You are on page 1of 5

1.

Pendahuluan
Mutu pendidikan di Indonesia khususnya Matematika lebih rendah
daripada negara-negara lain. Dalam studi The third International Mathematic
and Science Study Repeat (TIMSS-R) (dalam Murtiyasa, 2008:1) ditunjukkan
bahwa di antara 38 negara, prestasi peserta didik SMPIndonesia berada pada
urutan 34 untuk matematika. Pada tahun 2003, studi yang dilakukan oleh
Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan posisi
Indonesia pada urutan 39 dari 41 negara. Sementara nilai matematika pada
ujian akhir nasional (UAN), pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu
terpaku pada angka yang rendah, selalu lebih rendah dari pada nilai-rata-rata
UAN yang lain (Murtiyasa, 2008:1). Sependapat dengan Murtiyasa, Nurhadi
(2004:1) mengatakan nilai rata-rata UAN Matematika SMP/SMA berada di
posisi terendah setelah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya minat atau konsentrasi siswa
dalam Matematika. Rendahnya minat atau konsentrasi siswa dapat
menghambat proses pebelajaran. Gita (2007:27) berpendapat bahwa guru
berperan dalam meningkatkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam
bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu guru harus berpikir
dan bertindak kreatif dalam menyampaikan materi ajar kepada siswa.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah satu cara
meningkatkan minat dan konsentrasi siswa.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
berpengaruh pada berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Perkembangan TIK diperkenalkan sebagai sarana pembelajaran untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam menghasilkan generasi
Indonesia yang cerdas dan kompetitif. E-learning (pembelajaran elektronik)
adalah satu dari pengaruh TIK dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran
elektronik merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan Jaringan
Internet (Sahfitri, 2009).
Penggunaan pembelajaran elektronik dalam pembelajaran matematika
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Jika siswa memiliki
minat dan pemahaman cukup, prestasi siswa akan meningkat.
Pembelajaran matematika yang berpusat pada guru berubah menjadi
berpusat pada siswa. Akibatnya siswa dituntut untuk mandiri dan aktif dalam
membentuk pengetahuan baru sendiri. Pembelajaran elektronik merupakan
solusi tepat dalam pembelajaran tersebut karena siswa dapat bebas mencari
pengetahuan dari internet berdasar pada kurikulum.
Dalam makalah ini akan dibahas apakah dan bagaimana pembelajaran
elektronik berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar matematika.
Sehingga makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru yang ingin
bertindak kreatif dalam pembelajaran matematika.

2.1 Belajar

2.1.1 Definisi Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat (Wikipedia, 2007). Sedangkan Mustangin berpendapat (dalam
Kholis, 2007) bahwa seseorang dikatakan belajar jika terjadi suatu proses
dalam dirinya sehingga terjadi suatu perubahan. Perubahan tersebut harus
mengarah pada hal-hal yang positif. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang disengaja atau tidak
disengaja dalam diri seseorang yang menyebabkan suatu perubahan yang lebih
baik.

2.1.2 Pembelajaran

2.1.2.1 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran menurut Suherman (dalam Patmaningrum, 2009) adalah
proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi
siswa yang bersangkutan. Dalam definisi tersebut ditunjukkan adanya proses
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pada
pembelajaran terjadi kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan pada
siswa.

2.1.2.2 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu yang berkarakteristik : berobyek abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, konsisten, menggunakan
simbol dan memperhatikan semesta pembicaraan. Sehingga pembelajaran
matematika berhubungan dengan perubahan suatu hal yang abstrak menjadi
simbol-simbol matematika. Patmaningrum juga berpendapat bahwa
pembelajaran matematika adalah suatu proses komunikasi antara siswa dan
guru atau siswa dengan siswa untuk membantu siswa mengontruksi konsep-
konsep atau prinsip-prinsip matematika. Belajar matematika akan berhasil jika
siswa dapat berperan aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran konstruktivis siswa diharapakan dapat membangun
pengetahuannya sendiri.
3.1 Prestasi Belajar

3.1.1 Definisi Prestasi Belajar
Sudjana (1992 : 47) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima
pengalaman belajarnya. Menurut Dimyati dan Mujiono ( 2002 : 200), prestasi
belajar adalah hasil yang didapat oleh siswa setelah melalui kegiatan penilaian
dan atau pengukuran prestasi belajar berupa skala nilai yang berupa huruf
atau kata atau simbol. Sejalan dengan Dimyati dan Mujiono, Winkel
(1982:161) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti usaha yang
telah dicapai sebagai hasil belajar.
Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar
dan hasil belajar siswa. Penilaian yang di maksud adalah penilaian yang di
lakukan untuk menentukan seberapa jauh proses belajar dan hasil belajar
siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang sudah di tetapkan baik
menurut aspek isi maupun aspek perilaku. Sehingga jenis motivasi terpenting
dalam psikologi pendidikan menurut McClelland dan Atkinson (dalam Nur,
1998:20) adalah motivasi berprestasi atau achievement motivation.

3.1.2 Faktor Yang Memengaruhi Prestasi
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor Internal dan
faktor eksternal (Syah 2002 : 95, Sudjana 1992 : 40 ). Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal meliputi intelegensi,
motivasi, minat, kemandirian dan emosi. Sedangkan faktor eksternal yaitu
faktor dari luar siswa yang meliputi kondisi lingkungan sosial maupun non
sosial.

4.1 Pembelajaran Elektronik

4.1.1 Definisi Pembelajaran Elektronik

Dalam Wikipedia (2010) pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran
(Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam
proses belajar mengajar.
Soekartawi (dalam Sumarto, 2007:6) mendefinisikan e-learning
sebagai e-learning is a generic term for all technologically supported
learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging,
audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the
more recognized web-based training or computer aided instruction also
commonly referred to as online courses. Jadi pembelajaran elektronik
adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi jaringan internet.

4.1.2 Sejarah Pembelajaran Elektronik

Pembelajaran elektronik pertama diperkenalkan oleh universitas Illinois
di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis
komputer (computer-assisted instruction) dengan komputer bernama PLATO.
Perkembangan pembelajaran elektronik selanjutnya (Wikipedia, 2010) adalah:
(1) Tahun 1990 : Pembelajaran elektronik yang dikenal dengan nama CBT
menggunakan CD-ROM dengan format data mpeg, avi dsb..
(2) Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak
tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan
diproduksi secara massal.
(3) Tahun 1997 : Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat
di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang
dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan
jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS.
(4) Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web.
Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang
secara total, baik untuk pembelajar maupun administrasi belajar mengajarnya.
LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat
kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video
streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data
yang lebih standar, dan berukuran kecil.
Perkembangan pembelajaran elektronik memerlukan proses yang
panjang. Akibatnya saat ini setiap orang mudah untuk mengakses berbagai
informasi dari mesin pencari di internet.
4.1.3 Keunggulan Pembelajaran Elektronik
Dari definisi pembelajaran elektronik dapat diketahui bahwa
pembelajaran elektronik dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan
membuat biaya studi lebih ekonomis. Pembelajaran elektronik mempermudah
interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan
dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling
berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan
berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih
memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Keunggulan lain dari pembelajaran elektronik adalah selalu memuat
bahan pembelajaran yang terbaru. Hal ini disebabkan oleh kemudahan untuk
melakukan koreksi dan pembetulan terhadap materi pembelajaran setiap saat
dipandang perlu. Sebagai perbandingan, pada sistem tradisional, jika ada buku
atau hand out salah cetak misalnya, perlu cetak ulang edisi berikutnya untuk
membetulkannya, dan ini bisa memerlukan waktu berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun. Berbeda dengan bahan pembelajaran pembelajaran elektronik,
jika diketahui ada kesalahan atau adanya temuan baru, saat itu juga materi
pembelajaran dapat dikoreksi dan di update, sehingga peserta didik selalu
memperoleh informasi terbaru dan terkini. pembelajaran elektronik juga
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat belajar secara
bebas tanpa merasa tertekan. Bebas dalam artian ia dapat mencari bahan-
bahan atau materi pembelajaran. Ia juga bebas dari perasaan malu, yang
biasanya terjadi pada kelas tradisional, jika ia merasa lambat, tidak bisa
menjawab pertanyaan guru, atau gagal dalam belajarnya. Mereka dapat bebas
bertanya dan berdiskusi dengan pakar yang ada di bidangnya atau melalui
program bantuan profesional (help) secara on line yang didesain pada materi
pembelajaran elektronik. Ia juga bebas mengulang-ulang materi pembelajaran
pada topik tertentu sampai ia memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bagi
peserta didik dengan adanya model pembelajaran elektronik:
(1) Membangun interaksi ketika peserta didik melakukan diskusi secara on
line.
(2) Mengakomodasi perbedaan peserta didik.
(3) Peserta didik dapat mengulang materi pelajaran yang sulit berkali-kali,
sampai pemahaman diperoleh.
(4) Kemudahan akses, kapan saja dan di mana saja.
(5) Peserta didik dapat belajar dalam suasana yang bebas tanpa tekanan,
tidak malu untuk bertanya (secara on line).
(6) Mereduksi waktu dan biaya perjalanan.
(7) Mendorong peserta didik untuk menelusuri informasi ke situs-situs pada
world wide web.
(8) Mengijinkan peserta didik memilih target dan materi yang sesuai pada
web.
(9) Mengembangkan kemampuan teknis dalam menggunakan internet.
(10) Mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya
dan membangun self-knowledge dan self-confidence.
5.1 Pembelajaran Matematika Dengan Pembelajaran Elektronik
5.1.1 Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Pembelajaran
Elektronik

You might also like