A. TOPIK Terapi Aktivitas Kelompok : Perilaku kekerasan Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum yaitu klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat. 2. Tujuan khusus a. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat. b. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat c. Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat. C. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995) Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain. 2. Penyebab Faktor predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu : a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiser
Faktor presipitasi Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan interaksi dengan orang lain( provokatif dan konflik). (Budiana Keliat, 2004)
3. Tanda dan Gejala Fisik a. Mata melotot/ pandangan tajam b. Tangan mengepal c. Rahang mengatup d. Wajah memerah e. Postur tubuh kaku
Verbal a. Mengancam b. Mengumpat dengan kata-kata kotor c. Suara keras d. Bicara kasar, ketus Perilaku a. Menyerang orang lain b. Melukai diri sendiri/ orang lain c. Merusak lingkungan d. Amuk/ agresif Faktor yang berhubungan a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah b. Stimulus lingkungan c. Konflik interpersonal d. Status mental e. Putus obat f. Penyalahgunaan narkoba/ alkoholik
Untuk menegakkan diagnosa ini perlu didapatkan data utama a. Sikap bermusuhan b. Melukai diri/ orang lain c. Merusak lingkungan d. Perilaku amuk/ agresif 4. Rentang Respon Marah Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orla dan memberikan kelegaan Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah Klien mengekspresikan diri secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orla dengan ancaman Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control, disertai amuk, merusak lingkungan 5. Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
D. KLIEN 1. Karakeristik / Kriteria Klien dengan gangguan sensori persepsi: perilaku kekerasan dengan karakteristik : Klien berbicara mengancam dengan suara keras Klien dengan mata melotot, tangan mengepal, wajah memerah, dan postur tubuh kaku Klien yang mengamuk, menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau merusak lingkungan
2. Proses Seleksi a. Pengkajian Perawat mengidentifikasi jumlah pasien dan masalah keperawatan yang ada di ruangan. Pasien di ruang Si Piso Piso berjumlah 23 orang ditambah pasien yang ada di ruang Sinabung yang berjumlah 20 orang. b. Perawat mengidentifikasi jenis terapi aktivitas kelompok yang akan dilakukan, yaitu Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Prilaku Kekerasan c. Perawat mengidentifikasi pasien yang akan mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Perilaku kekerasan. Dimana pasien yang akan mengikuti TAK perilaku kekerasan tersebut adalah pasien dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan, dengan ketentuan sebagai berikut : Klien tidak disorientasi Klien tidak inkoheren Sehat fisik Klien cukup kooperatif (kerjasama) Dapat memahami pesan yang diberikan atau mampu berkonsentrasi lebih dari 15 menit d. Mengklarifikasi pasien sesuai kriteria dan bekerjasama dengan perawat di ruangan e. Mengadakan kontrak dengan klien
3. Jumlah klien Klien perilaku kekerasan yang mengikuti TAK berjumlah 8 orang yaitu: 1. Tn. M 2. Tn. P 3. Tn. R 4. Tn. W 5. Tn. S 6. Tn. G 7. Tn. E 8. Tn. R E. PENGORGANISASIAN 1. Uraian Struktur Kelompok a. Tempat Pertemuan : Halaman Belakang Si Piso Piso b. Hari / Tanggal : Jumat/ 25 April 2014 c. Waktu : 09.30-10.00 WIB d. Lama : 30 Menit e. Perilaku yang diharapkan : Klien mampu mencontohkan pencegahan perilaku kekerasan dengan cara spiritual
2. Metode 1. Dinamika Kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Simulasi, berkenalan, memperkenalkan diri
3. Alat yang digunakan 1. Kertas HVS 2. Spidol 3. Bola 4. MP3 player handphone dan speaker power
4. Tim Terapis a. Pimpinan Kelompok (Leader) : Gerald, S.Kep Tugas : - Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal) - Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan - Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik - Sebagai role model - Memotivasi kelompok untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan dan pikiran - Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain - Membuat tata tertib bagi kelompok demi kelancaran diskusi b. Pembantu pimpinan kelompok (Co Leader) : Leny Ayu Tika, S.Kep Tugas : - Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok - Menyampaikan informasi dari fasilitator kepimpinan - Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang - Bersama leader menjadi contoh untuk kerjasama yang baik c. Fasilitator : Edwardi, S.Kep Dedy Syafrizal, S.Kep M.Reza Fakhrial S.Kep Nugrah Junmardani, S.Kep Leny Ayu Tika S.Kep Raja Richa Kemala Putri, S.Kep Yudith Rezky Noviensyah, S.Kep Tugas : - Membantu leader memfasilitasi dan memotivasi anggota untuk berperan aktif - Menjadi aktif bagi klien selama proses kegiatan d. Observer : Raja Richa KemalaPutri, S.Kep Tugas : - Mengobservasi setiap respon klien - Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien - Memberikan umpan balik pada kelompok
5. Setting Tempat - Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran - Tempat tenang dan nyaman.
Keterangan : L : Leader CL : Co-Leader F : Fasilitator CL L Obs F
F F F F F Obs : Observer
: Peserta
F. TATA TERTIB DAN PROGRAM ANTISIPASI Tata tertib : 1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK 2. Berpakaian rapid an bersih 3. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK 4. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta cadangan. 5. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan. 6. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai 7. Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan. Program Antisipasi 1. Usahakan dalam keadaan terapeutik 2. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung. 3. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta. 4. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran. 5. Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai persetujuan dari peserta TAK yang lain. 6. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok. 7. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
G. PROSES PELAKSANAAN 1. Tahap Persiapan o Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif o Membuat kontrak dengan klien o Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi Mengumpulkan anggota diruang Makan bangsal Shinta. Perawat melakukan kontrak ulang untuk mengikuti TAK, perawat berhasil mengumpulkan enam orang klien sesuai dengan rencana semula. Leader memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan TAK kepada klien kemudian leader menjelaskan aturan permainan. Leader menanyakan perasaan saat ini, penyebab marah dan tanda-tanda saat marah, kemudian leader mengajak peserta TAK untuk menyanyi mengawali kegiatan TAK dimulai. 3. FASE KERJA Leader mengajak klien untuk memperkenalkan diri satu persatu mulai dari nama dan nama panggilan kesukaan semua peserta mampu memperkenalkan diri dengan baik. Setelah selesai melakukan perkenalan fasilitator memberikan dan memasangkan papan nama kepada peserta, selanjutnya leader mengeluarkan masing-masing obat peserta dan menjelaskan jenis obat yang diminum klien sesuai dengan warna obatnya. Setelah leader selesai menjelaskan, peserta satu persatu di anjurkan untuk mengulang jenis obat yang diminum dan warna dari obat tersebut, setiap peserta yang mampu menjelaskan jenis dan warna obat yang mereka minum dengan benar peserta diberikan tepuk tangan dan untuk peserta yang belum bisa menjelaskan dengan baik terapis mengulang lagi jenis obatnya. Terapis kemudian menuliskan hasil dari penjelasan klien yang benar dan yang salah di papan tulis, dari enam pasien tersebut satu peserta belum bisa menjelaskan jenis dan warna obat yang diminum dengan benar. Selanjutnya terapis mengajarkan tentang lima benar minum obat yang mulai dari benar obat, benar waktu minum, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, sampai dengan benar dosis yang diminum, selesai terapis menjelaskan kembali pasien di anjurkan untuk mengulang lima benar cara minum obat tersebut satu persatu sambil terapis menuliskan peserta yang mampu dan tidak mampu menjelaskan dengan baik tentang cara lima benar minum obat. Setelah terapis selesai menjelaskan dan klien selesai mengulang kembali terapis menanyakan perasaan yang dirasakan setelah minum obat dengan teratur, serta memberikan tepuk tangan dan pujian kepada peserta yang menceritakan dengan baik. Terakhir terapis menanyakan keuntungan minum obat teratur setelah selesai peserta merespon terapis menjelaskan manfaat keuntungan minum obat secara teratur, kemudian terapis menanyakan tentang kerugian jika tidak minum obat secara teratur kembali setelah peserta merespon terapis menjelaskan kembali dan meluruskan kembali respon klien yang masih menyimpang. Selanjutnya klien diminta menjelaskan kembali keuntungan dan kerugian minum obat sesuai dengan penjelasan terapis serta memberikan pujian dan menuliskan dipapan tulis hasil respon dari semua peserta. 4. FASE TERMINASI. Melakukan sharing perasaan antara klien dan perawat tentang terapi aktifitas kelompok yang dilakukan. Klien : Merasa senang karena dengan diadakannya TAK bisa menambah wawasan tentang obat yang diminum setiap hari sehingga bisa membuat semangat untuk minum obat dan tidak was-was dengan obat yang diminum. Serta bisa untuk mengisi waktu luang dan klien menanyakan kapan ada acara seperti ini lagi.? Perawat : Merasa senang karena klien dapat kooperatif mengikuti kegiatan TAK. Merasa dibutuhkan oleh klien.