You are on page 1of 10

RANGKUMAN

KOMUNIKASI DALAM KONSELING


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan





Disusun oleh

1.Anggi Wibisono (P07120112043)
2.Danang kembar Widayat (P07120112051)
3.Endang sunarni (P07120112057)
4.Rifaldi Zulkarnaen (P07120112074)
5.Rizky Oktavian (P07120112075)








KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013

Komunikasi dalam Konseling

1.Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi antar-individu atau kelompok, baik
secara verbal maupun nonverbal yang dapat menimbulkan respon timbal balik antara pengirim
dengan penerima.

2.Pengertian Konseling
Konseling merupakan suatu proses bantuan pemecahan masalah klien agar dapat menyesuaikan
dirinya secara efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya ,yang dilakukan oleh
seorang konselor kepada klien secara bersama-sama,dimana klien mengambil keputusan atas
masalahnya sendiri baik kehidupan di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Konselor harus memiliki pribadi yang berbeda dengan pribadi-pribadi petugas helper lain.Konselor
adalah pribadi yang penuh pengertian dan mampu mendorong orang lain tumbuh. Carlekhuff
menyebutkan 9 ciri kepribadian yang harus ada pada konselor, yang dapat menumbuhkan orang
lain:
a. Empati (Empaty)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan
dialami orang lain.Konselor yang empatinya tinggi akan menampakkan sifat bantuan yang
nyata dan berarti dengan konseli.
b. Rasa Hormat (Respect)
Respect secara langsung menunjukkan bahwa konselor menghargai martabat dan nilai
konseli sebagai manusia. Konselor menerima kenyataan bahwa setiap konseli mempunyai
hak untuk memilih sendiri, memiliki kebebasan, kemauan dan mampu membuat keputusan
sendiri.
c. Keaslian (genuiness).
Genuiness merupakan kemampuan konselor menyatakan dirinya secara bebas dan
mendalam nyata Konselor yang genuine selalu tampak keaslian pribadinya, sehingga tidak
ada pertentangan antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia lakukan. Tingkah lakunya
sederhana, lugu dan wajar. Keaslian merupakan salah satu dasar relasi antara konseli dan
konselor, dan merupakan sarana yang membantu konseli mengembangkan dirinya secara
konstruktif menjadi diri sendiri yang lebih dewasa.
d. Konkret (Concreteness)
Kemampuan konselor untuk menkonkritkan hal-hal yang samar-samar dan tak jelas
mengenai pengalaman dan peristiwa yang diceritakan konseli termasuk ekspresi-ekspresi
perasaan yang spesifik yang muncul dalam komunikasi mereka. Seorang konselor yang
memiliki concretenesstinggi selalu mencari jawaban mengenai apa, mengapa, kapan, di
mana, dan bagaimana dari sesuatu yang ia hadapi dan selalu berusaha mencegah konseli lari
dari kenyataan yang sedang dihadapi.
e. Konfrontasi (Confrontation)
Dalam konseling konfrontasi mengandung pengertian yang sangat berbeda dan tidak ada
kaitannya dengan tindakan menghukum. Konfrontasi terjadi jika terdapat kesenjangan
antara apa yang dikatakan konseli dengan apa yang ia alami, atau antara apa yang ia katakan
pada suatu saat dengan apa yang telah ia katakan sebelumnya.
f. Membuka Diri (Self Disclosure)
Self Disclosure adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat, dan pengalaman-pengalaman
pribadi konselor untuk kebaikan konseli. Konselor mengungkapkan diri sendiri dengan
mengungkapkan beberapa pengalaman yang berarti , sesuai dengan permasalahan
konseli. Makna dibalik sikap terbuka mengungkapkan pengalaman pribadi ialah bahwa
konselor ingin menunjukkan kepada konseli bahwa konselor bukanlah seorang pribadi yang
berbeda dengan konseli, melainkan manusia biasa yang juga mempunyai pengalaman jatuh
bangun dalam hidup.
g. Kesanggupan (Potency)
Potency dinyatakan sebagai kharisma, sebagai suatu kekuatan yang dinamis dan magnetis
dari kualitas pribadi konselor (Wolf, 1970). Konselor yang memiliki sifat potency ini selalu
menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadinya. Ia mampu menguasai dirinya dan
mampu menyalurkan kompetensinya dan rasa aman kepada konseli.Konselor yang
rendah potency nya, tidak mampu membangkitkan rasa aman pada konseli dan konseli
enggan mempercayainya.
h. Kesiapan (Immediacy)
Immediacy adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan diantara konseli dengan
konselor pada waktu kini dan di sini (Colingwood & Renz, 1969). Tingkat immediacy yang
tinggi terdapat pada diskusi dan analisis yang terbuka mengenai hubungan antar pribadi
yang terjadi antara konselor dan konseli dalam situasi konseling.Immediacy merupakan
variabel yang sangat penting karena menyediakan kesempatan untuk menggarap berbagai
masalah konseli, sehingga konseli dapat mengambil manfaat melalui pengalaman ini.
i. Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Penelitian membuktikan bahwa Self Actualization mempunyai korelasi tinggi dengan
keberhasilan konseling (Foulds, 1969). Self Actualizationdapat dipergunakan konseli sebagai
model . Secara tidak langsung Self Actualization menunjukkan bahwa orang dapat hidup dan
memenuhi kebutuhannya, karena ia memiliki kekuatan dalam dirinya untuk mencapai tujuan
hidupnya. Konselor yang dapat Self Actualizationmemiliki kemampuan mengadakan
hubungan sosial yang hangat (warmth), intim, dan secara umum mereka sangat efektif
dalam hidupnya.









3. Tujuan Konseling
Tujuan konseling adalah :
a.Memberikan informasi
b.Membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam kelangsungan hidupnya
c.Membangun kemampuan individu untuk mengambil keputusan yang bijak dan realistis
d.Menuntun perilaku klien agar mampu menerima setiap konsekuensi

4. Langkah Konseling
Ada 3 langkah pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu :
(a) Pendahuluan, menciptakan kontak mengumpulkan data klien untuk mencari tahu
penyebabnya;
(b) Bagian inti/ pokok , mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang harus dipilih;
(c) Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan tahap penutupan
untuk pertemuan berikutnya.

5. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling

Hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah :
1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang
lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita.
2. Sikap Konselor menurut Rogers, yaitu :
a. Acceptance(Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga klien
merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan klien merasa bahwa ia
diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka dan apa adanya.
Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien. Tulus dan ikhlas.
Konselor harus menghargai klien, apapun yang dikatakan klien. Beri kesempatan
pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.
b. Sikap tidak menilai
c. Sikap percaya terhadap konselor

3. Alam pikiran dari klien ?dilihat dari dalam diri klien sendiri
4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.

6. Proses Konseling
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :

1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan
denganklien dan perlu dijaga seterusnya dengan :
o Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
o Memperkenalkan diri
o Menciptakan suasana nyaman dan aman.



o Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER). S : Face your clients squarely
(menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala). O : Open and
Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak
menilai). L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien). E : Eye Contact in a
culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan cara yang diterima
budaya setempat). R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
o Bersabar.
o Tidak memotong pembicaraan klien

2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaanSetelah mendapatkan dan
memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor
membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk
mengatasi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah
3. (1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6) struktural.
4. Menindaklanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat
rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.

7.Teknik Konseling

A.Perilaku Attending

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik :
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klienagak dekat,
duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah,
menggunakantangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk
menekankan ucapan.
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,diam
(menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.


B. Empati

Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan
perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.


Terdapat dua macam empati, yaitu :

1.Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan
keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.

Contoh ungkapan empati primer : Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda. Saya
dapat memahami pikiran Anda. Saya mengerti keinginan Anda.

2.Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran
keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam danmenyentuh klien karena konselor ikut
dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka
untuk mengemukakan isihati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman
termasuk penderitaannya.

Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan
saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.


C. Refleksi

Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.Terdapat tiga
jenis refleksi, yaitu :

1.Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalklien.
Contoh : Tampaknya yang Anda katakan adalah .

2.Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : Tampaknya yang Anda katakan

3.Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalamanklien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : Tampaknya yang Anda katakan suatu


D. Eksplorasi

Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting
dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara
tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.

Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
1.Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh : Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yangdimaksudkan .

2.Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh : Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil
bekerja.

3.Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-
pengalaman klien.
Contoh : Saya terkesan dengan pengalaman yangAnda lalui Namun saya ingin memahami lebih
jauh tentang pengalaman tersebutdan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda


E. Menangkap Pesan (Paraphrasing)

Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi
ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang
mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan
mengamati respons klien terhadap konselor.

F. Menjernihkan (Clarifying)

Yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas dan agak
meragukan. Tujuannya adalah :
(1)mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas,
dan dengan alasan-alasan yang logis,
(2)agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.Contoh dialog :Klien :
Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung. Saya tidak mengerti siapa
yang menjadi pemimpin di rumah itu.Konselor : Bisakah Anda menjelaskan persoalan
pokoknya ? Misalnya peran ayah, ibu,atau saudara-saudara Anda.

G. Memudahkan (facilitating)

Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengankonselor dan
menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Contoh : Saya yakin Anda
akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengansebaik-baiknya.

H. Diam

Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 10 detik, komunikasi yangterjadi
dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah (1) menanti klien sedang berfikir; (2) sevagai
protes jika klien ngomong berbelit-belit; (3) menunjang perilaku attending dan empati sehingga
klien babas bicara.Contoh dialog :Klien :Saya tidak senang dengan perilaku guru ituKonselor
:.. (diam)Klien : Saya..harus bagaimana.., Saya.. tidak tahu..Konselor :.. (diam)


I. Mengambil Inisiatif

Teknik ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam,dan kurang
parisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini
bertujuan :
(1) mengambil inisiatif jika klien kurang semangat;
(2) jikaklien lambat berfikir untuk mengambil keputusan;
(2) jika klien kehilangan arah pembicaraan.Contoh: Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu
keputusan namun masih belum keluar. CobaAnda renungkan kembali.


J. Memberi Nasehat

Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian,konselor
tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab
dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien harus tetap
tercapai.

Contoh respons konselor terhadap permintaan klien : Apakah hal seperti ini pantas sayauntuk
memberi nasehat Anda ? Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin Anda lebih mengetahuinya dari
pada saya.



K. Pemberian informasi

Sama halnya dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur
katakan bahwa dia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya,sebaiknya tetap
diupayakan agar klien mengusahakannya.Contoh : Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas
Pendidikan Indonesia, saya sarankan Anda bisa langsung bertanya ke pihak UPI atau Anda
berkunjung ke situs www...........

L. Merencanakan

Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat membuat
rencana tindakan (action), perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien.Contoh : Nah, apakah
tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita
sejak tadi


M. Menyimpulkan

Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut :
(1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan;
(2)memantapkan rencana klien;
(3) pemahaman baru klien; dan
(4) pokok-pokok yang akandibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika dipandang masih
perlu dilakukan konseling lanjutan.

7.fase-fase proses konseling
a.Persiapan (preparation)
b.Pembukaan (preamble)
c.Memulai proses(getting started)
d.Mendengarkan dengan aktif (active listening)
e.mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah (problem identification and clarification)
f.Memfasilitasi perubahan perilaku (Facilitating attitude change)
g.Mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan dan memfasilitasi tindakan (exploring options and
facilitating action)
h.terminasi (termination)

8. Faktor Penghambat Konseling

Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor individual ; Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang
dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : (a) faktor fisik atau
kepekaan panca indera, usia dan seks; (b) sudut pandang terhadap nilai-nilai; (c) faktor sosial
pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial; (d)
bahasa.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, (a) tujuan dan harapan terhadap komunikasi; (b)
sikap terhadapinteraksi; (c) pembawaan diri terhadap orang lain; (d) sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada
sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan
putusnya komunikasi adalah : (a) kegagalan informasi penting; (b) perpindahan topik bicara;
(c) tidak lancar; (d) salah pengertian.











DAFTAR PUSTAKA


http://www.scribd.com/doc/4108141/Bimbingan-dan-Konseling
http://www.lusa.web.id/konseling/
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek . Bandung : AlfabetaH.
M. Arifin. 2003.Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.
Sugiharto.2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG
http://universitas.widyamandala.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=288:pentin
gnya-kepribadian-seorang-konselor-dalam-konseling&catid=65:krida-rakyat
Hibama.S.R.2003.Bimbingan dan Konseling Pola 17.Yogyakarta:UCY Press Yogyakarta
Prayitno dan erman Amti.1999.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.jakarta:Rineka Cipta
Priyanto,agus.2009.Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Salemba Medika
Dan lain-lain

You might also like