You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai
dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak,
pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puas atau
lega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang
mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau
kegiatan stereotipi yang lain.
1,2

Trikotilomania telah dikenal sejak hampir dua abad yang lalu dan istilah
trikotilomania itu pertama kali oleh ahli kulit asal Prancis Franois Henri
Hallopeau.
3,4
Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: pra-
sekolah, pra-remaja, dewasa muda, dewasa.
5

Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan gejala dan respon terapi
dimana pada pasien pra-sekolah dan dewasa muda memiliki kebiasaan menarik
rambut otomatis dan tanpa disadari serta memiliki respon yang baik terhadap
pengobatan konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki kecenderungan
menarik rambut sebagai bentuk dari focus penderita terhadap kebiasaan tersebut,
sebagai bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah jenis rambut tertentu
untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih, yang kasar ataupun
karena letaknya yang salah.
4,5

Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif
masih sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok
dengan kriteria trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei.
Penelitian lain menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan
ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien
gangguan obsesif-kompulsif.
3

Gangguan kejiwaan ini bisa dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.
Namun wanita lebih mudah mengidap trikotilomania. Kemungkinan pria hanya 10
2

persen dari kasus trikotilomania yang ada. Dan pada kebanyakan kasus,
trikotilomania menyerang para remaja.
2
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania
ini berkisar antara usia 12-13 tahun.
7
Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang
berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania.
Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan
kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini
masih dikacaukan dengan tipikal pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki
perempuan dibandingkan laki-laki.
6
Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif
masih sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok
dengan kriteria trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei.
Penelitian lain menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan
ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien
gangguan obsesif-kompulsif.
3
Prevalensi trichotillomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-
rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak
laki-laki.
4










3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai
dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak,
pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa atau
lega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang
mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau
kegiatan stereotipi yang lain.
1,2

Trikotilomania adalah hilangnya rambut sebagai akibat dari dorongan yang
kuat untuk menarik-narik rambut. Hilangnya rambut bisa membentuk suatu bercak
bundar atau tersebar di kulit kepala. Trikotilomania merupakan suatu perilaku
kompulsif, yang mungkin berasal dari adanya stres emosional maupun stres fisik.
Paling sering ditemukan pada anak-anak, tetapi kebiasaan ini bisa menetap sepanjang
hidup penderita.
2
Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: prasekolah,
praremaja-dewasa muda, dewasa. Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan
gejala dan responterapi dimana pada pasien prasekolah dan dewasa memiliki
kebiasaan menarik rambut otomatis dan tanpa disadari serta memiliki respon yang
baik terhadap pengobatan konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki
kecendrungan menarik rambut sebagai bentuk dari fokus penderita terhadap
kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah
jenis rambut tertentu untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih,
yang kasar atau pun karena letaknya yang salah.Responterapi konservatif pada pasien
dewasa biasanya lebih buruk mengingat kebiasaan menarik rambut ini dapat disertai
gangguan psikis lain yang memerlukan tenaga spesialis dalam menanganinya.
3
2.2 ETIOLOGI
Meskipun dianggap ditentukan oleh banyak hal, onsetnya dihubungkan pada
situasi yang penuh stress. Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal
4

sendirian dan kehilangan objek yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai faktor
penting yang berperan dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong
perkembangan gangguan.
4

Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai faktor predisposisi tetapi tidak
ada ciri atau gangguan kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien
trikotillomania. Beberapa ahli melihat stimulasi terhadap diri sendiri merupakan
tujuan utama perilaku mencabut rambut.
Trikotilomania semakin sering dipandang memiliki substrat yang ditentukan
secara biologis yang dapat mencerminkan aktivitas motorik yang dikeluarkan dengan
tidak tepat. Teori biologi juga mengacu pada perbedaan metabolik dalam sistem
serotonin dan opioid. Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania sering memiliki
riwayat tic, gangguan pengendalian impuls, dan gangguan obsesif kompulsif, yang
lebih menyokong lagi kemungkinan predisposisi genetik.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania
ini berkisar antara usia 12-13 tahun.
7
Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang
berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania.
Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan
kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini
masih dikacaukan dengan tipikal pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki
perempuan dibandingkan laki-laki.
6

Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif
masih sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok
dengan kriteria trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei.
Penelitian lain menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan
ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien
gangguan obsesif-kompulsif.
3

Prevalensi trichotillomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-
rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak
5

dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak
laki-laki.
4
Tidak ada informasi mengenai familial, tetapi satu studi melaporkan bahwa 5
dari 19 orang anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami beberapa bentuk
alopesia. Gangguan yang berhubungan adalah obsesif kompulsif, kepribadian ambang
dan gangguan depresif.
2.4 PATOFISIOLOGI
Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas.
Menurut teori neuro-kognitif gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada
basal ganglia pasien sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia memiliki peran
dalam membentuk kebiasaan. Kegagalan lobus frontal dalam menghambat kebiasaan
tertentu juga diperkirakan bagian dari pathofisiologi gangguan ini.
7

Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI) juga
menyatakan bahwa substansi grasia (gray matter) pasien dengan trikotilomania lebih
meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini. Peranan
genetik terhadap penyakit ini pun tidak luput dari perhatian peneliti.
Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi pada gen SLITRK1
sedangkan pada penelitian lainnya mendapatkan adanya perbedaan pada receptor gen
serotonin 2A. Mutasi gen HOXB8 juga menunjukkan perubahan kebiasaan pada tikus
dalam menarik-narik rambut. Pendekatan ilmiah terhadap gen ini merupakan
fenomena baru namun masih belum dapat ditentukan apakah memang ada hubungan
genetic dalam menyebabkan penyakit ini.
4,7
6


Gambar 1. Geometric patch pada incomplete alopecia pada remaja laki-laki.


Gambar 2. Bizarre-patterned lesion yang tertutupi dengan rambut pendek pada
anak perempuan berusia 11 tahun.

7


Gambar 3. Typical geometric shape trichotillomania pada anak laki-laki berusia 7
tahun. Tipe alopesia ini jarang terjadi pada usia ini.


Gambar 4. Pada gangguan trikotilomania yang terkena dibagian alis mata.

8


Gambar 5. Wanita dengan lesi kebotakan pada trikotilomania kronis

Trikotilomania juga biasa disebut trikotilosis atau TTM. Orang dengan
trikotilomania memiliki dorongan yang sangat kuat untuk menarik rambut. Tidak
hanya rambut di kepala, penderita trikotilomania juga kerap merasakan kepuasan dan
kenikmatan setelah mencabut rambut di bagian tubuh yang lain, seperti rambut
kemaluan, rambut ketiak dan sebagainya. Selain kecenderungan yang kuat untuk
menarik rambut berulang-ulang, penderita sering kali merasakan peningkatan
ketegangan sebelum mencabut rambut atau saat mencoba melawan keinginan
mencabut rambut. Kesenangan, kepuasan atau lega tercipta ketika menarik keluar
rambut (Davies, 2004).
Bila diperhatikan, penderita trikotilomania kerap meninggalkan jejak buruk
terutama pada bagian yang ditumbuhi rambut. Yang sangat jelas adalah kebotakan.
Beberapa orang juga terlihat memiliki alis atau bulu mata yang tipis, bahkan tidak
ada, karena terlalu sering dicabut. Rambut pada penderita trikotilomania tidak
berkembang dengan baik. Sering kali ditemukan helai-helai rambut lama yang rusak
ujungnya. Helai-helai rambut patah dengan ujung yang tak rata. Trikotilomania akan
menyebabkan pertumbuhan rambut baru dengan ujung meruncing (Davies, 2004).




9

2.5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut The American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), trikotilomania termasuk dalam
kategori gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait. Gangguan ini ditandai
dengan suatu tindakan khusus berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini
terjadi baik dalam keadaan santai maupun keadaan yang penuh tekanan.
Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:
Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan
yang jelas.
Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika berusaha
untuk menahan perilaku tersebut.
Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut.
Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain dan
bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).
Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
1. Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable) disebabkan oleh
berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut.
2. Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat dan
setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas (Maslim, 2003).
Diagnosis jangan dibuat apabila sebelumnya ada inflamasi kulit atau
apabila pencabutan rambut dilakukan akibat suatu waham atau halusinasi. Periode
transien menarik rambut pada anak usia dini dapat dianggap suatu "kebiasaan" ringan
dengan jangka waktu terbatas.
2
Individu yang hadir dengan trikotilomania kronis di masa dewasa sering
melaporkan onset masa remaja awal. Beberapa individu memiliki gejala terus
menerus selama beberapa dekade. Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat datang
10

dan pergi untuk minggu, bulan atau tahunan. Tempat-tempat menarik rambut dapat
bervariasi dari waktu ke waktu.
2
Banyak individu dengan trikotilomania mencabut rambut dari kepala mereka,
bulu mata, alis, kaki, lengan, wajah, dan region kemaluan. Mereka menarik helai
rambut dengan jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan kerontokan rambut
menjadi terlihat. Hal ini menyebabkan banyak ketidaknyamanan, terutama dalam
situasi sosial, dimana mereka akan dapat diamati. Akibatnya, individu dengan
masalah ini berusaha keras untuk menyembunyikan kehilangan rambut ini dengan
memakai topi, wig, kemeja lengan panjang, atau dengan menutup area kebotakan
dengan make up.
Individu trikotilomania bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka
menarik rambut mereka dan kebanyakannya mengatakan bahwa mereka merasa
bosan atau gugup sebelum mencabut rambut mereka, tapi setelah menariknya keluar,
mereka merasa bersalah, sedih atau marah. Ada juga melaporkan bahwa mereka
mencabut rambut mereka ketika sedang menonton televisi, membaca, berbicara di
telepon atau membawa kendaraan.
7



Gambar 6. Biasanya pada trichotilomania menunjukan kombinasi rambut yang baru
tumbuh, rambut yang rusak, black dots, area yang kosong, dan panjang rambut yang
tidak sama.

11


Gambar 7. Menggunakan Contrast card examination yang membantu menunjukkan
kebotakan natural.
2.6 DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III Maslim (2003):
1. Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang
jelas.
2. Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika berusaha
untuk menahan perilaku tersebut.
3. Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut
4. Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain dan
bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).
5. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit,
atau apabila pencabutan rambut adalah respons terhadap waham atau halusinasi
(Maslim, 2003).


12

2.7 KOMORBIDITAS
Individu dengan trikotilomania mempunyai prevalensi gangguan mood yang
meningkat (gangguan depresi mayor, gangguan dysthymic) dan gejala anxietas
(gangguan obsesif kompulsif, gangguan anxietas menyeluruh dan fobia social),
gangguan penggunaan zat, gangguan makan, gangguan kepribadian (gangguan
ambang dan obsesif-kompulsif) serta retardasi mental.
3

2.8 KOMPLIKASI
1. Obstruksi usus jika mulut digunakan untuk menarik rambut dan tertelan.
2. Kebotakan permanen karena kerusakan folikel rambut.
3. Carpal tunnel syndrome dapat terjadi karena gerakan berulang menarik rambut.
4. Gangguan emosi dan kecemasan sosial.
(Davies, 2004).
2.9 TATALAKSANA
Penelitian tentang pengobatan untuk gangguan kebiasaan dan impuls sebagian
besar berfokus pada penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Terapi
perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Therapy, CBT) menggabungkan unsur-unsur
dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi kognitif meneliti cara pikiran
orang tentang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia yang mempengaruhi
kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara tindakan masyarakat
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi mereka dengan orang lain.
Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT meneliti cara orang agar dapat
mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan kehidupan
mereka. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk rileks,
mengatasi stres, memerangi pikiran negatif dan mencegah perilaku merusak. Dalam
penelitian kecil, jenis pengobatan ini telah terbukti efektif untuk kleptomania, judi
patologis, trikotilomania dan isu-isu seksualitas kompulsif.
7
Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback, pengawasan diri sendiri,
desensitisasi sendiri dan pembalikan kebiasaan telah dilaporkan, tetapi sebagian besar
13

laporan adalah kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow
up yang relative singkat.
2
Trikotilomania kronis yang berhasil diterapi adalah dengan psikoterapi
berorientasi pada tilikan. Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi
efektif dalam terapi gangguan dermatologis dengan keterlibatan faktor psikologis
karena kulit telah terbukti rentan terhadap saran hipnotik.
Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan
farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan
lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan Clomiperamine. Namun bila pasien
dengan respon buruk dengan SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide
(Orap), suatu antagonis reseptor dopamine. SSRI berperan sebagai antidepresan yang
akan meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak dengan cara menghambat
reuptake serotonin oada membran presinaptik.
8

Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topikal dan
hydroxinehydrochloride, suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin, antidepresan, obat
serotonergik dan antipsikotik.
4

Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan perbaikan
dermatologis.

Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox),
sertraline (Zoloft) dan venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati
trikotilomania, kleptomania dan judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine,
(Zyprexa) juga telah menunjukkan efektivitas dalam mengobati trikotilomania.
7

Selain itu, ada beberapa teknik perawatan yang terbukti ampuh. Perawatan
dengan terapi perilaku pada banyak kasus bisa mengenali dorongan mencabut rambut
sebelum nantinya dorongan tersebut sangat susah dilawan. Penderita bisa belajar
untuk melawan dorongan tersebut seperti mengupayakan agar tangan selalu sibuk
dengan aktivitas (meremas-remas, merajut sambil menonton televise dan sebagainya)
pada saat dorongan untuk menarik rambut semakin kuat. Dengan demikian dorongan
tersebut semakin melemah dan tidak tertutup kemungkinan hilang sama sekali
(Videbeck, 2008).
14

2.10 PROGNOSIS
Trikotilomania merupakan penyakit kronik. Terapi farmakologi maupun
pendekatan psikoterapi sampai saat ini belum menunjukkan bukti yang nyata,
meskipun beberapa diantaranya menunjukkan perbaikan.
3
Onset rata-rata munculnya trikotillomania adalah pada masa remaja awal dan
sering ditemukan pada usia sebelum 17 tahun namun onset pada usia lebih lanjut pun
dapat terjadi. Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan baik, bentuk kronis
maupun remiten sama-sama dapat terjadi.
Pada onset dini (kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh,
dan lebih berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut (setelah
usia 13 tahun) dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya kekronisan
dan prognosis yang lebih buruk daripada onset dini.
Kurang lebih sepertiga orang yang datang untuk terapi melaporkan durasi
selama 1 tahun atau kurang, sedangkan pada beberapa kasus gangguan ini
berlangsung selama lebih dari dua dekade.














15

BAB III
KESIMPULAN

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai
dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulumata, ketiak,
pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa taulega
setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok
dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala/rambut lain atau kegiatan stereotipi
yang lain. Trikotilomania merupakan suatu penyakit kronis yang apabila dibiarkan
akan menimbulkan penurunan kualitas hidup yang serius terhadap pasien.
Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: prasekolah,
praremaja-dewasa muda, dewasa. Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan
gejala dan responterapi dimana pada pasien prasekolah dan dewasa memiliki
kebiasaan menarik rambut otomatis dan tanpa disadari serta memiliki respon yang
baik terhadap pengobatan konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki
kecendrungan menarik rambut sebagai bentuk dari fokus penderita terhadap
kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah
jenis rambut tertentu untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih,
yang kasar atau pun karena letaknya yang salah. Responterapi konservatif pada
pasien dewasa biasanya lebih buruk mengingat kebiasaan menarik rambut ini dapat
disertai gangguan psikis lain yang memerlukan tenaga spesialis dalam
menanganinya.
3

Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Therapy, CBT) menggabungkan
unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi kognitif meneliti
cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia yang
mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara tindakan
masyarakat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi mereka dengan
orang lain. Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT meneliti cara orang
agar dapat mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan
16

kehidupan mereka. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk
rileks, mengatasi stres, memerangi pikiran negatif dan mencegah perilaku merusak.
Perawatan dengan terapi perilaku pada banyak kasus bisa mengenali dorongan
mencabut rambut sebelum nantinya dorongan tersebut sangat susah dilawan.
Penderita bisa belajar untuk melawan dorongan tersebut seperti mengupayakan agar
tangan selalu sibuk dengan aktivitas (meremas-remas, merajut sambil menonton
televise dan sebagainya) pada saat dorongan untuk menarik rambut semakin kuat.
Dengan demikian dorongan tersebut semakin melemah dan tidak tertutup
kemungkinan hilang sama sekali.
Penggunaan farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering
digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan Clomiperamine.
Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline (Zoloft)
dan venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati trikotilomania,
kleptomania dan judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah
menunjukkan efektivitas dalam mengobati trikotilomania.













17

DAFTAR PUSTAKA

1. Chayavichitsilp P, Barrio V, Johnson B. Interdisciplinary Insight Management
of Trichotillomania. Practical Dermaology for Paediatric. 2010; 24-26.
2. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta :
PT. Nuh Jaya
3. Nejatisafa AA, Sharifi V. Cognitive Behavior Therapy for Trichotillomania:
Report of Case Resistant to Pharmacological Treatment. Iran J Psychiatry.
2006; 1: 42-44.
4. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. 2007. Kaplan & Sadocks
Synopsis Of Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth edition.
Lippincott Williams & Wilkins.
5. First, Michael B. Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And
Treatment of Mental Disorders. John Wiley & Sons, ISBN. 2010. 558.
6. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Text Revision (DSM
V-TR) Fifth Edition. American Psychiatric Association. 2013.
7. Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. 2008. Current
Diagnosis & Treatment in Psychology. Lange Medical Books / McGraw-Hill.
8. Flessner CA, Penzel F, Keuthen NJ. Current Treatment Practice for Children
and Adults With Trichotillomania: Consensus Among Experts. Cognitive and
Behavioral Practice. 2010; 17: 290-300.
9. Chamberlain SR, Menzies LA, Fineberg NA, del Campo N, Suckling John,
Craig K, et al. Grey Matter Abnormalities in Trichotillomania: Morphometric
Magnetic Resonance Imaging Study. The British Journal of Psychiatry. 2008;
193: 216-221.
10. Bloch MH, Lenderos-Weisenberger L, Dombrowski, Kemeldi B, Wegner R,
Nudel J, et al. Systematic Review: Pharmacological and Behavioral Treatment
in Trichotillomania. Biol Psychiatry. 2007; 1-8.

You might also like