You are on page 1of 2

Bangsa Kendaraan Umum

Oleh: Suprapto
29/11/2013

Saya kalau kemana-mana biasanya mengendarai sepeda motor. Sudah sejak SMA
saya mengendarai sepeda motor. Yah sampai saat ini saya mengendarai sepeda motor.
Sesekali saya naik kendaraan umum seperti bus. Saya jarang sekali naik kereta atau pun
pesawat terbang. Yah intinya dalam bepergian saya selalu menggunakan sepeda motor.
Walau pun pernah kecelakaan saya tidak pernah berganti ataupun berpindah ke kendaraan
lain seperti mobil misalnya atau kendaraaan umum. Tapi hari ini saya mersakan hal yang
berbeda dalam berkendara.
Keliatannya tidak ada yang berubah dengan kendaraan saya ataupun dengan cara
berkendara saya. Oh ya kenapa saya hari ini merasakan sebuah keprihatinan dan pemikiran
tentang kebijakan dijalanan. Banyak sekali kebijakan yang menurut saya aneh. Tapi saya
akhir-akhir ini sangat memikirkan tentang kebijakan untuk mengurangi kemacetan di jalan.
Mengurangi kemacetan jalan dalam logika saya kebijakan yang masih masuk akal adalah
membuat orang-orang beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Pergolakan
pikiran saya pun terjadi karena kendaraan umum.
Kendaraan umum itu bagi saya mencerminkan jiwa kita warga negara saya yang suka
untuk bekerjasama, suka berkumpul dan tidak individual. Nah di dalam kendaraan umum
semua kan berkumpul. Bus isinya banyak orang, angkot juga banyak orang, taxy lebih dari
satu orang, bahkan becak saja tiga atau empat orang. Tidak ada kendaraan umum yang
hanya satu orang kecuali kendaraan umum tersebut sedang mangkal.
Kendaraan umum juga mencerminkan bangsa saya adalah bhineka tunggal ika
(berbeda beda tapi tetap satu). Di dalam bus apakah ada perbedaan antara yang kaya sama
yang miskin, apakah dibedakan juga antara yang hitam dan putih. Dan orang jawa duduk
bersama orang cina juga kan didalam bus. Semua jadi satu itulah cerminan kendaraan
umum Indonesia banget.
Tapi itu hanya sebuah pandangan kosong. Bahwa bangsa saya itu suka bekerjasama,
suka berkumpul, dan tidak individual itu hanya sebuah pandangan kosong yang entah
darimana datangnya dan untuk apa tujuannya. Mungkin itu pandangan kuno tentang
bangsa saya . Dalam kenyataannya sekarang coba anda liat berapa orang yang lebih asyik
dengan gadgetnya masing-masing ketimbang menambah teman yang ada didepan mata
mereka. Dan kembali lagi ke kendaraan. Coba anda yang sebangsa saya jawab
Mana yang anda pilih naik kendaraan pribadi atau naik kendaraan umum?
Kalau saya berkaca ke diri saya pribadi sih jawabannya adalah kendaraan pribadilah.
Dan alesannya pasti individual banget. Lebih cepat sampai, lebih fleksibel, lebih irit, dan
alasan yang lain yang mengacu kekepentingan kita. Apakah ada yang memilih kendaraan
pribadi yang alesannya biar ngasih tebengan ke temen lain. Saya kira tidak ada yang
beralasan seperti itu. Inilah bangsa saya yang sebenarnya (saya tidak menyebut bangsa
Indonesia). Bangsa saya adalah individual dan mementingkan dirinya sendiri.
Bahkan bangsa saya bukanlah bangsa yang berbhineka tunggal ika. Coba liat saja
kebijakan yang untuk menghilangkan becak ataupun bemo demi mengurangi kemacetan. Itu
kendaraan umum dan itu ditiadakan sungguh bukan bangsa yang berbhineka tunggal ika.
Coba bayangkan saja ketika becak atau bemo jawa di zamannya dulu. Adakah kemacetan
yang terjadi. Kalau dilihat ya bangsa saya itu bersatu karena kepentigan. Kenapa yang
dihilangkan becak atau bemonya, kenapa tidak mobil-mobil baru milik pribadi. Karena
kepentingan lebih memihak ke kendaraan pribadi itu. Atau jangan jangan waktu kebijakan
itu diambil sudah ada jatah bagi tiap pejabat pengambil keputusan akan mendapatkan mobil
pribadi. Makanya lebih baik lenyapkan becak dan bemo daripada menolak atau membatasi
kendaraan pribadi. Itulah kepentingan dan bangsa saya bersatu karena kepentingan.
Kendaraan umum telah membawa saya menuju pemikiran bahwa bangsa saya
adalah bangsa yang individualistis dan memihak kepentingannya masing-masing. Walau pun
saya tahu itu hanya sebuah pemikiran individual tentang bangsa saya (bukan bangsa
Indonesia). Saya berharap bangsa Indonesia tidak sesuai dengan logika saya. Bangsa
Indonesia itu seperti kendaraan umum tidak individualistis dan berbhineka tunggal ika.

You might also like