You are on page 1of 45

PENDAHULUAN

Dari segi lughat secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia
abdomen dewasa, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau
akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilical,
femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk. Keluar
jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut. Bila isi
kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini
disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, sering
terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati defek fascia pada
dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan
paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam canalis
inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

Definisi yang banyak dianut : Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus atau
organ dari tempat yang seharusnya
1
; protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan
2
.
Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti abdomen dan toraks atau
ke dalam bagian dari suatu rongga yang demikian disebut hernia internal. Hernia yang paling
sering adalah yang eksternal dari dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus
3
. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut
2
, yang normalnya tidak dapat dilewati
4
.

II. EPIDEMIOLOGI HERNIA
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita
1
.
Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1%
sebagai hernia umbilicalis
1
. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah
inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus
1

Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel,
diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah
perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen
obturator serta skiatika dari pelvis
5
.

Tabel 1. Frekuensi relatif Hernia abdominal external
3

Tipe Hernia Insidens (%)
Epigastric 1
Umbilical 3
Insisional 10
Inguinal 78
Femoral 7
Lain-lain (jarang) 1

III. ETIOLOGI HERNIA
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas dan
melemahnya dinding abdomen
3
.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena
3
:
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk PPOK
3. Tahanan saat miksi BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena
3
:
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisibaik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang telah
terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding abdomen
akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan isi abdomen memasuki kantong
tersebut
3
.
IV. GAMBARAN ANATOMIS

Fundus
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen isi terbanyak
adalah usus halus dan omentum majus
3
. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites
Menurut kepustakaan lain, hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia
2
atau
orifisium hernia dan kantung hernia
5
. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling
dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung
hernia berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara
lengkap melalui dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral
5
.


V. KLASIFIKASI
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
1. Hernia bawaan atau congenital
2,3


Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine paten prosesus
vaginalis adalah salah satu contohnya
3
.
2. Hernia dapatan atau akuisita
2,3


Terdapat dua tipe hernia akuisita
3
:
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilikus
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus
3
.

B. Hernia diberi nama menurut letaknya,
Umamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.

C. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi
yang tidak spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus,
dimana orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya
waktu, hernia membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang
mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi,
strangulasi, atau terjadi inflamasi
3
.

1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk
2
, tetapi kantungnya menetap
3
.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya
gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat
3
. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus
4
.

Gambar 2. Hernia reponibel
2


2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta
2
. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit
dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical)
3
. Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun sumbatan usus
2
. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar
untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel
3
.

Gambar 3. Hernia Ireponibel
2


3. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi
pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya
suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi
3
.
Istilah inkarserataterkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang
ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang
mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata
3
.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua
operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab
obstruksi usus nomor satu di Indonesia
2
.

Gambar 4. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus
2


4. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih
lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan
vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya
mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia
abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi
strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi
(gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri,
yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh
darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada
kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga
peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan
kematian
3
. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut
hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia
tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia
Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis
tampak seperti abses di daerah inguinal
2
.

Gambar 5. Hernia Strangulata
2


5. Hernia Inflamasi
Isi hernia mengalami inflamasi dengan proses apapun sebagai penyebab pada jaringan
atau organ yang secara tidak normal mengalami hernia, misalnya
3
:
1. Apendisitis akut
2. Divertikulum Meckel
3. Salpingitis akut
Hampir tidak mungkin untuk membedakan hernia yang terinflamasi dengan yang
mengalami strangulasi
3
.

Beberapa Tipe Khusus Hernia
1. Sliding hernia (hernia en glissade)
Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk sebagian dinding kantong. 5 %
dari seluruh hernia adalah sliding hernia, dan hernia inguinalis indirek merupakan mayoritas. Di
sebelah kanan, caecum dan colon ascendens terlibat, sementara di sebelah kiri, sigmoid dan
kolon descendens ditemukan di dalam sakus. Bagian dari vesica urinaria dapat masuk ke hernia
inguinalis direk. Insidens sliding hernia bertambah dengan usia dan lamanya hernia. Kegagalan
untuk mengenali sliding hernia saat operasi dapat mengakibatkan kerusakan struktur yang
terlibat
3
.


2. Hernia Richter
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya usus
halus)
3
. Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus (selalu
antemesenterik)
5
. Bahayanya hernia ini adalah, usus dapat mengalami iskemi tanpa
perkembangan nyata dari gejala obstruksi
3
.
3. Hernia-en-WMaydls Hernia

VI. DIAGNOSIS HERNIA
A. GEJALA
Gejala lokal termasuk :
- benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat
adanya tahanan
3
.
- nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam
3
, rasa tidak enak yang selalu memburuk di
senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia
berkurang
5
.
Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang
dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk
5
.
Gejala dari adanya komplikasi adalah
3
:
- obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,
demam, takikardi.


B. TANDA/ sign
Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk semua hernia
abdominal eksterna
3
, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat
pasien berbaring
5
. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan posisi yang tepat dan
karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan ke atau dapat semakin membesar saat batuk
merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri
3
.
Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan jari di
titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak muncul,
berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat
3
.
Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi
Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri
3
.
Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan
gejala lain dari obstruksi usus
3

Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit
diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi
3
.
Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan,
obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika
ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa
5
.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksan penunjang jarang dilakukan dan jarang
mempunyai nilai.

a. Pencitraan
3

a.1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
a.2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya
pada Spigelian hernia.
a.3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia obturator)

b. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri
perut yang tidak dapat didiagnosa.

c. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan
secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.

VIII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Tabel 2. Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen







Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea atau epidermoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Otot Tumor yang mengalami hernia melalui
pembungkusnya
Arteri Aneurisma
Vena Varikosa
Limfe Pembesaran KGB
Gonad Ektopik testis / ovarium



IX. PEMBAHASAN KHUSUS

A. HERNIA INGUINALIS

Kanalis inguinalis dibatasi di
2
:
- Kraniolateral : oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari
fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis.
- medial bawah : di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
- atapnya : aponeurosis m.obliqus eksternus
- dasarnya : ligamentum inguinale

Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. B


Gambar 9. Kanalis Inguinalis
3

Lipat paha adalah daerah pada dinding abdomen yang lemah secara alami dan merupakan
tempat yang paling sering untuk herniasi. Pria 25 kali lebih sering terkena hernia inguinalis
5
.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu
2
:
1. kanalis inguinalis yang berjalan miring
2. adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi.
3. Adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan hernia.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah
2
:
1. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
2. Peninggian tekanan di dalam rongga perut
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.

1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi hernia
pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral pada anak
perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis
yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan
2
.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai kemungkinan 16%
mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa
kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10 %
2
.

2. Peninggian tekanan intraabdomen
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat,
konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis
2
.

3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turur
kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.
ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi
2
.

Diagnosis Hernia Inguinalis
a. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel
keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu bediri,
batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai;
kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren
2
.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien
mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari
menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba
seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium
2
.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar tidak adanya
pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus
2
.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya
2
.


A. 1. Hernia Inguinalis Indirek
Disebut juga henia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam tali sperma
2
.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis inguinalis;
berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hasselbach dan
disebut sebagai hernia direk
2
. Kantung dari inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis
profunda, lateral pembuluh epigastrika inferior, dan akhimya ke arah skrotum
5
.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia
medial berbentuk tonjolan bulat
2
.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya
prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser
dapat terjadi di sebeblah kanan atau kiri. Hernia yng di kanan biasany berisi sekum dan sebagian
kolon ascendens, sedangkan yng di kiri berisi sebagian kolon desendens
2
.
Hernia inguinalis indirecta yang merupakan hernia paling sering terjadi dan dipercaya bersifat
congenital, menonjol melalui annulus inguinalis profundus, canalis inguinalis dan keluar melalui
annulus inguinalis superficialis ke scrotum atau labium majus. Sesuai dengan bentuk dan
letaknya maka disebut juga hernia inguinalis obliqua/lateralis. Hernia inguinalis indirecta lebih
sering daripada yang directa dan dua puluh kali lebih banyak pada pria daripada wanita,
sepertiganya bilateral serta lebih sering pada sisi kanan. Sesuai dengan mekanisme terjadinya,
diselubungi oleh ketiga lapisan ductus deferens.
Ada dua macam hernia inguinalis indirecta, yaitu yang congenitalis dan acquisita (didapat).
Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis telah atau belum
menutup. Pada yang congenitalis processus vaginalis belum menutup sehingga isi abdomen
(usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada yang acquisita (didapat) kantong hernia
tidak berhubungan dengan cavum scroti karena processus vaginalis telah menutup. Hernia
inguinalis congenitalis yang sudah terjadi sejak lahir sering tidak diketahui sampai usia anak,
atau bahkan usia dewasa. Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa processus vaginalis yang
telah menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia spermatica interna, m.cremaster,
dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis processus vaginalis tetap terbuka
1
.
Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi secara
persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti selubungnya ke
skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi sisi lateral dari korda. Lemak properitoneal
sering kali berkaitan dengan kantung indirek dan dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun
lemak tersebut bukan tumor
5
.

Gambaran Klinis Hernia inguinalis indirek
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada
waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring.
Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui
oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan
kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata
2
.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah
benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin
hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar
2
.

HERNIA SKROTALIS
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi,
atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial
melalui anulus eksternus
2
.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya
2
.

HERNIA LABIALIS
Hernia labialis ialah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara klinis
tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan hilang
pada waktu berbaring. Diagnosis banding hernia labialis adalah hernia femoralis dan kista di
kanalis Nuck yang menonjol di kaudal ligamentum inguinale dan di lateral tuberkulum pubikum.
Kista kanalis Nuck teraba sebagai kista dengan batas jelas di sebelah kraniolateral berlainan
dengan hernia indirek dan tidak dapat direposisi
2
.

A.2 Hernia Inguinalis Direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis m.transversus
abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar
2
.
Kantung dari inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis,
terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum
5
.
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan intraabdomen kronik
dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi
bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami
inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding
kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m. oblikus internus abdominis, pada segala
usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia ini
banyak diderita oleh penduduk Afrika
2
.
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga Hesselbach;
menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak mengandung aponeurosis otot obliqus
ekstemus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak
keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi
komponen sliding dari kantung hernia direk
5
.

Tabel 3. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk
Indirek Direk
Usia pasien Usia berapapun, terutama
muda
Lebih tua
Penyebab Dapat kongenital Didapat
Bilateral 20 % 50 %
Penonjolan saat batuk Oblik Lurus
Muncul saat berdiri Tidak segera mencapai
ukuran terbesarnya
Mencapai ukuran terbesar
dengan segera
Reduksi saat berbaring Dapat tidak tereduksi segera Tereduksi segera
Penurunan ke skrotum Sering Jarang
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa
Hubungan dengan pembuluh
darah epigastric inferior
Lateral Medial


Tata Laksana Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang utnuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan
pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan
orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi
dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila
usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi
hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera
2
.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas
herniotomi dan hernioplastik
2
.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin lalu dipotong
2
.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya
residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik, seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.obliqus obliqus
internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart
menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus
internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode McVay
2
.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887. Setelah
diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi
muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis dengan
traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan, baik pada hernia direk
maupun indirek
2
.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini adalah
terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada
tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu
digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis
inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal
2
.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah prosesus
vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus
cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat
2
.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat
kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral
secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap,kecuali jika ada kontraindikasi
2
.
Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum dinding
perut
2
.
B. Hernia Femoralis

KANALIS FEMORALIS
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Foramen ini
sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale
(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. B

Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4
kali lelaki
2
.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis sepanjang kurang lebih 2
cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha
2
.
Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun kantungnya
mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari kantung. Kelenjar
limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia femoralis dengan sangat tepat
5
.
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi medial
sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang
terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis oleh
suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi
2
.
Patofisiologi Hernia Femoralis
Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal ke
dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab
lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinallis,
terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan
ligamentum inguinale tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas
2
.
Komplikasi yang paling sering adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femoralis keluar di sebelah ligamntum inginale pada fosa ovalis. Kadang-kadang hernia
femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan Hernia Richter.

Diagnosa Banding Hernia Femoralis
Diagnosis banding hernia femoralis, antara lain limfadenitis yang disertai tanda radang lokal
umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus
2
.
Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal pada hernia
femoralis
2
.
Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau tanpa varises
pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau mengedan
benjolan variks membesar dengan gelombang dan mudah dihilangkan dengan tekanan
2
.
Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis. Tidak
jarang hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan vitalitas isi hernia,
memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan insisi, ternyata yang keluar
adalah isi usus, bukan nanah
2
.
Untuk membedakannya, perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan
aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian tekanan
intraabdomen, sedangkan penyakit lain, seperti torsio testis atau limfedenitis femoralis, tidak
berhubungan dengan aktivitas demikian
2
.

Tata laksana Hernia Femoralis
Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus
femoralis
2
.
Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi keduanya. Pendekatan
krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan inguinal dengan
membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya biasanya dilakukan pada
lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih sering disertai hernia inguinalis medialis.
Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif, atau
kombinasi dengan hernia inguinalis
2
.
Pada pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum
inguinale ke ligamentum Cooper
2
.
Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum
lakunare Gimbernati
2
.

Cara Membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis
Untuk membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis dipakai sebagai patokan ligamentum
inguinale. Yang di atas ligamentum adalah hernia inguinalis dan yang di bawah hernia
femoralis
1
. Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan yang
timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis
5
.

C. HERNIA LAINNYA

C.1. HERNIA UMBILIKALIS
Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum
dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada
bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan perempuan
2
.
Umbilikalis adalah tempat umum hemiasi. Hernia umbilikalis terjadi lebih sering pada wanita.
Kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekursor yang umum. Asites selalu
mengeksaserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura terjadi
dalam sirosis asitik kronis, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas
nevus peritoneal secara darurat.

Gejala klinis Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi
menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
2
.


Gambar 11. Hernia Umbilikalis
3

Tata laksana Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi
berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat
penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian memancangnya
dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang logam yang
dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia satu
setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia
yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh pentupan dengan
tindakan konservatif. B

C.2. HERNIA PARA-UMBILIKALIS
Hernia para-umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi
kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang
terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi. B


Gambar 12. Hernia para-umbilikal
C.3. HERNIA EPIGASTRIKA
Anatomi
Linea alba adalah raphe yang dibentuk oleh sambungan pembungkus rektus dan persilangan
serat-serat mereka melewati garis tengah; terbentang dari processus xiphoideus ke simfisis pubis.
Pada bagian tengah atas, lebarnya 1-3 cm dan fibrous, tetapi di bawah umbilkus ia mempunyai
bagian yang menyempit
3
.
Hernia epigastrika atau hernia alba adalah hernia yang keluar melalui defek di
linea alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan
jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum
2
.
Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan terjadi pada bagian paling lebar dari linea alba antara
processus xiphoideus dan umbilicus. Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan terjadi pada
pekerja manual usia pertengahan
1
.
Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan
posterior sarung m.rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis. Selain itu, linea alba di
sebelah kranial umbilikus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal sehingga
merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan
lunak di linea alba yang merupakan lipoma preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru
kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Jarang ditemukan
usus halus atau usus besar di dalam hernia epigastrika. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak
subkutis, lemak preperitoneal, dan peritoneum. Sering ditemukan hernia multipel.
Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada kelainan kandung
empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan yang samar ini terutama terjadi bila
hernia kecil dan sukar diraba.
nya asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan fisik.
Saat adanya gejala, terjadi dua tipe :
- nyeri lokal sering dicetuskan oleh aktivitas fisik yang berlebihan
- rasa sakit yang dapat didefinisikan berlokasi di epigestrium, sering memburuk setelah makan
(tegangan pada perut dapat menstrangulasi isinya), dan gambaran klinis dapat menyerupai ulkus
peptikum
3
.

Tanda
Hernia dapat dilihat jika pasien diletakkan dalam posisi sedikit oblik. Teraba pembengakakan
pada daerah garis tengah dan biasanya lunak dan ireponibel.
Pasien yang datang dengan gejala pada abdomen atas dan pada pasien yang ditemukan epigastrik
hernia harus diteliti untuk kemungkinannya menderita ulkus peptikum, penyakit kandung
empedu atau penyakit pankreas sebelum gejalanya ditetapkan pada hernia
3
.
Gambaran patologis
Linea dapat menjadi dilemahkan, karena adanya kelemahan kongenital pada struktur Latticenya.
Adanya bundel neurovaskular kecil yang berpenetrasi juga merupakan titik hilangnya
tahanan. Herniasi dari lemak ekstraperitoneal melalui linea ini biasanya terjadi pada setengah
atas linea. Ditemukan pada 7 % populasi dewasa ke atas. laki-laki tiga kali lebih sering daripada
wanita, dan protrusi bersifat multipel pada 20 % kasus.
Awalnya terjadi protrusi lemak ekstraperitoneal, yang dapat diikuti oleh pembentukan kantung
peritoneal, dan omentum dapat memasukinya (jarang berisi usus). Lemak ekstraperitoneal atau
omentum seringkali mengalami inkarserasi dan dapat strangulasi
3
.
C.4. HERNIA VENTRALIS
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks
2
.

C.5. HERNIA LUMBALIS
Hernia ini dapat
3
:
1. Kongenital
2. Didapat Primer
3. Didapat Sekunder dari insisi bedah.
Hernia didapat melalui insisi pada pendekatan lumbal menuju ginjal adalah hal yang tidak jarang
terjadi; bagaimanapun juga, dengan penurunan bedah ginjal terbuka, hal ini menjadi
berkurang
3
. Hernia ini, yang terjadi melalui titik anatomis yang lemah pada regio lumbalis
segitiga lumbal superior dan inferior adalah jarang.
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba
benjolan di pinggang dan tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi kranial panggul
dorsal
2
.
Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatriks pada bekas
luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum lumbale superior
Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan
3
.
Gambaran Klinis
Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma,
abses dingin, atau tumor jaringan lunak. Pengelolaannya terdiri atas herniotomi dan
hernioplastik. Pada hernioplastik dilakukan juga penutupan defek
2
.
Hernia lumbalis yang irreponibel harus dapat dibedakan dengan
3
:
1. Lipoma
2. Soft-tissue tumour
3. Haematoma
4. Abses dingin tuberkulosa
5. Tumor ginjal
Manajemen
Hernia primer ditangani dengan penutupan langsung dari defek yang ada. Hernia insisional yang
besar membutuhkan mesh buatan
3
.

C.6. HERNIA LITTRE
Hernia Littre adalah hernia yang isinya divertikulum Meckel. Hernia yang sangat jarang
dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung divertikulum Meckel. Sampai dikenalnya
divertikulum Meckel, hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus yang pada
waktu itu belum disebut sebagai hernia Littre
2
.

C.7. HERNIA SPIEGHEL
2
/ HERNIA LINEA SEMILUNARIS
1

Hernia spigelian adalah hernia ventralis yang terjadi sepanjang bagian subumbilikal dari garis
semilunaris Spieghel dan melalui fasia Spieghel
5
. Hernia Spieghel yang muncul melalui tempat
lemah di antara tepi lateral m. rektus abdominis dengan linea semisirkularis
2
. Hernia Spieghel
ialah hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel
2
. Ini adalah hernia
interparietal pada garis linea semilunaris (batas lateral dari pembungkus rektus, berjalan dari tip
kartilago kosta ke-9 menuju krista pubikum). Hernia biasanya setinggi garis arkuata, dibawah
dimana semua lapisan aponeurotik berefleksi di anterior terhadap otot rektus. Penyebabnya
berkaitan dengan susunan aponeurotic, yang menghasilkan area yang lemah dimana serat dari
aponeurosis transversus berfusi dengan serat dari oblikus eksternus
3
.
Gambaran Klinis
Gejala
3

- nyeri lokal yang memburuk dengan pertahanan
- gumpalan
- rasa tidak nyaman pada kuadran bawah yang tidak khas yang harus ditelitilagi
- tanda-tanda obstruksi atau strangulasi

Tanda
3
:
- rasa lunak pad tempat orifisium hernia
- gumpalan yang mungkin sulit atau bahkan tidak mungkin untuk dirasakan.

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya benjolan di sebelah atas titik McBurney kanan atau
kiri, pada tepi lateral m.rektus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum, atau
ovarium
2
. Inkarserasi jarang terjadi
2
.


C.8. HERNIA OBTURATORIA
Hernia obturatoria ialah hernia hernia melalui foramen obturatorium
2
.
Kanalis obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di kranial
dan lateral oleh sulkus obturatorius os pubis, di kaudal oleh tepi bebas membran obturatoria,
m.obturatorius internus dan eksternus. Di dalam kanalis obturatorius berjalan saraf, arteri, dan
vena obturatoria
2
.
Hernia obturatoria dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak
retroperitoneal masuk ke dalam kanalis obturatorius (tahap I), disusul oleh tonjolan peritoneum
parietale (tahap 2). Kantong hernia ini mungkin dibatasi oleh lekuk usus (tahap 3) yang dapat
mengalami inkarserasi parsial, sering secara Richter atau total
2
.


Gambar 14. Hernia Obturatorium
3


Gambaran Klinis
Gejala
Terletak dalam pada pektineus, hernia ini kebanyakan asimptomatik samapi terjadi komplikasi
karena obstruksi intestinal atau strangulasi. Seringkali terdapat riwayat gejala obstruksi yang
intermiten. Sekitar 50 % mungkin terdapat keluhan sakit sepanjang sisi medial atas dari paha
yang menjalar ke bawah menuju lutut, yang disebabkan oleh tekanan pada nervus
obturatorium. Meskipun ada, kebanyakan keluhan ini tidak terjadi
3
.
Tanda
Jarang sekali terdapat tanda-tanda, kecuali pada yang obstruksi atau strangulasi. Diagnosa
kebanyakan dibuat saat laparatomi untuk obstruksi usus halus terhadap penyebab yang tidak
diketahui. Dengan adanya tekanan pada nervus obturator, pasien memegang kaki dalam posisi
fleksi agar dapat mengurangi nyeri. Pada 20 % pasien, sakus hernia keluar secara medial di
sekitar pektineus dan tampak sebagai pembengkakan yang teraba di segitiga femoral.
Pemeriksaan rektum dan vagina dapat menyerupai pembengkakan pada regio foramen
obturatorium
3
.
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parestesia
di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n.obturatorius (tanda
Howship-Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat
ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg
2
.
Jika ditemukan saat laparatomi, usus halusnya di reduksi, sakusnya withdrawn dan defeknya
ditutup. Jika diagnosis dibuat secara klinis, prosedur elektif dengan pendekatan retropubis, pre-
peritonium dapat dilakukan
3
.
C.9. HERNIA PERINEALIS
Hernia ini dapat
3
:
- Kongenital
- Didapat primer
- Insisional
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul yang
dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi melalui
perineum seperti prostatektomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal. Hernia keluar
melalui dasar panggul yang terdiri atas m.levator anus dan m.sakrokoksigeus beserta fasianya
dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia
anterior dan hernia posterior. Hernia labialis yang bukan merupakan hernia inguinalis lateralis,
hernia pudendalis, dan hernia vaginolabialis, termasuk hernia perinealis anterior, sedangkan
hernia isiorektalis dan hernia retrorektalis termasuk hernia perinealis posterior
2
.
Gambaran Klinis
Biasanya ada pembengkakan perineum dan rasa tidak nyaman saat duduk. Massa yang lunak
ditemukan pada perineum, yang biasanya reponibel. Leher hernia yang luas mempunyai tepi
elastis. Hernia ini jarang mempunyai komplikasi yang berbahaya
3
.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan. Tampak dan teraba benjolan di
perineum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkarserasi. Pintu hernia dapat diraba
secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi
2
.

Gambar 15. Hernia Perinealis
3


Manajemen
Biasanya pengelolaan operatif dianjurkan dengan pendekatan transperitoneal, perineal, atau
kombinasi abdominal dan perinea
2
l.
Perbaikan merupakan kombinasi dari pendekatan abdominal dan pelvis. Melalui pendekatan
hernia dari bawah, kantungnya dibebaskan dan direduksi ke dalam rongga abdomen. Dilakukan
laparatomi dan dasar pelvis diperbaiki dari bawah
3
.

C.10. HERNIA PANTALON
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
Keadaan ini ditemukan kira-kira 15 % dari kasus hernia inguinalis
3
.
Diagnosis umumnya sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan
sewaktu operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inguinalis dan hernioplastik
3
.

C.11. HERNIA PARASTOMAL
Hernia melalui lubang fasia yang sama, yang dibentuk oleh kolostomi atau ileostomi disebut
sebagai hernia parastomal. Hernia ini timbul lebih lazim pada orang yang gemuk dan pada yang
kolostominya terletak lateral terhadap muskulus rektus atau melalui insisi operasi awal. Dalam
membicarakan pencegahan hernia, maka tempat ideal untuk kolostomi adalah melalui muskulus
rektus. Indikasi bagi perbaikan parastomal mencakup
4
:
1. Stoma yang tak memuaskan, yang memerlukan penempatan pada sisi lain
2. Striktur atau prolapsus stoma
3. Hernia berukuran besar
4. Adanya cacat fasia kecil di sekeliling hernia
5. Inkarserasi atau strangulasi hernia
6. Perbaikan kosmetik
Hernia parastomal mengganggu irigasi kolostomi dan perlekatan dari stoma. Hernia
parakolostomi lebih umum daripada hernia paraileostomi dan keduanya lebih cenderung terjadi
jika stoma muncul melalui garis semilunaris daripada melalui sarung rektus. Oleh karena itu,
hernia parastomal biasanya lateral dari ostomi. Memindahkan stoma ke lokasi yang baru lebih
disukai daripada perbaikan lokal. Perbaikan lokal sering gagal, karena sabuk muskulus lateral
dari ostomi, kekurangan aponeurosis yang cukup. Teknik implantasi prostesis di sekeliling stoma
dalam jaringan subkutan dan pada dinding abdomen, merupakan subyek dari komplikasi septik.
Perbaikan defek fasia dari dalam abdomen dengan suatu prostesis, merupakan cara terpilih jika
hernia parastoma membutuhkan perbaikan dan tidak dapat dipindahkan ke lokasi yang baru,
karena hal ini tidak mengganggu stoma dan tanpa bahaya kontaminasi septik
5
.



C.12. HERNIA INSISIONAL
Hernia insisional adalah masalah bedah yang serius. Obesitas dan infeksi merupakan dua
penyebab utama dari keadaan ini. Berat dari panikuli di lateral, menandakan insisi bedah dan
infeksi mempersulit penyembuhan luka. Suatu hernia insisional yang besar menimbulkan
gerakan pernapasan abdominal paradoks lama seperti flail chest. Fungsi diafragma menjadi tidak
efisien. Diafragma tidak lagi berkontraksi melawan visera abdomen dan sebaliknya
mendorongnya untuk masuk ke dalam kantung hernia. Perlu untuk menilai fungsi pernapasan
dan gas darah. Visera kehilangan tempatnya yang benar dalam abdomen dalam hernia insisional
yang sudah lama. Dalam kasus ini, reduksi visera saat operasi dapat menyebabkan kematian
akibat kompresi vena kava inferior dan gagal pernapasan akibat elevasi paksa dan imobilisasi
dari diafragma
5
.

Hernia insisonal terjadi melalui luka pada operasi sebelumnya. Hernia ini mempunyai
penampilan yang sama dengan hernia yang tidak disebabkan oleh trauma pembedahan pada
dinding abdomen
3
.
Merupakan hal yang realistis untuk memperkirakan bahwa 1% insisi abdomen transparietal
diikuti dengan hernia. Hernia ini mencakup 10 % dari total hernia
3
.
Hernia incisional terjadi postoperative karena perlu memotong suatu saraf segmental yang
mempersarafi otot dinding abdomen atau jiga sebagai akibat infeksi dan necrosis (mati
jaringan)
1
.

Etiologi
Dehisensi parsial dari sebagian atau seluruh lapisan fasia yang lebih dalam, tetapi kulit masih
utuh atau pada akhirnya dapat menyembuh. Hernia insisional adalah komplikasi postoperative
dan, seperti semua komplikasi, penyebabnya dapat dipertimbangkan dari 3 faktor : preoperative,
operative, postopeartive
3
.

Faktor Pre-operatif
3

1. Usia
Jaringan orang yang lebih tua mengalami penyembuhan tidak sebaik pada usia muda.
2. Malnutrisi- malnutrisi energi protein, defisiensi vitamin (Vitamin C penting untuk pematangan
kolagen) dan defisiensi logam (Zinc berperan untuk epitelisasi)
3. Sepsis
Memperburuk malnutrisi dan keterlambatan anabolisme
4. Uremia
Menghambat pembelahan fibroblas
5. Ikterik
impedes maturasi kolagen .
6. Obesitas
predisposisi untuk infeksi luka, seroma, dan hematom.
7. Diabetes Mellitus
predisposisi untuk infeksi luka
8. Steroid
Mempunyai efek proteolitik umum
9. Kontaminasi peritoneal (peritonitis)
predisposisi untuk infeksi luka

Faktor Operatif
3

1. Tipe insisi
Insisi vertikal cenderung lebih prone untuk hernia dibandingkan insisi transversal.
2. Teknik dan bahan-bahan
Tegangan pada penutupan impedes suplai darah untuk luka ; ikatan yang buruk ;
penutupan dengan bahan benang yang diabsorpsi dengan cepat gagal untuk
menyokong dinding abdomen untuk waktu yang cukup untuk mengizinkan penyatuan
yang baik.
3. Tipe Operasi
Operasi yang melibatkan usus besar atau traktus urinarius cenderung mudah terjadi
infeksi.
4. Drains
drain yang melewati luka sering menjadi hernia.

Faktor Postoperative
3

1. Infeksi luka
Sama pentingnya dengan pemilihan bahan benang yang salah : terdapat destruksi
enzimatik terhadap penyembuhan jaringan.
2. Distensi abdomen
ileus posoperative meningkatkan tegangan di luka. Jahitan dapat terbuka.
3. Batuk
menyebabkan tegangan pada luka.

Gambaran patologis
Kebanyakan hernia insisional ditemukan dalam 1 tahun setelah operasi, dan suatu hal yang
jarang terjadi hernia setelah 3 tahun operasi jika sebelumnya penutupan baik
3
.
Hernia insisional sangat bervariasi. Mereka dapat mempunyai leher yang lebar atau sempit;
seringkali karena akumulasi isi hernia, terjadi adhesi pada sakus, dan pada leher, sehingga hernia
menjadi ireponibel. Inkareserasi dan strangulasi menjadi suatu hal yang sangat berbahaya. Sakus
dapat melibatkan proporsi yang luas, akhirnya melibatkan banyak isi intraperitoneal
3
.
Gambaran Klinis
Gejala
Keluhannya adalah penonojolan pada scar. Ketika hernia membesar, gejala obstruksi usus
subakut umum terjadi. Hernia dapat memberikan rasa tidak nyaman di daerah tersebut. Kulit
yang menutupinya dapat menjadi tipis dan atrofi; akhirnya terjadi ulkus dan bahkan rupture
dapat terjadi. Strangulasi merupakan kegawatan bedah
3
.
Tanda
Pemeriksaan biasanya ireponibel, hernia dengan rangsangan batuk pada tempat scar yang telah
lama. Jika hernia rumit, banyak ikatan fibrosa yang dapat dirasakan melewati diantara tepi-tepi
dari defek. Saat pasien berbaring, hernia ini terlihat kecil, namun manuver apa pun yang
meningkatkan tekanan intra abdomen membuat hernia
3
.
Hasil
Hasil pembedahan tidak sebaik pada hernia primer. Hernia insisional yang kecil mempunyai nilai
kekambuhan 2-5 %, sedangkan untuk yang besar sebesar 10 20 %
3
.

C.13. HERNIA SKIATIKA
Hernia skiatika adalah penonjolan kantung peritoneum pada pelvis melalui foramen skiatika
mayor atau minor
3
.

Gambaran Klinis
Pasien datang dengan rasa tidak nyaman dan pembengkakan pada bokong, dan mungkin terdapat
gejala dari penekanan N. skiatika. Jika hernia lebar, akan terdapat massa yang reponibel di pada
daerah gluteus, yang semakin bertambah besar saat berdiri. Herniasi dari ureter dapat
menyebabkan gejala urinaria. Kemungkinan dapat terjadi strangulasi
3
.

Manajemen
Terapinya adalah dengan eksisi sakus dan penutupan defek dengan pendekatan transabdominal
atau transgluteal
3
.

C.14. Hernia Interparietal
Pada hernia ini sakus hernia terbentang diantara lapisan-lapisan pada dinding abdomen.
Penyebabnya dapat kongenital, berkaitan dengan adanya abnormalitas penurunan testis, atau
didapat pada area yang lemah pada aspek lateral pada cincin inguinal dalam dan kanalis
inguinalis (saat sakus biasanya berhubungan dengan hernia inguinalis indirek yang
konkomitan)
3
.

Gambar 17. Hernia Interparietal
3


Klasifikasi dari hernia tersebut tergantung pada posisi anatomis dari sakus
3
:
1. Properitoneal (20%)
2. Interstitial (60%)
3. Superfisial (20 %)

Gambaran Klinis
Hernia tipe properitoneal tidak dapat dipalpasi. Tipe interstitial dan superfisial sering hadir
dengan pembengkakan kecil diatas dan sebelah lateral dari kanalis inguinalis dan cincin dalam.
Penampakan lokal yang penting tersebut, sering diabaikan oleh pasien, dan 90 % dari hernia ini
hadir dengan obstruksi usus yang berkulminasi pada strangulasi. Kunci untuk diagnosis awal
adalah dengan mempertimbangkan tipe hernia ini pada pasien apapun yang hadir dengan
obstruksi usus (simpel atau dengan strangulasi) dengan massa yang dapat di palpasi di sebelah
dari cincin dalam dan testis yang terletak abnormal
3
.

Manajemen
Operasi (biasanya sebuah laparatomi emergensi utnuk obstruksi strangulasi karena sebab yang
tidak diketahui) menyerupai sakus hernia, yang dieksisi dan perbaikan defek fasial
3
.
C.15. Hernia diafragmatika
Melalui foramen Bochdalek di diafragma.

X. KOMPLIKASI HERNIA
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu
besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau merupakan
hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis
dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd,
yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu segmen lainnya berada
dalam rongga peritoneum seperti huruf W
2
.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi
ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis
dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut
2
.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi
usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi
strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran
klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyri lebih berat di tempat hernia.
Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal
2
.

XI. TERAPI HERNIA

Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau sistemik dari
pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin dari hal umum
ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi membesar secara
perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan hernia kecil jika operasi
merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia
femoralis
5
.

Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan pada
hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan alat
penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada
hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan karena
selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan dinding perut
2
.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak
merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak
menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi
berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan hilang
dan keadaan umum pasien sudah lebih baik
2
.
Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus
dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya
pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi kembali
warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus
2
.
Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk,
sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat
2
.
Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang rendah,
sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata atau strangulata menunjukkan morbiditas dan
mortalitas yang tidak dapat diabaikan
2
.
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N. ilioinguinalis, N. iliofemoralis,
duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser
2
.
Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa hematoma, infeksi
luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan
hernia residif
2
.
Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau bendungan pleksus
pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif
2
.
Insidens dari residif bergantung pada umur pasien, letak hernia, teknik hernioplastik yang dipilih
dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif. Angka residif
hernia inguinalis indirek pada segala umur lebih rendah dibandingkan dengan hernia inguinalis
direk atau hernia femoralis. Hernia ventralis menunjukkan angka residif yang relatif lebih tinggi.
Reparasi pertama memberikan tingkat keberhasilan yang paling tinggi, sedangkan operasi pada
kambuhan memberikan angka residif sangat tinggi.
2


Dasar dari Perbaikan Hernia Lipat Paha
Obyek dari hernioplasti inguinalis adalah untuk mencegah penonjolan peritoneum melalui defek
dinding abdomen. Integritas dari dinding abdomen dipulihkan dalam satu atau dua cara: (1)
penutupan aponeurosis dari defek hernia, bila perlu penutupan diperpanjang, atau (2)
penggantian dari fasia transversalis yang mengalami defek dengan prostesis sintetik yang besar.
Dua metode tersebut kadang-kadang dikombinasikan
5
.
Hernia diperbaiki dari anterior melalui insisi lipat paha atau dari posterior melalui insisi
abdomen. Pendekatan anterior merupakan insisi yang paling popular untuk hernioplasti
inguinalis. Perbaikan hernia dari posterior disebut hernioplasti properitoneal
5
.
Tegangan merupakan penyebab prinsip dari kegagalan semua hernioplasti yang menutup
orifisium miopektineal melalui pendekatan aponeurosis. Pencegahan tegangan pada garis jahitan
adalah penting, dan jahitan harus tidak ditarik atau diiikat terlalu kencang, karena dapat
menyebabkan nekrosis. Lebih disukai jahitan dengan benang sintetik permanen
5
.
Prostesis sintetik pada saat ini memainkan peranan penting dalam penatalaksanaan hernia
inguinalis. Pada umumnya, perbaikan prostesis dicadangkan untuk pasien dengan risiko tinggi
kekambuhan setelah hernioplasti klasik. Meskipun begitu, penggunaan rutin dari perbaikan
hernia primer tetap meningkat
5
.

Hernioplasti Lipat Paha Anterior Klasik
Tiga hernioplasti anterior klasik yang digunakan pada saat ini adalah: penutupan anulus
sederhana dari Marcy, operasi Bassini, dan perbaikan ligamentum Cooper cara McVay-
Lotheissen. Semua prosedur hasilnya sama memuaskan dalam hernia primer jika diindikasikan
dengan benar dan dapat dilakukan dengan mudah di bawah anestesi lokal pada orang dewasa.
Hernia inguinalis rekuren difiksasi dengan perbaikan klasik, tetapi sekarang teknik prostetik
lebih disukai karena hasilnya secara jelas lebih baik. Hernioplasti klasik terdiri dari tiga bagian:
diseksi kanalis inguinalis, perbaikan orifisium miopektineal, dan penutupan kanalis inguinalis
5
.

I. Perbaikan Marcy dari orifisium miopektineal terdiri dari pengetatan anulus profunda yang
membesar. Hal ini umumnya disebut sebagai penutupan cincin sederhana dan hanya
diindikasikan pada pria dan wanita yang mempunyai hernia indirek dengan kerusakan minimal
dari anulus profundus. Operasi memulihkan anatomi dari anulus profunda dengan memasang
satu atau dua jahitan pada arkus aponeurosis transversal dan traktus iliopubika tepat di medial
dari korda spermatika
5
.

II. Hernioplasti Bassini-Shouldice memperbaiki orifisium miopektineal, superior dari
ligamentum inguinalis, yaitu, anulus profunda dan segitiga Hesselbach, dan oleh karena itu,
diindikasikan dalam semua hernia inguinalis direk dan indirek. Di Amerika utara, perbaikan
Bassini terdiri dari ligasi tinggi dari kantung dan pendekatan dari conjoined tendon dan otot
obliqus abdominis interna ke tepi susunan ligamentum inguinalis dan jahitan terputus
5
.


Hernioplasti bagi hernia inguinalis indirek yang besar dan hernia direk ; a. Memotong
bagian lemah dinding inguinalis posterior pada hernia inguinalis indirek yang besar ; b.
Dinding inguinalis posterior yang lemah yang akan disingkirkan pada hernia inguinalis
direk ; c sampai f. Tahapan yang selanjutnya secara berurutan pada rekonstruksi dinding
inguinalis posterior. Hernioplasti untuk hernia inguinalis indirek yang besar dan direk.
(Dari McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christophers Text Book of Surgery, 9
th
ed.
Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968).




DAFTAR PUSTAKA

1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,
Hal: 523-537
3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2
nd
edition, Elsevier
Saunders, page 431-445.
4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :
228, 243.
5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
Hal : 509 517.
6. McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christophers Text Book of Surgery,
9
th
ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968.

You might also like