You are on page 1of 7

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel- Variabel Penelitian
Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah:
Variabel Bebas : Kematangan Emosi
Variabel Terikat : Mentoring Agama Islam

B. Definisi Operasional Variable Penelitian
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kematangan Emosi
Kematangan emosi merupakan kondisi remaja mampu
mengendalikan dan mengarahkan penyaluran emosi sesuai situasi dan
waktu yang tepat dengan cara yang dapat diterima, mampu
menggunakan pemikiran terlebih dahulu terhadap suatu situasi
sebelum menggunakan respon emosional, serta mengambil keputusan
yang didasarkan pada pertimbangan sehingga tidak mudah berubah-
ubah.
Dalam penelitian ini, kematangan emosi diukur dengan
menggunakan skala kematangan emosi yang di adaptasi dan
dikembangkan oleh Ilmi (2011) melalui aspek-aspek kematangan
emosi yaitu kemandirian, kemampuan menerima kenyataan,
kemampuan beradaptasi, kemampuan merespon dengan tepat, merasa
aman, Kemampuan berempati, Kemampuan menguasai amarah.
Skor tinggi pada skala ini akan menunjukkan tingginya
kematangan emosi individu dan skor rendah pada skala ini
menunjukkan rendahnya kematangan emosi individu.

2


2. Mentoring Agama Islam
Menurut Rusmiyati (dalam Ridwansyah, 2008) mentoring agama
islam adalah suatu kegiatan pembinaan pemuda pelajar yang
berlangsung secara periodik dengan bimbingan seorang mentor. Pola
pendekatan teman sebaya yang diterapkan menjadikan program ini
lebih menarik, efektif serta memiliki keunggulan tersendiri.

3. Populasi Dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah kelompok yang
terdiri atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Kelompok subyek ini merupakan sekelompok individu
yang mempunyai ciri-ciri atau sifat yang sama yang membedakan dengan
kelompok lain. Menurut Sugiyono (2001) sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik subjek yang mewakili populasi. Bila dalam
populasi besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua subjek
yang ada pada populasi, misalnya terkena kendala keterbatasan dana,
tenaga dan waktu maka dari itu peneliti menggunakan sampel yang
diambil dari sebagian populasi untuk diteliti, apapun yang dipelajari dan
diteliti dari sampel tersebut hasilnya berlaku untuk populasi, maka dari itu
peneliti harus memilih sampel yang betul-betul representatif. Sampel
dalam penelitian ini adalah 30 orang remaja SMA yang berusia sekitar 15-
18 tahun yang merupakan siswa SMAN 2 Cibinong.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode angket. Angket adalah instrumen pengumpulan data
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang biasa disebarkan kepada
responden. Menurut Sudirman (dalam Probowati, 2013), Angket termasuk
3

alat untuk mengumpulkan dan mencari data atau informasi, sikap, dan
paham dalam hubungan kausal. Metode ini penulis gunakan untuk
mengetahui data tentang kematangan remaja SMA yang mengikuti
mentoring agama islam dan yang tidak mengikuti mentoring agama islam.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup (angket
berstruktur) yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai
dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda (x) atau tanda
checklist (). Yang kemudian dianalisa dalam bentuk angka, yakni dalam
bentuk kuantitatif dengan memberi nilai pada setiap item jawaban
pertanyaan pada angket untuk responden. Skala yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu:
1. Skala kematang emosi
Skala kematangan emosi yang diadaptasi dari Ilmi (2011) yang
bertujuan untuk mengukur kematangan emosi pada remaja yang
mendapatkan mentoring agama islam dan yang tidak. Skala
kematangan emosi ini merupakan skala adaptasi dan diukur
berdasarkan aspek-aspek kematangan emosi dari Katkovsky dan
Gorlow (2011).
a. Kemandirian
Mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab
terhadap keputusan yang diambilnya.
b. Kemampuan menerima kenyataan
Mampu menerima kenyataan bahwa dirinya tidak selalu sama
dengan orang lain, mempunyai kesempatan, kemampuan, serta
tingkat intelegensi yang berbeda dengan orang lain.
c. Kemampuan beradaptasi
Orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan mampu
menerima beragam karakteristik orang serta mampu menghadapi
situasi apapun.
4


d. Kemampuan merespon dengan tepat
Individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk
merespon terhadap kebutuhan emosi orang lain, baik yang
diekspresikan maupun yang tidak diekspresikan.
e. Merasa aman
Individu yang memiliki tingkat kematangan emosi tinggi
menyadari bahwa sebagai mahluk sosial ia memiliki
ketergantungan pada orang lain.
f. Kemampuan berempati
Mampu berempati adalah kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka pikirkan
atau rasakan.
g. Kemampuan menguasai amarah
Individu yang matang emosinya dapat mengetahui hal-hal apa saja
yang dapat membuatnya marah, maka ia dapat mengendalikan
perasaan marahnya.
Aspek-aspek tersebut kemudian akan dikembangkan menjadi
item-item. Bentuk bentuk pertanyaan akan disusun dengan bentuk
skala Likert yang menggunakan alternatif jawaban SS = Sangat Sesuai,
S = Sesuai, TS = Tidak sesuai, STS = Sangat Tidak Sesuai. Pada skala
kematangan emosi terdapat pertanyaan yang bersifat favorable dan
unfavorable. Adapun penilaian dari skala kematangan emosi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

E. Validitas Dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Azwar (dalam Matondang, 2009) menyatakan bahwa validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya.
5

Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang
mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan. Teknik yang digunakan
adalah menggunakan teknik analisis faktor . Analisis faktor merupakan
sala satu cara untuk menguji validitas konstruk suatu alat ukur
(Anastasia dalam Hidayat, 2008). Validitas konstruk dilakukan apabila
pengguna tes ingin mengambil kesimpulan berdasarkan skor tes dan
mengelompokan prilaku kedalam konstruk psikologis tertentu Lalu
data yang diperoleh dari penelitian di olah kembali dengan
menggunakan piranti lunak berupa SPSS
2. Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat
dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran
sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran
terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek
yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil
ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang
mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan
ulang pada kelompok yang berbeda. Sudjana (dalam Matondang,
2009) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan
atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya,
kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil
yang relatif sama. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan Alpha Cronbach. Analisis dilakukan dengan bantuan
program SPSS (Statistical Program for Social Sciences) versi 22 for
windows.



6

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang di pakai adalah dengan menggunakan t-test.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari koefisien t-score. Koefisien
tersebut menunjukkan tingkat perbedaan kematangan emosi antara remaja
sma yang mendapatkan mentoring agama islam dan yang tidak.
Adapun alasan peneliti memilih rumus t-test adalah karena :
1. Dapat digunakan untuk mengetahui nilai perbedaan mean dari pasangan
sampel
2. Dapat digunakan untuk mengetes apakah perbedaan dari dua sampel
yang telah diselidiki itu merupakan perbedaan yang meyakinkan atau
kesalahan sampel













7

You might also like