KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR LAPORAN PKL Oleh : Juniar Ricard Feoh NIM 1123733288 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI KUPANG 2014 LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INI TELAH DIKETAHUI DAN DISETUJUI OLEH : Disusun oleh : Nama : Juniar Ricard Feoh NIM : 1123733288 Mengetahui : Pembimbing PKL Pembimbing Lapangan Markus Daud Letik,ST.,MT. Roni Lipiwata NIP. 19650620 199103 1 001 Menyetujui : Ketua Jurusan Teknik Elektro Maria D. Badjowawo,ST.,MT. NIP. 19700103 199512 2 001 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena atas berkat karunia dan penyertaan serta perlindungan-Nya, penulisan Laporan PKL ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun berdasarkan hasil orientasi dan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di CV. Surya sejak tanggal 03 Maret sampai dengan 30 April 2014. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini antara lain : 1. Ibu Nonce Farida Tuati, SE., M.Si selaku Direktur Politeknik Negeri Kupang bersama Stafnya telah memberikan kesempatan kepada saya untuk membuat Laporan Praktek Kerja Lapangan. 2. Ibu Maria D. Badjowawo, ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Listrik Politeknik Negeri Kupang bersama Stafnya. 3. Bapak Markus D. Letik ST.,MT selaku Dosen Pembimbing Jurusan. 4. Bapak Ishak Y. Ndun selaku Pimpinan CV. Surya. 5. Bapak Roni Lipiwata selaku Pembimbing Lapangan. 6. Orang Tua yang memberikan dukungan moral, materi dan doanya. 7. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan yang Maha Pengasih. i Penulis sadar bahwa Laporan PKL ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi menyempurnakan laporan PKL ini. Kupang, Juni 2014 Penulis ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ..................................................................................................v DAFTAR GAMBAR............................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...............................................................................1 1.2. Batasan Masalah.............................................................................2 1.3. Tujuan Penulisan............................................................................2 1.4. Metode Penulisan...........................................................................3 BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat CV. Surya.............................................................4 2.2 Visi dan Misi Perusahaan...............................................................4 2.3 Struktur Organisasi ........................................................................4 BAB III DASAR TEORI 3.1 Dasar-Dasar Perancangan ..............................................................7 3.1.1. Sistem Distribusi Tegangan Rendah ....................................7 3.1.2. Sistem Tegangan................................................................10 3.1.3. Tiang Penyangga Jaringan .................................................11 3.1.4. Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah................................................................................15 3.1.5. Jaringan Udara Tegangan Rendah (JTR) ...........................17 3.1.6. Ketentuan Saluran Kabel Tegangan Rendah......................20 3.1.7. Material Perlengkapan Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah ...............................................................26 3.1.8. Komponen dan Perlengkapan Saluran Udara tanpa Isolasi .................................................................................28 3.1.9. Konstruksi Jaringan............................................................28 iii 3.2 Perancangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah....................29 3.2.1. Hal-hal yang Dipertimbangkan Dalam Merancang Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Rendah....................29 3.2.2. Karakteristik Daerah Pelayanan.........................................29 3.2.3. Perkiraan Beban Tersambung ............................................30 3.2.4. Perhitungan Beban Puncak ................................................30 3.2.5. Pemilihan Jenis Hantaran...................................................32 3.2.6. Survey Lapangan................................................................32 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisa Lokasi JTR......................................................................34 4.2 Jenis, Ukuran dan Panjang Penghantar Yang Terpasang.............34 4.3 Jenis Sambungan yang Terpasang Pada Jaringan ........................35 4.4 Sistem Pemasangan Saluran Penghantar......................................35 4.5 Tiang dan Konstruksinya .............................................................36 4.6 Pendirian dan Penanaman Tiang..................................................37 4.7 Uraian Pekerjaan ..........................................................................38 4.7.1 Penjadwalan Waktu Kegiatan .............................................38 4.7.2 Rincian Kegiatan.................................................................39 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ..................................................................................46 5.2 Saran.............................................................................................46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Struktur Organisasi CV. Surya............................................................5 Gambar 3.1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Saluran Udara Kabel Pilin (twisted cable) fasa-3 Beserta Keterangan............8 Gambar 3.2 PHB-TR...............................................................................................9 Gambar 3.3 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah..................................12 Gambar 3.4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah .................................17 Gambar 3.5 Monogram Saluran Kabel Tegangan Rendah - SKTR beserta keterangan............................................................................20 Gambar 3.6 Sambungan Tegangan Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabel Tanah ......................................................................................21 Gambar 4.1 Spesifikasi Tiang Beton TM-TR.......................................................36 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Jenis Konstruksi Pada Tiang Jaringan Distribusi Tegangan Rendah....10 Tabel 3.2 Jarak Antara Tiang dan Ukuran Penghantar .........................................15 Tabel 3.3 Resistansi Tanah. ..................................................................................16 Tabel 3.4 Jarak Gawang........................................................................................18 Tabel 3.5 Jarak lendutan (sagging) dengan permukaan tanah ..............................18 Tabel 3.6 Jarak aman penghantar berisolasi dengan benda lain ...........................18 Tabel 3.7 Standard Konstruksi SUTR PT. PLN (Persero)...................................19 Tabel 3.8 Faktor Kebersamaan Untuk Jenis Daerah Pelayanan ...........................31 Tabel 4.1 Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah ...................................................37 Tabel 4.2 Penjadwalan Waktu Kegiatan...............................................................38 Tabel 4.3 Daftar Kebutuhan Alat Kerja ................................................................41 Tabel 4.4 Daftar Kebutuhan Barang .....................................................................42 vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Pengantar PKL Lampiran 2. Laporan Harian PKL Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai PKL Lampiran 4. Kartu Monitoring Lampiran 5. Daftar Nilai Lampiran 6. Foto PKL vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pengoperasian sistem tenaga listrik diperlukan kualitas dan tingkat keandalan yang baik, salah satunya adalah tegangan yang sampai ke pelanggan tidak mengalami drop tegangan atau tegangan turun di bawah standarisasi dari PLN. Faktor kualitas ditentukan dari pusat pembangkitan yang terdiri dari generator dan trafo step up, saluran transmisi yang bertegangan tinggi/ekstra tinggi dan pada jaringan distribusi. Jaringan distribusi adalah penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke penyulang gardu induk (GI), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu- gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220 Volt, lalu disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Setelah melalui Jaringan Tegangan Menengah, Jaringan Tegangan Rendah dan Sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah, yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas, televisi, dan lain-lain. Pengaturan tegangan dan turun tegangan menurut SPLN No.72 tahun 1987 yaitu turun tegangan yang diperbolehkan pada JTM dan JTR adalah 2% dari tegangan kerja untuk sistem spindle/gugus dan 5% dari tegangan kerja yaitu untuk sistem radial di atas tanah dan sistem simpul tergantung kepadatan beban. 1 Permasalahan listrik yang sering dirasakan oleh masyarakat adalah masalah drop tegangan. Salah satu daerah yang mengalami masalah drop tegangan adalah Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao. Drop tegangan pada pelanggan di daerah ini melebihi dari standar yang diperbolehkan PLN yaitu 5%. Dengan tegangan yang sangat rendah maka peralatanperalatan listrik pada pelanggan dan alat-alat elektronika akan menjadi cepat rusak. Pada jam 19.00 saat terjadi beban puncak, konsumen tidak bisa menyalakan TV, radio, kulkas dan alat elektronik lainnya. Selain itu beban-beban lampu seperti lampu TL/neon tidak bisa menyala dan lampu pijar dapat di nyalakan tetapi nyalanya redup setengah lilin. Berdasarkan hasil survey di daerah Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao, yaitu sistem jaringan (JTR) dilakukan secara radial dengan jumlah tarikan pada beberapa titik lokasi melebihi ketentuan yang diijinkan oleh PLN yaitu jarak antar tarikan pada saluran rumah (SR) melebihi 30 meter dengan jumlah tarikan melebihi 5 buah, sedangkan menurut standar PLN yaitu jarak antar tarikan pada saluran rumah (SR) tidak melebihi 30 meter dengan jumlah tarikan pelanggan maksimal 5 buah. Dampak dari sistem seperti ini adalah turun tegangan atau drop tegangan yang diterima di sisi pelanggan itu akan semakin besar, hal ini disebabkan karena instalasi penyambungan antar konektor kurang bagus dan rugi-rugi tegangan yang besar pada penghantar karena jarak tarikan terlalu panjang. 1.2 Batasan Masalah Dalam pembahasan ini hanya dibahas tentang Perluasan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale Kabupaten Rote Ndao untuk menanggulangi drop tegangan yang terjadi. 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari Penulisan Laporan ini yaitu : a. Untuk mengetahui cara mengatasi drop tegangan dan meningkatkan mutu tegangan. 2 b. Untuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu, menjaga kelangsungan upaya perluasan akses pelayanan listrik pada wilayah yang belum terjangkau listrik, mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 1.4 Metode Penulisan 1. Metode Kepustakaan a. Mencari Referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan Jaringan Tegangan Rendah. b. Mencari Referensi dari Internet. c. Melengkapi data dan keterangan yang diperoleh dari Pimpinan CV. Surya. 2. Metode Observasi Melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan. 3. Diskusi dan Wawancara Melakukan diskusi dengan karyawan CV. Surya tentang materi yang berhubungan dengan objek yang ditinjau. 3 BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah singkat CV. Surya CV. Surya didirikan sejak tahun 2008 yang dipimpin oleh Ishak Y. Ndun yang beralamat di jl. Gerbang Madya II RT. 04 RW. 02 Kel. Kelapa Lima, Kota Kupang, yang awalnya sebagai kontraktor atau pemborong mulai dari pemasangan instalasi rumah, perbaikan pipa air dan juga pekerja bangunan, sehingga bergerak di bidang jasa pelaksana kontruksi listrik sebagai anggota AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia). CV. Surya yang juga mengatur sistem kerja perusahaan yang keahlian di bidang listrik, sehingga mendapatkan proyek di dalam dan di luar daerah. Untuk pelayanan dengan memiliki alat-alat yang lengkap serta dalam perdagangan material proyek, CV. Surya ahli dalam Instalasi Listrik rumah, gedung dan termasuk perawatannya, instalasi sistem alarm serta melayani pemasangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) termasuk perawatannya. 2.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Sebagai Kontraktor Listrik Nasional yang memberi Jasa Engineering Procurement dan Construction. Misi Menjadikan anggota Aklindo sebagai tenaga profesional dibidangnya. Sebagai mitra kerja pemerintah, mendukung penyediaan tenaga listrik yang terjangkau oleh masyarakat. Sebagai mitra kerja aktif pemerintah, menggali energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik alternatif. 2.3 Struktur Organisasi Organisasi perusahaan sangat penting dalam menjamin kelangsungan dan kelancaran mekanisme kerja perusahaan. Adanya organisasi dimaksudkan untuk 4 menciptakan suatu sistem pembagian kerja atau tugas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga mempermudah kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai tujuan. Gambar 2.1 Struktur Organisasi CV. Surya a. Direktur Menjalankan usaha dalam bidang pembangunan dan konstruksi baik sebagai kontraktor listrik maupun sebagai pemborong pemasangan instalasi listrik, baik langsung maupun dengan tidak langsung, dan menjalankan usaha- usaha dalam bidang perdagangan, termasuk import, eksport, interinsuler, lokal dan eceran, grosir, distributor dan agen/perwakilan segala macam barang dagangan. b. Wakil Direktur Sebagai Pimpinan yang melaksanakan tugas dari direktur utama, yang secara garis besar bertugas merencanakan, mengkoordinir, memimpin dan mengawasi seluruh kegiatan yang ada di lokasi kerja serta mempunyai wewenang mengambil keputusan, baik bersifat intern maupun bersifat ekstern untuk keperluan perusahaan. DIREKTUR ISHAK Y. NDUN TEKNISI 1 RONI LIPIWATA TEKNISI 2 SEPRIANUS LONA SOPIR MARSEL WAKIL DIREKTUR JEFRI E. NDUN 5 c. Teknisi Bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan mengecek berbagai peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam menjalankan operasional dikantor maupun dilapangan. d. Sopir Bertanggung jawab dalam pemeliharaan kendaraan dalam mengantarkan material yang di perintahkan oleh pimpinan perusahaan. 6 BAB III DASAR TEORI Cara untuk memperbaiki drop tegangan pada jaringan tegangan rendah diantaranya adalah dengan metoda tap changer (pemilihan level tap-tap tegangan pada trafo), penambahan trafo sisipan/gardu sisipan dan rekonfigurasi jaringan (meliputi : pengalihan jaringan, penambahan jaringan, pergantian jaringan baru). Berdasarkan standar PLN dan mengacu dari teori mengenai konfigurasi jaringan yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih konfigurasi sistem distribusi adalah : kontinuitas pelayanan tenaga listrik yang baik, kualitas tegangan listrik yang baik, dan kuantitas tenaga listrik, maka rekonfigurasi yang akan dilakukan pada Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale adalah instalasi ulang dan pengalihan jaringan yang meliputi : pergantian kabel JTR dan penambahan jaringan baru pada beberapa line JTR yang jarak sambungannya serta jumlah tarikan tidak memenuhi standar PLN. Nantinya rekonfigurasi dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan konfigurasi, yaitu faktor kualitas hasil dan teknis pemasangan di lapangan serta faktor efesiensi biaya investasi pembuatannya. Sehingga rekonfigurasi jaringan merupakan cara untuk memperbaiki drop tegangan pada sistem JTR di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale. Kabel penghantar yang digunakan pada JTR Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao adalah kabel jenis LVTC 3x50+1x35 mm 2 0,6/1 kV. 3.1 Dasar-dasar Perancangan. 3.1.1 Sistem Distribusi Tegangan Rendah. 1. Jaringan Tegangan Rendah (JTR). 7 Gambar 3.1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Saluran Udara Kabel Pilin (twisted cable) fasa-3 Beserta Keterangan. a. Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah. b. Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh : Susut Tegangan yang disyaratkan. Luas penghantar jaringan. 8 Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi. Sifat daerah pelayanan (desa, kota). Kelas pelanggan (pada beban rendah, pada beban tinggi). c. Gardu Distribusi. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi, panel hubung bagi TR (Rak TR) selanjutnya tegangan didistribusikan melalui jurusan-jurusan yang terbagi-bagi. Setiap sirkit keluar melalui pengaman arus disebut penyulang atau feeder. Gambar 3.2 PHB-TR 2. Struktur Jaringan. Struktur jaringan adalah radial murni atau radial open loop ( bentuk tertutup namun operasi radial). 9 Jarang sekali pelanggan dipasok dengan tingkat keandalan tinggi secara tertutup (loop) baik dari satu sumber ataupun dari sumber berlainan. 3. Komponen Perlengkapan Utama. a. Bahan Penghantar memakai 2 jenis : Bare Conductor atau tak berisolasi (BCC, A2C, A3C). Kabel tunggal, jamak atau berpilin (twisted). b. Tiang Penyangga Memakai : Tiang besi panjang 7 meter dan 9 meter atau dibawah saluran udara. Tiang beton, dengan panjang yang sama. Tiang kayu (sudah jarang dipakai). Pada daerah padat bangunan penghantar dengan konstruksi khusus. Tabel 3.1 Jenis Konstruksi Pada Tiang Jaringan Distribusi Tegangan Rendah. No Fungsi Tiang Sudut Lintasan Jenis Konstruksi Komponen Tambahan FDE SS 1 Tiang Awal - X - Pipa PVC 3 inci untuk pelindung ujung kabel Turn Buckle 2 Tiang Penumpu/Tiang Tengah 0 0 - 30 0 - X 3 Tiang Sudut Besar 30 0 - 90 0 2X 4 Tiang Ujung - X 5 Tiang Pencabangan (Tee-Off) X X 6 Tiang Seksi 2X 3.1.2 Sistem Tegangan. a. Sistem tegangan yang dipakai ada 3 macam : Sistem 3 fasa (fasa tiga) : 380 Volt / 220 Volt. Sistem 2 fasa (fasa dua) : 440 / 220 Volt. Sistem 1 fasa (fasa satu) : 110 Volt, 220 Volt, 250 Volt. 10 b. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System Engineering) yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya : Sistem Kontinental : 3 fasa - 3 kawat. (Distribution Substation Concept) 3 fasa - 4 kawat. Sistem Amerika : 2 fasa - 3 netral (Multi Grounded). Sistem Kanada : 1 kawat (Swer). 3.1.3 Tiang Penyangga Jaringan. No Jenis sambungan Gambar Penggunaan 1 Sambungan langsung tanpa tiang atap Rumah pelanggan secara umum 2 Sambungan dengan tiang atap Rumah pelanggan secara umum 3 Sambungan mendatar tanpa tiang atap Jarak rumah dengan tiang dekat, kurang dari 3 meter 11 4 Sambungan terpusat Sekelompok pelanggan. -maksimun 9 pelanggan, disambung dengan keadaan lemari APP terpusat. 5 Sambungan seri rumah kopel Rumah-rumah petak,ruko, kabel di tempel di dinding (clipped on the wall) 6 Sambungan dengan kabel tanah a. melalui saluran udara b. melalui saluran kabel bawah tanah Daerah-daerah khusus Perumahan- perumahan ekskusif Gambar 3.3 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah. 12 1. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang Penyangga. a. Tiang penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya- gaya : Beban penghantar yang dipikul. Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada tiang itu sendiri. Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan suhu lingkungan atau akibat adanya sambungan pelanggan). Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin. b. Beban - beban tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga. Kekuatan tiang didimensikan dalam satuan Newton atau N (0,98 kg). c. Kekuatan tiang dihitung pada kondisi-kondisi yang minimum, sehingga didapatkan harga yang realistis. Seperti : Kondisi tekanan angin maksimum. Temperatur kerja maksimum penghantar (60 C) Angka keamanan mekanis 0,5 (50%). Sehingga tiang dengan fungsi sebagai penyangga diujung (akhir jaringan), di tengah, tiang sudut, akan mengalami total gaya mekanis yang berbeda. 2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah. Sebagai pegangan pelaksanaan lapangan bagian yang tertanam pada tiang adalah sepanjang 1/6 x panjang total. Gaya-gaya mekanis terbesar pada 10 cm dibawah ujung tiang pada 1/6 tiang dan didalam tanah. Sehingga pada bagian-bagian tersebut perlu diperhatikan kemampuan menahan bebannya. 3. Pengaruh Kondisi Tanah. Kondisi tanah yang rawan/ lunak dapat menyebabkan robohnya tiang penyangga. Pada dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan tanah sehingga perlu diketahui jenis tanah lunak atau tidak. 13 Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan perlu tidaknya memakai pondasi. Namun untuk tiang-tiang awal/akhir, tetap diperlukan pondasi. 4. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang Penegang (Stake Pole). Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang, demikian juga pemakaian tiang penopang. Tiang dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat dipergunakan untuk menahan beban mekanis yang lebih besar, konstruksi ini umum dipakai pada tiang-tiang akhir penghantar kecil dan tiang-tiang sudut. 5. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan Tiang. Masalah kekuatan mekanis penghantar dan besarnya beban pada titik tumpu dapat menyebabkan penghantar retak/putus pada titik tersebut. Masalah lingkungan, terlalu panjangnya bentangan penghantar menyulitkan penarikan penghantar baik dari sudut konstruksi ataupun operasional atau dari segi kemanan lingkungan dan estika. Pengaruh rute geografis jalur/lintasan, tidak semua jalur jaringan pada lintasan yang lurus, sehingga jarak gawang/span hantar tiang penyangga dibatasi 40 meter, dengan titik terendah jaringan pada lalu lintas berat dengan permukaan jalan minimum 6 meter, pada temperatur menghantar 60 o C. 6. Kekuatan Tiang Ujung. Kekuatan tarik pada tiang bertumpu pada jarak 10 cm dari ujung atas tiang, beban kerjanya di standarisir 200 N, 350 N, 500 N, 800 N, 1200 N. Berdasarkan hitungan-hitungan mekanis gaya-gaya yang terjadi pada tiang, maka batas maksimum rentangan/gantang/span dengan berbagai ukuran penghantar adalah : 14 Tabel 3.2 Jarak Antara Tiang dan Ukuran Penghantar. Ukuran Penghantar (mm2) 200 daN 350 daN 500 daN 800 daN 3 x 25 3 x 35 3 x 50 3 x 35 + 2 x 16 3 x 50 + 2 x 16 3 x 70 + 2 x 16 32 m 31 m 31 m 30 m 29 m 26 m 43 m 41 m 41 m 40 m 38 m 35 m 54 m 51 m 50 m 49 m 47 m 42 m 77 m 71 m 69 m 67 m 64 m 56 m 7. Kekuatan Tiang Sudut. Lintasan jaringan tidak selalu lurus, namun pada sejumlah titik terjadi pembelokan yang besar sudutnya berbeda-beda. Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan rumus ilmu ukur sudut, dengan memperhatikan sudut antara dua tarikan pada tiang sudut tersebut. Dalam kasus ini atau dicontohkan menghitung kekuatan tiang sudut dengan metoda polygon dimana jumlah semua gaya sama dengan nol. Gaya Resultante adalah besarnya gaya rujukan untuk memilih kekuatan tiang sudut. 3.1.4 Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah. 1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian : a. Menurut PUIL 2000 pasal 3.14.2.7, semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan. b. Menurut PUIL 2000 pasal 7.16.2.4, apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral. 15 c. Menurut PUIL 2000 pasal 3.13.2.10 b, nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan (5 gawang) tidak boleh melebihi dari 10 Ohm. d. Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm. e. Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50 mm 2 dan terbuat dari tembaga. f. Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis/elektris dan mudah dibuka untuk dilakukan pengujian resistansi pembumian. Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan dilindungi dari kemungkinan korosi. g. Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi. h. Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan resistansi tanah : Untuk resistansi tanah P1 = 100 meter : Tabel 3.3 Resistansi Tanah. Panjang 1m 2m 3m 4m Nilai 70 40 30 20 Untuk resistansi jenis yang lain (), maka besar resistansi pembumian adalah perkalian nilai diatas dengan. atau Catatan : Resistansi pembumian total dari suatu instalasi pembumian belum dapat ditentukan dari hasil pengukuran tiap elektroda secara matematis. Untuk beberapa elektroda yang di paralel harus dihubung fisik/ paralel sebelum di tes. 2. Pembumian Pada PHB-TR (Rak TR). Prosedur instalasi pembumian PHBTR/Rak TR di gardu distribusi harus memperhatikan jenis sistem pembumian yang dipakai yaitu TT atau Sistem Pembumian Pengaman (Sistem PP), TN atau Sistem Pembumian 16 Netral Pengaman (PNP) dan IT atau Sistem Penghantar Pengaman (Sistem HP). a. Bila rel netral dipakai sebagai rel proteksi (sistem TNC) rel proteksi harus dibumikan. b. Bila rel netral terpisah dari rel proteksi, maka hanya rel proteksi yang harus dibumikan. c. Bila saklar masuk dilengkapi dengan saklar arus sisa, maka rel netral tidak boleh dibumikan. Gambar 3.4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah 3. Penghantar Pembumian dan Elektroda bumi. a. Elektroda bumi adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi. b. Penghantar bumi yang tidak berisolasi ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian elektroda bumi. c. Umumnya elektroda bumi yang dipakai pada jaringan saluran udara tegangan rendah/menengah memakai elektroda barang yaitu Elektroda Batang (Rod), Elektroda Pita (Kisi-kisi) dan Elektroda Plat. d. Sebelum dipasang harus diteliti dulu berapa tahanan jenis tanah. 3.1.5 Jaringan Udara Tegangan Rendah (JTR). 1. Jenis Penghantar Udara. Penghantar tidak berisolasi A3C, BCC, A2C,ACSR Pernghantar berisolasi (Jenis twisted cable yang umumnya dipakai NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, NFA2X, NFA2XSEY-T (TWISTED CABLE). 17 2. Persilangan Dengan Kabel Telekomunikasi. Kabel telekomunikasi harus di bawah penghantar udara tegangan rendah. a. TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter, bersilang 0,3 meter. b. TAK BERISOLASI : Berjajar/Berisolasi 1 meter. 3. Jarak Antar Penghantar Telanjang. Jarak antara ini bergantung atas jarak titik tumpu jaringan (jarak gawang) : Tabel 3.4 Jarak Gawang Jarak Gawang Jarak Antara 6 s/d 10 meter 20 CM 10 s/d 40 meter 25 CM Jarak lendutan (sagging) dengan permukaan tanah diukur dari titik terendah sekurang-kurangnya: Tabel 3.5 Jarak lendutan (sagging) dengan permukaan tanah Penghantar Tak Berisolasi Penghantar Berisolasi Jalan Umum 5 Meter 4 Meter Halaman Rumah 5 Meter 3 Meter 4. Jarak Bebas. Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan). a. Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan. b. Jarak yang dipersyaratkan 0,5 meter. Tabel 3.6 Jarak aman penghantar berisolasi dengan benda lain No Uraian Batas Jarak Aman 1 Permukaan jalan raya Tidak kurang dari 6 meter 2 Terhadap atap rumah Tidak kurang dari 1 meter bagi atap yang tidak dinaiki manusia 3 Terhadap balkon Tidak kurang dari 2,5 meter (di luar jangkauan tangan) 4 Terhadap saluran telekomunikasi Tidak kurang dai 2,5 meter 5 Terhadap saluran udara tegangan Tidak kurang dari 1,0 meter 18 menengah (under build) 6 Terhadap bangunan/tower/papan reklame Tidak kurang dari 3,5 meter 7 Lintasan kereta api Tidak dianjurkan, diperlukan konstruksi khusus (kabel tanah) Catatan : Pada konstruksi saluran udara baik tak berisolasi ataupun berisolasi (twisted cable), umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah setempat atau ketentuan Departemen yang memerlukan. Contoh : Sudut lintasan jalan raya maksimum 15. Standard konstruksi : Tabel 3.7 Standard Konstruksi SUTR PT. PLN (Persero). Jalan Umum 6 Meter Jalan Kecil 5 Meter Pekarangan 3 Meter Sungai 6 Meter 5. Penghantar Udara Tak Berisolasi Tegangan Rendah Diatas Atap Bangunan Instalasi penghantar adalah sedemikian sehingga tidak menganggu perbaikan atap bangunan. Jarak dengan bagian bangunan : Minimal (1,5 meter dari bagian bangunan termasuk antena, cerobong). Minimal 2,5 meter (diluar jangkauan tangan) dari balkon bordes, lorong, panggung yang dalam keadaan biasa dikunjungi umum. Ketentuan tersebut diatas tidak berlaku : Boleh berjarak 1,25 meter dengan sudut atap 45, diatas atap yang tidak umum dikunjungi orang. Konstruksi sambungan rumah dengan atap 15. 19 3.1.6 Ketentuan Saluran Kabel Tegangan Rendah 1. Penanaman Kabel Tanah. Gambar 3.5 Monogram Saluran Kabel Tegangan Rendah - SKTR beserta keterangan. Memperhatikan jenis dan macam isolasi dan isolasi pelindung kabel. Contoh : Kabel tanpa pelindung pipa baja harus dilindungi secara mekanis. Kabel dengan pelindung netral jacket dapat ditanam langsung. Memperhatikan kondisi kimiawi dan pengaruh gangguan mekanis, namun untuk perlindungan mekanis dianggap cukup : Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya utama. Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang tidak dilalui kendaraan. 2. Konstruksi Susunan Penanaman Kabel Tanah : Ditanam diselimuti pasir dengan ketebalan 20 cm . Dipasang pelindung mekanis :Beton, bata, atau batu pelindung. Kabel tanah TR dipasang diatas kabel rumah TM dan dibawah kabel telekomunikasi. 20 Gambar 3.6 Sambungan Tegangan Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabel Tanah. 3. Persilangan Antar Kabel Tanah : Harus dilakukan tindakan perlindungan, kecuali salah satu kabel telah dilindungi secara mekanis oleh sekat beton atau bahan semacam dengan tebal dinding minimum 6 cm. Tindakan Proteksi : Kabel bagian bawah dipasang pelindung mekanis misalnya bata, pipa belah dari beton, minimum 1 meter panjangnya. Lebar tutup pelindung minimum 5 cm lebih lebar dari kabel yang dilindungi. 4. Persilangan Dengan Kabel Telekomunikasi. Bagian atas kabel tanah harus dilindungi dengan pipa beton belah atau plat beton dari bahan yang tidak mudah terbakar. 21 Jika kabel tanah TR sejajar dengan kabel telekomunikasi, harus diselubungi dengan pipa plat atau pipa beton belah sekurang-kurangnya mempunyai panjang, minimum 1 meter. 5. Persilangan Dengan Utilitas Lain. Rel Kereta Api dan fasiltasnya. Tidak diperbolehkan mendekati rel kereta api pada jarak 2 meter kecuali persilangan. Jika menyilang atau berdekatan dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter dengan kabel instalasi listrik perusahaan kereta api, harus dilindungi dengan pipa yang tidak dapat terbakar atau PVC. Ujung pipa dipanjangkan 0,5 dari sisi silang terujung. 6. Persilangan dengan jalan raya. Kabel harus dilindungi dengan pipa atau selubung baja dan tahan getaran mekanis/api serta dari bahan tahan api dan ditambah 0,5 meter pada kiri kanan batas bahu jalan, garis tengah pipa dipilih hingga kabel dapat dikeluarkan tanpa membongkar jalan (biasanya pipa 4 meter atau diameter 10 cm). 7. Didaerah Bangunan atau Pekarangan. Kabel harus dilindungi dengan pipa atau pelindung mekanis. Pipa diberi tambahan 0.5 meter dari sisi terluar bangunan. Instalasi kabel pada dinding bangunan harus dilindungi dengan pelindung mekanis, jika pelindung terbuat dari logam harus dibumikan. 8. Persilangan dan Pendekatan dengan Saluran Air dan Bangunan Pengairan. Kabel tanah harus ditanam paling sedikit 1 meter dibawah saluran air dan ditanam dalam lapisan pasir. Pada lintasan dengan air laut kabel ditanam sedapat mungkin 2 meter dibawah dasar laut. Pada lintasan dekat kabel listrik milik pengairan : -Berjarak 0,3 meter diatas atau dibawah kabel listrik. -Diberi perlindugan mekanis dengan tambahan 0,5 meter dari sisi kabel yang silang. -Jika jarak lebih kecil dari 0,3 m harus dimasukkan dalam pipa/ bahan anti terbakar. 22 Pada bangunan pengairan dibawah tanah, jarak minimum adalah 0,3 meter dan harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa dan ditambahkan 0,5 meter dari kedua tempat pendekatan. Catatan : Kabel tanah yang dipakai adalah dari jenis kabel tanah dengan perisai dan dilindungi dengan pipa belah. Kabel tanah tanpa perisai mekanis harus dimasukkan dalam pipa atau jalur kabel khusus. Pada kedua ujung kabel masuk dan keluar jalur harus diberi patok/tanda, agar dapat dilihat pengemudi kendaraan air. 9. Pendekatan Kabel Tanah Dengan Instalasi Listrik Diatas Tanah. Kabel rumah tidak boleh ditanam lebih dekat 0,3 meter dari instalasi listrik diatas tanah. Kurang dari 0,8 meter kabel tersebut harus dilindungi dengan pipa baja atau bahan kuat, tahan lama dan tahan api ditambah minimum 0,5 meter dari kedua ujung tempat jaraknya kurang dari 0,8 meter. Kabel tanah yang keluar dari tanah harus dilindungi dengan pipa baja. Galvanis atau bahan lain yang cukup kuat sampai diluar jangkauan tangan. 10. Pendekatan Kabel Tanah dengan Pipa Gas dan Minyak. Lintasan/jalur kabel tanah harus dihindari/dijauhkan dari lintasan pipa gas kota. Namun apabila tidak terhindarkan harus berjarak minimum 0,5 meter dan dilindungi dengan pipa yang dilebihkan 0,5 meter pada tiap ujung lintasan. Pada lintasan dengan pipa gas alam kabel tanah harus dikonstruksi khusus/dibuatkan jembatan lintasan atau melalui saluran udara. 11. Perlengkapan Hubung Bagi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah PHB- TR. Pada jaringan distribusi kabel tegangan rendah, PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan jaringan dan sambungan pelayanan. 23 Instalasi PHB-TR pasangan luar dan pasangan dalam harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan lingkungan dan persyaratan teknis baik elektris maupun mekanis. Instalasi PHB-TR tersebut juga harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan mekanis. Pada setiap kotak PHB-TR harus mempunyai setidak-tidaknya : -Satu sakelar masuk pada sirkit masuk. -Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan sakelar (misalnya MCB/MCCB). Arus minimum sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal penghantar masuk atau arus maksimum beban penuh. Sirkit keluar adalah jumlah maksimum pencabangan dari suatu PHB- TR. Besar arus yang mengalir pada rel harus diperhitungkan sesuai kemampuan rel menurut temperatur ruang dan temperatur kerja tidak boleh melebihi 65 C. Pemasangan rel telanjang adalah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan jarak 5 cm. Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus. a. Semua kutub saklar, pemisah, pemutus harus dapat dibuka secara serentak. b. Untuk jaringan tegangan rendah dengan Pembumian Netral Pengaman (TNC) harus menggunakan 3 kutub, membuka kutub fasanya saja, kutub netral tidak boleh dibuka. c. Untuk jaringan tegangan rendah dengan sistem penghantar pengaman harus menggunakan kutub jadi, netral juga diputus. d. Untuk jaringan tegangan rendah dengan sistem penghantar pengaman (IT) juga harus menggunakan 4 kutub, termasuk overswitch ke generator cadangan. e. Bagian bertegangan dari PHB tidak boleh sisi yang bergerak dan tidak dapat bergerak walau oleh sebab gaya mekanis/gaya berat. f. Pemisah tidak boleh dibuka dalam keadaan berbeban. 24 g. Persyaratan konstruksi PHB : -PHB harus dipasang ditempat yang cukup tinggi, bebas banjir dan kokoh, terlindung secara fisik/ mekanis. -Badan PHB harus dibumikan secara sempurna melalui penghantar fleksibel. -Mempunyai ruang ventilasi yang cukup. Pintu PHB harus terkunci. 12. Instrumen Ukur Indikator Dan Terminasi. Perlengkapan Hubung Bagi jaringan kabel tegangan rendah, harus dipasang paling sedikit instrumen indikator berupa lampu indikator dengan warna yang sesuai. Untuk panel PHBTR utama pada Gardu Distribusi harus dipasang instrumen ukur (Voltmeter, Amperemeter). Instrumen indikator harus disambung pada sirkit masuk sebelum saklar masuk. Sambungan sirkit pada PHB harus memakai sepatu kabel yang sesuai dengan jenis metalnya dan ukuran penghantar serta harus dijepit/ dipress pada penghantar. KHA terminal sepatu kabel harus minimum sama dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan. Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan dan gaya tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai listrik lain. 13. Pemakaian Jenis Kabel Tanah Tegangan Rendah Tanda Pengenal Kabel Tegangan Rendah 230/400(300)V, 300/500(400)V, 400/690(600)V, 400/750(690)V, 450/750 (690)V, 0,6/1 KV (1,2 KV). Nilai didalam kurung adalah nilai tegangan kerja tertinggi untuk perlengkapan yang diperbolehkan untuk kabel. Penggunaan kabel tanah harus disesuaikan dengan jenis penggunaan utamanya. Untuk kabel tanah jaringan distribusi tegangan rendah dipakai kabel dengan pelindung perisai baja. Contoh : NYFGBY 25 Pemakaian kabel tanah tanpa perisai baja diperbolehkan namun harus dilindungi secara mekanis. Contoh : NYY didalan pelindung pipa metal. Pemasangan/perletakan kabel tanah harus mengikuti ketentuan yang berlaku (syarat konstruksi yang berlaku). Radius lengkungan kabel tanah dapat mengikuti ketentuan pabrikan (sesuai dengan jenis isolasi yang dipakai). Jika terdapat kesulitan diambil radius lengkung adalah 15 kali diameter. 14. Prosedur Penggelaran Dan Perletakan Instalasi Kabel Distribusi Tegangan Rendah. Sebelum kabel digelar jalur kabel perlu dibersihkan atau diamankan dari benda asing. Proses penggelaran harus memperhatikan keamanan dan keselamatan lingkungan. Jalur kabel dicermati dan dilakukan penyuntikan pada setiap 5 meter untuk mengetahui kemungkinan adanya utilitas lain. Kabel harus pada haspelnya yang bebas hambatan untuk berputar. Penarikan kabel harus pada rel tarik kabel yang dipasang di tiap jarak 2 meter. Kabel tidak boleh tergilas kendaraan dan harus dilindungi terhadap kemungkinan tersebut. Petugas/ tukang penarik harus pada maksimum 5 meter satu orang, penarikan harus dilakukan satu komando. Rambu-rambu tanda peringatan harus dipasang dan dilihat dengan mudah oleh masyarakat pengguna jalan. 3.1.7 Material Perlengkapan Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah. Komponen dan perlengkapan konstruksi jaringan kabel udara (Twisted Cable) : a. Pole Bracket. b. Strain Clamp. 26 c. Steelstrip Band. d. Link. e. Turn Buckle. f. Suspension Clamp. g. Kabel twisted. h. Cable Joint/ Joint Sleeve. i. Brach Connector. j. Isolating Tip. k. Plastic Strap. l. Mechanical Protection. m. Elektroda pentanahan. n. Penghantar pentanahan. o. Pipa Galvanis inchies, 3 inchies, 4 inchies. 1. Pemakaian Dan Konstruksi Jaringan Kabel Twisted. Pada tiap tiang memakai pole bracket yang diikat dengan stainless steel band sebagai penggantung strain clamp dan suspension clamp. Untuk tiang sudut lebih besar dari 25 memakai dua strainclamp, dibawah sudut 25 memakai satu strainclamp. Ujung kabel twisted ditutup dan dilindungi dengan insulating tip dan dilindungi dengan pelindung mekanis dari tabung PVC 2 inci. Sambungan kabel harus dilakukan pada tiang dengan dua strainclamp dan pada tiang awal. Sambungan pencabangan harus dengan konektor yang diberi grass/pelindung air. Plastic strap untuk mengikat kabel agar tidak terurai. Semua komponen berwarna hitam kecuali tabung pelindung mekanis. 2. Peralatan Konstruksi Jaringan Kabel Twisted. Peralatan Kerja utama yang dipakai pekerjaan konstruksi untuk satu tim adalah : a. Trailer Rol Haspel. 27 b. Ground Hoist. c. Kawat baja penarik kabel. d. Stringing blok, satu buah untuk satu tiang maksimum 10 tiang. e. Hydraulic Press. f. Dinamometer. g. Grid penarik ujung kawat penggantung (messenger). h. Comcalong automatic. i. Tackle block. j. Grip penarik automatic. k. Tali. 3.1.8 Komponen Dan Perlengkapan Saluran Udara Tanpa Isolasi. Komponen utama dan perlengkapan konstruksi saluran udara tanpa isolasi a. Cross Arm/ Travers Type L, Type U. b. Isolator Pin dan schakle. c. Bracket Pole. d. Bending Wire/ Preformer. e. Unimog clamp. f. Penghantar pentanahan. g. Elektroda pentanahan. h. Steelwire. i. U Steel Clamp. j. Pipa galvanis 3 inchi, inchi. 3.1.9 Konstruksi Jaringan Pada standard konstruksi guna memudahkan perencanaan konstruksi , menghitung kebutuhan material, alat komisioning, dan lain-lain dibuat bentuk-bentuk konstruksi untuk kondisi-kondisi tertentu. a. Konstruksi tiang awal dengan satu strain clamp/dead end clamp. b. Konstruksi tiang akhir, dengan satu strain clamp/dead end clamp. 28 c. Konstruksi tiang sudut 0-25. d. Konstruksi tiang tengah. e. Konstruksi sudut 25-90 f. Konstruksi pembumian. g. Konstruksi tiang T. h. Konstruksi tiang dengan kawat tarik-Guy Wire. 3.2 Perancangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah. Ruang lingkup bahasan ini adalah jaringan sistem distribusi tegangan rendah mulai dari gardu distribusi sampai dengan tiang/panel distribusi. 3.2.1 Hal-hal Yang Dipertimbangkan Dalam Merancang Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Rendah. Karakteristik daerah pelayanan. Perkiraan beban maksimum. Pemilihan jenis hantaran dan konstruksi jaringan. Perhitungan susut tegangan. Penyediaan pemakaian peta geografis. Survey lapangan. Pemilihan jenis tiang/panel distribusi dan titik lokasinya. Pembuatan peta rencana. Perhitungan kebutuhan material. Rencana anggaran biaya. 3.2.2 Karakteristik Daerah Pelayanan. a. Perlu diperhatikan karakteristik daerah pelayanan. Homogen dari satu jenis pemakai (perumahan, pertokoan, industri). Heterogen campuran pemakai. b. Perlu dipertimbangkan apakah direncanakan konstruksi saluran udara, saluran kabel atau kombinasi keduanya. c. Perlu diperhatikan klasifikasi pemakai dilihat dari tingkat sosialnya (daerah real estate, daerah pemakai mewah, pemakai menengah, pemakai biasa). 29 d. Rencana pemerintah daerah tentang rencana tata ruang atau faktor para pengembang / developer. 3.2.3 Perkiraan Beban Tersambung. Data daya tersambung : Rencana pemakaian listrik dari para developer/pengembang/calon pelanggan. Rata-rata pemakai/sambungan pelayanan pertiang, dihitung berdasarkan statistik pemakaian listrik/sambungan pelayanan per daerah. Contoh : Listrik desa : 0,5 sambungan/tiang. Perkotaan : 2,5 sambungan/tiang. Pertokoan : 6 sambungan/panel distribusi. Rata-rata pemakaian daya : Listrik desa : 450 s/d 900 VA/sambungan. Perkotaan : 2200 s/d 3800 VA/sambungan. Pertokoan : 2200 s/d 4000 VA/sambungan. Rata-rata pemakaian daya per luas rumah : 25 VA/m 2 , 20 VA/m 2 , 15 VA/m 2 , 10 VA/m 2 , 7,5 VA/m 2 . 3.2.4 Perhitungan Beban Puncak. Perkiraan beban puncak memakai konsep pemakaian listrik pada suatu daerah tidaklah terjadi pada saat yang bersamaan (coincidence factor). Angka faktor kebersamaan berbeda-beda sesuai dengan jumlah pemakai / jumlah sambungan pelayanan. Faktor Kebersamaan = fk. 30 Tabel 3.8. Faktor Kebersamaan Untuk Jenis Daerah Pelayanan. NO Jenis Daerah Pelayanan Jumlah Sambungan fk 1 Daerah Perumahan Mewah 2-4 5-8 10-20 21-40 >40 1 0,9 0,8 0,7 0,6 2 Daerah Hetrogen (Perumahan, bisnis 2-4 5-8 10-20 21-40 >40 1 0,9 0,8 0,6 0,4 3 Daerah Perumahan Sedang/Campuran Rumah Biasa 2-4 5-8 10-20 21-40 >40 1 0,8 0,7-0,7 0,5 0,4 4 Daerah Perumahan Biasa/sederhana 2-4 5-8 10-20 21-40 >40 1 1 1 1 0.9 5 Daerah Pertokoan Rata-rata 0,9 6 Daerah Industri Rata-rata 0,8 Contoh : Gardu distribusi dengan 4 penyulang, total panjang jalur masing-masing penyulang : 31 Jalur 1000 meter dengan rata-rata gawang 40 meter, melayani daerah perumahan sedang/campuran. Rata-rata sambungan per tiang 2,5 sambungan. total = (1000/40 + 1) X 2,5 2,5 sambungan. Rata-rata daya tersambung total 65 x 1,3 kVA 84,5 kVA. Rata-rata beban puncak 84,5 x 0,4 = 35 kVA. Untuk 4 penyulang total beban puncak (4 x 35) x 0,8 = 115,2 kVA. Jadi pada gardu cukup memakai transformer 150 kVA. 3.2.5 Pemilihan Jenis Hantaran. a. Jenis hantaran dapat dipilih antara. Saluran udara, untuk daerah pelayanan umum. Saluran kabel tanah, untuk daerah real estate, perumahan mewah atau daerah pertokoan atau mall / block pertokoan. b. Untuk saluran udara umumnya memakai : Penghantar tak berisolasi /berisolasi ukuran 16 mm 2 , 25 mm 2 , 35 mm 2 , 50 mm 2 , 70 mm 2 . Pada saat sekarang pemakaian penghantar pilin sangat banyak dipakai baik untuk perumahan sedang/sederhana atau daerah pelayanan publik. c. Untuk saluran kabel tanah memakai kabel dengan perisai baja, contoh : NYFGBY. 3.2.6 Survey Lapangan. a. Survey lapangan diperlukan untuk : Menyesuaikan peta rencana dengan keadaan/situasi lapangan (kemungkinan perlu direvisi). Menentukan titik lokasi penanaman tiang. Mencatat kemungkinan terdapatnya calon pelanggan dengan daya besar. Mengukur dan membuat peta baru jika perlu. Mengukur kontur permukaan tanah. b. Survey untuk saluran kabel tanah harus ditelusuri dengan benar rencana jalur kabel, diukur dengan teliti. 32 Hal yang sama pada rencana saluran kabel pada pusat-pusat pertokoan. c. Pada pusat-pusat pertokoan yang cukup memakai kabel twisted, dapat dipakai saluran kabel twisted dengan jarak pole bracket maksimum 5 meter dan jarak dari dinding tembok 10 cm. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Lokasi JTR. Lokasi kerja perluasan listrik di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao, Listrik yang tersambung untuk daerah ini terdapat jaringan udara tegangan rendah (TR) 380/220 V, nilai susut tegangan 120 Volt. Tidak adanya tiang listrik di dekat area rumah penduduk, sehingga butuh kabel tufur yang panjang dan banyak kabel tufur yang di pararel dari rumah ke rumah. Hal tersebut membahayakan warga. Dengan jumlah tiang beton yang terpasang adalah 40 tiang, antara lain 8 batang tiang tongkat 32 tiang tancap dengan jarak tiang kurang lebih 50 meter sesuai dengan kondisi tata letak rumah tersebut. Karena dengan alasan kenyamanan bagi penghuni atau konsumen rumah tersebut maka system tupang tarik untuk menopang tiang percabangan dan tiang sudut-sudut tidak digunakan. Jenis tiang beton yang di pakai untuk pengembangan jaringan listrik di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini adalah 9/200 daN untuk (TR) dengan jumlah tiang keseluruhan 40 tiang. Pentanahan yang dipasang dilengkapi dengan earthing rod (batang pentanahan) dan earthing wire (kawat pentanahan). Total jarak saluran yaitu 1600 meter atau 1,600 km dengan pengerjaan jaringan listrik (TR) 1600 meter. Untuk lebih jelas mengenai lokasi dan tata letak titik pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, dapat dilihat pada lembar lampiran, gambar/photo jaringan listrik tegangan rendah di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao 4.2 Jenis, Ukuran dan Panjang penghantar yang terpasang Penghantar yang digunakan untuk Jaringan Listrik Tegangan Rendah (JTR) di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote 34 Ndao menggunakan LVTC 3x50+1x35 mm 2 0,6/1 kV. Jarak jaringan tegangan rendah (JTR) yaitu 1600 meter, dan total panjang kabel yang dipasang adalah 1632 meter, karena dipengaruhi oleh adanya sag (andongan) 1 meter pada tiap gawang. 4.3 Jenis Sambungan yang terpasang pada jaringan Pada jaringan tegangan rendah di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini, sambungannya menggunakan CCOA 35/35 untuk antar jaringan dengan jumlah 45 buah. Adapun sambungan untuk menghubungkan jaringan tegangan rendah ini dengan gardu yaitu dengan bimetal joint sleeve 35/35, sambungan ini terdiri dari dua sisi logam yaitu alumunium dan tembaga dan berbentuk selongsong. Sisi alumunium untuk disambungkan dengan jaringan dan tembaga untuk disambungkan ke gardu. 4.4 SistemPemasangan Saluran Penghantar. Sistem pemasangan saluran penghantarnya adalah system hantaran udara atau over head system SUTR. Pada listrik perumahan desa, dimana sebagian besar wilayah Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini merupakan areal pemukiman, serta di beberapa tempat terdapat pepohonan yang masih belum begitu besar di sekitar saluran yang terpasang. Penggunaan tiang dengan 9 meter masih memungkinkan, karena sag (andongan) yang tingginya rata-rata 7 meter sampai 8 meter dari permukaan tanah, masih relative aman dari kemungkinan munculnya gangguan hubung singkat ke tanah atau gangguan dari pepohonan dan hilir mudik kendaraan. Untuk mengantisipasi terjadinya sambaran petir pada jalur TR ini, maka pemasangan (fungsi) kawat pentanahan atau earthing wire dan batang penangkal petir diharapkan mampu menetralisir muatan listrik dari petir yang kemungkinan menyambar untuk segera dialirkan ke dalam tanah, sehingga muatan listrik di sekitar saluran menjadi netral kembali. 35 4.5 Tiang dan Konstruksinya. Penggunaan tiang pada Jaringan Listrik Tegangan Rendah di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao menggunakan tiang beton bulat 9/200 daN. Total jarak saluran yaitu 1600 meter atau 1,600 Km dengan jumlah 40 tiang, untuk jarak tiap gawang/tiang di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini bervariasi dari panjang span/rentangan hingga 50 meter. Terdapat 32 tiang dengan PNP (Pentanahan Netral Pembumian) pada jaringan tegangan rendah ini yang tersebar dengan ketentuan tiap-tiap jarak 50 meter (5 gawang atau 10 tiang) untuk 1 pembumian, dengan ketentuan harga tahanan maksimum yang diperbolehkan adalah 5 ohm. Ada jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing- masing sesuai dengan kondisi/rute jaringan di lapangan. Masing-masing konstruksi tersebut adalah : Gambar 4.1 Spesifikasi Tiang Beton TM-TR 36 Tabel 4.1 Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah. 4.6 Pendirian dan Penanaman Tiang Secara manual (konvensional), yaitu menggunakan derek-tangan dan dengan menggunakan penyangga (tangga). Cara ini dilaksanakan terutama pada lokasi-lokasi penanaman tiang yang sulit dijangkau dengan mobil derek.Pada tiang tegangan rendah (9 meter) hal ini sangat mungkin terjadi. Mendirikan tiang dengan cara manual dilakukan sebagai berikut: 1. Sebelum tangga untuk penyangga tiang ditinggikan, terlebih dahulu tiang beton diangkat dengan derek-tangan. 2. Mengikatkan rantai derek-tangan pada bagian tengah tiang. Derek- tangan ini digantungkan pada besi kaki tiga yang disiapkan untuk pekerjaan ini. 3. Jika tiang beton sudah mulai dinaikkan, maka diikuti dengan tangga atau penopang yang lain untuk mendorong ke atas. 4. Disamping itu untuk mengendalikan arah tiang beton pada saat diangkat, dipasang tali tampar sebanyak 4 (empat) atau 3 (tiga) direntangkan ke arah berbeda, diikatkan pada posisi (15-20)% dari ujung atas tiang, untuk mengendalikan arah tiang pada saat diangkat. 37 5. Selanjutnya tiang ditarik/didorong ke atas sambil dikendalikan dari arah tali tampar tersebut, sampai bagian pangkal tiang mendekati dan masuk lubang. 6. Untuk tiang beton bertulang sebelum diuruk tanah, perhatikan arah lubang baut untuk penempatan croos arm. 7. Jika arah lubang belum sesuai putarlah tiang dengan mengikatkan tali pada tiang, kemudian tiang diputar sesuai dengan arah lubang tempat baut yang diinginkan. Selanjutnya uruk dengan tanah pada sekitar tiang sampai padat. Untuk tanah yang lembek pada pangkal tiang perlu dipasang pondasi atau diberi bantalan. 4.7 Uraian Pekerjaan Dalam melakukan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan, penulis membantu atau mensupervisi internal yang ditugaskan CV. Surya kontraktor listrik untuk pembangunan jaringan listrik Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao. 4.7.1 Penjadwalan waktu kegiatan. Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah kurang lebih selama 21 hari yaitu mulai tanggal 18 April sampai tanggal 8 Mei 2014, dengan penjadwalan kegiatan sbagai berikut : Tabel 4.2 Penjadwalan Waktu Kegiatan No Minggu Ke- Keterangan 1 2 3 1 Pergi Lokasi Kerja Serta Perabasan Lokasi Jaringan V V Gambar lokasi & Gambar Konstruksi 2 Menginventarisir pekerjaan lapangan, bahan &alat V Spesifikasi pekerjaan, alat, bahan 3 Membangun Tempat alat dan bahan serta penggalian lubang V V Teknisi dan Pembantu 38 tiang 4 Pematokan Tiang dan Pemasangan Tiang V Teknisi dan Pembantu 5 Penarikan Kabel LVTC, Pengecetan Tiang V V Teknisi dan Pembantu 6 Penanaman Pembumian dan Penomoran Tiang V V Teknisi dan Pembantu 7 Penyambungan dengan tes tegangan V Teknisi 8 Menyimpulkan dalam bentuk draft awal laporan V V V Penulis 4.7.2 Rincian Kegiatan. Pemasangan JTR dengan LVTC menggunakan konstruksi yang telah ditentukan sesuai dengan gambar konstruksinya. Dalam pemasangan konduktor LVTC underbuilt, pemasangan arde dengan tahanan pentanahan 5 ohm untuk sistem JTR dipasang setiap awal dan akhir JTR dan setiap 6 gawang JTR. Setiap tiang yang dilalui JTR baik murni maupun underbuilt harus diberi penomoran. Bahan tap connector, joint compression dan sepatu kabel yang dipasang harus sejenis dan seukuran dengan konduktor yang dipasang di lokasi. Penarikan konduktor LVTC harus mencapai regangan, andongan (sagging) sesuai dengan daftar terlampir dan penarikan dilakukan pada temperatur rata-rata 32C. Toleransi adalah 3 % untuk LVTC 3x50+1x35 mm 2 0,6/1 kV. 39 a. Pengecetan Pengecatan untuk tiang besi Jaringan Tegangan Rendah (JTR), LV Board dan perlengkapan lainnya dilakukan setelah seluruh komponen terpasang sempurna, dengan ketentuan warna cat agar dibedakan menurut fungsi dan lokasinya : 1. Pengecetan Tiang Besi menggunakan cat warna silver/bronze dan bawahnya warna hitam . 2. Beda warna cat pada tiang adalah 1,5 meter dari permukaan tanah. b. Testing. Sebelum pekerjaan testing dilaksanakan, pemborong diharuskan mengajukan permohonan tertulis kepada Pengawas pekerjaan/PLN unit setempat mengenai jadwal rencana testing. Testing harus dilakukan kedua belah pihak yaitu Pengawas pekerjaan/Wakil dan pekerja. Perbaikan atau penggantian material yang mengalami kerusakan akibat testing menjadi beban pekerja. c. Pemeliharaan. Pada masa pemeliharaan pekerja wajib melakukan penyempurnaan terhadap seluruh pekerjaan yang oleh Pengawas pekerjaan dianggap perlu disempurnakan. Contoh : 1. Penebangan dan perabasan pohon. 2. Pengencangan dan penyempurnaan pasangan stay equipment (treck schoor, kontramast dan druch schoor ). 3. Meluruskan tiang yang miring. 4. Pengencangan konduktor. 5. Penggantian material yang rusak akibat testing. 6. Dan lain-lain. 40 Memulai Kegiatan : 1. Pengenalan situasi & lokasi kerja serta job description, yaitu kegiatan mempelajari gambar situasi lokasi pekerjaan, perijinan dengan pemerintah desa setempat dan berkenalan dengan para pekerja yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Dengan banyaknya pohon dan dedaunan yang menghalangi pemasangan Jaringan TR maka dilakukan perabasan. Situasi yang tercatat adalah bahwa daerah atau saluran yang akan dipasang mulai dari tiang L1 hingga L40, hampir keseluruhan merupakan pemukiman penduduk. Tiang yang digunakan untuk saluran ini seluruhnya menggunakan beton bulat panjang jenis 9/200 daN, artinya panjang 9 meter dan memiliki kekuatan tarik 200 Dyne Newton. 2. Menginventarisir pekerja lapangan yang terlibat dan alat serta bahan yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut. Data peralatan yang dibutuhkan. Tabel 4.3 Daftar Kebutuhan Alat Kerja. No Nama Alat Satuan Jumlah 1 Kunci Inggris 12 Set 3 2 Kunci pas lengkap Set/Box 2 3 Kunci Ring lengkap Set/Box 2 4 Tangga 14 meter Set 1 5 Crane rantai kerek 5 ton Unit 1 6 Safety belt Set 2 7 Gergaji besi Set 2 8 Tang kombinasi 500n Volt Pasang 2 9 Pisau besar Bilah 1 10 Avo meter Unit 3 11 Obeng Rata Set 2 12 Obeng Kembang Set 2 13 Helm Proyek Buah 15 14 Sarung Tangan Kulit Pasang 4 15 Sarung Tangan Kaos Lusin 15 16 Seragam Kerja Set 15 41 17 Tas Pinggang Alat Set 7 18 Sepatu Sol Karet/sepatu boot Pasang 15 19 Test Pen Buah 4 20 Bor Listrik 220 V 350 W Unit 1 21 Mata Bor lengkap Set 1 22 Linggis pipa Buah 2 23 Cangkul Buah 3 24 Gergaji Kayu Buah 2 25 Kerekan Buah 1 26 Water Pass Unit 1 27 Kendaraan Pengangkut Unit 1 Data Bahan yang Dibutuhkan : Tabel 4.4 Daftar Kebutuhan Barang No Nama Bahan Satuan Jumlah 1 LVTC 3x50+1x35 mm 2 0,6/1 kV Meter 1632 A3CS 3x70 mm Meter 312 3 Tiang Beton 9/200 DaN Batang 40 4 Large Angle Set 11 5 Fixed dead and As Set 32 6 Stainless Stell Meter 142 7 Stoping Buckle Buah 142 8 Link Buckle Buah 34 9 CCO 35 /35 Set 52 10 Plastik Strap Buah 140 11 Pipa PVC 2,5x80 cm Batang 21 12 Pole Bracket Buah 43 13 Pasir Meter 24 14 Semen Sak 36 42 15 Batu Split Meter 12 16 Pentanahan Set 15 17 Suspension As Set 36 3. Membangun Base Camp Tempat Alat dan Bahan. Base camp dibangun oleh Teknisi dan pembantu, gunanya untuk penyimpanan bahan, peralatan, tempat istirahat sementara bagi pekerja. Konstruksi base camp terbuat dari balok kasau kecil yang ditutupi tripleks dan beratapkan seng gelombang. 4. Pemasangan tiang pada awal saluran dan kabel penghantarnya. Sebagai penyangga SUTR 380/220V ini, di pakai tiang beton prestressed. Penggunaannya dipertimbangkan, karena dalam produksinya kandungan lokal (local countai) cukup tinggi sehingga membantu menghemat devisa negara, selain itu juga (bebas perawatan) maintenance free. Tiang beton untuk TR, yang konduktornya LVTC 3x50+1x35 mm 2 0,6/1 kV dipakai 9/200 daN. Sedangkan untuk penanaman tiang=1/6 dari panjang tiang tersebut. Kegiatan pemasangan tiang di awal saluran ini merupakan hal terpenting untuk mengukur kinerja seluruh pihak pekerja yang terlibat untuk kemudian dapat memperkirakan hal-hal yang akan muncul pada tahap pekerjaan berikutnya, seperti faktor-faktor kesulitan yang dihadapi. Pada tahap ini pula dapat diukur berapa lama waktu yang akan diperlukan untuk pemasangan tiang beton dan traversnya belum termasuk pemasangan penghantar LVTC 3x50+1x35 mm 0,6/1 kV, sehingga dapat diprediksi kecepatan pekerjaan secara total untuk 40 unit tiang jaringan yang akan dipasang memerlukan waktu 14 hari atau 2 minggu. Tahap selanjutnya pemasangan penghantar LVTC 3x50+1x35 mm 0,6/1 kV keseluruh tiang yang sudah terpasang, berikutnya penyambungan saluran percabangan menggunakan CCOA (Compression Connector Alumunium). Pekerjaan ini memerlukan waktu 7 hari atau 1 minggu. 5. Pemasangan Konstruksi Pembumian 43 Pada Jaringan Tegangan Rendah Instalasi pembumian di pasang pada tiap- tiap jarak 500 meter ( 5 gawang atau 10 tiang) untuk 1 pembumian. Bagian penghantar yang dibumikan adalah penghantar netral, sesuai dengan konsep TNC (Tera Netral Combine) PNP (Pembumian Netral Pengaman). Besarnya nilai tahanan pembumian diharapkan tidak lebih dari 5 ohm. Pengikat inti kabel LVTC tegangan rendah adalah alumunium, sementara elektroda buminya adalah tembaga, dipergunakan joint sleeve bimetal Al-Cu. Penghantar pembumian ke penghantar netral menggunakan alumunium. Penghantar pembumian ke elektroda bumi menggunakan tembaga. Ikatan penghantar tembaga dengan elektroda bumi memakai compression terminal lug (sepatu kabel). 1) Prosedur penyambungan penghantar pembumian dengan penghantar netral saluran udara. a. Meregangkan belitan kabel LVTC dengan pemisah (spacer). b. Membersihkan dengan sikat kawat bagian penghantar pembumian yang akan disambung ke penghantar netral, lapisi dengan pelumas. c. Untuk penghantar sambungan pembumian Al dengan tembaga gunakan bimetal junction sleeve. Masukan selubung plastic heatshrink ke salah satu penghantar. Press junction sleeve dengan hydraulic press. Beri lapisan pelumas pada bagian alumunium, dengan selubung heatshrink. Panaskan hingga bagian junction sleeve terhubung rapi. 2) Ikatan Penghantar Pembumian dengan Elektroda Pembumian a. Pada elektroda pembumian terpasang klem tembaga. Sambungkan dengan penghantar pembumian harus dengan sepatu kabel yang sesuai. b. Kencangkan dengan kunci pas yang sesuai, jangan gunakan tang kombinasi. 3) Penanaman Elektroda Pembumian. a. Elektroda pembumian ditanam berjarak 30 cm dari pangkal tiang, ujung elektroda ditanam 20 cm di bawah tanah. Hal ini untuk mencegah batang elektroda dicuri. 44 b. Nilai tahanan pembumian maksimal 5 ohm. Jika lebih dari 5 ohm, untuk mendapatkan nilai yang sesuai, dipasang paralel elektroda bumi minimal sejarak dengan panjang elektroda tersebut. 6. Uji Coba Instalasi/Penyambungan Strom. Tahap ini adalah untuk membuktikan kehandalan instalasi baik pada sistem penanaman pondasi tiang beton maupun pada sambungan-sambungan pada CCOA. Tahap ini diberi waktu pada 7 hari terakhir penyelesaian, sehingga apabila ada masalah yang mungkin terjadi akan lebih cepat diantisipasi dan diperbaiki sebelum proyek diserah terimakan kepada warga Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao. 45 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. Dari uraian tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan perluasan jaringan listrik di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale Kabupaten Rote Ndao, total jarak pengerjaan jaringan listrik (TR) 1600 meter atau 1,600 km dengan penanaman jumlah tiang beton 40 batang antara lain 8 batang tiang tongkat dan 32 tiang tancap, untuk jenis tiang 9/200 daN, sehingga dari jarak tiang ke tiang 50 meter dengan panjang keseluruhan kabel LVTC 3x50+1x35 mm 2 0,6/1 kV adalah 1632 meter ditambah dengan andongan 1 meter setiap gawang dari 32 gawang, dengan pembumian jarak 500 meter ( 5 gawang atau 10 tiang) untuk 1 pembumian, jadi total semua 3 pembumian. 5.2 Saran. 1. Sebaiknya menggunakan penghantar yang luas penampangnya lebih besar karena mempunyai nilai impedansi yang lebih kecil agar jika terjadi penambahan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di masa yang akan datang, drop tegangan yang terjadi dapat diminimalkan. 2. Jika terjadi pengembangan Jaringan Tegangan Rendah (JTR), CV. Surya diharapkan secara berkala menghitung besar drop tegangan yang terjadi pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) guna mengantisipasi terjadinya drop tegangan yang semakin besar. 46 DAFTAR PUSTAKA Kadir, A. 2006. Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta : UI- Press. Marsudi, D. 1990. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta : UI- Press. Mukmin W. 2000. Pembumian Netral dan Pembumian Pengaman Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Proceeding ITB. Bandung Pabla, A.S, 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta. SNI.2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. SPLN 72, 1987. Spesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan Umum Listrik Negara.