan lebih
dulu kepada MKDKI untuk memperoleh
penetapan ada tidaknya pelanggaran
disiplin kedokteran.
2. Dalam penanganan dugaan pelanggaran
hukum kesehatan agar berkoordinasi
dengan penyidik setempat dengan
mengikutsertakan organisasi profesi.
3. Dalam proses penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan, organisasi profesi dapat
diminta bantuannya sebagai ahli (saksi
ahli).
Pasal 29 UUKes No. 36 Tahun 2009: Dalam
hal tenaga kesehatan diduga melakukan
Kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu melalui Mediasi.
2. PERMA No. 1/2008: Para pihak wajib
terlebih dahulu menempuh mediasi.

Alternatif penyelesaian sengketa merupakan
lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan
cara:
1. Konsultasi.
2. Negosiasi.
3. Mediasi.
4. Konsiliasi.
5. Penilaian ahli.
(Pasal 60 UU No. 48/2009 dan UU No. 30/1999)

Penyelesaian Sengketa
LITIGASI (Pengadilan) butuh BIAYA dan WAKTU LAMA,
pertikaian, 1 pihak sebagai pemenang dan 1 pihak
yang dikalahkan

NON LITIGASI (Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan - Alternative Dispute Resolution/ ADR)
negosiasi, mediasi win-win solution, perundingan
untuk memperoleh kesepakatan, cepat, murah,
hubungan baik
ALUR PENYELESAIAN
SENGKETA MEDIS DI RS
Komplain-keluhan langsung/ tak langsung
Termasuk kasus-kasus yang potensial bermasalah

Kumpulkan data (RM dll) siapkan case review
(Komite Medik, SMF terkait, dr ybs)


Apakah tindakan sesuai Standar Profesi Medis ?

Penjelasan kepada pasien/ keluarganya
KUNCI KOMUNIKASI
Kurang komunikasi (lack of communication)
Komunikasi lamban dan terlambat (lag of communication)
Celah dalam komunikasi (communication gap)
Komunikasi macet total (incommunicado),

Kebiasaan berkomunikasi dengan
pasien/keluarganya tentang perkembangan
kesehatannya

Kebiasaan mengisi Rekam Medik dengan
lengkap

Kebiasaan melakukan tindakan sesuai SPO

Kebiasaan meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan secara terus menerus
Penyebab Konflik Pasien di RS
Ada KESENJANGAN
harapan PASIEN/
KELUARGANYA dengan
KENYATAAN atau
PELAYANAN RS
PERBEDAAN
PERSEPSI
sering dipicu
komentar sejawat
KOMUNIKASI:
informasi tak
jelas, atau bisa
diartikan lain oleh
pasien
GAYA
INDIVIDUAL: dr
atau pasien (dr
arogan, ketus,
pasien
temperamental)
BIAYA TINGGI
SENGKETA MEDIS
Akibat kesalah-fahaman
Akibat perbedaan penafsiran
Akibat ketidak-jelasan pengaturan
Akibat ketidak-puasan
Akibat kecurigaan
Akibat terjadinya kejadian yang tidak
terduga
MENGAPA PASIEN TIDAK PUAS ?
Pasien tidak menerima informasi atau tidak
mengerti informasi yang diterima
Pasien yakin tindakah medik tidak sesuai
standar
Pasien merasa tidak ditangani dengan baik
Pasien merasa dipulangkan sebelum benar-
benar sembuh
Pasien tergolong chronic complainer
Dicken, 2000
Hasil pengobatan tidak
memenuhi harapan,
Hubungan antara dokter dan
pasien kurang atau tidak baik
(lack of communication)
Kepercayaan pasien
terhadap dokter hilang,
Pelayanan atau ucapan yang
tidak menyenangkan,
Diduga ada kelalain medis
(kinerja),
Diduga tidak taat aturan
(standar, protap, pedoman),
Provokasi pihak tertentu
(pihak ke tiga),
Tingginya biaya perawatan,
Kurang transparansi,
Rasa ketidakpuasan
masyarakat,
Meningkatnya kesadaran
hukum masyarakat,
Dorongan arus reformasi,
Motivasi ganti rugi,
Pemberlakuan Undang-
Undang
Perubahan dari low-tech
menjadi high-tech
Terlalu profit oriented,
Perubahan dari paternalistik
menuju customer based
oriented,
Kemudahan memperoleh
Informasi sebagai pembanding
dari negara lain.

You might also like