Professional Documents
Culture Documents
cos . 2
dimana P
c
= tekanan kapiler
= tegangan permukaan
= sudut kontak permukaan air-minyak
r = radius efektif pipa kapiler
Dalam keadaan pori jenuh air dan adanya tekanan kapiler maka untuk
dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu
tambahan tekanan yang dinamakan tekanan masuk (entry pressure) dan
tekanan penggeseran (displacement pressure).
Penjenuhan masing-masing fluida dalam batuan reservoir, di dalam
suatu reservoir jarang sekali minyak terdapat 100 % menjenuhi lapisan
reservoir.Biasanya air terdapat sebagai interstitial water yang berkisar
dari beberapa persen sampai kadang-kadang lebih dari 50 % tetapi
biasanya antara 10 30 %. Besarnya penjenuhan air didalam reservoir
minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu diproduksikan.
Penjenuhan air dinyatakan sebagai S
w
(water saturation). Jika S
w
lebih
besar dari 50 % minyak masih dapat keluar akan tetapi pada umumnya
harus lebih kecil dari 50 %.
Tekanan reservoir minyak dan gas bumi terutama ditentukan oleh
kedalamannya, makin dalam makin tinggi temperaturnya. Dilain fihak
nilai dari temperature ini ditentukan oleh gradient panasbumi. Gradien
panasbumi didefinisikan sebagai perbandingan antara temperature
formasi dikurang dengan temperature permukaan tahunan rata-rata
dibagi dengan kedalaman.
40
IV.2.3 KERANGKA GEOLOGI PENYEBARAN MINYAK DAN GASBUMI
Pada kenyataannya minyak dan gasbumi selalu didapatkan dalam
cekungan sedimen. Secara geologi, permukaan bumi ini dapat dibedakan
antara perisai dan cekungan sedimen. Perisai biasanya terdiri dari batuan beku
dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-kambrium. Didaerah ini tidak
didapatkan minyak dan gasbumi. Diantara semua perisai didapatkan cekungan
sedimen yang secara klasik dibedakan menjadi geosinklin, daerah epi-kontinen
dan daerah paparan kontinen.
Geosinklin ialah suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan sedimen
yang sangat tebal diendapkan secara cepat dan akhirnya menghasilkan struktur
pelipatan yang ketat dan rumit seperti pegunungan Alpina dan Himalaya. Di
daerah seperti ini minyak jarang sekali ditemukan karena struktur yang ruwet
dan sedikit banyak daerah ini diintrusi batuan beku.
Daerah epi-kontinen yang disebut miogeosinklin terletak diantara geosinklin
dan perisai benua dan merupakan juga daerah dimana sedimen tebal terjadi,
tetapi tidak terlipat secara kuat. Daerah semacam inilah yang merupakan
cekungan yang paling kaya akan kandungan minyakbumi.
Daerah paparan kontinen merupakan daerah dimana lapisan sedimen tidak
terlalu tebal dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak. Secara
tektonik jarang sekali minyakbumi didapatkan di dalam rangkaian pegunungan
yang terlipat ketat apalagi pegunungan yang diintrusi oleh batuan beku.
Kebanyakan minyakbumi ditemukan pada daerah yang bersifat landai atau
yang tidak berstruktur sama sekali, misalnya pantai timur sumatera dan Jawa,
daerah dataran rendah Iran dan Irak dsb.
IV.3 PENUTUP
IV.3.1 SOAL LATIHAN
Setelah membahas materi yang berkaitan dengan cara terdapatnya minyak
dan gasbumi maka mahasiswa diminta memberikan jawaban atau ulasan
tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Jelaskan bagaimana keterdapatan minyak dan gasbumi sebagai oil show
dan akumulasi komersil.
41
2. Kita ketahui bahwa rembesan minyakbumi tidak lepas dari kondisi
geologi dari suatu daerah tertentu. Jelaskan jenis-jenis rembesan
minyakbumi tersebut.
3. Jelaskan prinsip utama dari cara terdapatnya minyak dalam suatu
reservoir.
4. Apa yang dimaksud reservoir, lapangan minyak dan daerah minyak.
5. Diketahui bahwa keberadaan minyak dalam suatu jebakan sering
bersama air dan gas, dimana penyebaran vertical dari ketiga macam
fasa ini ditentukan oleh sifat fasa tersebut. Jelaskan sifat-sifat fasa yang
dimaksud.
IV.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi
Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.
42
BAB V
BATUAN RESERVOIR
V.1 PENDAHULUAN
Dalam mempelajari materi tentang batuan reservoir ini sasaran umum
yang hendak dicapai ialah agar mahasiswa mempunyai pemahaman yang luas
tentang peranan batuan reservoir dalam hal cara terdapatnya minyak dan gas
bumi. Adapun sasaran khususnya yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian batuan reservoir serta
kaitannya dengan porositas dan permeabilitas
2. Agar mahasiswa memahami karakteristik serta jenis dari batuan
reservoir
Dalam pembahasan materi ini ada beberapa hal penting yang akan
mempermudah mahasiswa dalam memperoleh pemahaman tentang batuan
reservoir misalnya adanya sampel batuan yang akan membantu dalam proses
identifikasi masalah porositas dan jenis-jenis batuan reservoir. Untuk keperluan
tersebut mahasiswa diharapkan mencari informasi tentang jenis-jenis batuan
reservoir misalnya dengan mencari gambar-gambar tentang batuan reservoir.
Sampel batuan bisa diperoleh dari laboratorium geofisika.
V.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Sebelum membahas masalah batuan reservoir, kita membahas dulu
tentang batuan secara umum. Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan
lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan
tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati
langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui
dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa
daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi,
yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan,
dan sejarah geologinya. Secara genesa, batuan dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
43
Batuan beku (igneous rock), yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil
dari kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang
mendingin (Walter T Huang, 1962). Berdasarkan teksturnya batuan beku ini
bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang
relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat
letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya
adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Gambar V.1 Contoh batuan beku
Batuan sedimen (sedimentary rock), yaitu batuan yang terjadi akibat
lithifikasi dari hancuran batuan lain (detritus) atau lithifikasi dari hasil reaksi
kimia tertentu (Pettijohn, 1964). Lithifikasi adalah proses terubahnya
material pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming
materials) menjadi batuan yang kompak (coherent rock).
Gambar V.2 Proses ternetuknya batuan sedimen
44
Gabbro
Granit
Batuan sediment bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian
diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan
sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan
penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan
induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu
konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk
melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit
dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan
sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source)
atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping
terumbu.
Batuan metamorf (methamorphic rock), yaitu batuan yang berasal dari
batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan,
temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979).
V.2.1 BATUAN RESERVOIR
Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas
bumi. Adapun unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi adalah :
1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan
gas bumi. Biasanya batuan ini berpori dan berongga.
2. Lapisan Penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang tidak permeabel atau
lulus minyak.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap), adalah suatu unsur pembentuk
reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav kebawah dan menyebabkan minyak
dan gas bumi berada di bagian atas reservoir. Bentuk perangkap ini sangat
ditentukan oleh cara terdapatnya minyak bumi, yaitu selalu berasosiasi
dengan air dimana air memiliki berat jenis jauh lebih tinggi.
45
Pengertian Batuan Reservoir, Porositas, dan Permeabilitas
Pada hakikatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir
asal mempunyai kemampuan untuk minyimpan dan melepaskan minyak bumi.
Dalam hal ini batuan reservoir harus memiliki porositas yang meberikan
kemampuan untuk menyimpan; juga kelulusan atau permeabilitas, yaitu
kemampuan untuk melepaskan minyak bumi itu. Jadi secara singkat, dapat
disebutkan bahwa reservoir harus berongga rongga dan berpori-pori yang
berhubungan.
Perbedaan antara porositas dan permeabilitas ialah porositas menentukan
jumlah cairan yang terdapat sedangkan permeabilitas menentukan jumlahnya
yang dapat diproduksi. Suatu batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai
lapisan penyalur aliran minyak dan gas bumi ke tempat minyak bumi tersebut
keluar batuan induk ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap.
Bagian suatu perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir.
Porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori
terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan
dalam persen dan disebut porositas.
= =
%
Porositas biasanya berkisar antara 5 sampai 40 %. Porositas 5 % biasanya
disebut porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat nonkomersiil.
Secara teoritis porositas tidak bisa lebih dari 47,6 %, yang berlaku untuk
porositas jenis intergranuler.
Misalkan dalam kubus / batuan terdapat 8 buah bola penuh sehingga isi seluruh
butiran dalam kubus adalah :
Dengan jari-jari butir bola = r
Isi setiap bola =
.
( )
Dimana q dinyatakan dalam centimeter per sekon, k dalam darcy
(permeabilitas), viskositas m dinyatakan dalam sentipoise, dan
adalah
gradien hidrolik yang dinyatakan dalam atmosfer per centimeter.
Cara penentuan permeanbilitas adalah :
1. Dengan Permeameter, suatu alat pengukur yang menggunakan gas.
2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
3. Dari kecepatan pemboran.
47
4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang.
Secara perkiraan dilapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif
sebagai berikut :
1. Ketat (tight), kurang dari 5 md (milidarcy).
2. Cukup (fair), antara 5 10 md.
3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
Permeabilitas Relatif dan Efektif
Permeabilitas tergantung pada ada tidaknya cairan ga di dalam rongga
yang sama. Sebagai contoh misalnya saja adanya air dan minyak. Gambar
dibawah ini memperlihatkan permeabilitas relatif.
Gambar V.1 Grafik permeabilitas relative dengan perbedaan
penjenuhan air dan minyak (Lavorsen, 1958 dalam
Koesoemadinata,1980)
Penjenuhan air diperlihatkan pada absis dan dinyatakan dalam persen
air, koordinat menunjukkan fraksi permeabilitas dari pada fluida yang
bersangkutan terhadap keadaan jika seluruh batuan tersebut dijenuhi oleh
cairan tersebut itu saja. Hal ini juga jelas sama untuk kehadiran gas dan minyak
(gambar 4.2). Jika penjenuhan minyak kurang dari 40 %, maka minyak sama
sekali tidak bisa bergerak dan hanya gas saja yang dapat bergerak.
48
Gb.1 Grafik
Hakekat Rongga Pori
Dilihat dari segi asal terjadinya, rongga rongga pori dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu :
1. Pori Primer (rongga primer), atau disebut juga antar-butir (inter granula).
2. Pori Sekunder atau pori yang dibentuk kemudian.
Pori sekunder disebut juga pori terinduksikan, yang berarti porositasnya
dibentuk oleh beberapa gejala dari luar, seperti gejala tektonik dan pelarutan.
Porositas primer dibentuk pada waktu batuan diendapkan, jadi sangat
tergantung dari faktor sedimentasi.
Berbagai faktor yang mempengarughi besar-kecilnya pori-pori adalah :
a. Besar Butir, besar butir mempengaruhi ukuran pori-pori, tetapi tidak sama
sekali tidak mempengaruhi porositas total daripada batuan, setidak-tidaknya
untuk pasir kasar ataupun halus.
b. Pemilahan, Pemilahan (shorting) adalah cara penyebaran berbagai macam
besar butir. Misalnya jikas sedimen itu dei=endapakan dalam arus sedimen
yang kuat maka pemilahannya akan lebih baik dan dengan demikian
memberikan besar butir yang sama.
49
Gambar V.2 Grafik memperlihatkan relatif dengan perbedaan
penjenuhan gasdan minyak(Lavorsen,1958 dalam
c. Bentuk dan Kebundaran Butir, bentuk suatu butiran klastik didefenisikan
sebagai suatu hubungan terhadap suatu bola yang dipakai sebagai standar,
sedangkan kebundaran didasarkan terhadap suatu ketajaman atau
penyudutan daripada pinggiran butir.
d. Penyusutan Butir, Penyusitan butir adalah pengaturan kepadatan daripada
susunan bola butir satu terhadap yang lainnya. Penyusutan butir sangat
mempengaruhi porositasnya. Butiran yang berbentuk bola dan seragam
akan memberikan angka porositas 47,6 % untuk penyusutan kubus yang
paling terbuka, dan 25, 9 % untuk penyusutan rhombohedral. Seperti pada
gambar dibawah ini.
50
Gb V.3 Pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas dan permeabilitas dalamgreywacke
Gb V.4 Pengeruh susunan butir terhadap
porositas
Gambar V.5 Diagram yang memperlihatkan
perbandingan berbagai jenis Batuan
reservoir sebagai cadangan minyak
bumi
e. Kompaksi dan Sementasi , Kompaksi dan sementasi juga mempengaruhi
besar kecilnya rongga-rongga yang ada, dan pada umumnya memperkecil
atau menyusutkan pori-pori yang telah ada. Kompaksi akan menebabkan
penyusutan yang lebih ketat sehingga sebagian rongga-rongga akan hilang.
Batuan Reservoir Kl astik Detritus Batupasir
Dua macam batuan yang penting uantuk bertindak sebagai reservoir adalah :
Batupasir dan Gamping atau karbonat. Pada Gambar berikut memprlihatkan
bahwa 60 % daripada reservoir minyak terdiri daripada batupasir, 30 % terdiri
dari pada batuan gamping dan sisanya batuan lainnya.
1. Jenis jenis Klastik Detritus
Adapun batuan yang termasuk jenis-jenis
klastik Detritus yaitu Batupasir, Konglomerat
dan detritus kasar, Batu Lanau. Jenis batuan
tersebut dapat sebagai batuan reservoir.
Batupasir merupakan reservoir yang paling
penting dan yang paling banyak di dunia ini, 60
% daripada semua batuan reservoir adalah
batupasir. Konglomerat dan detritus kasar
juga bisa menjadi sebagai batuan reservoir.
Jelas juga, bahwa makin kasar batuan tiu, pori-
porinya makin besar dan kerenanya
permeabilitasnya menjadi lebih baik. Batu
lanau juga kadang-kadang bertindak sebagai
reservoir. Tapi karena besar butirnya yang
halus maka permeabilitasnya kurang begitu baik.
2. Fasies, Bentuk dan Ukuran Tubuh Batupasir.
Pada umunya kita dapatkan tiga macam fasies yaitu :
1. Batu pasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil)
2. Batu pasir yang diendapkan dalam lingkunagn campuran atau dekat
pantai.
51
3. Batu pasir Marine yaitu bastu pasir yang diendapkan dalam laut misalnya
batupasir pparan, lensa pasir neritik dan turbidit.
Ukuran dan Bentuk : Ukuran suatu lapisan reservor dapat dinyatakan dalam
tebal dan luas. Tebal uatu lapisan reservoir, baik lapisan itu batupasir maupun
batu gamping, dapat berkisar antara 1,5 sampai 500 meter. Berbagai paenulis
telah membuat penggolongan ukuran serta bentuk abtuan reservoir.
Penggolongan Krynine (1940) didasarkan atas perbandingan lebar atau luas
terhadap tebal atau kira-kira luas berbanding volume. Ini merupakan bentuk 2
dimensi yaitu :
1. Pasir Lapoisan Selimut (Blanket sand, sheet sand), jika perkiraan luas
(lebar) lapisan reservoir terhadap volume(tebal) lebih besar dari 1000 : 1
2. Tabuler, Jika perbandingan luas (lebar) berbanding volume (tebal)
diantara 50 : 1 sampai 5 : 1.
3. Prima, jika perkiraan luas (lebar) bernbanding volume (tebal) di antara
50: 1 sampai 5 : 1
4. Tali sepatu (shoe-string sand), jika lebar terhadap tebal adalah 5 : 1 atau
lebih kecil lagi.
Klasifikasi berikutnya adalah oleh Rich (1923) dan Potter (1962). Kedua penulis
ini membedakan :
1. Tubuh batupasir yang sama sisi, sebagai contoh misalnya lapisan
selimut (balnket) atau sheet (lembaran), dan menurut penulis sekarang
juga termasuk lensa-lensa.
2. Tubuh batupasir memanjang, misalnya bentuk prisma, bentuk tali sepatu
(shoe string) dan sebagainya.
Pada umunya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang erbatas,
oleh karena itu proses regresi transgresi, proses meander dan proses-proses
lainnya menyebabkan tubuh-tubuh yang terbatas ini merupakan susunan yang
sangat kompleks dan ruwet. Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Jika
cara merapatnya tidak sempurna, yang biasanya memang demikin maka akan
terdapat intrerkalasi serpih diantaranya Ini justrumemperlihatkan bahwa suatu
lapisan yang kelihatannya merupakan suatu lapisan yang luas sebetulnya terdiri
dari beberapa lapisan yang merapat secara lateral dan disisipi oleh lapisan
serpih.
52
V.3 PENUTUP
V.3.1 SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan batuan reservoir ?
2. Sifat-sifat fisis apa yang harus dimiliki oleh suatu batuan reservoir.
3. Sebutkan lima jenis batuan yang biasanya termasuk batuan reservoir,
serta jelaskan bagaimana karakteristik dari batuan tersebut sehingga
termasuk kedalam batuan reservoir
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit
ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
52
BAB VI
PERANGKAP RESERVOIR
VI.1 PENDAHULUAN
Perangkap reservoir merupakan unsur paling penting dalam cara
terdapatnya minyak dan gasbumi. Malahan explorasi atau pencaharian minyak
dan gasbumi sampai kini ditujukan kepada pencaharian perangkap. Dalam
pembahasan materi ini sasaran yang ingin dicapai ialah :
Mahasiswa memahami pengertian suatu perangkap reservoir dan arti
penting dari keberadaan perangkap reservoir tersebut.
Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang jenis-jenis perangkap
reservoir serta kondisi geologis yang ikut dalam pembentukan perangkap
tersebut.
Untuk mencapai sasaran tersebut mahasiswa harus memiliki pemahaman
yang baik tentang materi-materi yang disajikan dalam mata kuliah yang sangat
mendukung mata kuliah ini misalnya geologi dasar, geotektonik dan geologi
struktur.
VI.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Dipandang dari segi sejarahnya, teori perangkap dikemukakan oleh
Sterry Hunt yang mengatakan bahwa minyak bumi selalu terdapat di atas atau
di puncak suatu antiklin. Berbagai prinsip mengenai minyak dan air serta prinsip
lainnya yang menyatakan bahwa minyak itu selalu mencari tempat-tempat yang
tinggi belum begitu jelas pada waktu itu dan mungkin berbagai keterangan lain
harus diberikan untuk menerangkan mengapa minyak berakumulasi di atas
puncak suatu antiklin.
Sebetulnya perangkap adalah tidak lain daripada bentuk lapisan
penyekat. Lapisan penyekat itu dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak
tidak dapat lari kemana-mana lagi. Bentuk ini akan menahan tetes-tetes minyak
dalam perjalanannya sepanjang garis-garis gaya. Oleh karena itu perangkap
dapat dibagi dalam dua jenis yakni:
a) Perangkap dalam keadaan hidrostatik
b) Perangkap dalam keadaan dinamik
Istilah perangkap atau jebakan (trap), mengandung arti seolah-olah minyak
53
terjebak atau tersangkut dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepas lagi.
Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa tersendiri,
namun selalu berada bersama-sama dengan air (air formasi). Menurut Teori
Potensial yang dikemukakan dalam Koesoemadinata,1980 menyatakan bahwa
adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan
dan terutama juga perbedaan berat-jenis kedua zat itu, maka minyak akan
selalu naik ke atas dan menurut teori akan mencari ternpat dengan potensi
yang paling rendah.
VI.2.1 JENIS-JENIS PERANGKAP MINYAK DAN GAS
Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi
hidrokarbon didalam kerak bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan
reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan ini adalah adanya
batuan reservoir, dalam batuan reservoir ini, terdapat beberapa faktor penting
diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi. Perangkap minyak bumi
sendiri merupakan tempat terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap
dan mempunyai bentuk konkav ke bawah sehingga minyak dan gas bumi dapat
terjebak di dalamnya. Perangkap minyak bumi ini sendiri terbagi menjadi
perangkap stratigrafi, perangkap struktural, perangkap kombinasi stratigrafi-
struktur dan perangkap hidrodinamik.
Perangkap Stratigrafi
Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara
vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan
variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoir dalam
perpindahan minyak bumi. Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah
minyak dan gas bumi terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian
terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, hal ini
dikarenakan batuan reservoir telah menghilang atau berubah fasies
menjadi batu lain sehingga merupakan penghalang permeabilitas
(Koesoemadinata, 1980). Dan jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan
ketidakselarasan seperti Channels, Barrier Bar, dan Reef, namun
berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, dan
Truncations.
54
Gambar VI.1 Contoh perangkap stratigrafi
Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoir tersebut, atau
ketika terjadi perubahan permeabilitas pada lapisan reservoir itu sendiri.
Pada salah satu tipe perangkap stratigrafi, pada horizontal, lapisan
impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada batuan yang memiliki
kandungan minyak. Terkadang terpotong pada lapisan yang tidak dapat
ditembus, atau Pinches, pada formasi yang memiliki kandungan minyak.
Pada perangkap stratigrafi yang lain berupa Lens-shaped. Pada perangkap
ini, lapisan yang tidak dapat ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki
kandungan hidrokarbon. Pada tipe yang lain, terjadi perubahan
permeabilitas dan porositas pada reservoir itu sendiri. Pada reservoir yang
telah mencapai puncaknya yang tidak sarang dan impermeabel, yang
dimana pada bagian bawahnya sarang dan permeabel serta terdapat
hidrokarbon. Pada bagian yang lain menerangkan bahwa minyak bumi
terperangkap pada reservoir itu sendiri yang Cut Off up-dip, dan mencegah
migrasi lanjutan, sehingga tidak adanya pengatur struktur yang dibutuhkan.
Variasi ukuran dan bentuk perangkap yang demikian mahabesar, untuk
memperpanjang pantulan lingkungan pembatas pada batuan reservoir
terendapkan.
56
57
2.Perangkap Struktural
Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural, perangkap
ini Jebakan tipe struktural ini banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi
perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang
merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang
paling asli dan perangkap yang paling penting, pada bagian ini berbagai
unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoar
sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan oleh gejala tektonik atau
struktur seperti pelipatan dan patahan (Koesoemadinata, 1980).
a. Jebakan Patahan
Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan batuan.
Jebakan ini terjadi bersama dalam sebuah formasi dalam bagian patahan
yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini berhenti dan pada saat
yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak pada
daerah patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang impermeabel
yang pada satu sisinya berhadapan dengan pergerakan patahan yang
bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang lain. Kemudian,
minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan permeabel. Minyak
dan gas disini sudah terperangkap karena lapisan tidak dapat ditembus
pada daerah jebakan patahan ini.
58
b.Jebakan Antiklin
Kemudian, pada jebakan struktural selanjutnya, yaitu jebakan
antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan, yang
memiliki bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas bumi
bermigrasi pada lipatan yang sarang dan pada lapisan yang permeabel,
serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah terjebak
karena lapisan yang diatasnya merupakan batuan impermeabel.
c. Jebakan Struktural lainnya
Contoh dari perangkap struktur yang lain adalah Tilted fault blocks in
an extensional regime, marupakan jebakan yang bearasal dari Seal yang
berada diatas Mudstone dan memotong patahan yang sejajar Mudstone.
Kemudian, Rollover anticline on thrust, adalah jebakan yang minyak bumi
berada pada Hanging Wall dan Footwall. Lalu, Seal yang posisinya lateral
pada diapir dan menutup rapat jebakan yang berada diatasnya.
59
3. Perangkap Kombinasi
Kemudian perangkap yang selanjutnya adalah perangkap kombinasi
antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini
merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak
minyak bumi. Dan, pada jenis perangkap ini, terdapat lebih dari satu jenis
perangkap yang membentuk reservoar. Sebagai contohnya antiklin
patahan, terbentuk ketika patahan memotong tegak lurus pada antiklin.
Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak saling mengendalikan
perangkap itu sendiri.
60
4. Perangkap Hidrodinamik
Kemudian perangkap yang terakhir adalah perangkap hidrodinamik.
Perangkap ini sangat jarang karena dipengaruhi oleh pergerakan air.
Pergerakan air ini yang mampu merubah ukuran pada akumulasi minyak
bumi atau dimana jebakan minyak bumi yang pada lokasi tersebut dapat
menyebabkan perpindahan. Kemudian perangkap ini digambarkan
pergerakan air yang biasanya dari iar hujan, masuk kedalam reservoar
61
formasi, dan minyak bumi bermigrasi ke reservoar dan bertemu untuk
migrasi ke atas menuju permukaan melalui permukaan air. Kemudian
tergantung pada keseimbangan berat jenis minyak, dan dapat menemukan
sendiri, dan tidak dapat bergerak ke reservoar permukaan karena tidak ada
jebakan minyak yang konvensional.
VI.3 PENUTUP
VI.3.1 TUGAS LATIHAN
Setelah anda membahas materi dalam bab ini maka silahkan anda
mengerjakan beberapa hal berikut ini :
1. Apa pengertian dari perangkap reservoir
2. Sebutkan jenis-jenis dari perangkap reservoir migas
3. Jelaskan peranan dari perangkap reservoir terhadap akumulasi dari
minyak dan gas bumi.
4. Carilah beberapa contoh gambar perangkap reservoir migas dan analisis
faktor-faktor geologis yang menyebabkan pembentukan dari bentuk
perangkap tersebut.
VI.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit
ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied
Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.
VIVvvhhhhhy
62
BAB VII
ASAL MINYAK DAN GAS BUMI
VII.1 PENDAHULUAN
Pembahasan tentang asal minyak dan gas bumi memiliki sasaran
sebagai berikut :
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang teori-teori pembentukan
minyak dan gas bumi.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori organik dan teori
anorganik.
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang proses-proses akumulasi,
pengawetan dan transformasi dari zat organik.
VII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Membahas identifikasi minyak
bumi tidak dapat lepas dari bahasan
teori pembentukan minyak bumi dan
kondisi pembentukannya yang membuat
suatu minyak bumi menjadi spesifik dan
tidak sama antara suatu minyak bumi
dengan minyak bumi lainnya.
Pemahaman tentang proses
pembentukan minyak bumi akan
diperlukan sebagai bahan pertimbangan
untuk menginterpretasikan hasil
identifikasi. Ada banyak hipotesa
tentang terbentuknya minyak bumi yang
dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :
1. Teori Abiogenesis (Anorganik)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam
alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan
dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877)
63
mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja
uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah
pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai
terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan
bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut
berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan
meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.
2. Teori Biogenesis (Organik)
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan
pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W.
Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di
atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler
(1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa:
minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta
tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua
macam bukti, yaitu:
a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium, yaitu bahwa proses organik
ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya dalam alam.
Dengan kata lain, proses kimianya harus betul dan terbukti di dalam
laboratorium.
b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data
mengenai tempat terdapatnya minyak bumi, dalam keadaan yang
bagaimana, serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini
didapatkan dari hasil explorasi di dunia. Jadi, tanpa kekecualian harus
dapat menerangkan cara terdapatnya minyakbumi secara geologi di
seluruh dunia.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai dua teori utama mengenai berbagai
keberatan serta kesulitan yang timbul, serta beberapa masalah yang masih
belum terpecahkan dalam teori anorganik maupun teori organik. Ternyata
masih banyak persoalan yang timbul, juga dalam teori organik yang diterima
masyarakat luas.
64
VII.2.1 TEORI ASAL ANORGANIK MINYAKBUMI
1. Teori Alkali Panas Dengan CO
2
(Berthelot, 1866)
Berthelot adalah ahli kimia Perancis. Ia memulai dengan suatu anggapan
bahwa di dalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya
pada temperatur yang tinggi. Jika karbondioksida yang datang dari udara
bersentuhan dengan alkali panas ini, maka asetilen dapat terbentuk seperti
pada persamaan berikut:
Variasi lain dari teori ini adalah adanya besi yang panas dalam kerak bumi,
yang karena aksi karbondioksida dan hidrogensulfida menghasilkan juga reaksi
yang serupa. Air yang mengandung asam karbonat biasanya datang dari laut
yang masuk ke dalam kerak bumi melalui rekahan-rekahan.
2. Teori Karbida Panas Dengan Air (Mendeleyeff, 1877)
Mendeleyeff seorang kimiawan asal Uni Soviet abad 19, beranggapan
bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi. Air yang masuk ke dalam
kerak bumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi. Di dalam
teori ini didasarkan suatu pengetahuan umum bahwa kalsiumkarbida ditambah
air akan membentuk gas asetilen yaitu salah satu gas hidrokarbon.
3. Teori Emanasi Volkanik
Asal volkanik minyakbumi, mula-mula sekali ditemukan oleh Von Humboldt
pada tahun 1805, kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet
dAoust (1934), silvestri dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini
mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi
lumpur merupakan gunungapi dalam arti sebenarnya yaitu terdapatnya
minyakbumi di dalam batuan volkanik atau dekat batuan beku. Selain itu juga
didasarkan atas adanya gas metan (CH
4
) di dalam emanasi gunungapi lainnya.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya minyak cair dan parafin yang padat di
65
dalam rongga-rongga lava basalta di Gunung Etna. Rusia berhasil
membuktikan kalau minyak bumi ternyata bukan dari fosil dan dapat
diperbaharui karena berasal dari lapisan magma di kedalaman lebih dari 30,000
kaki dan tidak ditemukan lapisan organik.
4. Hipotesa Kimia
Pada tahun 1964 di Amerika Serikat, Marx mengemukakan teori baterai,
yang menyatakan bahwa di bawah kerakbumi terdapat suatu kombinasi antara
air, grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar,
dengan grafit bertindak sebagai penyaluran aliran listrik. Sebagai akibat reaksi
ini, air terurai dan menghasilkan hidrogen yang bereaksi dengan grafit untuk
membentuk hidrokarbon.
Proceedings of the National Academy of Sciences, studi tersebut
menjelaskan bagaimana peneliti menggabungkan tiga materi abiotik (tak hidup)
-- air (H
2
O), batu kapur (CaCO
3
), dan besi oksida (FeO) -- dan menghancurkan
campuran tersebut bersama-sama dengan tekanan yang sama dengan di
bawah permukaan bumi. Proses ini menghasilkan metana (CH
4
), komponen
paling besar dalam gas alam.
5. Hipotesa Asal Kosmik
Teori ini terutama didasarkan atas spekulasi bahwa di dalam atmosfer planet
terdapat hidrokarbon, terutama metan. Planet tersebut adalah Venus, Mars,
juga Saturnus dan Uranus dengan seluruh satelitnya. Teori asal kosmik juga
diperkuat dengan ditemukannya hidrokarbon di dalam meteorit.
6. Teori Asal Anorganik Dari Sebagian Para Ahli Geologi Uni Soviet
Porfirev (1974) mengemukakan minyakbumi berasal daripada magma, dan
bahwa magma mengandung hidrogen ataupun karbon, sebagaimana terbukti
dengan adanya grafit dan intan di dalam batuan ultra-basa. Memang menurut
hematnya terjadinya minyak bumi berlangsung dalam bagian atas selubung di
bawah kerakbumi yang dinamakan astenosfer.
66
VII.2.2 TEORI ASAL ORGANIK MINYAK DAN GAS BUMI
Teori-teori organik itu harus didasarkan atas:
a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium yang mensintesakan minyak
bumi dari zat organik.
b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai penyebab
terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Gambar VII.2 Cekungan minyak
1. Sejarah Teori Organik
Seorang sarjana Perancis P.G. Macquir (Perancis, 1758) merupakan orang
yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan berhubungan dengan cara terbentuknya batubara.
Kemudian seorang sarjana asal Rusia M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga
mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana
lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938)
dan Hofer.
2. Argumentasi Untuk Minyakbumi Asal Organik
Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa
minyakbumi berasal dari zat organik, yaitu:
1) Minyakbumi mempunyai daya dapat memutar bidang optik atau bidang
polarisasi.
2) Minyakbumi mengandung porfirin, suatu zat yang kompleks yang terdiri
dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel dsb. Porfirin adalah suatu
67
zat yang sangat menyerupai hemoglobin yang terdapat dalam darah dan
zat klorofil dalam daun-daunan.
3) Susunan hidrokarbon yang terdiri dari unsur H dan C sangat mirip
dengan zat organik yang terdiri dari H, C dan O.
4) Hidrokarbon terdapat di dalam sedimen resen. Hal ini berhubungan
dengan asosiasi minyakbumi dengan sedimen, sedangkan diketahui pula
bahwa zat organik banyak terdapat didalam lapisan sedimen.
5) Secara praktis lapisan minyak didapatkan setelah kambrium sampai
pleistosen.
3. Pagar Cox
Pada umumnya dalam proses pembentukkan minyakbumi terdapat tiga
stadium atau fasa:
1) Pembentukannya sendiri yang terdiri dari:
a. Pengumpulan zat organik di dalam sedimen
b. Pengawetan zat organik di dalam sedimen
c. Transformasi zat organik menjadi minyakbumi
2) Migrasi daripada minyakbumi yang terbentuk dan tersebar di dalam
batuan sedimen ke perangkap dimana minyak terdapat.
3) Akumulasi daripada tetes minyak yuang tersebar di dalam lapisan
sedimen sehingga berkumpul menjadi akumulasi komersil.
Beberapa garis utama daripada pagar cox ini adalah:
1) Minyakbumi selalu terdapat dalam batuan sedimen dan pada umumnya
sedimen marin. Hedberg (1964) juga memperlihatkan bahwa banyak
kasus yang menunjukkan bahwa minyakbumi itu terdapat dalam batuan
sedimen non-marin.
2) Minyakbumi merupakan campuran kompleks hidrokarbon. Secara unsur
maka susunannya adalah seragam, yaitu 15% hidrogen dan 85%
karbon.
3) Minyakbumi terdapat dari umur kambrium sampai pleistosen.
4) Temperatur reservoir rata-rata ialah 107
0
c dan secara kekecualian dapat
mencapai 141
0
c. Juga temperatur yang lebih rendah dapat dialami
minyakbumi.
68
5) Minyakbumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi sebagaimana
diperlihatkan oleh hadirnya porfirin dan unsur belerang. Juga
minyakbumi hanya sedikit sekali mengandung oksigen.
6) Minyakbumi dapat mengalami berbagai perubahan. Dapat tahan
terhadap perubahan tekanan dari 8 sampai 10.000 psi atau kurang dari
satu atmosfer. Selain itu minyakbumi dapat bertahan dalam kisaran
temperatur 100
0
c.
Hedberg dalam Koesoenadinata (1980), mengemukakan pula beberapa faktor
lingkungan pengendapan sebagai berikut:
Banyaknya produksi zat organik jenis tertentu. Masih harus diteliti
apakah zat organik tersebut berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan,
marin atau daratan
Terbentuknya suatu kondisi anaerob dan reduksi
Tidak adanya organisme yang merusak zat organik
Pengendapan sedimen halus secara cepat yang memberikan
pengawetan kepada zat organik dan juga memberikan matriks yang kaya
air untuk proses diagenesa
Adanya rongga reservoir pada waktu kompaksi
Selain itu Hedberg menekankan pula pentingnya ada cekungan yang
terbatas dengan sedikit sirkulasi air.
4. Data Geokimia
Berbagai data geokimia memberikan beberapa keterangan mengenai
terjadinya minyakbumi
1) Minyakbumi mengandung beberapa senyawa yang memperlihatkan
kesamaan struktur terhadap zat organik yang diisolir dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan
2) Beberapa komponen minyakbumi termasuk kompleks porfirin, tidak stabil
pada temperatur 250 sampai 300
0
c
3) Parafin normal merupakan susunan utama minyakbumi.
4) Dengan sedikit kekecualian, minyakbumi tidak mengandung lebih dari
0,5 persen nitrogen dan 1,0 persen oksigen.
69
5. Zat organik sebagai sumber
Bahwa zat organik merupakan bahan sumber bagi pembentukkan minyak
dan gasbumi, telah diterima oleh sebagian besar ahli geologi. Namun yang
menjadi persoalan adalah macam zat organik apakah yang menjadi sumber itu
apakah tumbuh-tumbuhan atau hewan dan bagian mana saja dari zat tersebut
dapat menjadi minyakbumi.
Gambar VII.3 Bagan Struktur Molekul Beberapa Komponen Fraksi Lipid
Lipid mungkin merupakan zat pembentuk utama minyakbumi. Hal ini terlihat
pula dari perbandingan H : C nya, yang menunjukkan bahwa lipid adalah yang
paling mirip dengan minyakbumi. Zat organik juga dapat terbentuk dalam
kehidupan laut ataupun darat. Juga zat organik dapat juga dibagi dua jenis,
yakni yang berasal dari kehidupan nabati dan kehidupan hewan.
Zat Organik Lautan
Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
- Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 m.
- Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 m.
Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata
bahan organik tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut
terdiri dari sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup
melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan.
Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi laut adalah sebagai berikut :
- Sumber energi (makanan)
- Sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan
- Sumber vitamin
70
- Sebagai zat yang dapat mempercepat dan menghambat pertumbuhan
sehingga memiliki peranan penting dalam mengatur kehidupan
fitoplankton di laut.
Bahan organik terlarut dalam air laut.
- Bahan organik karbon berukuran 0,3 3 mgC/ l pada perairan pantai,
ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan polusi
dari daratan.
- Metode penentuan karbon organik, ditemukan oleh Menzel dan Vaccaro
(1964) dalam Riley dan Chester (1971) dengan menyaring sampel,
dipindahkan ke sebuah ampul dan diacidified sparging dengan uap
udara bersih untuk memisahkan karbondioksida yang bergabung dengan
keseimbangan asam karbonik. Sampel ini dihilangkan dengan Potasium
Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu ampul ditutup. Selanjutnya dipanaskan
dengan suhu 130C dalam sebuah autoclave selama 1 jam. Setelah
dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk oleh oksidasi dari
bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu diukur
dengan alat ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan
absorption chromatography.
- Bahan organik nitrogen.
Penentuan bahan organik nitrogen terlarut (5 300 gN/l) dikemukakan
oleh Strikland dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen dioksidasi
menjadi nitrit+ oleh penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra violet.
Nitrat selanjutnya direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor
column sehingga total nitratnitrogen dapat ditentukan.
Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu :
Daratan
Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan
sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa
mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari pelepasan humic material dan
hasil penguraian dari buah-buahan yang jatuh di tanah. Penambahan
bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran)
dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera
membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan
71
air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi
dikarenakan kondisi anoksik tersedia.
Penguraian organisme mati oleh bakteri
Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis
dan bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan.
Tingkat penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai
tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis,
reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya
selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan. Menurut Johanes
(1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme
seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik
karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati
dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al (1938) dalam Riley
dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen
yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu
2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam
Riley dan Chester (1971) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak
terlarut di dalam kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida
(CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah
kedalam bahan organik terlarut.
Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton.
Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam
badan perairan. Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk
organisme laut lainnya dan juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam
amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan secara
dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp
Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.
Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting
bahan organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip
adalah Nitrogenous seperti urea, purines (allantoin dan asam uric),
trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine oxide dan asam
amino (glycine, taurine dan alanine)
72
Sifat Bahan Organik Terlarut dalam Air Laut
Sebagian besar bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material
yang kompleks dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Kehidupan
tumbuh-tumbuhan dalam laut terdiri dari ganggang, jamur, bakteri,
dinoflagelata, dan diatomea. Kehidupan hewan dalam laut terdiri dari
foraminifera, radiolaria, spongia, coralia, ikan, dll.
Ganggang ini paling banyak terdapat di lautan dan merupakan makanan
utama bagi hewan di laut. Dapat pula dikatakan bahwa zat lipid sangat banyak
terdapat di dalam ganggang tersebut. Diatomea juga merupakan tumbuh-
tumbuhan yang terkungkung dalam endapan silikat. 5 50% dari jasad
diatomea terdiri daripada pelampung yang berupa zat minyak, sehingga
mungkin zat beginilah yang merupakan sumber utama minyakbumi. Melihat
bahwa lipid merupakan sumber utama minyakbumi, maka jasad plankton
merupakan binatang yang mungkin sekali menjadi sumber minyakbumi, karena
padanya terdapat paling banyak lipid.
Zat Organik Daratan
Sebagaimana telah nyata sebelumnya diperkirakan tumbuh-tumbuhan
dapat merupakan sumber utama minyak dan gasbumi. Harus kita ingat pula
bahwa selain tumbuh-tumbuhan, di daratpun terdapat kehidupan hewan, yang
zat organiknya kemudian dapat terkumpul untuk menjadi minyakbumi, atau
terbawa oleh sungai ke laut untuk kemudian menjadi minyakbumi.
Zat organik di daratan terutama terdiri dari tumbuh-tumbuhan, yaitu Lignin
dan selulosa, terutama terdiri dari karbohidrat dan juga zat-zat kayu, Asam
humus, Asam geis, Asam ulmik
Proses pembentukan minyakbumi berdasar teori organik
Mungkin tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa secara alami
minyak bumi yang ada secara alami ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya
dari ganggang. Ya, selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan
juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang merupakan biota
terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan
(diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi akan lebih banyak
menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan
73
karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks. Setelah ganggang-
ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen.
Keberadaan ganggang ini bisa juga di laut maupun di sebuah danau. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu
saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di
danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak
karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya
mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).
Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini
sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan
mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja karbon ini teroksidasi maka
akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah
ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya,
maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentu saja kita
tahu bahwa semakin kedalam atau masuk ke bumi, akan bertambah suhunya.
Gambar VII.4 Pembentukan Migas (Teori Organik)
Gambar VII.4 Proses Pembentukan Migas (Teori Organik)
74
VII.2.3 PENGUMPULAN, PENGAWETAN, DAN TRANSFORMASI ZAT
ORGANIK DALAM SEDIMEN
1. Lingkungan Pengendapan Zat Organik
Untuk terbentuknya minyak dan gasbumi tentu diperlukan suatu lingkungan
pengendapan yang dapat memberikan kadar zat organik yang tinggi serta
kesempatan untuk mengawetkannya. Keadaan yang seperti itu yang
memungkinkan teronggoknya zat organik adalah:
Suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik
sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.
Pengendapan sedimen yang berlangsung sedemikian cepatnya, terutama
yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan
tidak hilang oleh pembusukkan ataupun oksidasi.
Lingkungan yang berada pada keadaan reduksi, dimana tidak terdapat
sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat
organik akan terawetkan.
Daerah pantai dan mulut sungai
Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat,
terutama terdapat di daerah pantai dan mulut sungai. Perairan pantai biasanya
memproduksi 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama
daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari
daratan yang akan menarik banyak sekali jasad.
Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana
terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwelling currents).
Aliran ini membawa air dingin dari dalam yang besar sekali yang naik ke
permukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan
tempat kehidupan yang subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat
merupakan sumber zat organik.
Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat
yang dinamakan zat sapropel, yaitu suatu zat organik yang setengah
membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan
laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam
keadaan anaerob.
75
Lingkungan sedimentasi cepat
Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah
pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik.
Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai,
dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore currents)
disebarkan di sepanjang pantai.
2. Lingkungan Pengawetan Zat Organik
Cekungan Euxinic : kondisi untuk terjadinya pengawetan zat organik ialah
tidak banyak adanya oksigen. Hedberg (1964) dalam Koesoemadinata (1980),
menekankan pentingnya cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida yang
kurang, sehingga oksidasi tidak akan terjadi. Dan lautan yang demikian
merupakan suatu cekungan yang mempunyai ambang di bawah alas
gelombang pada mulutnya terhadap laut terbuka sehingga tidak terjadi sirkulasi
udara sama sekali dan oleh karenanya segala sesuatu menjadi berbau busuk
(sapropel), sedangkan di bagian lain atasnya sirkulasi udara terjadi dan di sini
organisme hidup.
Gambar VII.5 Penampang Suatu Cekungan Euxinic (Koesoemadinata, 1980)
3. Beberapa Lingkungan Pengumpulan Zat Organik
Lingkungan Terumbu
Salah satu lingkungan sedimentasi yang juga merupakan daerah tempat
akumulasi zat organik adalah terumbu. Kadar zat organik dalam suatu terumbu
koral dapat berkisar dari 4 sampai 8 persen dari masa total. Terumbu adalah
suatu masa gamping yang dibangun oleh organisme yang mengeluarkan kapur
dan biasanya bersifat koloni yang berkerangka.
76
Penggolongan terbentuknya minyakbumi didalam lingkungan terumbu
sebagai berikut:
Di belakang terumbu. Dalam laguna, seperti dalam cekungan yang
tertutup
Di muka terumbu, dalam lingkungan dasar yang euxinic, juga di dalam
terumbunya sendiri.
Sumber zat organik terdapat di dalam terumbu itu sendiri.
Danau darat sebagai tempat akumulasi zat organik
Di tengah danau terdapat suatu daerah anaerob yang sangat dalam dengan
sedimen berwarna hitam sampai ketebalan beberapa inci dan sangat berbau
hidrogensulfida. Makin ke tengah danau kadar karbon organik bertambah atau
meningkat, sampai lebih dari 5 %. Sedimentasi danau (lakustrin) ditentukan
oleh ukuran danau, kimiawi air, jumlah allochtonous yang dibawa sungai.
Pada danau terbuka keseimbangan antara air masuk dan pengendapan
dengan air keluar dan penguapan Allochtonous dibawa oleh aliran sungai, dan
karakter sedimen adalah masukan bahan tumbuhan darat. Dapatlah
disimpulkan bahwa terdapatnya pengumpulan serta pengawetan zat organik
secara banyak tidak hanya disebabkan karena kecepatan sedimentasi yang
sangat tinggi, tetapi juga karena keadaan anaerob.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
untuk terbentuknya zat induk minyakbumi sangat beraneka ragam misalnya
lingkungan lautan maupun lingkungan daratan. Lingkungan yang baik untuk
terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak dan juga pengawetan
zat organik, antara lain adalah banyaknya cahaya matahari, adanya cukup zat
makanan dan pengawetan oleh penguburan yang cepat dalam sedimen halus.
Diantara lingkungan tersebut terdapat situasi dimana yang satu lebih
menguntungkan daripada yang lain:
Sungai besar yang membawa zat makanan dari daratan dan sedimen
halus dari laut menghasilkan delta yang sangat baik untuk pertumbuhan
dan pengawetan zat organik.
77
Cekungan yang setengah tertutup dengan satu ambang merupakan
daerah yang sangat baik untuk pengumpulan dan pengawetan zat
organik
Suatu kasus istimewa dari cekungan evaporit yang terhalang dari laut
terbuka dimana kebanyakan cadangan minyakbumi rupanya berasosiasi
secara genetika .
Cadangan minyakbumi yang besar didapatkan dalam reservoir karbonat
yang menyerupai terumbu yang juga sebagian berasal dari lingkungan
yang setengah tertutup.
Danau daratan merupakan suatu keadaan yang tidak jauh berbeda
dengan keadaan yang telah dikemukakan di atas.
4. Kadar Zat Organik Dalam Sedimen Dan Batuan Sedimen
Kadar organik sedimen sangat dipengaruhi oleh konfigurasi laut.
Endapan dalam cekungan yang tertutup lebih banyak mengandung zat
organik daripada punggungan serta lereng-lereng yang ada didekatnya.
Kadar organik sedimen meningkat dengan halusnya tekstur. Lempung
kira-kira mengandung dua kali lebih banyak mengandung zat organik
daripada lanau. Dan lanau lebih banyak dua kali daripada pasir halus.
Kadar organik sedimen halus dapat berkisar besar sekali dalam jarak
bebeapa kilometer saja.
Kadar organik sedimen laut yang khas, bervariasi secara kasar dengan
jumlah plankton yang terdapat pada permukaan air laut
Sedimen dekat pantai mengandung lebih banyak zat organik daripada
endapan samudera terbuka.
Kadar organik di daerah pemunculan airlautdalam ke permukaan
sangatlah besar.
Zat organik dalam batuan sedimen
Kesimpulan daripada hasil yang dilakukan oleh Trask (1932) dkk adalah:
Zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen terutama adalah
pirobitumina atau kerogen, yaitu suatu zat kompleks yang tahan berupa
senyawa hidrokarbon yang juga mengandung oksigen.
78
Kadar zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen ternyata berkisar
antara 1,3 sampai 1,7 % atau rata-rata 1,5 %.
Litologi ternyata juga berpengaruh terhadap kadar zat organik. Semua
jenis batuan sedimen ternyata mengandung zat organik, tetapi yang
paling banyak yaitu di dalam batuan serpih dan gamping.
Warna juga merefleksikan kadar zat organik. Makin gelap warna batuan
sedimen terutama batuan serpih, kadar zat organiknya makin tinggi.
Trask tidak menemukan minyak bebas di dalam batuan sedimen,
kecuali di dalam batuan reservoir dan dalam batuan serpih yang berada
langsung di atas batuan reservoir.
5. Proses Transformasi Zat Organik Minyak Bumi
Mengenai proses transformasi zat organik minyak bumi diajukan beberapa
pendapat:
1. Degradasi termal
Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan
dan temperatur akan meningkat. Temperatur merupakan faktor penting.
Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyakbumi tetapi
memerlukan temperatur sangat tinggi yaitu 400
0
c.
2. Reaksi Katalis
Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, cracking
terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila
menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat).
3. Radioaktivitas
Penelitian yang dilakukan oleh whitehead (1954) membuktikan
kemampuan pembentukan hidrokarbon minyakbumi dari zat organik.
Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha
membentuk hidrokarbon parafin.
4. Aktivitas Bakteri (Mikrobiokimia)
Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan
hidrokarbon minyakbumi dan memegang peranan penting dari sejak
matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya
aktivitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yang
79
mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya
minyak bumi.
5. Tanpa Suatu Proses Tertentu
Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon
sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang
normal. Juga minyakbumi dari rembasan dari zaman-zaman lampau
yang mungkin diendapkan kembali dan menambah cadangan yang telah
ada.
VII.3 PENUTUP
VII.3.1 TUGAS
Setelah mempelajari materi ini silahkan anda memberikan penjelasan
tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apa yang dimaksud dengan teori organik dan anorganik terkait dengan
proses pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Pada umumnya dalam proses pembentukan minyak bumi terdapat tiga
stadium atau fasa, uraikan ketiga stadium tersebut!
3. Jelaskan apa bagaimana karakteristik lingkungan yang baik untuk
terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak serta pengawetan
dari zat-zat organik.
DAFTAR PUSTAKA
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.
Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi 2 jilid 2,
Bandung, Penerbit ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
80
BAB VIII
BATUAN INDUK, PEMATANGAN, MIGRASI SERTA AKUMULASI
MINYAK DAN GAS BUMI
VIII.1 PENDAHULUAN
Ada beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi
dalam bab ini yaitu :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang batuan
induk
Mahasiswa mampu menguraikan tentang proses pematangan minyak
dan gas bumi
Mahasiswa mampu menguraikan proses migrasi serta akumulasi minyak
dan gas bumi.
Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan yaitu :
Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang
kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang
nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.
VIII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Secara umum sering dikemukakan bahwa pembentukan minyak bumi
terjadi karena pengonggokan zat organik terutama plankton pada dasar laut,
dan tertimbun dengan sedimen halus dalam keadaan reduksi, sehingga
terawetkan. Hal ini hanya terjadi di cekungan sedimen dimana terdapat suatu
ambang dari laut terbuka, sehingga terdapat keadaan setengah euxinic, dengan
sedimentasi yang cepat, disertai dengan penurunan. Lama kelamaan akan kita
dapatkan suatu urutan batuan serpih yang kaya akan zat organik dan berwarna
hitam yang disebut source rock atau batuan induk. Karena gradien panas bumi
dan gaya tektonik serta pembebanan, oleh temperatur tinggi dan tekanan , zat
81
organik tersebut diubah menjadi minyak dan gas bumi dan diperas keluar untuk
bermigrasi ke batuan rservoir.
VIII.2.1 Konsepsi Batuan Induk
Dalam konsepsi ini diperlukan suatu ciri tertentu untuk mengetahui ciri
batuan induk dan cara mengidentifikasinya. Pada umumnya batuan induk
dibayangkan sebagai batuan serpih berwarna gelap, kaya akan zat organik
dan biasanya diendapkan di lingkungan marin.
Beberapa penyelidikan tentang batuan induk memperlihatkan bahwa semua
batuan sedimen mengandung zat organik, terutama dalam bentuk karogen
walaupun hidrokarbon dan aspal ditemukan (smith,1954 dalam
Koesoemadinata,1980). Terutama batuan serpih yang berwarna gelap paling
banyak mengandung karogen. Penyelidikan yang agak sama dilakukan oleh
Fletcher dan Bay (1975) terhadap formasi talang akar di laut jawa sebelah
barat. Walaupun demikian tidak ada persesuaian faham mengenai ciri maupun
geokimia daripada kualitas suatu batuan induk. Saat itu masih banyak yang
keberatan untuk menganggap serpih minyak atau serpih hitam yang kaya akan
zat organik sebagai batuan induk. Sebab kalau demikian, tentu kadar zat
organiknya akan berkurang , karena minyaknya telah bermigrasi.
Levorsen,1958 dalam Koesoemadinata,1980 justru berpendapat bahwa
batuan induk yang baik justru sedikit mengandung zat organik yang
ketinggalan karena sebagian besar telah ditransformasi menjadi minyak bumi.
VIII.2.2 Penentuan Batuan Induk
Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara para ahli geokimia
mengenai kriteria batun induk minyak dan gas bumi, namun menurut Haun,
1977 dalam Koesoemadinata,1980 kriteria-kriteria yang lazim dipakai sebagai
standar untuk identifikasi batuan induk adalah sebagai berikut :
TOC (total organic carbon), yaitu presentase berat dari karbon
organik dalam suatu contoh batuan. Yang dimaksud dengan
karbon organik adalah zat carbon yang berasal dari zat organik
dan bukan dari karbonat misalnya gamping. Karbon organik total
berhubungan langsung dengan kadar zat organik total atau
kerogen, yaitu 1,2 1,6 kali TOC.
82
EOM (extractable organic matter), yaitu hidrokarbon dan
nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan misalnya dalam CS
2
atau
bitumina. Volum dan sifat-sifat dari EOM menunjukkan sifat
batuan induk. Pada umumnya extrak dari batuan induk susunan
kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah.
CPI (carbon preference index), yaitu perbandingan antara volum
anggota n-parafin yang bernomor ganjil terhadap yang bernomor
genap dari kisaran C
21
C
37
. Untuk batuan induk yang baik nilai
CPI harus kurang dari 1,15.
CIR (carbon isotope ratio) C
13
/C
12
. Kisaran nilai CIR untuk minyak
bumi yaitu 1% (0,0109 0,0110). Batuan induk harus mempunyai
CIR yang mendekati nilai minyak bumi.
LOM (level of thermal maturity). Pada teori degradasi termal
pembentukan minyak bumi dinyatakan bahwa minyak bumi hanya
bisa terbentuk pada tingkatan pematangan tertentu yaitu
perpaduan antara temperature dan waktu.
VIII.2.3 Waktu Pembentukan Minyak Bumi
Jika kita bertanya tentang kapankah minyak bumi itu terbentuk? Maka
pada umumnya ada dua konsep mengenai pembentukan minyak bumi yaitu :
Anggapan pembentukan segera
Anggapan ini didasarkan pada beberapa hal yaitu
- Terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen
- Kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin
padat sehingga makin sulit bagi cairan yang terbentuk di dalamnya untuk
bermigrasi. Stadium perkembangannya menurut Hedberg,1937 yang dikutip
dari Koesoemadinata,1980 diuraikan sebagai berikut:
Stadium 1 : Penyusunan mekanis komponen mineral, kedalaman 0,01
meter. Penyusutan porositas dari 90 % menjadi 75 %. Air
bebas keluar.
Stadium 2 : Penyusunan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya
mineral lempung langsung bersentuhan. Kedalaman 200
83
300 meter. Penyusutan porositas dari 75 % mrnjadi 35%.
Sedimen mengalami pengeluaran air secara besar-besaran
dengan hanya sedikit air bebas yang tertinggal.
Stadium 3 : Deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman dari 320
-2000 meter. Porositas menyusut dari 35% menjadi 10%.
Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang pori yang semakit
menciut.
Stadium 4 : Gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman sampai
lebih dari 3000 meter. Porositas menurun dibawah 10%.
Hanya air yang diabsorbsi masih terdapat.
Anggapan pembentukan lambat - stadium serpih
Kita telah mengetahui bahwa pembentukan minyakbumi secara populer
adalah dari serpih yang kaya akan zat organik mengalami penimbunan dan
oleh temperatur tinggi dan tekanan berubah menjadi minyak bumi dan
kemudian bermigrasi. Dengan demikian batuan induk harus mengalami suatu
stadium serpih (shale stage) dahulu sebelum dapat menghasilkan minyakbumi.
Oleh karena itu terdapat berbagai macam minyakbumi yang dihasilkan oleh
suatu batuan induk, sesuai dengan stadium perkembangan suatu cekungan.
VIII.2.3 Pematangan Minyakbumi
Pengertian Dan Proses Pematangan
Pengertian pematangan erat hubungannya dengan masalah waktu
pembentukan dan pengertian batuan induk. Banyak ahli geologi minyak bumi
berpendapat bahwa langkah terakhir dalam sejarah pembentukan minyakbumi
terjdi atau dekat reservoir pada waktu atau setelah migrasi primer selesai dan
terdiri dari suatu urutan perubahan purna-diagnesa yang menghasilkan
hidrokarbon dari senyawa yang lebih berat dengan berat molekul rendah.
Proses ini disebut pematangan atau pendewasaan (maturation) dan hasilnya
adalah minyakbumi yang sebenarnya.
Dalam hal proses pematangan minyak banyak hipotesa yang telah
diajukan seperti teori perbandingan karbon oleh White,1915, fraksinasi minyak
dalam batuan oleh Day,1916 dan hipotesa-hipotesa yang lain yang dimana bisa
84
ditarik kesimpulan bahwa makin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua
umurnya maka makin meningkat perbandingan hidrokarbon dan karbonnya.
Namun untuk gas sebaliknya. Dalam hal ini sumber organik minyak bumi serta
lingkungan pengendapan batuan induk harus diperhitungkan, karena fasies
merupakan factor yang lebih kuat dibandingkan dengan kedalaman dan
umurnya.
Hubungan antara pematangan zat organik dengan pembentukan
migas
Terlepas dari persoalan apakah pendewasaan minyak bumi terjadi
dalam batuan induk atau di luar batuan induk banyak ahli mengemukakan
adanya hubungan langsung antara pengubahan termal zat organik yang
terdapat dalam batuan sedimen dengan jenis minyak atau gas bumi yang
terakumulasi diantaranya. Dalam hal ini harus dibedakan antara pengubahan
yang terjadi pada waktu diagenesa yang merupakan transformasi organik
dengan perubahan termal.
Zat organik yang terkumpul dalam sedimen pada waktu diagenesa
mengalami beberapa perubahan yang merupakan transformasi organik.
Perubahan terjadi ketika pada waktu transport , dengan adanya transformasi
kimia, pelarutan, pemilahan fisika, pencernaan dan pemrosesan oleh
organisme dan mekanisme koagulasi dan presitipasi.
Pada waktu pengendapan zat organik mengalami pengerjaan oleh
organism aerob dan anaerob tergantung pada ketersediaan oksigen. Dalam
keadaan oksidasi dan energy tinggi yang tinggal hanyalah bagian yang tahan
yang seringkali mengalami pengendapan berulang-ulang. Hasil organism
memegang peranan yang penting dalam pembentukan debris sapropel yang
amorf yang terutama terdiri dari bakteri, ganggang dan organisme lainnya.
Keadaan anaerob adalah relative, karena untuk reduksi selalu diperlukan
oksigen.
Perubahan termal zat organik mungkin dimulai dari temperature 100
o
C.
Perubahan temperature yang dapat menyebabkan mulainya metamorfisme dan
sangat berpengaruh pada zat organik yang terkandung dalam sedimen disebut
eometamorfisme. Tingkat atau derajat eometamorfisme dewasa ini lazim
85
disebut LOM (Level of Organic Maturation) atau tingkat kematangan (termal)
organik yang terekam dalam batuan.
VIII.2.4 Migrasi
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah
permukaan. Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses
migrasi, berupa ekspulsi hidrokarbon dari source rock (batuan sumber) yang
berbutir halus dan berpermeabelitas rendah ke carrier bed yang memiliki
permeabelitas lebih tinggi. Akumulasi merupakan pengumpulan dari
hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif diam
dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan
akumulasi terjadi.
Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan
sumber, kemungkinan bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa
tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi diperlukan
pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir dan
kemudian bergerak ke perangkap. Koesoemadinata (1980) menyatakan ada
beberapa faktor tertentu sebagai sumber tenaga untuk terjadinya migrasi
minyakbumi baik primer maupun sekunder, yaitu kompaksi, tegangan
permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy), tekanan hidrostatik, tekanan
gas, sedimentasi, dan gradien hidrodinamik.
Migrasi Primer
Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian
serius bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum yaitu difusi, ekspulsi fasa
minyak, dan pelarutan dalam gas.
Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara
terbatas pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber
yang tebal. Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya
migrasi primer, dimana difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon
dalam ukuran yang cukup besar.
Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam
fasa hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro
86
selama pergerakan hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi
kekuatannya menahan tekanan, perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang
lemah dari batuan tersebut, seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang
terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi daripada batuan yang massif, dalam banyak kasus tidak ada
perekahan mikro atau ekspulsi yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang
dihasilkan batuan sumber mencapai batas ambang tertentu.
Mills (1923) dan Sokolov (1964) dalam Koesoemadinata (1980)
sehubungan dengan pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi gas,
menyatakan bahwa minyak dapat larut dalam gas, terutama pada temperatur
dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi dengan lebih leluasa
melalui batuan berhubung tegangan permukaannya yang kecil. Karena suatu
pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan membawa minyakbumi
terlarut. Mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada keberadaan
gas yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan sumber
untuk menghasilkan gas.
Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan
lambat dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang
rendah. Migrasi primer akan terhenti ketika hidrokarbon mencapai tingkat
permeabelitas yang memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer
dapat terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada
karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber.
Migrasi Sekunder
Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan mengalami
migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh gaya
pelampungan (bouyancy). Teori pelampungan (dalam Koesoemadinata, 1980)
menerangkan mekanisme pergerakan minyak bumi karena adanya perbedaan
berat jenis minyakbumi dan air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu
melambung mencari tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak
ke atas mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir.
Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas. Semakin
besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan kapilaritasnya, dan
87
semakin kecil pori dari suatu batuan, semakin besar tekanan kapilaritasnya.
Gaya pelampungan bekerja untuk menggerakan hidrokarbon, tetapi tekanan
kapilaritas melawan gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya
pelampungan yang bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka
migrasi dari hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan
gaya ketiga yang menggerakan hidrokarbon dapat mengubah pergerakan dari
hidrokarbon, tetapi hal ini kurang mempengaruhi dasar bahwa gaya
pelampungan dan tekanan kapilaritas merupakan faktor utama yang
menentukan pergerakan dari hidrokarbon.
Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya
pelampungan yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas,
dan lalu mengikuti kemiringan carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan
dengan permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur dan
perubahan fasies mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan
daripada gaya pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah,
dan atau terhenti.
VIII.2.5 Akumulasi minyak dan gas bumi
Kita ketahui bahwa minyak dan gas bumi berakumulasi pada suatu
perangkap yang perupakan bagian tertinggi dari lapisan reservoir. Akan tetapi
apakah yang menyebabkan minyak dan gasbumi berhenti di sana? Apabila
hidrokarbon mencapai trap maka terjadi pemisahan antara fasa hidrokarbon
dengan air. Akumulasi terjadi sebagai akibat gaya pelampungan yang
menggerakan hidrokarbon berhenti atau dibiaskan. Batuan inpermeabel dapat
menjadi perisai yang menahan migrasi hidrokarbon terjadi, karena tekanan
kapilaritas yang tinggi terhadap gaya pelampungan hidrokarbon.
Dalam Koesoemadinata (1980) diuraikan beberapa teori tentang
akumulasi dari migas, diantaranya adalah teori akumulasi Gussow. Teori ini
menjelaskan bahwa dalam keadaan hidrostatik proses akumulasi migas adalah
sebagai berikut. Gumpalan atau tetes-tetes minyak dan gas akan bergerak
sepanjang bagian atas lapisan penyalur ke atas, terutama disebabkan oleh
pelampungan (buoyancy). Begitu sampai di suatu perangkap, minyak dan gas
akan menambah suatu kolom gas dan mendesak minyak ke bawah yang juga
88
bertambah juga kolomnya dan gilirannya mendesak air ke bawah. Hal ini akan
terus terjadi sampai batas minyak-air mencapai spill point. Penambahan minyak
dan gas terus menerus akan menyebabkan pelimpahan (spilling) minyak ke
atas ke struktur selanjutnya. Pada fasa selanjutnya berhubung dengan
penambahan gas maka seluruh minyak didesak gas ke bawah sehingga
melimpah sampai habis dan perangkap sepenuhnya di isi oleh gas.
Gambar VIII.1 Diferensiasi migas dalam perangkap yang
menyebabkan minyak melimpah(Gussow,1951)
Selain teori yang dikemukakan oleh Gussow, teori yang lainnya yaitu
Teori akumulasi King Hubbert. King Hubbert meninjau prinsip akumulasi
minyakbumi dari segi kedudukan energi potensial dan erat hubungannya
dengan perangkap hidrodinamik. Dalam hal ini minyakbumi baik dalam bentuk
tetes atau fasa yang menerus berada dalam lingkungan air akan selalu mencari
bagian reservoir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial rendah.
Medan potensil dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan resultan dari
dua gaya yaitu gaya pelampungan (buoyancy) dan gaya yang disebabkan
gradien hidrodinamik.
Waktu penjebakan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk
diketahui dalam lingkup materi ini. Penentuan waktu dalam sejarah geologi
mengenai kapan minyakbumi dapat terjebak bukan saja penting dalam segi
ilmiah akan tetapi juga dalam segi ekonomi. Suatu perangkap dapat terisi atau
89
kosong tergantung dari waktu pembentukan ataupun kapan minyak itu
terbentuk atau berada dalam keadaan terjebak oleh perangkap. Pengertian
yang baik mengenai hal ini dapat membantu evaluasi suatu prospek. Untuk itu
perlu dipertimbangkan beberapa factor dalam hal mengkaji tentang waktu
penjebakan. Faktor-faktor tersebut antara lain waktu pembentukan perangkap,
perangkap yang terisi dan yang kosong, expansi gas, minyak dibawah
penjenuhan, topi gas yang berkelainan, metoda energy, mineral diagenesa dan
sementasi organik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa minyakbumi tidak terjadi
pada waktu tertentu didalam evolusi minyakbumi. Setelah berakumulasi di
suatu perngkap, minyak bumi dapat bermigasi lagi ke arah perangkap yang
terbentuk kemudian.
VIII.3 PENUTUP
VIII.3.1 SOAL LATIHAN
Setelah kita membahas materi tentang batuan induk, proses pematangan,
migrasi serta akumulasi minyak dan gas bumi, diharapkan mahasiswa
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan batuan induk.
2. Apa ciri-ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu batuan induk
3. Apa hubungan antara pengubahan/pematangan termal zat organik
dengan pembentukan minyak dan gas bumi.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan migrasi primer dan migrasi
sekunder.
5. Jelaskan syarat-syarat fisika yang diperlukan dalam hal proses migrasi
dari minyak dan gas bumi.
VIII.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. A., 2008, Pemodelan Zona Subduksi Dan Struktur Bawah
Permukaan Jawa Timur Berdasarkan Kajian Anomali Gravitasi,
Bandung.
90
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis
Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB,
Bandung.
91
BAB IX
EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI
IX.1 PENDAHULUAN
Materi yang akan dibahas dalam bab ini merupakan materi yang sangat
menarik khususnya bagi mahasiswa prodi geofisika. Hal ini dikarenakan bidang
geofisika sangat terkait langsung dengan kegiatan eksplorasi migas. Untuk itu
ada beberapan sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ini.
Sebagai sasaran umum ialah agar mahasiswa mengerti dan memiliki
pemahaman tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam suatu
kegiatan eksplorasi. Adapun sasaran khususnya ialah :
Agar mahasiswa bisa menguraikan apa saja tahapan-tahapan yang
harus dilakukan dalam hal perencanaan eksplorasi
Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan daerah eksplorasi
Agar mahasiswa mengetahui peranan ilmu geofisika dalam tahapan
eksplorasi
IX.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
IX.2.1 Pengertian Eksplorasi
Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang
yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk
kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang
menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas
pencarian hidrokarbon tersebut. Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi
bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namun berada di dalam pori-pori
batuan bercampur bersama air.
Eksplorasi memang merupakan kegiatan penting dalam industri energi
pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi. Demi
kelangsungan peradaban kita, diperlukan produksi minyak dan gas bumi secara
terus menerus. Dengan demikian cadangan makin menciut dan hanya dengan
eksplorasi sajalah cadangn akan semakin bertambah atau setidaknya
dipertahankan. Banyak ahli ekonomi ataupun khayalak ramai mengira bahwa
92
jika disuatu daerah telah diselidiki atau dieksplorasi dapatlah diketahui apakah
daerah itu mengandung cadangan minyak atau tidak. Mereka kemudian
mengharapkan bahwa dengan dilakukannya eksplorasi untuk seluruh daerah
tersebut misalnya seluruh daerah Indonesia, dapatlah diadakan inventarisasi
mengenai jumlah cadangan minyak bumi kita dan sampai kapan habisnya
minyak bumi ini. Namun, dilihat dari penjelasan sebelumnya jangankan
mengetahui seluk beluk cara terdapatnya minyak didalam suatu daerah apalagi
diseluruh Indonesia, sedangkan cara terbentuk dan terdapatnya minyakbumi di
dalam kerakbumi pun belum kita mengerti sedalam dalamnya ataupun
meramalkannya.
Beberapa konsepsi dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi,
dan konsep mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus
menerus berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat
terdapatnya dan keadaan geologi minyakbumi. Contohnya, pencarian minyak
dan gasbumi di Amerika Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan
dilakukan oleh puluhan ribu ahli geologi dengan modal yang sangat besar serta
dengan menggunakan metoda yang paling modern, tetapi ternyata sampai kini
masih tetap dapat ditemukan cadangan baru di dalam daerah yang sudah
dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya makin kecil dan makin sulit
untuk ditemukan.
IX.2.2 Urutan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi tidak dibedakan antara survey
pendahuluan atau prospeksi dan eksplorasi sebagaimana dalam bidang
pertambangan. Yang diartikan eksplorasi minyak dan gas bumi dalam industry
minyak adalah semua kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha
penemuan dan penambahan cadangan minyak dan gasbumi yang baru.
Eksplorasi mencakup semua kegiatan yang merupakan bagian integral dalam
usaha pemcarian minyak bumi termasuk pemboran.
Urutan suatu operasi eksplorasi adalah sebagai berikut :
Perencanaan eksplorasi (exploration palnning)
Operasi survey lapangan
Penilaian dan prognosis prospek
Pemboran eksplorasi
93
Pengembangan dan reevaluasi daerah
Bersamaan dengan dilakukannya urutan operasi eksplorasi, juga
dilakukan pengkajian dan evaluasi secara terus-menerus oleh suatu kelompok
studi yang menunjang eksplorasi dan yang menyarankan berbagai garis
kebijaksanaan dalam bidang eksplorasi.
IX.2.2.1 Perencanaan Eksplorasi
Suatu eksplorasi untuk minyak dan gas bumi haruslah direncanakan sebaik-
baiknya dengan memperhitungkan untung rugi dan juga efisiensi dan ekonomi
dari eksplorasi tersebut. Dewasa ini sering dilakukan perencanaan jaringan
yang menggambarkan garis-garis operasi dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya beserta jadwal waktu yang keseluruhanya merupakan jaringan. Hal ini
perlu untuk saling mengecek efisiensi dan kelancaran kerja. Perencanaan
eksplorasi meliputi beberapa hal, antara sebagai berikut :
Pemilihan Daerah Eksplorasi
Pemilihan daerah eksplorasi juga berhubungan dengan permintaan daerah
kuasa pertambangan yang berlaku terutama pada perusahaan minyak asing.
Namun perusahaan Negara pun harus mengajukan permintaan daerah yang
akan di eksplorasi. Secara umum, pemilihan daerah eksplorasi untuk
perusahaan bersifat internasional ataupun multinasional tergantung dari Negara
atau tempat dilakukannya eksplorasi dan apakah daerah eksplorasi di lepas
pantai ataukah di daratan dan sebagainya. Hal ini selalu menyangkut keadaan
geologinya sendiri yang memungkinkan terdapatnya minyak bumi, menyangkut
pula kestabilan politik dan daerah pemasaran. Karena hal ini sering
menentukan berhasil atau tidaknya rencana yang telah dibuat. Beberapa dasar
pemilihan daerah eksplorasi adalah keadaan Geologi,keadaan Ekonomi, serta
keadaan social politiknya.
Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi geologi regional yang menyangkut studi
komparatif atau perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang telah
terbukti produktif. Studi ini mempertimbangkan formasi yang biasa dijadikan
sasaran eksplorasi, struktur yang dapat bertindak sebagai perangkap dan
seterusnya serta juga memperhatikan feasibility studies yaitu suatu studi
mengenai kemungkinan tercapainya sasaran eksplorasi tersebut. Selain itu
94
studi pendahuluan juga meliputi pembuatan rencana eksplorasi. Studi geologi
regional meliputi ketebalan dan Penyebaran Sedimen, statigrafi regional,
tektonik dan Sejarah Geologi.
IX.2.2.2. OPERASI EKSPLORASI
Dalam tahapan operasi eksplorasi ini selain metoda dan teknik
penyelidikan geologi juga meliputi beberapa hal lain yaitu organisasi dan
personalia, peralatan dan fasilitas serta anggaran belanja.
Secara umum tahap operasi eksplorasi dapat dibagi sebagai berikut :
Penyelidikan Sepintas Lalu
Suatu survey sepintas lalu dimaksudkan supaya dalam waktu yang singkat
didapatkan gambaran keadaan geologi yang luas sehingga dapat dipilih
beberapa daerah untuk dilakukan penelitian secara lebih mendetail. Dalam
survey sepintas lalu ini, seringkali perusahaan dikejar waktu, sebab seringkali
sebagian daerah harus diserahkan kembali dalam waktu tertentu. Dengan
demikian tentu dalam jangka waktu yang pendek itu perusahaan harus bisa
menentukan daerah mana yang akan dikembalikan dan daerah mana yang
akan dipertahankan. Untuk itu operasi harus dilakukan secepat mungkin
dengan menggunakan fasilitas modern dan juga berbagai studi yang meluas.
Operasi yang dilakukan pada taraf sepintas lalu ini antara lain pemotretan dari
Udara, pemetaan Geologi Permukaan misalnya pengukuran penampang
stratigrafi dan pemetaan struktur, penyelidikan geofisika yang dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan.
Survey Detail
Tujuan Survey detail adalah untuk menentukan adanya tutupan, besar
kecilnya tutupan secara areal atau secara vertical serta bentuk perangkap
secara lebih teliti sehingga langsung diapat ditentukan titik lokasi pemboran
ekplorasi. Dari survey detail ini dapat dilakukan perkiraan volum minyak yang
bisa diharapkan secara maksimal. Metode yang sampai sekarang
dipergunakan adalah Survey Geologi Permukaan, Survey Seismic, survey
Gravitasi Detail serta Pemboran Stratigrafi.
Operasi eksplorasi selain beberapa metode yang dilakukan diatas juga meliputi
hal- hal sebagai berikut :
a) Organisasi dan Personalia
95
b) Peralatan dan Fasilitas
c) Anggaran belanja
IX.2.2.3 PENILAIAN DAN PROGNOSIS PROSPEK
Penilaian
Hasil survey mendetail dikerjakan dan disusun menjadi suatu laporan dan
harusnya menghasilkan prospek pula untuk dilakuakan pemboran eksplorasi.
Semua prospek dikemukakan oleh ahli geofisika kepala dan ahli geologi kepala
yang kemudian dinilai bersama dengan manager eksporasi. Penilaian
dilaksanakan deri berbagai segi, antara lain : segi geologi, segi ekonomi, segi
logistic dan kesampaian daerah.
Prognosis
Yang dimaksud dengan Prognosis adalah rencana pemboran secara
terperinci serta ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu pemboran dan
pada kedalaman berapa. Prognosis ini meliputi lokasi yang tepat, kedalaman
terakhir, latarbelakang geologi, objektif dan lapisan reservoir yang diharapkan,
kedalaman puncak formasi yang akan ditembus, serta jenis survey lubang bor
yang akan dilaksanakan.
Dalam prognosis ini para ahli geologi harus bekerjasama dengan bagian
exploitasi dan bagian pemboran. Dalam hal ini para ahli geologi juga harus
dapat meramalkan antara lain :
Kedalaman terdapatnya kehilangan sirkulasi
Kedalaman terdapatnya gas tekanan tinggi
Kedalaman terdapatnya pemasukan air yang besar.
Acara Pemboran Lubang Kosong
Acara pemboran lubang kosong (Dry-hole program) adalah suatu program
yang menitikberatkan pemboran khusus untuk mendapatkan data geologi
secara luas, tetapi dengan harapan bahwa salah satu daripada pemboran akan
menghasilkan minyak. Jadi tujuannya adalah mendapatkan data geologi.
96
IX.2.2.4 PEMBORAN EKSPLORASI
Pemboran explorasi juga sering disebut sebagai suatu Wildcat. Wildcat
atau sumur eksplorasi adalah sumur yang dibor untuk menentukan apakah
terdapat minyak atau gas di suatu tempat yang sama sekali baru. Jika sumur
eksplorasi menemukan minyak atau gas, maka beberapa sumur konfirmasi
(confirmation well) akan dibor di beberapa tempat yang berbeda di sekitarnya
untuk memastikan apakah kandungan hidrokarbonnya cukup untuk
dikembangkan. Pemboran explorasi merupakan puncak seluruh kegiatan
explorasi akan tetapi pemboran explorasi ini tetap merupakan pekerjaan
geologi. Tugas seorang ahli geologi jaga sumur ini antara lain adalah :
Memeriksa keratan sumur serta memplotnya dalam suatu log litologi.
Menentukan batas formasi yang telah dicapai pada waktu pemboran.
Menentukan pengambilan inti dan sebagainya.
Menyaksikan pelaksanaan penglogan listrik oleh perusahaan jasa teknik.
Mengadakan analisa terhadap log listrik, log litologi untuk penentuan
zona-zoa yang diharapkan menghasilkan minyak.
Penentuan selang-selang yang harus dilakukan perforasi dan pengujian
akan adanya minyak dan gas bumi.
Hasil suatu pemboran eksplorasi itu dapat digolongkan sebagai berikut :
Penemuan baru (Discovery) : misalnya sumur yang memproduksi minyak
secara menguntungkan, sumur yang menghasilkan minyak secara tidak
menguntungkan, dan sumur gas. Untuk mengetahui besar kecilnya
penemuan produksi yang didapatkan dari suatu sumur, dilakukan suatu
pengujian produksi yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Jika kita mendapatkan suatu sumur minyak yang tidak komersiil, dapat
berarti bahwa setidak-tidaknya suatu formasi tertentu telah terbukti
mengandung minyak. Tidak komersilnya suatu sumur dapat disebabkan
oleh berbagai factor, seperti tipisnya reservoir, kurangnya permeabilitas
ataupun juga lokasinya yang kurang tepat. Oleh karena itu, dengan
mempelajari geologi serta berbagai factor penyebab terdapatnya minyak
bumi, suatu prospek yang baru dapat diharapkan untuk mendapatkan
minyak yang bersifat produktif.
97
Lubang kosong atau lubang kering (Dry hole) yang bersifat :
- Lubang sumur yang memperlihatkan tanda-tanda adanya gas dan
minyak
- Sumur yang kering sama sekali
- Kegagalan mekanik
Suatu sumur kosong tidaklah diartikan suatu kegagalan. Seringkali suatu
lubang kosong memperlihatkan terdapatnya tanda-tanda minyak dan gas.
Hal ini sangat dapat memberi dorongan untuk meneruskan explorasi.
Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut :
- Gagal untuk mengenal adanya zona-zona minyak dan gas di dalam
sumur tersebut.
- Posisi perangkap telah bergeser atau jalanya pemboran telah
menggeser.
- Tidak ada minyak dan gas dalam perangkap.
- Tidak ada perangkap reservoir
Dapat saja kita meleset dalam meramalkan penyebaran batuan resorvir.
Hilangnya perangkap reservoir dapat disebebkan oleh :
- Perubahan fasies batuan reservoir menjadi batuan non reservoir
- Tidak ada perangkap pada lokasi pemboran
- Kecerobohan dalam pemetaan dan penentuan lokasi
- Adanya sesar naik
- Salah penentuan lokasi
Kegagalan Mekanik
Seringkali kegagalan explorasi tidak dapat mencapai objektifnya,
disebabkan karena kegagalan mekanik misalnya :
- Serpih yang terus menerus mengembang
- Peledakan lubang sumur
- Bor terus menerus terjepit dan patah sehingga pemboran tidak bisa
dilaksanakan.
Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas masih ada hal lain yang juga
penting dalam mendukung tahapan ini yaitu adanya laporan tentang kegiatan
pemboran eksplorasi yang telah dilakukan. Laporan ini berupa hasil geologi
98
yang dicapai oleh pemboran dan juga berita acara pemboran oleh ahli teknik
pemboran. Bagian laporan itu menyangkut antara lain :
- Nama sumur dan alasan untuk melakukan pemboran dilokasi itu
- Letak geologi regional serta geologi local
- Statigrafi yang didapatkan berdasarkan pemboran
- Interpretasi struktur pengukuran dari pemboran
- Data laboratorium serta hasil analisa dari semua jasa teknik
- Diskripsi lengkap dari sumur pemboran dan berbagai contoh Lumpur.
IX.2.2.5 PENGEMBANGAN DAN REEVALUASI
Jika suatu lapangan minyak ditemukan, maka haruslah direncanakan
pengemabangannya untuk diexploitasi, sebelum penemuan lapangan baru ini
diserahkan pada bagian eksploitasi, maka bagian explorasi harus menentukan
batas lapangan dengan suatu rencana pemboran semi ekplorasi.
Geologi Produksi
Tugas seorang ahli geologi produksi pada umumnya adalah :
- Menentukan bentuk geometrid an kelangsungan lapisan reservoir yang
produktif dan mengandung minyak.
- Bersama-sama ahli tekhik reservoir membantu menentukan besar
cadangan atau jenis cadangan yang didapatkan dari lapangan itu.
- Membantu menentukan lokasi pemboran pengembangan
- Mencari akumulasi baru secara extensive atau penerusan dari lapangan
yang sedang diexploitasikan sebagai akibat penentuan bentuk geometri
lapisan reservoir, dengan memproyeksikannya kejalur luar daerah yang
diketahui.
Reevaluasi Daerah
Hasil suatu acara pemboran explorasi memberikan tambahan data yang
berharga dan jelas harus dipelajari serta ditambahkan pada data yang telah ada
untuk mengadakan reevaluasi.
Beberapa daerah tertentu dapat menarik minat orang kembali dan suatu
rencana eksplorasi dan penyeledikan geologi yang lebih mendetail dapat
disusun. Mungkin pula daerah explorasi atau sebagian daripadanya
dikesampingkan karena tak ada harapan ditemukannya minyak. Maka ini
memberikan harapan untuk menemukan ladang minyak yang baru. Berbagai
99
studi dilakukan terus menerus sementara pemboran explorasi ini pun
dilaksanakan secara rutin.
Dengan bertambahnya data pemboran, pengertian serta teknik korelasi
lebih baik dan interpretasi geologi daerah menjadi lebih halus. Hasil studi dan
research dapat diintegrasikan menjadi suatu basin studi. Dengan demikian
hasil suatu usaha explorasi selain menghasilkan minyak bumi yang penting
bagi perkembangan ekonomi juga menghasilkan sumbangan besar terhadap
ilmu pengetahuan
IX.3 PENUTUP
IX.3.1 SOAL LATIHAN
1. Dalam hal perencanaan eksplorasi ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan. Jelaskan tahapan-tahapan tersebut!
2. Kegiatan ekplorasi merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya besar.
Untuk itu diperlukan pertimbangan yang matang dalam hal pemilihan
daerah yang akan dieksplorasi. Jelaskan factor apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam tahapan pemilihan daerah eksplorasi.
3. Kita tahu bersama bahwa metoda geofisika sangat penting dalam ikut
menentukan kesuksesan suatu kegiatan eksplorasi migas. Cari satu contoh
kasus dimana penggunaan salah satu metode geofisika menjadi bagian
dalam kegiatan eksplorasi migas.
IX.3.2 DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.co.id/eksplorasi_minyak_bumi.htm
Kartyoso, S,.1999, .Migas dan Usaha Migas Hupmas Pertamina.
Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.
100
BAB X
GEOLOGI MINYAK BUMI DI INDONESIA
X.1 PENDAHULUAN
Sebelum kita membahas tentang geologi minyak bumi di Indonesia terlebih
dahulu kita mengetahui sasaran yang akan dicapai setelah mempelajari materi ini.
Adapun sasaran-sasaran yang hendak dicapai ialah :
Mahasiswa mengetahui seberapa besar potensi minyak dan gas bumi di
Indonesia.
Mahasiswa mengetahui beberapa cekungan minyak yang ada di Indonesia
Mahasiswa bisa menganalisis hubungan antara cekungan-cekungan tersebut
dengan kerangka tektoniknya.
Untuk mencapai sasaran tersebut tentu saja dibutuhkan informasi yang lebih luas,
sehingga untuk keperluan pencapaian sasaran mahasiswa dianjurkan mencari dan
membaca beberapa referensi tentang kondisi perminyakan di Indonesia terutama
mengakses beberapa hasil penelitian atau jurnal yang terkait dengan materi ini.
X.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN
Jika kita bertanya tentang bagaimana awal mula terbentuk minyak bumi,
maka harus dipahami dulu tentang faktor utama dalam pembentukannya. Ada tiga
faktor utama dalam pembentukan minyak atau gas bumi, yaitu :
1. Ada batuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan
terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari batuan asal menuju ke
batuan reservoir (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang
berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon
tersebut.
3. Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang
tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya
gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara
terus menerus, dapat menciptakan suatu ruangan bawah tanah yang
menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang
101
impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa
bergerak kemana-mana lagi.
Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan
faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang
terbentuk pada temperatur kurang dari 65
o
C dan umumnya terurai pada suhu di
atas 260
o
C. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177
o
C. Komponen-komponen pembentuk minyak bumi merupakan campuran
rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon
(C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah
kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N).
Ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya,
yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep. Minyak bumi young-
shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik,
sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow biasanya
kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai parafin yang lebih pendek.
Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya
paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat
teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak
mentah yang dikatakan paling sweet. Minyak semacam inilah yang paling
diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.
Indonesia merupakan suatu negara yang termasuk produsen minyak bumi
yang cukup penting. Hal ini bukan merupakan akibat dari segi besarnya produksi,
tetapi lebih karena posisi geografinya. Sampai kini, indonesia merupakan
produsen paling besar di Asia, kecuali Timur Tengah. Arti penting ini terutama
disebabkan karena letaknya di antara negara konsumen, antara lain Jepang yang
sangat kekurangan bahan bakar. Produksi indonesia dewasa ini telah melampui 1 juta
Barrel perhari, Namun dibandingkan dengan produksi harian dunia, yaitu 40
juta barrel perhari, sangatlah kecil (2,5%). Produsen terbesar adalah Amerika
serikat (kira-kira 12 juta barrel/hari) setelah itu Uni soviet. Berbagai negara seperti
Arab saudi, Abu Dhabi, dan sebagainya, telah melampaui 2 juta barrel/hari. Salah
satu keuntungan minyak bumi indonesia adalah kadar belerangnya yang
rendah(< 1%) di bandingkan dengan Timur tengah (2%).
102
X.2.1 SEDIMENTASI, SRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI
Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman
dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui
terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil
yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian,
diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.
Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama
jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang
hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar
lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik
yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini
berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan
tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat.
Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup
mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit.
Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya
hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan
batuan di atasnya kemudian mendestilasi sisa-sisa bahan organik, lalu secara
perlahan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Batuan yang
mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun.
Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum batuan dimana
diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.
Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya oligosen, tetapi
pada beberapa tempat (Kalimatan) dimulai pada eosen. Pada Akhir Mesozoikum,
seluruh daerah cekungan telah dilipat, diintrusi, diangkat dan didenudasi,
sehingga seluruh batuan yang berumur pra-tersier dianggap sebagai batuan dasar
(Basement). Walaupun tidak seluruhnya terdiri dari batuan beku atau
dimetamorfasekan, akan tetapi batuan tersebut telah tertektonisasi, sehingga kecil
kemungkinan untuk terdapatnya minyakbumi.
Pematahan bongkah terjadi pada permulaan tersier, sehingga terjadi relief
lagi dan sedimentasi dimulai biasanya bersifat non-marin, kadang-kadang dimulai
dengan aktifitas volkanik (Jawa Barat). Permulaan sedimentasi ini biasanya terjadi
103
pada oligosen, tetapi pada beberapa tempat misalnya Kalimantan dimulai pada
eosen.
Untuk itu adanya daur (cyclus) terestris yang mendahului daur marin, yang
merupakan pula lapisan penghasil sunda. Biasanya daur sedimentasi ini terbatas
pada basinal deeps(grabens), tidak merata, dan terisolir di sana sini. Minyak yang
terdapat di sini bersifat parafin berat.
Di atas daur ini terdapat suatu transgresi marin dengan sedimentasi lebih
luas kecuali beberapa peninggian batuan dasar. Biasanya terdapat suatu pasir
dasar, yang berasal dari paparan sunda, akan tetapi peninggian batuan dasar
merupakan sumber yang baik dari sedimen detritus. Lapisan reservoir ini biasanya
menumpang (on-Lapping) terhadap peninggian batuan dasar terhadap paparan
sunda. Permulaan miosen yaitu pembentukan lapisan gamping yang sangat luas,
terutama di laut jawa. Periode ini rupanya merupakan tergenangnya seluruh
daerah cekungan, dari sabang sampai ke tarakan. Tidak banyak lagi peninggian
batuan dasar yang masih menonjol di permukaan laut (kekecualian antara lain
terdapat di daerah tinggi Lampung, lengkung Karimun Jawa). Perkembangan
terumbu (reef development) terjadi pada bagian yang tinggi, seperti daerah
Baturaja, paparan seribu dan lain-lain. Nama formasi gamping ini adalah formasi
Baturaja, formasi kujung, dan formasi Berai.
Di Sumatra gamping ini tidak begitu terkembang secara luas, hanya terisolir
di sana-sini seperti misalnya: Baturaja di cekungan palembang, Gamping kubu di
sumatra tengah, formasi telaga. Di kalimantan timur, perkembangan gamping itu
tidak diketahui terbatas pada jazirah mangkalihat. Gamping ini terbukti pula
produktif seperti misalnya: Lapangan Kitty (cekungan sunda), Lapangan raja (Gas
sumatra selatan). Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Transgresi maximal
terjadi di miosen tengah, dimana pada umumnya serpih marin agak dalam
diendapkan dan pada umumnya sering dianggap batuan induk minyakbumi antara
lain formasi Gumai, sumatera selatan. Ketidakselarasan intra-Miosen pada
umumnya tidak didapatkan. Sedimentasi berlangsung terus sewaktu bukit barisan
dan pegunungan jawa selatan mulai diangkat dan tererosi. Pada akhir miosen
terjadi suatu regresi yang berlangsung terus selama pliosen. Regresi ini
menghasilkan lapisan reservoir penting, yang bersifat paralis/ litoral, seperti
formasi keutapang (di Sumatra Utara), formasi air benakat (Sumatra Selatan),
104
formasi ngrayong (Jawa Timur) dan formasi Balikpapan/ palubalang di Kalimantan
Timur.
Minyakbumi yang dihasilkan dari formasi regresi ini bersifat parafin ringan
(40
0
-60
0
API Gravity) atau aspal (Mangunjaya, Sumatra Selatan, Tarakan/Bunyu,
Kalimantan). Regresi ini berlangsung dengan sedimentasi non-marin dan diikuti
dengan perlipatan pada jaman plio-pleistosen. Dilaut Jawa (Bagian barat) regresi
ini tidak mencapai sedimentasi non marin dan suatu lapisan gamping diendapkan
yaitu formasi parigi. Sering pula pengendapan ini dikatakan sebagai daur
sedimentasi kedua (Transgresi kedua).
Waktu perlipatan utama dari lapisan tersier adalah jaman plio-pleistosen.
Akan tetapi pematahan-tumbuh pada batuan dasar juga mempengaruhi pelipatan
pada oligosen dan miosen bawah, sehingga sering struktur pada lapisan atas
tidak sesuai dengan lipatan pada lapisan sebelah bawah. Adanya
ketidakselarasan dalam oligosen (antara daur non-marin dan marin) diperkirakan
terdapat di sumatra tengah dan di laut jawa sebelah barat. Sampai kini lipatan
dengan patahan yang mengikutinya merupakan perangkap utama minyakbumi.
Perangkap stratigrafi mulai ditemukan di sumatra selatan. Sejumlah lipatan
biasanya mengelompok dalam antiklinorium, yang sering pula merupakan
peninggian batuan dasar atau pengangkatan.
X.2.2 DAERAH CEKUNGAN MINYAK
Potensi sektor energi terutama minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia
saat ini 70 persen diantaranya terdapat di cekungan-cekungan Tersier lepas
pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (Badan Penelitian dan
Pengembangan (Litbang) Energi Sumber Daya Mineral).
Saat ini terindikasi sedikitnya 66 cekungan migas di seluruh Indonesia,
sebagian besar berada di darat dan laut dangkal perairan territorial dan hanya
beberapa cekungan yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka),
16 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum
dieksplorasi.
Beberapa daerah di indonesia memiliki cekungan-cekungan dan berpotensi
sebagai penghasil minyak seperti tang terlihat pada gambar berikut:
105
Gambar X.3 Penyebaran daerah cekungan Minyak Di Indonesia
Dari beberapa daerah cekungan minyak yang terdapat di Indonesia, beberapa
diantaranya diuraikan sebagai berikut :
Daerah cekungan Sumatra Utara
Daerah ini meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sampai
ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan
pra-tersier. Dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan
batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan
non-marin. Trangresi baru dimulai dengan batu pasir peunulin atau batupasir
Belumai, yang tertindih oleh formasi telaga yang merupakan lapisan reservoir
utama. Daerah cekungan ini terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan
batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman paseh ( paseh
deep). Di sini juga letak daerah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan
yang menjurus ke utara selatan. Cekungan paseh membuka ke arah utar lepas-
pantai, ke sebelah selatan terdapat depresi tamiang dan depresi medan. Di antara
kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan disana formasi peunulin/telaga/
Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemukan dalam formasi Diski
Batumandi, lebih ke selatan lagi terdapat depresi siantar dan kemudian daerah
cekungan dibatasi oleh lengkung asahan (sebagai bagian paparan sunda yang
menjorok) dari daerah cekungan sumatra tengah. Struktur daerah cekungan
sumatra utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujur
barat-laut-tenggara yang dibarengi oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat
relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di plio-plistosen. Semua unsur
106
struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, Seperti
misalnya blok arun yang menjurus utara-selatan.
Di daerah tersebut terdapat beberapa lapangan minyak, rantau ditemukan
pada tahun 1929 dengan kedalaman reservoir antara 300 sampai 1500 meter
dalam formasi keutapang. Mimyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan (API
48.5
0
). Lapangan ini memperlihatkan waterdrive yang sangat kuat. Produksi
kumulatif sampai tahun 1970 telah melampui 100 juta barrel. Diski dan
Batumandi minyak ditemukan di sumur explorasi diski dan batumandi sebelah
barat medan dalam formasi peunulin (Telaga limestone). Namun sampai kini
belum dapat diproduksikan, karena sifat reservoirnya yang kurang baik.
Lapangan gas arun yang terletak di propinsi Aceh 225 kilometer sebelah
baratlaut medan ditemukan oleh mobil oil pada tahun 1971. Lapangan ini terletak
di antara pegunungan barisan dan selat malaka. Gas dan kondensat terdapat
dalam terumbu dan batuan karbonat yang bersekutu, tebalnya melebihi 300 meter
dan berumur miosen bawah dan tengah. Formasi ini sesuai dengan anggota
telaga. Atap reservoir terdapat pada kedalaman kira-kira 3000 meter. Terumbu
karbonat ini terdapat pada peninggian paleotopografi yang membujur utara
selatan dan membawahi sutu lapisan batupasir (Belumai), perangkap akumulasi
ini merupakan perangkap stratigrafi murni dengan gasnya yang terjebak dalam
fasies terumbu yang berpori-pori dan tertutup serpih dari formasi Baong. Potensi
laoangan ini ditujukkan oleh produktifitas sumur yang melebihi setengah milyar
kaki per kubik. Cadangan terbukti 17 trillion gas mengandung 15 persen CO
2
dan
sedikit nitrogen. Luas reservoir 42000 acres. Lapangan gas lainnya lho sukon
sebelah timur lapangan arun.
Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Selatan terletak memanjang berarah Barat laut -
Tenggara di bagian Selatan Pulau Sumatera. Luas cekungan ini sekitar 85.670
km
2
dan terdiri atas dua sub cekungan yaitu: sub cekungan Jambi dan sub
cekungan Palembang. Sub cekungan Jambi berarah Timur laut - Barat daya
sedangkan Sub cekungan Palembang berarah Utara - Barat Laut - Selatan -
Tenggara dan diantara keduanya dipisahkan oleh sesar normal Timur laut - Barat
daya.
107
Gambar X.1 : Peta lokasi cekungan
Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007)
Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya dapat dikenal satu daur
besar yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang
terbentuk dalam fase transgresi dikelompokan menjadi kelompok Telisa (Formasi
Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai). Sedangkan yang terbentuk
dalam fase regresi dikelompokan menjadi kelompok Palembang (Formasi Air
Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai).
Formasi Talang Akar merupakan transgresi marin yang sebenarnya dan
dipisahkan dari Formasi Lahat oleh suatu ketidakselarasan yang memiliki
pengangkatan regional dalam oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah. Sebagian
dari formasi Talang Akar adalah fluviatil sampai delta dan marine dangkal. Di
beberapa tempat, batupasir terlokalisasi pada daerah tinggi atau dekat paparan
sunda. Formasi ini merupakan lapisan reservoir yang utama di Sumatera Selatan.
Formasi Baturaja terdiri dari batugamping yang merupakan terumbu yang
tersebar di sana-sini. Formasi ini tidak terbentuk dalam Cekungan Jambi, begitu
pula dalam bagian tertentu dari Cekungan Palembang. Terumbu Formasi Baturaja
langsung diendapkan diatas batuan dasar Pra-Tersier.
108
Formasi Gumai yang terdapat diatasnya mempunyai penyebaran yang
luas, pada umumnya terdiri dari serpih dalam. Formasi Gumai sebagai batuan
induk untuk semua minyak di Sumatera Selatan. Hal ini berdasarkan extraksi
hidrokarbon dari serpih formasi tersebut. Minyak bumi terbentuk setelah
pengendapan maka akan bermigrasi secara lateral ke Formasi Talang Akar,
sehingga minyak bumi dalam formasi ini bersifat parafin berat. Pelipatan
Pliopleistosen menyebabkan minyak bumi tersebut diubah menjadi parafin ringan
dan migrasi vertikal ke dalam Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.
Formasi Lahat terdapat sebelum regresi utama dan pada umumnya
merupakan sedimentasi non-marin. Formasi ini diendapkan dalam bongkah-
bongkah yang terpatahkan ke bawah. Sedimen terdiri dari kipas aluvial, fluvial dan
sebagian terbentuk di delta. Pada bagian atasnya adalah lempung tufaan dan
batupasir tufaan yang berasal dari transgresi marine.
Formasi Air Benakat merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari
lapisan pasir pantai. Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya.
Lapisan batupasir disini juga merupakan lapisan reservoir yang penting.
Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fasa akhir
regresi dan pada formasi ini terdapat batubara yang penting, seperti yang
ditemukan di Bukit Asam (Koesoemadinata, 1980).
109
Berikut dapat dilihat kolom stratigrafi pada Cekungan Sumatera Selatan
Gambar X.2 : Stratigrafi umum cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo,
2007)
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif. Hal ini
disebabkan terdapat beberapa formasi yang dapat bertindak sebagai batuan induk
110
yang baik, batuan reservoir yang memadai dan batuan penutup. Jalur migrasinya
diperkirakan sesar-sesar yang terjadi di cekungan itu.
Batuan induk yang potensial berasal dari batulempung Formasi Lahat,
batulempung Formasi Talang Akar dan batulempung Formasi Gumai. Formasi
yang paling banyak menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang
Akar, dengan kandungan material organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%.
Lapisan batupasir yang terdapat dalam Fomasi Lahat, Talang Akar, Gumai, Air
Benakat, dan Muara Enim dapat merupakan batuan reservoir. Selain itu
batubatugamping Formasi Baturaja juga berlaku sebagai batuan reservoir.
Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal
dari Formasi Gumai, Air Benakat, Muara Enim. Disamping itu, terjadinya
perubahan facies kearah lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja.
Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan
merupakan perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser
dapat bertindak sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada
batugamping terumbu berbentuk membaji, bentuk kipas dan lensa dari batupasir
karena perubahan facies. Migrasi pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui
sesar-sesar yang ada (Hadipandoyo, 2007)
Daerah Cekungan Jawa Barat Utara
Daerah cekungan jawa barat utara meliputi daerah dataran rendah Jawa Barat
utara (dataran rendah jakarta) dan laut Jawa Barat utara daerah dapat dikenal
beberapa unsur tektonik sebagai berikut
a. Daerah angkatan Lampung yang memisahkan daerah cekungan
palembang dengan daerah jawa barat Utara.
b. Paparan sunda di utara.
c. Jalur peerlipatan bogor di selatan.
d. Daerah pengangkatan Karimun jawa di sebelah timur.
e. Paparan pulau seribu. Unsur yang disebut terakhir ini membagi daerah
cekungan daerah jawa barat menjadi :
111
Cekungan Sunda
Di cekungan ini batu pasir talang akar dalam bagian-baagin danau yang
dinamai Banuwati shale. Formasi talang akar yang menutupinya sangat tebal
dalam bagian-bagian yang dalam akan tetapai menipis ataupun menghilang
kearah paparan Sunda ataupun kedaerah tinggi seperti paparan pulau seribu.
Beberapa lapangan minyak bumi didapatkan dalam formasi talang akar yang
bersifat transgresif dan formasi baturaja. Sifat minyak dari kedua formasi ini
berbeda formasi baturaja bersifat aspal tetapi berkadar belerang rendah.
Cekungan jawa barat utara dibagi dalam beberapa cekungan kecil atau
depresi yaitu depresi Jatibarang, depresi pasir putih, depresi arjuna, depresi
ciputat. Depresi ciputat dibatasi sebelah timur pulau seribu paling bawah
ditemukan formasi jatibarang yang terdiri bahan-bahan vulkanik seperti lava,
basalt, tufa dan breksi yang kemudian tertutup oleh lapisan trangresif dari formasi
Cibulakan. Formasi batugamping baturaja tidak terkembangkan dengan baik dan
di wakili sebagi suatu anggota gamping. Kelihatannya transgresi di sini tidak
pernah mencapai laut dalam, dan ekuivalen formasi gumai di sini diwakili
cibulakan bagian atas yang bersifat pasiran. Transgresi formasi parigi yang terdiri
dari batugamping yang bersifat terumbu. Regresi terakhir diwakili oleh formasi
Cisubu yang umumnya bersifat marin. Minyak terdapat dalam formasi jati barang
dan formasi cibulakan dan juga dalam formasi ekuivalen baturaja.
Lapangan jatibarang
a. Lapangan randengan : lapangan ini mewmproduksi dari lapidsan Cibulakan
dari perangkap suatu kubah kecil lapangan-lapangan lain yang ditemukan
pada tahun 1978-1979 adalah lapangan Camara, kandanghaur dan tugu (dari
formasi parigi).
b. Lapangan kompleks arjuna (lepas pantai) : kompleks ini merupakn kumpulan
lapangan minyak yang mulai dengan diketemuannya struktur e pada tahun
1969 dan disusul oleh struktur b dan k. minyak ditemukan terutama dalam
lapisan pasir Cibulakan atas dengan beberapa interval.
Struktur jumlah lapisan pasir kedalaman(kaki)
e 4 2300-3200
b 7 2900-3800
112
k 3 2700-3800
c. Lapangan arimbi terletak di utara Cirebon dan menghasilkan dari terubu
gamping formasi batu raja.
Daerah cekungan jawa timur
Derah cekungan ini meliputi pulau jawa dan palung jawa timur utara
Madura. Daerah cekungan yang pertama lebih merupakan epikontinental dan
beberapa unsur tektonik.
Pencekungan laut Jawa timur
a. Daerah pengangkatan Karimun Jawa disebelah jawa barat
b. Monoklin selatan kelanjutan selatan karimun jawa
c. Palung pati, yang berkelanjutan ke pertelukan florence barat dan
berorentasi timur laut barat daya.
d. Lengkung (kubat) bawean merupakan daerah positif
e. Cekungan florens timur sebelah tenggara lengkung bawean dan
mencekubg florence cekung sendiri merupakan setengah grabean.
f. Arah positif merupakan cekungan florence timur dan batasnya bersifatpatahan
g. Depresi masalombo suatu cekungan terdpatdisebelah timurarah positif JSI
trend. Depresi membuka ke depresi Madura utara.
h. daerah tinggi masalembo merupakan elemen tektonik paling timur daerah
cekungan daerah Jawa timur dan membatasi dari dalam laut flores.
i. Pertelukan JS 20 merupakan suatu depresi yang penting yang membuka
ke barat ke graben tuban utara ke cekungan Madura.
Cekungan Jawa timur Madura
Daerah cekunagn ini lebih merupakan geosinklin, dengan ketebalan
sedimen tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal khas dari cekungan ini
adalah Timur-Barat, dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier muda.
Di sebelah selatan, cekungan yang memanjang timur-barat ini dibatasi oleh
pegunungan kendeng, yang menerus ke pantai Selatan Madura, dengan sedimen
Tersier terlipat sangat ketat, yang dibarengi sesar-sesar naik.
Pada umumnya di sini dapat dibedakan dua jalur sedimentasi di sini :
a. Jalur Rembang-madura. Di sini fasa regresi didapatkan dalam sedimen
klastik yang merupakan reservoir minyak.
113
b. Jalur randublatung-selat madura, yang pada umumnya terdiri dari
sedimen halus seperti serpih napal, dengan tekanan lebih (over
pressure), sehingga mengakibatkan diapair serpih. Dalam arah utara-
selatan terjadi perubahan fasies dari sedimen cekungan epikontinen ke
geosinklin. Dalam hal ini terutama formasi Kujung menjadi gamping
cekungan. Dasar cekungan ini belum pernah ditembus oleh pemboran,
demikian pula lapisan dasarnya. Lapisan tertua adalah formasi Kujung
yang terdapat dalam fasies cekunganyang berumur Te. Di atasnya
terdapat formasi tuban (Tf
1-2
) yang pada bagian atasnya terdapat dalam
fasa regresif dan terkembangkan dalam fasies pasir (anggota Ngarong),
yang merupakan reservoir minyakpenting. Formasi ini dibatasi dari
formasi yang ada di atasnya, yaitu formasi kawengan, oleh suatu
ketidakselasan yang menghilang berwujud sedimentasi menerus dalam
jalur randublatung selat Madura.
c. Formasi Kawengan yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota ledok
dan anggota mundu merupakan lapisan reservoir penting, dan berumur
Miosen atas Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang
berumur Pliosen sampai pleistosen. Formasi Lidah dan formasi
Kewengan berubah fasies menjadi gamping terumbu formasi madura.
Terdapatnya Minyak bumi
Di cekungan jawa timur Utara ini minyak terutama ditemukan dalam fasa
regresif anggota ngarayong dan formasi kawengan yang transgresif di atasnya,
terutama dalam anggota wonocolo.
Di formasi fasa transgresif sampai kini belum ditemukan. lapangan minyak
di Jawa timur dapat dikelompokkan ke dalam 2 daerah minyak yaitu daerah cepu,
dan daerah Kruka-surabaya.
Daerah Cepu
Lapisan reservoir terutama didapatkan dalam batupasir anggota ngrayom.
Tujuhpuluh tiga persen produksi daerah ini didapatkan dari interval ini. Porositas
rata-rata adalah 18 % dan berkurang ke arah ESE. Ketebalan bersih lapisan
minyak Lapangan semanggi 35-45 meter, Nglob : 100-110 meter dan Kawengan :
40 meter.
114
Lapisan minyak lain adalah anggota wonocolo yang terdiri dari sisipan gamping
pasiran, dan batupasir gamping halus di bagian bawahnya. Secara total telah
ditemukan 11 lapis minyak. Juga anggota ledok yang terdiri dari kalkrenit pasiran
yang ditandai glaukonit dan perlapisan silang siur kadang-kadang merupakan
reservoir.
Perangkap di daerah ini teutama merupakan struktur lipatan yamg
menjurus baratlaut-tenggara yang disebabkan pelipatan akhir pliosen dan barat-
timur yang disebabkan gerakan pleistosen sampai resen. Struktur antiklin pada
umumnya disertai sesar naik yang miring ke arah utara, malahan pada kedua
belah sayatnya (lapangan kawengan) minyak yang didapatkan pada umumnya
bersifat parafin, terutama kawengan yang bersifat parafin berat. Lapangan minyak
yang penting ialah keawean. Lapangan ini merupakan kulminasi antiklin kidangan-
wonocolo kawengan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1984 dan dewasa ini
masih diproduksikan. Minyak ditemukan dalam lapisan pasir anggota ngrayong
dan womocolo dan terdapat dalam antiklin asimetri dengan sesar naik pada sayap
selatannya. Yang termasuk kawengan yaitu: Kidangan,Dandangil, Wonocolo.
Daerah minyak surabaya
Pada daerah ini minyak didapatkan dalam anggota wonocolo. Sangat khas
adalah anggota mundu yang berkembang sebagai lapisan pasir yang terdiri dari
cangkang giobigerina.
Daerah cekungan kalimantan timur
Daerah cekungan tersier kalimantan timur dibatasi di sebelah barat oleh
paparan stabil sunda dari kalimantan barat yang merupakan suatu kompleks
batuan dasar pra-tersier, batuan beku dan metamorf yang telah stabil, di bagian
barat laut oleh daerah tinggi kucing yang juga terdiri dari batuan pra-tersier yang
terlipat ketat.
Dibagian selatan daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan
epikontinen laut jawa timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah kalimantan
beserta leoas pantai lepasnya menjadi beberapa cekungan Yaitu: a. Daerah tinggi
meratus b. Paparan paternoster c. punggung Mangkalihat. Ketiga unsur ini
membagi cekungan sebagai berikut: a. Cekungan barito sebelah barat punggung
Meratus b. Cekungan kutai di sebelah utara punggungan meratus c. cekungan
115
pasir antara punggung meratus dan paparan paternoster d. cekungan tarakan
dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung mangkalihat.
Daerah cekungan laut cina selatan
Daerah cekungan Laut Cina selatan merupakan suatu propinsi minyak dan
gasbumi yang baru. Explorasi di daerah ini mulai tahun 1970, pada tahun 1979
lapangan minyak pertama di wilayah Indonesia diresmikan. Beberapa lapangan
gas dan minyakbumi sebelumnya telah diketemukan di wilayah Malaysia.
Kerangka tektonik
Daerah ini terdapat dua unsur tektonik utama, yaitu daerah paparan sunda
dan cekungan (geosyncline) Borneo Barat Laut. Cekungan borneo Barat laut ini,
yang juga disebut cekungan natuna Timur, merupakan suatu cekungan busur-
muka (fore-arc basin) di tepi timurlaut Paparan Sunda yang stabil semenjak
Tersier. Cekungan yang besar ini membujur dari lepas pantai Vietnam melalui
Utara kepulauan natuna ke Serawak-brunei, dan ke arah timurlaut membuka ke
dasar laut berkedalaman abisal dan bergerak samudra tapi cekungan terhadap
paparan adalah sangat terjal. Cekungan ini bersifat suatu palung jalur penekukan
kerak samudra ke bawah Paparan Sunda pada jaman Kapur-Eosen
(eugeosyncline) dan pada zaman Oligo-miosen lebih bersifat miogeosyncline atau
mungkin dapat diklasifikasikan sebagi tepi benua yang tertarik-pisah. Batas
paparan cekungan ini adalah merupakan terusan garis sesar Lupar yang
berarahkan barat-laut sampai perbatasan Indonesia-malaysia di kalimantan.
Struktur pada cekungan ini terdiri dari diapair lempung dan tingian batuan dasar.
Kapur-eosen diwakili oleh filit dan turbidit yang diperkirakan sebagai melange,
disusul oleh pengendapan marin dangkal dan laut dalam pada jaman Miosen dan
pliosen. Cekungan natuna barat merupakan suatu depresi yang disebabkan
penipisan kerak kontinen pada penarik-pisahan yang disebabkan penipisan kerak
kontinen pada penarik pisahan yang terjadi setelah jaman oligosen. Cekungan ini
berarahkan baratlaut-tenggara, sedangkan Cekungan natuna barat berarahkan
timurlaut-baratdaya, cekungan thailand ini dipisahkan dari cekungan natuna timur
(Geosinklin serawak) oleh tinggian khorat-Natuna Swell) yang merupakan suatu
busur bathlit Mesozikum atas, cekungan ini disebut juga sebagai inter bathlik
basin oleh white dan wing Mesozoikum. Tinggian khorat-natuna merupakan suatu
ambang yang memisahakan Cekungan natuna barat dari laut terbuka, sehingga
116
sedimentasi di cekungan ini dari Oligosen sampai Miosen tengah bersifat
nonmarin sampai paralis. Daerah ini mengalami pematahan pada orogonesis
Miosen bawah/Pliosen dan sementara ini terdapat transgresi marin sampai
dengan pliosen dimana terjadi pengendapan lumpur di laut terbuka. Struktur di
cekungan natuna Barat menunjukkan aspek tarik-pisahan (pull-apart)
dantranscurrent (wrench) yang bersifat sinistral, yang menyebabkan gerakan-gerakan
vertikal yang membentuk tutupan berarahkan timurlaut-baratdaya.
X.3 PENUTUP
X.3.1 TUGAS
Setelah membahas materi tentang Geologi Minyak dan Gasbumi di Indonesia,
selanjutnya mahasiswa ditugaskan untuk mencari atau melengkapi informasi
tentang cekungan-cekungan minyak di wilayah Indonesia. Tugas ini dikerjakan
secara kelompok dan masing-masing kelompok diminta presentasi singkat tentang
tugasnya masing-masing pada pertemuan berikutnya.
X.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hadipandoyo, S., 2007, Kuantifikasi Sumber Hidrokarbon Indonesai, Pusat
Penelitian & Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS,
Jakarta.
Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger data services,
kuningan, Jakarta.
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak Dan Gas Bumi Jilid 1 dan 2, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
117
EVALUASI
Sebagai seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang
geofisikawan sangat membutuhkan pemahaman yang luas tentang alam
semesta diantaranya adalah bagaimana proses terakumulasinya minyak dan
gas bumi dibawah permukaan. Tentu saja untuk terjun dalam industry yang
bergerak dalam bidang perminyakan dan gas bumi mahasiswa dituntut untuk
memiliki keterampilan dilapangan selain itu keterampilan dalam bekerja sama
dalam suatu tim. Pengetahuan tentang minyak dan gasbumi sudah barang
tentu menjadi syarat yang sangat penting. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang handal dibidang yang akan digeluti, mahasiswa akan cepat
terserap dalan dunia kerja.
Pengetahuan yang diperoleh dalam proses perkuliahan sebaiknya diikuti
dengan kerja praktek pada bidang yang betul-betul diminati, sehingga akan
nampak jelas bagaimana dan dimana pemanfaatan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh di kampus. Dengan demikian mahasiswa akan lebih termotifasi
dalam belajar terutama dalam menyelesaikan tugas akhir. Salah satu cara yang
baik untuk meningkatkan motifasi belajar mahasiswa adalah dengan jalan
memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana dan dimana ilmu dan
keterampilan mereka akan dibutuhkan.
Untuk mencapai suatu keberhasilan memang harus dengan kerja keras
dan kedisiplinan yang tinggi, karena bagaimanapun baiknya struktur mata
kuliah yang telah dirancang kalau tidak dibarengi dengan belajar keras dan
disiplin yang tinggi maka kita akan jauh dari apa yang diharapkan. Belajar
dalam hal ini bukan sekedar ingin lulus saja tapi lebih dari itu yakni
meningkatkan potensi diri dan memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu tidak
ada kata berhenti belajar, yang ada adalah menjaga motifasi dan terus
mengejar pengetahuan serta meningkatkan keterampilan. Untuk menunjang
kegiatan tersebut maka materi-materi perkuliahan akan selalu di perbaharui
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan dunia kerja.
PENUTUP
Minyak bumi, gas alam, dan batu bara berasal dari pelapukan sisa-sisa
makhluk hidup, sehingga disebut bahan bakar fosil. Proses pembentukannya
memerlukan waktu yang sangat lama sehingga termasuk sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui. Minyak bumi sering disebut dengan emas cair
karena nilainya yang sangat tinggi dalam peradaban modern. Pertanian,
industri, transportasi, dan sistem-sistem komunikasi sangat bergantung pada
bahan bakar ini, sehingga berpengaruh pada seluruh kegiatan kehidupan suatu
bangsa.
Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber utama energi dunia, yaitu
mencapai 65,5%, selanjutnya batubara 23,5%, tenaga air 6%, serta sumber
energi lainnya seperti panas bumi (geothermal), kayu bakar, cahaya matahari,
dan energi nuklir. Negara yang mempunyai banyak cadangan minyak mentah
(crude oil), menempati posisi menguntungkan, karena memiliki banyak
persediaan energi untuk keperluan industri dan transportasi, disamping
pemasukan devisa negara melalui ekspor minyak. Minyak bumi disebut juga
petroleum (bahasa Latin: petrus = batu; oleum = minyak) adalah zat cair licin,
mudah terbakar dan sebagian besar terdiri atas hidrokarbon. Kandungan
hidrokarbon dalam minyak bumi berkisar antara 50% sampai 98%. Sisanya
terdiri atas senyawa organik yang mengandung oksigen, nitrogen, dan
belerang.
Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak
dan gas bumi, yaitu:
(1) Teori Biogenetik (Teori Organik)
Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas
alam terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati
dan tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian
dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan
dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan
tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan lapisan batuan di
atasnya, maka binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tersebut berubah
menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.
119
(2) Teori Anorganik
Menurut Teori Anorganik, disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk akibat aktivitas bakteri. Unsur-unsur oksigen, belerang, dan nitrogen
dari zat-zat organik yang terkubur akibat adanya aktivitas bakteri berubah
menjadi zat seperti minyak yang berisi hidrokarbon.
(3) Teori Duplex
Teori Duplex merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori Anorganik.
Teori Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas, menjelaskan bahwa
minyak dan gas bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani
maupun nabati. Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani
dan gas bumi berasal dari materi nabati.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan
Lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari
Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk
(Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat
yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu
yang disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan
air, (2) minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan
minyak bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat
sendiri dalam suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan
berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian
bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang
lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui (unrenewable). Untuk itulah maka pengetahuan tentang
minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita ketahui.
Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan
minyak dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan
meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh
rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-2020),
permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta
bph,(Sumber:http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/). Hal inilah yang menjadi dasar
betapa pentingnya pengetahuan dan kajian tentang geologi minyak dan gas
bumi mulai dari asal usul terbentuknya minyak, proses migrasi dan penjebakan
120
minyak sampai pada kegiatan eksplorasi yang merupakan bagian yang sangat
penting dalam hal mendukung terpenuhinya kebutuhan akan minyak dan gas
bumi.
Dalam kegiatan eksplorasi migas salah satu metode yang biasanya
digunakan ialah metode-metode geofisika yang digunakan untuk studi
pendahuluan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi misalnya metode
gravitasi. Studi pendahuluan tersebut bertujuan untuk mengetahui daerah
daerah penyebaran cekungan serta ketebalan sedimen dalam cekungan
tersebut. Eksplorasi minyak bumi selalu diawali dengan penentuan ketebalan
serta penyebaran batuan sedimen karena berdasarkan pembentukannya
minyak bumi akan selalu terakumulasi dengan batuan sedimen. Pada
umumnya semakin tebal dan luasnya suatu lapisan sedimen, maka
kemungkinan ditemukannya minyak bumi akan semakin besar. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya semakin tebal lapisan sedimen, maka
semakin banyak formasi yang dapat bertindak sebagai batuan reservoir
maupun sebagai batuan induk ( Koesoemadinata, 1980).
Mengingat begitu pentingnya kedudukan ilmu geofisika dalam hal
mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi maka
sebagai mahasiswa geofisika sangat perlu mengambil mata kuliah ini sebagai
langkah untuk mendapatkan pemahaman tentang geologi minyak dan gas
bumi. Selain itu mahasiswa diharapkan melakukan kegiatan magang atau kerja
praktek sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan pengalaman langsung
dibidang industry migas.
Seiring berjalannya waktu maka teknologi di bidang perminyakan
terutama dalam hal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi juga ikut berkembang.
Untuk itu diharapkan agar pengetahuan di bidang ini juga terus dikembangkan
dan dimutahirkan agar sejalan dengan kebutuhan pasar sehingga bukan tidak
mungkin hal itu yang bisa menjadi bekal bagi lulusan geofisika untuk berkiprah
diluar kampus nantinya. Semoga dengan tersedianya bahan ajar ini bisa turut
membantu memperlancar kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata
kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi.
121
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Hadipandoyo, S., 2007, Kuantifikasi Sumber Hidrokarbon Indonesia, Pusat
Penelitian & Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi,
LEMIGAS, Jakarta.
Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.
Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger data services,
kuningan, Jakarta.
Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Hasan, M. A., 2008, Pemodelan Zona Subduksi Dan Struktur Bawah
Permukaan Jawa Timur Berdasarkan Kajian Anomali Gravitasi,
Bandung.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Jilid 1
dan 2. Penerbit ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi
Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied
Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1990. Applied
Geophysics 2 edition. Cambridge University Press.
Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis
Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB,
Bandung.
Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan
Gas Bumi
Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi,
PPT MIGAS Cepu.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITASHASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245;
Telp 0411 586200 ext 1064; Fax 0411 585188; email lpp@unhas.ac.id
Surat Pernyataan
Saya, penulis buku ini:
Nama : Makhrani, S.Si, M.Si
NIDN : 0027027201
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Buku ini benar saya tulis, bukan karya plagiat. Beberapa pernyataan,
gambar, rumus, atau opini dari orang lain yang termuat dalam buku ini
selalu disertai sumbernya yang jelas.
2. Buku ini saya serahkan kepada Lembaga Kajian dan Pengembangan
Pendidikan (LKPP) Unhas, untuk selanjutnya dijadikan koleksi
Perpustakaan Pusat Unhas dan dalam bentuk softcopy dipajang di
www.unhas.ac.id yang dapat diakses oleh semua pengguna, khususnya
mahasiswa.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh sunggguh.
Makassar, 30 November
2012
Penulis,
Makhrani, S.Si, M.Si
NIDN: 0027027201