You are on page 1of 4

17

BAB 1

PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, bahan-bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri sejak dulu telah
digunakan secara turun temurun dalam ramuan obat-obatan tradisional. Sumber
bahan-bahan tanaman tersebut dewasa ini digunakan untuk keperluan bahan pangan,
bahan obat-obatan, cita rasa (penyedap), kosmetika, dan wangi- wangian (parfum).
Berbagai tanaman dapat menghasilkan minyak atsiri yang merupakan minyak yang
dapat menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas baik bersumber dari
daun, batang, bunga maupun akar tumbuhan (Guenther, 1987).

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan
bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian- bagian tanaman seperti daun,
buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak
atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi
oleh enzim atau dibuat secara sintetis (Sastrohamidjojo, 1987).

Jerangau (Acorus calamus) merupakan salah satu dari banyak jenis tanaman
yang memiliki kandungan minyak atsiri. Tanaman ini masih kurang dikenal oleh
masyarakat dan belum banyak orang tahu tentang jerangau, akan tetapi tanaman ini
memiliki rimpang yang mengandung minyak atsiri dan berguna sebagai pengusir
serangga, menghilangkan rasa sakit, menambah nafsu makan, dan lainnya. Tanaman
ini banyak dijadikan obat-obatan tradisional oleh suku Batak, Karo, dan suku lainnya
yang berada di Sumatera Utara. Jenis tanaman ini menyukai tempat lembab seperti di
tepi danau dan sungai. Meskipun tanaman ini banyak terdapat di Indonesia, tetapi
belum pernah ada pengusaha yang berminat untuk membudidayakannya sebagai
penghasil minyak atsiri calamus oil. Penggunaan calamus oil mulai untuk parfum,
industri farmasi sampai ke pemberi aroma pada berbagai label minuman serta rokok.
18


Beberapa perusahaan farmasi sampai saat ini masih mengimpor calamus oil. Dalam
industri parfum, calamus oil hanya akan dipakai untuk jenis-jenis produk parfum
maupun kosmetika (Anonim I, 2006).

Penelitian tentang komponen minyak rimpang jerangau sudah pernah
dilakukan oleh Dorna Sihite dimana mengetahui karakteristik dasar dari minyak atsiri
jerangau dari bagian rimpang dan batang. Metode yang digunakan adalah metode uap
dan air. Minyak atsiri yang diperoleh diuji kandungan sifat fisis dan kimianya
(Sihite,2009).

Isolasi minyak atsiri dari bahan alam dapat bersumber dari akar, batang, dan
daun. Menurut Dewan Atsiri Indonesia, proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh
melalui 3 cara, yaitu (1) pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut
(solvent extraction), dan (3) penyulingan (distillation) (Anonimous II, 2009).
Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan
minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel
suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan
cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel
penyulingan. Proses ini berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan terhadap
minyak yang tidak larut dalam air. Ada tiga sistem penyulingan minyak atsiri, yaitu
penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan uap dan penyulingan dengan uap.

Sistem penyulingan air banyak diterapkan, karena alat tersebut cukup
sederhana, kuat, harganya lebih murah, dapat dipindah-pindahkan serta dapat
mengektraksi minyak dari bahan yang berbentuk bubuk. Akan tetapi, pengektraksian
minyak atsiri tidak dapat berlangsung sempurna, walaupun bahan telah dirajang dan
beberapa jenis eter akan terhidrolisa. Keuntungan penyulingan dengan air dan uap
adalah karena uap berpenetrasi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat
dipertahankan pada 100
o
C. Lama penyulingan lebih singkat dengan rendemen yang
lebih banyak. Penyulingan dengan uap baik digunakan untuk mengekstraksi minyak
dari biji-bijian, akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak
yang bertitik didih tinggi. Sistem penyulingan ini tidak baik dilakukan pada bahan
yang mengandung minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dan air (Ketaren,
1985). Metode penyulingan uap menghasilkan rendemen yang relatif lebih tinggi
19


dibandingkan dengan metode penyulingan air karena dalam penyulingan air
komponen minyak yang memiliki titik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak
dapat menguap secara sempurna sehingga banyak minyak yang hilang atau tidak
tersuling (Sastrohamidjojo, 2004).

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk membandingkan komposisi
minyak atsiri yang diperoleh dari rimpang jerangau dengan menggunakan metode
hidrodestilasi menggunakan alat stahl dan destilasi uap. Analisis komponen minyak
atsiri dari tumbuhan Jerangau (Acorus calamus) dilakukan melalui pemeriksaan
dengan GC-MS.


1.2. Permasalahan

1. Apakah minyak atsiri yang terdapat pada rimpang tanaman Jerangau (Acorus
calamus) dapat diperoleh melalui hidrodestilasi atau dengan destilasi uap
2. Sejauh mana adanya perbedaan komponen kimia minyak atsiri yang diperoleh dari
rimpang tanaman Jerangau (Acorus calamus) dapat diidentifikasi melalui analisis
GC-MS bila dibandingkan antara hasil isolasi secara hidrodestilasi dengan
destilasi uap.


1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan komponen minyak atsiri yang diperoleh dari
metode hidrodestilasi dan destilasi uap, serta analisis kandungan atsirinya dengan
menggunakan GC-MS.


1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan minyak atsiri dari rimpang tanaman Jerangau (Acorus
calamus) secara hidrodestilasi atau dengan destilasi uap.
2. Untuk mengetahui komposisi kimia minyak atsiri yang terkandung di dalam
rimpang J erangau (Acorus calamus) dengan GC-MS bila dibandingkan antara
hasil yang diperoleh melalui isolasi secara hidrodestilasi dengan destilasi uap.
20


3. Untuk mrengetahui perbedaan komposisi senyawa dalam minyak atsiri yang
diperoleh melalui isolasi secara hidrodestilasi dengan destilasi uap


1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang tanaman penghasil
minyak atsiri sebagai hasil hutan bukan kayu dan mengenai komponen kimia minyak
atsiri jerangau yang kemudian dapat diaplikasikan dalam industri oleh masyarakat.


1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian untuk hidrodestilasi dan destilasi uap dilakukan di Laboratorium Kimia
Organik FMIPA USU Medan dan analisis GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia
Organik FMIPA UGM Yogyakarta.


1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dan sebagai objek penelitian
adalah rimpang tanaman jerangau segar yang diperoleh dari Desa Penen Kabupaten
Deli Serdang. Rimpang tanaman jerangau yang masih segar dirajang dan ditimbang
lalu didestilasi bersama air, sedangkan sebagian yang telah dirajang didestilasi dengan
cara destilasi uap. Minyak atsiri yang masih bergabung dengan air dijenuhkan dengan
NaCl, diekstraksi dengan dietil eter dan dihilangkan airnya dengan penambahan
natrium sulfat anhidrous kemudian eternya diuapkan. Minyak atsiri sebagai residu
yang diperoleh selanjutnya dianalisis komponen kandungan kimianya dengan GC-MS.

You might also like