1. PENDAHULUAN Dalam menafsirkan al-Quran, seorang mufassir dituntut menguasai beberapa cabang ilmu sesuai kaidah tafsir yang disepakati oleh ahli ilmu slam. Seseorang tidak punya kewenangan untuk menafsirkan kalamullah jika tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menjadi seorang mufassir. Metodologi tafsir yang digunakan pun harus sesuai tuntunan Rasulullah SAW, para sahabat, tabiin, serta para ulama yang mumpuni. Dengan kata lain, mereka lah rujukan utama kita. lmu pertama yang lahir di kalangan umat slam adalah lmu Tafsir. a menjadi mungkin (possible) dan menjadi kenyataan karena sifat ilmiah struktur Bahasa Arab. Tafsir "benar-benar tidak identik dengan hermeneutika Yunani, ataupun hermeneutika Kristen, dan juga tidak sama dengan ilmu interpretasi kitab suci dari kultur dan agama lain.[1] lmu tafsir al-Quran adalah penting karena ia benar-benar merupakan ilmu asas yang di atasnya dibangun keseluruhan struktur, tujuan, pengertian pandangan dan kebudayaan agama slam. tulah sebabnya mengapa al-Thabari (wafat 923 M) menganggapnya sebagai yang terpenting dibanding dengan seluruh pengetahuan dan ilmu.[2] ni adalah ilmu yang mengupas hal ihwal kitab suci al-Quran dari segi sejarah turunnya, sanadnya, adab/cara membacanya, lafadz-lafadznya, arti- artinya, yang berhubungan dengan hukum-hukumnya dan hikmah hikmahnya.[3] Namun, akhir-akhir ini, kita umat slam dikejutkan oleh berbagai serangan arus pemikiran liberal, baik yang dilakukan oleh orientalis maupun orang-orang slam yang terpengaruh pemikiran Barat. Dalam ilmu tafsir, dimunculkanlah hermeneutika. lmu yang mula-mula diterapkan dalam menafsirkan Bible ini, dipaksakan untuk dapat diterapkan dalam menafsirkan berbagai kitab suci, terutama al-Quran. Dalam sebuah hadits shahih dinyatakan : - - ~ = -' ~, - ~ = . ~ = ' --' ---" :. ' -~ ~ ' ' - ~ , - ~ ,, - ~ - '= ' ~ - _-= ._, ' ' = ~ = = - - - ~ - -- :'- . . ~ '-" ~ + -' ,-' , '- -' ~ " :. ' . -') ,'=-' (~~ Artinya: Abi Said Al-Khudri r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, seengkal demi seengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga meskipun mereka beralan masuk ke dalam lubang bia!ak, nis"a#a kalian akan mengikuktin#a.$ %alu kami bertan#a, Wahai Rasulullah, Apakah mereka itu adalah &ahudi dan 'asrani( )eliau bersabda, Siapa lagi(*$[4] Mereka yang kurang peka atau tidak jeli cenderung memandang enteng persoalan ini. Atau bahkan menganggapnya bukan persoalan sama sekali. Alasannya, ilmu itu netral. Namun, apakah benar demikian? Kecuali wahyu yang berasal dari Allah, boleh dikata semua produk pemikiran manusia pada hakekatnya tidaklah netral dalam arti bebas dari kepentingan para perumusnya dan anggapan yang menyertainya. Hanya mereka yang naf menganggap ilmu pengetahuan itu bebas nilai. Aneka ragam ideolog# dan produk pemikiran sesungguhnya sarat dengan berbagai perandaian terpendam (ta"it assumptions) dan kepentingan terselubung(hidden interests).[5]Tiga puluh lima tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 193, Syed Muhammad Nauib Al-Attas mengingatkan umat slam mengenai ilmu pengetahuan yang sesugguhnya tidak bebas nilai dalam Risalah : Kita harus mengetahui dan men#adari bah!a sebenarn#a ilmu pengetahuan tidak bersifat netral+ bah!a setiap kebuda#aan memiliki pemahaman #ang berbeda-beda mengenain#a meskipun diantaran#a terdapat beberapa persamaan. Antara ,slam dan kebuda#aan )arat terbentang pemahaman #ang berbeda mengenai ilmu, dan perbedaan itu begitu mendalam sehingga tidak bisa dipertemukan.[6] Makalah ini mencoba menjawab masalah sebagai berikut : Apa pengertian atau definisi hermeneutika, Bagaimana sejarah perkembangan hermeneutika, Apa perbedaan tafsir dengan hermeneutika, Apa saja macam-macam tafsir al-Quran, Apa saja yang termasuk sumber-sumber tafsir al-Quran, Apa saja sebab-sebab terjadinya kekeliruan tafsir al-Quran, Bagaimana tanggapan hermeneutika dalam Pemikiran slam dan Bagaimana sikap kita (sebagai umat Muslim) Terhadap Hermeneutikan.
1. PEMBAHASAN 2. Pengertian Hermeneutika Secara etimologis, Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein$, yang berarti mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata. Kata kerja itu juga berarti "menerjemahkan dan juga bertindak sebagai "penafsir. Dan menurut Mudjia, Hermeneutika adalah upaya peralihan dari sesuatu yang gelap ke sesuatu yang terang.[] Hermeneutika juga sering didefinisikan sebagai: 1. Teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical eegesis). 2. Hermeneutika sebagai metodologi filologi umum (general philological methodology). 3. Hermeneutika sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa (science of all linguistic understanding). 4. Hermeneutika sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of eisteswissenschaften). . Hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi (phenomenology of eistence dan of eistential understanding). 6. Hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of interpretation). Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara kolektif maupun secara personal, untuk memahami makna yang terkandung dalam mitos-mitos ataupun simbol-simbol.[] Dari keeman pengertian di atas, yang paling banyak dipahami oleh banyak orang, adalah hermeneutika sebagai prinsip-prinsip penafsiran kitab suci (prin"iples of bibli"al interpretation). Ada pembenaran yang bersifat historis terhadap pemahaman ini, karena kata hermeneutika pada era modern memang digunakan untuk mengisi kebutuhan akan panduan dalam penafsiran Kitab Suci. Akan tetapi, hermeneutika bukanlah isi penafsiran, melainkan metodenya. Perbedaan antara penafsiran aktual (e-egesis) dan aturan-aturan, metode-metode, dan teori yang mengaturnya (hermeneutika) sudah sejak lama disadari, baik didalam refleksi teologis maupun refleksi-refleksi non teologis.
1. Sejarah Perkembangan Hermeneutika Hermeneutika, yang dalam bahasa nggrisnya adalah hermeneuti"s, berasal dari kata Yunani hermeneune danhermeneia yang masing-masing berarti "menafsirkan dan "penafsiran.[9] stilah hermeneutika pertama kali ditemui dalam karya Plato (429-34 SM), .olitikos, /pinomis, 0efinitione, dan 1imeus. Lebih dari itu, sebagai sebuah terminologi, hermeneutika juga bermuatan pandangan hidup (!orld2ie!) dari para penggagasnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa hermeneutika tidak bebas nilai. stilah ini bukan merupakan sebuah istilah yang netral.[1] Semula hermenutika berkembang di kalangan gereja dan dikenal sebagai gerakan eksegesis (penafsiran teks-teks agama) dan kemudian berkembang menjadi "filsafat penafsiran kehidupan sosial. [11] Kemunculan hermeneutika dipicu oleh persoalan-persoalan yang terjadi dalam penafsiran Bible. Awalnya bermula saat para reformis menolak otoritas penafsiran Bible yang berada dalam genggaman gereja. Menurut Martin Luther (143-14 M), bukan gereja dan bukan Paus yang dapat menentukan makna kitab suci, tetapi kitab suci sendiri yang menjadi satu-satunya sumber final bagi kaum Kristen. Menurut Martin Luther , Bible harus menjadi penafsir bagi Bible itu sendiri. Dia menyatakan, "1his means that 3S"ripture4 itself b# itself is the most une5ui2o"al, the most a""essible 3fa"ilima4, the most testing, udging, and illuminating all things,6$[12]Pernyataan tegas Martin Luther yang menggugat otoritas gereja dalam memonopoli penafsiran Bible, berkembang luas dan menjadi sebuah prinsip Sola S"riptura (cukup kitab suci saja, tak perlu tradisi).[13]Berdasarkan prinsip Sola S"riptura, dibangunlah metode penafsiran bernama hermeneutika. Seorang Protestan, .D.E. Schleiermacher-lah yang bertanggung jawab membawa hermeneutika dari ruangbibli"al studies (biblis"he 7ermeneutik) atau teknik interpretasi kitab suci ke ruang lingkup filsafat (hermenutika umum), sehingga apa saja yang berbentuk teks bisa menjadi objek hermeneutika.[14] Bagi Schleiermacher, tidak ada perbedaan antara tradisi hermeneutika filologis yang berkutat dengan teks- teks dari Yunani-Romawi dan hermeneutika teologis yang berkutat dengan teks-teks kitab suci.[1] Oleh karena transformasi yang dilakukan olehnya, maka Schleiermacher dianggap sebagai bapak hermeneutika modern (the father of modern hermeneuti"s). Schleiermacher bukan hanya meneruskan usaha para pendahulunya semisal Semler dan Ernesti yang berupaya "membebaskan tafsir dari dogma.[1] Lebih dari itu, ia juga mengajukan perlunya melakukan desakralisasi teks. Dalam perspektif hermeneutika umum ini, "semua teks harus diperlakukan sama, "tidak ada yang perlu diistimewakan, tak peduli apakah itu kitab suci (Bible) ataupun teks hasil karangan manusia biasa.[1] Hermeneutika bukan sekedar tafsir, melainkan satu "metode tafsir tersendiri atau satu filsafat tentang penafsiran, yang bisa sangat berbeda dengan metode tafsir Al-Quran. Di kalangan Kristen, saat ini, penggunaan hermeneutika dalam interpretasi Bible sudah sangat lazim, meskipun juga menimbulkan perdebatan. Dari definisi di atas jelas, bahwa penggunaan hermeneutika dalam penafsiran Al-Quran memang tidak terlepas dari tradisi Kristen. elakanya, tradisi ini digunakan oleh para hermeneut (pengaplikasi hermeneutika untuk Al-Quran) untuk melakukan dekonstruksi[1] terhadap al-Quran dan metode penafsirannya.
1. Perbedaan Tafsir dengan Hermeneutika Al-Quran sebabagi sebuah kitab suci dan pedoman hidup kaum Muslimin telah, sedang dan akan selalu ditafsirkan. Karena itu, dalam pandangan kaum Muslimin tafsir al-Quran adalah istilah yang sangat mapan. Bagaimanapun, akhir-akhir ini istilah hermeneutika al-Quran (Quranic hermeneutics) sering digemakan oleh para orientalis dan para pemikir Muslimin modernis seperti Hassan Hanafi, azlur Rahman, Mohamed Arkoun, Nasr Hamid Abu ayd, Amina Wadud Muhsin, Ashgar Ali Engineer, arid Esack dan lain-lain. Padahal istilah hermeneutika, adalah kosa kata filsafat Barat, yang juga sangat terkait dengan interpretasi Bibel. Karena itu tafsir "benar-benar tidak identik dengan hermeneutika Yunani, juga tidak identik dengan hermeneutika Kristen, dan tidak juga sama dengan ilmu interpretasi kitab suci dari kultur dan agama lain. [19]Dengan melihat beberapa perbedaan sebagai berikut: No. Tafsir 1. Memiliki konsep yang jelas, berurat serta berakar di dalam Islam Dibangun atas faham relatifisme 2. Para mufassir yang tekemuka sepanjang masa tetap memiliki kesepakatan kesepakatan. Menggiring kepada gagasan bah!a segala penafsiran al"ur#an itu relati$e %. Merujuk kepada ilmu yang dengannya pemahaman terhadadap &itab 'llah yang diturunkan kepada (asulullah sa!, penjelasan mengenai maknamakna &itab 'llah dan penarikan hukumhukum beserta hikmahnya diketahui Diasosiasikan kepada )ermes, seorang utusan de!a dalam mitologi *unani &uno yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan De!ata yang masih samarsamar ke dalam bahasa yang dipahami manusia +. ,umber epistimologi adalah !ahyu al"ur#an. ,umber epistemologis dari akal sematamata yang memuat -ann .dugaan/, shakk .keraguan/, mira .asumsi/, 0. ,ejarah tafsir yang sudah begitu mapan di dalam Islam Mun1ul didalam konteks peradaban barat, yang didominasi oleh konsep ilmu yang skeptik atau spekulasi akal 2. Ilmu pendukung dalam menafsirkan al"ur#an sudah ada dan mapan Tidak ada ilmu pendukung hermeneutika. Disamping perbedaan di atas, masih ada beberapa hal yang menjadikan tafsir al-Quran tidak sama dengan hermeneutika al-Quran. Atau dengan kata lain sejarah perkembangan tafsir al-Quran berbeda dengan sejarah perkembangan hermeneutika biebel. Yaitu antara lain: Teks al-Quran, sejak diwahyukan kepada Nabi Muhammad sampai sekarang tidak ada masalah, yakni tetap dalam bahasa Arab. Berbeda dengan Bible berbahasa Hebrew (atau materi-materi yang membentuk Perjanjian Lama), menurut para cendekiawan mereka, tidaklah dibangun sepenuhnya atas dasar ilmiah historis yang menunjukkan keasliannya, tapi berdasarkan pada keimanan belaka, dan jika ada kesalahan yang seperti itu ia dapat dikoreksi hanya dengan pembetulan spekulatif (yang bahayanya). Kitab Perjanjian Baru juga mempunyai masalah yang sama dengan Bible Hebrew. Kitab-kitab ini, khususnya gospel, ditulis setelah zaman Yesus dalam bahasa Yunani (bukan bahasa Armaic, yang merupakan bahasa asli Yesus yang historis). Lagi pula, hal ini diakui oleh pihak yang berwenang dan terkenal dalam Kristen bahwa tujuan penulis-penulis gospel tidak untuk menulis sejarah yang obyektif tapi untuk tujuan-tujuan penyebaran agama Nasrani (eangelisme), yang sebahagiannya mengakibatkan kepada penafsiran-penafsiran allegoris yang berlebihan. Diakui pula bahwa salinan-salinan literatur Bible selanjutnya mengalami penyuntingan-penyuntingan reguler agar sesuai dengan kebutuhan dan zaman yang berubah. Disini jelas bahwa pengetahuan tentang pengertian-pengertian yang orisinil dalam kitab-kitab suci Yahudi dan Kristen tidak dapat diperoleh, dan pada gilirannya akan memberikan jalan bagi suatu perkembangan yang oleh ray disebut dengan "metode yang tidak sehat dalam penafsiran. Disamping itu ada metode dogmatis yang berusaha untuk menghukumi dan mengealuasi semua interpretasi kitab suci menurut tradisi-tradisi gereja yang diberi otoritas dengan mudah tanpa cacat.
1. Macam-Macam Tafsir Al-Quran Secara umum tafsir dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Tafsir bi al-matsur, tafsir bi al-royi dan tafsir bi al-syari. Dibawah ini kita jelaskan ada dua macam tafsir ini beserta hukumnya: 1. Tafsir bi al-Matsur Dinamai dengan nama ini (dari kata atsar yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan)[21] karena dalam melakukan penafsiran seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya terus sampai kepada Nabi SAW. Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yangshahih yaitu menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, Al-Quran dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi8in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat. [22] Tafsir-tafsir bi al-matsur yang terkenal antara lain: Tafsir bnu arir, Tafsir Abu Laits As Samarkandy, Tafsir Ad Dararul Matsur fit Tafsiri bil Matsur (karya alaluddin As Sayuthi), Tafsir bnu Katsir, Tafsir Al Baghawy danTafsir Bay ibn Makhlad, Asbabun Nuzul (karya Al Wahidy) dan An Nasikh wal Mansukh (karya Abu afar An Nahhas). 1. Tafsir bi ar-Rayi Tafsir bir Royiadalah tafsir yang berlandaskan pemahaman pribadi penafsir, dan istimbatnya dengan akal semata. Hal ini didasarkan pada perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar peranan itihaddibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu iraah, ilmu-ilmu Al-Quran, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Beberapa tafsir bir rayi yang terkenal antara lain: Tafsir Al alalain (karya alaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh alaluddin Abdur Rahman As Sayuthi),Tafsir Al Baidhawi, Tafsir Al akhrur Razy, Tafsir Abu Suud, Tafsir An Nasafy, Tafsir Al Khatib, Tafsir Al Khazin 1. Tafsir bi syari Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. syarat-isyarat suci yang terdapat di balik ungkapan- ungkapan Al-Quran inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan yang dibawa ayat-ayat. tulah yang biasa disebut tafsir syari. [23]
1. Sumber-Sumber Tafsir al-Quran Sumber penafsiran di era formatif dalam penafsiran al-Quran antara lan : Al-Quran, hadits, iroat, pendapat para sahabat, cerita srailiyat dan syair-syair ahiliyah. 1. Tafsir al-Quran dengan al-Quran Yaitu menafsirkan ayat al-Quran yang punya hubungan dengan pernyataan ayat lain yang sedang dibahas. Misalnya: ygrt (YtBu (rr& S)9/ 4 M=m& N3s9 pySku OyR{ zw) tB 4n= N3n=t uZ j?t S9 NRr&ur Pm 3 b) N3ts| tB 7ai orang-orang #ang beriman, penuhilah a5ad-a5ad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, ke"uali #ang akan diba"akan kepadamu. (#ang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerakan hai. Sesungguhn#a Allah menetapkan hukum-hukum menurut #ang dikehendaki- '#a$. (9.S. al-:aidah (;) : <) Pengertian N3n=t 4n=tBzw) (ke"uali #ang akan diba"akan kepadamu) ditafsirkan dengan: . MtBhm N3n=t ptSy9 Pur Ntm:ur "Y: tBur @d& Zt9 m/ ps)y,9ur osCy9ur ptjSuZt9ur pys9ur tBur Y@.r& 9 zw) tB LS.sC tBur y/C n?t =9 br&ur ()ts? Os9{/ 4 N39sC , 3 tPu9 }t t (r. `B N3S Ys NdtrB btzur 4 ..
0iharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging he!an) #ang disembelih atas nama selain Allah, #ang ter"ekik, #ang terpukul, #ang atuh, #ang ditanduk, dan diterkam binatang buas, ke"uali #ang sempat kamu men#embelihn#a, dan (diharamkan bagimu) #ang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan uga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. 6.$ (9.S. Al-:aidah (;) : =) 1. Tafsir dengan hadits yang shahih Hadits dijadikan sebagai penafsiran ayat-ayat al-Quran, karena hadits merupakan penjelas dari ayat-ayat yang muskil. Misalnya ketika sahabat tidak faham apa yang dimaksud kalimah ta5!a$ dalam Q.S. al- ath: 2 C) Y@yy_ (r. Ng/= spSpt: spSH pS=gyf9 tAt"Rrs mtt^y 4n?t &u n?tur Bs9 OgtBt"9r&ur spy=Y2 3"u)9 (R.ur ,ymr& pk ygn=dr&ur 4 c.ur e@3/ > V=t Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (#aitu) kesombongan >ahili#ah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-'#a, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah me!aibkan kepada mereka kalimat-tak!a dan adalah mereka berhak dengan kalimat tak!a itu dan patut memilikin#a. dan adalah Allah :aha mengetahui segala sesuatu$. (9.S. al-?ath (@A) : BC) Nabi lalu menjelaskan bahwa kalimat ta5!a adalah kalimat laa ilaaha illaa Allah.S 1. Tafsir dengan Qiraat (ersi bacaan) Qiraah syaadzdzah (bacaan yang menyalahi bacaan resmi al-Quran) menjadi rujukan penafsiran oleh para sahabat. Misalnya hukum potong tangan dalam Q.S. al-Maidah () : 3 -9ur ps9ur (ss ygtr& Lt"y_ y/ t|. Ws3tR z`iB 3 ur "t OS3ym %aki-laki #ang men"uri dan perempuan #ang men"uri, potonglah tangan keduan#a (sebagai) pembalasan bagi apa #ang mereka kerakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah :aha .erkasa lagi :aha )iaksana.$ Kata a#di#ahumaa ditafsirkan dengan salah satu iraah bnu Masud, a#maanahumaa (tangan kanannya). Maka berdasarkan bacaan tersebut , hukuman bagi pencuri yang telah memenuhi syarat tertentu adalah dipotong tangan kanannya terlebih dahulu. 1. Tafsir dengan pendapat para sahabat ika para sahabat tidak mendapatkan informasi penafsiran al-Quran dari Rasulullah, maka mereka melakukan ijtihat dengan mengerahkan segenap kemampuan nalarnya. ontoh penafsiran para sahanat tentang ghanimah dalam Q.S. al-Anfal () : 41 ) * n=ur yRr& NY `iB & brs m|H~ A=9ur "ur 4n1)9 4ytuS9ur 3|y9ur /ur @9 b) OY. NYtBu / tBur u9t"Rr& 4n?t tRt tPt bs9 tPt s)t9 byyf9 3 ur 4n?t e@2 & s Ketahuilah, Sesungguhn#a apa saa #ang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, :aka Sesungguhn#a seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak #atim, orang-orang miskin dan ibnussabil, ika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa #ang kami turunkan kepada hamba kami (:uhammad) di hari ?ur5aan, #aitu di hari bertemun#a dua pasukan. dan Allah :aha Kuasa atas segala sesuatu.$ Ayat di atas menjelaskan: seperlima dari ghanimah itu dibagikan kepada: a. Allah dan Rasul-Nya. b. kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Muthalib). c. anak Yatim. d. fakir miskin. e. bnussabil. sedang empat- perlima darighanimah itu dibagikan kepada yang ikut bertempur. Namun demikian setelah Rasulullah wafat hilanglah hak Nabi SAW. dan kerabatnya. Kemudian para sahabat membagi seperlima dhanimah dibagi kepada tiga golongan saja yaitu anak yatim yang bukan dari keluarga Bani Mutholib, orang miskin yang bukan keluarga Bani Mutholib dan kepada ibnu sabil yang lemah dan membutuhkan pertolongan, 1. Tafsir dengan kisah-kisah srailiyat Terdapat persamaan antara al-Quran denganTaurat dan njil ketika memuat cerita para Nabi dan umat terdahulu. Namun demikan Al-Quran mengungkapkan cerita tersebu secara global. Misalnya tentang waktu, tempat, nama-nama tokoh dalam cerita al-Quran kadang disamarkan. Kemudian ada sebagian para sahabat ada yang mencari perincian (yang diceritakan global dalam al- Quran), dengan mengambil riwayat-riwayat dari para ahli kitab yang telah masuk slam (mis: Wahab bn Munabbih, Abdullah bn Salaam dan Kaab bn al-Akhbaar) 1. Tafsir dengan syair jahili Syair jahili bisa digunakan untuk menjelaskan aspek semantik, terutama kata-kata suli. Hal ini dilakukan olaeh Umar bin Khatab ketika dia kesulitan memahami kata "takhawwuf dalam Q.S. an-Nahl (1) : 4 rr& Odzt 4n?t srB b*s N3/u rts9 Om $Atau Allah mengaDab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa) :aka Sesungguhn#a 1uhanmu adalah :aha .engasih lagi :aha .en#a#ang$. (9.S. an-'ahl: @E) Pada waktu itu Umar bertanya kepada seorang kakek dari suku Hudzail, apakah kamu tahu salah satu syair yang dapat menjadi rujukan untuk makna itu (takha!!uf)? Kemudian kakek itu mnyebut salah satu syair yang berbunyi: takha!!ufa ar-rahl minha taakiman 5ardan kamaa takha!!afa Fuudan an-nabii8 as- safinu$ (sedikit-demi sedikit (berangsur-angsur) unta itu menjadi gemuk dan banyak kutunya). Hal sama juga pernah dilakukan oleh bnu Abbas ketika menafsirkan kala al-itsm ( ` ` ' ) yang terdapat pada Q.S. al-Araf () : 33. bnu Abbas menafsirkan lafal al-itsm dengan pengertian khamr (sesuatu yang memebukkan), berdasarkan sebuah syair : S#arobtu al-itsma hattaa dlalla Fa5li !a kadDalika al-itsmu tadDhabu bi al-Fu5uul$ (aku minum-minumak keras sampai hilang akalku)[24] Namun demikian ada perbedaan pendapat tentang penafsiran al-Quran dengan sraailiyat (Yang berasal dari Yahudi). Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi Muhammad s.a.w : >anganlah kalian membenarkan ahli kitab dan angan pula kalian dustakan$ (Hr. Bukhary). Maka menjadikan sraailiyat tafsir al-Quran berarti membenarkan perkataan mereka, pada hal Nabi melarang membenarkan mereka.[2]
1. Sebab sebab Kekeliruan Penafsiran Redaksi ayat-ayat Al-Quran, sebagaimana setiap redaksi yang diucapkan atau ditulis, tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti, kecuali oleh pemilik redaksi tersebut. Hal ini kemudian menimbulkan keanekaragaman penafsiran. Dalam hal Al-Quran, para sahabat Nabi sekalipun, yang secara umum menyaksikan turunnya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosakatanya, tidak jarang berbeda pendapat, atau bahkan keliru dalam pemahaman mereka tentang maksud firman-firman Allah yang mereka dengar atau mereka baca itu. Dari sini kemudian para ulama menggarisbawahi bahwa tafsir adalah penelasan tentang arti atau maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir)$, dan bahwa kepastian arti satu kosakata atau a#at tidak mungkin atau hampir tidak mungkin di"apai kalau pandangan han#a tertuu kepada kosakata atau a#at tersebut se"ara berdiri sendiri.$ Dalam hal ini bn Abbas, menyatakan bahwa tafsir al-Quran terdiri dari empat bagian: (a) yang dapat dimengerti secara umum oleh orang-orang arab berdasarkan pengetahuan bahasa mereka; (b) yang tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak mengetahuinya; (c) yang tidak diketahui kecuali oleh ulama; dan (e) yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Dari pembagian di atas ditemukan dua jenis pembatasan, yaitu (a) menyangkut materi ayat-ayat (bagian keempat), dan (b) menyangkut syarat-syarat penafsir (bagian ketiga).[2] Dari segi materi terlihat bahwa ada ayat-ayat Al-Quran yang tak dapat diketahui kecuali oleh Allah atau oleh Rasul bila beliau menerima penjelasan dari Allah. Pengecualian ini mengandung beberapa kemungkinan arti, antara lain: 1. Ada ayat-ayat yang memang tidak mungkin dijangkau pengertiannya oleh seseorang, seperti ya sin, alif lam mim, dan sebagainya. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah yang membagi ayat-ayat Al-Quran kepada muhkam (jelas) dan mutasyabih (samar), dan bahwa tidak ada yang mengetahui tawil (arti)-nya kecuali Allah, sedang orang-orang yang dalam lmunya berkata kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabih (Q.S. al mran (3) : ). 2. Ada ayat-ayat yang hanya diketahui secara umum artinya, atau sesuai dengan bentuk luar redaksinya, tetapi tidak dapat didalami maksudnya, seperti masalah-masalah metafisika, perincian ibadah an sich, dan sebagainya, yang tidak termasuk dalam wilayah pemikiran atau jangkauan akal manusia. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu digaris bawahi: 1. Menafsirkan berbeda dengan berdakwah atau berceramah berkaitan dengan tafsir ayat Al-Quran. Seseorang yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas, tidak berarti terlarang untuk menyampaikan uraian tafsir, selama uraian yang dikemukakannya berdasarkan pemahaman para ahli tafsir yang telah memenuhi syarat di atas. Seorang mahasiswa yang membaca kitab tafsir semacam Tafsir An-Nur karya Prof. Hasby As-Shiddiie, atau Al-Azhar karya Hamka, kemudian berdiri menyampaikan kesimpulan tentang apa yang dibacanya, tidaklah berfungsi menafsirkan ayat. Dengan demikian, syarat yang dimaksud di atas tidak harus dipenuhinya. Tetapi, apabila ia berdiri untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam bidang tafsir,. maka apa yang dilakukannya tidak dapat direstui, karena besar kemungkinan ia akan terjerumus ke dalam kesalahan-kesalahan yang menyesatkan. 1. aktor-faktor yang mengakibatkan kekeliruan dalam penafsiran antara lain adalah: 1. Subjektiitas mufasir; 2. Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah; 3. Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat (nahwu dan shorof) 4. Kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat; . Tidak memperhatikan konteks, baik asbab al-nuzul, hubungan antar ayat, maupun kondisi sosial masyarakat; . Tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan ditujukan. 7. Perubahan sosial dijadikan dasar pertimbangan dalam menarik kesimpulan pemahaman atau penafsiran ayat-ayat Al-Quran.[2]
1. Tanggapan Hermeneutika dalam Pemikiran slam. Penggunaan istilah Hermeneutika dalam kajian interpretasi pada dunia slam adalah sesuatu yang baru. [2]Sejak Hasan Hanafi memperkenalkan Hermeneutika pada dunia pemikiran slam dalam bukunya yang berjudul:%es :ethodes d8/-eges, /ssai sur %a S"ien"e des ?ordements de la Gomprehesion, ,lm Hsul al-?i5h$ pada tahun 19. Dan dalam bukunya yang lain berjudul: ,slam in the :odern World, Religion, ,deologi, and 0e2elopment$, ol: , terutama pada subbab berjudul: :ethod of the misti" ,nterpretation$, dan pada ol: pada subbab: 7ermeneuti"s %ibration and Re2olution$.[29] Maka dikalangan ulama slam terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang menerima hermeneutika dalam pemikiran slam dan kelompok yang menolak hermeneutika. Alasan kelompok yang menerima hermeneutika dalam pemikiran slam adalah sebagai berikut: 1. Al-Quran adalah teks-teks manusia biasa (hasil dari kebudayaan) dan karena itu perlu adanya onterpretasi agar dapat di fahami. 2. Al-Quran kini sudah saatnya ditafsirkan ulang, karena tafsir al-Quran yang ada sekarang hanya ditfsirkan secara tekstual, maka perlu adanya penyesuaian dengan kondisi (konteks) masa sekarang. 3. Penafsiran Al-Quran yang ada ini masih relatif kebenaranya. Sehingga masih memungkin penafsiran-penafsiran yang lebih bebas dari itu. 4. Unsur pokok yang menjadi pilar utama Hermeneutika: te-t, author, dan audien"e, tidak berbeda dengan konsep tafsir Al-Quran. yaitu; 1) siapa yang mengatakan, 2) kepada siapa diturunkan, dan 3) ditujukan kepada siapa.[3] 5. Praktek hermeneutika telah dilakukan dalam dunia penafsiran slam sejak lama, bahkan sejak awal kajiantafsir, khususnya ketika menghadapi Al-Quran. Bukti dari hal itu adalah: 1) kajian- kajian mengenai asbab al-nuDul dan nasikh-mansukh, 2) penggunaan berbagai teori dan metode dalam proses penafsiran, dan 3) adanya kategorisasi tafsir tradisional, seperti; tafsir syiah, tafsir mutazilah, tafsir hukum, tafsir filsafat dan yang lain. ni menunjukkan kesadaran tentang kelompok, ideologi, priode, maupun horizon social tertentu.[31] 6. stilah hermeneutika dalam pengertiannya hampir sama dengan istilah tafsir atau tawil. yang berarti menerangkan atau mengungkap (al-bayan wa al-kashf), sedangkan hermeneutika memiliki pengertian interpretasi.[32] 7. Ada kesejajaran antara semangat Reformasi Protestan dan erakan Salafiyah dalam slam. Dalam gerakan Salafiyah, dikembangkan suatu tradisi penafsiran Quran yang kurang lebih independen dari tradisi mazhab. nilah yang menjelaskan kenapa dalam keputusan-keputusan majlis tarjih Muhammadiyah, misalnya, rujukan kepada Kitab Kuning yang memuat khazanah tradisi bermazhab sama sekali kurang, atau malah tak ada sama sekali. [33] Sedangkan kelompok yang menolak hermeneutika dalam kajian slam, memiliki alasan sebagai berikut: 1. Hermeneutika berlandaskan pada pedoman bahwa segala penafsiran al-Quran itu relatif. Padahal, fakta menunjukkan bahwa para mufassir sepanjang masa tetap memiliki pedoman- pedoman pokok dalam menafsirkan al-Quran. 2. Para hermeneut berpendapat bahwa penafsir bisa lebih mengerti lebih baik daripada pengarang, mustahil dapat terjadi dalam al-Quran. Tidak pernah ada seorang mufassir al-uran yang mengklaim bahwa dia lebih mengerti dari pencipta atau pengarang al-Quran, yaitu Allah SWT. 3. Konsep hermeneutika yang berpedoman bahwa interpretasi teks yang berdasarkan doktrin dan bacaan yang dogmatis harus ditinggalkan dan dihilangkan (deabsolutisasi) juga tidak sesuai dengan ajaran slam. Sebagai umat slam, kita harus meyakini bahwa al-Quran adalah sebuah mukjizat dan berbeda dengan teks-teks biasa. Doktrin kebenaran al-Quran semuanya bersumber kepada Allah dan menjadi syarat keimanan umat slam. 4. Hermeneut yang mengatakan bahwa pengarang tidak mempunyai otoritas atas makna teks, tapi sejarah yang menentukan maknanya juga tidak mungkin diaplikasikan pada al-Quran. Seluruh umat slam sepakat bahwa otoritas kebenaran al-Quran tetap dipegang oleh Allah SWT sebagai penciptanya. Realita juga menunjukkan bahwa Allah melalui al-Quran justru mengubah sejarah, bukan dipengaruhi atau ditentukan oleh sejarah. Diantara pengaruh al-Quran adalah fakta bahwa al-Quran telah melahirkan sebuah peradaban baru yang disebut sebagai "peradaban teks (hadarah al-nash).[34] 5. Tradisi hermeneutika dalam Bible memang memungkinkan. Terdapat berbagai macam Bible dan tiap-tiap Bible ada pengarangnya. Tapi teks al-Quran pengarang adalah hanya Allah. Karena itu metode hermeneutika yang diaplikasikan pada Bible tidak mungkin digunakan dalam al-Quran. [3] 6. Bible diliputi serangkaian mitos dan dogma yang menyesatkan. Hal tersebut yang memicu digunakannya hermeneutika terhadap Bible. Sedangkan al-Quran itu pasti dan terjaga status keasliannya. Begitu pula sejarah dan tradisi tafsir al-Quran. Karena al-Quran diciptakan oleh dzat yang maha sempurna dan ditafsirkan oleh makhluk yang penuh keterbatasan, maka tidak akan pernah ada kata sempurna tentang penafsirannya.[3] . Orang yang ingin menafsirkan al-Quran harus memenuhi beberap ketentuan sperti: menguasai as-Sunnah, yang dalam hal ini adalah memahami sepenuhnya nash (teks) as-Sunnah, mengetahui dan memahami kisah-kisah sejarah di dalam Al-Quran atau berita tentang berbagai umat manusia pada zaman dulu yang bersumber dari Rasulullah. Menguasai ilmu Tauhid, ilmu iih, ilmu ,8rab (gramatika), ilmu Balaghah, ilmu sejarah dan lain sebagainya.[3] Hal ini tidak berlaku untuk hemeneutik.
1. Sikap kita (sebagai umat Muslim) Terhadap Hermeneutikan ? Sikap yang terbaik bagi umat terhadap maraknya hermeneutikan (dalam pemikiran slam) adalah kembali mempelajari tafsir dengan sebenar-benarnya dan sekaligus mempelajari hermeneutika. Susahnya pendidikan di perguruan slam jarang yang memberikan wacana kedua-duanya. Ada yang paham tafsir tidak paham hermeneutika atau sebaliknya. Perlu dilakukan kajian secara serius. Dan bagaimana pun juga umat perlu merespon secara ilmiah dan akademis. uga sebagai umat Muslim, sikap kita terhadap apapun (tidak hanya pada harmeunetika), sesuatu yang asing perlu ditelaah dulu. Apa manfaatnya bagi umat, sesuai atau tidak dengan nilai-nilai slam dll. tu perlu dilihat. Harmeunetika juga sama. Adapun fungsi mempelajari hermeneutika antara lain: 1. Menjelaskan ide dalam pikiran melalui kata-kata. 2. Menjelaskan makna yang masih samar menjadi lebih jelas. 3. Menerjemahkan suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang lebih dikuasai. 4. Mencari Makna yang relean dan kontekstual di era sekarang. Namun demikian dalam melakukan dan mempelajari hermeneutika dalam pemikiran slam, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. angan menggugat otoritas al-Quran 2. Tetap memnjaga dan menghargai pemikiran ulama pada masa lalu 3. Menjaga hal-hal yang sudah tsawabit (tetap).[3] Disamping itu metode hermeneutika dalam pemikitan slam (menafsirkan al-Quran) ada sisi negatif dan sekaligus sisi positif. Adapun sisi negatif metode hermeneutika antara lain 1. :uhkamat bisa menjadi mutas#abihat 2. Hshul bisa menjadi furu8 3. 0ha!abit bisa menjadi mutaga##irat 4. 9ath8i bisa menjadi dhanni . :a8lum bisa menjadi mahul . ,ma8 bisa menjadi ikhtilaf . :uta!atir bisa menjadi ahad . &a5in bisa menjadi dhann atau s#ak Sedangkan sisi positif dari metode hermeneutika antara lain: 1. Dapat melahirkan makna aktual sebuah teks 2. Mendekatkan teks dengan para pembaca 3. Mengeliminir mistikasi penafsiran kitab suci 4. Lebih terukur . Lebih lentur /fleksibel
1. PENUTUP 1. Kesimpulan. 1. Secara etimologis, Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein$, yang berarti mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata. Kemudian secara umum hermeneutikadiartikan sebagai prinsip-prinsip penafsiran kitab suci (prin"iples of bibli"al interpretation) 2. stilah hermeneutika pertama kali ditemui dalam karya Plato (429-34 SM. Semula hermenutika berkembang di kalangan gereja, saat para reformis menolak otoritas penafsiran Bible berada dalam genggaman gereja. Selanjutnya hermeneutika berkembang sebagi "metode tafsir terhadap semua teks-teks agama termasuk dipaksakan untuk menafsirkan Al-Quran. 3. Tafsir tidak sama dengan hermeneutika Yunani, juga tidak identik dengan hermeneutika Kristen, dan tidak juga sama dengan ilmu interpretasi kitab suci dari kultur dan agama lain. Dengan melihat beberapa perbedaan yang sangat mendasar. Misalnya: tafsir memiliki konsep yang jelas, berurat serta berakar di dalam slam sedangkan hermeneutika dibangun atas faham relatifisme 4. Secara umum tafsir dibagi menjadi tiga macam, yaitu Tafsir bi al-matsur, tafsir bi al-royi dan tafsir bi al-syari. . Sumber penafsiran di era formatif dalam penafsiran al-Quran antara lain : Al- Quran itu sendiri, hadits nabi, iroat (ersi bacaan), pendapat para sahabat, cerita srailiyat dan syair-syair ahiliyah. . aktor-faktor yang mengakibatkan kekeliruan dalam penafsiran (al-Quran) adalah: Subjektiitas mufasir, Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah, Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat, Kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat, Tidak memperhatikan konteks (baik asbab al-nuzul, hubungan antar ayat, maupun kondisi sosial masyarakat), Tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan ditujukan, Perubahan sosial dijadikan dasar pertimbangan dalam menarik kesimpulan pemahaman atau penafsiran ayat-ayat Al-Quran. . Sejak hermeneutika dikenalkan dalam pemikiran slam, maka ada kelompok yang menerima hermeneutika dalam pemikiran slam dan kelompok yang menolak hermeneutika, dengan didasarkan pada landasan pemikiran masing- masing. . Sikap yang terbaik bagi umat terhadap maraknya hermeneutikan (dalam pemikiran slam) adalah kembali mempelajari tafsir dengan sebenar-benarnya dan sekaligus mempelajari hermeneutika, dengan memperhatikan fungsi/ manfaatnya, ketentuan yang berlaku dalam slam serta memperhatikan sidi negatif dan positifnya. 9. Penutup Makalah ini masi jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yan !ersi"at mem!anun sanat kami harapkan sehina makalah ini menjadi le!ih !aik, sehina akan mendatankan man"aat !ai para pem!a#a$ [1] Al-Attas, 1he Gon"ept of /du"ation in ,slam : A ?rame!ork for an ,slami" .hilosoph# of /du"ation. An Address to the Se"ond World Gonferen"e on :uslim /du"ation, slamabad, Pakistan, 19. Kuala Lumpur : Muslim Youth Moement of Malaysia (ABM), 19; cetakan kedua oleh nternational nstitute of slamic Thought and iilization (STA), 1991, dikutip dari Prof.Dr.Wan Mohd Nor Wan Daud, 1afsir dan 1a8!il Sebagai :etode ,lmiah (urnal SLAMA, Tahun No.1/Muharram 142 H), hlm 4. [2] Abu afar bn arir al-Tabari, >ami8 al-)a#an fi 1a8!il al-9ur8an, diterjemahkan dan diberi pengantar oleh .ooper (Oford : OUP, 19), selanjutnya sebagai ami al-Bayan, 1:, dikutip dari Prof.Dr.Wan Mohd Nor Wan Daud, 1afsir dan 1a8!il Sebagai :etode ,lmiah, (urnal SLAMA, Tahun No.1/Muharram 142 H), hlm 4. [3] Al-mam As-Suyuthi, ,lmu 1afsir (teremahan) (Surabaya : Bina lmu, 192), hlm.11. [4] Muhammad uad Abdul Bai, :utiara 7adits Shahih )ukhari :uslim edisi re2isi Kitab ,lmu (Surabaya : Bina lmu, 2), hlm 91 [] Syamsuddin Arif, Irientalis J 0iabolisme .emikiran-)ab 7ermenutika dan 1afsir Al-9ur8an (akarta : ema nsani Press, 2), hlm 1-1. []Wan Mohd Nor Wan Daud, ?ilsafat .raktik .endidikan S#ed :.'a5uib Al-Attas, diterjemahkan dari 1he /du"ational .hilosoph# and .ra"ti"e of S#ed :uhammad 'a5uib Al-Attas (Bandung, Mizan, 23), hlm 11. [] Mudjia Raharjo, 7ermeneutika Kadamerian, UN-Malang Press, Malang, 2, hlm: . Lihat juga: Richard E. Palmer, 7ermeneuti"s, interpretation theor# in S"hleirma"her, 0ilthe#, 7eidegger, and Kadamer, edisi terjemahan ndonesia oleh Mansur Hery dan Damanhuri Muhammed, 7ermeneutika, teori mengenai interpretasi, Pustaka Belajar, 2, hlm: 14-1. [] Richard E. Palmer, dikutip dari "http://rezaantonius.multiply.com/journal/item/4 , diunduh pada hari Kamis , tanggal 9/12/21, jam 11:31 am. [9]Mudjia Raharjo, 0asar-0asar 7ermeneutika : Antara ,ntensionalisme J Kadamerian (Yogyakarta : Ar- Ruzzmedia, 2), hlm 2. [1] Hamid ahmi arkasyi, :enguak 'ilai di )alik 7ermeneutika (urnal SLAMA, Tahun 1 Volume 1 Muharram 142 H), hlm 1. [11]H.Mudjia Raharjo,M.Si., 0asar-0asar6, hlm 3. [12]Werner eorg Kummel, 1he 'e! 1estament : 1he 7istor# of the ,n2estigation of ,ts .roblems, Penerjemah S.McLean ilmour dan Howard .Kee (New York : Abingdon Press, 192), 21-22, dikutip dari Adnin Armas, MA, ?ilsafat 7ermeneutika dan 0ampakn#a 1erhadap Studi al-9ur8an, Bahan- Bahan Mata Kuliah ,slami" World2ie! di Program Pendidikan dan Pemikiran slam Pasca Sarjana Uniersitas Muhammadiyah Surakarta, Editor : Adian Husaini, 2. [13],bid, hlm. 2 [14]Mudjia Raharjo, 0asar-0asar 7ermeneutika : Antara ,ntensionalisme J Kadamerian (Yogyakarta : Ar- Ruzzmedia, 2), hlm 3. [1]Theodore Plantinga, 7istori"al Hnderstading in the 1hought of Wilhelm 0ilthe# (United Kingdom : Edwin Ellen Press, Ltd., 1992), 13, dikutip dari Adnin Armas, MA, ?ilsafat 7ermeneutika dan 0ampakn#a 1erhadap Studi al-9ur8an, Bahan-Bahan Mata Kuliah ,slami" World2ie! di Program Pendidikan dan Pemikiran slam Pasca Sarjana Uniersitas Muhammadiyah Surakarta, Editor : Adian Husaini, 2. [1]Syamsuddin Arif, Irientalis J 0iabolisme .emikiran-)ab 7ermenutika dan 1afsir Al-9ur8an (akarta : ema nsani Press, 2), hlm 19. [1] ,bid., hlm 31. [1]Secara etimologis dekonstruksi berarti pembongkaran dari dalam. Dekonstruksi merupakan alternatif untuk menolak segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk penafsiran baku. Kris Budiman, Kosakata Semiotika(Yogyakarta, LKiS, 1999), 21, dikutip dari Dr.r.Muhammad Shahrur, .rinsip-.rinsip 7ermeneutika Al-9ur8an Kontemporer, bagian Pengantar Penerjemah (Yogyakarta, eLSAQ Press, 24), hlm ii. [19]Wan Mohd Nor Wan Daud, dikutip dari http://zulfaar.tgem.com/Tafsir2BEDA 2 dengan 2Hermeunitika, diunduh pada hari umat, tanggal 1/12/21, jam :2 am [2] http://arrahmaniyah-muslimmedia.blogspot.com/21/4/tafsir-al-ur-atau-hermeneu tika -al-ur.htm , diunduh pada hari umat, tanggal 1/12/21, jam 1:3 pm [21] http://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir_Al-Qur%27a!"etuk_Tafsir_Al-Qur.27a # diuduh pada hari $a%is# 1& 'ese%(er 2)1)# )7:*2 a%. [22] ,bid [23]Arif athul Ulum bin Ahmad Saifullah, 1afsir, Keutamaan dan :a"am-ma"amn#a, dikutip darihttp://baitullah.or.id/downloads/ebooks/macam2-tafsir.pdf, diunduh pada hari kamis, tangga 1/12/21, jam . [24] Abdul Mustaim, .ergeseran /pistimologi 1afsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2), hlm. 4-. [2] http://www.mail-archie.com/keluarga-islam@yahoogroups.com/msg4.html .diunduh pada hari Kamis, tanggal 9/12/21, jam :44 pm [2] http://al-uran.bahagia.us/_.php?_=sihab&dft=&dfa=&dfi=1&df=1&u2=&nba=41 , diun duh pada hari Kamis, tanggal 1/12/21, jam :4 am.
[2] ,bid, [2] arid Esach dalam bukunya 9ur8an: .luralism and %iberalism$, menyatakan: bahwa kata Hermeneutika merupakan istilah yang masih baru di dunia slam, sehingga menuai banyak kritik, walaupun sebenarnya telah lama dipraktekkan, terutama dalam konsep penafsiran. Lihat: Muzairi, 7ermeneutika dalam .emikiran ,slam,sebuah makalah dalam buku 7ermeneutika Al-9ur8an :aDhab &og#a$. slamika, 23, hlm: 1 [29]Muzairi, 7ermeneutika dalam .emikiran ,slam, sebuah makalah dalam buku 7ermeneutika Al- 9ur8an :aDhab &og#a$. slamika, 23, hlm: . [3] ,bid, hlm: 2. [31] ahruddin aiz, 7ermeneutika Al-9ur8an, tema-tema kontro2ersial, elSAQ, 2, hlm: 13. [32] Ruzbihan Hamazani http://elkutuby.multiply.com/journal/item/1, diunduh pada hari Kamis, 9 Desember 21: 11.3 [33] ,bid [34]Ahmad Sadzali, Hemeneutika Tak Bisa Menggantikan Tafsir Al-Quran, http:// Ahmad Sadzali.wordpress.com/21/4/21/Kitab Al-Quran tidak bisa digantikan dengan tafsir Hermeutika.htm , diunduh pada hari umat 1 Desember 21; 1:3 PM [3] Angga Prilakusuma, Telaah Kritik Aplikasi Hermeneutika dalam Tafsir al-Quran, hlm. 1 [+&]$hl%id ,ah-udi# $e(o(roka Tafsir .er%eeutika#http://khl%idwah-udi . wordpress./o% / 2))7/)0/21/ ke(o(roka-tafsir-her%eeutika/# diuduh pada hari ka%is# )0 dese%(er 2)1)# 1:10 p% [3],bid, Ahmad Sadzali [3] Dr. H. Abdul Mustaim, Mag, pada kuliah Studi al-Quran, hari Rabu tanggal 2 Desember 21.