You are on page 1of 2

Peninggalan arkeologis di Pujon

A.Watu Gilang benteng kuno peninggalan kerajaan Kediri


Pada saat Kediri diperintah oleh Kertajaya, terjadi pertentangan antara para brahmana dan Raja Kertajaya. Hal ini
terjadi karena para brahmana menolak menyembah raja yang menganggap dirinya sebagai dewa. Para brahmana
lalu meminta perlindungan pada Ken Arok.Saat itu Ken Arok merupakan akuwu dari Tumapel,Setelah sebelumnya
membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes. Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk membebaskan
Tumapel dari kekuasaan Kediri.Pasukan Tumapel menuju kediri melalui jalur gunung Dworowati.Akhirnya terjadi
pertempuran di Ganter,sebuah desa yang terletak di lereng gunung Dworowati Pujon.Pada pertempuran tersebut
pasukan Kediri menghadapi prajurit Tumapel pimpinan Ken Arok yang di dukung para brahmana dari Kediri,
sedangkan pemimpin dari pasukan Kediri adalah Mahisa Wulungan,saudara dari raja Kertajaya. Akhirnya
pertempuran dimenangkan oleh pasukan Tumapel.
Di lokasi tempat terjadinya pertempuran tentara Tumapel melawan Kediri,terdapat banyak peninggalan
arkeologis.Salah satunya adalah watu gilang,sebuah benteng setinggi 4 meter dengan panjang 27 Meter.Benteng ini
diduga merupakan sarana pertahanan pasukan Kediri untuk menghalau serangan dari pasukan Tumapel yang
dipimpin Ken Arok.Di sekitar Benteng yang disebut dengan watu gilang tersebut juga terdapat beberapa makam
kuno.Menurut juru kunci watu gilang,makam tersebut merupakan persemayaman terakhir dari prajurit yang gugur
saat pertempuran Ganter .Di situs Watu Gilang ini terdapat beberapa tulisan kuno berukuran besar yang
terpampang di salah satu batu. Bentuk tulisan di Watu Gilang itu berbeda dengan temuan pada seluruh situs di
wilayah Jawa Timur.Adapun makna dari tulisan yang ada di watu gilang,hingga kini belum berhasil diungkap.Selain
benteng dan makam kuno,di komplek situs Watu Gilang ini juga terdapat arca berukuran sangat besar.Tak jauh dari
komplek pemakaman watu gilang, tepatnya di puncak gunung Kukusan,juga terdapat sebuah makam kuno,namun
tidak diketahui secara pasti keterkaitan makam ini dengan pertempuran Ganter yang terjadi di gunung Dworowati.
Kini watu gilang menjadi salah satu objek wisata religi di Kecamatan Pujon namun,untuk dapat sampai ke Watu
Gilang, pengunjung harus melewati rute menanjak berupa jalan desa beraspal dan jalan perbukitan yang
curam.Pengunjung bisa berjalan kaki melewati desa Ngabab atau memanfaatkan jasa ojek yang banyak tersedia di
sekitar STA Mantung.Tarif ojek ke watu gilang berkisar antara 50-70 ribu per orang.Pengunjung yang datang ke
watu gilang tak hanya berasal dari Malang raya, banyak pengunjung yang datang dari luar kota,bahkan dari luar
pulau.Kebanyakan pengunjung datang ke watu gilang untuk melakukan ritual di makam Mbah Semuo,namun ada
juga pengunjung yang hanya sekedar tracking,hunting objek photo dan melakukan penelusuran sejarah.Disekitar
Watu gilang,terdapat dua gunung yang memiliki rute tracking cukup menantang,yakni gunung Dworowati dan
gunung Kukusan.Selain itu ada pula jalan pintas yang menghubungkan antara kecamatan Pujon dan Ngantang.









Prasasti Sebaluh
Prasasti Sebaluh,ditemukan di punden dusun Sebaluh kecamatan Pujon.Prasasti tersebut ditemukan dalam kondisi
tercecer,sehingga makna tulisan dalam prasasti sulit terungkap.Berdasarkan Informasi dari warga sekitar, prasasti
tersebut sengaja disembunyikan di punden sejak sekitar tahun 1975 lalu. Warga sempat melihat kondisi prasasti juga
sudah seperti itu, dan berdekatan dengan Punden. Kala itu, sempat ada sebuah pergerakan massa yang merusak
punden dan prasasti, dengan alasan agar tidak disembah untuk menghindari perbuatan syirik
Harjoto Juru Kunci Candi Songgoriti memperkirakan bahwa prasasti tersebut dibuat pada abad 9 atau 10 karena
struktur batu maupun tulisan, bentuknya sama seperti Prasasti Songgoriti dan Turian (Turen). Dia juga menyakini,
penulisnya sama dan dikerjakan sejak zaman Mpu Sindok atau Mpu Supo. Tulisan dalam prasasti itu, menggunakan
Bahasa Sansekerta. Namun makna tulisannya belum diketahui. Diperkirakan, prasasti tersebut sebagai tanda jika
kawasan Sebaluh dan sekitarnya, merupakan daerah pertanian yang subur sejak zaman dahulu. Hal itu ditandai
dengan keberadaan lingga dan yoni, yang ditemukan bersamaan dengan prasasti.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Dosen Universitas Negeri Malang Dwi Cahyo,menurutnya berdasarkan
penelitian yang dilakukan peneliti asal Belanda, Professor G.G. Casparit,bentuk huruf Prasasti Sebaluh yang
ditemukan di Pujon Malang diduga dibuat pada zaman Majapahit, sekitar abad XIV . Sejaman dengan prasasti
Selobrojo yang ditemukan di Banjarejo ,Ngantang.Cahyo memperkirakan bahwa prasasti tersebut berisi penetapan
Sebaluh sebagai desa Pardikan(merdeka)
Sementara sesepuh punden dan juru kunci punden Sebaluh, Wajib Abraham menceritakan, prasasti itu pernah
dibaca oleh Dinas Kebudayaan. Isinya, punden itu ada sejak abad ke IX. Pada abad XVI, kerajaan mataram terpecah
jadi dua, yakni Ngayogyo Adi Ningrat dan Surakarta Adi Ningrat.Pada saat Mataram mengalami perpecahan,salah
seorang putra raja Mataram, mbah Ageng Ki Hajar Seguh bertapa di lokasi yang kini menjadi punden Sebaluh

Penemuan Uang logam Kuno Pujon Kidul
September 2010,kepingan uang logam kuno ditemukan di desa Pujon Kidul. Uang koin kuno berbahan tembaga dan
kuningan itu berbentuk bulat sebesar uang logam Rp 500. Pada bagian tengahnya berlubang segi empat. Di salah
satu sisinya tertera huruf China. Ribuan keping uang koin kuno itu secara keseluruhan diperkirakan berbobot 50
kilogram .
Koin kuno ini diperkirakan peninggalan Dinasti Ching dan Dinasti Ming yang berkuasa pada abad ke-13 hingga abad
ke-16. Widya Heri Setyowati, arkeolog BP 3 Trowulan mengatakan, koin kuno ini dipergunakan pada jaman Dinasti
Ming hingga Dinasti Ching yang berkuasa sekitar abad 13 hingga abad 16.Lokasi penemuan koin kuno kemungkinan
pada masa lampau merupakan jalur yang dilewati tentara China menuju Singosari. Diperkirakan jumlah uang yang
dibawa terlalu besar, sehingga sebagain di antaranya diamankan dengan cara ditanam di tanah. Terlalu banyak
kalau uang ini dibawa untuk logistik perang.

You might also like