You are on page 1of 56

PERLUASAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH

DI KECAMATAN LOBALAIN DESA HELEBEK DUSUN NOENDALE


KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
LAPORAN PKL
Oleh :
Juniar Ricard Feoh
NIM 1123733288
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INI TELAH DIKETAHUI DAN
DISETUJUI OLEH :
Disusun oleh :
Nama : Juniar Ricard Feoh
NIM : 1123733288
Mengetahui :
Pembimbing PKL Pembimbing Lapangan
Markus Daud Letik,ST.,MT. Roni Lipiwata
NIP. 19650620 199103 1 001
Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Maria D. Badjowawo,ST.,MT.
NIP. 19700103 199512 2 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang karena atas berkat karunia dan penyertaan serta perlindungan-Nya,
penulisan Laporan PKL ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun berdasarkan hasil orientasi
dan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di CV. Surya sejak
tanggal 03 Maret sampai dengan 30 April 2014.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini antara
lain :
1. Ibu Nonce Farida Tuati, SE., M.Si selaku Direktur Politeknik Negeri
Kupang bersama Stafnya telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk membuat Laporan Praktek Kerja Lapangan.
2. Ibu Maria D. Badjowawo, ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Kupang bersama Stafnya.
3. Bapak Markus D. Letik ST.,MT selaku Dosen Pembimbing Jurusan.
4. Bapak Ishak Y. Ndun selaku Pimpinan CV. Surya.
5. Bapak Roni Lipiwata selaku Pembimbing Lapangan.
6. Orang Tua yang memberikan dukungan moral, materi dan doanya.
7. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek
Kerja Lapangan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek
Kerja Lapangan.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari
Tuhan yang Maha Pengasih.
i
Penulis sadar bahwa Laporan PKL ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi menyempurnakan laporan PKL ini.
Kupang, Juni 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...............................................................................1
1.2. Batasan Masalah.............................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4. Metode Penulisan...........................................................................3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat CV. Surya.............................................................4
2.2 Visi dan Misi Perusahaan...............................................................4
2.3 Struktur Organisasi ........................................................................4
BAB III DASAR TEORI
3.1 Dasar-Dasar Perancangan ..............................................................7
3.1.1. Sistem Distribusi Tegangan Rendah ....................................7
3.1.2. Sistem Tegangan................................................................10
3.1.3. Tiang Penyangga Jaringan .................................................11
3.1.4. Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan
Rendah................................................................................15
3.1.5. Jaringan Udara Tegangan Rendah (JTR) ...........................17
3.1.6. Ketentuan Saluran Kabel Tegangan Rendah......................20
3.1.7. Material Perlengkapan Konstruksi Jaringan Distribusi
Tegangan Rendah ...............................................................26
3.1.8. Komponen dan Perlengkapan Saluran Udara tanpa
Isolasi .................................................................................28
3.1.9. Konstruksi Jaringan............................................................28
iii
3.2 Perancangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah....................29
3.2.1. Hal-hal yang Dipertimbangkan Dalam Merancang
Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Rendah....................29
3.2.2. Karakteristik Daerah Pelayanan.........................................29
3.2.3. Perkiraan Beban Tersambung ............................................30
3.2.4. Perhitungan Beban Puncak ................................................30
3.2.5. Pemilihan Jenis Hantaran...................................................32
3.2.6. Survey Lapangan................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Lokasi JTR......................................................................34
4.2 Jenis, Ukuran dan Panjang Penghantar Yang Terpasang.............34
4.3 Jenis Sambungan yang Terpasang Pada Jaringan ........................35
4.4 Sistem Pemasangan Saluran Penghantar......................................35
4.5 Tiang dan Konstruksinya .............................................................36
4.6 Pendirian dan Penanaman Tiang..................................................37
4.7 Uraian Pekerjaan ..........................................................................38
4.7.1 Penjadwalan Waktu Kegiatan .............................................38
4.7.2 Rincian Kegiatan.................................................................39
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................46
5.2 Saran.............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi CV. Surya............................................................5
Gambar 3.1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Saluran
Udara Kabel Pilin (twisted cable) fasa-3 Beserta Keterangan............8
Gambar 3.2 PHB-TR...............................................................................................9
Gambar 3.3 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah..................................12
Gambar 3.4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah .................................17
Gambar 3.5 Monogram Saluran Kabel Tegangan Rendah - SKTR
beserta keterangan............................................................................20
Gambar 3.6 Sambungan Tegangan Listrik Tegangan Rendah Sambungan
Kabel Tanah ......................................................................................21
Gambar 4.1 Spesifikasi Tiang Beton TM-TR.......................................................36
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jenis Konstruksi Pada Tiang Jaringan Distribusi Tegangan Rendah....10
Tabel 3.2 Jarak Antara Tiang dan Ukuran Penghantar .........................................15
Tabel 3.3 Resistansi Tanah. ..................................................................................16
Tabel 3.4 Jarak Gawang........................................................................................18
Tabel 3.5 Jarak lendutan (sagging) dengan permukaan tanah ..............................18
Tabel 3.6 Jarak aman penghantar berisolasi dengan benda lain ...........................18
Tabel 3.7 Standard Konstruksi SUTR PT. PLN (Persero)...................................19
Tabel 3.8 Faktor Kebersamaan Untuk Jenis Daerah Pelayanan ...........................31
Tabel 4.1 Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah ...................................................37
Tabel 4.2 Penjadwalan Waktu Kegiatan...............................................................38
Tabel 4.3 Daftar Kebutuhan Alat Kerja ................................................................41
Tabel 4.4 Daftar Kebutuhan Barang .....................................................................42
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar PKL
Lampiran 2. Laporan Harian PKL
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai PKL
Lampiran 4. Kartu Monitoring
Lampiran 5. Daftar Nilai
Lampiran 6. Foto PKL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pengoperasian sistem tenaga listrik diperlukan kualitas dan tingkat
keandalan yang baik, salah satunya adalah tegangan yang sampai ke pelanggan
tidak mengalami drop tegangan atau tegangan turun di bawah standarisasi dari
PLN. Faktor kualitas ditentukan dari pusat pembangkitan yang terdiri dari
generator dan trafo step up, saluran transmisi yang bertegangan tinggi/ekstra
tinggi dan pada jaringan distribusi. Jaringan distribusi adalah penyaluran tenaga
listrik dari pembangkit ke penyulang gardu induk (GI), lalu diturunkan
tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah
yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Setelah tenaga listrik
disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau Jaringan Tegangan Menengah
(JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-
gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220 Volt, lalu
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan
(konsumen) PLN.
Setelah melalui Jaringan Tegangan Menengah, Jaringan Tegangan Rendah
dan Sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat
pembatas daya dan kWh meter. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik lalu
memasuki instalasi rumah, yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN
umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik
umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga
listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas,
televisi, dan lain-lain.
Pengaturan tegangan dan turun tegangan menurut SPLN No.72 tahun 1987
yaitu turun tegangan yang diperbolehkan pada JTM dan JTR adalah 2% dari
tegangan kerja untuk sistem spindle/gugus dan 5% dari tegangan kerja yaitu untuk
sistem radial di atas tanah dan sistem simpul tergantung kepadatan beban.
1
Permasalahan listrik yang sering dirasakan oleh masyarakat adalah
masalah drop tegangan. Salah satu daerah yang mengalami masalah drop
tegangan adalah Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten
Rote Ndao. Drop tegangan pada pelanggan di daerah ini melebihi dari standar
yang diperbolehkan PLN yaitu 5%. Dengan tegangan yang sangat rendah maka
peralatanperalatan listrik pada pelanggan dan alat-alat elektronika akan menjadi
cepat rusak. Pada jam 19.00 saat terjadi beban puncak, konsumen tidak bisa
menyalakan TV, radio, kulkas dan alat elektronik lainnya. Selain itu beban-beban
lampu seperti lampu TL/neon tidak bisa menyala dan lampu pijar dapat di
nyalakan tetapi nyalanya redup setengah lilin.
Berdasarkan hasil survey di daerah Kecamatan Lobalain desa Helebek
dusun Noendale kabupaten Rote Ndao, yaitu sistem jaringan (JTR) dilakukan
secara radial dengan jumlah tarikan pada beberapa titik lokasi melebihi ketentuan
yang diijinkan oleh PLN yaitu jarak antar tarikan pada saluran rumah (SR)
melebihi 30 meter dengan jumlah tarikan melebihi 5 buah, sedangkan menurut
standar PLN yaitu jarak antar tarikan pada saluran rumah (SR) tidak melebihi 30
meter dengan jumlah tarikan pelanggan maksimal 5 buah. Dampak dari sistem
seperti ini adalah turun tegangan atau drop tegangan yang diterima di sisi
pelanggan itu akan semakin besar, hal ini disebabkan karena instalasi
penyambungan antar konektor kurang bagus dan rugi-rugi tegangan yang besar
pada penghantar karena jarak tarikan terlalu panjang.
1.2 Batasan Masalah
Dalam pembahasan ini hanya dibahas tentang Perluasan Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale
Kabupaten Rote Ndao untuk menanggulangi drop tegangan yang terjadi.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Penulisan Laporan ini yaitu :
a. Untuk mengetahui cara mengatasi drop tegangan dan meningkatkan mutu
tegangan.
2
b. Untuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu, menjaga
kelangsungan upaya perluasan akses pelayanan listrik pada wilayah yang
belum terjangkau listrik, mendorong pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.4 Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
a. Mencari Referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan Jaringan
Tegangan Rendah.
b. Mencari Referensi dari Internet.
c. Melengkapi data dan keterangan yang diperoleh dari Pimpinan CV.
Surya.
2. Metode Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan.
3. Diskusi dan Wawancara
Melakukan diskusi dengan karyawan CV. Surya tentang materi yang
berhubungan dengan objek yang ditinjau.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah singkat CV. Surya
CV. Surya didirikan sejak tahun 2008 yang dipimpin oleh Ishak Y. Ndun
yang beralamat di jl. Gerbang Madya II RT. 04 RW. 02 Kel. Kelapa Lima, Kota
Kupang, yang awalnya sebagai kontraktor atau pemborong mulai dari
pemasangan instalasi rumah, perbaikan pipa air dan juga pekerja bangunan,
sehingga bergerak di bidang jasa pelaksana kontruksi listrik sebagai anggota
AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia).
CV. Surya yang juga mengatur sistem kerja perusahaan yang keahlian di
bidang listrik, sehingga mendapatkan proyek di dalam dan di luar daerah.
Untuk pelayanan dengan memiliki alat-alat yang lengkap serta dalam
perdagangan material proyek, CV. Surya ahli dalam Instalasi Listrik rumah,
gedung dan termasuk perawatannya, instalasi sistem alarm serta melayani
pemasangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) termasuk perawatannya.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Sebagai Kontraktor Listrik Nasional yang memberi Jasa Engineering
Procurement dan Construction.
Misi
Menjadikan anggota Aklindo sebagai tenaga profesional dibidangnya.
Sebagai mitra kerja pemerintah, mendukung penyediaan tenaga listrik
yang terjangkau oleh masyarakat.
Sebagai mitra kerja aktif pemerintah, menggali energi terbarukan untuk
penyediaan tenaga listrik alternatif.
2.3 Struktur Organisasi
Organisasi perusahaan sangat penting dalam menjamin kelangsungan dan
kelancaran mekanisme kerja perusahaan. Adanya organisasi dimaksudkan untuk
4
menciptakan suatu sistem pembagian kerja atau tugas yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan sehingga mempermudah kegiatan operasional perusahaan
dalam mencapai tujuan.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi CV. Surya
a. Direktur
Menjalankan usaha dalam bidang pembangunan dan konstruksi baik
sebagai kontraktor listrik maupun sebagai pemborong pemasangan instalasi
listrik, baik langsung maupun dengan tidak langsung, dan menjalankan usaha-
usaha dalam bidang perdagangan, termasuk import, eksport, interinsuler, lokal
dan eceran, grosir, distributor dan agen/perwakilan segala macam barang
dagangan.
b. Wakil Direktur
Sebagai Pimpinan yang melaksanakan tugas dari direktur utama, yang
secara garis besar bertugas merencanakan, mengkoordinir, memimpin dan
mengawasi seluruh kegiatan yang ada di lokasi kerja serta mempunyai
wewenang mengambil keputusan, baik bersifat intern maupun bersifat ekstern
untuk keperluan perusahaan.
DIREKTUR
ISHAK Y. NDUN
TEKNISI 1
RONI
LIPIWATA
TEKNISI 2
SEPRIANUS
LONA
SOPIR
MARSEL
WAKIL DIREKTUR
JEFRI E. NDUN
5
c. Teknisi
Bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan mengecek berbagai
peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam menjalankan operasional
dikantor maupun dilapangan.
d. Sopir
Bertanggung jawab dalam pemeliharaan kendaraan dalam mengantarkan
material yang di perintahkan oleh pimpinan perusahaan.
6
BAB III
DASAR TEORI
Cara untuk memperbaiki drop tegangan pada jaringan tegangan rendah
diantaranya adalah dengan metoda tap changer (pemilihan level tap-tap tegangan
pada trafo), penambahan trafo sisipan/gardu sisipan dan rekonfigurasi jaringan
(meliputi : pengalihan jaringan, penambahan jaringan, pergantian jaringan baru).
Berdasarkan standar PLN dan mengacu dari teori mengenai konfigurasi jaringan
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih
konfigurasi sistem distribusi adalah : kontinuitas pelayanan tenaga listrik yang
baik, kualitas tegangan listrik yang baik, dan kuantitas tenaga listrik, maka
rekonfigurasi yang akan dilakukan pada Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun
Noendale adalah instalasi ulang dan pengalihan jaringan yang meliputi :
pergantian kabel JTR dan penambahan jaringan baru pada beberapa line JTR yang
jarak sambungannya serta jumlah tarikan tidak memenuhi standar PLN. Nantinya
rekonfigurasi dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan
konfigurasi, yaitu faktor kualitas hasil dan teknis pemasangan di lapangan serta
faktor efesiensi biaya investasi pembuatannya. Sehingga rekonfigurasi jaringan
merupakan cara untuk memperbaiki drop tegangan pada sistem JTR di Kecamatan
Lobalain desa Helebek dusun Noendale. Kabel penghantar yang digunakan pada
JTR Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao
adalah kabel jenis LVTC 3x50+1x35 mm
2
0,6/1 kV.
3.1 Dasar-dasar Perancangan.
3.1.1 Sistem Distribusi Tegangan Rendah.
1. Jaringan Tegangan Rendah (JTR).
7
Gambar 3.1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Saluran
Udara Kabel Pilin (twisted cable) fasa-3 Beserta Keterangan.
a. Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu
sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt
langsung kepada para pelanggan tegangan rendah.
b. Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :
Susut Tegangan yang disyaratkan.
Luas penghantar jaringan.
8
Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
Sifat daerah pelayanan (desa, kota).
Kelas pelanggan (pada beban rendah, pada beban tinggi).
c. Gardu Distribusi.
Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang
disebut Gardu Distribusi, panel hubung bagi TR (Rak TR)
selanjutnya tegangan didistribusikan melalui jurusan-jurusan yang
terbagi-bagi.
Setiap sirkit keluar melalui pengaman arus disebut penyulang atau
feeder.
Gambar 3.2 PHB-TR
2. Struktur Jaringan.
Struktur jaringan adalah radial murni atau radial open loop ( bentuk
tertutup namun operasi radial).
9
Jarang sekali pelanggan dipasok dengan tingkat keandalan tinggi
secara tertutup (loop) baik dari satu sumber ataupun dari sumber
berlainan.
3. Komponen Perlengkapan Utama.
a. Bahan Penghantar memakai 2 jenis :
Bare Conductor atau tak berisolasi (BCC, A2C, A3C).
Kabel tunggal, jamak atau berpilin (twisted).
b. Tiang Penyangga Memakai :
Tiang besi panjang 7 meter dan 9 meter atau dibawah saluran
udara.
Tiang beton, dengan panjang yang sama.
Tiang kayu (sudah jarang dipakai).
Pada daerah padat bangunan penghantar dengan konstruksi khusus.
Tabel 3.1 Jenis Konstruksi Pada Tiang Jaringan Distribusi Tegangan Rendah.
No Fungsi Tiang Sudut Lintasan Jenis
Konstruksi
Komponen
Tambahan
FDE SS
1 Tiang Awal - X - Pipa PVC 3
inci untuk
pelindung
ujung kabel
Turn Buckle
2 Tiang
Penumpu/Tiang
Tengah
0
0
- 30
0
- X
3 Tiang Sudut Besar 30
0
- 90
0
2X
4 Tiang Ujung - X
5 Tiang Pencabangan
(Tee-Off)
X X
6 Tiang Seksi 2X
3.1.2 Sistem Tegangan.
a. Sistem tegangan yang dipakai ada 3 macam :
Sistem 3 fasa (fasa tiga) : 380 Volt / 220 Volt.
Sistem 2 fasa (fasa dua) : 440 / 220 Volt.
Sistem 1 fasa (fasa satu) : 110 Volt, 220 Volt, 250 Volt.
10
b. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System
Engineering) yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya :
Sistem Kontinental : 3 fasa - 3 kawat.
(Distribution Substation Concept) 3 fasa - 4 kawat.
Sistem Amerika : 2 fasa - 3 netral (Multi Grounded).
Sistem Kanada : 1 kawat (Swer).
3.1.3 Tiang Penyangga Jaringan.
No Jenis
sambungan
Gambar Penggunaan
1 Sambungan
langsung tanpa
tiang atap
Rumah pelanggan secara
umum
2 Sambungan
dengan tiang
atap
Rumah pelanggan secara
umum
3 Sambungan
mendatar tanpa
tiang atap
Jarak rumah dengan tiang
dekat, kurang dari 3
meter
11
4 Sambungan
terpusat
Sekelompok pelanggan.
-maksimun 9 pelanggan,
disambung dengan
keadaan lemari APP
terpusat.
5 Sambungan
seri rumah
kopel
Rumah-rumah
petak,ruko, kabel di
tempel di dinding
(clipped on the wall)
6 Sambungan
dengan kabel
tanah
a. melalui
saluran udara
b. melalui
saluran
kabel
bawah
tanah
Daerah-daerah
khusus
Perumahan-
perumahan
ekskusif
Gambar 3.3 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah.
12
1. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang Penyangga.
a. Tiang penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya-
gaya :
Beban penghantar yang dipikul.
Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada tiang itu
sendiri.
Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan suhu
lingkungan atau akibat adanya sambungan pelanggan).
Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin.
b. Beban - beban tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga.
Kekuatan tiang didimensikan dalam satuan Newton atau N (0,98 kg).
c. Kekuatan tiang dihitung pada kondisi-kondisi yang minimum, sehingga
didapatkan harga yang realistis.
Seperti :
Kondisi tekanan angin maksimum.
Temperatur kerja maksimum penghantar (60 C)
Angka keamanan mekanis 0,5 (50%).
Sehingga tiang dengan fungsi sebagai penyangga diujung (akhir jaringan),
di tengah, tiang sudut, akan mengalami total gaya mekanis yang berbeda.
2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah.
Sebagai pegangan pelaksanaan lapangan bagian yang tertanam pada
tiang adalah sepanjang 1/6 x panjang total.
Gaya-gaya mekanis terbesar pada 10 cm dibawah ujung tiang pada 1/6
tiang dan didalam tanah. Sehingga pada bagian-bagian tersebut perlu
diperhatikan kemampuan menahan bebannya.
3. Pengaruh Kondisi Tanah.
Kondisi tanah yang rawan/ lunak dapat menyebabkan robohnya tiang
penyangga.
Pada dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan tanah sehingga perlu
diketahui jenis tanah lunak atau tidak.
13
Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan perlu tidaknya
memakai pondasi. Namun untuk tiang-tiang awal/akhir, tetap
diperlukan pondasi.
4. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang Penegang (Stake Pole).
Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang, demikian
juga pemakaian tiang penopang. Tiang dengan kekuatan mekanis yang
kecil dapat dipergunakan untuk menahan beban mekanis yang lebih besar,
konstruksi ini umum dipakai pada tiang-tiang akhir penghantar kecil dan
tiang-tiang sudut.
5. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan Tiang.
Masalah kekuatan mekanis penghantar dan besarnya beban pada titik
tumpu dapat menyebabkan penghantar retak/putus pada titik tersebut.
Masalah lingkungan, terlalu panjangnya bentangan penghantar
menyulitkan penarikan penghantar baik dari sudut konstruksi ataupun
operasional atau dari segi kemanan lingkungan dan estika.
Pengaruh rute geografis jalur/lintasan, tidak semua jalur jaringan pada
lintasan yang lurus, sehingga jarak gawang/span hantar tiang penyangga
dibatasi 40 meter, dengan titik terendah jaringan pada lalu lintas berat
dengan permukaan jalan minimum 6 meter, pada temperatur
menghantar 60
o
C.
6. Kekuatan Tiang Ujung.
Kekuatan tarik pada tiang bertumpu pada jarak 10 cm dari ujung atas
tiang, beban kerjanya di standarisir 200 N, 350 N, 500 N, 800 N,
1200 N.
Berdasarkan hitungan-hitungan mekanis gaya-gaya yang terjadi pada
tiang, maka batas maksimum rentangan/gantang/span dengan berbagai
ukuran penghantar adalah :
14
Tabel 3.2 Jarak Antara Tiang dan Ukuran Penghantar.
Ukuran
Penghantar (mm2) 200 daN 350 daN 500 daN 800 daN
3 x 25
3 x 35
3 x 50
3 x 35 + 2 x 16
3 x 50 + 2 x 16
3 x 70 + 2 x 16
32 m
31 m
31 m
30 m
29 m
26 m
43 m
41 m
41 m
40 m
38 m
35 m
54 m
51 m
50 m
49 m
47 m
42 m
77 m
71 m
69 m
67 m
64 m
56 m
7. Kekuatan Tiang Sudut.
Lintasan jaringan tidak selalu lurus, namun pada sejumlah titik terjadi
pembelokan yang besar sudutnya berbeda-beda.
Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan rumus ilmu
ukur sudut, dengan memperhatikan sudut antara dua tarikan pada tiang
sudut tersebut.
Dalam kasus ini atau dicontohkan menghitung kekuatan tiang sudut
dengan metoda polygon dimana jumlah semua gaya sama dengan nol.
Gaya Resultante adalah besarnya gaya rujukan untuk memilih kekuatan
tiang sudut.
3.1.4 Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah.
1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :
a. Menurut PUIL 2000 pasal 3.14.2.7, semua bagian konduktif terbuka
pada suatu instalasi harus dibumikan.
b. Menurut PUIL 2000 pasal 7.16.2.4, apabila jalur yang sama dipasang
SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang penghantar
pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral.
15
c. Menurut PUIL 2000 pasal 3.13.2.10 b, nilai resistansi pembumian
setiap 200 meter lintasan (5 gawang) tidak boleh melebihi dari 10 Ohm.
d. Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar
5 Ohm.
e. Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar
pembumian adalah sebesar 50 mm
2
dan terbuat dari tembaga.
f. Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara
mekanis/elektris dan mudah dibuka untuk dilakukan pengujian
resistansi pembumian. Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran
minimal 10 Ohm dan dilindungi dari kemungkinan korosi.
g. Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi.
h. Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya
disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan resistansi tanah :
Untuk resistansi tanah P1 = 100 meter :
Tabel 3.3 Resistansi Tanah.
Panjang 1m 2m 3m 4m
Nilai 70 40 30 20
Untuk resistansi jenis yang lain (), maka besar resistansi pembumian
adalah perkalian nilai diatas dengan.
atau
Catatan :
Resistansi pembumian total dari suatu instalasi pembumian belum dapat
ditentukan dari hasil pengukuran tiap elektroda secara matematis.
Untuk beberapa elektroda yang di paralel harus dihubung fisik/ paralel
sebelum di tes.
2. Pembumian Pada PHB-TR (Rak TR).
Prosedur instalasi pembumian PHBTR/Rak TR di gardu distribusi
harus memperhatikan jenis sistem pembumian yang dipakai yaitu TT atau
Sistem Pembumian Pengaman (Sistem PP), TN atau Sistem Pembumian
16
Netral Pengaman (PNP) dan IT atau Sistem Penghantar Pengaman (Sistem
HP).
a. Bila rel netral dipakai sebagai rel proteksi (sistem TNC) rel proteksi
harus dibumikan.
b. Bila rel netral terpisah dari rel proteksi, maka hanya rel proteksi yang
harus dibumikan.
c. Bila saklar masuk dilengkapi dengan saklar arus sisa, maka rel netral
tidak boleh dibumikan.
Gambar 3.4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah
3. Penghantar Pembumian dan Elektroda bumi.
a. Elektroda bumi adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan
membuat kontak langsung dengan bumi.
b. Penghantar bumi yang tidak berisolasi ditanam dalam bumi dianggap
sebagai bagian elektroda bumi.
c. Umumnya elektroda bumi yang dipakai pada jaringan saluran udara
tegangan rendah/menengah memakai elektroda barang yaitu Elektroda
Batang (Rod), Elektroda Pita (Kisi-kisi) dan Elektroda Plat.
d. Sebelum dipasang harus diteliti dulu berapa tahanan jenis tanah.
3.1.5 Jaringan Udara Tegangan Rendah (JTR).
1. Jenis Penghantar Udara.
Penghantar tidak berisolasi A3C, BCC, A2C,ACSR
Pernghantar berisolasi (Jenis twisted cable yang umumnya dipakai
NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, NFA2X,
NFA2XSEY-T (TWISTED CABLE).
17
2. Persilangan Dengan Kabel Telekomunikasi.
Kabel telekomunikasi harus di bawah penghantar udara tegangan rendah.
a. TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter, bersilang 0,3 meter.
b. TAK BERISOLASI : Berjajar/Berisolasi 1 meter.
3. Jarak Antar Penghantar Telanjang.
Jarak antara ini bergantung atas jarak titik tumpu jaringan (jarak gawang) :
Tabel 3.4 Jarak Gawang
Jarak Gawang Jarak Antara
6 s/d 10 meter 20 CM
10 s/d 40 meter 25 CM
Jarak lendutan (sagging) dengan permukaan tanah diukur dari titik
terendah sekurang-kurangnya:
Tabel 3.5 Jarak lendutan (sagging) dengan permukaan tanah
Penghantar Tak Berisolasi Penghantar Berisolasi
Jalan Umum 5 Meter 4 Meter
Halaman Rumah 5 Meter 3 Meter
4. Jarak Bebas.
Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak berisolasi dengan benda lain
(pohon, bangunan).
a. Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan.
b. Jarak yang dipersyaratkan 0,5 meter.
Tabel 3.6 Jarak aman penghantar berisolasi dengan benda lain
No Uraian Batas Jarak Aman
1 Permukaan jalan raya Tidak kurang dari 6 meter
2 Terhadap atap rumah Tidak kurang dari 1 meter bagi atap
yang tidak dinaiki manusia
3 Terhadap balkon Tidak kurang dari 2,5 meter (di luar
jangkauan tangan)
4 Terhadap saluran telekomunikasi Tidak kurang dai 2,5 meter
5 Terhadap saluran udara tegangan Tidak kurang dari 1,0 meter
18
menengah (under build)
6 Terhadap bangunan/tower/papan
reklame
Tidak kurang dari 3,5 meter
7 Lintasan kereta api Tidak dianjurkan, diperlukan
konstruksi khusus (kabel tanah)
Catatan :
Pada konstruksi saluran udara baik tak berisolasi ataupun berisolasi (twisted
cable), umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah setempat atau
ketentuan Departemen yang memerlukan.
Contoh :
Sudut lintasan jalan raya maksimum 15.
Standard konstruksi :
Tabel 3.7 Standard Konstruksi SUTR PT. PLN (Persero).
Jalan Umum 6 Meter
Jalan Kecil 5 Meter
Pekarangan 3 Meter
Sungai 6 Meter
5. Penghantar Udara Tak Berisolasi Tegangan Rendah Diatas Atap Bangunan
Instalasi penghantar adalah sedemikian sehingga tidak menganggu
perbaikan atap bangunan.
Jarak dengan bagian bangunan :
Minimal (1,5 meter dari bagian bangunan termasuk antena, cerobong).
Minimal 2,5 meter (diluar jangkauan tangan) dari balkon bordes,
lorong, panggung yang dalam keadaan biasa dikunjungi umum.
Ketentuan tersebut diatas tidak berlaku :
Boleh berjarak 1,25 meter dengan sudut atap 45, diatas atap yang tidak
umum dikunjungi orang.
Konstruksi sambungan rumah dengan atap 15.
19
3.1.6 Ketentuan Saluran Kabel Tegangan Rendah
1. Penanaman Kabel Tanah.
Gambar 3.5 Monogram Saluran Kabel Tegangan Rendah - SKTR beserta
keterangan.
Memperhatikan jenis dan macam isolasi dan isolasi pelindung kabel.
Contoh :
Kabel tanpa pelindung pipa baja harus dilindungi secara mekanis.
Kabel dengan pelindung netral jacket dapat ditanam langsung.
Memperhatikan kondisi kimiawi dan pengaruh gangguan mekanis, namun
untuk perlindungan mekanis dianggap cukup :
Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya utama.
Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang tidak dilalui kendaraan.
2. Konstruksi Susunan Penanaman Kabel Tanah :
Ditanam diselimuti pasir dengan ketebalan 20 cm .
Dipasang pelindung mekanis :Beton, bata, atau batu pelindung.
Kabel tanah TR dipasang diatas kabel rumah TM dan dibawah kabel
telekomunikasi.
20
Gambar 3.6 Sambungan Tegangan Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabel
Tanah.
3. Persilangan Antar Kabel Tanah :
Harus dilakukan tindakan perlindungan, kecuali salah satu kabel telah
dilindungi secara mekanis oleh sekat beton atau bahan semacam dengan
tebal dinding minimum 6 cm.
Tindakan Proteksi :
Kabel bagian bawah dipasang pelindung mekanis misalnya bata, pipa
belah dari beton, minimum 1 meter panjangnya.
Lebar tutup pelindung minimum 5 cm lebih lebar dari kabel yang
dilindungi.
4. Persilangan Dengan Kabel Telekomunikasi.
Bagian atas kabel tanah harus dilindungi dengan pipa beton belah atau
plat beton dari bahan yang tidak mudah terbakar.
21
Jika kabel tanah TR sejajar dengan kabel telekomunikasi, harus
diselubungi dengan pipa plat atau pipa beton belah sekurang-kurangnya
mempunyai panjang, minimum 1 meter.
5. Persilangan Dengan Utilitas Lain.
Rel Kereta Api dan fasiltasnya. Tidak diperbolehkan mendekati rel
kereta api pada jarak 2 meter kecuali persilangan.
Jika menyilang atau berdekatan dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter
dengan kabel instalasi listrik perusahaan kereta api, harus dilindungi
dengan pipa yang tidak dapat terbakar atau PVC. Ujung pipa
dipanjangkan 0,5 dari sisi silang terujung.
6. Persilangan dengan jalan raya.
Kabel harus dilindungi dengan pipa atau selubung baja dan tahan
getaran mekanis/api serta dari bahan tahan api dan ditambah 0,5 meter
pada kiri kanan batas bahu jalan, garis tengah pipa dipilih hingga kabel
dapat dikeluarkan tanpa membongkar jalan (biasanya pipa 4 meter atau
diameter 10 cm).
7. Didaerah Bangunan atau Pekarangan.
Kabel harus dilindungi dengan pipa atau pelindung mekanis.
Pipa diberi tambahan 0.5 meter dari sisi terluar bangunan.
Instalasi kabel pada dinding bangunan harus dilindungi dengan
pelindung mekanis, jika pelindung terbuat dari logam harus dibumikan.
8. Persilangan dan Pendekatan dengan Saluran Air dan Bangunan Pengairan.
Kabel tanah harus ditanam paling sedikit 1 meter dibawah saluran air
dan ditanam dalam lapisan pasir.
Pada lintasan dengan air laut kabel ditanam sedapat mungkin 2 meter
dibawah dasar laut.
Pada lintasan dekat kabel listrik milik pengairan :
-Berjarak 0,3 meter diatas atau dibawah kabel listrik.
-Diberi perlindugan mekanis dengan tambahan 0,5 meter dari sisi kabel
yang silang.
-Jika jarak lebih kecil dari 0,3 m harus dimasukkan dalam pipa/ bahan
anti terbakar.
22
Pada bangunan pengairan dibawah tanah, jarak minimum adalah 0,3
meter dan harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa
dan ditambahkan 0,5 meter dari kedua tempat pendekatan.
Catatan :
Kabel tanah yang dipakai adalah dari jenis kabel tanah dengan perisai
dan dilindungi dengan pipa belah.
Kabel tanah tanpa perisai mekanis harus dimasukkan dalam
pipa atau jalur kabel khusus.
Pada kedua ujung kabel masuk dan keluar jalur harus diberi
patok/tanda, agar dapat dilihat pengemudi kendaraan air.
9. Pendekatan Kabel Tanah Dengan Instalasi Listrik Diatas Tanah.
Kabel rumah tidak boleh ditanam lebih dekat 0,3 meter dari instalasi
listrik diatas tanah. Kurang dari 0,8 meter kabel tersebut harus
dilindungi dengan pipa baja atau bahan kuat, tahan lama dan tahan api
ditambah minimum 0,5 meter dari kedua ujung tempat jaraknya kurang
dari 0,8 meter.
Kabel tanah yang keluar dari tanah harus dilindungi dengan pipa baja.
Galvanis atau bahan lain yang cukup kuat sampai diluar jangkauan
tangan.
10. Pendekatan Kabel Tanah dengan Pipa Gas dan Minyak.
Lintasan/jalur kabel tanah harus dihindari/dijauhkan dari lintasan pipa
gas kota. Namun apabila tidak terhindarkan harus berjarak minimum
0,5 meter dan dilindungi dengan pipa yang dilebihkan 0,5 meter pada
tiap ujung lintasan.
Pada lintasan dengan pipa gas alam kabel tanah harus dikonstruksi
khusus/dibuatkan jembatan lintasan atau melalui saluran udara.
11. Perlengkapan Hubung Bagi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah PHB-
TR.
Pada jaringan distribusi kabel tegangan rendah, PHB-TR berfungsi
sebagai titik pencabangan jaringan dan sambungan pelayanan.
23
Instalasi PHB-TR pasangan luar dan pasangan dalam harus memenuhi
persyaratan keamanan dan keselamatan lingkungan dan persyaratan
teknis baik elektris maupun mekanis.
Instalasi PHB-TR tersebut juga harus dilindungi dari kemungkinan
kerusakan mekanis.
Pada setiap kotak PHB-TR harus mempunyai setidak-tidaknya :
-Satu sakelar masuk pada sirkit masuk.
-Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan
sakelar (misalnya MCB/MCCB).
Arus minimum sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal
penghantar masuk atau arus maksimum beban penuh.
Sirkit keluar adalah jumlah maksimum pencabangan dari suatu PHB-
TR.
Besar arus yang mengalir pada rel harus diperhitungkan sesuai
kemampuan rel menurut temperatur ruang dan temperatur kerja tidak
boleh melebihi 65 C.
Pemasangan rel telanjang adalah sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan jarak 5 cm.
Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus.
a. Semua kutub saklar, pemisah, pemutus harus dapat dibuka secara
serentak.
b. Untuk jaringan tegangan rendah dengan Pembumian Netral
Pengaman (TNC) harus menggunakan 3 kutub, membuka kutub
fasanya saja, kutub netral tidak boleh dibuka.
c. Untuk jaringan tegangan rendah dengan sistem penghantar
pengaman harus menggunakan kutub jadi, netral juga diputus.
d. Untuk jaringan tegangan rendah dengan sistem penghantar
pengaman (IT) juga harus menggunakan 4 kutub, termasuk
overswitch ke generator cadangan.
e. Bagian bertegangan dari PHB tidak boleh sisi yang bergerak dan
tidak dapat bergerak walau oleh sebab gaya mekanis/gaya berat.
f. Pemisah tidak boleh dibuka dalam keadaan berbeban.
24
g. Persyaratan konstruksi PHB :
-PHB harus dipasang ditempat yang cukup tinggi, bebas banjir dan
kokoh, terlindung secara fisik/ mekanis.
-Badan PHB harus dibumikan secara sempurna melalui penghantar
fleksibel.
-Mempunyai ruang ventilasi yang cukup.
Pintu PHB harus terkunci.
12. Instrumen Ukur Indikator Dan Terminasi.
Perlengkapan Hubung Bagi jaringan kabel tegangan rendah, harus
dipasang paling sedikit instrumen indikator berupa lampu indikator
dengan warna yang sesuai.
Untuk panel PHBTR utama pada Gardu Distribusi harus dipasang
instrumen ukur (Voltmeter, Amperemeter).
Instrumen indikator harus disambung pada sirkit masuk sebelum
saklar masuk.
Sambungan sirkit pada PHB harus memakai sepatu kabel yang sesuai
dengan jenis metalnya dan ukuran penghantar serta harus dijepit/
dipress pada penghantar. KHA terminal sepatu kabel harus minimum
sama dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan.
Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan dan gaya
tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai
listrik lain.
13. Pemakaian Jenis Kabel Tanah Tegangan Rendah
Tanda Pengenal Kabel Tegangan Rendah
230/400(300)V, 300/500(400)V, 400/690(600)V, 400/750(690)V,
450/750 (690)V, 0,6/1 KV (1,2 KV).
Nilai didalam kurung adalah nilai tegangan kerja tertinggi untuk
perlengkapan yang diperbolehkan untuk kabel.
Penggunaan kabel tanah harus disesuaikan dengan jenis penggunaan
utamanya. Untuk kabel tanah jaringan distribusi tegangan rendah
dipakai kabel dengan pelindung perisai baja.
Contoh : NYFGBY
25
Pemakaian kabel tanah tanpa perisai baja diperbolehkan namun harus
dilindungi secara mekanis.
Contoh : NYY didalan pelindung pipa metal.
Pemasangan/perletakan kabel tanah harus mengikuti ketentuan yang
berlaku (syarat konstruksi yang berlaku).
Radius lengkungan kabel tanah dapat mengikuti ketentuan pabrikan
(sesuai dengan jenis isolasi yang dipakai). Jika terdapat kesulitan
diambil radius lengkung adalah 15 kali diameter.
14. Prosedur Penggelaran Dan Perletakan Instalasi Kabel Distribusi Tegangan
Rendah.
Sebelum kabel digelar jalur kabel perlu dibersihkan atau diamankan
dari benda asing.
Proses penggelaran harus memperhatikan keamanan dan keselamatan
lingkungan.
Jalur kabel dicermati dan dilakukan penyuntikan pada setiap 5 meter
untuk mengetahui kemungkinan adanya utilitas lain.
Kabel harus pada haspelnya yang bebas hambatan untuk berputar.
Penarikan kabel harus pada rel tarik kabel yang dipasang di tiap jarak 2
meter.
Kabel tidak boleh tergilas kendaraan dan harus dilindungi terhadap
kemungkinan tersebut.
Petugas/ tukang penarik harus pada maksimum 5 meter satu orang,
penarikan harus dilakukan satu komando.
Rambu-rambu tanda peringatan harus dipasang dan dilihat dengan
mudah oleh masyarakat pengguna jalan.
3.1.7 Material Perlengkapan Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah.
Komponen dan perlengkapan konstruksi jaringan kabel udara (Twisted
Cable) :
a. Pole Bracket.
b. Strain Clamp.
26
c. Steelstrip Band.
d. Link.
e. Turn Buckle.
f. Suspension Clamp.
g. Kabel twisted.
h. Cable Joint/ Joint Sleeve.
i. Brach Connector.
j. Isolating Tip.
k. Plastic Strap.
l. Mechanical Protection.
m. Elektroda pentanahan.
n. Penghantar pentanahan.
o. Pipa Galvanis inchies, 3 inchies, 4 inchies.
1. Pemakaian Dan Konstruksi Jaringan Kabel Twisted.
Pada tiap tiang memakai pole bracket yang diikat dengan stainless steel
band sebagai penggantung strain clamp dan suspension clamp.
Untuk tiang sudut lebih besar dari 25 memakai dua strainclamp,
dibawah sudut 25 memakai satu strainclamp.
Ujung kabel twisted ditutup dan dilindungi dengan insulating tip dan
dilindungi dengan pelindung mekanis dari tabung PVC 2 inci.
Sambungan kabel harus dilakukan pada tiang dengan dua strainclamp
dan pada tiang awal.
Sambungan pencabangan harus dengan konektor yang diberi
grass/pelindung air.
Plastic strap untuk mengikat kabel agar tidak terurai.
Semua komponen berwarna hitam kecuali tabung pelindung mekanis.
2. Peralatan Konstruksi Jaringan Kabel Twisted.
Peralatan Kerja utama yang dipakai pekerjaan konstruksi untuk satu tim
adalah :
a. Trailer Rol Haspel.
27
b. Ground Hoist.
c. Kawat baja penarik kabel.
d. Stringing blok, satu buah untuk satu tiang maksimum 10 tiang.
e. Hydraulic Press.
f. Dinamometer.
g. Grid penarik ujung kawat penggantung (messenger).
h. Comcalong automatic.
i. Tackle block.
j. Grip penarik automatic.
k. Tali.
3.1.8 Komponen Dan Perlengkapan Saluran Udara Tanpa Isolasi.
Komponen utama dan perlengkapan konstruksi saluran udara tanpa isolasi
a. Cross Arm/ Travers Type L, Type U.
b. Isolator Pin dan schakle.
c. Bracket Pole.
d. Bending Wire/ Preformer.
e. Unimog clamp.
f. Penghantar pentanahan.
g. Elektroda pentanahan.
h. Steelwire.
i. U Steel Clamp.
j. Pipa galvanis 3 inchi, inchi.
3.1.9 Konstruksi Jaringan
Pada standard konstruksi guna memudahkan perencanaan konstruksi ,
menghitung kebutuhan material, alat komisioning, dan lain-lain dibuat
bentuk-bentuk konstruksi untuk kondisi-kondisi tertentu.
a. Konstruksi tiang awal dengan satu strain clamp/dead end clamp.
b. Konstruksi tiang akhir, dengan satu strain clamp/dead end clamp.
28
c. Konstruksi tiang sudut 0-25.
d. Konstruksi tiang tengah.
e. Konstruksi sudut 25-90
f. Konstruksi pembumian.
g. Konstruksi tiang T.
h. Konstruksi tiang dengan kawat tarik-Guy Wire.
3.2 Perancangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah.
Ruang lingkup bahasan ini adalah jaringan sistem distribusi tegangan rendah
mulai dari gardu distribusi sampai dengan tiang/panel distribusi.
3.2.1 Hal-hal Yang Dipertimbangkan Dalam Merancang Jaringan Sistem
Distribusi Tegangan Rendah.
Karakteristik daerah pelayanan.
Perkiraan beban maksimum.
Pemilihan jenis hantaran dan konstruksi jaringan.
Perhitungan susut tegangan.
Penyediaan pemakaian peta geografis.
Survey lapangan.
Pemilihan jenis tiang/panel distribusi dan titik lokasinya.
Pembuatan peta rencana.
Perhitungan kebutuhan material.
Rencana anggaran biaya.
3.2.2 Karakteristik Daerah Pelayanan.
a. Perlu diperhatikan karakteristik daerah pelayanan.
Homogen dari satu jenis pemakai (perumahan, pertokoan, industri).
Heterogen campuran pemakai.
b. Perlu dipertimbangkan apakah direncanakan konstruksi saluran udara,
saluran kabel atau kombinasi keduanya.
c. Perlu diperhatikan klasifikasi pemakai dilihat dari tingkat sosialnya
(daerah real estate, daerah pemakai mewah, pemakai menengah,
pemakai biasa).
29
d. Rencana pemerintah daerah tentang rencana tata ruang atau faktor para
pengembang / developer.
3.2.3 Perkiraan Beban Tersambung.
Data daya tersambung :
Rencana pemakaian listrik dari para developer/pengembang/calon
pelanggan.
Rata-rata pemakai/sambungan pelayanan pertiang, dihitung berdasarkan
statistik pemakaian listrik/sambungan pelayanan per daerah.
Contoh :
Listrik desa : 0,5 sambungan/tiang.
Perkotaan : 2,5 sambungan/tiang.
Pertokoan : 6 sambungan/panel distribusi.
Rata-rata pemakaian daya :
Listrik desa : 450 s/d 900 VA/sambungan.
Perkotaan : 2200 s/d 3800 VA/sambungan.
Pertokoan : 2200 s/d 4000 VA/sambungan.
Rata-rata pemakaian daya per luas rumah :
25 VA/m
2
, 20 VA/m
2
, 15 VA/m
2
, 10 VA/m
2
, 7,5 VA/m
2
.
3.2.4 Perhitungan Beban Puncak.
Perkiraan beban puncak memakai konsep pemakaian listrik pada
suatu daerah tidaklah terjadi pada saat yang bersamaan (coincidence
factor). Angka faktor kebersamaan berbeda-beda sesuai dengan jumlah
pemakai / jumlah sambungan pelayanan.
Faktor Kebersamaan = fk.
30
Tabel 3.8. Faktor Kebersamaan Untuk Jenis Daerah Pelayanan.
NO Jenis Daerah Pelayanan Jumlah
Sambungan
fk
1 Daerah Perumahan Mewah 2-4
5-8
10-20
21-40
>40
1
0,9
0,8
0,7
0,6
2 Daerah Hetrogen (Perumahan, bisnis 2-4
5-8
10-20
21-40
>40
1
0,9
0,8
0,6
0,4
3 Daerah Perumahan Sedang/Campuran
Rumah Biasa
2-4
5-8
10-20
21-40
>40
1
0,8
0,7-0,7
0,5
0,4
4 Daerah Perumahan Biasa/sederhana 2-4
5-8
10-20
21-40
>40
1
1
1
1
0.9
5 Daerah Pertokoan Rata-rata
0,9
6 Daerah Industri Rata-rata
0,8
Contoh :
Gardu distribusi dengan 4 penyulang, total panjang jalur masing-masing
penyulang :
31
Jalur 1000 meter dengan rata-rata gawang 40 meter, melayani daerah
perumahan sedang/campuran.
Rata-rata sambungan per tiang 2,5 sambungan. total = (1000/40 + 1) X
2,5 2,5 sambungan.
Rata-rata daya tersambung total 65 x 1,3 kVA 84,5 kVA.
Rata-rata beban puncak 84,5 x 0,4 = 35 kVA.
Untuk 4 penyulang total beban puncak (4 x 35) x 0,8 = 115,2 kVA.
Jadi pada gardu cukup memakai transformer 150 kVA.
3.2.5 Pemilihan Jenis Hantaran.
a. Jenis hantaran dapat dipilih antara.
Saluran udara, untuk daerah pelayanan umum.
Saluran kabel tanah, untuk daerah real estate, perumahan mewah atau
daerah pertokoan atau mall / block pertokoan.
b. Untuk saluran udara umumnya memakai :
Penghantar tak berisolasi /berisolasi ukuran 16 mm
2
, 25 mm
2
, 35 mm
2
,
50 mm
2
, 70 mm
2
.
Pada saat sekarang pemakaian penghantar pilin sangat banyak dipakai
baik untuk perumahan sedang/sederhana atau daerah pelayanan publik.
c. Untuk saluran kabel tanah memakai kabel dengan perisai baja, contoh :
NYFGBY.
3.2.6 Survey Lapangan.
a. Survey lapangan diperlukan untuk :
Menyesuaikan peta rencana dengan keadaan/situasi lapangan
(kemungkinan perlu direvisi).
Menentukan titik lokasi penanaman tiang.
Mencatat kemungkinan terdapatnya calon pelanggan dengan daya
besar.
Mengukur dan membuat peta baru jika perlu.
Mengukur kontur permukaan tanah.
b. Survey untuk saluran kabel tanah harus ditelusuri dengan benar rencana
jalur kabel, diukur dengan teliti.
32
Hal yang sama pada rencana saluran kabel pada pusat-pusat pertokoan.
c. Pada pusat-pusat pertokoan yang cukup memakai kabel twisted, dapat
dipakai saluran kabel twisted dengan jarak pole bracket maksimum 5
meter dan jarak dari dinding tembok 10 cm.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Lokasi JTR.
Lokasi kerja perluasan listrik di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun
Noendale kabupaten Rote Ndao, Listrik yang tersambung untuk daerah ini
terdapat jaringan udara tegangan rendah (TR) 380/220 V, nilai susut tegangan 120
Volt.
Tidak adanya tiang listrik di dekat area rumah penduduk, sehingga butuh
kabel tufur yang panjang dan banyak kabel tufur yang di pararel dari rumah ke
rumah. Hal tersebut membahayakan warga.
Dengan jumlah tiang beton yang terpasang adalah 40 tiang, antara lain 8
batang tiang tongkat 32 tiang tancap dengan jarak tiang kurang lebih 50 meter
sesuai dengan kondisi tata letak rumah tersebut. Karena dengan alasan
kenyamanan bagi penghuni atau konsumen rumah tersebut maka system tupang
tarik untuk menopang tiang percabangan dan tiang sudut-sudut tidak digunakan.
Jenis tiang beton yang di pakai untuk pengembangan jaringan listrik di
Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini
adalah 9/200 daN untuk (TR) dengan jumlah tiang keseluruhan 40 tiang.
Pentanahan yang dipasang dilengkapi dengan earthing rod (batang
pentanahan) dan earthing wire (kawat pentanahan). Total jarak saluran yaitu
1600 meter atau 1,600 km dengan pengerjaan jaringan listrik (TR) 1600 meter.
Untuk lebih jelas mengenai lokasi dan tata letak titik pemasangan
jaringan listrik tegangan rendah, dapat dilihat pada lembar lampiran,
gambar/photo jaringan listrik tegangan rendah di Kecamatan Lobalain desa
Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao
4.2 Jenis, Ukuran dan Panjang penghantar yang terpasang
Penghantar yang digunakan untuk Jaringan Listrik Tegangan Rendah
(JTR) di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote
34
Ndao menggunakan LVTC 3x50+1x35 mm
2
0,6/1 kV. Jarak jaringan tegangan
rendah (JTR) yaitu 1600 meter, dan total panjang kabel yang dipasang adalah
1632 meter, karena dipengaruhi oleh adanya sag (andongan) 1 meter pada tiap
gawang.
4.3 Jenis Sambungan yang terpasang pada jaringan
Pada jaringan tegangan rendah di Kecamatan Lobalain desa Helebek
dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini, sambungannya menggunakan CCOA
35/35 untuk antar jaringan dengan jumlah 45 buah. Adapun sambungan untuk
menghubungkan jaringan tegangan rendah ini dengan gardu yaitu dengan bimetal
joint sleeve 35/35, sambungan ini terdiri dari dua sisi logam yaitu alumunium
dan tembaga dan berbentuk selongsong. Sisi alumunium untuk disambungkan
dengan jaringan dan tembaga untuk disambungkan ke gardu.
4.4 SistemPemasangan Saluran Penghantar.
Sistem pemasangan saluran penghantarnya adalah system hantaran udara
atau over head system SUTR. Pada listrik perumahan desa, dimana sebagian
besar wilayah Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote
Ndao ini merupakan areal pemukiman, serta di beberapa tempat terdapat
pepohonan yang masih belum begitu besar di sekitar saluran yang terpasang.
Penggunaan tiang dengan 9 meter masih memungkinkan, karena sag (andongan)
yang tingginya rata-rata 7 meter sampai 8 meter dari permukaan tanah, masih
relative aman dari kemungkinan munculnya gangguan hubung singkat ke tanah
atau gangguan dari pepohonan dan hilir mudik kendaraan.
Untuk mengantisipasi terjadinya sambaran petir pada jalur TR ini, maka
pemasangan (fungsi) kawat pentanahan atau earthing wire dan batang penangkal
petir diharapkan mampu menetralisir muatan listrik dari petir yang kemungkinan
menyambar untuk segera dialirkan ke dalam tanah, sehingga muatan listrik di
sekitar saluran menjadi netral kembali.
35
4.5 Tiang dan Konstruksinya.
Penggunaan tiang pada Jaringan Listrik Tegangan Rendah di Kecamatan
Lobalain desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao menggunakan tiang
beton bulat 9/200 daN. Total jarak saluran yaitu 1600 meter atau 1,600 Km
dengan jumlah 40 tiang, untuk jarak tiap gawang/tiang di Kecamatan Lobalain
desa Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao ini bervariasi dari panjang
span/rentangan hingga 50 meter. Terdapat 32 tiang dengan PNP (Pentanahan
Netral Pembumian) pada jaringan tegangan rendah ini yang tersebar dengan
ketentuan tiap-tiap jarak 50 meter (5 gawang atau 10 tiang) untuk 1
pembumian, dengan ketentuan harga tahanan maksimum yang diperbolehkan
adalah 5 ohm.
Ada jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing-
masing sesuai dengan kondisi/rute jaringan di lapangan. Masing-masing
konstruksi tersebut adalah :
Gambar 4.1 Spesifikasi Tiang Beton TM-TR
36
Tabel 4.1 Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah.
4.6 Pendirian dan Penanaman Tiang
Secara manual (konvensional), yaitu menggunakan derek-tangan dan
dengan menggunakan penyangga (tangga). Cara ini dilaksanakan terutama pada
lokasi-lokasi penanaman tiang yang sulit dijangkau dengan mobil derek.Pada
tiang tegangan rendah (9 meter) hal ini sangat mungkin terjadi. Mendirikan tiang
dengan cara manual dilakukan sebagai berikut:
1. Sebelum tangga untuk penyangga tiang ditinggikan, terlebih dahulu tiang beton
diangkat dengan derek-tangan.
2. Mengikatkan rantai derek-tangan pada bagian tengah tiang. Derek- tangan ini
digantungkan pada besi kaki tiga yang disiapkan untuk pekerjaan ini.
3. Jika tiang beton sudah mulai dinaikkan, maka diikuti dengan tangga atau
penopang yang lain untuk mendorong ke atas.
4. Disamping itu untuk mengendalikan arah tiang beton pada saat diangkat,
dipasang tali tampar sebanyak 4 (empat) atau 3 (tiga) direntangkan ke arah
berbeda, diikatkan pada posisi (15-20)% dari ujung atas tiang, untuk
mengendalikan arah tiang pada saat diangkat.
37
5. Selanjutnya tiang ditarik/didorong ke atas sambil dikendalikan dari arah tali
tampar tersebut, sampai bagian pangkal tiang mendekati dan masuk lubang.
6. Untuk tiang beton bertulang sebelum diuruk tanah, perhatikan arah lubang
baut untuk penempatan croos arm.
7. Jika arah lubang belum sesuai putarlah tiang dengan mengikatkan tali pada
tiang, kemudian tiang diputar sesuai dengan arah lubang tempat baut yang
diinginkan. Selanjutnya uruk dengan tanah pada sekitar tiang sampai padat.
Untuk tanah yang lembek pada pangkal tiang perlu dipasang pondasi atau
diberi bantalan.
4.7 Uraian Pekerjaan
Dalam melakukan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan, penulis
membantu atau mensupervisi internal yang ditugaskan CV. Surya kontraktor
listrik untuk pembangunan jaringan listrik Kecamatan Lobalain desa Helebek
dusun Noendale kabupaten Rote Ndao.
4.7.1 Penjadwalan waktu kegiatan.
Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah kurang lebih selama 21
hari yaitu mulai tanggal 18 April sampai tanggal 8 Mei 2014, dengan penjadwalan
kegiatan sbagai berikut :
Tabel 4.2 Penjadwalan Waktu Kegiatan
No Minggu Ke- Keterangan
1 2 3
1 Pergi Lokasi Kerja
Serta Perabasan
Lokasi Jaringan
V V Gambar lokasi & Gambar
Konstruksi
2 Menginventarisir
pekerjaan lapangan,
bahan &alat
V Spesifikasi pekerjaan, alat,
bahan
3 Membangun Tempat
alat dan bahan serta
penggalian lubang
V V Teknisi dan Pembantu
38
tiang
4 Pematokan Tiang
dan Pemasangan
Tiang
V Teknisi dan Pembantu
5 Penarikan Kabel
LVTC, Pengecetan
Tiang
V V Teknisi dan Pembantu
6 Penanaman
Pembumian dan
Penomoran Tiang
V V Teknisi dan Pembantu
7 Penyambungan
dengan tes tegangan
V Teknisi
8 Menyimpulkan
dalam bentuk draft
awal laporan
V V V Penulis
4.7.2 Rincian Kegiatan.
Pemasangan JTR dengan LVTC menggunakan konstruksi yang telah
ditentukan sesuai dengan gambar konstruksinya. Dalam pemasangan konduktor
LVTC underbuilt, pemasangan arde dengan tahanan pentanahan 5 ohm untuk
sistem JTR dipasang setiap awal dan akhir JTR dan setiap 6 gawang JTR. Setiap
tiang yang dilalui JTR baik murni maupun underbuilt harus diberi penomoran.
Bahan tap connector, joint compression dan sepatu kabel yang dipasang harus
sejenis dan seukuran dengan konduktor yang dipasang di lokasi. Penarikan
konduktor LVTC harus mencapai regangan, andongan (sagging) sesuai dengan
daftar terlampir dan penarikan dilakukan pada temperatur rata-rata 32C.
Toleransi adalah 3 % untuk LVTC 3x50+1x35 mm
2
0,6/1 kV.
39
a. Pengecetan
Pengecatan untuk tiang besi Jaringan Tegangan Rendah (JTR), LV Board
dan perlengkapan lainnya dilakukan setelah seluruh komponen terpasang
sempurna, dengan ketentuan warna cat agar dibedakan menurut fungsi dan
lokasinya :
1. Pengecetan Tiang Besi menggunakan cat warna silver/bronze dan bawahnya
warna hitam .
2. Beda warna cat pada tiang adalah 1,5 meter dari permukaan tanah.
b. Testing.
Sebelum pekerjaan testing dilaksanakan, pemborong diharuskan
mengajukan permohonan tertulis kepada Pengawas pekerjaan/PLN unit setempat
mengenai jadwal rencana testing. Testing harus dilakukan kedua belah pihak yaitu
Pengawas pekerjaan/Wakil dan pekerja. Perbaikan atau penggantian material yang
mengalami kerusakan akibat testing menjadi beban pekerja.
c. Pemeliharaan.
Pada masa pemeliharaan pekerja wajib melakukan penyempurnaan
terhadap seluruh pekerjaan yang oleh Pengawas pekerjaan dianggap perlu
disempurnakan.
Contoh :
1. Penebangan dan perabasan pohon.
2. Pengencangan dan penyempurnaan pasangan stay equipment (treck
schoor, kontramast dan druch schoor ).
3. Meluruskan tiang yang miring.
4. Pengencangan konduktor.
5. Penggantian material yang rusak akibat testing.
6. Dan lain-lain.
40
Memulai Kegiatan :
1. Pengenalan situasi & lokasi kerja serta job description, yaitu kegiatan
mempelajari gambar situasi lokasi pekerjaan, perijinan dengan pemerintah desa
setempat dan berkenalan dengan para pekerja yang terlibat dalam kegiatan
tersebut. Dengan banyaknya pohon dan dedaunan yang menghalangi
pemasangan Jaringan TR maka dilakukan perabasan. Situasi yang tercatat
adalah bahwa daerah atau saluran yang akan dipasang mulai dari tiang L1
hingga L40, hampir keseluruhan merupakan pemukiman penduduk. Tiang yang
digunakan untuk saluran ini seluruhnya menggunakan beton bulat panjang
jenis 9/200 daN, artinya panjang 9 meter dan memiliki kekuatan tarik 200
Dyne Newton.
2. Menginventarisir pekerja lapangan yang terlibat dan alat serta bahan yang
dipergunakan dalam kegiatan tersebut. Data peralatan yang dibutuhkan.
Tabel 4.3 Daftar Kebutuhan Alat Kerja.
No Nama Alat Satuan Jumlah
1 Kunci Inggris 12 Set 3
2 Kunci pas lengkap Set/Box 2
3 Kunci Ring lengkap Set/Box 2
4 Tangga 14 meter Set 1
5 Crane rantai kerek 5 ton Unit 1
6 Safety belt Set 2
7 Gergaji besi Set 2
8 Tang kombinasi 500n Volt Pasang 2
9 Pisau besar Bilah 1
10 Avo meter Unit 3
11 Obeng Rata Set 2
12 Obeng Kembang Set 2
13 Helm Proyek Buah 15
14 Sarung Tangan Kulit Pasang 4
15 Sarung Tangan Kaos Lusin 15
16 Seragam Kerja Set 15
41
17 Tas Pinggang Alat Set 7
18 Sepatu Sol Karet/sepatu
boot
Pasang 15
19 Test Pen Buah 4
20 Bor Listrik 220 V 350 W Unit 1
21 Mata Bor lengkap Set 1
22 Linggis pipa Buah 2
23 Cangkul Buah 3
24 Gergaji Kayu Buah 2
25 Kerekan Buah 1
26 Water Pass Unit 1
27 Kendaraan Pengangkut Unit 1
Data Bahan yang Dibutuhkan :
Tabel 4.4 Daftar Kebutuhan Barang
No Nama Bahan Satuan Jumlah
1 LVTC 3x50+1x35 mm
2
0,6/1 kV
Meter 1632
A3CS 3x70 mm Meter 312
3 Tiang Beton 9/200 DaN Batang 40
4 Large Angle Set 11
5 Fixed dead and As Set 32
6 Stainless Stell Meter 142
7 Stoping Buckle Buah 142
8 Link Buckle Buah 34
9 CCO 35 /35 Set 52
10 Plastik Strap Buah 140
11 Pipa PVC 2,5x80 cm Batang 21
12 Pole Bracket Buah 43
13 Pasir Meter 24
14 Semen Sak 36
42
15 Batu Split Meter 12
16 Pentanahan Set 15
17 Suspension As Set 36
3. Membangun Base Camp Tempat Alat dan Bahan.
Base camp dibangun oleh Teknisi dan pembantu, gunanya untuk
penyimpanan bahan, peralatan, tempat istirahat sementara bagi pekerja.
Konstruksi base camp terbuat dari balok kasau kecil yang ditutupi tripleks dan
beratapkan seng gelombang.
4. Pemasangan tiang pada awal saluran dan kabel penghantarnya.
Sebagai penyangga SUTR 380/220V ini, di pakai tiang beton prestressed.
Penggunaannya dipertimbangkan, karena dalam produksinya kandungan lokal
(local countai) cukup tinggi sehingga membantu menghemat devisa negara, selain
itu juga (bebas perawatan) maintenance free. Tiang beton untuk TR, yang
konduktornya LVTC 3x50+1x35 mm
2
0,6/1 kV dipakai 9/200 daN. Sedangkan
untuk penanaman tiang=1/6 dari panjang tiang tersebut.
Kegiatan pemasangan tiang di awal saluran ini merupakan hal terpenting
untuk mengukur kinerja seluruh pihak pekerja yang terlibat untuk kemudian dapat
memperkirakan hal-hal yang akan muncul pada tahap pekerjaan berikutnya,
seperti faktor-faktor kesulitan yang dihadapi. Pada tahap ini pula dapat diukur
berapa lama waktu yang akan diperlukan untuk pemasangan tiang beton dan
traversnya belum termasuk pemasangan penghantar LVTC 3x50+1x35 mm 0,6/1
kV, sehingga dapat diprediksi kecepatan pekerjaan secara total untuk 40 unit tiang
jaringan yang akan dipasang memerlukan waktu 14 hari atau 2 minggu.
Tahap selanjutnya pemasangan penghantar LVTC 3x50+1x35 mm 0,6/1
kV keseluruh tiang yang sudah terpasang, berikutnya penyambungan saluran
percabangan menggunakan CCOA (Compression Connector Alumunium).
Pekerjaan ini memerlukan waktu 7 hari atau 1 minggu.
5. Pemasangan Konstruksi Pembumian
43
Pada Jaringan Tegangan Rendah Instalasi pembumian di pasang pada tiap-
tiap jarak 500 meter ( 5 gawang atau 10 tiang) untuk 1 pembumian. Bagian
penghantar yang dibumikan adalah penghantar netral, sesuai dengan konsep TNC
(Tera Netral Combine) PNP (Pembumian Netral Pengaman). Besarnya nilai
tahanan pembumian diharapkan tidak lebih dari 5 ohm.
Pengikat inti kabel LVTC tegangan rendah adalah alumunium, sementara
elektroda buminya adalah tembaga, dipergunakan joint sleeve bimetal Al-Cu.
Penghantar pembumian ke penghantar netral menggunakan alumunium.
Penghantar pembumian ke elektroda bumi menggunakan tembaga. Ikatan
penghantar tembaga dengan elektroda bumi memakai compression terminal lug
(sepatu kabel).
1) Prosedur penyambungan penghantar pembumian dengan penghantar netral
saluran udara.
a. Meregangkan belitan kabel LVTC dengan pemisah (spacer).
b. Membersihkan dengan sikat kawat bagian penghantar pembumian yang akan
disambung ke penghantar netral, lapisi dengan pelumas.
c. Untuk penghantar sambungan pembumian Al dengan tembaga gunakan bimetal
junction sleeve. Masukan selubung plastic heatshrink ke salah satu penghantar.
Press junction sleeve dengan hydraulic press. Beri lapisan pelumas pada
bagian alumunium, dengan selubung heatshrink. Panaskan hingga bagian junction
sleeve terhubung rapi.
2) Ikatan Penghantar Pembumian dengan Elektroda Pembumian
a. Pada elektroda pembumian terpasang klem tembaga. Sambungkan dengan
penghantar pembumian harus dengan sepatu kabel yang sesuai.
b. Kencangkan dengan kunci pas yang sesuai, jangan gunakan tang kombinasi.
3) Penanaman Elektroda Pembumian.
a. Elektroda pembumian ditanam berjarak 30 cm dari pangkal tiang, ujung
elektroda ditanam 20 cm di bawah tanah. Hal ini untuk mencegah batang
elektroda dicuri.
44
b. Nilai tahanan pembumian maksimal 5 ohm. Jika lebih dari 5 ohm, untuk
mendapatkan nilai yang sesuai, dipasang paralel elektroda bumi minimal
sejarak dengan panjang elektroda tersebut.
6. Uji Coba Instalasi/Penyambungan Strom.
Tahap ini adalah untuk membuktikan kehandalan instalasi baik pada
sistem penanaman pondasi tiang beton maupun pada sambungan-sambungan pada
CCOA. Tahap ini diberi waktu pada 7 hari terakhir penyelesaian, sehingga apabila
ada masalah yang mungkin terjadi akan lebih cepat diantisipasi dan diperbaiki
sebelum proyek diserah terimakan kepada warga Kecamatan Lobalain desa
Helebek dusun Noendale kabupaten Rote Ndao.
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Dari uraian tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan perluasan
jaringan listrik di Kecamatan Lobalain desa Helebek dusun Noendale Kabupaten
Rote Ndao, total jarak pengerjaan jaringan listrik (TR) 1600 meter atau 1,600 km
dengan penanaman jumlah tiang beton 40 batang antara lain 8 batang tiang
tongkat dan 32 tiang tancap, untuk jenis tiang 9/200 daN, sehingga dari jarak tiang
ke tiang 50 meter dengan panjang keseluruhan kabel LVTC 3x50+1x35 mm
2
0,6/1 kV adalah 1632 meter ditambah dengan andongan 1 meter setiap gawang
dari 32 gawang, dengan pembumian jarak 500 meter ( 5 gawang atau 10 tiang)
untuk 1 pembumian, jadi total semua 3 pembumian.
5.2 Saran.
1. Sebaiknya menggunakan penghantar yang luas penampangnya lebih besar
karena mempunyai nilai impedansi yang lebih kecil agar jika terjadi
penambahan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di masa yang akan datang,
drop tegangan yang terjadi dapat diminimalkan.
2. Jika terjadi pengembangan Jaringan Tegangan Rendah (JTR), CV. Surya
diharapkan secara berkala menghitung besar drop tegangan yang terjadi
pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) guna mengantisipasi terjadinya
drop tegangan yang semakin besar.
46
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, A. 2006. Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta : UI-
Press.
Marsudi, D. 1990. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta : UI-
Press.
Mukmin W. 2000. Pembumian Netral dan Pembumian Pengaman Sistem
Distribusi Tenaga Listrik. Proceeding ITB. Bandung
Pabla, A.S, 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga.
Jakarta.
SNI.2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
SPLN 72, 1987. Spesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR).
Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan Umum Listrik
Negara.

You might also like