KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013
Komunikasi dalam Konseling
1.Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi antar-individu atau kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menimbulkan respon timbal balik antara pengirim dengan penerima.
2.Pengertian Konseling Konseling merupakan suatu proses bantuan pemecahan masalah klien agar dapat menyesuaikan dirinya secara efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya ,yang dilakukan oleh seorang konselor kepada klien secara bersama-sama,dimana klien mengambil keputusan atas masalahnya sendiri baik kehidupan di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Konselor harus memiliki pribadi yang berbeda dengan pribadi-pribadi petugas helper lain.Konselor adalah pribadi yang penuh pengertian dan mampu mendorong orang lain tumbuh. Carlekhuff menyebutkan 9 ciri kepribadian yang harus ada pada konselor, yang dapat menumbuhkan orang lain: a. Empati (Empaty) Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami orang lain.Konselor yang empatinya tinggi akan menampakkan sifat bantuan yang nyata dan berarti dengan konseli. b. Rasa Hormat (Respect) Respect secara langsung menunjukkan bahwa konselor menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Konselor menerima kenyataan bahwa setiap konseli mempunyai hak untuk memilih sendiri, memiliki kebebasan, kemauan dan mampu membuat keputusan sendiri. c. Keaslian (genuiness). Genuiness merupakan kemampuan konselor menyatakan dirinya secara bebas dan mendalam nyata Konselor yang genuine selalu tampak keaslian pribadinya, sehingga tidak ada pertentangan antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia lakukan. Tingkah lakunya sederhana, lugu dan wajar. Keaslian merupakan salah satu dasar relasi antara konseli dan konselor, dan merupakan sarana yang membantu konseli mengembangkan dirinya secara konstruktif menjadi diri sendiri yang lebih dewasa. d. Konkret (Concreteness) Kemampuan konselor untuk menkonkritkan hal-hal yang samar-samar dan tak jelas mengenai pengalaman dan peristiwa yang diceritakan konseli termasuk ekspresi-ekspresi perasaan yang spesifik yang muncul dalam komunikasi mereka. Seorang konselor yang memiliki concretenesstinggi selalu mencari jawaban mengenai apa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana dari sesuatu yang ia hadapi dan selalu berusaha mencegah konseli lari dari kenyataan yang sedang dihadapi. e. Konfrontasi (Confrontation) Dalam konseling konfrontasi mengandung pengertian yang sangat berbeda dan tidak ada kaitannya dengan tindakan menghukum. Konfrontasi terjadi jika terdapat kesenjangan antara apa yang dikatakan konseli dengan apa yang ia alami, atau antara apa yang ia katakan pada suatu saat dengan apa yang telah ia katakan sebelumnya. f. Membuka Diri (Self Disclosure) Self Disclosure adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat, dan pengalaman-pengalaman pribadi konselor untuk kebaikan konseli. Konselor mengungkapkan diri sendiri dengan mengungkapkan beberapa pengalaman yang berarti , sesuai dengan permasalahan konseli. Makna dibalik sikap terbuka mengungkapkan pengalaman pribadi ialah bahwa konselor ingin menunjukkan kepada konseli bahwa konselor bukanlah seorang pribadi yang berbeda dengan konseli, melainkan manusia biasa yang juga mempunyai pengalaman jatuh bangun dalam hidup. g. Kesanggupan (Potency) Potency dinyatakan sebagai kharisma, sebagai suatu kekuatan yang dinamis dan magnetis dari kualitas pribadi konselor (Wolf, 1970). Konselor yang memiliki sifat potency ini selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadinya. Ia mampu menguasai dirinya dan mampu menyalurkan kompetensinya dan rasa aman kepada konseli.Konselor yang rendah potency nya, tidak mampu membangkitkan rasa aman pada konseli dan konseli enggan mempercayainya. h. Kesiapan (Immediacy) Immediacy adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan diantara konseli dengan konselor pada waktu kini dan di sini (Colingwood & Renz, 1969). Tingkat immediacy yang tinggi terdapat pada diskusi dan analisis yang terbuka mengenai hubungan antar pribadi yang terjadi antara konselor dan konseli dalam situasi konseling.Immediacy merupakan variabel yang sangat penting karena menyediakan kesempatan untuk menggarap berbagai masalah konseli, sehingga konseli dapat mengambil manfaat melalui pengalaman ini. i. Aktualisasi Diri (Self Actualization) Penelitian membuktikan bahwa Self Actualization mempunyai korelasi tinggi dengan keberhasilan konseling (Foulds, 1969). Self Actualizationdapat dipergunakan konseli sebagai model . Secara tidak langsung Self Actualization menunjukkan bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya, karena ia memiliki kekuatan dalam dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya. Konselor yang dapat Self Actualizationmemiliki kemampuan mengadakan hubungan sosial yang hangat (warmth), intim, dan secara umum mereka sangat efektif dalam hidupnya.
3. Tujuan Konseling Tujuan konseling adalah : a.Memberikan informasi b.Membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam kelangsungan hidupnya c.Membangun kemampuan individu untuk mengambil keputusan yang bijak dan realistis d.Menuntun perilaku klien agar mampu menerima setiap konsekuensi
4. Langkah Konseling Ada 3 langkah pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu : (a) Pendahuluan, menciptakan kontak mengumpulkan data klien untuk mencari tahu penyebabnya; (b) Bagian inti/ pokok , mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang harus dipilih; (c) Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan tahap penutupan untuk pertemuan berikutnya.
5. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling
Hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah : 1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. 2. Sikap Konselor menurut Rogers, yaitu : a. Acceptance(Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga klien merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan klien merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien. Tulus dan ikhlas. Konselor harus menghargai klien, apapun yang dikatakan klien. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya. b. Sikap tidak menilai c. Sikap percaya terhadap konselor
3. Alam pikiran dari klien ?dilihat dari dalam diri klien sendiri 4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.
6. Proses Konseling Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan denganklien dan perlu dijaga seterusnya dengan : o Memberi salam pada awal setiap pertemuan. o Memperkenalkan diri o Menciptakan suasana nyaman dan aman.
o Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER). S : Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala). O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai). L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien). E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat). R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat). o Bersabar. o Tidak memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaanSetelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah 3. (1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6) struktural. 4. Menindaklanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.
7.Teknik Konseling
A.Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat : 1. Meningkatkan harga diri klien. 2. Menciptakan suasana yang aman 3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik : Kepala : melakukan anggukan jika setuju Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klienagak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakantangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
B. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
1.Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
Contoh ungkapan empati primer : Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda. Saya dapat memahami pikiran Anda. Saya mengerti keinginan Anda.
2.Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam danmenyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isihati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.
C. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
1.Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalklien. Contoh : Tampaknya yang Anda katakan adalah .
2.Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : Tampaknya yang Anda katakan
3.Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalamanklien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : Tampaknya yang Anda katakan suatu
D. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu : 1.Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh : Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yangdimaksudkan .
2.Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja.
3.Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman- pengalaman klien. Contoh : Saya terkesan dengan pengalaman yangAnda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebutdan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda
E. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
F. Menjernihkan (Clarifying)
Yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas dan agak meragukan. Tujuannya adalah : (1)mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis, (2)agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.Contoh dialog :Klien : Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu.Konselor : Bisakah Anda menjelaskan persoalan pokoknya ? Misalnya peran ayah, ibu,atau saudara-saudara Anda.
G. Memudahkan (facilitating)
Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengankonselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Contoh : Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengansebaik-baiknya.
H. Diam
Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 10 detik, komunikasi yangterjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah (1) menanti klien sedang berfikir; (2) sevagai protes jika klien ngomong berbelit-belit; (3) menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien babas bicara.Contoh dialog :Klien :Saya tidak senang dengan perilaku guru ituKonselor :.. (diam)Klien : Saya..harus bagaimana.., Saya.. tidak tahu..Konselor :.. (diam)
I. Mengambil Inisiatif
Teknik ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam,dan kurang parisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan : (1) mengambil inisiatif jika klien kurang semangat; (2) jikaklien lambat berfikir untuk mengambil keputusan; (2) jika klien kehilangan arah pembicaraan.Contoh: Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar. CobaAnda renungkan kembali.
J. Memberi Nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian,konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien harus tetap tercapai.
Contoh respons konselor terhadap permintaan klien : Apakah hal seperti ini pantas sayauntuk memberi nasehat Anda ? Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin Anda lebih mengetahuinya dari pada saya.
K. Pemberian informasi
Sama halnya dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa dia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya,sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya.Contoh : Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia, saya sarankan Anda bisa langsung bertanya ke pihak UPI atau Anda berkunjung ke situs www...........
L. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat membuat rencana tindakan (action), perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien.Contoh : Nah, apakah tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita sejak tadi
M. Menyimpulkan
Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut : (1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan; (2)memantapkan rencana klien; (3) pemahaman baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akandibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika dipandang masih perlu dilakukan konseling lanjutan.
7.fase-fase proses konseling a.Persiapan (preparation) b.Pembukaan (preamble) c.Memulai proses(getting started) d.Mendengarkan dengan aktif (active listening) e.mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah (problem identification and clarification) f.Memfasilitasi perubahan perilaku (Facilitating attitude change) g.Mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan dan memfasilitasi tindakan (exploring options and facilitating action) h.terminasi (termination)
8. Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain : 1. Faktor individual ; Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : (a) faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks; (b) sudut pandang terhadap nilai-nilai; (c) faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial; (d) bahasa. 2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, (a) tujuan dan harapan terhadap komunikasi; (b) sikap terhadapinteraksi; (c) pembawaan diri terhadap orang lain; (d) sejarah hubungan. 3. Faktor situasional 4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah : (a) kegagalan informasi penting; (b) perpindahan topik bicara; (c) tidak lancar; (d) salah pengertian.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/4108141/Bimbingan-dan-Konseling http://www.lusa.web.id/konseling/ Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek . Bandung : AlfabetaH. M. Arifin. 2003.Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press. Sugiharto.2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG http://universitas.widyamandala.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=288:pentin gnya-kepribadian-seorang-konselor-dalam-konseling&catid=65:krida-rakyat Hibama.S.R.2003.Bimbingan dan Konseling Pola 17.Yogyakarta:UCY Press Yogyakarta Prayitno dan erman Amti.1999.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.jakarta:Rineka Cipta Priyanto,agus.2009.Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Salemba Medika Dan lain-lain