You are on page 1of 128

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id










































ommit to user
1
PERSEPSI IKLAN POLITIK PADA PEMILIH PEMULA
(Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik
Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu
2009 di Media Televisi)







Oleh:
Diajeng Triastari
D0203056

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
J urusan Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
2
PERSETUJUAN


Skripsi ini disetujui/dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta


























Surakarta, 24 J anuari 2011
Pembimbing




Drs. Alexius Ibnu M., M.SI.
NIP. 19511707198303101





perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
3
PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari :
Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi
1. Ketua : Drs. Surisno Satrio Utomo, M.Si
()
NIP. 19500926 198503 1 001

2. Sekretaris : Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si
()
NIP. 19690207 199512 2 001

3. Penguji : Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M. Si
()
NIP. 19510717 198303 1 001

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta


Drs. H. Supriyadi, SN, S. U.
NIP. 19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
4
MOTTO


































If There Is A Will, There Is A
Way..









perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
5

KATA PENGANTAR


Segala ketundukan dan pengabdian tertinggi hanya kepada Alloh SWT.
Saya bersyukur kepada-Nya karena masih diberikan berbagai nikmat. Salah satu
wujud nikmat yang diberikan pada saya adalah selesainya penyusunan skripsi ini.
Saya sangat berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak
yang menghendaki kebenaran.
Dalam proses penyusunan ini saya telah dibantu oleh beberapa orang dan
lembaga. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berjasa membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini. Pihak-pihak tersebut
antara lain :
1. Drs. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M. Si, Ph D, selaku Ketua J urusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
3. Drs. Alexius Ibnu M., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
membantu mengarahkan peneliti pada logika keilmuan, kaedah penelitian
dan kaedah penulisan ilmiah.
4. Semua dosen J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UNS, terima kasih atas ilmau dan pengetahuan yang diberikan.
5. Semua rekan-rekan yang bersedia berpartisipasi menjadi responden.
6. Keluarga dan sahabat yang selalu memberikan dukungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
6
7. Seluruh rekan-rekan J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNS, terutama angkatan 2003.
8. Seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNS yang telah membantu dalam melengkapi administrasi.
9. Semua pihak yang ikut membantu penulis namun tidak harus tertulis di
sini melainkan dalam ingatan.
Terima kasih.


Surakarta, 24 J anuari 2011
Penulis,



Diajeng Triastari

























perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
7
DAFTAR ISI




HALAMAN J UDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJ UAN ...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
PERSEMBAHAN ..................................................................................................vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
ABSTRAK ..............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................8
C. TUJ UAN PENELITIAN.............................................................................8
D. MANFAAT PENELITIAN.........................................................................8
E. KERANGKA PEMIKIRAN DAN KAJ IAN PUSTAKA
1. Komunikasi ......................................................................................11
2. Komunikasi Politik ..........................................................................15
3. Televisi Sebagai Media Massa dan Pengaruhnya.............................18
4. Iklan Politik Televisi.........................................................................20
5. Persepsi.............................................................................................24
6. Pemilih..............................................................................................29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
8
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. J enis Penelitian.................................................................................30
2. Lokasi Penelitian..............................................................................31
3. Sumber dan J enis Data.....................................................................32
4. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................32
5. Analisa Data ....................................................................................34
BAB II PROFIL CALON PRESIDEN - WAKIL PRESIDEN, DAN DESKRIPSI
KOTA SURAKARTA.
A. Profil Megawati Soekarnoputri Prabowo Subianto (Mega-Pro)...........37
B. Profil Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono) .....48
C. Profil Pasangan J usuf Kalla Dan Wiranto (J K-WIN)..............................59
D. Deskripsi Kota Surakarta.........................................................................71
BAB III PENYAJ IAN DATA
A. Kategorisasi Penyampaian Pesan Iklan Politik di Televisi Tiap Kandidat
Pemilu 2009.............................................................................................74
B. Deskripsi Responden...............................................................................79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Tiap Iklan Politik Capres dan
Cawapres Pemilu 2009..............................................................................88
1. Iklan Politik Mega-Prabowo ( Iklan Negatif Bersifat Menyerang)..91
2. Iklan Politik Televisi Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono
(Iklan Positif Pembentukan Citra)....................................................98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
9
3. Iklan J usuf Kalla dan Wiranto (Iklan Positif Testimonial Kepositifan
Kandidat)........................................................................................ 105
B. Persepsi Pemilih Pemula Mengenai Pengaruh Iklan Politik....................108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................115
B. Saran........................................................................................................116
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................106
LAMPIRAN-LAMPIRAN






























perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
10
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persepsi Terhadap Iklan Politik Capres dan Cawapres Pemilu 2009......90
Tabel 2. Pengaruh Iklan Politik............................................................................110



















perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
11
ABSTRAK

Diajeng Triastari, D0203056, Persepsi Iklan Politik Pada Pemilih Pemula
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan
Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu
2009 di Media Televisi)

Kampanye politik di Indonesia telah berkembang seiring dengan
bertambah majunya teknologi dan perubahan sistem pemilihan secara langsung.
Sistem pemilihan langsung (Pemilu) membuat persaingan antar kandidat politik
semakin ketat. Pengerahan massa yang biasa menjadi agenda dalam berkampanye,
sekarang berkembang dengan perang iklan politik pun marak terlihat di media
televisi selama masa kampanye berlangsung. Partai, calon legislatif, calon
presiden-wakil presiden atau pun kepala daerah kini mengandalkan pemuatan
iklan di televisi. Iklan politik di media televisi dianggap sebagai sarana yang
efektif untuk meraup suara masyarakat.
Fenomena iklan politik di media televisi Indonesia berawal pada pemilu
tahun 1999. Berbeda dengan iklan politik di Amerika, dimana iklan yang
menyerang lawan politik (negatif) sudah menjadi hal biasa, iklan-iklan politik di
Indonesia berisi konten-konten yang santun (positif). Hal ini erat kaitannya
dengan kultur masyarakat Indonesia yang bersifat santun, membicarakan tentang
keburukan orang lain merupakan hal yang tabu. Namun seiring ketatnya
persaingan, pada pemilu calon presiden-wakil presiden tahun 2009, mulai muncul
adanya iklan politik yang bersifat menyerang lawan politik lain.
Dengan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti bermaksud mencari
tahu bagaimana persepsi masyarakat di kota Surakarta khususnya pemilih pemula
terhadap iklan politik. Iklan politik yang dibahas disini adalah iklan politik yang
bersifat positif dan negatif. Dari tiga kandidat pasangan calon presiden-wakil
presiden Pemilu 2009, peneliti mengambil iklan Megawati-Prabowo (iklan
negatif) versi Pro Keluarga Pro Rakyat, iklan SBY-Boediono (iklan positif)
Versi Dari Rakyat Untuk Rakyat, iklan J K-Wiranto (Iklan Positif) versi
Kepositifan J K. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik
wawancara (interview).
Berdasarkan analisis data wawancara, diperoleh simpulan bahwa persepsi
mengenai iklan politik yang dimiliki pemilih pemula bervariasi. Kecenderungan
persepsi pemilih pemula melihat dari visi misi dan latar belakang figur kandidat.
Dalam perkembangan jenis iklan politik yang ada pada pemilu 2009 yaitu
munculnya iklan negatif (bersifat menyerang lawan politik), ditemukan pula
kecenderungan bahwa iklan negatif membuat persepsi pemilih pemula menjadi
lebih rasional dibandingkan dengan iklan positif. Aspek-aspek latar belakang
track record kinerja kandidat lebih dikedepankan dan tidak hanya menerima
secara pasif kelebihan-kelebihan kandidat seperti yang biasa disodorkan oleh iklan
positif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
12
ABSTRACT

Diajeng Triastari, D0203056, Young Voter Perception of Political Ads
(Young Voters Perceptions Toward Political Ad Campaign of President and Vice-
Presidential Candidates In the 2009 elections in the Media Television: A
Descriptive Qualitative Study)


Political campaingn in Indonesia has grown along with the increasing of
technology and changes in the electoral system. With the direct system of
election, competition among political candidates is getting tighter. Deployment of
the masses that usually seen on the campaign, now grown with wars of political
ads on the television during the campaign period lasted. Parties, legislative
candidates, presidential-vicepresidential candidate, or even head area now rely on
television advertising. Political advertising on television is considered as an
effective means to collect the public vote.
The phenomenon of political advertising in Indonesian television began in
the 1999 election. Unlike political ads in America, where political ads that attack
the opponent (negative) have become commonplace, the political ads in Indonesia
has a polite content (postive). This is closely related to the culture of Indonesian
people, it is a taboo to talk about others negative things. But within the tense
competition, the late elections in presidential-vice presidential candidate in 2009,
began to show the existence of political ads that are attacking other political
opponents (negative ads).
In this case, the researcher would like to find out the young voters
perception about political ads at Surakarta. The type of political ads that discussed
in here are negative and positive ads. From the three candidates of president-vice
president of 2009 election, researcher took Megawati-Prabowos negative ads
Pro Keluarga Pro Rakyat, SBY-Boedionos positive ads Dari Rakyat Untuk
Rakyat, and J K-Wiranto positive ads Kepositifan J K as the object of the
research. The data collection technique of this research was interview.
Based on the analysis of interviewed data, this research concluded that the
perception of political advertising that voters have varied. The tendency of the
voters perception shows that the vision of the candidate in the future and the
candidate figures are an important point of view. It also found that negative ads
have the tendency of making young voters perception became more rational. From
negative ads, they considering the candidates background and track record while
they making their opinion. Unlike when they saw the positive ads, they tend to
just accepting the mindset of the ads.



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasca jatuhnya pemerintahan orde baru pada pertengahan 1998
bermunculan banyak partai politik baru, masa itu sering disebut sebagai era
multipartai. Ini merupakan hasil dari terbukanya keran kebebasan untuk
menyampaikan pendapat maupun berorganisasi politik bagi rakyat Indonesia.
Masyarakat yang pada masa orde baru terbatasi ruang ekspresi politiknya
mengekspresikan euforianya dengan berbondong-bondong mendirikan partai
politik dengan berbagai asas dan ideologi yang diusung.
Tercatat, terdapat puluhan partai politik yang dinyatakan lolos verifikasi
KPU dan berhak mengikuti Pemilu: 48 parpol pada Pemilu 1999, 24 parpol pada
Pemilu 2004, dan 43 parpol pada Pemilu 2009 ditambah dengan 5 parpol lokal
Aceh. Berbagai macam bentuk komunikasi politik (kampanye) dilakukan oleh
parpol-parpol demi mendapatkan suara dari para pemilih. Dari rapat umum, dialog
interaktif, penyebaran kepada umum dan/atau penempelan di tempat umum
berupa bahan kampanye berupa selebaran, stiker, topi, barang-barang cinderamata
buku, korek api, makanan atau minuman kemasan dengan logo, gambar dan atau
slogan peserta pemilihan umum, hingga peliputan berita media massa cetak dan
elektronik.
Semenjak Pemilu 1999, 2004 dan 2009 ada perubahan menarik
berhubungan dengan aspek komunikasi politik (kampanye) oleh partai politik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
14
yaitu kampanye yang lebih banyak menonjolkan individu calon dari partai politik
tersebut melalui media massa. Perkembangan baru dalam proses Pemilihan
Umum dan berdirinya banyak partai politik di Indonesia telah mendorong
kompetisi yang semakin tajam. Pemilih yang sebelumnya hanya perlu memilih
partai politik saja, sekarang harus memilih sendiri individu calon legislatif pusat
dan daerah, anggota DPD serta pemilihan presiden-wakil presiden pilihan mereka.
Ada satu saran yang diucapkan oleh politisi kawakan dari Amerikadalam
hal terjun ke bidang politik, yaitu get known first, before you go politics. Karena
dengan dikenal oleh masyarakat, kemungkinan untuk memperoleh suara tentu
akan lebih terjamin. Pemasangan iklan politik pada media massa khususnya
televisi adalah salah satu cara yang mudah untuk memperkenalkan diri pada
masyarakat. Iklan televisi memiliki cakupan, jangkauan dan repetisi yang tinggi
yang dapat menampilkan pesan multimedia (suara, gambar, dan animasi) yang
dapat mempertajam ingatan (Suyanto, 2005: 5).
Kampanye dengan media massa tidak lah murah. Pemilihan Presiden
Amerika 2008 tercatat menghabiskan biaya iklan paling besar dalam sejarah
Amerika: 43 persen lebih besar dibandingkan iklan politik 2004. Diperkirakan
seluruh kontestan, secara kumulatif, telah menghabiskan dana sebesar US$ 4,5
miliar untuk kampanye politik. Media televisi adalah media yang paling laris
digunakan. Sekitar 51,3 persen dari total biaya iklan disedot oleh televisi.
Demikian data yang dirilis oleh PQ Media dari Stamford, Connecticut. Sedangkan
di Indonesia, Dewan Pers memperkirakan, pendapatan iklan kampanye pemilihan
presiden yang diterima media massa nasional, hingga minggu ketiga J uni, sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
15
mencapai Rp 3 triliun. "Hitungan kasar omzet iklan sudah mencapai Rp 3 triliun
merupakan penerimaan media elektronik seperti televisi dan media cetak
nasional," kata Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara di J akarta
Di masa demokrasi modern sekarang ini, meski menyebabkan biaya
berkampanye menjadi sangat mahal, pelaku politik rela memasang iklan politik di
media massa karena dianggap sebagai strategi yang paling efektif. Denny J .A
(2009: 3), selaku direktur Lingkar Survey Indonesia (LSI), sebuah lembaga yang
menjadi konsultan marketing politik kandidat dari berbagai pemilihan langsung
para pejabat publik, mulai dari presiden, gubernur hingga bupati di Indonesia,
memiliki pendapat mengenai gejala tren kampanye masa kini, yaitu :
Pertama, demokrasi meletakkan kekuasaan di tangan rakyat, bukan pada
segelintir elite. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kekuasaan, setiap politisi
harus menemui rakyat. Semakin banyak rakyat yang harus dijangkau dan
diyakinkan, akan semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan. Kedua, media
televisi sudah berkembang sedemikian rupa dan menjangkau hampir setiap rumah
tangga warga negara. Dengan demikian, iklan politik di televisi menjadi sangat
efektif sebagai cara untuk menjangkau rakyat pemilih. Bagi para pengelola
televisi, iklan-iklan politik para kandidat itu kemudian diperlakukan sama dengan
iklan-iklan komersial yang hitungan bayarannya dihitung berdasarkan durasi yang
dipakai dan waktu tayang. Ketiga, di dalam demokrasi, hanya model persuasif
yang diizinkan digunakan untuk menjaring pemilih dan bukan model intimidasi
serta pemaksaan kehendak. Untuk bisa terpilih, seorang kandidat sangat
tergantung pada strategi persuasif yang sangat canggih. Pada akhirnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
16
dilibatkanlah para konsultan untuk merumuskan strategi persuasif yang akan
dijalankan, mulai dari ahli marketing, ideolog, penulis pidato, ahli statistik sampai
perancang busana. Dan honor para konsultan ini juga sangat mahal.
Salah satu strategi taktik kampanye yang banyak dijalankan beberapa
tahun terakhir ini adalah taktik deliberate priming (Farrel, Kolodny, Medvic,
2001). Dalam taktik ini, para konsultan atau electioneer pada intinya melakukan
tiga hal utama. Pertama, menentukan isu-isu yang dinilai penting oleh segmen
pemilih (biasanya berdasar jajak pendapat). Kedua, membuat analisis penentuan
isu yang paling menguntungkan individu kontestan dan mengabaikan isu-isu
persoalan lain (meskipun dalam platform partai itu merupakan isu sentral). Ketiga,
merekayasa citra kontestan sesuai isu persoalan yang dipilih, merancang pesan
dan simbol yang diperlukan, serta merencanakan pemanfaatan media, semuanya
diusahakan agar calon pemilih terfokus pada isu yang telah dilekatkan pada
kontestan.
Penjelasan lebih mudahnya, dalam menjalankan taktik kampanye pada
iklan politik televisi, kandidat atau partai politik melalui konsultannya lah yang
memutuskan bagaimana pesan multimedia atau bagaimana mereka ingin
ditampilkan di hadapan pemilih. Lihat saja contoh iklan politik partai Demokrat
yang mencalonkan kembali SBY sebagai presiden 2009-2014 versi kampus 31,
mereka menyampaikan pesan politik berupa kinerja kepemerintahan SBY secara
indeksial. Data-data mengenai keberhasilan program pemerintahan SBY
disampaikan secara gamblang, melalui icon, tanpa kisah, tanpa dramatisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
17
Di pihak lain, iklan politik partai Gerindra menggunakan strategi
menyampaikan isu dengan narasi simbolik yang dibacakan oleh Prabowo
Subianto sendiri selaku ketua partai yang juga dicalonkan sebagai presiden 2009-
2014. Dengan gambaran sebuah kapal nelayan menabrak ombak dengan layar
berlogo burung garuda kuning; seorang anak membaca buku di tengah ladang lalu
menatap langit dengan harap; para pedagang pasar bekerja dengan semangat;
sebuah suara pelan wanita lalu meninggi mengatakan Gerindra Gerindra
Gerindra mengiringi para petani yang sedang bekerja merupakan bagian adegan
yang dapat ditemukan dalam seri iklan politik Gerindra.
Iklan politik mempunyai tanda berbentuk bahasa verbal dan visual,
merujuk pada teks iklan politik dan penyajian visualnya (simbol) yang berfungsi
mendukung peran teks iklan politik. Narasi simbolik Gerindra bermain dengan
ranah emosi. Sedangkan iklan Demokrat fakta-fakta dengan data. Peter Bynum
(1992), konsultan politik dari Partai Demokrat di AS, mengatakan, iklan politik
yang bernarasi dengan emosionalitas lebih menarik ketimbang fakta yang
disajikan secara gamblang. Survei LSI sejalan dengan pernyataan Bynum. Data
survei periode November 2008 menunjukkan, tingkat awareness publik terhadap
iklan Gerindra (62 persen) lebih tinggi dibandingkan PD (61 persen). Dari sisi
ingatan publik terhadap iklan politik, Gerindra (51 persen) juga lebih unggul dari
PD (42 persen)menurut survei LSI Oktober 2008. (Faisal, Kompas 4 Februari
2009).
Anthony Downs (1957), penggagas rational choice theory, menyatakan,
pilihan politik masyarakat tak selalu ditentukan banyaknya informasi yang mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
18
miliki tentang kandidat, tetapi juga dipengaruhi kapasitas masyarakat untuk
mengolah informasi itu (contextual knowledge). Mayoritas masyarakat Indonesia
sendiri belum memiliki contextual knowledge yang baik tentang politik. Alhasil,
informasi politik yang gamblang belum tentu bisa dicerna oleh publik.
Pada Pemilihan Umum tahun 2009 di Indonesia, tiga pasangan kandidat
bertarung untuk memperoleh posisi presiden dan wakil presiden periode 2009-
2014. Tiap pasangan turut berlomba-lomba mengkampanyekan diri
menyampaikan pesan-pesan politik melalui iklan di televisi. Komunikasi politik
yang mereka lakukan kepada pemilih, bagaimana pemilih menerima pesan politik
yang disampaikan pada iklan-iklan tersebut, penting untuk dikaji. Tujuan iklan
adalah mempersuasi penonton, persuasi dalam iklan politik televisi bertujuan agar
penonton memilih peserta politik sebegai pemenang suatu pemilihan tertentu.
Kesuksesan iklan politik tentunya harus didukung oleh tampilan visual dan konten
yang menarik. Berbagai iklan politik dengan tampilan visual yang berbeda-beda
dari peserta politik menimbulkan berbagai persepsi yang berbeda pula pada tiap
individu yang menonton. Bahkan iklan dengan tampilan visual yang sama, belum
tentu dipersepsi sama antara satu individu dengan individu lain.
Di dalam proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian
terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang
dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu
kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam
situasi yang tertentu pula (Polak, 1976). Istilah persepsi adalah suatu proses
aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
19
menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber
lain (yang dipersepsi). Persepsi yang terjadi pada individu bisa berbeda antara satu
sama lain karena berbagi faktor seperti latar belakang, tingkat pendidikan dan lain
sebagainya.
Dengan maraknya iklan politik di televisi sebagai strategi kampanye
politik, peneliti kemudian tertarik untuk meneliti tentang persepsi pemilih
terhadap tampilan visual iklan kampanye politik di televisi calon presiden dan
wakil presiden pada pemilu 2009. Dikatakan sebelumnya mayoritas masyarakat
Indonesia belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk mencerna informasi
politik. Dan penelitian ini akan mengkhususkan pada pemilih pemula yang
umumnya memiliki usia 17-22 tahun. Berdasarkan proyeksi dari data populasi
penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2005, jumlah penduduk muda (usia di
bawah 40 tahun) sekitar 95,7 juta jiwa pada tahun 2009. Dan suara kelompok
pemilih pemula (usia 17-22 tahun) mencakup 36 juta suara atau sekitar 19 persen
dari jumlah penduduk kategori pemilih. Potensi suara pemilih pemula patut
dipertimbangkan untuk dibidik oleh para kandidat pada Pemilu 2009.
Alasan mengapa peneliti memilih pemilih pemula karena kelompok
pemilih pemula umumnya belum memiliki pengalaman politik yang cukup dan
keterikatan terhadap partai politik tertentu yang kemudian membuka peluang yang
sangat besar untuk dirangkul kandidat mana pun. Selain itu, penelitian
menemukan bahwa pemilih yang memiliki ketertarikan dan keterlibatan yang
kurang terhadap kampanye politik, telah menjadikan iklan politik sebagai sumber
informasi mereka tentang kandidat (Kaid dan Holtz, 2008). Hasil penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
20
diharapkan dapat menjadi pengetahuan ilmiah yang bersifat awal yang dapat
dikonfirmasi atau diintegrasikan ke dalam penelitian lain demi kesimpulan yang
lebih valid.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye
Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 di
Media Televisi?

C. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Bagaimana Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan
Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada
Pemilu 2009 di Media Televisi.

D. Manfaat Penelitian
1. Tercapainya tujuan penelitian diatas akan memberikan penjelasan tambahan
mengenai fenomena iklan politik dan pengaruhnya terhadap persepsi
masyarakat.
2. Penelitian ini akan memperkaya kajian ilmu komunikasi dalam tataran studi
khalayak.



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
21
E. Kerangka pemikiran dan Kajian Pustaka
Keuntungan utama memasang iklan politik melalui televisi adalah
kemampuannya dalam membangun citra kepada masyarakat luas. Sebagaimana
iklan umumnya, iklan politik bertujuan menciptakan citra serba positif tentang apa
yang akan dipasarkan kepada konsumen, dalam hal ini yang ditawarkan adalah
kandidat politik kepada rakyat pemilih. Dengan asumsi bahwa melalui pencitraan
yang baik, pemilih akan terpikat dan tertarik untuk memilih mereka. Di era
perpolitikan modern dimana memasang iklan politik di media massa telah
dianggap sebagai suatu strategi yang efektif, sang calon menjual dirinya kepada
publik agar publik mengenal siapa sosok dirinya. Iklan politik juga bertujuan agar
rakyat mengetahui dan mempercayai visi dan misi kandidat dalam memajukan
negara.
Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertanding pada
pemilu 2009 adalah pasangan Megawati-prabowo, SBY-Boediono dan J K-
Wiranto. Selama masa kampanye, mereka berlomba-lomba mempromosikan diri
mereka kepada masyarakat khususnya calon pemilih melalui iklan politik di
televisi. Kampanye politik megawati-prabowo mengangkat tema tentang ekonomi
kerakyatan, tampilan visual iklan politik mereka cenderung tertuju pada golongan
masyarakat menengah ke bawah dan menyerang lawan politik yang sedang
memimpin pemerintahan. SBY-Boediono mengambil tema tentang
kepemerintahan yang bersih, mereka condong memvisualisasikan citra diri yang
positif pada iklan politik mereka. Sedangkan J K-Wiranto lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
22
memberikan informasi tentang visi dan misi ke depan dengan tema kemandirian
ekonomi.
Upaya yang mereka lakukan merupakan bentuk komunikasi sebagaimana
diungkapkan oleh Laswell, bahwa komunikasi manusia ialah komunikasi yang
mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga)
kepada seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung maupun melalui
media seperti surat kabar , majalah, radio.
Laswell juga menyebutkan, komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek.
Bentuk komunikasi melalui iklan politik di media televisi salah satu cara tercepat
dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Televisi merupakan media
yang paling luas dan cepat penyebarannya. Dalam penyajiannya, iklan televisi
memiliki unsur gambar, gerak dan suara yang dipadukan menjadi satu. Kesatuan
tersebut begitu tersampaikan kapada masyarakat tentu akan menimbulkan sebuah
persepsi.
Persepsi merupakan proses psikologis dalam penerimaan dan pemaknaan
pesan. Dalam konteks komunikasi massa, persepsi menentukan pemahaman
khalayak terhadap pesan-pesan media massa, termasuk iklan kampanye politik
yang disiarkan melalui televisi. Pemahaman ini dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keyakinan-keyakinan, pendapat
dan sikap-sikap si pemilih terhadap kandidat.
Pemilih khususnya pemilih pemula merupakan target yang dapat dirangkul
oleh kandidat mana pun karena pengalaman politiknya yang masih minim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
23
Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam suatu Pemilihan Umum. Kurangnya pengalaman mereka
dalam partisipasi politik diyakini menjadikan iklan politik sebagai sumber
informasi yang paling mudah untuk mereka terima.
Dari hasil pemikiran diatas, penelitian ini akan mengkaji tentang
bagaimana persepsi pemilih pemula di kota surakarta terhadap iklan politik
kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu 2009 di
media televisi. Menggali persepsi pemilih pemula terhadap satu iklan politik yang
sama dari masing-masing pasangan kandidat. Namun sebelumnya berikut kajian
pustaka yang akan digunakan dalam penelitian :

1. Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan latin communis yang berarti
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communicare
yang mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi menurut
Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan
berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan saling
berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka
ragam dengan cara dan gaya yang berbeda pula.
Carl I Hoveland (Sumarno, 1989: 7), seorang ahli ilmu jiwa pada yale
university, membuat sebuah pengertian mengenai komunikasi sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
24
Communication is the process by which an individual transmit stimuli
(usually verbal symbols) to modify the behavior of another individuals.
Dalam definisi ini tampak bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses
menstimulasi dari seorang individu terhadap individu lain dengan menggunakan
lambang-lambang yang berarti (biasanya dengan lambang bahasa) untuk
mengubah tingkah laku.
Menurut Onong Uchyana Effendy (Effendy, 1992: 5), definisi komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara
lisan maupun tidak langsung melalui media.
Melalui definisi tersebut tersimpul tujuan komunikasi yaitu
memberitahukan atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku
(behaviour). Dengan kata lain, dari komunikasi yang dilakukan tersebut
diharapkan terjadi tanggapan berupa efek yang akan terjadi.
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (Cangara, 2007:
19) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya.
Dari skema di bawah, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu
proses yang berawal dari adanya pesan yang disampaikan oleh sumber melalui
saluran (media/channel) yang diarahkan kepada penerima dengan harapan
mendapatkan suatu efek yang sesuai dengan keinginan sang sumber.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
25
Berikut model komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell tersebut :

( I ) : Sumber sering disebut juga sebagai pengirim, penyandi, komunikator,
atau pembicara.
( II ) : apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan.
( III ) : saluran atau media yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerima saluran boleh jadi
pesan yang disampaikan dalam bentuk saluran verbal atau saluran non
verbal.
( IV ) : penerima sering juga disebut sebagai sasaran atau tujuan.
( V ) : efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah dia menerima pesan
tersebut.
Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009: 33-
34) :
a. Komunikasi suatu proses
Komunikasi sebagai proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta
WHO
( I )
SAYS WHAT
( II )
IN WHICH
CHANNEL
TO WHOM
( IV )
WITH WHAT EFFECT
( V )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
26
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses
komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur
yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan
(meliputi bentuk isi, dan cara penyampaiannya), saluran atau alat yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau
akibat yang terjadi.
b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja atau mempunyai tujuan
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,
disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang
dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental
psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja
maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan
kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau
akibat yang ingin dicapai.
c. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerjasama dari para
pelaku yang terlibat
Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik bila pihak-
pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut
terlibat dan sama-sama memiliki perhatian yang sama terhadap topik
pesan yang dikomunikasikan.
d. Komunikasi bersifat simbolis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
27
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan
dengan menggunakan lambang-lambang, misal: bahasa.
e. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan
menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara
seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat
dalam komunikasi.
f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu maksudnya bahwa
para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus
hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai
produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks dan lain-
lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi
persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.

2. Komunikasi Politik
Untuk memahami komunikasi politik, harus diperhatikan terlebih dahulu
pengertian-pengertian yang terkandung di dalam kedua perkataan tersebut, yaitu
komunikasi dan politik. Banyak aspek kehidupan politik dapat dilukiskan
sebagai komunikasi. Politik, seperti komunikasi adalah proses; dan seperti
komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Seperti yang dikatakan oleh
ilmuwan politik Mark Roelofs bahwa politik adalah pembicaraan; atau lebih tepat,
kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara. Ia menekankan bahwa politik tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
28
hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi,
hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia
adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang (Nimmo, 1993: 8).
Politik berasal dari kata polis yang berarti negara kota, yaitu secara
totalitas merupakan kesatuan antara Negara (kota) dan masyarakatnya. Kemudian
kata polis ini berkembang menjadi politikos yang artinya kewarganegaraan.
Dari kata politikos menjadi politera yang berarti hak-hak kewarganegaraan.
Dengan ini pengertian politik menjadi lebih luas, yaitu pelaksanaan hak-hak
warga negara dalam turut serta dan berperan dalam turut serta dan berperan dalam
mengambil bagian pada pemerintahan (Sumarno, 1989: 8).
Apabila definisi komunikasi dan definisi politik tersebut kita kaitkan
dengan komunikasi politik, maka akan terdapat suatu rumusan sebagai berikut:
Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada
pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas
oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui
suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik (Sumarno,
1989: 9).
Sedangkan bila dilihat dari tujuan politik an sich, maka hakikat
komunikasi politik adalah upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi,
pemikiran politik atau ideologi tertentu dalam rangka menguasai dan atau
memperoleh kekuasaan, demi mewujudkan tujuan pemikiran politik atau ideologi
sebagaimana yang mereka harapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
29
Pengertian komunikasi politik selain dikaji dengan memilah-milah setiap
komponen yang terlibat, juga harus ditelaah dengan melihat kaitan antara
komponen yang satu dengan komponen yang lain secara fungsional, dimana
terdapat tujuan yang jelas yang akan dicapai. Sanders dan Kaid dalam karyannya,
berjudul Political Communication, Theory and Research: An Overview 1976-
1977, mengatakan bahwa komunikasi politik harus intentionally persuasive,
dalam artian sengaja dibuat sedemikian rupa agar dapat meyakinkan khalayak.
Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas tampak pula pada definisi
yang disampaikan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What Is Political
Communication. Bunyinya sebagai berikut:
Political communication is the deliberate passing of political message by
a sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a way
that might not otherwise have done.
(Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara
sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat
komunikan berperilaku tertentu.)
Dijelaskan lebih lanjut oleh Windlesham bahwa, sebelum suatu pesan
politik dapat dikonstruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan
tujuan mempengaruhinya, di situ harus terdapat keputusan politik yang harus
dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan.
J ika sanders dank aid serta windlesham menekankan pengertian
komunikasi politik pada tujuan, ahli komunikasi lain seperti Dan Nimmo dalam
bukunya, political communication and public opinion in America menekannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
30
pada efek yang muncul pada komunikan sebagai akibat dari penyampaian suatu
pesan.
Makna tujuan pada definisi sanders dan Kaid serta windlesham, dan efek
pada pendapat Dan Nimmo, pada hakikatnya sama; jika ditelaah perbedaannya
hanyalah pada keterlekatan pada komponennya; tujuan melekat pada komponen
komunikator dan efek pada komponen komunikan. Menurut kadarnya efek
komunikasi terdiri dari tiga jenis, yakni efek kognitif, efek afektif dan efek
behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila
ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh khalayak.
Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral
merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2002: 219).
Nimmo menggunakan formula Lasswell dalam menjelaskan luas lingkup
komunikasi politik, yaitu komunikator politik, pesan-pesan politik, media
komunikasi politik, khalayak politik dan efek politik. Berdasarkan ruang lingkup
itu, terlihat bahwa suratkabar, televisi dan saluran massa lainnya tercakup dalam
kajian media komunikasi politik.

3. Televisi Sebagai Media Massa Dan Pengaruhnya
Media massa, terutama suratkabar, majalah, radio, dan televisi pada
umumnya diyakini merupakan bagian yang vital dalam sistem politik demokrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
31
Dimana dalam era keterbukaan ini, media massa memainkan peran-peran yang
penting, seperti memberikan informasi kepada khalayak mengenai berbagai isu
penting, menyediakan diri sebagai forum untuk terselenggaranya debat publik,
dan bertindak sebagai saluran untuk mengartikulasikan aspirasi-aspirasi.
Media massa selalu hadir dan mewarnai kehidupan manusia sehari hari
sehingga kehadirannya menjadi sangat penting dan tidak bisa diabaikan begitu
saja. Dalam kehidupan masyarakat modern, kehadiran media massa pada dasarnya
mempunyai tujuan:
1. Informasi
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam
masyarakat dan dunia.
Menunjukkan hubungan kekuasaan.
Memudahkan inovasi, adaptasi dan kekuasaan.
2. Korelasi
Menjelaskan menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan
informasi.
Menunjang otoritas dan norma-norma mapan.
Melakukan sosialisasi.
Mengkoordinasikan beberapa kegiatan
Membentuk kesepakatan.
Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatip.
3. Kesinambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
32
Mengekspresikan budaya dominant dari mengatur kebudayaan khusus
(sub culture) serta perkembangan budaya baru.
Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
4. Hiburan
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan saran relaksasi.
Meredakan ketegangan sosial.
5. Mobilisasi
Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang,
pembangunan dan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam
bidang-bidang agama.
Peran penting media massa ketika proses pemilihan umum berlangsung,
terjadi terutama selama periode kampanye. Strategi politik dalam konteks
kampanye pemilihan umum tidak dapat dipisahkan dengan media massa. Strategi
politik membutuhkan media massa supaya publik mengetahui dan
mendukungnya. Dan televisi merupakan media yang paling luas dan cepat
penyebarannya.

4. Iklan Politik Televisi
Periklanan pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi massa yang
melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar
jasa sebuah media massa atas penyiaran iklannya, misalnya, melalui program
siaran televisi. Adapun iklan itu sendiri biasanya dibuat atas pesanan si pemasang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
33
iklan itu, oleh sebuah agen atau biro iklan; atau bisa juga oleh bagian humas
lembaga pemasang iklan itu sendiri (Suhandang, 2005: 13).
Atau arti lainnya periklanan (Ogilvy, 1983: 99) merupakan segala bentuk
pesan tentang sesuatu yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat sebagai calon konsumen. Iklan adalah bagian
dari promosi dan merupakan medium informasi yang mengandung bobot seni.
Pesan yang terdapat dalam iklan terbentuk dari perpaduan antara pesan
verbal dan non verbal. Pesan verbal, merupakan kata-kata yang tersusun dari
huruf vokal dan konsonan yang membentuk makna tertentu. Sedangkan semua
pesan yang bukan pesan verbal adalah pesan non verbal. Sepanjang bentuk non
verbal tersebut mengandung arti, maka dapat disebut pesan komunikasi
(widyatama, 2007: 17).
Sementara itu iklan politik berfungsi menyampaikan pesan verbal dan
visual yang bermuatan politik disusun secara persuasif dan komunikatif kepada
khalayak. Dalam iklan, pesan verbal dan visual agak riskan untuk dipisahkan. Bila
memposisikan sebagai audience, iklan harus punya pesan verbal dan non verbal
yang kredibel. J anjinya masuk akal, visinya jelas, gambarnya menyentuh dan
membuat nyaman calon pemilih (Tinarbuko, 2009: 81)
Iklan politik adalah proses dimana kandidat, partai politik, individu, dan
grup-grup mempromosikan diri dan pandangan mereka melalui suatu saluran
komunikasi massa. Iklan politik biasanya merupakan suatu bentuk media berbayar
dimana promotor (atau sponsor) dari kandidat dll tersebut membeli jam tayang
untuk mendistribusikan pesan iklan (Kaid, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
34
Political advertising refers to the process by which candidates, parties,
individuals, and groups promote themselves and their viewpoints through mass
communication channels. Political advertising is generally considered a form of
paid media in which the promoter (or sponsor) buys the space or time
for distributing the advertising message.

Lebih jelas Kaid dan Holtz-Bacha mendefinisikan iklan politik televisi
sebagai moving image programming that is designed to promote the interest of a
given party or individual (program gambar bergerak yang dirancang untuk
mempromosikan tujuan sebuah partai atau individu). Dalam iklan politik,
kandidat atau partai bisa mengontrol isi pesan politik yang akan disampaikan
dalam iklan politik. Dan untuk menekankan soal kontrol pesan tadi, mereka
memperluas definisi itu dengan menyodorkan definisi: any programming format
under control of the party or candidate and for which time is given or purchased.
(semua format program yang dikendalikan oleh partai atau kandidat dengan jam
tayang yang telah diberikan atau dibeli) (Danial, 2009: 93)
Iklan politik, khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan strategis
dalam political marketing. Nursal (2004: 256) mengutip Riset Falkowski &
Cwalian (1999) dan Kaid (1999) menunjukkan, iklan politik berguna untuk
beberapa hal berikut:
1. Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat
2. Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan karena
mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.
3. Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan.
4. Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu
5. Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
35
6. Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih
terhadap kandidat dan even-even politik
Dari sisi sifat pesan, Linda Kaid (dalam Putra, 2007) menjelaskan, iklan
dapat digolongkan menjadi iklan positif dan iklan negatif. Iklan positif adalah
iklan yang memuat keunggulan dari sebuah kontestan yang dipasarkan Sedangkan
iklan negatif adalah iklan tentang kelemahan pesaing. Iklan negatif
(Ansolabehere: 1994) didefinisikan sebagai iklan yang berfokus pada kegagalan
kebijakan atau kontribusi yang tidak diinginkan dari pihak lawan. Iklan negatif
lebih cepat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif.
Sedangkan menurut Devlin (Brian Mcnair, 1999), penyampaian pesan dalam
iklan politik di TV dapat menggunakan berbagai macam tehnik. Ia menyebutkan
ada tujuh kategori, meskipun tidak saling meniadakan. Pertama, iklan primitive,
biasanya artificial, kaku, dan tampak dibuat-buat. Kedua, talking heads, dirancang
untuk menyoroti isu dan menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani
isu tersebut dan melakukan pekerjaannya nanti.
Berikutnya adalah iklan negative, yang menyerang kebijakan kandidat atau
partai lawan. (Ansolabehere: 1994) didefinisikan sebagai iklan yang berfokus
pada kegagalan kebijakan atau kontribusi yang tidak diinginkan dari pihak lawan
Iklan negatif lebih cepat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif.
Namun demikian, iklan negatif tidak selalu memberi citra positif kepada pihak
yang menggunakan.
Iklan politik di tv jenis keempat adalah iklan konsep, yang dirancang
untuk menggambarkan ide-ide dasar dan penting mengenai kandidat. Kelima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
36
adalah cinema-verite, tehnik yang menggunakan situasi informal dan alami,
misalnya dengan menayangkan kandidat yang sedang berbicara akrab dan spontan
dengan rakyat kecil atau satu sisi kehidupan pribadi atau keluarganya atau dunia
pekerjaannya. Meskipun bertujuan memberikan kesan spontanitas dan
informalitas, iklan semacam itu juga sering berdasarkan naskah (scenario) dan
latihan.
Dua jenis iklan politik lainnya adalah kesaksian (testimonial), baik dari
orang biasa, maupun dari tokoh terkemuka yang dikagumi, baik dari tokoh politik,
ilmuwan, olahragawan mau pun artis. Terakhir adalah format reporter netral,
rangkaian laporan mengenai kandidat atau lawannya dan memberikan kesempatan
kepada pemirsa untuk memberikan penilaian. Tayangan itu tentu saja tidak netral,
namun mengandung kesan demikian karena disampaikan secara naratif
(Mulyana,1997: 97-98).
Frank W. Baker, seorang konsultan literatur media dari Columbia,
menyebutkan bahwa suatu iklan politik, kewajiban untuk menyampaikan hal yang
sebenarnya itu tidak ada dan stasiun televisi tidak memiliki tanggung jawab untuk
memeriksa akurasi iklan tersebut. Hal ini mengakibatkan iklan politik terbuka
terhadap manipulasi data dan dapat menyebabkan kebohongan untuk mencoreng
lawan politik. Isi dari sebuah iklan seharusnya menunjukkan hal yang sebenarnya,
tetapi di dalam iklan politik penonton sendiri yang harus memilah-milah
kebenaran tentang isi iklan. (St. Louis Journalism Review 38.309. 2008 : 26)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
37
5. Persepsi
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian
(judgement) atau membangun kesan (impression) tentang orang-orang, situasi-
situasi ataupun peristiwa-peristiwa yang terdapat di sekitar mereka. Dari penilaian
yang terbentuk, kemudian berpikir tentang suatu hal atau melakukan hal yang
berhubungan dengan segala sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan. Dalam
menangkap pesan dari suatu proses komunikasi, setiap individu akan
menanggapinya secara berbeda-beda, sesuai dengan keadaan individu tersebut
sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Manusia mempersepsi segala
hal yang terjadi di dunia dan hasil persepsi itu dapat memberikan pengaruh-
pengaruh tertentu ke dalam diri individu itu sendiri maupun individu lain.
Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam
lingkungannya; penginderaan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan
dan kebutuhan (Effendy, 2004: 197).
Menurut Deddy Mulyana, persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan
penafsiran (intrepretasi) adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian
balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas
yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi (Mulyana, 2007: 180-181).
Lebih lanjut Deddy Mulyana (2007: 179) mendefinisikan persepsi sebagai
proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi
perilaku kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
38
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi oleh Hafied Cangara (2007:
162), dijelaskan bahwa persepsi ialah dimana seseorang menyadari adanya obyek
yang menyentuh salah satu pancainderanya, apakah itu mata atau telinga. Persepsi
terbentuk karena adanya rangsangan yang diorganisasi kemudian diberi
interpretasi menurut pengalaman, budaya dan tingkat pengetahuannya.
Definisi lain tentang persepsi yang dapat dijumpai misalnya, dari Berelson
dan Steiner (1964) sebagaimana dikutip oleh Severin dan Tankard J r. (1988: 121)
yang menyatakan bahwa persepsi merupakan sebuah complex process by which
people select, organize and interpret sensory stimulation into a meaningful and
coherent picture of the world. Kemudian definisi ini dikomentari oleh Severin and
Tankard J r. bahwa individu-individu pada dasarnya tidak bersifat pasif, tetapi
bersifat aktif dalam proses persepsi. Mereka juga berpendapat bahwa beberapa
faktor psikologis, seperti asumsi, motivasi, penghargaan terhadap nilai-nilai
budaya, minat dan sikap ikut serta mempengaruhi persepsi.
Pengertian persepsi kerap disamakan / dianggap sama dengan pengertian
respon, reaksi tingkah laku yang merupakan akibat dari stimulus sosial (gejala
sosial) yang berupa perubahan nilai yang timbul di tengah-tengah masyarakat.
Dalam hal ini, nilai yang muncul tersebut menentukan respon yang
diambil sebagai landasan pokok perbuatan atau bertindak seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Soerjono Soekamto, bahwa interaksinya dengan
perorangan/kelompok masyarakat terlihat adanya, serta mengandung rangsangan
dan respon (Soekamto, 1975: 56-60).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
39
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil
pengamatan terhadap suatu obyek melalui panca indera sehingga diperoleh suatu
pemahaman atau penilaian. Dalam persepsi, terkandung 3 pengertian yaitu:
1. merupakan hasil pengamatan
2. merupakan hasil penilaian
3. merupakan pengolahan akal dari data indrawi yang diperoleh melalui
pengamatan.
Persepsi dapat dilaksanakan oleh seorang individu melalui beberapa syarat:
a. adanya obyek yang dipersepsi (fisik atau kealaman)
b. reseptor atau alat indra untuk menerima stimulus dan saraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan stimulus dan mengadakan respon
diperlukan saraf motoris (fisiologis)
c. perhatian sebagai langkah pertama suatu persiapan dalam mengadakan
persepsi (psikologis)
Persepsi merupakan aktifitas menilai sehingga bersifat evaluatif dan
subyektif. Evaluatif berkaitan dengan nilai baik buruk atau positif-negatif.
Subyektif berarti adanya perbedaan kapasitas indrawi dan perbedaan filter
konseptual dari masing-masing individu dalam melakukan persepsi. Sehingga
pengolahan stimuli dalam diri komunikan akan membuahkan makna yang
ekslusif, yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Berkenaan dengan persepsi pemilih terhadap iklan politik, Nursal (2004:
234) mengadaptasi Kotler (1995) dan Peter dan Olson (1993), menyebutkan ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
40
beberapa tahap respon yang dilakukan oleh pemilih dalam hal pemilihan umum
terhadap stimulasi iklan politik, yaitu:
1. Awareness, yakni bila seseorang dapat mengingat atau menyadari bahwa
sebuah pihak tertentu merupakan sebuah kontestan Pemilu. Dengan jumlah
kontestan Pemilu yang banyak, membangun awareness cukup sulit dilakukan,
khususnya bagi partai-partai bam. Seperti sudah menjadi hukum besi political
marketing, secara umum para pemilih tidak akan menghabiskan waktu dan
energinya untuk menghafal nama-nama kontestan tersebut. Yang terang,
seorang pemilih tidak akan memilih kontestan yang tidak memiliki brand
awareness.
2. Knowledge, yakni ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur
penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun
presentasi. Unsur-unsur itu akan diinterpretasikan sehingga membentuk
makna politis tertentu dalam pikiran pemilih. Dalam pemasaran produk
komersial, tahap ini disebut juga sebagai tahap pembentuk brand association
dan perceived quality.
3. Liking, yakni tahap di mana seorang pemilin menyukai kontestan
tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya
sesuai dengan aspirasinya.
4. Preference, tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau
beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk
politik sebuah kontestan tidak dapat dihasilkan secara lebih memuaskan olch
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
41
kontestan lainnya. Dengan demikian, peniilih tersebut memiliki
kecenderungan unluk memilih kontestan tersebut.
5. Conviction, pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih
kontestan tertentu.

6. Pemilih
Azwar (2008) membagi pemilih di Indonesia dengan tiga kategori.
Kategori pertama, adalah pemilih yang rasional, yakni pemilih yang benar-benar
memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis mendalam. Kedua, pemilih
kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan tidak kenal kompromi.
Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilih yang baru pertama kali memilih karena
usia mereka baru memasuki usia pemilih. Kelompok pemilih yang berentang usia
17-21 tahun ini adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja
muda.
Sedangkan Brooks dan Farmer mengatakan bahwa kampanye cenderung
membagi pemilih menjadi tiga kategori yaitu basis pemilih yang yang mendukung
kandidat, swing voters atau pemilih mengambang yang bisa dipersuasi oleh
kandidat mana pun dan basis pemilih yang mendukung kandidat lawan yang tidak
bisa dipersuasi oleh cara apa pun. Dalam psikologi politik, pemilih yang telah
memiliki dukungan terhadap kandidat tertentu cenderung mengabaikan atau
kurang memperhatikan pesan dari pihak lawan. Dan itu mempengaruhi pemilih
dalam mengevaluasi karakter kandidat dan isi dari pesan kampanye.
Campaigns tend to divide voters into three categories: the base voters
who are predisposed to support the candidate, the swing voters who may be
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
42
persuaded and the opponents base voters who are unlikely to be persuaded by
any appeal. Political psychology suggests the base voters on both sides have
predispositions that cause them to ignore or discount messages from the opposing
view point. That same filter seems to be at work here. When a voter has a clear
predisposition it affects their evaluation of a candidates character and the
content of the campaign message. (Brooks, Farmer : 2009)



F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian
untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian (Nazir: 2003). J enis
penelitian ini memberikan peluang yang besar akan munculnya interpretasi-
interpretasi alternatif. Metode ini juga mampu mendekatkan antara peneliti
dengan objek yang dikaji.
Cara kerja proses penelitian ini berlangsung serempak dan dilakukan
dalam bentuk pengumpulan, pengolahan dan menginterpretasikan sejumlah data
yang bersifat kualitatif. Menurut nawawi (Nawawi: 1995), penelitian deskriptif
terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact
finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki. Akan tetapi guna
mendapatkan manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini, kerap kali di samping
pengungkapan fakta sebagaimana adanya dilakukan juga pemberian interpretasi-
interpretasi yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
43
Rakhmat (1993: 24) menyatakan bahwa penelitian deskriptif hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana persepsi pemilih pemula
setelah melihat iklan politik tanpa menggunakan uji hipotesis atau prediksi. Di
mana informasi diperoleh dengan membandingkan hasil wawancara dari masing-
masing responden, observasi dan kajian kepustakaan, baru kemudian menarik
kesimpulan dari persepsi responden.
Penelitian ini ditujukan untuk (1) mengumpulkan informasi aktual secara
rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasikan masalah atau
memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan
atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Sementara itu, pendekatan
kualitatif dilakukan untuk menghasilkan data yang berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan seluruh obyek atau subyek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti(Alimul, 2007). Populasi dari penelitian ini adalah
pemilih pemula yaitu pemilih yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya
pada Pemilu 2011 yang berusia sekitar 17-21 tahun yang bertempat tinggal di
perumahan Fajar Indah, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
44
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul,2007). Peneliti
menggunakan rancangan pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu
memilih orang-orang tertentu karena peneliti menganggap bahwa seseorang
tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. J umlah sampel
dalam penelitian adalah 12 responden pemilih pemula yang bertempat tinggal di
Perumahan Fajar Indah, Surakarta.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pemilih pemula berusia 17-21 tahun.
2. Pernah melihat iklan politik di televisi
3. Penduduk Perumahan Fajar Indah Surakarta.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di perumahan Fajar Indah, yang tergabung
dalam kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Pengambilan lokasi ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa dari khalayak di lokasi tersebut dapat mewakili
populasi yang sedang diteliti oleh peneliti. Kondisi ini tepat sekali untuk dijadikan
sebagai obyek penelitian penulis. Kedekatan. Secara geografis, peneliti memiliki
kedekatan dengan lokasi penelitian karena peneliti tinggal di wilayah Kota
Surakarta. Sehingga memungkinkan bagi peneliti lebih memahami kondisi Kota
Surakarta. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini akan mampu
menjelaskan lebih dalam realita yang terjadi di kota tersebut. Secara teknis, faktor
kedekatan geografis ini juga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
45
3. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Merupakan data utama yang langsung diperoleh dari sumber data oleh
peneliti untuk tujuan penelitian. Data primer ini diperoleh dari
dokumentasi, hasil observasi dan wawancara dengan narasumber.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dengan cara tidak langsung atau
didapatkan dari pihak lain. Adapun data-data yang dikumpulkan
diperoleh dari buku-buku atau literatur, internet dan sumber lain yang
dapat mendukung penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting
dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia
sebagai subyek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala
atau masalah yang diteliti. Dari wawancara, disamping melihat opini
mereka tentang peristiwa yang terjadi, juga dapat digunakan sebagai
dasar penelitian selanjutnya. Wawancara dilakukan terhadap responden
yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting
yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini bersifat lentur,
terbuka, tidak berstruktur ketat namun tetap fokus dan terarah.
b. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
46
Karl Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman, dan Cook 1976:253)
mendefinisikan observasi sebagai pemilihan pengubahan, pencatatan
dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan
dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris
(Rakhmat, 2004: 83).
Pemilihan menunjukkan bahwa pengamat ilmiah mengedit dan
memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja.
Pemilihan mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan
kesimpulan apa yang diambil.
Pengubahan berarti observasi tidak hanya dilakukan secara pasif.
Peneliti boleh mengubah perilaku atau suasana tanpa mengganggu
kewajarannya. Mengubah perilaku artinya dengan sengaja
mengundang respon tertentu.
Pencatatan adalah upaya merekam kejadian-kejadian dengan
menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode
lainnya.
Pengodean berarti proses menyederhanakan catatan-catatan ini
melalui metode reduksi data.
Rangkaian perilaku dan suasana menunjukkan bahwa observasi
melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada berbagai
perilaku dan suasana.
In situ berarti pngamatan kejadian dalam situasi alamiah walaupun
tidak berarti tanpa menggunakan manipulasi eksperimental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
47
Untuk tujuan empiris menunjukkan bahwa observasi mempunyai
bermacam-macam fungsi dalam penelitian: deskripsi, melahirkan teori
dan hipotesis, menguji teori dan hipotesis.
Observasi dalam penelitian ini berguna untuk menjelaskan,
memerikan dan merinci gejala yang terjadi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data yang berupa dokumen, teks atau
karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk
data).
5. Analisa Data
Analisis yang digunakan adalah analisis data interaktif yang diungkapkan
oleh Miles dan Huberman. Tehnik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga
komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions) (Punch,
1998: 202-204).
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap (Pawito, 2007: 104).
Tahap pertama melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan
meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-
catatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas
serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-
kelompok, dan pola-pola data. Catatan yang dimaksud di sini tidak lain adalah
gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan
data yang ditemui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
48
Komponen kedua analisis dari miles dan Huberman yaitu penyajian data
(data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni
menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga
seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena
dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa
bertumpuk maka penyajian data (data display) pada umunya diyakini membantu
proses analisis.dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-kelompok
atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan
kerangka teori yang digunakan.
Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan
(drawing and verying conclusions), peneliti mengimplementasikan prinsip
induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau
kecenderungan dari display data yang telah dibuat.
Berikut skema siklus analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman:

Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman


Pengumpulan
data


Reduksi data

Penyajian
data

Penarikan/pengujian
kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
49
BAB II
PROFIL CALON PRESIDEN - WAKIL PRESIDEN
DAN DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

A. Profil Megawati Soekarnoputri Prabowo Subianto (Mega-Pro)

Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapat nomor urutan
pertama dalam pemilu 2009 adalah pasangan Megawati Soekarnoputri dan
Prabowo. Pasangan yang diusung PDI Perjuangan - Gerindra itu mendeklarasikan
diri sebagai pasangan capres dan wapres pada tanggal 24 Mei 2009. Lokasi
pendeklarasian bertempat di area TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar
Gebang, Bekasi, J awa Barat. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa sebab, 'Gunung
sampah' Bantar Gebang, identik dengan masyarakat marginal alias kaum yang
terpinggirkan. Selain di Bantar Gebang, mereka juga mengadakan deklarasi di
pasar tradisional Pasar Gede, Solo pada tanggal 29 Mei 2009. Deklarasi di Bantar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
50
Gebang dan Pasar Gede merupakan bentuk konsistensi pada platform ekonomi
kerakyatan yang diusung pasangan tersebut.
Visi yang diutarakan Mega-Prabowo apabila mereka menjadi presiden dan
wakil presiden masa pemerintahan 2009-2014 adalah: GOTONG ROYONG
MEMBANGUN KEMBALI INDONESIA YANG BERDAULAT,
BERMARTABAT, ADIL DAN MAKMUR. Adapun Misi yang dijunjung
adalah: Menegakkan kedaulatan dan kepribadian bangsa yang bermartabar;
Mewujudkan kesejahteraan sosial dengan memperkuat ekonomi kerakyatan;
Menyelenggarakan pemerintahan demokratis-konstitusional yang bersih dan
efektif.
Visi dan misi di atas merupakan gambaran potret mengenai persoalan
hakiki dalam kehidupan bangsa saat ini, dan gambaran tentang arah kemana
pikiran dan pekerjaan akan dilakukan dalam 5 tahun yang akan datang. Tema
sentral yang diturunkan ke dalam isu-isu pokok juga memberikan landasan
operasional/platform bagi program-program kerja 5 tahun mendatang.
Kata GOTONG ROYONG merupakan intisari dari ideologi Pancasila 1
J uni, dimana MEGA PRABOWO melihat bahwa tanggung jawab untuk
membangun bangsa ke depan harus dilakukan secara bahu-membahu bersama
seluruh komponen-komponen bangsa. Sedangkan kata-kata
BERDAULAT,ADIL DAN MAKMUR, dan BERMARTABAT adalah
amanat Trisakti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
51
BERDAULAT artinya pemerintah harus mampu menyediakan sarana-
sarana vital agar rakyat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dan
meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu bangsa ini harus:
1. Mandiri di bidang pangan, energi, keuangan dan pertahanan
keamanan
2. Mengutamakan kemampuan nasional dalam penguasaan dan
pengelolaan sumber daya alam
3. Mengutamakan perkembangan ilmu dan teknologi yang terkait
dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan
terbarukan
4. Mendorong produksi dan konsumsi dalam negeri untuk
memperkuat ekonomi
ADIL DAN MAKMUR mengandung arti:
1. Rakyat memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan
dengan terpenuhinya sarana-sarana dasar di bidang pendidikan,
kesehatan dan dalam melakukan proses produksi. Oleh karena itu,
pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan akses untuk rakyat
kecil terutama tani, nelayan, buruh, pedagang kecil dan pelaku
ekonomi lainnya
Terciptanya keadilan antar wilayah, dimana tidak ada daerah yangh
tertinggal jauh dibanding daerah lainnya
2. Terfasilitasinya keragaman di dalam masyarakat sehingga
Indonesia bisa menjadi rumah untuk semua anak bangsa. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
52
itu, hukum dan keadilan serta musyawarah mufakat harus menjadi
dasar dalam mengelola perbedaan
3. Negara harus menjamin hidup yang layak bagi rakyat terpinggirkan
dan menghargai HAM dalam segala aspeknya
BERMARTABAT mengandung pengertian:
1. Negara mampu menjamin pertahanan dan keamanan serta
integritas wilayah NKRI secara mandiri
2. Memiliki kemampuan dalam menentukan arah pembangunan dan
perekonomian tanpa didikte oleh pihak lain
3. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk berperan secara
regional dan global dalam rangka menciptakan tatanan dunia yang
lebih adil
4. Mendorong berkembangnya karakter dan kebudayaan yang
mendukung kemajuan dan daya tahan sebagai bangsa
Agenda pokok membangun kembali Indonesia Raya:
1. kekayaan Negara untuk kemakmuran rakyat
2. Melaksanakan ekonomi kerakyatan
3. Membangun kedaulatan pangan dan energi
4. Menyelenggarakan pemerintahan yang tegas, bersih, dan efektif
dalam melayani rakyat.
5. Menciptakan manusia Indonesia yang unggul, sehat, dan
berkepribadian melalui pendidikan, kesehatan dan kebudayaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
53
Megawati Soekarnoputri

Megawati adalah anak kedua dari Presiden Soekarno yang merupakan
proklamator kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau lahir
di Yogyakarta pada 23 J anuari 1947 dengan nama Dyah Permata Megawati
Setiyawati Soekarnoputri. Dia menghabiskan masa sekolah dasar hingga
menengah atas di Yayasan Perguruan Cikini, J akarta. Selepas itu ia pernah kuliah
di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung
(1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), tetapi
tekanan politik saat itu mengakibatkan dia tidak dapat menyelesaikan studinya.
Ibu dari tiga orang anak ini merintis karier politiknya dengan menjadi
Ketua PDI Cabang J akarta Pusat tahun 1987. Semasa Orde Baru kerinduan akan
sosok Soekarno seolah tergantikan oleh Megawati. Maka, tak heran jika Megawati
kemudian menjadi sosok yang kuat di PDI, meruntuhkan kekuatan Soerjadi
sebagai Ketua Umum PDI saat itu. Naiknya pamor Megawati bahkan dinilai
berpotensi mengganggu stabilitas pemerintahan Orde Baru yang sedang berkuasa
sehingga ketika Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya memilih Megawati sebagai
Ketua Umum Partai, intrik politik pun mulai bermunculan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
54
Setelah menjadi Ketua Umum Partai, Megawati mendiami kantor DPP
PDI di J alan Diponegoro. Kantor tersebut merupakan simbol keberadaan DPP
yang sah. Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan
merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman kemudian menjadi
kenyataan. Pagi, tanggal 27 J uli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut
kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan
puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di
J akarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 J uli. Penyerangan kantor DPP
PDI tersebut bukannya menyurutkan semangat para banteng muda, tetapi justru
makin mengukuhkan eksistensi Megawati sebagai simbol perlawanan Orde Baru.
Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan
Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui
Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah.
Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde
Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan.
Pemilu 1999 menjadi pemilu paling fenomenal sejak masa Orde Baru
dimulai karena saat itu rezim lama telah tumbang dan PDI Perjuangan telah
memberikan sosok baru menjadi harapan rakyat Indonesia. Kejenuhan akan
represi politik Orde Baru menjadikan PDI Perjuangan menjadi pilihan pertama
rakyat Indonesia hingga meraih suara 33,36 persen dari total suara pada tahun
1999.
Meski Megawati dipilih oleh rakyat, tetapi di parlemen dia kalah oleh KH
Abdurrahman Wahid yang akhirnya menjadi Presiden dan Megawati menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
55
wakilnya saat itu. Situasi politik yang terus berubah akhirnya menjatuhkan Gus
Dur dari jabatannya dan mengangkat Megawati sebagai Presiden sejak
pertengahan 2001 hingga 2004.
Menjadi Presiden RI dalam situasi krisis ekonomi sosial dan politik
bukanlah jalan yang mudah bagi Megawati. Warisan utang dan kemampuan
keuangan negara yang sangat berat saat itu membuat presiden ke-5 RI ini
mengambil jalan yang sangat tidak populer, yaitu melego saham BUMN,
menguras simpanan pemerintah, dan menjual aset Badan Penyehatan Perbankan
Nasional.
Dengan berbagai langkah itu, Mega yang dipuja pada Pemilu 1999
akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dia tidak mampu memenuhi harapan
bangsa Indonesia hingga akhirnya PDI Perjuangan tidak lagi populer pada Pemilu
2004. Dan kini, Megawati harus berusaha keras untuk dapat meyakinkan dan
meraih simpati rakyat dalam pemilihan presiden 2009.
Daftar Riwayat Hidup:
Nama : Dr (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri
Nama Lengkap: Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Lahir : Yogyakarta, 23 J anuari 1947
Agama : Islam
Suami : Surendro (alm)
Taufik Kiemas
Anak : Mohammad Prananda
Mohammad Rizki Pratama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
56
Puan Maharani
Pendidikan :
SD Perguruan Cikini J akarta, (1954-1959)
SLTP Perguruan Cikini J akarta, (1960-1962)
SLTA Perguruan Cikini J akarta, (1963-1965)
Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)
Karir :
Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Bandung), (1965)
Anggota DPR-RI, (1993)
Anggota Fraksi DPI Komisi IV
Ketua DPC PDI J akarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
Ketua Umum PDI versi Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang
dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
Wakil Presiden Republik Indonesia, (Oktober 1999-23 J uli 2001)
Presiden Republik Indonesia ke-5, (23 J uli 2001-2004)
Prabowo Subianto

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
57
Prabowo yang dilahirkan 17 Oktober 1951 di J akarta adalah anak ketiga
dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo dengan Dora Marie Sigar. Masa
kecil Prabowo bersama kedua orangtuanya banyak dilewatkan di negara-negara di
Benua Asia dan Eropa. Dalam lingkungan itu, ia menguasai setidaknya empat
bahasa asing, yakni Inggris, J erman, Perancis, dan Belanda.
Minat Prabowo pada dunia kemiliteran merujuk pada karier kedua
pamannya, Letnan Sujono Djojohadikusumo dan Sersan Mayor Subianto
Djojohadikusumo. Kedua pamannya ini gugur dalam Peristiwa Lengkong di
Tangerang tahun 1946.
Akhirnya ia menetapkan hati untuk memilih pendidikan di Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Magelang. Saat bersamaan
padahal ia juga diterima di Fakultas Ekonomi Colorado University dan George
Washington University. Bak meteor, karier militernya memang melesat berkat
kemampuannya sebagai prajurit tempur. Puncak kepemimpinan komandan
jenderal pun direngkuhnya.
Namun, kariernya berbalik arah pada tahun 1998. Saat dia menjadi
Panglima Kostrad (1998), muncul Peristiwa Mei 1998 yang berakibat pada
mundurnya Presiden Soeharto. Prabowo pun terkena imbasnya, ia dituding berada
di belakang kasus penculikan sejumlah aktivis. Peristiwa inilah yang membuat
Prabowo harus melepas dinas kemiliterannya.
Prabowo pun menyepi ke J ordania dan sejumlah negara di Eropa dan
Asia selama sekitar dua tahun. Prabowo pun menyepi ke J ordania dan sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
58
negara di Eropa dan Asia selama sekitar dua tahun. Sekembalinya ke Tanah Air,
ia menjadi pengusaha dengan mengelola PT Kiani Kertas.
Nama mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus ini kembali mencuat,
menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar untuk
Pilpres 2004. Namun, ia kalah bersaing, tetapi tetap berkiprah di jajaran pengurus
Golkar.. Kemudian dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kongres V Petani 5 Desember 2004 di
J akarta, dia terpilih menjadi Ketua Umum HKTI periode 2004-2009
menggantikan Siswono Yudo Husodo dengan memperoleh 309 suara,
mengalahkan Sekjen HKTI Agusdin Pulungan, yang hanya meraih 15 suara dan
satu abstein dari total 325 suara.
Setahun menjelang pemilu legislatif digelar, ia kemudian ikut membidani
berdirinya Partai Gerakan Indonesia Raya. Dan pada bulan Mei 2008 Prabowo
gencar tampil di televisi dalam bentuk iklan layanan masyarakat yang disponsori
oleh HKTI, sebagai ketua umum organisasi tersebut dengan pesan untuk
menggunakan produk dalam negeri. Pada 9 Mei 2008 Partai Gerindra menyatakan
keinginannya untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu
2009 saat mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada
KPU. Namun belakangan, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya
Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri.
Keduanya mengambil motto 'Mega-Pro'.
Daftar Riwayat Hidup:
Nama : Prabowo Subianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
59
Nama Lengkap: Prabowo Subianto Djojohadikusumo
Lahir : J akarta, 17 Oktober 1951
Agama : Islam
Orang tua : Prof. Sumitro Djojohadikusumo
Anak : Didit Prabowo
Pendidikan :
SMA: American School In London, U.K. (1969)
Akabri Darat Magelang (1970-1974)
Sekolah Staf Dan Komando TNI-AD
Kursus/Pelatihan:
Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1974)
Kursus Para Komando (1975)
J ump Master (1977)
Kursus Perwira Penyelidik (1977)
Free Fall (1981)
Counter Terorist Course Gsg-9 Germany (1981)
Special Forces Officer Course, Ft. Benning U.S.A. (1981)
J abatan :
Komandan J enderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998)
J abatan Sekarang:
Ketua Umum HKTI periode 2004-2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
60
Komisaris Perusahaan Migas Karazanbasmunai di Kazakhstan
Presiden Dan Ceo PT Tidar Kerinci Agung (Perusahaan Produksi Minyak
Kelapa Sawit), J akarta, Indonesia
Presiden Dan Ceo PT Nusantara Energy (Migas, Pertambangan, Pertanian,
Kehutanan Dan Pulp) J akarta, Indonesia
Presiden Dan Ceo PT J aladri Nusantara (Perusahaan Perikanan) J akarta,
Indonesia
B. Profil Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono)

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urutan kedua adalah
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Pendeklarasian SBY
Berbudi, begitu slogan yang digunakan pasangan ini, dilakukan secara gegap
gempita di Gedung Sabuga, Bandung pada 15 Mei 2009. Prosesi atau tata cara
deklarasi pada pasangan SBY-Boediono meniru pendeklarasian calon presiden
Amerika Barack Husein Obama dan calon wakil presiden J oe Biden, yang
dilaksanakan di Illionis, 23 Agustus 2008. Deklarasi mewah ini dinilai terlalu
berlebihan karena diperkirakan menghabiskan dana hingga miliaran rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
61
Visi SBY-Boediono dalam rencana pemerintahan 2009-2014 adalah
Secara ringkas, kerangka visi Indonesia 2014 dapat dirumuskan dengan kalimat
singkat, padat, jelas, dan visioner, yakni: TERWUJ UDNYA INDONESIA YANG
SEJ AHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Penjelasannya sebagai
berikut:
1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan
rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya
manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui
kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang
demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi
kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia
3. .Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang
dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya
dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Sedangkan Misi yang diusung SBY-Boediono 2009-2014:
MEWUJ UDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJ AHTERA, AMAN DAN
DAMAI DAN MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI
INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS.
Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi
pemerintah tahun 2009-2010 sebagai berikut.
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
62
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Pasangan Capres-Cawapres SBY-Boediono telah merancang 5 Strategi
Pokok sebagai berikut:
1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai
Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.
2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good
Corporate Governance.
3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang
cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.
4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan
memberantas korupsi.
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain,
maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan
yang inklusif bagi segenap komponen bangsa.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Di antara tiga calon presiden yang maju bertarung dalam Pemilu Presiden
2009, Susilo Bambang Yudhoyono adalah contoh kegigihan anak desa tanpa
modal nama besar keluarga meraih mimpinya. Muhammad J usuf Kalla
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
63
menyandang nama besar ayahnya, Hadji Kalla, saudagar sukses. Megawati
Soekarnoputri menyandang nama besar ayahnya, Soekarno, Presiden RI pertama.
SBY lahir di lingkungan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, J awa Timur
pada 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R Soekotjo dan
Siti Habibah. Ayahnya R Soekotjo adalah seorang Bintara Angkatan Darat,
sementara ibunya, Siti Habibah, putri salah seorang pendiri pondok pesantren
Tremas.
R Soektotjo memberi nama Susilo Bambang Yudhoyono karena penuh
makna. Susilo berarti orang yang santun dan penuh kesusilaan. Bambang artinya
ksatria. Yudho bermakna perang dan Yono berarti kemenangan. J adi Susilo
Bambang Yudhoyono berarti seorang yang santun, penuh kesusilaan, ksatria dan
berhasil memenangkan setiap peperangan.
Seperti ayahnya, Soekotjo, seorang tentara, Yudhoyono bercita-cita
menjadi tentara. Karena terlambat mendaftar, Yudhoyono terasing nyaris dua
tahun sebelum masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(Akabri). Lulus dari Sekolah Menengah Atas 1 Pacitan tahun 1968, Yudhoyono
pergi ke Surabaya, J awa Timur. Di Surabaya, Yudhoyono diterima sebagai
mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS). Tak
sampai setahun di ITS, Yudhoyono ke Malang, J awa Timur, masuk pendidikan
guru sekolah lanjutan pertama.
Sambil menempuh pendidikan guru, Yudhoyono menyiapkan diri masuk
Akabri. Cita-cita masa kecilnya menjadi tentara terus memanggil. Dari Malang,
cita-cita menjadi tentara itu dirintis dan dibukakan pintunya di Bandung, J awa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
64
Barat. Setelah dinyatakan lulus ujian akhir penerimaan di Bandung, Yudhoyono
menuju Megelang, J awa Tengah.
SBY meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus
mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat J endral
TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian
pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad di
mana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di
Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan
teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas
besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17
Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.
Karier militer Yudhoyono berakhir sesaat setelah ABRI direformasi dan
diubah menjadi TNI. Saat itu Yudhoyono menjadi Kepala Staf Teritorial TNI
(1999). Presiden Abdurrahman Wahid meminta Yudhoyono menjadi Menteri
Pertambangan dan Energi Kabinet Persatuan Nasional.
Lepas dari karier militer, Yudhoyono mulai menatapi karier politiknya. Di
bawah pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri,
Yudhoyono melihat peluang menjadi wakil presiden dan presiden. Untuk karier
politik itu, anak desa yang sudah tinggal di Puri Cikeas Indah, Bogor, J awa Barat,
itu mengubah nama panggilannya menjadi SBY.
Pengalaman kalah dalam pemilihan wakil presiden mendampingi Presiden
Megawati dalam Sidang Istimewa MPR (2001) menjadi titik awal karier politik
SBY. Setelah mengakui kekalahan dan mendukung Hamzah Haz sebagai wapres,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
65
SBY menyusun langkah menuju Istana. Langkah awal yang dibuatnya adalah
mendirikan Partai Demokrat.
Menjelang kampanye Pemilu 2004, SBY mundur dari kabinet dengan
drama yang membuat penonton televisi memihak kepadanya. Demokrat meraih
7,4 persen suara. Modal suara ini dipakai untuk Pilpres 2004 bersama Partai Bulan
Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Berpasangan dengan J usuf Kalla yang keluar dari konvensi capres Partai
Golkar, SBY berhasil lolos ke putaran kedua Pilpres 2004. Saat berhadap-hadapan
dengan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, SBY-J K berhasil
memenanginya. Peraih gelar doktor di bidang manajemen ekonomi pertanian dari
Institut Pertanian Bogor itu akhirnya terpilih menjadi Presiden RI pada pemilu
yang dipilih langsung oleh rakyat.
Daftar Riwayat Hidup:
Nama : Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir : Pacitan, J awa Timur, 9 September 1949
Agama : Islam
Istri : Kristiani Herrawati
Anak : Agus Harimurti Yudhoyono
Edhie Baskoro Yudhoyono
Pendidikan :
Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
66
Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
J ungle Warfare School, Panama, 1983
Kursus Senjata Antitank di Belgia dan J erman, 1984
Kursus Komando Batalyon, 1985
Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, AS
Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor
(IPB), tahun 2004.
Karir :
Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
Dosen Seskoad (1989-1992)
Korspri Pangab (1993)
Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
67
Asops Kodam J aya (1994-1995)
Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-
Herzegovina (sejak awal November 1995)
Kasdam J aya (1996-hanya lima bulan)
Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri)
mengundurkan diri 11 Maret 2004
Presiden Republik Indonesia (2004-2009)
Boediono

Prof. Dr. Boediono, MEc lahir 25 Februari 1943 di Kampung Kepanjen
Lor, Blitar, J awa Timur, dari pasangan Ahmad Siswo Harjono (pedagang batik)
dengan Samilah. Sulung dari tiga bersaudara ini berasal dari keluarga sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
68
Pendapatan dari berdagang batik tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari sehingga
Samilah, ibunya, membantu dengan berjualan perhiasan.
Selepas SMA dengan berbekal beasiswa dari Colombo Plan, ia merantau
ke Negara Kanguru untuk meneruskan pendidikannya. Bekal beasiswa sepertinya
tidak cukup. Di sela-sela kuliah, ia bekerja paruh waktu di Central Bureau of
Census and Statistics, Commonwealth of Australia, Canberra, tahun 1964. Pada
1967, ia berhasil mengantongi gelar Bachelor of Economics (Hons.) dari
Universitas Western Australia.
Tidak puas dengan gelar S-1 yang disandangnya, ia melanjutkan master di
Universitas Monash, Melbourne. Lima tahun kemudian, gelar master of
economics berhasil disandang. Lalu, pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar PhD
di bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania, salah satu
perguruan tinggi terbaik di dunia.
Boediono memulai karier akademisnya sebagai guru di Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1974. Pak Boed demikian
panggilan di kampusnya termasuk dosen yang rajin mengajar.
Suami Herawati ini pada 24 Februari 2007 dikukuhkan sebagai guru besar
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Pidato pengukuhannya yang bertema
Dimensi Ekonomi-Politik Pembangunan Indonesia memberikan sinyal kuat
bahwa belakangan tumbuh minat terhadap disiplin ilmu lain selain ekonomi, yaitu
politik. Pidatonya tersebut mempertautkan kinerja ekonomi Indonesia dengan
kinerja demokrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
69
Pada tahun 1990 salah satu artikelnya mengenai pembangunan Indonesia
sempat dibaca J B Sumarlin yang saat itu menjabat Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional masa pemerintahan Presiden Soeharto. Tidak berapa
lama, Boediono ditawari Kepala Biro Ekonomi. Inilah awal masuknya Boediono
di jajaran birokrasi.
Ia kemudian masuk ke Bank Indonesia pada tahun 1993 sebagai salah satu
direktur BI sampai tahun 1998. Pada masa pemerintahan BJ Habibie di Kabinet
Reformasi Pembangunan, ia dipercaya sebagai Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan kabinet dan
kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke Abdurrahman Wahid, posisinya
digantikan oleh Kwik Kian Gie.
Ketika Abdurrahman Wahid tergusur diganti oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri, ia dipercaya sebagai Menteri Keuangan pada 2001 dalam Kabinet
Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli sampai 2004. Menjelang jabatan
berakhir, ia membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional
dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut. Tak heran bila Business
Week memberi predikat sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi
dalam kabinet tersebut.
Di kabinet ini, ia bersama Dorodjatun Kuntjoro-J akti (Menko
Perekonomian), Kwik Kian Gie (Menteri Bappenas), dan Bank Indonesia dijuluki
The Dream Team. Mereka dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi
Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dari krisis moneter 1998. Salah satunya
adalah berhasil menstabilkan kurs rupiah di angka kisaran Rp 9.000 per dollar AS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
70
setelah sempat menembus lebih dari Rp 17.000 menjelang kejatuhan Presiden
Soeharto.
Ketika Yudhoyono terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2004, ia tidak
masuk jajaran kabinet. Boediono lebih memilih kembali mengajar di UGM. Kala
kondisi ekonomi tidak menentu akibat tingginya inflasi menyusul kenaikan harga
BBM, 1 Oktober 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle)
kabinet pada 5 Desember 2005. Boediono akhirnya bersedia kembali masuk
kabinet menggantikan Aburizal Bakrie sebagai Menko Perekonomian.
Ketika jabatan Gubernur BI kosong, presiden pun mencalonkan dirinya.
DPR pun menyetujui dan mengesahkannya sebagai Gubernur Bank Indonesia
pada 9 April 2008, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon
tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Genap setahun menjabat sebagai Gubernur BI, Boediono akhirnya
dipinang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan diri lagi dalam
pemilihan umum presiden 8 J uli 2009 untuk menjadi wakilnya. Dan ia menerima
pinangan itu setelah mempertimbangkan dengan saksama.
Daftar Riwayat Hidup:
Nama : Prof. Dr. Boediono
Lahir : Blitar, J awa Timur, 25 Februari 1943
Agama : Islam
Istri : Herawati
Anak : Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan
Pendidikan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
71
S1 : Bachelor of Economics (Hons.), University of Western Australia
(1967)
S2 : Master of Economics, Monash University, Melbourne, Australia
(1972)
S3 : Doktor Ekonomi Bisnis Wharton School University of Pennsylvania,
Amerika Serikat (1979)
Karir :
Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (2005-
2009)
Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas
Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)
Direktur I Bank Indonesia Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter
(1997-1998)
Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR (1996-1997)
Dosen Fakultas Ekonomi UGM
C. Profil Pasangan Jusuf Kalla Dan Wiranto (JK-WIN)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
72
Setelah resmi mendeklarasikan diri pada hari J umat, 1 Mei 2009 sebagai
pasangan calon presiden-calon wakil presiden, J usuf Kalla dan Wiranto
melakukan Proklamasi pada hari Minggu, 10 Mei 2009 ini. Proklamasi ini
bertempat di Tugu Proklamasi, jalan Proklamasi J akarta. Di tempat inilah, yang
dahulunya bernama jalan Pegangsaan Timur No. 56, Soekarno dan Hatta
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Cara pasangan J K-Wiranto yang didukung dari partai Golkar dan Hanura
ini terinspirasi oleh kesederhanaan Soekarno-Hatta saat memproklamirkan
kemerdekaan negeri Indonesia. Di samping itu juga mencerminkan tekad kuat
untuk kembali ke cita-cita Proklamator untuk menegakkan harkat-martabat
bangsa.
Visi pasangan calon presiden dan wakil presiden J K-Wiranto adalah
INDONESIA YANG ADIL, MANDIRI, DAN BERMARTABAT. Visi ini
didasari dari cita-cita utama pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang secara singkat dapat dicuplik dari Pembukaan UUD 1945, yaitu
terwujudnya: (i) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur; (ii) Perikehidupan kebangsaan yang bebas; dan (iii) Pemerintahan
Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara jelas
spirit Pembukaan UUD 1945 itu memuat tiga pilar penting bagi Indonesia, yakni
menciptakan keadilan, membangun kemandirian, dan menjaga martabat bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
73
Keadilan akan menciptakan kesejahteraan dan keharmonisan antarwarga negara,
kemandirian memberi ruang penyelenggara negara untuk memutuskan arah dan
tujuan bangsa secara berdaulat, dan martabat akan mengantarkan bangsa ini
berdiri tegak sejajar dengan bangsa lainnya. Tiga bangunan inilah yang mesti
diperjuangkan dalam membangun Indonesia ke depan.
Sedangkan misi yang yang akan diperjuangkan adalah:
1. MEWUJ UDKAN EKONOMI BANGSA YANG MANDIRI,
BERDAYA SAING, DAN BERKEADILAN.
2. MEWUJ UDKAN DEMOKRASI DAN OTONOMI DAERAH
YANG SEHAT, EFESIEN DAN EFEKTIF.
3. MEWUJ UDKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA UNTUK
INTEGRASI NASIONAL YANG MENJ AMIN
KEBHINNEKAAN.
4. MEWUJ UDKAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA.
Agenda kebijakan yang akan ditetapkan oleh pasangan ini adalah:
1. Ekonomi: membangun ekonomi kerakyatan, membangun
kadaulatan pangan dan energi, meningkatkan daya saing produk
dalam negeri, menciptakan struktur ekonomi nasional yang adil.
2. Politik dan Hukum: memperkuat system presidensiil yang
didukung sistem kepartaian yang sederhana, menata kembali
funsi-fungsi lembaga negara, reformasi birokrasi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
74
mewujudkan penyelenggara Negara yang tangkas, tanggap dan
cepat.
3. Pertahanan dan Keamanan: menjaga kedaulatan dan keutuhan
NKRI, modernisasi alat utama system persenjataan TNI-Polri,
peningkatan anggaran pertahanan dan keamanan.
4. Pendidikan: meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan,
meningkatkan penyediaan pendidikan yang terjangkau.
5. Sosial Budaya: meningkatkan solidaritas sosial kesetiakawanan
dan memupuk semangat nasionalisme.
6. Kesehatan: meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana
kesehatan dokter dan tenaga media yang memadai bagi daerah
tertinggal.
7. Pemuda dan Olahraga: pengembangan kepeloporan pemuda,
peningkatan prestasi olahraga.
Jusuf Kalla

J usuf Kalla lahir di Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942.
Dunia politik sudah dirintisnya sejak menjadi mahasiswa Universitas Hasanuddin
(Unhas), Makassar. Berbagai jabatan organisasi kemahasiswaan pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
75
disandangnya, dari Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Ketua Umum
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar, Ketua Dewan Mahasiswa Unhas,
hingga Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Ujung Pandang. Pengalaman
organisasi semasa mahasiswa inilah yang memberi bekal putra pasangan Haji
Kalla dan Athirah ini mengenal dunia politik.
Tahun 1965 sesaat setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan
Karya (Sekber Golkar), M. J usuf Kalla terpilih menjadi Ketua Pemuda Sekber
Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara (1965-1968). Kemudian, terpilih menjadi
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Periode 1965-1968 mewakili Sekber
Golkar. Pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar di Bali, bulan Desember
2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Periode 2004-2009.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat DPP Golkar, dan
menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Utusan Golkar
(1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).
Putra pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah ini sebelum terjun ke
pemerintahan dikenal luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha sukses. Usaha-
usaha yang dirintis ayahnya, NV. Hadji Kalla, diserahkan kepemimpinannya
sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di Universitas Hasanuddin
Makassar Akhir Tahun 1967.Di samping menjadi Managing Director NV. Hadji
Kalla, juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik
Utama.
Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi,
dikembangkan usaha yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
76
seperti pembangunan jalan, jembatan, dan irigasi guna mendorong produktivitas
masyarakat pertanian.
Anak perusahaan NV. Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang
konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi,
irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka Teknik
Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal
Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di Bandara, dan sejumlah anak
perusahaan di bidang perumahan (real estate); transportasi, agrobisnis dan
agroindustri.
Atas prestasinya di dunia usaha, J usuf Kalla dipilih oleh dunia usaha
menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan
(1985-1997), Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua
Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Sulawesi Selatan (1985-1995),
Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).
Di bidang pendidikan, J usuf Kalla menjadi Ketua Yayasan Pendidikan
Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan
Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makassar. Selain itu, ia menjabat Ketua
Dewan Penyantun (Trustee) pada beberapa universitas, seperti Universitas
Hasanuddin (UNHAS) Makassar; Institut Pertanian Bogor (IPB); Universitas
Islam Negeri (UIN) Makassar; Universitas Negeri Makassar (UNM), Ketua
Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina; Ketua Ikatan Keluarga Alumni
(IKA) UNHAS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
77
Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama J usuf Kalla dikenal
sebagai Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan
tugas-tugas dan tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya
menjadi bendahara NU Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar
yang bersejarah di Makassar. Ketika akan membangun masjid bersama Alm.
J enderal M. J usuf, J usuf Kalla dipilih menjadi Ketua Yayasan Badan Wakaf
Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid J end. M. J usuf). Sekarang, Masjid tersebut
menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur. Di kalangan agama-agama lain
selain Islam, J usuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulsel.
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-
4), M. J usuf Kalla dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog. Pada masa
Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ia dipilih menduduki jabatan
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. J usuf Kalla kemudian mengundurkan
diri sebagai Menko Kesra RI sebelum maju sebagai calon wakil presiden,
mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono-J usuf Kalla (SBY-J K) berhasil sebagai pemenang Pemilu
2004. SBY dilantik sebagai Presiden RI ke-6 dan M. J usuf Kalla sebagai Wakil
Presiden RI ke-10. Pasangan ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang
pertama kali dipilih rakyat secara langsung.
Daftar Riwayat Hidup :
Nama : Drs. H. Muhammad J usuf Kall
Lahir : Watampone, 15 Mei 1942
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
78
Agama : Islam
Alamat Rumah: J l. Denpasar Raya CIII/9 Kuningan J akarta Pusat
Isteri : Ny. Mufidah J usuf
Anak-anak :
1. Muchlisa J usuf
2. Muswirah J usuf
3. Imelda J usuf
4. Solichin J usuf
5. Chaerani J usuf
Cucu : (1). Ahmad Fikri; (2) Mashitah; (3) J umilah Saffanah; (4) Emir
Thaqib; (5) Rania Hamidah; (6) Aisha Kamilah; (7) Siti Safa; (8) Rasheed;
dan (9) Maliq J ibran.
Pendidikan :
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)
The European Institute of Business Administration, Perancis (1977)
Karir :
Agustus 2001 - 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
1999 - 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
1968 - 2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla
1969 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa
1988 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama
1988 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama
1993 - 2001 : Direktur Utama PT. Kalla Inti Karsa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
79
1995 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International
Organisasi :
2000 - sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat
1985 - 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan
1994 - sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz
1992 - sekarang : Ketua IKA-UNHAS
1988 - 2001 : Anggota MPR-RI
2004-2009: Ketua Umum DPP Partai Golkar
Wiranto

Wiranto dilahirkan pada 4 April 1947 di Yogyakarta, Ayahnya, RS
Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar, dan ibunya bernama Suwarsijah.
Pada usia sebulan, Wiranto dibawa pindah oleh orang tuanya ke Surakarta akibat
agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta inilah ia kemudian
bersekolah hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA N 4 Solo). Sejak
kecil, Wiranto sudah bercita-cita ingin menjadi tentara. Cita-cita itu
diwujudkannya saat usia 18 tahun ketika ia masuk Akademi Militer Nasional di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
80
Magelang pada tahun 1965. Tiga tahun kemudian, ia berhasil lulus dari AMN
untuk menapaki jalur militer.
Karier pertama ia tapaki di Gorontalo. Wiranto menemukan jodohnya
ketika ia ditugaskan di sana pada tahun 1969 sebagai Komandan Peleton Batalyon
Infanteri 713, Gorontalo. Di sana ia berkenalan dengan Rugaiya Usman, sosok
gadis Gorontalo kelahiran Pauwo Kabila, putri seorang petani kelapa. Pada 22
Februari 1975, Wiranto dan Rugaiya menikah.
Namanya melejit setelah menjadi ajudan Presiden Suharto tahun 1987-
1991. Setelah sebagai ajudan presiden, karir militer Wiranto semakin menanjak
ketika tampil sebagai Kasdam J aya, Pangdam J aya, Pangkostrad, dan KSAD.
Selepas KSAD, ia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Pangab (sekarang
Panglima TNI) pada Maret 1998. Pada masa itu terjadi pergantian pucuk
kepemimpinan nasional. Posisinya yang sangat strategis menempatkannya sebagai
salah satu pemain kunci bersama Wakil Presiden B.J . Habibie. Ia tetap
dipertahankan sebagai Pangab di era Presiden Habibie.
Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima ABRI
(Menhankam/Pangab) inilah Wiranto menyatakan akan menarik seluruh pasukan
militer nonorganik sekaligus mencabut status DOM (daerah operasi militer) di
Aceh. Selain itu, ia juga mereformasi peran militer pascaberakhirnya era Orde
Baru. Dalam tubuh militer, ia menelurkan kebijakan reformasi di internal. Salah
satunya adalah mengganti peran ABRI dan mengembalikan namanya menjadi
TNI. Ketika ia menjabat, berbagai peristiwa kerusuhan dan konflik tengah terjadi
di negeri ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
81
Pengabdiannya di bidang militer berakhir pada 4 April 1999 pada usia 52
tahun. Saat itu ia menyatakan pensiun dari dinas aktif kemiliteran. Dasar utama
keputusan tersebut adalah adanya peraturan bahwa setiap prajurit TNI yang
bertugas di luar struktur TNI harus memilih pensiun atau alih status, atau
kehilangan jabatan dan kembali ke TNI. Peraturan itu sendiri merupakan respons
dari salah satu tuntutan reformasi, khususnya reformasi ABRI dan Polri.
Setelah pensiun dari militer, kariernya tetap berlanjut di jalur
pemerintahan. Sejumlah posisi di kementerian yang pernah dipegangnya adalah
Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) dan Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan (Menko Polkam). J abatan Menko Polkam diembannya saat
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Dalam perjalanannya, rupanya terjadi ketidakharmonisan hubungan antara
Wiranto dan Presiden Wahid. Setelah dinonaktifkan sebagai Menko Polkam pada
14 Februari 2000, selang beberapa bulan kemudian Wiranto resmi meminta
berhenti. Meski demikian, ia tetap aktif di dunia politik bersama Partai Golkar.
Saat penjaringan calon presiden di Partai Golkar, Wiranto mengajukan diri
bersama empat calon lainnya, yaitu Akbar Tandjung, Prabowo Subianto, Aburizal
Bakrie, dan Surya Paloh. Namun, hanya Wiranto dan Akbar Tandjung yang
berhasil masuk ke putaran kedua pada 20 April 2004. Akhirnya Wiranto pun
berhasil mengalahkan Akbar Tandjung yang waktu itu masih menjabat sebagai
Ketua Umum Golkar. Sebagai calon presiden, Ia lalu berpasangan dengan
Salahuddin Wahid sebagai calon wakil presiden. Dalam pemilu presiden tahun
2004, pasangan ini ternyata tidak berhasil menembus putaran kedua dan gagal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
82
menjadi pemimpin negeri periode 2004-2009. Lepas dari kegagalan itu, Wiranto
kembali ke panggung politik dengan mendirikan partai baru, yaitu Partai Hati
Nurani Rakyat (Hanura). Deklarasi partai dilakukan pada 21 Desember 2006.
Partai Hanura ternyata sukses meraih simpati masyarakat. Terbukti dari 38 partai
yang yang bersaing, Partai Hanura berhasil meloloskan wakilnya di DPR. Kini
lewat partai itulah ia maju lagi dalam pemilu presiden dan wakil presiden 2009
berpasangan dengan J usuf Kalla.
Daftar Riwayat Hidup :
Nama : H. Wiranto. SH.
Lahir : Yogyakarta, 4 April 1947
Agama : Islam
Isteri : Hj. Rugaiya Usman, SH
Anak : Amalia Sianti, Ika Mayasari, Zainal Rizky
Pendidikan :
Akademi Militer Nasional (AMN), 1968
Universitas Terbuka, J urusan Administrasi Negara, 1995
Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer, 1996
Karir Militer :
Korps Kecabangan Infantri 1968
Komandan Peleton Yonif 713 Gorontalo, Sulawesi Selatan
Komandan Yonif 712 1982
Karo Tiknik Dirbang 1983
Kadep Milnik Pusif 1984
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
83
Kepala Staf Brigade Infanteri IX, J awa Timur 1985
Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad, J akarta 1987
Asisten Operasi Divisi II Kostrad, J awa Timur
Ajudan Presiden 1989-1993
Kasdam J aya 1993-1994
Pangdam J aya 1994-1996
Panglima Kostrad 1996-1997
Kepala Staf Angkatan Darat 1997-1998
Panglima ABRI 1998-1999
Karir Menteri :
Menhankam/Pangab 1998 (Kabinet Pembangunan VII)
Menhamkan/Pangab/Panglima TNI 1998-1999 (Kabinet Reformasi
Pembangunan-Habibie)
Menko Polkam, 1999-2000 (Kabinet Persatuan Nasional-Gus Dur)

D. Deskripsi Kota Surakarta
Secara geografis Kota Surakarta berada antara 110045'15'' - 110045'35''
Bujur Timur dan antara 7036'00''- 7056'00' 'Lintang Selatan, dengan luas wilayah
kurang lebih 4.404,06 Ha. Kota Surakarta juga berada pada cekungan di antara
dua gunung, yaitu Gunung Lawu dan Gunung Merapi dan di bagian timur dan
selatan dibatasi oleh Sungai Bengawan Solo.
J ika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi oleh 3
kabupaten. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
84
Boyolali, sebelah timur dibatasi dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar,
sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat
berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.
Sementara itu secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima)
wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, J ebres
dan Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595
Rukun Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT).
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kota
Surakarta tercatat sebanyak 500.642 jiwa, dimana jumlah penduduk perempuan
lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki, yaitu 257.279 jiwa perempuan
dan 243.363 jiwa laki-laki. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan
penduduk terbanyak, yaitu 157.438 jiwa (31,45%). Kecamatan dengan penduduk
terbanyak selanjutnya adalah Kecamatan J ebres sebesar 27,69 persen dari
penduduk Kota Surakarta atau sebanyak 138.624 jiwa. Kemudian Kecamatan
Laweyan sebesar 86.315 jiwa, dan kecamatan Pasar Kliwon 74.145 jiwa.
Sedangkan Kecamatan Serengan tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit, yaitu sebanyak 44.120 jiwa atau 8,81 persen.
Informasi tentang rasio jenis kelamin penting diketahui oleh para politisi,
terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Sex ratio
penduduk Kota Surakarta adalah sebesar 94,59, yang artinya jumlah penduduk
laki-laki 5,41 persen lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan,
atau setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
85
BAB III
PENYAJIAN DATA

Dalam iklan politik televisi, kandidat atau partai politiklah yang
memutuskan bagaimana pesan multimedia atau bagaimana mereka ingin
ditampilkan di hadapan pemilih. Mereka membentuk dan membayar sebuah tim
kampanye atau biro jasa iklan untuk membuat iklan sesuai yang mereka inginkan
guna membangun pencitraan diri.
Penyampaian pesan dalam iklan politik di TV dapat menggunakan
berbagai macam tehnik. Devlin (Brian Mcnair, 1999) menyebutkan ada delapan
kategori, meskipun tidak saling meniadakan. Pertama, iklan primitive, biasanya
artificial, kaku, dan tampak dibuat-buat. Kedua, talking heads, dirancang untuk
menyoroti isu dan menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu
tersebut dan melakukan pekerjaannya nanti.
Berikutnya adalah iklan negative, yang menyerang kebijakan kandidat atau
partai lawan. Iklan politik di tv jenis keempat adalah iklan konsep, yang dirancang
untuk menggambarkan ide-ide dasar dan penting mengenai kandidat. Kelima
adalah cinema-verite, tehnik yang menggunakan situasi informal dan alami,
misalnya dengan menayangkan kandidat yang sedang berbicara akrab dan spontan
dengan rakyat kecil atau satu sisi kehidupan pribadi atau keluarganya atau dunia
pekerjaannya. Meskipun bertujuan memberikan kesan spontanitas dan
informalitas, iklan semacam itu juga sering berdasarkan naskah (scenario) dan
latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
86
Dua jenis iklan politik lainnya adalah kesaksian (testimonial), baik dari
orang biasa, maupun dari tokoh terkemuka yang dikagumi, baik dari tokoh politik,
ilmuwan, olahragawan mau pun artis. Terakhir adalah format reporter netral,
rangkaian laporan mengenai kandidat atau lawannya dan memberikan kesempatan
kepada pemirsa untuk memberikan penilaian. Tayangan itu tentu saja tidak netral,
namun mengandung kesan demikian karena disampaikan secara naratif
(Mulyana,1997: 97-98).
Sedangkan dari sisi sifat pesan, Linda Kaid (dalam Putra, 2007)
menjelaskan, iklan dapat digolongkan menjadi iklan positif dan iklan negatif.
Iklan positif adalah iklan yang memuat keunggulan dari sebuah kontestan yang
dipasarkan. dan iklan negatif adalah iklan tentang kelemahan pesaing.
Dalam penelitian ini, penulis mengkategorisasikan iklan politik televisi
yang telah dipilih sesuai dengan kategori tehnik penyampaian pesan menurut
Devlin dan Linda Kaid.
A. Kategorisasi Penyampaian Pesan Iklan Politik di Televisi Tiap Kandidat
Pemilu 2009.
1. Iklan Megawati-Prabowo (Iklan Negatif) Versi Pro Keluarga Pro
Rakyat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
87
Kenaikan harga yang terus menerus pada masa pemerintahan yang sedang
memimpin menjadi fokus pada iklan politik yang disodorkan oleh tim kampanye
pasangan Megawati dan Prabowo. Permasalahan tingginya harga bahan bakar dan
bahan pokok yang berdampak kesengsaraan rakyat dikemas dalam iklan berdurasi
satu menit dengan narasi yang tegas dan cuplikan-cuplikan gambar
memperlihatkan indeks kenaikan harga sembako (sembilan bahan pokok) dan
ilustrasi kesulitan rakyat.
Pada awal iklan, dinarasikan bahwa tingginya harga sangat
menyengsarakan kita semua. Para pekerja mengalami kesulitan untuk membeli
bahan bakar minyak dan transportasi, serta berdampak pada kekurangan
pangan. Hal ini ditegaskan dengan menunjukan gambar sebuah keluarga sedang
berada di meja makan dan setiap malamnya jatah makan malam mereka semakin
berkurang.

Harga yang menyulitkan rakyat tersebut lalu dikaitkan dengan kinerja
pemerintah yang sedang memimpin (pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono).
Disebutkan dalam narasi iklan tersebut, Sementara pemerintah berkata bahwa
ekonomi kita kuat, bahan bakar dan pangan jauh lebih murah. Kenyataannya
setelah lima tahun hanya janji kosong belaka. Sembako hampir 50% lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
88
dari tahun 2004 dan ini berarti uang anda hanya mampu membeli sedikit saja.
Disini ditunjukkan dengan gambar indeks kenaikan harga.

Dari persoalan ini Megawati dan Prabowo kemudian berupaya akan
membawa perubahan dengan harga kebutuhan rakyat. Dalam narasi dikatakan
bahwa Megawati yang merupakan ibu negara pada masa kepemimpinannya
mampu membuat harga sembako dan harga minyak tanah murah dibanding saat
ini, dan Prabowo seorang mantan jendral dan ketua HKTI (Himpunan Kerukunan
Tani Indonesia), akan menjalankan delapan program unggulan agar harga tersebut
mampu dijangkau rakyat apabila mereka dapat terpilih menjadi presiden dan
wakil presiden masa pemerintahan 2009-2014.






perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
89
2. Iklan SBY-Boediono (Iklan Positif) Versi Dari Rakyat Untuk Rakyat

Iklan kampanye politik pasangan SBY dan Boediono menggambarkan
tentang bagaimana latar belakang calon presiden dan wakil presiden yang
mendapat nomor urutan dua ini. Dengan tema dari rakyat untuk rakyat, dalam
durasi iklan satu menit diceritakan bagaimana SBY dan Boediono pada awalnya
juga berasal dari keluarga yang sederhana sama seperti rakyat biasa. Gambar yang
tersusun didalam iklan merupakan kumpulan foto pribadi dari kedua calon
pasangan. Di awal iklan ditampilkan foto-foto keluarga SBY dan Boediono
sewaktu kecil, rumah tempat tinggal mereka menghabiskan masa kecil dan masa
muda keduanya yang menunjukkan kesederhanaan layaknya rakyat biasa.

Kemudian alur berlanjut dengan menyampaikan bahwa mereka memulai
karir juga dari bawah, SBY dari seorang prajurit dan Boediono seorang guru.
Disini ditunjukkan poto SBY ketika masih menjadi prajurit dengan corengan khas
diwajahnya dan foto Boediono bersama murid-murid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
90

Dari semua permulaan yang menggambarkan latar belakang SBY-
Boediono dan bagaimana awal karir mereka, kemudian dijelaskan melalui narasi
bahwa SBY-Boediono bekerja untuk mengabdi dan tidak memperkaya diri,
menjalankan amanat, bekerja dengan penuh dedikasi dan kesungguhan karena
mereka dekat dengan rakyat, asal usul mereka. Hal ini dipertegas dengan teks
mereka berasal dari rakyat, mereka mengabdi untuk rakyat pada gambar iklan
tersebut.
3. Iklan JK-Wiranto (Iklan Positif) Versi Kepositifan JK
Tim kampanye J K dan Wiranto merepresentasikan J K dalam bentuk
singkatan-singkatan kata J K yang kepanjangannya menyiratkan kepositifan-
kepositifan dari seorang J usuf Kalla. Singkatan-singkatan tersebut diutarakan oleh
berbagai kalangan, dengan bentuk layaknya suatu wawancara. Kepositifan-
kepositifan yang ditunjukkan dalam bentuk singkatan itu antara lain J aga
Keharmonisan , diutarakan oleh beberapa orang yang berpakaian khas dari tiap-
tiap agama yang ada di Indonesia; J erat Koruptor diucapkan oleh sekelompok
mahasiswa; J utaan Kesempatan oleh seorang pekerja dan lain sebagainya.
Semuanya dikemas dalam iklan berdurasi 30 detik dan jingle yang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
91



B. Deskripsi Responden
Latar belakang, pengalaman, kebiasaan, kebutuhan dan lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang dalam mempersepsi segala sesuatu. Berlaku juga ketika
seorang pemilih melihat sebuah iklan kampanye. Informan pertama hingga
keempat pada penelitian, adalah pelajar yang masih menempuh studi di Sekolah
Menengah Atas (SMA), informan kelima hingga kedelapan, adalah mahasiswa
perguruan tinggi, dan informan kesembilan hingga keduabelas adalah informan
yang telah bekerja.

1. Informan Pertama
Nama : Alfiana Amrin Rosyadi
J enis Kelamin : perempuan
Uang Saku per bulan : Rp 150.000,-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
92
Pelajar kelas 3 SMA Negeri 3 Surakarta ini mengaku cukup sering
melihat iklan politik pasangan calon presiden dan wakil presiden yang
disiarkan di televisi. Dari ketiga pasangan calon yang mengikuti pemilu
2009, ia menyukai duet SBY dan Boediono. Hasil kinerja SBY yang telah
menjabat lima tahun sebagai presiden periode 2004-2009 dinilainya bagus.
Namun meski telah menyukai SBY-Boediono, tidak lantas membuat gadis
yang gemar membaca dan menonton dorama ini tidak menggubris iklan
politik selain milik SBY-Boediono. Semua iklan politik dari setiap
kandidat juga ia perhatikan. Orang tuanya yang berprofesi guru tidak
memiliki kecondongan terhadap partai politik tertentu.
2. Informan Kedua
Nama : Annisa Mustika Sari
J enis Kelamin : Perempuan
Uang Saku per bulan : Rp 200.000,-
Annisa, pelajar kelas 3 SMA Negeri 1 Surakarta, mengaku sering
melihat iklan politik capres-cawapres di televisi. Hampir semua iklan
setiap pasangan dia perhatikan, tetapi iklan J K- Wiranto mendapat ekstra
perhatian dibanding yang lain. Gadis yang gemar menulis ini memiliki
simpati yang lebih terhadap pasangan J K dan Wiranto. Ayahnya yang
seorang PNS dan ibunya pekerja wiraswasta merupakan simpatisan partai
Golkar (Golongan Karya).
3. Informan Ketiga
Nama : Okvan Dwi P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
93
J enis Kelamin : Laki-laki
Uang Saku per bulan : Rp 200.000,-
Responden ketiga okvan, hobi bermain drum, ia mengatakan cukup
sering melihat iklan politik capres-cawapres di televisi. Semua iklan itu ia
tonton sambil lalu. Dari ketiga pasangan calon, pelajar kelas 3 SMA
Negeri Surakarta ini belum menentukan mana yang ia sukai. Karena pada
dasarnya okvan mengaku belum memiliki minat terhadap politik. Orang
tua okvan bekerja sebagai seorang wiraswasta dan tidak memiliki
kecondongan terhadap partai politik tertentu.
4. Informan Keempat
Nama : Diptanta Wahyu J ati Nugraha
Umur : 18 tahun
J enis Kelamin : laki-laki
Uang Saku per bulan : Rp 150.000,-
Mengaku sering melihat iklan politik kampanye ditelevisi. Semua
iklan dari pasangan J K, Mega dan SBY ia tonton tapi paling hanya sekedar
melihat gambarnya dan tidak terlalu memerhatikan isinya. Menurut
Diptanta, jabatan presiden itu seharusnya diisi oleh kaum pria, seperti yang
diajarkan dalam agama keyakinannya yaitu agama islam. Oleh karena itu
ia tidak memiliki simpati terhadap pasangan Mega-Prabowo. Penggemar
olah raga futsal ini lebih menyukai pasangan SBY-Boediono. Alasan
pelajar kelas tiga SMAN 4 Surakarta ini mendukung SBY adalah latar
belakang SBY yang berasal dari militer. Pemimpin yang berasal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
94
militer, menurut dia biasanya sukses dalam memimpin Indonesia. Orang
tua Diptanta bekerja sebagai PNS, dan partai politik yang diminati oleh
orang tuanya ialah Partai Amanat Nasional.
5. Informan Kelima
Nama : Farah Aria Rendra
Umur : 18 tahun
J enis kelamin : Perempuan
Uang Saku per bulan : Rp 400.000,-
Mengaku sering melihat iklan kampanye politik di televisi.
Mahasiswi FKIP jurusan pendidikan kimia ini, mengatakan bahwa dari
ketiga calon pasangan dia belum menentukan ketertarikan terhadap
padangan tertentu. Semua iklan kampanye politik dari setiap pasangan
capres-cawapres diakuinya ditonton hanya sambil lalu. Pekerjaan orang
tua Farah adalah guru (PNS), mereka memiliki kecondongan terhadap
partai politik Golkar.
6. Informan Keenam
Nama : Tuning Wijayanti
Umur : 19 tahun
J enis kelamin : Perempuan
Uang Saku per bulan : Rp 300.000,-
Tuning, mahasiswi FKIP jurusan pendidikan ekonomi, mengaku
sering melihat iklan kampanye di televisi. Dari ketiga kandidat capres-
cawapres, dia belum memiliki pasangan yang dijagokan. Oleh karena itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
95
tuning yang merupakan pecinta alam ini memperhatikan semua iklan
setiap pasangan kandidat. Orang tua tuning bekerja sebagai buruh, dan
mendukung partai demokrat.
7. Informan Ketujuh
Nama : Luluk Fajri
Umur :20 tahun
J enis Kelamin : Perempuan
Uang Saku per bulan : Rp 500.000,-
Luluk, mahasiswi FKIP jurusan pendidikan kimia, mengaku sering
melihat iklan kampanye di televisi. Dari ketiga kandidat, dia memiliki
simpati lebih terhadap pasangan J K-Wiranto. Setiap ada iklan kampanye
politik yang baru dari tiap kandidat pasti dia tonton tapi iklan milik J K
diperhatikan secara lebih. Orang tua Luluk bekerja sebagai PNS dan
memiliki kecondongan terhadap partai amanat nasional.
8. Informan Kedelapan
Nama : Listiyo Budi Santoso
Umur : 19 tahun
J enis Kelamin : laki-laki
Uang Saku per bulan : Rp 300.000,-
Tiyo, mahasiswa FISIP jurusan Sosiologi, mengaku sering melihat
iklan kampanye di televisi. Dari ketiga kandidat, dia belum memiliki
jagoan tentang siapa yang diharapkan menang dalam pertarungan pemilu
capres-cawapres 2009. Semua iklan dari setiap pasangan dia lihat sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
96
habis dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Orang tua Tiyo bekerja
sebagai guru SD dan tidak memiliki kecenderungan menyukai partai
tertentu.
9. Informan Kesembilan
Nama : Miftah Abdurrozak
Umur : 19 tahun
J enis kelamin : laki-laki
Penghasilan per bulan : Rp 300.000,-
Banyaknya iklan politik yang bermunculan ditelevisi, mau tidak
mau membuat miftah sering melihatnya. Semua iklan politik tersebut dia
tonton dan perhatikan. Mahasiswa yang juga bekerja sebagai penjaga
masjid ini menganggap kinerja pada masa kepemimpinan SBY itu bagus.
Sehingga menjadi nilai lebih bagi SBY dibandingkan pasangan yang lain.
Orang tua yang bekerja sebagai petani tidak memiliki kecondongan
terhadap partai tertentu.
10. Informan Kesepuluh
Nama : Iin Andriani
Umur : 18 tahun
J enis kelamin : Perempuan
Penghasilan per bulan : Rp 400.000,-
Iin, penjaga sebuah toko pakaian, mengaku sering melihat iklan
kampanye di televisi. Semua iklan dari setiap kandidat capres-cawapres ia
tonton meski ia sendiri condong menyukai SBY-Boediono. Ayah Iin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
97
bekerja sebagai sopir bus pariwisata dan ibunya membuka warung di
rumah. Orang tua Iin memiliki kecenderungan mendukung partai
Demokrat.
11. Informan Kesebelas
Nama : Widi Irawan
Umur : 18 tahun
J enis kelamin : Laki-laki
Penghasilan per bulan : Rp 500.000,-
Widi, satpam perumahan Fajar indah, mengaku setiap iklan
kampanye yang ia tonton, ia perhatikan sampai habis. Semua iklan
kampanye setiap pasangan calon capres-cawapres ia tonton walaupun ia
hanya menyukai pasangan SBY-Boediono. Orang tua widi bekerja swasta
dan pendukung partai Hanura.
12. Informan keduabelas
Nama : Frenky Deswanto
Umur : 20 tahun
J enis kelamin : Laki-laki
Penghasilan per bulan : -
Frenky, lulusan SMK, mengaku sering melihat iklan kampanye
ditelevisi. Setiap iklan ia tonton sambil lalu, pekerja serabutan ini juga
tidak memiliki kecondongan terhadap pasangan tertentu. Orang tua Frenky
tidak bekerja, dan mereka mendukung partai yang mengusung pasangan
SBY-Boediono yaitu demokrat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
98
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Selama masa kampanye pemilihan umum calon presiden dan calon wakil
presiden 2009, sering kita melihat iklan tentang capres-cawapres wira-wiri
muncul di media televisi. Pemerhati masalah internasional dari Universitas
Airlangga, T. Yulianti menulis pada harian Suara Pembaharuan bahwa gejala
politik di Indonesia telah memasuki era yang baru. Yulianti menulis:
Perkembangan demokrasi di tanah air memasuki era baru yang
ditandai dengan kebangkitan para media strategis, image makers dan
konsultan politik di belakang tim sukses kampanye para calon presiden.
Indonesia telah memasuki era President for Sale di mana kemenangan
kandidat dalam pemilu akan sangat ditentukan oleh kepiawaian konsultan
politik dan biro iklan dalam menjual isu, image dan janji-janji politisi yang
menjadi kliennya. Iklan-iklan politik di televisi menjual kandidat presiden,
seperti produsen menjajakan produk sabun dan sikat gigi.

Iklan-iklan politik tersebut telah dirancang sedemikian rupa guna menarik
suara dari pemilih. Kandidat wakil presiden, Wiranto, dalam diskusi bertajuk
Dengan Iklan Politik Menuju Kontrak Politik, yang dilaksanakan oleh Asosiasi
Pascasarjana Komunikasi Universitas Indonesia, November 2008, mengatakan
media telah digunakan untuk menjangkau target konstituen politik, mencapai
tujuan politik, dan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi secara geografis
ataupun psikografis mengingat besarnya jumlah dan luasnya sebaran kontituen.
Peran media yang telah sedemikian maju dibanding pada pemilu-pemilu
sebelumnya memacu lahirnya iklan-iklan politik TV dan perkembangan politik
Indonesia dewasa ini menempatkan citra sebagai prioritas penting. (Wiranto,
2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
99
Iklan politik televisi pertama kali muncul di Indonesia pada Pemilu 1999,
dan hingga Pemilu 2009 penggunaannya semakin pesat. Dari sisi konten, iklan
politik pada pemilu 1999 dan 2004, memiliki sejumlah karakteristik. Setiyono
(Danial, 2009: 63-64) menyebutkan, di awal kelahirannya iklan-iklan politik tv
pemilu 1999 tidak berbeda dengan dengan iklan kecap, dalam artian tidak ada
perbedaan antara iklan politik dengan iklan produk. Iklan-iklan politik saat itu,
jelas Setiyono, sebagian besar berisi ajakan untuk mencoblos nomor urut partai
dan memperkenalkan logo partai. Setiyono kemudian mengutip pendapat Deddy
Mulyana, guru besar Fakultas Ilmu Komunikasi dan Pascasarjana Universitas
Padjajaran Bandung, yang mengatakan bahwa unsur terpenting yang ditonjolkan
dalam iklan-iklan olitik TV dalam Pemilu 1999 memberi kesan miskin gagasan
dan tidak banyak berbeda dengan iklan kecap.
Dalam Pemilu Legislatif 2004, kondisi iklan politik TV tidak jauh
berbeda dengan Pemilu 1999. Baru pada Pemilu 2009, iklan politik TV di
Indonesia mengalami perkembangan dengan adanya iklan negatif. Adalah
Wiranto, Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), yang dinilai pertama
kali mencoba mengenalkan bentuk iklan yang bersifat menyerang. Sejak akhir
tahun 2007, Wiranto membuat sejumlah iklan di media massa yang bertendensi
menyerang pemerintah, terutama masalah kemiskinan. Gaya kampanye iklan
semacam ini rupanya kemudian diikuti oleh pasangan capres dan cawapres pemilu
2009, Megawati dan Prabowo dalam iklan bertajuk Pro keluarga Pro Rakyat.
Sedang dua pasangan kandidat lainnya tetap mengandalkan iklan politik bersifat
positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
100
Dari fenomena ini peneliti kemudian mengkaji mengenai persepsi pemilih
khususnya pemilih pemula terhadap iklan-iklan politik di televisi para calon
presiden dan wakil presiden pada pemilu 2009. Penulis menargetkan penelitian
pada pemilih pemula karena diyakini pemilih yang memiliki ketertarikan dan
keterlibatan yang kurang terhadap kampanye politik, telah menjadikan iklan
politik sebagai sumber informasi mereka tentang kandidat (Kaid dan Holtz, 2008)

A. Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Tiap Iklan Politik Capres dan
Cawapres Pemilu 2009
Dengan dikenal secara luas oleh masyarakat, kesempatan untuk dapat
terpilih dalam pemilihan Presiden dan wakil presiden akan terbuka lebih lebar.
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif. Terutama jika kita
meninjau fungsi utama media untuk komunikasi massa persuasif, komunikasi
iklan berada di posisi yang strategis. Karena periklanan selain merupakan kegiatan
pemasaran juga merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi
strategi pemasaran, yakni logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk
mencapai tujuan pemasaran (Kotler, 1991:416). Sementara itu, periklanan
menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia adalah pesan yang dibayar dan
disampaikan melalui sarana media, antara lain: pers, radio, televisi, bioskop, yang
bertujuan membujuk konsumen untuk melakukan tindak membeli atau mengubah
perilakunya (Nuradi, 1996:4).
Seperti halnya fungsi iklan, iklan politik merupakan kegiatan komunikasi
memasarkan kandidat, mempersuasi pemilih agar pemilih mengambil sikap untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
101
memilih kandidat yang dipasarkan. Komunikasi melalui iklan baru akan
efektif apabila komunikator mampu menyampaikan pesan yang membuat sang
komunikan mempersepsi pesan didalam kemasan iklan tersebut sesuai apa yang
ingin komunikator sampaikan dan melakukan tindakan seperti komunikator
inginkan.
Iklan negatif oleh Linda kaid (dalam putra 2007) dijelaskan lebih cepat
dapat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif. Namun demikian, iklan
negatif tidak selalu memberi citra positif kepada pihak yang menggunakan.
Karena itu, penggunaan iklan negatif harus memperhitungkan risikonya.
Penelitian penulis terhadap persepsi pemilih pemula terhadap iklan negatif Mega-
Prabowo Pro Keluarga Pro Rakyat, iklan positif pencitraan SBY-Boediono
Pemerintahan Bersih Untuk Rakyat dan iklan positif J K-Wiranto Kepositifan
J K menunjukkan bahwa dalam mempersepsi iklan negatif (yang bersifat
menyerang) partisipan cenderung menjadi lebih kritis dalam mencerna informasi
ketimbang dengan iklan bersifat positif berisi kebaikan-kebaikan kandidat.
Iklan negatif membuat partisipan lebih bisa menilai kualitas kandidat,
karena dari informasi iklan yang menyerang membuat partisipan membandingkan
track record kinerja antara kandidat penyerang dan kandidat yang diserang.
Sedangkan iklan positif yang bermain dalam pembentukan pencitraan hanya
memperlihatkan sisi baik kandidat, cenderung memanipulasi persepsi pemilih
pemula. Partisipan yang mau tidak mau hanya menyerap informasi hal-hal positif
kandidat, cenderung menjadi pasif menerima begitu saja citraan yang dibuat oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
102
sang pembuat iklan sebagai realitas. Namun dari pengamatan penulis, iklan positif
umumnya lebih dianggap menarik daripada iklan negatif.
Tabel 1.
Persepsi Terhadap Iklan Politik Capres dan Cawapres Pemilu 2009

Dari persepsi-persepsi para partisipan yang terlihat pada tabel 1, ada
beberapa poin yang menjadi catatan peneliti. Ada kecenderungan yang
menunjukkan bahwa persoalan yang sering dibicarakan adalah visi misi dan latar
belakang kandidat. Ketika mempersepsi iklan, kalangan pelajar baik SMA
maupun mahasiswa cenderung lebih detail dalam memberikan penilaian mereka,
dalam arti bagaimana menilai visual iklan tersebut dan kaitannya dengan kinerja
No. Iklan Politik Pandangan Pemilih Pemula Terhadap Iklan
Politik
1. Iklan politik Megawati
dan Prabowo
- Memberikan informasi keadaan perekonomian
Indonesia dan memberikan janji/visi misi
- mengkritisi salah satu lawan politik.
- ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah
- track record Megawati kurang baik
2. Iklan SBY dan
Boediono
- Memberikan informasi tentang latar belakang
kandidat
- kandidat memiliki kesan citra yang baik
- isi pesan kurang berbobot karena tidak adanya visi
dan misi kedepan
3. Iklan J K dan Wiranto - Visualisasinya menarik, kreatif dan lucu
- umumnya berpendapat isi pesan kurang jelas (visi
misi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
103
peserta Pemilu bagi kemajuan Indonesia pada umumnya. Sedangkan kalangan
pekerja lebih menilai dari pengalaman pribadi tentang apa yang sudah kandidat
berikan secara nyata pada kehidupan mereka. Apakah perekonomian partisipan
dari kalangan pekerja ini membaik atau tidak.Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan
sebagai berikut:

1. Iklan Politik Mega-Prabowo ( Iklan Negatif Bersifat Menyerang)
Pada penelitian sebelumnya, disebutkan salah satu karakter iklan politik
Indonesia, dari sisi konten, lebih didominasi oleh iklan politik yang bersifat
santun dan tidak berbentuk attack campaign (Danial: 2009). Setidaknya, hal itu
mungkin dipengaruhi oleh faktor kultur masyarakat Indonesia yang masuk ke
dalam kategori masyarakat high context culture. Dalam kategori masyarakat
semacam itu, ada hal-hal yang sudah menjadi rahasia umum, namun dinilai tidak
pantas untuk diungkapkan secara terbuka di hadapan publik. Oleh karena itu, iklan
negatif kurang popular dikalangan kandidat politik di Indonesia. Namun ditengah
maraknya iklan politik yang sekedar memperlihatkan sisi baik kandidat, Megawati
dan Prabowo mengeluarkan iklan politik yang cukup eksplisit mengkritisi kinerja
pemerintah.
Ansolabehere mendefinisikan iklan negatif sebagai iklan yang fokus
menyerang kebijakan yang gagal pada lawan politik mereka. Negative
advertising is defined as advertising that focuses on the policy failures or
undesirable attributes of the opponent (Ansolabehere et al. 1994). Iklan Mega-
Prabowo menyerang kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga bahan bakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
104
dan kebutuhan pokok. Pesan iklan disampaikan dengan menyajikan angka-angka
kenaikan harga dan data-data faktual. Persepsi partisipan terhadap iklan ini
cenderung beragam, dari kalangan pelajar SMA menilai bahwa iklan memberikan
janji yang menarik dan mengkritisi pemerintah. Dari kalangan mahasiswa, ada
anggapan bahwa menawarkan janji-janji; hanya menjelek-jelekkan masa
pemerintahan SBY dan mengusung kemiskinan sebagai hal yang basi. Sedangkan
kalangan pekerja, mengakui iklan ini menarik karena mengusung kemiskinan dan
janji menurunkan harga, namun satu partisipan mengangap biasa saja karena
isinya memojokkan lawan politik lain.
Dari sisi konten, Setiyono (2008: 51-52) berpendapat seharusnya iklan
politik baik di televisi maupun media lain lebih berorientasi pada isu atau
program yang dijanjikan para politikus. Iklan politik juga seharusnya memuat
visi dan misi yang bisa dijadikan dasar pijakan bagi pemilih untuk
menentukan pilihan. Iklan politik Mega-Prabowo versi Pro Keluarga Pro
Rakyat nampaknya memenuhi kriteria yang diajukan oleh Setiyono.
Kemiskinan menjadi isu yang diangkat oleh tim kampanye dan Mega-
Prabowo memberikan janji akan memperbaiki perekonomian Indonesia.
Secara verbal, iklan politik Mega-Prabowo mengungkapkan
keprihatinannya akan kehidupan ekonomi rakyat kecil dan juga
membandingkan masa pemerintahan yang sedang dipimpin oleh SBY dengan
masa kepemerintahan Megawati. Melalui narasi dan data indeksial harga
kebutuhan pokok yang terus menerus naik selama dibawah kepemimpinan
SBY, iklan Megawati-Prabowo menyerang pemerintahan SBY dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
105
mengatakan hanya memberikan janji kosong belaka. Pemerintah dianggap
telah gagal dalam mengurusi perekonomian Indonesia dan mengklaim
perekonomian ketika dibawah kepemimpinan Megawati lebih baik.
Ada kecenderungan persepsi yang menarik diantara partisipan yang
penulis amati pada iklan politik Mega-Prabowo, partisipan perempuan
umumnya menilai iklan ini tidak menarik karena menjelek-jelekkan salah satu
pihak kandidat lain, sedangkan partisipan pria berpendapat menarik karena
janji-janjinya yang disampaikan menarik tanpa menyinggung persoalan bahwa
Mega-Prabowo menyerang kebijakan pemerintah.
Dari kalangan pelajar SMA, Diptanta berpendapat bahwa iklan Mega
dan Prabowo menarik dan berbobot karena dari isu permasalahan dan janji-
janji yang disampaikan dalam iklan, pemilih jadi mengetahui apa yang akan
dilakukan oleh kandidat jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Hal
tersebut juga diungkapkan oleh Listiyo dari kalangan mahasiswa dan Miftah
dari kalangan pekerja. Listiyo mengatakan:
Saya memandang disini tujuan mereka untuk kampanye, untuk
menyampaikan visi dan misi. Dan sebuah visi dan misi itu kalau dalam sebuah
ranah politik, visi dan misi itu bisa menimbulkan sebuah janji, nah janji-janji
itu yang sebenarnya mereka tawarkan kepada masyarakat. Dan saya pikir,
sasaran dari kampanye mereka adalah masyarakat bawah. Masyarakat-
masyarakat mikro, dalam artian masyarakat-masyarakat kalangan menengah
ke bawah indonesia.

Lebih lanjut Listiyo mengungkapkan bahwa informasi pesan yang
disampaikan di iklan Politik Mega-Prabowo cukup lengkap dan menarik.
Dimana disitu dijelaskan keadaan kehidupan rakyat kelas menengah ke
bawah, sedikit profil tentang latar belakang Megawati dan Prabowo serta visi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
106
misi mereka ke depan dalam memperbaiki situasi di Indonesia. Namun data
dan fakta yang diberikan relatif diragukan kebenarannya.
ee.. iklan itu, kalo yang iklan ini menurut saya menarik si. Kalo untuk
ukuran ee,, masyarakat-masyarakat ee.. yang mungkin dalam iklan ini termuat.
Maksudnya kalau di situ tadi ada petani... ada masyarakat kelas bawah dan
ada juga pedagang dan sebagainya..itu, iklan untuk mereka cukup
menggiurkan. Cukup.. apa ya, mungkin janji yang ditawarkan oleh pasangan
ini. Untuk masyarakat tersebut cukup mengena. Tapi kalau menurut saya, iklan
ini kurang bersifat luas, maksudnya universal. Misalnya ehmm, ya oke lah
kalau memang mega dan prabowo itu mengusung ekonomi kerakyatan,
ekonomi yang ditujukan untuk masyarakat indonesia, utamanya tentang
kemiskinan. Tapi kalau saya lihat dari iklan ini, itu data dan fakta yang
diutarakan oleh iklan ini kurang kuat, bukti yang menyertainya tidak ada. Dan
ini menurut saya bersifat spekulatif. Kalau boleh saya bilang itu menurut versi
mereka. Jadi seperti itu.

Data dan fakta yang disini mengacu pada narasi yang mengatakan
setiap pagi para pekerja tak mampu membeli bahan bakar minyak dan
transportasi, uang mereka terus menipis, setiap malam kekurangan pangan.
Fakta yang tentang narasi tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan karena
tidak adanya data tentang tingkat kemiskinan Indonesia dari lembaga yang
resmi.
Di kalangan partisipan perempuan, persepsi tentang data dan fakta
yang diragukan kebenarannya juga tak juga dikemukakan oleh mereka.
Alfiana, dari kalangan pelajar SMA, ia melihat iklan ini hanya mengkritisi
pemerintah dari satu sisi yaitu perekonomian. Dan data yang diperlihatkan
tentang pemerintah hanya informasi mengenai kebijakannya yang buruk saja.
Sedangkan di pihak Megawati informasi yang ditunjukkan hanya tentang
keberhasilan Megawati. Namun keberhasilan Megawati yang ditunjukkan
pada iklan sendiri dinilai Alfiana kurang bisa dibanggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
107
Isinya biasa lah, ee.. cuma sekedar mengkritisi pemerintah. ee..dan ia
hanya menampilkan dari sisi ekonomi aja gitu lho mengkritisinya, enggak
dilihat dari sisi bagusnya, maksudnya ee.. perbandingannya. Lagipula dia
mengatakan mega gitu, pas jamannya tu harga sembako murah, iya harga
sembako murah..hutangnya banyak..trus aset-aset dijual.

Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Kacung Marijan, menilai
efektifitas iklan politik yang menyerang kebijakan yang dibuat oleh lawan
politiknya sangat tergantung pada bagaimana rakyat melihat track record
pihak yang beriklan (Danial, 2009: 230). Hal ini terbukti pada penelitian yang
dilakukan penulis. Proses penilaian persepsi partisipan menanggapi pesan
verbal iklan politik Mega-Prabowo diikuti juga oleh pengetahuan partisipan
mengenai track record Mega-Prabowo.
Di pertengahan periode tahun 1999-2004, tepatnya tahun 2001-2004,
Megawati pernah menduduki kursi kepresidenan menggantikan Gusdur. Ia
menjadi presiden RI ketika situasi ekonomi Indonesia sedang mengalami
krisis. Warisan utang dan kemampuan keuangan negara yang sangat berat saat
itu membuat presiden ke-5 RI ini mengambil beberapa jalan yang sangat tidak
populer, yaitu melego saham BUMN, menguras simpanan pemerintah, dan
menjual aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Di dalam iklan, Megawati mencoba membentuk citra yang baik
dengan menyerang lawan politik SBY untuk memperlihatkan perbandingan
bahwa perekonomian Indonesia ketika di bawah kepemimpinan Megawati
lebih baik daripada SBY. Disebutkan pada masa pemerintahan SBY harga-
harga kebutuhan pokok serba naik dan menyengsarakan rakyat, sedangkan
pada masa pemerintahan Mega harga-harga lebih terjangkau. Ilmuwan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
108
komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, terkait dengan iklan
yang bersifat menyerang menyatakan iklan semacam itu sah-sah saja sejauh
berdasarkan data valid dan dinilai positif karena mendorong pemilih untuk
menilai para calon presiden pada Pemilu 2009, berdasarkan rekam jejak,
bukan berdasarkan sanjungan saja.
Pada iklan Mega-Prabowo informasi yang seharusnya mendukung
pembentukan citra Mega lebih baik daripada SBY nampaknya tidak sejalan
dengan persepsi partisipan terutama mengenai track record Megawati.
Umumnya mereka berpendapat bahwa track record atau kinerja Megawati
dulu juga terbilang tidak bagus. Farah, misalnya, menyatakan:
...disini tu kesannya iklan ini tu menjelek-jelekkan masa.. apa, masa
pemerintahannya SBY. Menganggap tu kesannya bahwa SBY tu cuma
me..apa ya istilahnya, ga ada yang bermanfaat untuk masyarakat dengan
naiknya harga seperti ini-seperti itu. Padahal kan itu memang ada alasannya
tersendiri dan disini sepertinya pasangan megawati dan prabowo kesannya
membesarkan nama mereka yang dulu kan mega tu presiden menganggap
bahwa masanya tu lebih baik daripada sekarang tapi kok menurut saya kok
enggak ya, buktinya waktu megawati mencoba untuk mencalonkan lagi tapi
tidak jadi, itu kan sebagai bukti bahwa masyarakat tu ga percaya dengan
negara itu diperintah oleh megawati lagi.


Beberapa partisipan dari kalangan kelas menengah ke bawah yang
ditargetkan sebagai subyek yang dituju oleh Megawati dan Prabowo pada
iklan ini pun juga mengatakan bahwa masa pemerintahan Megawati tidak
lebih baik seperti yang diutarakan. Tidak seperti kalangan pelajar yang melihat
kinerja Megawati secara luas, kalangan pekerja melihat dari sudut bagaimana
kehidupannya saat itu. Keadaan ekonomi yang tidak lebih baik menjadi titik
tolak bahwa Megawati juga tidak membawa keberhasilan di masanya. Iin
mengatakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
109
Megawati menurut saya belum layak untuk menjadi presiden, itu terbukti
pada masa kepemimpinannya saya tidak merasakan dampak perubahan yang
lebih baik dari sebelumnya, keluarga saya tetap pas-pasan.

Begitu juga dengan pendapat Widi yang merupakan satpam di
perumahan Fajar Indah, ia mengatakan bahwa iklan yang disampaikan
memang bagus tapi dulu harga-harga menurut dia sama saja mahalnya. Disini
nampak jelas adanya persepsi yang berbeda akan track record keberhasilan
kepemimpinan yang dicapai menurut tim kampanye Mega dengan kalangan
pemilih pemula.
Secara non verbal, iklan Mega-Prabowo memperlihatkan gambaran
masyarakat kalangan menengah ke bawah. Gambaran sejatinya ditonjolkan
oleh pembuat iklan untuk mendukung narasi yang mengangkat tentang isu
kemiskinan. Namun sayangnya strategi ini dirasa kurang tepat untuk menggaet
simpati masyarakat Indonesia. Direktur Indonesian Research and development
Institute (IRDII), Notrida Mandica Nur menjelaskan bahwa memanfaatkan
gambaran orang miskin dalam iklan politik justru memberikan citra buruk.
Berdasarkan survei nasional IRDI tanggal 6-13 Oktober 2008 terhadap 2.000
responden di seluruh Indonesia, 44,35 persen responden menyatakan tidak
setuju terhadap iklan kampanye parpol yang menampilkan gambar orang
miskin. Sedangkan 69 persen tidak setuju jika iklan kampanye menonjolkan
kelemahan partai lain.
Tuning, partisipan dari kalangan pelajar, juga menunjukkan kesan
kurang menyukai terhadap iklan yang memberikan gambaran orang-orang
miskin. Seolah sudah cukup sering isu tentang kemiskinan diangkat namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
110
tidak membuahkan hasil, bahkan ketika dulu Indonesia dipimpin oleh
Megawati.
Cuma gambaran orang-orang miskin kayak gitu, itu kan uda basi. Uda
gitu tadi kan dia bilang buat apa janji, padahal kan pada masa pemilihan dia
juga ga jauh beda, malah dia ee.. sering apa, malah dia pernah berjualan
pulau, jadi iklan itu menurut saya tidak tepat, yang ditahun ini dia akan
membuat perubahan padahal di tahun dia juga sama aja.

2. Iklan Politik Televisi Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (Iklan
Positif Pembentukan Citra)
Pada pemilu presiden tahun 2004, kemenangan pasangan SBY-J K
merupakan hasil dari kekuatan citra yang dikemas secara apik oleh tim
komunikasi sehingga mampu mengalahkan pasangan Mega-Hasyim. Pada pemilu
presiden tahun 2009. SBY bersama pasangan calon presidennya yang baru,
Boediono, kembali mengedepankan pencitraan positif figur kandidat. Citra adalah
gambaran manusia mengenai sesuatu, atau jika mengacu pada Lippman, citra
adalah persepsi akan sesuatu yang ada di benak seseorang dan citra tersebut tidak
selamanya sesuai dengan realitas sesungguhnya.
Menurut Akmad Danial (2009:232), iklan-iklan yang lebih menjual
karakteristik personal atau kualitas yang ada pada kandidat, seperti latar belakang,
pengalaman, langkah atau prestasi yang dicapai sebelum pencalonan, karakter dan
sebagainya terkadang dibuat secara artificial dan bahkan hanya menutupi track
record kandidat yang sebenarnya. hal ini dikarenakan realitas yang ditampilkan
dalam media adalah realitas yang sudah diseleksirealitas tangan kedua
(Rakhmat, 2002: 224). Dalam artian apa yang ditampilkan dalam media telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
111
melewati tahap seleksi atau gate keeping. Begitu juga dengan iklan politik yang
disiarkan di media televisi.
Iklan politik SBY-Boediono memperlihatkan kualitas kandidat dengan
penggambaran mengenai latar belakang kedua pasangan. Latar belakang yang
berasal dari keluarga sederhana menjadi pesan utama yang disampaikan untuk
menimbulkan rasa kesamaan dengan latar belakang rakyat Indonesia pada
umumnya. Dengan begitu, menimbulkan citra bahwa SBY dan Boediono bisa
merasakan apa yang dirasakan rakyat kecil dan akan berjuang demi rakyat.
Seluruh partisipan dari ketiga kalangan umumnya memiliki pendapat iklan
ini menarik dan hanya satu yang menjawab tidak menarik dari kalangan pelajar
SMA. Persepsi dari kalangan SMA iklan ini secara menarik memberikan
informasi tentang latar belakang SBY dan Boediono, namun ada satu partisipan
menganggap konten yang diberikan kosong karena tidak adanya visi dan misi
yang disampaikan. Sedangakan kalangan mahasiswa berpendapat tidak adanya
visi dan misi tidak mengurangi daya tarik iklan, karena informasi latar belakang
kandidat juga penting untuk mengetahui pribadi kandidat walaupun ada salah satu
kandidat yang menganggap informasi yang diberikan subyektif, hanya tentang sisi
positif saja. Dari kalangan pekerja, persepsi yang timbul beragam antara lain
informasi yang diberikan kurang, memperlihatkan kepribadian kandidat yang baik
dan informasi yang kurang meyakinkan membuat orang percaya karena terlihat
hanya sebagai sampul saja.
Iklan politik di media televisi memiliki kemampuan menggabungkan
pesan verbal dan nonverbal dalam format audio-visual. Melalui televisi, apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
112
yang ingin disampaikan oleh kandidat politik dapat tersimulasikan dalam
rangkaian gambar dan audio. Setiap individu yang melihat iklan akan
menginterpretasikan iklan tersebut sesuai dengan pandangan mereka sehingga
menimbulkan emosi tertentu. Pandangan tersebut adalah persepsi. Menurut
Lazarfeld et al (dalam Brader, 2006), semua jenis propaganda pada dasarnya
adalah permainan emosi publik. Baden (dalam Brader, 2006) menambahkan
bahwa iklan politik pada intinya lebih ditujukan untuk menggugah aspek
emosional dibanding intelektual. Dan dalam masyarakat Asia, seperti
dikemukakan oleh Kaid (2006: 451), iklan dengan nuansa emosional yang
menggunakan bahasa dan gambar yang membangkitkan perasaan atau emosi
tertentu, seperti rasa gembira, patriotisme, kemarahan atau kebanggaan lebih
disukai dan efektif.
Iklan semacam itulah yang dibuat oleh SBY dan Boediono dalam iklan
politik versi Pemerintahan Bersih Untuk Rakyat. Secara verbal rangkaian
informasi melalui narasi mengenai perjalanan karier SBY dan Boediono, dari
awal mula semasa kecil, membentuk persepsi para partisipan seolah menjadi
mengenal sosok pribadi kandidat dan perasaan emosional memiliki satu
kesamaan sebagai rakyat biasa. Dan dari pengamatan penulis, partisipan
perempuan menyukai jenis iklan semacam ini. Alfiana, mengatakan:
Iklan ini nunjukkannya yang lucu gitu, tentang sejarah mereka berdua.
Sejarah mereka berdua tu juga dari rakyat biasa, jadi rakyat tu oh jadi mereka
juga uda pernah merasakan penderitaan yang sama, jadi dari bawah bener-
bener bukan dari yang anak proklamator atau apa lah anak penggede, mereka
bener-bener dari bawah, mereka berusaha hingga akhirnya seperti sekarang.

Di antara tiga calon presiden yang maju bertarung dalam Pemilu
Presiden 2009, Susilo Bambang Yudhoyono adalah satu-satunya calon yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
113
tidak membawa embel-embel nama besar keluarga. Kedua calon lainnya,
Muhammad J usuf Kalla, menyandang nama besar ayahnya, Hadji Kalla,
seorang saudagar sukses. Sedangkan Megawati Soekarnoputri merupakan
putri dari Ir. Soekarno, sang proklamator dan Presiden RI yang pertama.
Menindaklanjuti tentang informasi latar belakang SBY-Boediono,
peneliti kemudian bertanya, apakah Alfi mempercayai dengan pesan yang
disampaikan dari iklan tersebut? Ia menjawab:
Saya si percaya dengan apa yang disampaikan di iklan itu, percayanya tu
mereka tu bener-bener mengabdi untuk rakyat karena SBY tu kan awalnya dari
TNI, dia membela demi segenap tumpah tanah air gitu ya kemudian kalau pak
Boediono kan jadi guru, seorang dosen mengajar, itu kan juga mengabdi
kepada bangsa.

Persepsi yang tak lebih serupa juga diutarakan oleh Iin, penggambaran
SBY dan Boediono pada iklan membuatnya percaya dengan tagline yang
mereka usung yaitu Pemerintahan Yang Bersih Untuk Rakyat. Bahwa SBY
dan Boediono akan mengabdi kepada rakyat dan tidak memperkaya diri.
Berbeda dengan partisipan perempuan, partisipan pria menanggapi
iklan politik SBY-Boediono dengan lebih kritis dan beragam. Diptanta
misalnya, ia menilai bahwa iklan yang hanya menonjolkan pencitraan pribadi
kandidat merupakan iklan yang tidak berbobot karena ketidakadaan informasi
visi dan misi dari kandidat. Diptanta mengatakan:
Kalau liat dari iklannya. Menurut saya ya temanya kosong kurang berisi.
Ya kalau mega tadi kan berisi iklannya, banyak isinya. Kalau ini kosong, cuma
satu intinya dari rakyat untuk rakyat gitu saja, enggak ada kedepannya
bagaimana. Kalau mega kan ada prospeknya begini-begini-begini.


Dengan kata lain, di iklan politik Megawati informasi yang diberikan
cukup lengkap, antara lain mengenai permasalahan kemiskinan yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
114
oleh negara Indonesia, sekilas latar belakang Megawati dan prabowo, dan
upaya dari Megawati-Prabowo untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sedangkan iklan SBY-Boediono kurang menerangkan apa yang menjadi visi
dan misi mereka dalam membangun negeri. Dari informasi sebelumnya,
Diptanta mengaku bahwa ia mendukung SBY terpilih sebagai presiden, oleh
kemudian penulis menanyakan apakah iklan SBY yang menurut Diptanta
kosong ini berpengaruh mengubah minatnya kepada SBY? Diptanta kemudian
memberikan pernyataan berikut ini.
Kalau dari iklannya sih ga minat tapi kan udah suka dulu sama orangnya
dulu jadi tetap minat.
Penilaian Diptanta tentang tanpa visi misi iklan menjadi tidak berbobot
sangat berbeda dengan pandangan Farah, dari kalangan wanita, tidak adanya
visi dan misi yang disampaikan, hanya informasi latar belakang kandidat,
tidak mengurangi daya tarik iklan ini. Bagi Farah, informasi yang terfokus
pada latar belakang sosok pribadi kandidat justru merupakan suatu awal yang
baik untuk memperkenalkan diri kandidat terhadap masyarakat. Lebih jelas
Farah mengatakan:
Menurut saya ini bagus ya jadi masyarakat tu melihat dulu bagaimana
sih, siapa sih mereka, jadinya kan ohh.. seperti ini, seperti ini. Tentu kalau
mereka sudah mengenal, kita sudah mengenal, barulah mereka menurut saya
memberikan program visi misi mereka.


Lain lagi dengan pandangan miftah, dari kalangan pekerja, bagi dia
semua iklan politik itu sama saja. Dalam artian, apa yang ditampilkan dan
disampaikan dalam iklan tidak bisa sepenuhnya dipercayai sebagai
representasi bagaimana kandidat tersebut di realita. Miftah mengatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
115
Sama saja ya sebenarnya, kalau iklan kayaknya ga ada bedanya.
Kurang..kurang meyakinkan. Bisa saja itu cuma iklan, iklan kan tidak langsung
melihat orangnya atau melihat bagaimana dia bekerja. Ya..kelihatannya cuma
sebagai sampul saja. Jadi tidak sepenuh bisa membuat orang yang melihat itu
bisa percaya.

Sejalan dengan pendapat Miftah, Listiyo berpendapat bahwa iklan
yang hanya memperlihatkan sisi-sisi kebaikan kandidat saja bersifat kurang
netral. Setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan. J ika hanya
sisi positif yang yang diperlihatkan maka pertimbangan-pertimbangan pemilih
menjadi tidak objektif. Namun Listiyo memaklumi dengan adanya iklan
politik pencitraan, menurut dia politik selalu berhubungan dengan kekuasaan,
dan kekuasaan bisa didapat melalui imej yang bagus. Oleh karena itu, tak
heran bila SBY dan Boediono membuat iklan politik tentang pencitraan diri
yang baik sebagai strategi kampanye.
... Kalau di iklan ini jelas yang dipertunjukan adalah kebaikan sisi-sisi
positif dari kedua calon pasangan pak SBY dan Boediono. Kan setiap
pasangan memiliki kekurangan dan kelebihan, menurut saya ya..kenapa sisi
negatif juga tidak dipertunjukkan agar bisa menjadi bahan pertimbangan-
pertimbangan dalam masyarakat. Tapi dalam hal ini, pertanyaan itu bisa saya
maklumi soalnya ini adalah politik. Lagi-lagi kita bicara tentang politik. Nah,
politik itu kalau kekuasaan menurut saya berasal dari imej yang bagus. dalam
hal ini mereka menumbuhkan sebuah imej, sebuah figur yang bagus. dan
mengapa mereka mengiklankan ini, menurut saya itu salah satu strategi tim
kampanye mereka.

Lebih lanjut, penulis menanyakan apakah Listiyo setuju dengan iklan
semacam ini? Ia menyatakan kurang setuju, karena menurut dia yang perlu
untuk diketahui dari seorang calon pemimpin itu adalah moralnya. Dengan
hanya menunjukkan kebaikan, masyarakat tidak bisa menyimpulkan moral
seperti apa yang dimiliki oleh SBY dan Boediono. Kurangnya keterbukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
116
atau transparansi mengenai kandidat dalam iklan kampanye semacam ini,
Listiyo anggap kurang cocok dilakukan di negara demokrasi.
Kalau menurut saya sendiri kurang setuju, soalnya kalau menurut
saya pemimpin itu yang penting adalah moral. Moral itu bisa dinilai dari
keburukan dan kebaikan seorang pemimpin. Disini cuma ada kebaikan, lalu
moral macam apa yang bisa disimpulkan oleh masyarakat kepada pak SBY dan
Pak Boediono. Kalau dalam negara demokrasi si menurut saya iklan ini
kurang mengena.

Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang
didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, bentuk, warna, dan
komposisi. Ia dikelompokan dalam komunikasi non verbal, dibedakan dengan
bahasa verbal yang berwujud tulisan dan ucapan. Upaya memberdayakan
simbol-simbol visual berangkat dari kenyataan bahwa bahasa visual memiliki
karakteristik yang bersifat khas, bahkan istimewa, untuk menimbulkan efek
tertentu pada pengamatnya.
Pada pesan non verbal iklan politik SBY-Boediono, Miftah, dari
kalangan pekerja menganggap visualisasi yang diberikan tidak menarik.
Kandidat menurut Miftah seharusnya juga memberikan perhatian tentang
gambaran masyarakat sekarang ini, tidak hanya menunjukkan kehidupan
pribadi Kandidat saja.
Kalau secara gambar, saya rasa kurang menarik. Karena dia.. apa
ya, didalam iklan itu hanya memeperlihatkan semasa hidupnya saja dari dia
berangkat sampai dia menjadi presiden. Seharusnya kan selain itu dia juga
menceritakan bagaimana kondisi si indonesia itu sekarang ini. Seperti yang di
iklan megawati tadi, lebih baik saya rasa.


Pesan non verbal lain yang ditangkap oleh partisipan adalah mengenai
figur SBY dan Boediono. Luluk, dari kalangan mahasiswa, menangkap bahwa
figur seorang tentara memberikan kesan SBY sebagai orang yang tegas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
117
berwibawa dan memiliki displin tinggi. Sedangkan figur guru yang merupakan
pendidik anak bangsa mengesankan Boediono dapat mengayomi rakyat
dengan baik.
Ya kalau SBY kan dari tentara, ya otomatis orangnya tegas,
berwibawa trus displin. Trus kalau boediono lebih mengayomi, bersifat
mendidik jadinya sebagai guru kan lebih mengayomi rakyatnya.


3. Iklan Jusuf Kalla dan Wiranto (Iklan Positif Testimonial Kepositifan
Kandidat)
Iklan politik televisi, menggabungkan antara audio dan visual menjadi
kesatuan yang saling mendukung. Audiovisual iklan J K-Wiranto dalam
menyampaikan pesan cenderung dinilai partisipan mudah menarik perhatian dan
dan tidak kaku seperti biasanya sebuah iklan politik. Hampir seluruh partisipan
sependapat iklan ini menarik dan hanya satu partisipan yang menyatakan tidak
menarik. Namun sayangnya tidak semua partisipan dapat menangkap pesan yang
terselip dalam iklan. Mereka tertarik dikarenakan lebih karena visualisasinya yang
lucu. Tercatat tujuh partisipan menganggap singkatan-singkatan J K dianggap
masih kurang penjelasannya sehingga kurang tersampaikan apa maksud dan
tujuan dari singkatan-singkatan tersebut.
Durasi iklan J K-Wiranto versi kepositifan J K hanya 30 detik, pesan
pencitraan kandidat disampaikan lebih banyak melalui simbol-simbol dan
permainan kata singkatan-singkatan J K. Simbolisasi-simbolisasi tadi
umumnya menggunakan berbagai metafora, dan diartikulasikan melalui
berbagai tanda di dalam iklan politik mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
118
Kesatuan pesan verbal dan nonverbal pada iklan J K-Wiranto
diungkapkan oleh Listiyo dikemas secara kreatif. Visualisasi kepanjangan dari
singkatan-singkatan huruf J dan K yang diucapkan oleh beberapa orang dalam
iklan menyiratkan visi dan misi J K-Wiranto. Dengan tidak menyampaikan
data-data dan menggunakan perspektif testimonial orang awam mengenai J K,
Listiyo memandang iklan J K-Wiranto lebih aman diterima masyarakat karena
tidak secara gamblang mengumbar janji.
Di situ secara visual.. tidak dengan gamblang dia mengumbar janji,
tidak secara blak-blakan dia menunjukkan kelebihan. itu secara visual
menurut saya. Kalau dari sisi pesan dan informasi, kurang lebih sama dengan
pasangan lain standar, menarik. Kebetulan sejak pertama saya sudah tertarik
dengan cara Jusuf Kalla untuk menyampaikan visi dan misinya. Secara
keterbukaan dia lebih unggul diantara pasangan lain, dalam hal ini informasi-
informasi yang diberikan cukup jelas walaupun yah.. masih simpang siur
mungkin kalau berdasarkan iklan ini. Tapi ya.. cukup kreatif ide dari Pak JK
untuk menyampaikan visi dan misinya untuk berkampanye. Informasi itu
cukup.

Tapi berbeda dengan Listiyo, persepsi mengenai iklan J K-Wiranto oleh
partisipan lain lebih banyak dianggap tidak jelas apa yang ingin disampaikan.
Pesan-pesan yang tersirat di dalam singkata J dan K tidak dapat diserap oleh
partisipan lain dengan mudah. Kecenderungan yang ada adalah partisipan
melihat visualisasi iklan politik yang menarik disertai jingle atau musik yang
lucu, namun hanya sebatas enak ditonton. Informasi tentang visi dan misi
kandidat kembali dipertanyakan seperti halnya pada iklan politik SBY-
Boediono. Dengan lugas Diptanta berpendapat.
Visualisasinya menarik tapi isinya ga ada. Ya kan masa rakyat suruh
percaya sama singkatan-singkatan. La enggak ada buktinya itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
119
Senada dengan Diptanta, Farah dari kalangan mahasiswa, menilai iklan
politik J K-Wiranto hanya sekedar menarik untuk dilihat, dengan adanya
ilustrasi singkatan-singkatan J K. Tapi ia tidak bisa menangkap isi dan maksud
dari iklan tersebut. Ia juga mempertanyakan mengapa tidak ada informasi
mengenai Wiranto sebagai pasangan cawapres J K. Begitu juga dengan
Alfiana, lebih jelas ia mengatakan:
Secara visualisasinya si menarik, beda.. dalam arti dia.. musiknya
lucu. Trus ada kayak singkatan-singkatan gitu tapi secara visualisasi aja lucu.
Kalau orang lihat wah apaan tuh? ga terlalu politik gitu, kalau orang lihat
ga muluk-muluk politik gitu lho, bosen. Awal-awal kan ga sadar kalau itu
politik. Tapi ga semua isinya bisa dimengerti karena pake singkatan-singkatan
itu beberapa kabur gitu kayak istilah jangan kelamaan, jangan kelamaan
apa? Kalau lihat gambarnya itu kan cuma bengong kelamaan.


Persepsi serupa juga terjadi dikalangan pekerja, Iin dan Widi melihat
iklan ini menarik tetapi durasinya yang hanya sebentar dan kepanjangan-
kepanjangan J K tanpa ada penjelasan lebih lanjut dirasa kurang memberikan
informasi yang jelas. Sedangkan Miftah kembali menekankan bahwa semua
iklan politik sama saja. Iklan politik tidak bisa merepresentasikan bagaimana
kandidat itu dengan sejujur-jujurnya. Miftah menyatakan:
Kalau iklan kan tadi saya sudah bilang iklan itu sebener bagaimana
ya. Setiap mungkin kan yang bikin iklan ini bukan dari JK-nya sendiri,
mungkin orang lain dibawahnya ya. Itu kan yang membuat iklan kan beda-
beda, mungkin membuat iklan sini seperti ini, sini seperti ini, jadi sama saja.
Sama saja dari iklan-iklan ini bagaimana ya, tidak bisa.. sepenuhnya
merepresentasikan mereka. Mungkin itu cuma kiasan saja dari orang yang
membuatnya. Seperti ini, seperti ini, JK seperti ini, begitu.


Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya visualisasi iklan J K-
Wiranto mampu menarik seluruh partisipan dari berbagai kalangan. Perpaduan
antara audio dan visual dikemas secara kreatif sehingga tidak terlihat kaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
120
seperti halnya iklan politik pada umumnya. Pesan nonverbal yang
melambangkan keberagaman target yang dituju oleh iklan ini nampak pada
pakaian atau atribut yang dikenakan oleh orang-orang yang diwawancarai
pada iklan. Seperti pandangan Annisa, ia melihat orang-orang yang
diwawancarai tersebut mewakili kelompok-kelompok tertentu.
Disitu diliatin ada perwakilan dari berbagai kalangan, seperti
agama-agama gitu, mahasiswa, anak-anak muda, anak sma gitu, ngasi
pendapat tentang kepositifan JK tu gini, kepanjangan JK gini,gini.. misalnya
jangan kelamaan, jadi JK akan bertindak cepat dalam menangani suatu
masalah.. bagus sih

Efektifitas iklan J K-Wiranto yang jika dari persepsi partisipan hanya
mengedepankan visual yang bagus, dari pengamatan penulis cukup mendapat
respon yang baik. Meski informasinya dinilai kurang dibanding dengan iklan
Mega-Prabowo, ketertarikan terhadap pasangan kandidat yang dihasilkan dari
iklan ini masih lebih baik daripada milik Mega-Prabowo.

B. Persepsi Pemilih Pemula Mengenai Pengaruh Iklan Politik
Usai memberikan persepsi mereka terhadap iklan politik televisi capres
dan cawapres 2009, setiap partisipan diminta untuk mengemukakan ada tidaknya
pengaruh (effect) iklan politik. Linda Kaid (dalam Putra, 2007) menjelaskan
bahwa ada tiga pengaruh iklan televisi terhadap para pemilih, yakni pengetahuan
pemilih, persepsi terhadap kontestan, dan preferensi pilihan. Pengaruh pertama
ditunjukkan oleh identifikasi nama kontestan atau kandidat yang disebut sebagai
brand name recognition. Untuk identifikasi nama, iklan lebih efektif
dibandingkan komunikasi melalui pemberitaan, khususnya untuk kandidat atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
121
kontestan baru. Para pemilih juga lebih mudah mengetahui isu-isu spesifik dan
posisi kandidat terhadap isu tertentu melalui iklan dibandingkan dengan
pemberitaan. Pemilih yang tingkat keterlibatannya sedikit dalam kampanye lebih
terpengaruh oleh iklan politik.
Pengaruh kedua adalah efek pada evaluasi kandidat atau kontestan. Iklan
televisi memberi dampak signifikan terhadap tingkat kesukaan terhadap kontestan
atau kandidat, khususnya terhadap policy (kebijakan) serta kualitas kandidat yang
meliputi kualitas instrumental, dimensi simbolis dan feno-tipe optis (karakter
verbal dan nonverbal). Dampak tersebut bisa negatif dan bisa pula positif. Tingkat
pengaruh tersebut tergantung pada konsep kreatif, eksekusi produksi, dan
penempatan iklan tersebut.
Pengaruh ketiga adalah preferensi pilihan. Berbagai studi eksperimental
menunjukkan, iklan politik mempunyai pengaruh terhadap preferensi pilihan,
khususnya bagi pemilih yang menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Variabel
penting yang mempengaruhi preferensi tersebut adalah formasi citra dan tingkat
awareness para pemilih terhadap kontestan. Pemilih yang keterlibatannya dalam
dunia politik rendah lebih mudah dipengaruhi oleh iklan politik dibandingkan
pemilih yang keterlibatannya lebih tinggi.
Dari ketiga iklan politik yang diperlihatkan, kecenderungan tipe iklan yang
disukai oleh partisipan adalah iklan milik SBY dan Boediono, dipilih oleh tiga
partisipan kalangan mahasiswa, satu pelajar SMA dan dua kalangan pekerja. Iklan
J K-Wiranto dipilih oleh dua pelajar SMA dan satu dari kalangan mahasiswa.
Sedangkan iklan Mega-Prabowo hanya dipilih oleh satu dari kalangan pelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
122
SMA dan satu kalangan pekerja. Satu partisipan dari kalangan pekerja yaitu
Frenky memandang tidak ada satu pun dari ketiga iklan tersebut yang menarik.
Sejak awal, dari hasil wawancara dengan frenky, ia memiliki sikap yang skeptis
terhadap kinerja tiap kandidat calon presiden.
Partisipan Pemilih pemula dalam penelitian ini merupakan pemilih yang
masih belum memiliki pengalaman dan jangkauan yang luas dalam dunia
perpolitikan dan disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa iklan politik telah
menjadi sumber informasi utama bagi pemilih yang masih awam tentang politik.
Namun dalam penelitian ini, dari jawaban yang masuk lebih lanjut tentang iklan
politik tersebut diperoleh kesan iklan politik di televisi cenderung hanya sebagai
pertimbangan kecil dan berpengaruh sedikit dalam keputusan memilih para
partisipan. Kesan kurang berpengaruh terutama berasal dari kalangan pelajar
SMA dan Mahasiswa. Kecenderungan yang ada justru informasi politik melalui
tayangan berita, debat politik di televisi dan informasi dari internet dianggap lebih
banyak mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihan. Dan para kandidat
capres dan cawapres Pemilu 2009 dinilai telah sering di ekspos di televisi entah
itu dalam program berita atau debat politik . Sedangkan dikalangan pekerja
terdapat jawaban yang beragam, seperti yang tampak pada tabel 2.
Tabel 2:
Pengaruh Iklan Politik
No. Kelompok
partisipan
Pandangan Tentang Pengaruh Iklan Politik
1 Pelajar SMA Iklan hanya berupa pelengkap kampanye, keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
123
memilih tidak bisa hanya dilihat dari iklan politiknya saja
tapi juga figur si kandidat, jadi pengaruh iklan politik
prosentasenya hanya sedikit.
2 Mahasiswa Berita di televisi lebih meyakinkan dalam mempengaruhi
keputusan memilih.
Tergantung pada kemasan iklan itu sendiri, apabila iklan
yang dikemas terlihat meyakinkan mungkin sedikit
mempengaruhi sebagai pertimbangan.
3 Pekerja Tetap mempengaruhi sebagai pertimbangan untuk menilai
kandidat.
Iklan politik hanyalah omong kosong belaka, jadi tidak
mempengaruhi keputusan memilih.

Cara pandang partisipan terhadap iklan politik cenderung lebih rasional
karena mereka tidak sepenuhnya terpengaruh terhadap iklan, partisipan cenderung
telah memiliki penilaian tersendiri mengenai kandidat sebelum terpengaruh oleh
stimulus iklan. Kecenderungan persepsi partisipan terhadap capres dan cawapres
Pemilu 2009 adalah bahwa kualitas kandidat bisa dinilai dengan sendirinya karena
mereka sering muncul di televisi. Sesuai dengan alasan mengapa iklan politik di
televisi kurang memberikan pengaruh dalam keputusan memilih yang telah
diungkapkan sebelumnya oleh Miftah, dari kalangan pekerja, ketika mempersepsi
iklan politik SBY-Boediono. Dan kembali diungkapkan secara terpisah oleh
Alfiana, dari kalangan pelajar SMA. Sama halnya seperti pendapat Miftah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
124
Alfiana menilai para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2009 pada dasarnya
sudah cukup sering dilihat di televisi sehingga masyarakat sudah bisa menilai
sendiri dari kegiatan mereka yang ditampilkan di tv.
ee.. sebenernya iklan tu cuma berdampak kecil lah dari prosentase kita
dalam memilih suatu calon. Sebelumnya kan kita uda sering liat mereka (para
kandidat) di tivi-tivi, jadi uda cukup tahu. Iklan cuma sebagai pelengkapnya
doang, pelengkap kampanye lah.


Dari kalangan pelajar SMA yang lain, Diptanta berpendapat iklan politik
memang berpengaruh, tetapi dalam keputusan memilih juga harus dilihat atau
dikaitkan dengan figur kandidatnya. Pendapat Diptanta ini menarik karena dari
hasil ketiga iklan yang telah dipersepsi, ia menganggap iklan Megawati dan
Prabowo sebagai iklan yang ia sukai karena isinya yang informatif. Tetapi iklan
itu tidak memberi pengaruh pada Dipatanta untuk menaruh minat memilih
pasangan Megawati dan Prabowo. Figur Megawati, yang seorang wanita menurut
Diptanta tidak pantas untuk dijadikan seorang Presiden. Latar belakang ajaran
agama Diptanta, menganggap seorang pemimpin itu haruslah dari laki-laki.
Di kalangan mahasiswa, masalah figur juga disinggung oleh Listiyo.
Meski menurut Listiyo data dan fakta dalam iklan politik itu tidak bisa dipercaya,
melalui iklan politik, pola pikir kandidat akan terlihat kemudian membentuk imej
figur di masyarakat. Apabila imej figur kandidat yang terbentuk bagus, tentu iklan
politik akan menjadi pertimbangan dalam keputusan memilih. Dan berhubungan
dengan pembentukan imej melalui iklan politik tentu didukung penuh oleh
kemasan yang menarik. Begitu juga dengan pendapat Tuning, iklan yang
meyakinkan akan membuat yakin pemilih dalam pengambilan keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
125
Ya mungkin sedikit mempengaruhi kan tadi kita lihat iklannya, menarik
kan.. terus kita berusaha mencari bagaimana sih yang sebenarnya seorang JK-
Wiranto, SBY-boediono, mungkin sedikit mempengaruhi sebuah iklan itu. Jadi
kalau iklannya tidak meyakinkan mungkin ya memilihnya jadi sedikit tidak
yakin.

Minimnya durasi iklan yang berdampak pada keterbatasan informasi yang
bisa disampaikan juga menjadi salah satu alasan kurang berpengaruhnya iklan
politik di televisi. Luluk, dari kalangan mahasiswa, berpendapat bahwa iklan
politik di televisi kurang bisa menjabarkan visi dan misi secara detail. Berbeda
dengan model pemberitaan yang dibuat oleh media massa. Beberapa jawaban juga
menunjukkan partisipan lebih mendapatkan keyakinan dalam mempengaruhi
memilih apabila informasi yang mereka dapati melalui acara berita di televisi,
debat publik atau berita di media massa lain entah itu cetak maupun elektronik.
Dari hasil pengamatan, kecenderungan yang partisipan terutama kalangan pelajar
SMA dan mahasiswa cari adalah informasi yang detail mengenai visi dan misi
serta latar belakang atau figur kandidat yang berkompetisi.
Partisipan dari kalangan pekerja memiliki memiliki pendapat yang
berbeda-beda mengenai pengaruh iklan politik televisi. Iin dan Widi menyatakan
iklan politik di media televisi memberikan pengaruh dalam keputusan memilih,
namun bagi Widi pengaruh tersebut tidak sepenuhnya. Ia masih masih mencari
informasi lain dari sumber yang berbeda. Miftah dan Frenky berpendapat bahwa
pesan dalam iklan itu tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Frengky yang sejak awal
telah skeptis dengan para pasangan capres dan cawapres Pemilu 2009 mengatakan
iklan sama sekali tidak berpengaruh dalam keputusan memilih. Sedangkan Miftah
masih mempertimbangkannya untuk melihat kualitas kandidat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
126
Tetep mempertimbangkan, kadang kalau tidak melihat iklan bingung
juga bener atau tidak calonnya seperti ini, seperti ini. Tapi hanya sebatas
pertimbangan saja.

Kemudian penulis menanyakan, lantas, apa sumber pertimbangan lain
yang lebih meyakinkan bagi Miftah untuk mempengaruhi keputusan memilih?
Miftah menjawab:
Yaa.. selain dari melihat dari periode kemarin, juga dari referensi
buku-buku.. atau mungkin di internet-internet atau artikel-artikel banyak bisa
dicari. Mungkin itu bisa lebih meyakinkan."





























perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa persepsi pemilih pemula
terhadap iklan kampanye politik calon presiden dan wakil presiden yang
ditayangkan di media televisi pada pemilu 2009 bervariasi. Namun
kecenderungan persepsi pemilih pemula melihat dari visi misi dan latar
belakang figur kandidat. Dalam perkembangan jenis iklan politik yang ada
pada pemilu 2009 yaitu munculnya iklan negatif (bersifat menyerang lawan
politik), ditemukan pula kecenderungan bahwa iklan negatif membuat persepsi
pemilih pemula menjadi lebih rasional dibandingkan dengan iklan positif.
Aspek-aspek latar belakang track record kinerja kandidat lebih dikedepankan
dan tidak hanya menerima secara pasif kelebihan-kelebihan kandidat seperti
yang biasa disodorkan oleh iklan positif. Meskipun demikian, iklan positif
dipandang tetap lebih bisa diterima oleh pemilih pemula di Surakarta
ketimbang iklan negatif.
2. Persepsi pemilih pemula mengenai pengaruh iklan politik di media televisi
terhadap keputusan memilih di Perumahan Fajar Indah juga bervariasi, namun
cenderung hanya memberikan dampak yang kecil. Dalam mempengaruhi
keputusan memilih, pemilih pemula di kota Surakarta cenderung memandang
akan lebih bisa teryakinkan apabila informasi yang didapat berasal dari debat
politik atau berita di program acara televisi atau media massa lainnya. Pemilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
128
pemula juga cenderung memandang bahwa para kandidat Pemilu tahun 2009
telah sering muncul di media massa sehingga mereka sudah bisa menilai
kualitas kandidat.
B. SARAN
1. Perkembangan iklan politik di media televisi dengan adanya iklan negatif pada
pemilu 2009, semakin menambah menarik dunia kampanye politik di
Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Ilmuwan komunikasi politik
Universitas Indonesia, Effendi Gazali, iklan yang bersifat menyerang sah-sah
saja sejauh berdasarkan data valid dan dinilai positif karena mendorong
pemilih untuk menilai para calon presiden berdasarkan rekam jejak, bukan
berdasarkan sanjungan saja. Oleh karena itu, pada pemilu yang akan datang
dalam membuat iklan politik di televisi maupun dimana saja, tim kampanye
kandidat diharapkan bisa lebih cerdas menampilkan iklan dengan data-data
yang valid yang akhirnya akan lebih bisa mendidik pemilih dalam menentukan
kandidat pilihannya.
2. Pemilih pemula pada Pemilu 2009 telah mengalami kecenderungan masa
transisi berkembang menjadi masyarakat modern, dimana kemajuan teknologi
banyak membantu mereka dalam mencari informasi. Mereka telah lebih
cerdas dalam menilai kandidat dan berhati-hati dalam mengambil keputusan
memilih. Hendaknya tim kampanye kandidat mau lebih dalam menggali atau
meneliti masyarakat sehingga tidak asal dalam mengklaim keberhasilan dan
hanya memberikan realitas semu tanpa bukti. Yang masyarakat Indonesia
butuhkan adalah bukti, bukan janji-janji semata.

You might also like