You are on page 1of 20

1

Adanya Pengaruh Kalsium dan Vitamin D terhadap Kontraksi Otot dan Pemulihan
Tulang
Apriandy Pariury
102011299/F5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
ria_pariury@rocketmail.com
Pendahuluan
Tulang merupakan salah satu dari jaringan-jaringan tubuh yang paling keras. Fungsinya
adalah sebagai kerangka utama pada manusia dewasa, penunjang otot, pelindung organ-organ
vital seperti otak dan rongga toraks dan merupakan tempat sumsum tulang. Tulang juga
merupakan tempat penyimpanan kalsium, fosfor dan ion-ion lainnya yang dapat dilepaskan atau
disimpan untuk mempertahankan kadar yang tetap ion-ion tersebut dalam cairan tubuh. Tulang
adalah jaringan ikat khusus terdiri dari sel dan matriks. Sel tulang adalah osteoblas, osteosit dan
osteoklas di luarnya. Matriks adalah komponen anorganik yaitu Ca fosfat, Ca karbonat, sedikit
Ca fluoride, Mg fluoride dan komponen organik yaitu serat kolagen dan substansi dasar.
Sehubungan dengan tulang, pada makalah ini dibahas mengenai patah tulang paha yang dialami
oleh seorang anak kecil yang terjatuh dari tangga. Namun, tidak membahas kasus ini secara
patologi/klinis tetapi secara makro, mikro, dan pengaruh kalsium dan vitamin D terhadap
kontraksi otot dan pemulihan tulang dari proses patah tulang tersebut.
Dalam penulisan makalah ini bukan saja membahas mengenai isinya tanpa memiliki
tujuan yang jelas terhadap isi makalah. Sehingga tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan suatu gambaran maupun penjelasan yang lebih mendalam mengenai proses
pembentukan tulang dan gangguan metabolisme tulang seperti contoh kasus fraktur femur pada
skenario yang dibahas dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan adanya tujuan dari penulisan
makalah ini penulis berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan literatur
dalam masa sekarang atau pun masa yang akan datang dan masyarakat dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.


2

Skenario
Seorang anak kecil terjatuh dan patah tulang pahanya ketika sedang menuruni tangga.
Setelah ditangani oleh dokter, anak tersebut diberikan suplemen kalsium dan vitamin D untuk
mempercepat pertumbuhan tulangnya dan agar ototnya dapat berkontraksi dengan baik.
Istilah Yang Tidak Diketahui
Tidak ada istilah yang tidak diketahui.
Rumusan Masalah
1. Anak kecil terjatuh dan patah pada tulang paha
2. Dokter memberikan sumplemen Ca dan vitamin D
Hipotesis
Ca dan vitamin D mempengaruhi kontraksi otot dan pertumbuhan tulang.
Patah Tulang Paha (Fraktur Femur)
Berdasarkan kasus/skenario yang dibahas, untuk itu saya terlebih dahulu menjelaskan
tentang stuktur makro dan mikro dari tulang paha (femur).
Struktur Makro (Anatomi) Femur
Os. Femur merupakan tulang panjang dalam tubuh, yang dibagi atas caput, corpus, dan
collum dengan distal dan proximal. Tulang ini bersendi dengan ocetabulum dalam struktur
persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut.
1

Tulang paha ini termasuk tulang panjang dan terbesar pada tubuh yang merupakan
seperempat panjang tubuh. Tulang ini terdiri dari 3 bagian yaitu: epiphysis, diaphysis, dan
epiphysis distalis.
1
Epiphysis proximalis membuat bulatan dua pertiga bagian bola disebut caput femoris
yang punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum, di tengahnya terdapat
cekungan yang disebut fovea capatis. Caput melanjutnya diri sebagai collum femoris, yang
kemudian di sebelah lateral membulat yang disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua
bulatan mayor dan minor ini dihubungkan oleh rigi disebut crista intertrochanterica dilihat dan
belakang pula, maka disebelah tengah trochantor mayor terdapat cekungan fossa trochanterica.
Diaphysis merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang merupakan
3

sepertiga dengan basis menghadap ke depan pada diaphysis mempunyai 3 dataran yaitu facies
medialis, facies lateralis dan facies anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di
bagian belakang berupa garis yang disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal
dengan tonjolan kasar yang disebut tuberositas glutea, kemudian linea ini terbagi menjadi dua
bibir yaitu labium mediale dan labium laterale. Linea mediale sendiri merupakan lanjutan dari
linea intertrohanterica. Linea aspera bagian distal membentuk segitiga yang yang disebut
planum popliteum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada
dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium mediale atau laterale disebut linea
supracondylaris medialis atau laterale.
1
Epiphysis distalis merupakan bulatan sepasang yang disebut condylys medialis dan
condylus lateralis. Disebelah proximalis tonjolan ini terdapat masing-masing sebuah bulatan
kecil disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir
perjalanan linea aspera yang melebar ke lateral disebut facies patellaris untuk bersendi dengan
os patella, dilihat dari belakang, diantara condylus terdapat cekungan yang disebut fossa
intercondyloid kemudian di bagian proximalnya terdapat garis yang disebut linea intercondyloid.
4

Struktur Mikro (Histologi)
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen
ekstraselular (tipe I kolagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh
deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
1
Sel-sel pada tulang adalah:
- Osteoblast
Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast
ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk
kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
- Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi
pada tulang.
- Osteoklas
Sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang
penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari
deretan sel monosit makrofag.
- Sel osteoprogenitor
Sel osteoprogenitor merupakan sel mesenkimal primitif yang menghasilkan osteoblast
selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam
penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak
yang kaku dan padat.
1
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan
pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain: Tulang memiliki sistem
kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang, tulang memiliki jaringan pembuluh darah
untuk nutrisi sel-sel tulang, tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi dan substansi interseluler
tulang selalu mengalami pengapuran.
1

Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
1. Substantia spongiosa (berongga)
5

2. Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya merupakan tulang
padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh
tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling berhubungan dan juga dengan
rongga sumsum tulang.
1

Jenis Jaringan Tulang
Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu:
- Tulang muda/tulang primer
- Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut
kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.
1

Jaringan Tulang Primer
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang,
maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara
karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder. Jaringan tulang ini berupa anyaman,
sehingga disebut sebagai woven bone. Jaringan tulang primer merupakan komponen muda yang
tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat
osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada
dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang baru akibat keadaan patologis. Selain tidak
teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang primer, yaitu
6

sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak
jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder. Jaringan tulang primer
akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik
lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya terdapat
lamella saja.
1

Jaringan Tulang Sekunder
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone
karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam
lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya: serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam
lamellae(lapisan) setebal 3-7m yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di
tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah,
serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini
dinamai Systema Haversi atau osteon. Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara
lamellae atau kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen
berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada
dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang.
1

Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan
bahan perekat.
2
Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut:
- Tersusun konsentris membentuk osteon.
- Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk sistema interstitialis.
- Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis
externa.
- Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis
interna.
Periosteum
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa
yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan
bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke
dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena
memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam
proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena:
7

pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang, terdapat serabut Sharpey (serat
kolagen) yang masuk ke dalam tulang dan terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut
Sharpey.
1

Endosteum
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum
tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis
Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang
yang berubah potensinya menjadi osteogenik.
1

Komponen Jaringan Tulang
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas
unsur-unsur: sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang
tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel:
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak
ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek,
dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma
tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif
mensintesis protein.
1

Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif
mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula
adanya lisosom.
1
Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok
terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-
cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama
tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa
kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui
gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara
osteosit yang berdekatan.
8

Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau
osteoklas.
Osteoklas
Osteoklas merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 m-
100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh
Kllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O)
dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas
dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan
osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang
berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled
border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen
mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks
organik. Pada proses persiapan diklasifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan
diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b).
resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan
atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan
homeostasis darah jangka panjang.
2

Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas
merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang osteosit yang terlepas
akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak
ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan
terjadinya penghancuran jaringan tulang.
2

Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik.
Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga
endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel
osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari
jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan
osteoklas.
2

9

Sel-sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi
kondroblas yang selanjutnya menjadi sel kartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada
proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh
lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas,
dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi kondroblas. Selain itu, terdapat pula
penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel
osteoklas lebih-lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
2


Pengaruh Kalsium dan Vitamin D
Kalsium dan vitamin D sangat berpengaruh dalam pembentukan maupun pemulihan
tulang. Kalsium diperlukan untuk pembentukan tulang sedangkan vitamin D sebagai penyokong
atau yang membantu kalsium dalam proses pembentukan dan pemulihan dari tulang itu sendiri.

Kalsium
Kalsium sangat berperan dalam berbagai proses biologik seperti koagulasi darah,
aktivitas enzim, kontraksi otot, eksitabilitas saraf, pembebasan hormon, permeabilitas membran,
dan sebagai unsur esensial struktur tulang.
3
Aktivitas tersebut di atas dapat berlangsung normal
apabila kadar kalsium dalam darah berada dalam kisaran normal. Untuk mempertahankan dalam
keadaan normal kalsium dipengaruhi oleh PTH, vitamin D, dan kalsitonin.
4

Penyerapan kalsium sebagian besar terjadi di duodenum dan jejunum bagian proksimal
karena keadaannya lebih bersifat asam daripada bagian usus yang lainnya. Penyerapan kalsium
di usus halus berlangsung melalui dua mekanisme, yaitu dengan transpor aktif dan transpor pasif.
Mekanisme transpor aktif diatur oleh 1,25 - Dehidroxycholecalciferol [1,25-(OH)
2
D], suatu
bentuk vitamin D paling aktif yang diproduksi dalam ginjal. Transpor aktif diatur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan kalsium tubuh yang meningkat, misalnya pada periode
10

pertumbuhan, kehamilan, laktasi, atau pada saat diet rendah kalsium. Dehidroxycholecalciferol
[1,25-(OH)2D] menyebabkan terbentuknya protein pengikat kalsium di sel-sel epitel usus.
Protein tersebut berfungsi untuk mengangkut kalsium ke dalam sitoplasma sel, selanjutnya
kalsium bergerak melewati membran basolateral dengan cara difusi terfasilitasi.
5
Protein
pengikat kalsium tetap di dalam sel plasma beberapa minggu sesudah [1,25-(OH)2D]
dikeluarkan dari tubuh sehingga memperpanjang waktu absorbsi kalsium. Absorbsi kalsium
dalam saluran pencernaan biasanya berkisar antara 30-80 % dari total asupan kalsium. Tubuh
manusia menyerap sekitar 20 % hingga 40 % kalsium dari makanan yang dikonsumsi, namun
pada umumnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Penyerapan kalsium meningkat apabila
terjadi penurunan kadar kalsium darah. Sebaliknya penyerapan kalsium menurun apabila kadar
kalsium darah tinggi.
6
Kadar kalsium plasma normal berkisar antara 9,2-10,4 mg/dl (2,4 mEq/L), dari jumlah
tersebut sekitar 6 % berikatan dengan sitrat, fosfat dan anion lain, sedangkan sisanya 94 %
terbagi dua, yaitu bentuk yang terikat protein plasma dan bentuk terionisasi atau tidak terikat.
Bentuk terikat protein plasma terutama dengan albumin (47 %) dan bentuk yang terionisasi atau
yang tak terikat (47 %), dapat berdifusi melalui membran sel semipermeabel.
6
Kalsium dalam bentuk ion diperlukan untuk mengatur sejumlah proses fisiologik dan
biokimia penting termasuk eksitabilitas neuromuskuler, koagulasi darah, proses-proses yang
sifatnya sekresi, integritas membran serta pengangkutan membran plasma, reaksi enzim,
pelepasan hormon serta neurotransmiter, dan kerja intrasel sejumlah hormon.
5
Aktivitas biologik
seperti tersebut di atas dapat berjalan normal apabila kadar kalsium berada dalam kisaran normal.
Kadar kalsium ion dipertahankan oleh mekanisme homeostasis. Adanya perubahan 1-5 % dari
kalsium darah menyebabkan mekanisme homeostasis mulai berperan untuk mengembalikan
kadar kalsium pada kadar yang normal. Kalsium plasma berada dalam keseimbangan dengan
kadar kalsium tulang yang siap melakukan pertukaran. Jumlah kalsium dalam cairan ekstrasel
diatur oleh PTH, kalsitriol, dan kalsitonin yaitu dengan cara memengaruhi transpor kalsium
melalui membran yang memisahkan cairan ekstrasel dengan cairan periosteum.
Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan kerangka tubuh.
Kalsium harus tersedia dengan cukup pada makanan untuk mempertahankan kadar normalnya
dalam serum. Nutrisi rendah kalsium menyebabkan individu akan memasuki kehidupan dewasa
dengan massa tulang yang kurang padat. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya
11

osteopenia dan osteoporosis. Mulai usia sekitar 50-an pada pria dan saat menopause pada wanita,
keseimbangan tulang menjadi negatif dan terjadi kehilangan massa tulang pada seluruh bagian
dari kerangka. Kehilangan kalsium ini dihubungkan dengan makin meningkatnya kejadian patah
tulang, khususnya pada wanita. Apabila kekurangan kalsium pada usia awal, maka dapat
mengalami patah tulang pada usia 57-58 tahun.
6

Kekurangan asupan kalsium atau gangguan penyerapan kalsium dari usus memberikan
pengaruh berbeda pada berbagai tingkat usia. Apabila kondisi ini terjadi pada masa anak-anak
maka akan menimbulkan penyakit rhakhitis atau osteomalasia pada orang dewasa.
6
Sejumlah
besar kalsium difiltrasi di dalam ginjal, 98-99 % dari jumlah kalsium yang difiltrasi akan diserap
kembali. Penyerapan kembali dari kalsium 65 % terjadi di tubulus proksimal, sedangkan sisanya
sebagian besar diserap kembali melalui tubulus distal dan sebagian kecil melalui bagian asendens
jerat Henle. Penyerapan kembali di tubulus distal merupakan proses transpor aktif yang diatur
oleh hormon paratiroid.
6
Sebagian besar kalsium diekskresikan lewat tinja dan hanya sebagian
kecil lewat urin. Ekskresi kalsium lewat urin maupun tinja menurun apabila terjadi
hipokalsemia.
6
Vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan merupakan turunan dari
senyawa sterol serta mempunyai beberapa bentuk senyawa dengan fungsi yang sama. Sebagian
besar vitamin D terdapat dalam bentuk vitamin D
2
(ergokalsiferol) dan vitamin D
3
(kolekalsiferol). Kedua vitamin tersebut mempunyai aktivitas biologik dan aktivitas nutrisional
yang sama. Vitamin ini secara umum merupakan senyawa organik yang selalu dibutuhkan tubuh
untuk kelangsungan proses metabolisme sel normal, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang terkait dengan pembentukan jaringan
tulang. Fungsi utama dari vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi kalsium dan fosfor
serum dalam kisaran normal dengan meningkatkan efisiensi usus halus untuk menyerap mineral
dari makanan.
6
Vitamin D
2
dibentuk melalui irradiasi sinar ultraviolet dari suatu sterol atau ergosterol
yang disintesis di dalam tanaman. Vitamin D
3
dibentuk di dalam kelenjar sebaseus kulit 7-
dehidrokolesterol yang diubah oleh sinar ultraviolet menjadi previtamin D
3
.
8
Vitamin D
3
yang
disintesis dalam kulit diangkut oleh -1-globulin atau -2-globulin yang terkandung di dalam
12

serum untuk selanjutnya dibawa ke hati, demikian halnya dengan vitamin D
2
atau vitamin D
3
suplemen yang berasal dari makanan, setelah diserap di dalam usus (jejenum dan ileum)
selanjutnya dibawa ke hati.
6
Vitamin tersebut dapat berfungsi setelah diaktifkan melalui
beberapa tahapan. Pengaktifan tahap pertama melalui hidroksilasi kolekalsiferol pada posisi C-
25 dilakukan oleh enzim 25-hidroksilase, sehingga terbentuk 25-hidroksikolekalsiferol (25-
HCC). Proses ini terjadi di dalam sitoplasma sel hati.
6
Perubahan vitamin D3 menjadi 25- HCC
diperlukan ion magnesium, NADPH, oksigen molekuler, protein sitoplasmik, dan sitokrom P450
untuk mengaktivasi enzim 25- hidroksilase.
6
Aktivitas enzim 25-hidroksilase untuk mengubah
kolekalsiferol menjadi 25-HCC juga diatur oleh suatu mekanisme umpan balik, oleh karena itu
jumlah 25-HCC yang dihasilkan relatif tetap meskipun diberikan vitamin D3 dosis tinggi.
7

Kolekalsiferol yang tidak mengalami hidroksilasi disimpan di dalam hati sebagai cadangan
dengan demikian toksisitas akibat tingginya vitamin D3 dapat dicegah.
Setelah terjadi proses hidroksilasi, senyawa 25-HCC berikatan dengan protein pembawa
yang terdapat di dalam plasma secara cepat meninggalkan hati menuju ginjal. Pengaktifan tahap
ke dua, proses metabolik mengalami hidroksilasi di dalam mitokondria sel tubulus proksimal
ginjal menjadi metabolik aktif yaitu 1,25-dehidrokolekalsiferol (1,25-DHCC) yang bertanggung
jawab terhadap fungsi biologis utama vitamin D untuk mempertahankan serum kalsium dalam
kondisi fisiologis normal melalui perannya pada usus, ginjal, dan tulang. Reaksi pembentukan
senyawa 1,25-DHCC di dalam ginjal dirangsang oleh rendahnya kadar kalsitriol dalam plasma,
kalsium, fosfor dan hormon paratiroid. Penurunan konsentrasi kalsium darah akan merangsang
kelenjar hipofise untuk meningkatkan sintesis dan sekresi PTH.
5

Metabolisme kalsium tulang tidak lepas dari peran vitamin D
3
(kalsitriol) pada saluran
pencernaan dan sintesis vitamin D
3
endogen. Apabila terjadi kekurangan vitamin D, absorbsi
kalsium dan fosfor berkurang sehingga menyebabkan hipokalsemi.
5
Kondisi ini menstimulasi
kelenjar paratiroid untuk mensekresi PTH dalam jumlah tinggi, yakni dengan menstimulasi
secara tidak langsung aktivitas osteoklas untuk meningkatkan proses resorbsi tulang sehingga
kalsium dan fosfor masuk ke dalam darah. Hormon paratiroid juga merangsang ginjal untuk
mengabsorbsi kalsium pada tubuli dan meningkatkan ekskresi fosfat, serta mengubah 25-
hidroksikolekalsiferol (25-OHD) menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol [1,25-(OH)2D3] yang
merupakan metabolit aktif vitamin D, yaitu vitamin D3. Selanjutnya vitamin D3 ini menstimuli
usus halus untuk menyerap lebih banyak kalsium dan fosfor.
13

Vitamin D berpengaruh pada kemampuan osteoblas dalam memelihara kesehatan tulang.
Pengaruh ini ditentukan oleh kemampuan vitamin D mempertahankan kadar kalsium dan fosfat
ekstraseluler yang cukup, agar dapat dideposisi ke dalam matriks tulang. Matriks tulang
merupakan hasil sintesis osteoblas dan vitamin D memengaruhi osteoblas melalui lintasan
genomik maupun nongenomik. Lintasan genomik memengaruhi osteoblas melalui stimulasi
biosintesis matriks yaitu meningkatkan produksi osteopontin (OPN) dan osteoklasin (OCN).
6

Vitamin D memengaruhi metabolisme kalsium dan fosfor pada organ target, yaitu usus
halus, tulang, dan ginjal. Metabolit aktif vitamin D
3
(kalsitriol) mempermudah penyerapan
kalsium secara aktif di dalam usus halus dengan merangsang sintesis kalsium yang terikat
dengan protein. Vitamin D
3
mempermudah masuknya kalsium ke dalam sel melalui protein
pengikat kalsium kalmodulin.
5

Kontaksi Otot
Di sebagian besar otot, serat berjalan di seluruh panjang otot. Masing serat disarafi oleh
satu ujung saraf.
Miofibril terdiri dari filamen aktin dan miosin. Setiap serat mengandung ratusan sampai
ribuan miofibril; dan, setiap miofibril sendiri terdiri dari sekitar 1500 filamen miosin dan 3000
filamen aktin yang terletak berdampingan satu sama lain. Filamen-filamen ini adalah moekur
polimer protein besar yang menentukan kontraksi otot.
5

Di gambar, filamen tebal adalah miosin, dan filament tipis adalah aktin; perhatikan
gambaran berikut.
Pita gelap dan terang. Filamen aktin dan miosin secara parsial saling menjalin sehingga
miofibril tampak memiliki pita terang dan gelap bergantian. Pita terang hanya mengandung
filamen aktin dan disebut pita I. Pita gelap mengandung filamen miosin serta ujung filamen
aktin. Bagian filamen aktin yang bertumpuk (overlap) dengan miosin dinamai pita A.
7

Jembatan silang. Tonjolan-tonjolan kecil dari samping filamen miosin adalah jembatan
silang (cross bridge). Jembatan ini menonjol dari permukaan filamen miosin di seluruh
panjangnya kecuali di bagian tengah. Interaksi antara jembatan-jembatan silang ini dan
filamen aktin menyebabkan kontraksi.
7

14


Lempeng Z (Z discs). Ujung-ujung filament aktin melekat ke lempeng Z. Lempeng Z berjalan
melewati miofibril dari satu ke yang lain, melekatkan miofibril-miofibril tersebut. Karena itu,
serat otot keseluruhan memiliki pita-pita terang dan gelap, menyebabkan otot rangka dan
jantung tampak lurik (berseran-lintang).
7

Sarkomer. Bagian miofibril yang terletak antara dua lempeng Z yang berurutan disebut
sarkomer. Sewaktu istirahat, filamen aktin bertumpang-tindih dengan filamen miosin dan
sedikit bertumpang-tindih satu sama lain.
7


Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Inisiasi dan eksekusi kontraksi otot berlangsung dalam tahap-tahap berurutan berikut
1. Potensial aksi menjalar di sepanjang suatu saraf motorik hingga keujungnya di serat otot;
dan saraf tersebut mengeluarkan sejumlah kecil bahan neurotransmitter asetilkolin.
7

2. Asetilkolin bekerja pada suatu daerah di membran otot untuk membuka saluran
bergerbang-asetilkolin, yang memungkinkan ion natrium mengalir ke dalam serat otot.
15

3. Potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat otot, menyebabkan retikulum
sarkoplasma membebaskan ion kalsium yang telah tersimpan di retikulum ke dalam
miofibril.
4. Ion kalsium memicu gaya-gaya tarik antara filamen aktin dan miosin menyebabkan
keduanya saling bergeser (sliding); ini adalah proses kontraksi.
5. Setelah sepersekian detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sampai datang potensial aksi otot; pengeluaran
ion kalsium dari miofibril ini menyebabkan kontraksi otot berhenti.
7

Mekanisme Molekular Kontraksi Otot
Kontraksi otot terjadi melalui mekanisme pergeseran filamen. Gaya-gaya mekanis yang
timbul oleh interaksi jembatan silang miosin dengan filamen aktin menyebabkan filamen
aktin bergeser ke dalam di antara filamen miosin. Pada keadaan istirahat, gaya-gaya ini
terhambat; tetapi jika terdapat potensial aksi merambat di membran serat otot, retikulum
sarkoplasma akan membebaskan sejumlah besar ion kalsium, yang mengaktifkan gaya-gaya
antara filament miosin dan aktin yang kemudian memulai kontraksi.
7
Filamen miosin terdiri dari banyak molekul miosin. Ekor molekul miosin berkumpul untuk
membentuk badan filamen, sementara kepala miosin dan sebagian dari setiap molekul miosin
menggantung keluar ke arah samping bagian badan, membentuk lengan yang menjulurkan
kepala keluar dari badan. Kepala dan lengan yang menonjol bersama-sama dinamai jembatan
silang. Gambaran penting kepala miosin adalah bahwa struktur ini berfungsi sebagai enzim
adenosine tripfosfatase (ATPase), yang memungkinkannya memecah adenosine tripfosfat
(ATP) sehingga proses kontraksi dapat berjalan.
7
Filamen aktin terdiri dari aktin, tropomiosin, dan troponin. Masing-masing filamen aktin
memiliki panjang sekitar I mikrometer. Pangkal filamen aktin melekat secara kuat ke
lempeng Z, sementara ujung-ujung lainnya menonjol dalam dua arah ke sarkometer terdekat
dan berada di antara molekul-molekul miosin.
7

Pemulihan Tulang
Tulang merupakan suatu organ yang mengalami metabolisme aktif berupa proses
penyerapan dan pembentukan tulang. Proses ini berlangsung secara simultan dan menyangkut
semua perubahan yaitu modeling dan remodeling.
16

Modeling adalah perubahan struktur atau bentuk pada jaringan tulang akibat formasi dan
resorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan (contoh: perubahan bentuk tulang kepala dari
bayi sampai tua). Pada manusia, memasuki usia 20 sampai 30 tahun (Gambar 6) terjadi
peningkatan pembentukan massa tulang dengan tercapainya massa tulang puncak.
8
Proses
modeling terjadi pada bagian growth plate (lempengan tulang rawan yang aktif berproliferasi
atau disebut juga sasaran epifise) atau pada lokasi perubahan tulang rawan menjadi tulang
termineralisasi. Selama proses pertumbuhan terjadi pemisahan badan tulang (corpus) dengan
area ujung tulang (epifisis) oleh sasaran epifisis.


Gambar 6. Perubahan massa tulang berdasarkan umur pada manusia
Pertumbuhan memanjang terjadi karena sasaran epifise tersebut terisi oleh tulang baru
pada ujung badan tulang. Lebar sasaran epifise sebanding dengan kecepatan pertumbuhan tubuh
dan dipengaruhi oleh sejumlah hormon terutama hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh
hipofisa dan insulin growth factor-1 (IGF-1). Sementara itu menyatakan bahwa modeling
dimulai sejak di dalam kandungan sampai mencapai puncak massa tulang yang dipengaruh oleh
faktor-faktor fisiologis dan mekanis. Pembentukan tulang terjadi melalui mekanisme pengerasan
tulang endokondrial. Hal itu termasuk perubahan dari garis turunan sel mesenkim menjadi
kondroblas selanjutnya menjadi kondrosit dengan mensintesis proteoglikan sebagai dasar dari
matriks ekstraseluler. Ketika terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler, berlangsung juga invasi
pembuluh darah termasuk prekursor osteoklas (yang menurunkan kalsifikasi tulang rawan) dan
prekursor osteoblas. Proses kalsifikasi tulang rawan menghasilkan the primary spongiosum,
sedangkan tulang yang terbentuk di antara jaringan disebut the secondary spongiosum yang
nantinya dikenal sebagai tulang woven.
8
Remodeling adalah proses yang berlangsung terus-menerus secara aktif dengan
membangun dan memperbaiki pembentukan tulang yang dilakukan oleh osteoklas (resorbsi
17

tulang) dan osteoblas (formasi tulang). Proses remodeling pada kondisi normal adalah massa
tulang yang diresorbsi seimbang dengan jumlah massa tulang yang diformasi, terutama pada
individu berusia sekitar 30- 40 tahun.
8
Remodeling juga berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan biokimia tulang, memelihara dan memperbaiki kerusakan tulang. Keseimbangan
ini mulai terganggu melewati usia 40 tahun. Pada usia tersebut proses remodeling tulang mulai
tidak seimbang yaitu, kecepatan formasi tulang tidak sama dengan resorbsi tulang dan lebih
cenderung ke arah penyerapan tulang ketika wanita mencapai menopause. Pada saat ini terjadi
proses uncoupling, yaitu awal proses penuaan.
8
Tahapan proses remodeling tulang normal
meliputi enam tahap, yaitu quiescence (istirahat), aktivasi, resorbsi, proses balik (reversal),
formasi, dan berakhir pada tahap istirahat.
Proses remodeling diatur oleh sel osteoblas dan osteoklas.yang tersusun dalam struktur
yang disebutbone remodeling unit(BRU). BRU merupakan suatu struktur temporer yang unik
aktif saat modeling dan remodeling. Struktur dari BRU terdiri dari osteoklas di depan diikuti
oleh osteoblas, di belakang dan di tengah-tengah terdapat kapiler, jaringan syaraf dan jaringan
ikat.
8
Panjang BRU 1-2 mm dengan lebar 0,24 mm bekerja memahat tulang, meresorpsi tulang
dan membentuk tulang baru. Pada orang dewasa sehat diperkirakan 1 juta BRU aktif bekerja
sedangkan 2-3 juta BRU dalam keadaan non aktif. BRU bekerja pada tulang kortikal maupun
trabekular.
8

Pada tulang trabekula, BRU bergerak melewati permukaan memahat dan menggali oleh
osteoklas dan menutup bekas galian tadi mengganti sel sel yang rusak dan membentuk tulang
baru oleh osteoblas. Proses penyerapan tulang terjadidalam tiga minggu sedangkan proses
18

pembentukan tulang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Masa hidup BRU enam sampai
sembilan bulan, lebih lama darimasa hidup osteoblas yaitu tiga bulan dan masa hidup osteoklas
dua minggu sehingga diperlukan persediaan banyak sel osteoblas yang dibentuk oleh
selmesenkim dan osteoklas.
8
Menurut Frost, BRU terjadi pada permukaan tulang trabekular dan kortikal sebagai
ilacuna howsip ireguler berlangsung selama 2 minggu. Proses aktifitas remodeling tulang
dimulai dengan aktifitas prekusor hemopoetik menjadi osteoklas yang secara normal akan
berinteraksi dengan linning cell osteoblas. Dalam fase reversal osteoklas menghilang, digantikan
oleh sel monosit yang bekerja menempelkan bahan yang akan menjadi lapisan cement,
kemudian pada fase formasi tulang oleh pengaruh sinyal tertentu osteoblas menempel di
permukaan lubang lacuna howsip dan mensintesis kolagen, protein non-kolagen dan
mensekresinya membentuk osteoid yang pada akhirnya termineralisasi ekstrasel menjadi
tulang. Densitas tulang akan terus meningkat sampai pada dekade keempat atau kelima dengan
kecepatan paling tinggi pada massa pertumbuhan akil balik atau adolescent . Tulang trabekular
mengalami remodeling atau bone turnover sekitar 20-30% pertahun sedangkan tulang korteks
3% - 10% pertahunnya.
Tahapan siklus remodeling tulang sebagai berikut
1. Quiescence
Quiescence yaitu fase tenang, permukaan tulang sebelum terjadi resorpsi.
2. Aktivation
Dimulai saat osteoklas teraktivasi dan taksis (pergerakan dan arah perpindahan
dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan) ke permukaan tulang.
3. Resorption
Dimana osteoklas berada pada permukaan tulang. Osteoklas akan mengikis permukaan
tulang, melarutkan mineral, matriks tulang, membuat lubang (resorption pit) dan
selanjutnya tertarik dalam resorption pit.
4. Bone formation
Dimana osteoblas akan membentuk tulang baru dengan memproduksi matriks tulang
osteoid.
5. Mineralization
19

Dimana permukaan tulang telah ditutupi dengan sel-sel pelapis oleh proses modeling dan
remodeling.

Remodeling tulang dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti hormon paratiroid (PTH),
kalsitonin, sitokin, kalsitriol dan faktor-faktor lokal nutrisi, faktor pertumbuhan, TGF,
fibroblast growth factor (FGF), IL, prostaglandin, dan aktivitas individu. Beberapa tahun setelah
puncak massa tulang terjadi, proses remodeling tulang masih berjalan normal dengan jumlah
massa tulang yang masih stabil. Memasuki usia 40 tahun atau tepatnya memasuki usia
menopause, proses remodeling mulai berjalan tidak seimbang.
8
Secara fisiologis, pada wanita pascamenopause karena kadar estrogen yang mulai
menurun akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara sel osteoklas dan osteoblas.
Kekurangan estrogen akan menyebabkan menurunnya kadar kalsium darah sehingga akan
memacu kelenjar paratiroid untuk meningkatkan sekresi PTH dan memengaruhi osteoblas untuk
merangsang pembentukan sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF). Sitokin mengaktivasi osteoklas untuk
merangsang resorbsi tulang.
8
Secara mikroskopis, proses remodeling tulang dimulai dengan sekresi kolagen,
glikoprotein, dan proteoglikan oleh osteoblas. Kolagen mengalami polimerisasi membentuk
serabut kolagen atau semacam tulang rawan yang belum mengalami proses mineralisasi yang
disebut osteoid. Osteoblas yang terperangkap di dalam osteoid akan menjadi osteosit dan
berperan dalam regulasi mineral tulang. Penumpukan mineral terjadi beberapa hari setelah
terbentuknya osteoid dengan susunan berselang seling dengan serabut kolagen menjadi kristal
hidroksiapatit. Pada remodeling proses pembentukan mineral diikuti juga oleh proses penyerapan
mineral dan berlangsung dalam keseimbangan yang dinamis di dalam tulang.
8
20

Kesimpulan
Dengan adanya pemberian suplemen kalsium dan vitamin D untuk penderita fraktur
femur secara cepat, membuat pertumbuhan tulang semakin cepat dan kontraksi otot dapat pulih
kembali atau berfungsi dengan baik lagi. Karena pada dasarnya kalsium memiliki peran dalam
berbagai proses biologik seperti koagulasi darah, aktivitas enzim, kontraksi otot, eksitabilitas
saraf, pembebasan hormon, permeabilitas membran, dan sebagai unsur esensial struktur tulang.
Sedangkan vitamin D berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi kalsium tetap normal dan stabil serta
berperan untu membantu kemampuan osteoblas dalam memelihara kesehatan tulang. Oleh karena
itu, hipotesis yang dibuat dalam makalah ini dapat diterima karena sudah ada penjelasan mengenai
pengaruh kalsium dan vitamin D terhadap kontraksi otot dan pemulihan tulang.
Daftar Pustaka
1. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia sobbota: batang badan, panggul, extremitas bawah. Edisi
ke-22. Jakarta: EGC; 2006.h.275-277.
2. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.h.95-99.
3. Nieves JW. Calcium, vitamin D, and nutrition in elderly adults. Clin Geriatr Med 2003;
19: 321-35.
4. Zhang YH, Huang BL, Jialal I, Northrup H, McCabe ER, Diple KM. Asymptomatic
isolated human glycerol kinase deficiency associated with splice-site and nonsence-
mediated decay of mutant RNA. Pediatric Res 2006; 59(4 Pt 1): 590-2.
5. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.
6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC.2008.
7. Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton dan Hall. Dalam: Adair TH. Kontraksi
otot rangka. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009.h.44-7.
8. Helmi ZN. Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Edisi ke-3. Jakarta: Salemba Medika;
2011.

You might also like