You are on page 1of 20

1

Makalah PBL

Menopause pada Wanita 50 Tahun
Kelompok D6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: angelameci@yahoo.com

Pendahuluan
Setiap manusia akan mengalami proses degenerasi dan menglami beberapa perubahan.
Begitu pun dengan wanita pada usia lanjut akan mengalami suatu proses degenerasi pada sistem
reproduksinya, yang disebut dengan menopause. Menopause merupakan suatu perubahan yang
alamiah dimana siklus menstruasinya berhenti yang dialami setiap wanita yang berusia lanjut.
Menopause adalah periode penting dalam kehidupan seorang perempuan. Dikatakan
penting karena pada periode ini terjadi berbagai perubahan dalam tubuhnya. Perempuan menghabiskan
sepertiga hidupnya pada periode ini. Umur rata-rata perempuan mengalami menopause adalah 51
tahun. Perubahan fisiologis banyak terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause. Perubahan
hormonal yang terjadi pada periode ini melibatkan berbagai sistem dan organ.





Anamnesis
2

Menarkhe ,Menstruasi,Menopause.
Untuk riwayat menstruasi,tanyakan kepada pasien berapa usianya ketika dia mendapat haid
yang pertama (usia pada saat menarkhe).Kapan hari pertama haid terakhirnya,dan jika mungkin,kapan
haid yang sebelumnya itu terjadi?berapa sering haid terjadi (diukur berdasarkan interval anatara hari
pertama aid yang satu dan berikutnya)?apakah haidnya teratur atau tidak?Berapa lama haid
berlangsung?Berapa banyak darah haid yang keluar?Bagaimana warnanya?Banyaknya aliran darah
haid dapat dinilai secara kasar berdasarkan jumlah tampon atau pembalut wanita yang digunakan
setiap hari.Akan tetapi,karena setiap wanita berbeda-beda dalam menggunakan pembalut
wanitanya,tanyakan kepada pasien apakah pembalutnya penuh oleh rembasan darah haid,hanya sedikit
menunjukan bercak-bercak darah haid,dan seterusnya.Lebih lanjut,apakah ia menggunakan lebih dari
satu pembalut pada saat yang bersamaan?apakah ia mengalami perdarahan selama masa interval antara
haid yang satu dan lainnya?Apakah pernah mengalami perdarahan sesudah sanggama atau sesudah
menyemprot vaginanya (douching)?.
1
Apakah pasien pernah mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri sebelum atau selama haid?jika
ya,bagaimana rasanya,berapa lama perasaan itu berlangsung dan apakah mengganggu aktivitas yang
biasa dilakukannya?Apakah ada gejala lain yang menyertainya?Tanyakan kepaa wanita yang berusia-
pertengahan-atau lanjut,apakah haidnya sudah berhenti.Kapan?Apakah ada gejala apapun yang
menyertai perubahan tersebut?Apakah ada gejala apapun yang menyertai perubahan tersebut?Apakah
sejak berhentinya haid,ia pernah mengalami perdarahan.
1

Pertanyaan tentang menarke,menstruasi,dan menopause sering kali memberikan kesempatan
kepada anda untuk menggali kebutuhan pasien akan informasi dan sikpnya terhadap tubuhnya
sendiri.Ketika berbicara dengan remaja puteri,misalnya pertanyaan terbuka yang dapat anda ajukan
cukup mencakup:Bagaimana pertama kalinya kamu mendapatkan pengetahuan tentang
haid?Bagaimana perasaanmu ketika haid pertama mulai terjadi?Bnayak remaja puteri merasa khawatir
ketika haidnya tidak teratur dan datang terlambat.Apakah hal-hl seperti it mengganggunymu?.
1

Kehamilan
Pertanyaan yang berhubungan dengan kehamilan meliputi :apakah ibu/anda pernah hamil
(atau brapa sering anda pernah hamil)?Apakah ibu/anda pernah mengalami keguguran atau
abortus?berapa sering?Berapa anak ibu sekarang?Tanyakan tentang kesulitan pada kehamilan dan saat
3

serta keadaan ketika terjadi aborts (spontan atau diinduksi).Jenis keluargaberencana apakah yang
digunakan oleh pasien dan pasangannya-jika mereka memakainya,dan apakah pasien merasa puas
dengan metode KB yang dilakukannya?
Jika keadaan amenore menunjukan kehamilan yang baru saja terjadi,tanyakan tentang riwayat
hubungan seks dan gejala awal yang lazim dijumpai:nyeri tekan,kesemutan,atau peningkatan ukuran
payudara;frekuensi berkemih;nausea dan vomitus;keadaan mudah lelah;serta perasaan bayinya
bergerak (biasanya gerakan bayi terasa pada kehamilan yang berusia sekitar 20 minggu).Perhatikan
perasaan pasien ketika membahas semua tpik ini dan selidiki jika tampaknya diperlukan penjajakan
lebih lanjut.
1

Keluhan dan gejala vulvovaginal
Gejala vulvovaginal yang paling sering ditemukan adalah pengeluaran sekret per vaginam dan
perasaan gatal setempat.Ikuti cara pendekatan yang biasa dilakukan.Jika pasien mengeluh tentang
pengeluaran sekret (keputihan),tanyakan jumlah,warna,konsistensi,dan baunya.Tanyakan tentang
setiap luka-luka atau benjolan lokal did aerah vulvAa.Apakah luka atau benjolan itu terasa
nyeri?Karena pemahaman pasien tentang istlah anatomi amat beragam,siapkan pula ungkapan
alternatif sepertirasa gatal (atau gejala lain) di dekat vagina anda?....di antara kedua paha anda?.....di
mana anda buang air kecil?.
1

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaa Luar
Melakukan inspeksi genitalia eksterna pasien.Duduk dengan enak dan lakukan inspeksi untuk
ememriksa mons pubis,labia serta perineum.Pisahkan kedua labia dan lakukan inspeksi terhadap:
Labia mayora
Klitoris
Meatus uretra
Introitus vagina
Perhatikan setiap inflamasi,ulserasi,pengeluaran sekret ,pembengkakan,ataupun nodulus.Jika
terdapat lesi,lakukan palpasi untuk merabanya.
1
4

Jika terdapat riwayat atau terlihat pembengkakan pada labia,periksa keadaan glandula
Bartholininya.Masukkan jari telunjuk anda ke dalam vagina dekat ujung posterior labium
mayus.Secara bergantian,lakukan palpasi pada setiap sisi di anatara jari tangan dan ibu jari untuk
meraba pembengkakan atau nyeri tekan.Perhatikan setiap sekret yang merembas keluar dari muara
(orifisium) duktus kelenjar tersebut.Jika terdapat sekret,lakukan pemeriksaan kulturnya.
1

2. Pemeriksaan dalam
Menilai penyangga dinding vagina
Saat kedua labia dipisahkan oleh jari tengah dan telunjuk anda,minta pasien untuk
mengejan.Perhatikan setiap tonjolan yang terlihat pada dinding vagina.
1
Memasang spekulum
Pilih spekulum dengan ukuran dan bentuk yang tepat,dan basahi dahulu dnegan air
hangat.(Pemakaian bahan pelumas lain dapat menganggu pemeriksaan sitologi dan kultur bakteri
atau virus.)Anda dapat memperlebat introitus vagina dengan membasahi salah satu jari tangan
anda dnegan air dan kemudian menekan tepi bawah introitus tersebut ke bawah.(Anda mungkin
pula ingin mengecek lokasi serviks untuk menentukan sudut insersi spekulum secara lebih
akurat).Tindakan melebarkan introitus akan sangat mEmudahkan pemasangan spekulum dan
meningkatkan kenyamanan pasien.Denagn tangan lainnya (biasanya yang kiri),masukkan
spekulum yang masih dalam posisi menutup itu melewati jari-jari tangan anda dengan sudut yang
sedikit ke arah bawah.Lakukan tindakan ini dnegan hati-hati agar tidak sampai menarik rambut
pubis atau menjepit labia dengan spekulum.Memisahkan labia mayora dengan tangan lainnya
dapat membantu kita menghindari kelalaian ini.
1
Dua metode yang membantu anda dalam menghindari penekanan pada uretra sensitif.(1)
Ketika menyisipkan spekulum,pegang alat ini dnegan sudut tertentu (2) dorong spekulum ke dalam
agar meluncur di sepanjanag dindin posterior vagina.

Sesudah spekulum masuk ke dalam vagina,keluarkan jari tangan anda dari dalam
introitus.Mungkin anda ingin memindahkan spekulum ke tangan anda untuk lebih memudahkan
manuver alat tesebut dan pengumpulan spesimen yang dikerjakan selanjutnya.Putar spekulum ke
posisi horizontal dengan mempertahankan tekanan pada bagian posteriornya dan kemudian
5

masukkan hingga kesulurhan panjangnya berada di dalam vagina.Lakukan tindakan ini dnegan
hati-hati agar jangan sampai daun spekulum tersebut terbuka sebelum waktunya.
1
Melakukan inspeksi serviks
Buka daun spekulum dengan hati-hati.Putar dan atur posisinya sampai ujung spekulum
mencakup bagian serviks serta membuat terlihat seperti penuh.Atur posisi cahaya sampai anda
dapat melihat serviks dengan jelas.Jika uterus berada dalam posisi retroversi,serviks akan lebih
mengarah ke anterior dibandingkan dnegan yang diilustrasikan di sini.Jika anda menghadapi
kesulitan dalam menemukan serviks,tariks edikit spekulum itu dan atur kembali posisinya pada
sudut yang berbeda.J ika terdapat sekret yang menyamarkan penglihatan anda,apus sekret tersebut
dengan hati-hati memakai apus kapas yang besar.
1
Lakukan ispeksi pada servix dan os servisis. Perhatikanwarna serviks, posisi, karakteristik
permukaan dan setiap ulserasi, nodulus, massa, perdarahan, dan pengeluaran secret.
Pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan cara mengencangkan skrup pada ibu
jari anda.
1
Melakukan inspeksi vagina
Tarik spekulum keluar dengan perlahan sementara anda tetap mengamati vagina.ketika
spekulum sudah tidak mencakup serviks lagi,kemdurkan sekrup pada ibu jari dan pertahankan
spekulum dalam posisi terbuka dengan ibu jari tangan anda.Tutup daun spekulum pada saat anda
menariknya keluar dari dalam introitus untuk menghindari peregangan mukosa yang berlebihan
maupun penjepitan mukosa.Pada saat menarik keluar spekulum,lakukan inspeksi terhadap mukosa
vagina dengan memperhatikan warnanya dan setiap inflamasi,sekret,ulkus,atau massa.
1

Melakukan pemeriksaan bimanual
Lumasi jari telunjuk dan jari tengah salah satu tangan anda yang sudah mengenakan sarung
tangan karet,dan dari posisi berdiri,masukkan kedua jari tangan tersebut ke dalam vagina dengan
sekali lagi memberikan tekanan yang mula-mula ke arah posterior.Ibu jari anda harus berada
dalam posisi abduksi,sedangkan jari manisn dan kelingking difleksikan ke arah permukaan
palmaris tangan anda.Penekanan perineum ke dalam dengan jari-jari tangan yang difleksikan itu
hanya akan menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman-jika ada-dan memungkinkan anda mengatur
6

jari tangan yang melakukan palpasi tersebut dalam posisi yang benar.Perhatikan setiap nodularitas
atau nyeri tekan pada dinding vagina termasuk daerah uretra dan kandung kemih di sebelah
anterior.
1

Melakukan palpasi seviks dan memperhatikan posisi, bentuk, konsistensi, regularitas
mobilitas dan nyeri. Normalnya serviks dapat sedikit digerakkan tanpa menimbulkan rasa nyeri.
1
Melakukan palpasi uterus
Tempatkan salah satu tangan pada abdomen di sekitar pertengahan garis yang
menghubungkan umbilikus dengan simfisis pubis.Saat anda mengangkat srviks dan uterus dengan
tangan yang ada di dalam pelvis,tekankan tangan anda yang berada di abdomen ke dalam dan ke
bawah dengan mencoba memegang uterus di antara kedua tangan anda itu.perhatikan ukuran
uterus,bentuk,konsistensi,sera mobilitasnya,dan temukan setiap nyeri tekan atau massa yang ada.
1

Sekarang,dorong jari tangan anda yang ada di dalam pelvis itu ke dalam forniks anterior
dan lakukan palpasi korpus uteri di antara kedua tangan anda. Pada posisi ini ,jari-jari tangan yang
ada dalam pelvis dapat meraba permukaan anterior uterus sementara jari-jari tangan yang
diletakkan pada badomen dapat meraba sebagian permukaan posterior uterus.
1
Jika anda tidak dapat meraba uterus dengan salah satu dari kedua manuver ini,mungkin
uterus tersebut terjungkit ke arah posterior (posisi bergeser ke belakang).Dorong jari tangan yang
ada dalam pelvis itu ke dalam forniks posterior dan raba tonjolan uterus dengan ujung jari-jari
tangan anda.Dinding abdomen yang tebal atau tidak berada dalam keadaan relaksasi yang baik
dapat pula membuat anda tidak bisa meraba uterus kendati lokasinya di sebelah anterior.
Melakukan palpasi pada setiap ovarium.Tempatkan tangan anda yang berada di abdomen
pada kuadran kanan bawah sementara tangan anda yang berada dalam pelvis ditempatkan di
forniks lateral kanan.Tekanlah tangan yang di abdomen ke dalam dan ke bawah,mencoba
mendorong struktur adneksa ke arah tangangan sedikit menggerakkan kedua tangan anda,biarkan
struktur adneksa ke arah tangan anda yang berada dalam pelvis.Coba untuk mengenali ovarium
yang kanan atau setiap masa adneksa yang ada di dekatnya.Dengan sedikit mengegrakkan kedua
tangan anda,biarkan struktur adneksa menggelincir di antara jari-jari tangan anda jika mungkin dan
perhatikan ukuran ,bentuk,konsistensi,mobilitas,serta gejala nyeri tekan.Ulangi prosedur ini pada
sisi yang kiri.
1

7

Ovarium yang normal memberi sedikit rasa nyeri ketika ditekan.Biasanya kedua ovarium
dapat diraba pada wnaita ramping dan rileks,tetapi sulit atau tidak mungkin diraba pada wanita
gemuk dan relaksasinya buruk.
1

Menilai kekuatan otot-otot pelvis
Tarik sedikit kedua jari tangan anda sampai terlepas dari serviks dan kemudian regangkan
keduanya untuk menyentuh kedua sisi dinding vagina.Minta pasien untuk mengontraksikan otot-
ototnya sekuat dan selama mungkin agar menjepit jari-jari tangan anda .Jepitan yang menekan jari
tangan anda dengan kuat,menggerakannya ke atas serta ke dalam,dan berlangsung selama 3 menit
atau lebih,menadakan kekuatan otot yang penuh.
1

Melakukan pemeriksaan rektovaginal
Tarik jari tangan anda keluar.Lumasi sarung tangan anda sekali lagi jika
diperlukan.Kemudian dengan hati-hati,masukkan kembali jari telunjuk anda ke dalam vagina
sementara jari tengah anda di masukkan ke dalam rektum.Minta pasien untuk mengejan ketika
anda melakukan tindakan ini agar sfingter aninya melemas.Beritahukan kepada pasien bahwa
peemriksaan ini dapat membuatnya merasa ingin buang air besar tetapi sebenarnya hal tersebut
tidak akan terjadi.Ulangi manuver pemeriksaan bimanual tersebut dengan memberikan perhatian
pada bagian di belakang serviks yang hanya bisa di akses oleh jari tangan yang ada di dalam
rektum.
Palpasi rektovaginal sangat berguna dalam memeriksa uterus yang mengalami pergeseran
ke belakag (retroversi).
1


8

Gambar 1. Perubahan Sistem Reproduksi Usia Lanjut

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Pap Smear
Pada pasien pascamenopause tidak hars diperiksa pap smear tetapi dalam 2-4 tahun jika
hasil pap smear normal.
2
Pemeriksaan Mammogram
American Cancer Society mereekomendasikan pada pasien menopause untuk melakukan
pemeriksaan mammogram setiap 2 tahun dimulai dari usia 40 tahun dan setiap tahu mulai usia 50
tahun.
2
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita
perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi
menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap
stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari
meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih
banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari pengukuran
FSH pada wanita perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan
yang tergantung pada adanya ovulasi.
2
2. Pengukuran LH
Pada pascamenopause kadar LH 30-120 IU/ml. Rasio FSH ; LH lebih dari 1.
2
3. Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause terjaga
sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan wanita
postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur
dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang
tinggi selama perimenopause.
2
9

4. Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan balik
negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin
menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar inhibin B
menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan
menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma.
Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi
matang dan sejumlah folikel berkurang karena umur.
2
5. Pemeriksaan kadar HDL, LDL, TG untuk mengetahui resiko terhadap jantung.
2

Diagnosis
Diagnosis Kerja
Menopause merupakan perubahan alami yang dialami seorang wanita saat siklus
menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut change of life. Selama menopause, biasa terjadi
antara usia 45-55 tahun, tubuh wanita secara perlahan berkurang menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Dengan adanya gejala hot flashes (kemerahan di wajah), kulit kemerahan, terasa
panas, dan berkeringat serta gangguan tidur.
1


Diagnosis Banding

Klikmaterium
Klimakterium adalah suatu istilah yang lebih tua, menunjukkan suatu masa di mana
seorang perempuan lewat dari masa reproduksi ke transisi menopause hingga tahun-tahun
pascamenopause, terjadi pada rata-rata 45-65 tahun.
Perimenopause adalah suatu masa peralihan menopause yang terjadi beberapa tahun
sebelum menopause, yang meliputi perubahan dari siklus-sikulus ovulatorik menjadi anovulatorik,
dengan tanda ketidakteraturan siklus haid. Berlawanan dengan kepercayaan di masa lalu, ternyata
10

kadar estradiol tidak turun secara bertahap pada tahun-tahun sebelum menopause, tetapi tetap
berada pada kisaran normal, meskpun sedikit meningkat hingga sekitar 1 tahun sebelum
pertumbuhan dan perkembangan folikel berhenti.
Penurunan sekresi inhibin oleh folikel-folikel ovarium dimulai sekitar umur 35 tahun dan
menjadi lebih cepat setelah umur 40 tahun. Penurunan inhibin memungkinkan peningkatan FSH
yang mencerminkan berkurangnya reaktivitas dan kemampuan folikel karena ovarium menua.
Tahun- tahun perimenopause adalah suatu periode dimana kadar FSH pascamenopause
lebih dari 20 IU/L, meskipun tetap terjadi perdarahan haid, sedangkan kadar LH masih tetap
berada dalam kisaran normal. Kadang-kadang masih terjadi pembentukan folikel dan korpus
luteum sehingga masih mungkin terjadi kehamilan. Oleh karena itu, bijaksanalah kalau tetap
menggunakan kontrasepsi hingga betul-betul menopause.
Pramenopause adalah suatu masa menjelang menopause yang terjadi pada umur rata-rata
40-50 tahun. Ketika perempuan mencapai umur 40-an, anovulasi menjadi lebih menonjol, panjang
siklus haid meningkat. Durasi fase folikuler adalah penentu utama panjang siklus. Perubahan
siklus haid sebelum menopause ditandai oleh peningkatan kadar hormon penstimulasi folikel
(FSH) dan penurunan kadar inhibi. Tetapi dengan kadar hormon LH yang normal dan kadar
estradiol yang sedikit meninggi.
3
Menometroragia
Menometroragia adalah pendarahan dari vagina pada seorang wanita tanpa ada hubungan
dengan suatu siklus haid. Pendarahan ovulataoir terjadi pada pertengahan silus sebagai suatu
spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah
kelainan organik (polip endrometrium, karsinoma endrometrium, karsinoma serviks), kelainana
fungsional, serta penggunaan estrogen eksogen.Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan
organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.
4

Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana
mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenore,
sifat perdarahan (banyak atau sedikit- sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, lama atau tidak,
dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah
kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain.
11

Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan
pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik
perlu dilihat apakah ada kelainan-kelainan organic yang menyebabkan perdarahan abnormal.
Dapat dilakukan kerokan untuk pembuatan diagnois. Pada wanita berumur 20 40 tahun
kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya.
Kerokan diadakan setelah diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak menggangu kehamilan.
Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada
tidaknya tumor ganas.
4
Penatalaksanaan
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam
hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi tranfusi darah. Setelah pemeriksaan
ginekologik menunjukan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus,
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan:
a.Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahannya
berhenti. Dapat diberikan secara intra muskulus dipropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas
estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini adalah bahwa setelah suntikan
dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b. Progesteron: pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau
dapat diberikan per os sehari norethindrone 15 mg atau asetas medroksi- progesterone (provera) 10
mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.
4

Etiologi
Hilangnya folikel sejalan pertambahan usia karena atresia dan ovulasi bulanan.Kehilangan
folikel mengakibatkan berkurangnya sekresi estrogen dan progesterone.
5
Penurunan kadar estrogen dan progesterone menggangu aksis hormone hipotalamus-hipofisis-
ovarium dan mekanisme umpan balik masih disekresi oleh kelenjar adrenal dan stroma ovarium.
5

12

Karena kadar FSH dan LH hipofisis tidak dihambat oleh mekanisme umpan balik negaif hormone
ovarium,kadarnya saat menopause tetap tinggi.Sumber gonadotropin manusia yang dipergunakan
untuk kebutuhan klinis adalah urine dari wanita menopause.
5

Epidemiologi
Umur median pada menopause berkisar anatara 45-55 tajun di seluruh dunia,50-52 tahun
pada perempuan kulit putih di negara industri.Menopause prematur secarakonvensional ditentukan
sebagai periode menstruasi terakhir,terjadi kurang dari 45 tahun mempunyai beberapa
penyebab.Umur menopause tidak sama pada bangsa atau etnis yang berbeda,umumnya ditemukan
sedikit lebih dini pada perempuan yang tinggal di negara berkembang dibandingkan di negara
maju.Misalnya di India dan Pakistan,berkisar 44-48 tahun (median 47 tahun),dan di Jordan Selatan
ditemukan umur median waktu permulaan menopause ialah 50 tahun.
6
Patofisiologi
Ovarium wanita memiliki jumlah oosit terbesar selama bulan kelima kehamilan dan
memiliki sekitar 1.000.000 - 2.000.000 oosit saat lahir. Pada saat masa penuaan, proses atresia
mengurangi jumlah oosit, sehingga di masa menopause seorang wanita mungkin hanya memiliki
beberapa ratus hingga beberapa ribu oosit saja yang tertinggal. Ovarium tersebut memproduksi 3
hormon penting yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.
Estrogen secara endogen memproduksi Estrone (E1),estradiol (E2) dan estriol (E3).
Estradiol (E2) diproduksi oleh folikel ovarium dominan selama siklus menstruasi bulanan dan
merupakan estrogen alami yang paling ampuh. Estrone (E1) adalah bentuk dominan estrogen
selama menopause. Ini diproduksi dalam jumlah kecil oleh ovarium dan kelenjar adrenal, dan
terutama diturunkan oleh konversi perifer androstenedion dalam jaringan adiposa.
Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan menyebabkan penebalan endometrium
dalam persiapan untuk penempelan ovum yang telah dibuahi. Progesteron juga menghambat
tindakan estrogen pada jaringan tertentu. Pada wanita yang anovulatori, tidak ada korpus luteum
terbentuk. Oleh karena itu, estrogen sering tidak terhalangi. Hal ini dapat mengakibatkan
penumpukan pada endometrium, menyebabkan perdarahan menstruasi yang tidak teratur pada fase
perimenopause.
13

Pembentukan korpus luteum mengawali fase sekretori di mana estrogen, progesteron, dan
androgen juga dikeluarkan. Estrogen menyebabkan proliferasi seluler, sedangkan progesteron
menyebabkan penebalan dan peningkatan sekresi pada endometrium. Jika kehamilan tidak terjadi,
kadar estrogen dan progesteron turun bertahap. Penurunan hormon ini memberi tanda bagi
penebalan lapisan dalam rahim untuk dikeluarkan, menyebabkan perdarahan menstruasi dan
memberi tanda bagi ovarium untuk memulai proses kembali lagi dengan mulai menumbuhkan
lebih banyak folikel untuk ovum baru dan siklus baru.
Ovarium pada saat menopause tidak lagi menghasilkan estradiol (E2) atau inhibin dan
progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil. Oleh
karena itu, FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) tidak lagi dihambat
oleh mekanisme umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang telah menurun dan sekresi
FSH dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat yang tinggi.
Fluktuasi FSH dan LH sertaberkurangnya kadar estrogen menyebabkan munculnya tanda dan
gejala menopause, antara lain rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah (hot flashes),
gangguan tidur, keringat di malam hari, perubahan urogenital, osteopenia/ kepadatan tulang
rendah, dan lain-lain.
7

Gambar 2. Patofisiologi Menopause
Gambaran Klinis
Pada menopause terdapat gejala-gejala klinis diantarnya :
2
A. Perubahan dalam siklus
14

1. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi sering kali tidak menghasilkan telur
Perdarahan tiba-tiba yang disertai bercak selama hari ke-19 samapi ke-25 dapat terjadi.
Lebih dari 60 % ibu yang mengalami menstruasi yang jarang dan siklus yang berlompatan.
2. Jumlah
Sebagian ibu mengalami pendarahan yang sebentar dan sedikit.
Terjadi menstruasi yang banyak disertai bekuan dan rasa kram.
B. Gejala IMS
1. Bengkak
2. Ketidaknyamanan panggul
3. Sakit kepala
4. Irritabilitas
5. Mood labil
.

C. Gejala Vasomotor
1. Rasa panas (hot flashes)
2. Berkeringat malam hari
D. Atrofi urogenital
1. Frekuensi dan urgensi berkemih yang disebabkan karena penipisan epithelium uretra dan
penurunan tonus uretra.
2. Rentan ISK
3. Hilangnya kemampuan sokongan visera panggul
4. Mukosa vagina pucat
E. Osteopenia dan osteoporosis
1. Fraktur tulang
2. Nyeri punggung
F. Gejala kardiovaskular
G. Perubahan kulit
1. Penurunan lemak subkutan
2. Kekeringan
3. Kerontokan rambut
4. Hirsutisme ringan di wajah
H. Gejala psikologis
15

1. Depresi dan perubahan mood
2. Keinginan seksual menurun
Penatalaksanaan
Medika Mentosa
1. Terapi Hormon Pengganti (HRT)
Dapat dilakukan dengan terapi estrogen. Sejauh ini pilihan pengobatan tersebut merupakan terapi
yang paling efektif untuk menghilangkan hot flashes pada menopause. Tetapi tergantung pada
pribadi dan riwayat kesehatan keluarganya, dokter mungkin akan merekomendasikan estrogen
dalam dosis terendah yang diperlukan untuk membantu meringankan gejala.
2
2. Antidepresan Dosis Rendah
Venlafaxine (Effexor), obat antidepresi yang terkait dengan kelas obat yang disebut Inhibitor
Reuptake Selektif Serotonin (SSRI), telah terbukti menurunkan hot flashes. Selain SSRI
antidepresan lainnya yang dapat meringankan gejala yaitu, termasuk fluoxetine (Prozac, Sarafem),
paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa) dan sertraline (Zoloft).
2
3. Gabapentin
Obat ini disetujui untuk mengobati kejang, tetapi juga telah terbukti secara signifikan mengurangi
hot flashes.
2
4. Clonidine
Clonidine pil atau patch biasanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, secara
signifikan dapat mengurangi frekuensi hot flashes, tapi efek samping yang tidak menyenangkan
yang umum.
2
5. Bifosfonat
Obat ini efektif baik mengurangi gangguan tulang dan risiko patah tulang dan telah menggantikan
estrogen sebagai pengobatan utama untuk osteoporosis pada wanita.
2


16

6. Modulator Reseptor Estrogen Selektif (SERM)
SERM adalah kelompok obat yang mencakup raloxifene (Evista). Raloxifene meniru efek estrogen
yang menguntungkan pada kepadatan tulang pada wanita menopause.
2
7. Vaginal Estrogen
Untuk meringankan kekeringan vagina, estrogen dapat diberikan secara lokal menggunakan tablet
vagina, cincin atau krim. Perawatan ini rilis hanya sejumlah kecil estrogen yang diserap oleh
jaringan vagina. Ini dapat membantu meringankan kekeringan vagina, rasa tidak nyaman ketika
hubungan seksual dan beberapa gejala gangguan BAK.
2
Non Medika Mentosa
Untuk mengatasi perubahan perubahan yang terjadi pada menopause dapat dilakukan dengan
cara:
2
Kenakan pakaian dan lapisan yang tipis untuk menyesuaikan dengan kondisi hot flash
Atasi insomnia dengan cara tidur siang serta kurangi konsumsi kafein dan makanan pedas,
terutama pada malam hari.
Redakan perubahan mood, irrtitabilitas, dan depresi dengan diet dan latihan teratur.
Aktivitas fisik yang teratur membantu untuk menurunkan berat badan, memperbaiki kualitas tidur,
menguatkan tulang, dan meningkatkan mood. jalan cepat, aerobic low impact, dan menari adalah
contoh olahraga yang dapat menguatkan tulang. Cobalah berolahraga dengan intensitas sedang
sekitar 30 menit per hari.
Berikan nutrisi yang cukup karena pada fase menopause terjadi peningkatan risiko osteoporosis
dan penyakit jantung. Karena itu diet yang sehat dengan mengkonsumsi makanan rendah lemak
dan kaya serat seperti buah-buahan, sayuran, dan roti gandum sangat dianjurkan. Tambahkan
makanan yang kaya akan kandungan kalsium atau tambahkan suplemen kalsium. Hindari alcohol
dan kafein yang dapat memicu terjadinya hot flashes. Bila merokok, usahakan untuk berhenti

Komplikasi
Osteoporosis
17

Osteoporosis adalah masalah tulang yang paling menonjol, berkurangnya massa tulang
dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal, menyebabkan peningkatan kejadian
fraktur, dan kejadiannya 4 kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap osteoporosis antara lain:
a. Faktor patofisiologik: umur, ras, kekurangan esterogen, berat badan, dan berbagai pernyakit.
b. Faktor lingkungan:
- Diet: rendah kalsium, rendah vitamin D, kelebihan kafein tetapi rendah kalsium, kelebihan
alkohol
- Obat-obatan: heparin, antikonvulsam, tiroksin, kortikosteroid
- Gaya hidup: merokok, kurang bergerak.
Resiko fraktur akibat osteoporosis akan tergantung pada massa tulang saat menopause dan
kecepatan hilangnya tulang pascamenopause. Setelah menopause kehilangnan massa tulang
trabekuler serta kehilangan massa tulang total 1-1,5% per tahun. Percepatan kehilangan ini
berlangsung menurun selama 5 tahun, tetapi tetap berlanjut sesuai dengan penuaan. Selama 20
tahun pertama setelah menopause reduksi tulang trabekuler 50% dan reduksi tulang kortikal
30%.
Tanda dan gejala osteoporosis pascamenopause meliputi nyeri punggung; penurunan
tinggi badan dan mobilitas; fraktur pada korpus vertebra, humerus, femur atas, lengan atas
sebelah distal, dan iga. Nyeri punggung adalah gejala klinis mayor dari fraktur-fraktur
kompresi vertebra, nyeri pada fraktur bersifat akut, dan kemudian mereda setelah 2-3 bulan.
Namun berlanjut sebagai nyeri punggung kronis, karena meningkatnya lordosi lumbal. Nyeri
mereda dalam waktu 6 bulan, kecuali bila ada fraktur multipel yang menyebabkan nyeri
permanen.
Absorpiometri sinar-X energi ganda (DEXA atau DXA) memberi ketepatan daignosa bagi
semua lokasi fraktru osteoporotik, dan dosis radiasinya jauh lebih kecil daripada foto rontgen
pada standar. Didapatkan nilai skor T dan skor Z. Skor T adalah simpang baku antara pasien
dan rata-rata massa tulang puncak pada dewasa muda. Makin negatif, makin besar resiko
frakturnya. Skor Z adalah simpang baku antara pasien dan rata-rata massa tulang untuk usia
dan berat badan yang sama. Skor Z yang lebi rendah dari -2,0 membutuhkan evaluasi
diagnostik untuk sebab-sebab lain kehilangan tulang pascamenopause. Berdasarkan densitas
mineral tulang, digolongkan:
a. Normal: 0 hingga -1 SD dari standar rujukan (84% populasi)
18

b. Osteopeni: -1 hingga -2,5 SD
c. Osteoporosis: di bawah -2,5 SD
Kegunaan klinis pengukuran densitas tulang pada perempuan pascamenopause
diperkirakan dengan cara menggunakan skor T. Bagi perempuan yang lebih muda
menggunakan skor Z.
3,11
Penyakit Jantung Koroner
Di Amerika Serikat kematian karena penyakit jantung koroner pada perempuan sekitar 3 kali
lipat dari angka kematian karena kanker payudara dan kanker paru. Satu dari lima perempuan
menderita salah satu jenis penyakit jantung atau pembuluh darah. Sebagian besar penyakit
kardiovaskuler disebabkan oleh aterosklerosis pada pembuluh darah mayor. Faktor-faktor
risikonya sama dengan laki-laki, misalnya riwayat kardiovaskuler pada keluarga, tekanan darah
tinggi, merokok, diabetes melitus, profil kolestrol/lipoprotein yang abnormal, serta obesitas.
Mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung koroner telah sangat berkurang karena perawatan
medis dan bedah serta tindakan-tindakan preventif.
Komplikasi ini diatasi dengan pemberian esterogen yang memiliki efek langsung ke
metabolisme lemak dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Dalam hal ini telah
diketahui bahwa trigliserida, HDL, dan lipoprotein merupakan petanda signifikan penyakit jantung
koroner pada wanita.
8,9
Alzheimer dan Penurunan Kognitif
Efek yang menguntungkan dari esterogen pada kognisi khususnya pada memori verbal.
Akan tetapi, pada perempuan sehat efeknya tidak mengesankan, nilai klinisnya kecil. Perempuan
tiga kali lebih banyak yang menderita Alzheimer dibandingkan laki-laki. Esterogen mampu
melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai mekanisme. Esterogen melindungi terhadap
toksisitas neuron yang diinduksi oksidasi, menurunkan konsentrasi komponen amiloid P serum
(glikoprotein pada pengerutan neurofibriler penderita Alzheimer), menigkatkan pertumbuhan
sinaps dan neuron khusunya densitas spina dendritik, melindungi terhadap toksisitas
serebrovaskuler yang dipicu oleh peptida-peptida aminoid, memicu pembentukan sinaps serta
pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron.
3,8,9
Pencegahan
Menopause tidak dapat dicegah, tapi tidak merokok atau berhenti merokok dapat menunda
usia di mana mulai menopause. Selain itu, seorang wanita dapat mempertahankan gaya hidup sehat
19

berolahraga, penurunan stres, dan mengkonsumsi makanan diet sehat dapat membantu
meminimalkan dampak gejala menopause. Hal ini juga penting untuk diingat bahwa dalam waktu
kurang lebih lima tahun setelah menopause hot flashes telah diselesaikan dalam 85-90% wanita.
12
Prognosis
Gejala menopause dapat berlangsung 1-2 tahun setelah itu gejalanya berkurang tetapi pada
beberapa wanita dapat terjadi lebih lama lagi. Pada wanita menjalani operasi ginekologis atau
kemoterapi mengalami gejala menopause seperti hot flashes yang lebih parah.
12
Kesimpulan
Menopause merupakan berhentinya menstruasi secara permanen yang berkisar 45-55 tahun
akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium. Maka, berdasarkan scenario Ny HY 50 tahun haid
tidak teratur sejak 2 bulan dan oendarahan irregular diakibatkan terjadinya menopause.

Daftar Pustaka
1. Bickley L.Buku ajar pemeriksaan & riwayat kesehatan Bates.Ed. 8. Jakarta :EGC;2009.h.392-407.
2. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi: panduan praktis. Ed.2. Jakarta: EGC; 2009.h. 96-
106.
3. Anwar M. Ilmu kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011.h.106-10.
4. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Ed. 5. Jakarta:EGC; 2008.h. 624-6.
5. Sloane Ethel.Anatomi fisiologi untuk semula.Jakarta:EGC;2003.h.361.
6. Astarto N,dkk.Kupas tuntas kelainan haid.Jakarta:Sagung Seto;2011.h.183-92.
7. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Ed. 2. Jakarta: Erlangga; 2008.h.56-7.
8. Butler L, Santoro N. Ther reproductive endocrinology of the menopausal transition. Steroids. Jun
2011;76(7):627-35.
9. Edmonds DK. Dewhursts textbook of obstetrics and gynaecology, ed 7th. United States:
Blackwell Publishing; 2007.h.479-93.
10. Rees M, Keith L. The year in postmenopausal health. Oxford: Clinical publishing; 2004.
20

11. Lauritzen C, Strudd J. Current management of the menopause, ed 1st. London: Taylor and
Francis;2005.
12. Otto SE. Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta:EGC; 2003.h. 162-3.

You might also like