You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia.
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) penyakit TBC merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok umur.
Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC
dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA positif.
Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang
terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat.
Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji
tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris.
Tuberkulosis primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena
kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat
timbul TBC ekstra thorakal yang sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan
cacat, Misal pada TBC Meningitis.
Diagnosis yang paling tepat untuk TBC adalah bila ditemukan basil TBC dari bahan
bahan seperti sputum, bilasan lambung, biopsy dan lain lain, tetapi hal ini pada anak sulit
didapat. Oleh karena itu, sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran
klinik, gambaran radiologis dan uji tuberkulosis.











2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa.

2.2. Epidemiologi
Organisasi kesehatan sedunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia
terinfeksi dengan M.tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, China, India,
Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami
stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan perpindahan tempat.
Sepuluh sampai dua puluh juta orang yang hidup di Amerika Serikat mengandung basil
tuberkel.
Frekuensi kasus tuberkulosis turun selama setengah abad pertama jauh sebelum
penemuan obat obat anti tuberkulosis sebagai akibat perbaikan kondisi kehidupan. Insidensi
di Amerika Serikat mulai naik pada tahun 1985. Kebanyakan orang di Negara maju tetap
beresiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk kelompok kelompok tertentu yang sangat
terbatas. Kota kota yang dengan populasi lebih besar dari 250.000 merupakan 18 %
populasi Amerika Serikat tetapi ada lebih dari 45 % kasus tuberkulosis. Pada setiap umur,
frekuensi tuberkulosis sangat lebih tinggi pada individu kulit berwarna. Genetik mungkin
memainkan peran kecil, tetapi faktor faktor lingkungan seperti status sosio ekonomi jelas
memainkan peran besar pada insiden.
Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki laki, tetapi ada sedikit
dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi tuberkulosis tertinggi pada orang
tua populasi kulit putih di Amerika Serikat; individu individu ini mendapat infeksi beberapa
dekade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit berwarna tuberculosis paling sering pada
orang dewasa muda dan anak anak umur kurang dari 5 tahun.
Kisaran umur 5 14 tahun sering disebut umur kesayangan karena pada semua
populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis yang terendah.



3

Di Amerika Serikat kebanyakan anak terinfeksi dengan M.tuberculosis di rumahnya
oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah tuberkulosis anak juga terjadi pada sekolah
sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat perawatan anak, rumah, gereja, bus
sekolah dan tim olahraga. Orang dewasa yang terinfeksi virus defisiensi imun manusia (HIV)
dengan tuberkulosis dapat menularkan M.tuberculosis ke anak, beberapa darinya berkembang
penyakit tuberkulosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah resiko berkembang
tuberkulosis sesudah infeksi.
Insidens tuberkulosis resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di Amerika
Serikat, sekitar 14 % isolate M.tuberculosis resisten terhadap sekurang kurangnya satu obat,
sementara 3 % resisten terhadap isoniazid maupun rifampicin. Namun di beberapa negara
frekuensi resisten obat bekisar dari 20 % sampai 50 %. Alasan utama terjadinya resisten obat
adalah kesetiaan penderita yang buruk pada pengobatan dan peresepan regimen obat yang
tidak adekuat oleh dokter.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang juga
dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan WHO dan Unicef di daerah Yogyakarta
0.6 % penduduk menderita tuberkulosis dengan basil tuberkulosis positif dalam dahaknya,
dengan perbedaan prevalensi antara di kota dengan di desa masing masing 0.5 0.85 % dan
0.3 0.4 %. Uji tuberkulin (uji Mantoux ) pada 50 % penduduk menunjukan hasil positif
dengan hasil terbanyak pada usia 15 tahun ke atas.
Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah eradikasi
malaria, merupakan penyakit nomor satu dan sebagai penyebab kematian nomor tiga.
2.3. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada 2 macam
mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe human ( berada dalam
bercak ludah dan droplet ) dan tipe bovin yang berada dalam susu sapi.
Agen tuberculosis, Mycobacterium tuberculosa, Mycobacterium bovis, dan
Mycobacterium africanum, merupakan anggota ordo Actinomycetes dan famili
Mycobacteriaceae. .Ciri ciri kuman berbentuk batang lengkung, gram positif lemah,
pleiomorfik, tidak bergerak, dengan ukuran panjang 1 4 m dan tebal 0.3 0.6 m, tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan ultra violet. Mereka
dapat tampak sendiri sendiri atau dalam kelompok pada spesimen klinis yang diwarnai atau
media biakan, tumbuh pada media sintetis yang mengandung gliserol sumber karbon dan
garam ammonium sebagai sumber nitrogen. Mikobakteria ini tumbuh paling baik pada suhu
4

37 41 C, menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi. Dinding sel kaya lipid
menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan komplemen.
Tanda semua mikobakteria adalah ketahanan asamnya, kapasitas membentuk
kompleks mikolat stabil dengan pewarnaan aril metan seperti kristal violet, karbol fuschin,
auramin dan rodamin. Bila diwarnai mereka melawan, perubahan warna dengan ethanol dan
hidroklorida atau asam lain. Sifatnya aerob obligat, hal ini menunjukan kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigen nya, dan sebagian besar kuman terdiri
dari asam lemak, sehingga membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan merupakan factor
penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Selain itu kuman
terdiri dari protein yang menyebabkan nekrosis jaringan.
Kuman dapat tahan hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan udara
kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Tetapi dalam cairan mati pada suhu 60 C dalam waktu 15 20 menit.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenangi karena banyak
mengandung lipid.

2.4. Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun
timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor resiko infeksi
dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit (resiko penyakit).
2.4.1. Resiko infeksi TB
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan
dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak membaik),
tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti perawatan lain) yang
banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi
jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau kavitas
pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta
terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi udara yang kurang
baik.
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di
sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam sekret
5

endobronkial pasien anak. Hal tersebut karena:
a. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi karena imunitas
anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah mampu menyebabkan sakit.
b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB primer biasanya
terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi produksi
sputum.
c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor batuk di daerah
parenkim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada TB anak.
2.4.2. Resiko sakit TB
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Berikut
ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi
sakit TB.
a. Usia
Anak berusia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur).
Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring dengan
pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami TB
diseminata (seperti TB milier dan meningitis TB). Pada bayi, rentang waktu antara
terjadinya infeksi dan timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya
timbul gejala yang akut.
a. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi
positif) dalam 1 tahun terakhir.
b. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang, pengangguran,
pendidikan yang rendah.
c. Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromais (misalnya pada infeksi HIV, keganasan,
transplantasi organ dan pengobatan imunosupresi).
d. Virulensi dari M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.

2.5. Patogenesis dan Perjalanan Alamiah
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
yang sangat kecil, kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup setelah melewati barier
mukosa basil TB akan mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis
spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada
6

individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan
memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman
TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag, dan
akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat
tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer).
Melalui saluran limfe kuman akan menyebar menuju kelenjar limfe regional, yaitu
kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe
(limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di bawah atau tengah, kelenjar limfe
yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahiler, sedangkan jika fokus primer terletak di
apeks paru, yang akan terlibat adalah kelnjar para trakeal. Gabungan antara fokus primer,
limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer.
Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya komplek primer
secara lengkap) bervariasi antara 4-8 minggu. Pada saat terbentuknya komplek primer inilah,
infeksi TB primer terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yaitu timbulnya respon positif terhadap uji tuberkulin.
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru dapat mengalami
salah satu hal sebagai berikut, mengalami resolusi secara sempurna, atau membentuk fibrosis
atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe
regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya
tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.
Komplek primer dapat juga mengalami komplikasi yang disebabkan oleh fokus di
paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis dan pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis pengkejuan yang berat, bagian tengah
lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
(kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat awal
infeksi akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus dapat
terganggu yaitu obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal yang akan
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Dapat juga terjadi obstruksi total yang
menyebabkan atelektasis.
Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi penyebaran
secara hematogen dan limfogen. Pada penyebaran limfogen kuman menyebar ke kelenjar
limfe regional membentuk komplek primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman
7

TB masuk kedalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh dan disebut penyakit
sistemik. Penyebaran hematogen sering tersamar (occult hematogenic spread) sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh
tubuh dan biasanya yang dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik terutama
apek paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut kuman TB akan bereplikasi dan
membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi
pertumbuhannya, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman dan bisa terjadi reaktivasi jika
daya tahan tubuh pejamu turun.
Bagan patogenesis tuberkulosis.



8

Catatan:
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic
spread). Kuman TB kemudian membuat focus koloni di berbagai organ dengan
vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer, lirntangitis, dan limladenitis regional.
3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran hematogen,
terbentuknya kompleks primer dan imunitas selular spesifik, hingga pasien
mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer.
4 Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pascaprimer karena mekanismenya bisa melalui
proses reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau reinfeksi (infeksi sekunder dan
seterusnya) oleh kuman TB dari luar (eksogen).

2.6. Diagnosis
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan menemukan M.TB pada pemeriksaan sputum
atau bilasan lambung, cairan cerebrospinal, cairan pleura atau pada biopsi jaringan. Jumlah
kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa karena lokasi
kerusakan jaringan TB paru primer terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian
perifer. Selain itu tingkat kerusakan parenkim paru tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA
baru dapat dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml
dahak.
Kesulitan kedua, pengambilan spesimen/sputum sulit dilakukan. Pada anak, walaupun
batuknya berdahak, biasanya dahak akan ditelan sehingga diperlukan bilasan lambung yang
diambil melalui NGT. Dahak yang representatif untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis
adalah dahak yang kental dan purulen, berwarna hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml.
Karena alasan di atas, diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan
radiologis yang keduanya seringkali tidak spesifik. Kadang-kadang TB anak ditemukan
karena adanya TB dewasa di sekitarnya. Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin positif, dan foto paru yang
mengarah pada TB (sugestif TB) merupakan bukti kuat yang menyatakan anak telah sakit TB.
Selain itu, manifestasi klinis TB sangat bervariasi tergantung padaa beberapa faktor
yaitu jumlah kuman, virulensi kuman dan daya tahan tubuh host. Manifestasi klinis TB dibagi
2 yaitu manifestasi klinis dan manifestasi spesifik organ. Yang termasuk manifestasi klinis
antara lain; 1) deman lebih dari 2 minggu dengan penyebab yang tidak jelas yang dapat
disertai keringat malam hari, 2) nafsu makan tidak ada (anoreksia) yang dapat disertai
9

penurunan berat badan, 3) batuk lama lebih dari 3 minggu, 4) malaise dan 5) diare persisten
yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare. Sedangkan yang termasuk manifestasi
spesifik organ antara lain; 1) TB kelenjar superfisial yang paling banyak mengenai kelenjar
kolli, 2) Tuberkulosis otak dan saraf (menigitis Tb dan tuberkuloma), 3) tuberkulosis skeletal
(spondilitis, gonisitis), 4) tuberkulosis kulit (skrodulodermal).
Kesulitan dalam mendiagnosis TB anak karena gejalanya tidak khas, dibuatlah sistem
skoring yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pembobotan
tertinggi ada pada uji tuberkulin dan adanya kontak TB dengan BTA positif, karena
berdasarkan penelitian akan menularkan sekitar 65% orang di sekitarnya.
Berikut tabel sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak
jelas
- Laporan
keluarga, BTA
(-), tidak
tahu/tidak jelas
BTA (+)
Uji tuberkulin Negatif - - Positif (10
mm, atau 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan/keadaan gizi - BB/TB <90%
atau BB/U
<80%
Klinis gizi
buruk BB/TB
<70% atau
BB/U < 60%
-
Demam tanpa sebab yang
jelas
- 2 minggu - -
Batuk - 3 minggu - -
Pembesaran kelenjar limfe
koli, aksila, inguinal
- 1 cm,
jumlah >1,
tidak nyeri
- -
Pembengkakan tulang/sendi
panggul, lutut, falang
- Ada
pembengkaka
n
- -
Foto rontgen toraks Normal/
Tidak jelas
Kesan TB - -
Keterangan : anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6, ( skor maksimal 13).
10

2.7. Pemeriksaan Penunjang
2.7.1. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik yang kuat.
Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB (telah ada
kompleks primer dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas selular terhadap TB), maka
akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena vasodilatasi
lokal, edema, endapan fibrin dan terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan.
Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat menentukan tingkat aktivitas dan
beratnya proses penyakit.
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-232TU
atau PPD S 5TU, secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48
72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan
hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi
indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur dengan alat
pengukur transparan, dan hasilnya dinyatakan dalani milimeter. Jika tidak timbul indurasi
sama sekali, hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm, jangan hanya dilaporkan sebagai negative.
Secara umum, hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi > 10 mm dinyatakan positif
tanpa menghiraukan penyebabnya.
Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 1015 mm dinyatakan
uji tuberkulin positif, kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin
disebabkan oleh BCGnya. Akan tetapi, bila ukuran indurasi >15 mm, hasil positif ini sangat
mungkin karena infeksi TB alamiah. Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun
(imunokompromais), maka cut off-point hasil positif yang digunakan adalah 5 mm.
Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada tiga keadaan sebagai berikut:
1. Infeksi TB alamiah
a. infeksi TB tanpa sakit TB (infeksi TB laten)
b. infeksi TB dan sakit TB
c. TB yang telah sembuh.
2. lmunisasi BCG (infeksi TB buatan).
3. Infeksi mikobakterium atipik.

Uji tuberkulin negatif dapat dijumpai pada tiga keadaan berikut:
1. Tidak ada infeksi TB.
2. Dalam masa inkubasi infeksi TB.
11

3. Alergi.


2.7.2. Radiologi
Gambaran foto toraks pada TB tidak khas; kelainan-kelainan radiologis pada TB dapat juga
dijumpai pada penyakit lain. Sebaliknya, foto toraks yang normal (tidak terdetek secara
radiologis) tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang
lain mendukung. Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah : pembesaran
kelenjar hilus dengan/tanpa infiltrate, konsolidasi segmental, milier, kalsifikasi dengan
infiltrate, atelektasis, infiltrate, efusi pleura, tuberkuloma.

2.7.3. Mikrobiologi
Diagnosis pasti TB ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan mikrobiologi.
pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari dua macam: pemeriksaan mikrobiologi
apusan langsung untuk BTA dan pemeriksaan biakan kuman M. tubercuosis

2.8. Tatalaksana TB Paru Pada Anak
Beberapa hal penting dalam penatalaksanaan TB anak adalah:
Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan dalam monoterapi
Pemberian gizi yang kuat
Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan.
Paduan Obat Terapi TB Anak
Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu
relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan
pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan (4 bulan kecuali pada TB berat). Pemberian
paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh
kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk
membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan. OAT
diberikan setiap hari dengan paduan obat yaitu rifampisin, isoniazid dan pirazinamid. Pada
fase intensif diberikan rifampisin 10 mg/kgBB/hari, isoniazid 10 mg/kgBB/hari dan
pirazinamid 15 mg/kgBB/hari, pada dewasa rimfapisin 450-600 mg, isoniazid 300 mg,
pirazinamid 1,2-2 gram dan etambutol 25 mg/kgBB. Sedangkan pada fase lanjutan diberikan
rifampisin 10 mg/kgBB/hari dan isoniazid 10 mg/kgBB/hari, pada dewasa rimfapisin 450-
600 mg dan isoniazid 300 mg. Untuk kasus TB tertentu yaitu : TB milier, efusi pleura TB,
12

perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid
adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan taffering off dalam jangka waktu yang
sama. Tujuan pemberian steroid adalah untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah
terjadinya perlekatan jaringan.
Berikut tabel dosis OAT yang biasa digunakan.
Nama obat Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis
maksimal
(mg/hari)
Efek samping
Isoniazid 5-15 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan
tubuh berwarna oranye kemerahan.
Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hepar, artralgia,
gastrointestinal
Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastriintestinal
Streptomisin 15-40 1000 Ototoksisk, nefrotoksik

2.9. Pencegahan
2.9.1. Vaksin BCG
Pemberian BCG meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6 8 minggu setelah pemberian BCG.
Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi
meskipun biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat.
Vaksin ini mengandung basil TBC sapi yang telah dihilangkan virulensinya
setelah dibiakkan di laboratorium selama bertahun tahun. Vaksinasi meninggalkan
tanda bekas luka yang nyata, biasanya di lengan bawah dan memberikan kekebalan
selama 3 6 tahun terhadap infeksi primer dan efektif untuk rata rata 70 % bayi
yang diimunisasi.
13

Efektivitas vaksin BCG adalah controversial, walaupun suah digunakan lebih
dari 50 tahun di seluruh dunia. Hasilnya sangat bervariasi, beberapa penelitian baru
telah memperlihatkan perlindungan terhadap lepra, tetapi sama sekali tidak terhadap
TBC. Vaksin BCG diberikan intradermal 0.1 mL bagi anak anak dan orang dewasa,
bayi 0.05 mL.4
Sekarang pemberian BCG dianjurkan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin karena cara ini dapat menghemat biaya dan mencakup lebih banyak anak.
2.9.2. Chemoprofilaksis
Profilaksis TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer) atau
anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder). Obat dan dosis yang
digunakan sama yaitu INH 5-10 mg/kgBB/hari. Profilaksis primer diberikan selama
kontak masih ada, minimal 3 bulan. Pada akhir 3 bulan dilakukan uji tuberkulin ulang.
Jika hasilnya negatif, dan kontak tidak ada, profilaksis dihentikan. Jika positif,
dievaluasi apakah terinfeksi atau sudah sakit Tb. Jika hanya infeksi dilanjutkan
sebagai profilaksis sekunder selama 6-12 bulan yang merupakan waktu risiko
tertinggi terjadinya sakit TB pada pasien yang baru terinfeksi TB.

2.10. Prognosa
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama setelah mendapat
infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosa dini,
pengobatan adekuat, kepatuhan minum obat, dan adanya infeksi lain seperti morbilli,
pertusis, diare yang berulang dan lain lain.













14

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosa . Dengan manifestasi klinis yang berlainan antara lain; demam, malese,
keringat malam, anoreksia, batuk, dan juga penurunan berat badan. Selain itu ditemukan
adanya kontak dengan penderita TBC

Untuk penegakkan diagnosis dapat dilakukan :
o Pemeriksaan Radiologis
o Pemeriksaan mikrobiologi
o Uji tuberkulin
Diagnosa pasti apabila ditemukan adanya BTA dalam media biakan.

Penatalaksanaan :
o Diberikan Rifampicin, INH, Pirazinamide setiap hari selama 2 bulan pada fase
awal.
o Dilajutkan Rifampicin, INH setiap hari selama 4 bulan pada fase lanjutan.

Infeksi tuberculosa dapat dicegah dengan cara :
o Vaksinasi BCG
o Kemoprofilaksis dengan pemberian INH selama 1 tahun

Prognosa penyakit ini menjadi lebih baik sejak ditemukannya obat anti tuberkulosis,
kecuali pada tuberkulosis resisten obat dan pada tuberkulosis dengan penyulit atau
komplikasi yang lainnya.
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi, Antonius H et al : Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jilid 1, pdf, Jakarta; 2009.
2. Putra, Sulaimi : Tuberkulosa Pada Anak, pdf, Surabaya; Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya 2006.
3. Rahman, Fadhlur : Tuberkulosis Paru, Mataram; Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram 2010.
4. http://www.informasiobat.com/dextrose
5. http://www.hexpharmjaya.com/page/Rifampicin.aspx
6. http://healthcare-pharmacist.blogspot.com/2011/10/obat-anti-tuberkulosis.html
7. http://www.hexpharmjaya.com/page/Ranitidine.aspx
8. http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/dexamethasone.html#axzz2hn5F42S9
9. http://mutiarakatacinta.blogspot.com/2013/03/novalgin-tablet-sirup-drops-
metamizole.html
10. http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php?page=shop.product_details&flypage=fl
ypage-ask.tpl&product_id=948&category_id=2&option=com_virtuemart&Itemid=98
11. http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/140
12. http://www.apotikantar.com/lasix_injeksi_20_mg2_ml

You might also like

  • 03 Keamanan Vaksin MR
    03 Keamanan Vaksin MR
    Document52 pages
    03 Keamanan Vaksin MR
    Dwi Indah Nurvitasari
    No ratings yet
  • Panji Pancasila
    Panji Pancasila
    Document3 pages
    Panji Pancasila
    Davied Casiedie
    No ratings yet
  • Ndut Crewet Dan Jelek
    Ndut Crewet Dan Jelek
    Document1 page
    Ndut Crewet Dan Jelek
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Seminar
    Seminar
    Document2 pages
    Seminar
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Malboro
    Malboro
    Document1 page
    Malboro
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • SLIDE SH Ian 2
    SLIDE SH Ian 2
    Document46 pages
    SLIDE SH Ian 2
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • INVERSIO UTERI
    INVERSIO UTERI
    Document22 pages
    INVERSIO UTERI
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Inserting
    Inserting
    Document1 page
    Inserting
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Homing
    Homing
    Document1 page
    Homing
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • INVERSIO UTERI
    INVERSIO UTERI
    Document22 pages
    INVERSIO UTERI
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • BPH
    BPH
    Document20 pages
    BPH
    Sigit Aryanto
    No ratings yet
  • Tutwuri
    Tutwuri
    Document1 page
    Tutwuri
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Presbiopi
    Presbiopi
    Document19 pages
    Presbiopi
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Daftar Isi SH Ian
    Daftar Isi SH Ian
    Document2 pages
    Daftar Isi SH Ian
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • SMF Ilmu Penyakit Dalam Rsu
    SMF Ilmu Penyakit Dalam Rsu
    Document1 page
    SMF Ilmu Penyakit Dalam Rsu
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Keratitis
    Keratitis
    Document19 pages
    Keratitis
    Iki Irwanto
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Keratitis Jadi
    Keratitis Jadi
    Document23 pages
    Keratitis Jadi
    fentisellikurnia
    No ratings yet
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document2 pages
    Daftar Isi
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Kata Pengantar Psmba
    Kata Pengantar Psmba
    Document2 pages
    Kata Pengantar Psmba
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Paper GBS
    Paper GBS
    Document16 pages
    Paper GBS
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • PSMBA
    PSMBA
    Document41 pages
    PSMBA
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka Epilepsi
    Daftar Pustaka Epilepsi
    Document1 page
    Daftar Pustaka Epilepsi
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • SMF Ilmu Penyakit Dalam Rsu
    SMF Ilmu Penyakit Dalam Rsu
    Document1 page
    SMF Ilmu Penyakit Dalam Rsu
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Absensi 1
    Absensi 1
    Document2 pages
    Absensi 1
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document2 pages
    Kata Pengantar
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Cover Otogenik Meningitis
    Cover Otogenik Meningitis
    Document1 page
    Cover Otogenik Meningitis
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Jdwal Obgyn 2-7 Juni 2014
    Jdwal Obgyn 2-7 Juni 2014
    Document2 pages
    Jdwal Obgyn 2-7 Juni 2014
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Presbiopi
    Presbiopi
    Document19 pages
    Presbiopi
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet
  • Lapkas TB Paru Anak
    Lapkas TB Paru Anak
    Document15 pages
    Lapkas TB Paru Anak
    Muhammad Luthfi Adrianz
    No ratings yet