You are on page 1of 25

Teori Penuaan dan Masalah-masalah

yang Dialami Lansia


Ade Irma Rahayu (C12110102)
Kurniati Kadir (C12110111)
Muh. Muchlis Syaputra (C12110112)
Sunyati (C12110113)
Sutriani (C12110252)
Wahyuni Tahir (C12110258)
Fadilah Adrianti (C12110254)
Azizah Verawati (C12110279)









PROSES PENUAAN DALAM KEPERAWATAN GERONTIK

Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah terwujud
berbagai hasil yang positif diberbagai bidang. Kemajuan ekonomi : perbaikan lingkungan
hidup : kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang medis dan
keperawatan dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan dan
cenderung bertambah lebih cepat. Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committee On Health
Of The Erderly, WHO yang telah mengadakan pertemuan tahun 1987 bahwa menjelang tahun
2000 kurang lebih dua di antara tiga orang dari 600 juta orang lansia berada di Negara
berkembang. Di indonesia diperkirakan akan beranjak dari peringkat ke-10 pada tahun 1980
menjadi peringkat ke-6 pada tahun 2020, di atas brasil yang menduduki peringkat ke-11 pada
tahun 1980. Banyak kelainan atau penyakit yang prevalensinya meningkat dengan
bertambahnya usia, sistem organ mengalami proses penuaan akan rentan terhadap penyakit.
Makin panjangnya usia harapan hidup seseorang di samping sebagai suatu kebanggaan,
namun di pihak lain juga merupakan tantangan sangat berat, mengigat tidak sedikit masalah
yang bisa timbul akibat penuaan. Hal yang lebih ironis adalah keadaan ini belum didukung
oleh adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan lansia. Pengetahuan perawatan lansia,
baik oleh keluarga maupun lembaga sosial lainnya masih sangat kurang memadai ( darmojo
dan martono, 1999).
Pada hakikat nya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melaluyi tiga tahap kehidupannya, yaitu: masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki tua berarti mengalami kemunduran
secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai debgan kulit yang mengendur, rambut
memurtih, penurunan pendegaran, penglihatan menurun, gerakan menjadi lambat, kelainan
bebagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat, dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsional bebagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, lansia harus senantiasa sehat, dalam hal ini
sehat diartikan sebagai berikut:
1. Bebas dari penyakit fisik. Mental, dan sosial.
2. Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia
pada taraf yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri.

Pengertian Proses Penuaan
Aging proses atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggati serta
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk
adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada
usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurunan. Setiap orang memiliki funsi
fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut
maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia
20-30 tahun. Setelah mancapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap
utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit demi sedikit sesuai dengan
bertambahnya usia.

Teori-Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori
psikologis, teori social, dan teori spiritual.
1. Teori biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress,
teroi radikal bebas, dan teroi rantai silang.
Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara secara genetik untuk
sepsis-spesis tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
deprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan funsi sel).
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemaak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi
dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot Jantung
dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel
itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan perusakan (wear and tear) yang
terjadi karena kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tumbuh menjadi
lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah
kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan
kekurangan gizi.
Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunanakan tubuh. Regenrasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti
kartbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan
regenerasi.
Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau
using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori psikoogis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan
usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental
dan keadaan fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan
seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang
dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya
penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk
menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi
yang berbeda dari stimulus yang ada.
Kemempuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak. Namun
untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti
simpanan informasi usia lanjut, kemampuan member alas an secara abstrak, dan melakukan
perhitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian/peristiwa baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut.
Ingatan yang paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.
Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari
yang lalu.
Ingatan jangka panjang.

Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan
fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin
menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan
keluarga.

3. Teori sosial
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan.. yaitu teori interaksi social
(social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas
(activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan
(development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961),
dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi social terjadi berdasarkan atas
hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons (1954),
mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi social
merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar.

Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga
sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok
mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau
kelompok lainnya.

Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan
interkasi social mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

Pokok-pokok teori interaksi social adalah sebagai berikut:
Masyarakat terdiri atas aktor-aktor social yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
Dalam upaya tersebut terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan
waktu.
Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor harus
mengeluarkan biaya.
Actor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

Teori penarikan diri
Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal dan pertama
kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita
lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.

Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi agar para
lansia tidak menarik diri. Proses penuaan mengakibatkan interaksi social lansia
mulai menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu:
Kehilangan peran (loss of roles)
Hambatan kontak sosial (restriction of contacs and relationships)
Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres and value)

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan
diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematiannya.

Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut.
Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah
untuk belajar dan menikah.
Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia
dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi
sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima
oleh lansia dan masyarakat.

Teori aktivitas
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan
aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang
dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat dapat menurun, akan tetapi di lain
sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau
nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan
hidupnya.

Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan
suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku
mereka semasa mudanya.

Pokok-pokok teori aktivitas adalah:
Moral dan kepuasan berkaitan dengan interkasi dan keterlibatan sepenuhnya
dari lansia di masyarakat.
Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan kebijakan terhadap
lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi sepenuhnya di
masyarakat.

Teori kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia.

Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan
merupakan pergerakan dn proses yang banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.

Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah bahwa sulit untuk memperoleh
gambaran umum tentang seseorang, karena kasus tiap orang sangat berbeda.

Pokok-pokok teori kesinambungan adlah sebagai berikut:
Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, tetapi berdasarakan pada pengalamannya di masa lalu, lansia harus
memilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasi.

Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia
padaa saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud,
Buhler, Jung, dan Erickson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisis serta
perubahan psikososial anak dan balita. Frickson (1930), membagi kehidupan
menjadi delapan fase, yaitu:
Lansia yang menerima apa adanya
Lansia yang takut mati
Lansia yang merasakan hidup penuh arti
Lansia yang menyesali diri
Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
Laansia yang kehidupannya berhasil
Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego
integrity vs despair).

Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(developmental tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu:
Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis
Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
Menemukan makna kehidupan
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
Menerima dirinya sebagai seorang lansia

Joan Birchenal, R.N., Med. Dan Mary E. Streight R.N. (1973), menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami perubahan
emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan
suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan
tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negative. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya
diterapkan oleh lansia tersebut.

Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut.
Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan social yang
baru, yaitu pensiun dan/atau menduda/menjanda.
Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya berakhir di dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, serta
dtinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.

Teori stratifikasi usia
Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban,
dan hak mereka berdasarakan usia.

Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya.
Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah peran dan harapan
menurut penggolongan usia, bagaimanakah penilaian strata oleh strata itu
sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan
kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan pada
pengalaman dan kebijakan lansia.
Proses mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah menyesuaikan
kedudukan seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara mengatur
transisi peran secara berurutan dan terus-menerus.

Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut.
Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat.
Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok .
Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat
deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok
dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.

Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait
dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

4. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepercayaan (Wong, et al,
1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan/demensia spiritual adalah kekuatan
yang member arti bagi kehidupan seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara
berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu
fenomena timbale balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang
lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan.

Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang lingkungan terjadi
karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler juga berpendapat
bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip
cinta dan keadilan.

Mitos-Mitos Lansia dan Realitanya
Mitos-mitos yang berkaitan dengan proses lanjut usia .
1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Pada usia lanjut,lansia dapat santai sambil menikmati hasil kerja dan jerih payahnya
pada usia muda.Badai dan berbagai cobaan kehidupan seakan-akan sudah
dilewati.kenyataann malah sebaiknya,lansia penuh stres,kemiskinan,berbagai keluhan,
dan penderitaan karena penyakit.
2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran Pandangan
Usia lanjut pada umummnya bersifat konservatif,tidak kreatif,menolak
inovasi,berorientasi ke masa silam ,ketinggalan zaman ,merindukan masa lalu,kembali
kemasa anak-anak, sulit berubah, keras kepala, dan bawel.kenyataanya tidak semua
lansia bersifat dan berperilaku demikian. Sebagian tetap segar,berpandangan ke
depan,inovatif ,serta kreatif.
3. Mitos Berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan. penyakit akibat berbagai proses penyakit, Kenyataanya memang proses
penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme,sehingga
rawan terhadap penyakit, tetapi masa sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol
dan diobati.
4. Mitos Sensilitas
Usia lanjut dipandang sebagai masa demansia (pikun) yang disebabkan oleh
kerusakan bagian tertentu dari otak. Kenyataannya, tidak semua lansia dalam proses
penuaan mengalami kerusakan otak. Mereka masih tetap sehat, segar, dan banyak cara
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos Ketidakproduktifan
Usia lanjut d ipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataanya tidak
demikian,masih banyak lansia yang mencapai kematangan dari produktivitas mental
dan meterialnya yang tinggi.

Perubahan-perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan
Akibat perkembangan usia, pada lansia akan mengalami perubahan yang menuntut dirinya
menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil, makma muncullah berbagai masalah. Masalah-masalah yang
menyertai lansia di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.
2. Ketidak pastian ekonomi, sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya.
3. Mencari teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah.
4. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak.
5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisik, Hurlock (1990) mengemukakan bahwa perubahan
fisik yang mendasarkan adalah perubahan gerak. Lansia juga mengalami perubahan dalam
minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan
semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat. Keempat meminta
kegiatan-kegiatan rekreasi terus-menerus. Untuk itu, diperlukan motivasi yang tinggi pada
diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan
memuaskan atau tidak memuaskan akan bergantung pada pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lansia adalah perubahan yang
berkaitan dengan masalahpeningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan, dan peran sosial
(Goldstein, 1992). Sehingga dalam mengalami perubahan-perubahan diperlukan penyesuaian.
Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia adalah:
1. Tidak ada minat terhadap kejadian di lingkungannya.
2. Penarikan diri ke dalam fantasinya.
3. Selalu mengingat kembali ke masa lalu.
4. Selalu khawatir karena pengangguran.
5. Kurang ada motivasi.
6. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Ciri-ciri penyesuaian yang baik dari lansia adalah:
1. Minat yang kuat
2. Ketidaktergantungan secara ekonomi
3. Kontak sosial luas
4. Menikmati ketja dan hasil kerja
5. Menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal
terhadap diri dan orang lain.

Sedangkan perubahan yang terjadi akibat proses penuaan bersifat umum (universal).
Proses penuaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor initernal dan eksternal. Bila proses
berlangsung secara wajar tanpa perngaruh dari luar disebut proses penuaan primer.
Sebaliknya, jika terdapat stress psikis, sosial, serta kondisi lingkungan memengaruhi jalanya
proses penuaan, maka disebut proses penuaan sekunder.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Perubahan kondisi fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai ke
semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, moskuloskeletal,
gastrointestinal, urogenetalia, endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari
yang sering ditemukan pada lansia di antaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah,
kekacauan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak napas pada saat
melakuakn aktivitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang
atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan
menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan
kencing.
Beberapa perubahan fungsi sistem organ yang terjadi akibat penuaan dapat dilihat
pada tabel. Perubahan fungsi organ satu dengan organ lainnya tidak sama, terdapat
pula variabilitas antara individu. Meskipun demikian, secara umum di jumpai
penurunan fungsi secara menyeluruh.

NO SISTEM ORGAN MORFOLOGI DAN FUNGSI
1 Keseluruhan Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to
lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
2 Sistem Integumen Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kering, dan kurang elastis karena menurunya cairan,
hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat, dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke
kulit. Menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen,
kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal serta rapuh.
Padawanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah
meningkat, ramnut menipis atau botak, warna rambut
kelabu, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya.
3 Temperatur tubuh Temperature tubuh menurun akibat kecepatan
metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks
mengigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak diakibatkan oleh rendahnya aktivitas otot.
4 Sistem Muskular Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,
pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, namun
pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
5 Sistem Kardiovaskular Katup jantung menebal dan menjadin kaku, kamampuan
jantung memompa darah menurun 1% per tahun, dan
berkurangnya curah jantung. Berkurangnya heart rate
terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh
darah , tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer, bertambah panjang dan
lekukan, arteria termaksud aorta intimia bertambah tebal,
serta fibrosis di media arteri.
6 Sistem perkemihan Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun
sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang
mampu memekatkan urine, BJ urine menurun,
proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun
200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi
berkemih meningkat.
7 Sistem pernapasan Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas silia, berkurangnya elastisitas
paru, alveoli ukurannya melebar dari biasanya, jumlah
alveoli berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75
mmHg, CO
2
pada arteri tidak berganti, berkurangnya
maximal oxygen uptake, dan berkurangnya refleks batuk
8 Sistem gastrointestinal Kehilangan gigi, indera pengecap menurun , esophagus
melebar, rasa lapar menurun, waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltic melemah, sehingga dapat
mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorpsi
menurun, hati mengecil, produksi saliva menurun, serta
produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
9 Rangka tubuh Osteaartritis, hilangnya zat pembentuk tulang (bone
substance).
10 Sistem penglihatan Kornea lebih terbentuk sferis , sfingter pupil timbul
sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar; lensa
menjadi keruh; meningkatnya ambang pengamatan sinar;
berkurang atau hilangnya daya akomodasi; menurunya
lapang pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap
warna ; menurunnya kemampuan membedakan warna
hijau atau biru pada skala dan depth perception.
11 Sistem pendengaran Presbiakusis atau penurunan pendengaran, membrane
timpani menjadi atrofi menyebabkan ototsklerosis,
penumpukan serumen, sehingga mengeras karena
meningkatnya kerati, perubahan degenartif osikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya
persepsi nada tinggi.
12 Sistem persyarafan Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya
sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitive
terhadap sentuhan, berkurangnya aktivitas sel T,
bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaranneuron
motorik melemah.
13 Sitem Endokrin Produksi hamper semua hormon menurun, fungsi
parathyroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya
ACTH,TSH, FSH, dan, LH. Menurunya aktivitas
tiroidakibatnya basal metabolisme menurun, menurunnya
produksi aldosteron, menurunya sekresi hormon gonand,
bertambahnya insulin, norefinfrin, parathormone,
vasopressin, berkurangnya tridotironin.
14 Sistem reproduksi Selaput lendir vagina manurun atau kering, menciutnya
ovarium atau uterus, atrofi payudara, testis masih dapat
memproduksi sperma meskipun adanya pemurunan secara
berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di
atas usia 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik,
penghentian produksi ovum pada saat monopouse.
15 Daya pengecap dan
pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan
dan pembauan, sensitivitas terhadap empat rasa
menurun(gula, garam, mentega, dan asam). Setelah usia
50 tahun.


2. Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,
keadaan kesehtan, tingkat pendidikan atau pengetahuan , dan situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mudur terutama faktor penolakan abstrak,
mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari
segi mental dan emosi sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak
aman, dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi.
Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat
introvert. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental di
antaranya:
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan(hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan, dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga
3. Hilangnya Perubahan psikososial
Maslah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat
beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang yang
telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk
menyesuaiankan dirinya dengan masa pension. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, maka ia akan mempersiapakan diri dengan menciptakan berbagai
bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Namun bagi banyak pekerja, pensiun
berarti putus dari lingkungan, teman-teman yang akrab, dan disingkirkan untuk
duduk-dududk dirumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia.
i. kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, dan konsep
diri.
Perubahan psikososial yang lain adalah meraskan atau sadar akan kematian,
perubahan Cara hidup mamasuki rumah perawatan, pengahsilan menurun, biaya
hidup meningkat, tambahan biaya pengobatan, penyakit kronis, ketidakmampuan,
kesepian akibat pengasingan diri dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan dari
teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep
diri, serta kematian pasangan hidup.
Perubahan yang mendadak dalam kehidupan akan membuat mereka merasa
kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Minat . pada umumnya pada masa usia lanjut minat seseorang akan berubah
dalam kuantitas maupun kualitasnya. Lazimya minat dan aktivitas fisik
cenderung menurun akibat bertambanhya usia.
2. Isolasi dan Kesepian . banyak faktor bergabung, sehingga membuat orang
usia lanjut terisolasi dengan yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikutin aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunya kualitas organ
indra yang mengakibatkan ketulian, penglihatan makin kabur, dan sebagainya.
3. Peranan iman menurut proses fisik dan mental, pada usia lanjut
memungkinkan orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa
khawatir dalam memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih
muda. Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa iman yang teguh adalah
senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian.
4. Perubahan kognitif. Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah
kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek, kemampauan intelektual tidak
mengalami kemunduran dan kemampuan verbal dalam bidang vocabulary.
5. Perubahan spiritual. Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia
adalah sebagai berikut:
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
b. Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam cara berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut fowler adalah
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir
dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
bersikap adil.

Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
1. Permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia
Permaslahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahtraan lansia diantaranya:
a. Ketidakberdayaan fisik,sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang lain
b. Ketidakpastian ekonomi,sehingga membutuhkan perubahan total dalam pola hidup
c. Membuat teman baru untuk mendapat ganti mereka y ang telah meniggal/ pindah
d. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
e. Belajar yang telah memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa

Sedangkan masalah yang umum dan khusus pada lansia adalah sebagai berikut.
a. Permasalahan Umum
Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan
Makin melemahnya nilai kekerabatan,sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
Lahirnya kelompok masyrakat industri
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan usia lanjut
Belum membudaya dan melambangnya kegiatan pembinaan kesejahteraan pada
lansia.
b. Permasalahan Khusus
Berlangsungnya proses penuaan yang berakibat pada timbulnya masalah fisik,mental
,maupun sosial
Berkurangnya integritas sosial lansia
Rendahnya produktivitas kerja lansia
Banyaknya lansia yang miskin,terlantar, dan cacat
Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyrakat
individualistik.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

2. Masalah Kesehatan utama
a. Penyakit jantung
b. Penyakit keganasan seperti kanker
c. Penyakit ginjal
d. Penyakit paru akut seperti pneumonia dan edema paru
e. Penyakit vaskular seperti CVA dan penyakit pembuluh perifer
f. COPD atau PPOM (penyakit paru obstruksi menahun)
g. Arthritis
h. Kelainan pada kulit dan kecelakaan
3. Peningkatan Stresor
Hal ini diakibatkan adanya hemiplegi,defisit sensorik,hospitalisasi,tinggal di rumah
perawatan,kesulitan berbicara,kehilangan anak dan teman,pemindahan benda yang
memiliki arti,serta cara kerja yang tidak bisa dilakukan sebagaimana pada waktu dahulu (
muda).
4. Respons obat
Permasalahan yang berkaitan dengan respons obat pada lansia dipengaruhi oleh banyak
faktor di antarannya adalah sebagai berikut.
a. Menurunnya absorbsi obat, hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya HCL, asam
lambung, dan perubahan pergerakan gastrountestinal.
b. Perubahan distribusi obat,hal ini disebabkan oleh menurunya serum albumin yang
mengikat obat tersimpannya obat pada jaringan lemak.
c. Perubahan metabolisme obat,akibat menurunnya aktivitas enzim hati
d. Menurunnya ekskresi obat,terjadi akibat menuruunya aliran darah ke ginjal,
menurunnya kecepatanfiltrasi glomerulus , dan menurunnya beberapa fungsi tubulus
ginjal
5. Post power sindrom
Post power Sindrom merupakan sesuatu keadaan maladjusment mental dari seseorang
yang mempunyai kedudukan dari ada menjadi tidak ada dan menunjukkan gejala-
gejala diantarannya frustasi ,depresi, dan lain-lain pada orang yang bersangkutan. Ada
empat faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Perkembangan kepribadian yang kurang dewasa
b. Kedudukan yang relsatif memberikan kekuasaan dan kepuasan
c. Proses kehilangan kedudukan yang relatif cepat
d. Lingkungan yang mungkin memberikan suasana terhadap timbulnya post power
sindrom.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan dan Penyakit yang Sering Dijumpai
Berikut ini adalah factor-faktor yang memengaruhi penuaan dan penyakit yang sering terjadi
pada lansia.
1. Hereditas atau keturunan genetic, nutrisi atau makanan, status kesehatan, penglaman
hidup, lingkungan, dan stress.
2. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia.
a. Menurut The national Old Peoples Welfare Council, penyakit lansia di antaranya:
Depresi mental
Gangguan pendengaran
Bronchitis kronis
Gangguan pada tungkai atau sikap berjlan
Gangguan pada koksa atau sendi panggul
Anemia
Demensia
b. Penyakit pada masyarakat berusia lebih dari 55 tahun.
Kardiovaskular
Musculoskeletal
TBC
Bronchitis, asma, gangguan pernapasan
ISPA
Gigi, mulut, saluran pencernaan
System persarafan
Infeksi kulit
Malaria
Infeksi lain-lain
Kegiatan Lansia
Usaha yang daa\pat dilakukan pada individu dengan lansia di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Tetap aktif, artinya diharapkan lansia hidup sederhana, santai, aktif berorganisasi, aktif
dalam kegiatan sosial, berkarya, selalu mengembangkan hobi dan berolahraga, dalam
melaksanakan aktivitas harus dissuaikan dengan kemampuan serta bergerak secara
teratur dan kontinu, karena bila otot tidak digerakkan akan terjadi kehilangan kekuatan
10-15% per mg.
2. Produktif, artinya diharapkan lansia berusaha menghasilkan sesuatu yang dapat
dimanfaatkan oleh diri sendiri, untuk orang lain, sesuatu itu berupa prakarsa atau ide,
nasihat, bimbingan dan hasil keterampilan.

Faktor-faktor yang terjadi dengan kebetuhan akan gizi pada lansia :
Berikut ini adalah factor-faktor yang terkait dengan kebutuhan aka gizi pasa lansia
1. Aktivitas fisik
Pada umumnya pada lansia akan mengalami penurunan aktivitas tubuh. Salah satu
factor penyebabnya adalah pertambahan usia yang menyebabkan terjadinya
kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas yang menurut
ketangkasan fisik, penurunan aktivitas fisik pada lansia harus diimbangi penurunan
aktivitas asupan kalori. Hal ini berguna untuk mencengah terjadinya obesitas, jika
pasokan kalori terlalu banyak akan mengakibatkan keseimbangan kalori positif
(kelebihan kalori), sehingga akan mengakibatkan resiko terjadinya serangan beberapa
penyakit degenerative.
2. Kemunduran biologis
Ketika memasuki usia senja seseorang akan mengalami beberapa perubahan, baik
positif maupun biologis. Misalnya gigi mulai lepas, kulit keriput, pengluhatan
berkurang, keroposnya tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitivitas panca
indera, metabilisme basal berkurang dan kurang lancarnya proses pencernaan.
Perubahan-perubahan ini akan berpengaruh terhadap proses pencenarnaan, penyerapan
dan penggunaan zat gizi didalam tubuh. Oleh karena itu, asupa gizi untuk lansia harus
disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia, sehingga dapat
mencapai kecukupan gizi yang opltimal.
3. Pengobatan
Kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada dasarnya
pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup,
tetapi dipihak lain pihak pengobatan dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia.
Ketika sakit, lansia harus mengomsumsi obat-obatan dalam waktu yang cukup lama.
Berikut ini beberapa pengaruh penggunaan obat terhadap kebutuhan zat gizi.
a. Kebutuhan kalium akan meningkat akibat penggunaan obat-obat diuretic
b. Perubahan selera makan akan terjadi akibat penggunaan obat antidepresan
(pencengahan depresi ) atau jenis antibiotic tertentu
c. Penggunaan aspirin dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
berkurangnya cadangan besi
Berdasarkan uraian tersebut, bagi lansia yang menggunakan beberapa jenis obat,
dianjurkan untuk selalu mengonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan efek
samping pada obat yang sedang dan yang akan digunakan. Makanan harus
mengdukung proses penyembuhan penyakit dan mencengah terjadinya penurunan
cadangan zat gizi akibat penggunaan obat. Dengan harapan obat yang dikonsumsi tidak
mengakibatkan berkurangnya beberapa unsure penting bagi tubuh.
4. Depresi dan kondisi mental
Depresi hamper dialami oleh 12-14% populasi lansia. Perubahan lingkungan social,
kondisi yang terisolasi, kesepian atau berkurannya aktivitas yang menjadika para lansia
mengalami rasa frustasi dan kurang semangat. Akibatnya, selera makan terganggu dan
pada hahikatnya akan mengakibatkan terjadinya BB. Dengan demikian, kondisi mental
yang tidak langsung dapat memicu terjadinya status gizi yang buruk.
5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang penyakit.
Penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk. Misalnya menderita
kencing manis umumnya mempunyai BB dibawah batas normal. Diduga penurunan
badan ini terjadi kerena defisiensi insulin yang dialami oleh penderita kencing. Kondisi
ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh untuk diubah
menjadi energy. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan energy tubuh akan
merombak lemak (liosis) dan protein ( proteolisis) untuk di jadikan sumber energy. Jika
kondisi ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan cadangan makanan di
protein didalam tubuh berkurang. Akibatnya BB akan menurun. Selain kencing manis,
defesiensi zat gizi tertentu dialami oleh penderita osteoporosis. Penderita osteoporosis
mengalami defesiensi kalsium yang berlangsung secara berlahan-lahan, tidak seperti
penderita darah tinggi yang cenderung yang mengalami defesiensi vitamin C. dengan
demikian penyakit yang yang diderita seseorang sangat berpengaruh terhadap kesediaan
dan kebutuhan zat gisi didalam tubuhnya


Kebutuhan Gizi pada Lansia
1. Kebutuhan zat-zat gizi yang dikonsumsi haruslah seimbang
2. Jumlah setiap individu berbeda bergantung pada usia, jenis kelamin, kegiatan fisik,
ukuran tubuh, lingkungan, atau penyakit kronis
3. Kebutuhan akan gisi lansia ditentukan oleh tiga factor ,yaitu menurunnya fungsi
fisiologis, meningkatnya frekuensi sakit dan menurunnya nafsu makan adanya
peningkatan usia.

Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan per-hari bagi golongan usia 60 tahun
Jenis kebutuhan Pria
BB = 62 Kg
Wanita
BB = 54 Kg
Energi 2.200 kkal 1.850 kkal
Protein 55 g 48 g
Vitamin A 600 RE 500 RE
Vitamin B1 (thiamin) 1,0 mg 1,0 mg
Vitamin B2 (riboflamin) 1,2 mg 1,0 mg
Vitamin B3 (miasi) 10 mg 8 mg
Vitamin 12 (sianokobalim) 1,0 mg 1,0 mg
Asam folsa 170 mg 150 mg
Vitamin C 60 mg 60 mg
Kalsium 500 mg 500 mg
Fosfor 500 mg 450 mg
Besi 13 mg 14 mg
Seng 15 mg 15 mg
Iodium 150 mg 150 mg

MANFAAT GIZI PADA LANSIA
Gizi sangat bermanfaat bagi lansia. Manfaat dari gizi adalah penghasil energi, zat pembangun
memperbaiki jaringan, serta pengatur proses kehidupan.

POLA MENU SEHAT UNTUK LANSIA
WAKTU
MAKAN
PRIA ( 2.200 kkal ) WANITA ( 1.850 kkal )
Pagi a. 1 gelas nasi / pengganti
b. 1 butir telum
c. 100 gram sayuran
d. 1 gelas susu nonfat ( skim )
e. 1 butir telum
f. 100 gram sayuran
g. 1 gelas auau rendah lemak ( skim )
1 gelas nasi / pengganti
Pukul 10.00
WIB
Snack / buah Snack / buah
Siang a. 1 gelas nasi
b. 50 gram daging/ikan/unggas
c. 25 gram tempe/kacang-
kacangan/pengganti
d. 150 gram gram sayuran
e. 1 potong buah
a. 1 gelas nasi
b. 50 gr daging/ikan/unggas
c. 25 gr tempe/kacang-
kacangan pengganti
d. 150 gr sayuran
e. 1 potong buah
Pukul 17.00
WIB
Snack/buah Snack/buah
Malam a. 1 gelas nasi
b. 50 gr daging/ikan/unggas
c. 50 gr tahu
d. 150 gr sayuran
e. 1 potong buah
a. 1 gelas nasi
b. 50 gr daging/ikan/unggas
c. 50 gr tahu
d. 150 gr sayuran
e. 1 potong buah

Modifikasi menu dapat dilakukan pada jenis olahan pangan. Namun demikian, tetap harus
memerhatian keterbatasan-keterbatasan pada lansia yang berkaitan dengan kemundururan biologis.
Berikut ini yang harus diperhatikan dalam membuat atau menyusun menu lansia.
1. Kecukupan gizi disesuaikan dengan tingkat aktifitas dan kondisi kesehatan.
2. Konsisten dan tektur makan di sesuaikan dengan kemampuan pencernaan lansia.
3. Penyajian makan ( cara, waktu, dan jenis ) di sesuaikan dengan kondisi fisiologis dan
psikologis lansia.

PESAN-PESAN GIZI SEIMBANG UNTUK LANSIA
1. Makanlah aneka ragam makanan. Hidangan yang beraneka ragam adalah susunan sehari-hari,
minimal terdiri atas empat jenis makanan, yaitu ; bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran,
dan buah-buahan.
2. Karbonhidrat diperluakan guna memenuhi kebutuhan

Kunci Menuju Lansia yang Bahagia, Berguna, dan Berkualitas
1. Lansia yang berguna dan berkualitas
a. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia
b. Mengembangkan prespektif yang jelas mengenai hidup
c. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang
d. Mengembangkan sumber yang berarti dan berharga
e. Mengembangkan hubungan yang bermakna.
2. Lansia yang bahagia
B: Berat badan berlebih supaya dihindari
A: Atur makanan hingga sesuai atau kurang lemak atau makanan yang berkolestrol.
Cara mengatur makanan adalah sebagai berikut:
- Kurangi lemak, Baik dari sumber hewani/lemak jenuh/kolestrol yang banyak
terdapat dalam daging kambing, kerbau, babi, kuning telur, dan otak.
- Cukup gizi akan lebih baik, kelebihan gizi dapat membahayakan jantung.
- Untuk mencukupi kebutuhan protein makanlah daging seperti daging ayam,
ikan, kelinci, putih telur, dan sebagainya.
- Makanan tinggi serat/selulosa sangat baik untuk para lansia untuk mencegah
terjadinya obstipasi.
H: Hindari faktor resiko penyakit jantung iskemik atau koroner. Menhindari faktor-
faktor yang menjadi penyebab gangguan peredaran darah otot jantung seperti
merokok, tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, penyakit diabetes melitus,
kegemukan, kurang gerak, dan stres.
A: Agar terus-menerus berguna dengan mempunyai kegiatan atau hobi yang
bermanfaat, membiasakan membaca, mengisi waktu dengan berkebun atau
berternak, aktif dalam kegiatan sosial, mendengar ceramah agama, kegiatan ilmiah
dan lain-lain.
G: Gerak badan teratur wajib dilakukan.
Tujuan gerak badan adalah:
Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Mempermudah untuk menyesuikan kesehatan, terutama fisik dalam
beradaptasi kemampuan gerak mana yang bisa dioptimalkan.
Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
Salah satu olahraga yang dianjurkan untuk lansia adalah senam tera, alasannya
adalah:
Relatif mudah dan ringan
Meningkatkan ketahanan fisik
Memperbaiki sistem persarafan
Memperbaiki sistem kardiovaskular
Memperbaiki sistem perkemihan
Memperbaiki sistem pencernaan
Meningkatkan sistem muskuloskeetal dan persendian
Meningkatkan sistem pernafasan dan lain-lain,
I: Ikut nasehat petugas kesehatan ( dokter atau perawat)
Selalu memperhatikan keselamatan
Latihan teratur dan tidak terlalu berat
Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan.
Latihan dalam proses bejenjang
Hindari pertandingan
Perhatikan kontraindikasi latihan
A: Awasi kesehatan badan secara periodik.
Selalu memeriksa kesehatan secara rutin atau berkala untuk mencegah dan
menghindari penyakit-penyakit tertentu yang mudah muncul.

Peran keluarga terhadap lansia
1. Sistem keluarga besar, lansia adalah sesepu yang patut dihargai, dihormati, dan
diminta nasihat atau doa restunya, uasahakan menyediakan fasilitas-fasilitas
kebutuhan harian dan jagalah privasinya.
2. Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia, adanya kecenderungan
berprepsepsi negatif dan diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia
karena merupakan peristiwa alamia di mana tiap-tiap individu mengalami.
3. Menciptakan kebutuhan untuk dicintai merupakan aktualisasi dari usia lanjut
4. Menciptakan suasanayang menyenangkan, yaitu hubungan harmonis (saling
pengertian antara generasi muda dan generasi lansia)
5. Menggalakkan dan melaksanakan program mondem jero mikul duwur.
6. Kepada phak pemerintah, keluarga, atau masyarakat mengharapkan adaya:
a. Bantuan kesejahteraan bgi lansia yang berupa perbaikan ekonomi, kesehatan,
transportasi dan perubahan lansia yang tidak mempunyai perumahan
b. Bantuan hukum bagi lansia serta perlindungan hukum
c. Melaksanakan penelitian atau kegiatan yang riil untuk kesejahteraan lansia,
memberikan gizi yang baik, dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang bisa dipercepat proses penuaan.

You might also like